Anda di halaman 1dari 10

BAB III

RANCANG BANGUN

3.1 Rancang Bangun


Perancangan merupakan kegiatan merancang dan merealisasikan suatu
program dari suatu alat dengan mempertimbangkan nilai lebih bagi pemakai.
Perancangan merupakan suatu tahapan yang sangat penting didalam
penyelesaian laporan akhir. Perancangan dan pembuatan alat ini akan di tempug
beberapa langkah awal. Langkah awal yang paling penting dalam perancangan
adalah membuat blok diagram, pembuatan skematik rangkaian, dan pembuatan
rancang bangun dari sistem alat.

3.2 Tujuan Perancangan


Tujuan dari tahap perencanaan ini adalah untuk mendapatkan suatu alat
atau sistem yang baik seperti yang diharapkan, dengan mempertimbangkan
karakteristik-karakteristik komponen yang digunakan. Selain itu dengan adanya
perancangan yang dilaksanakan secara sistematis dan saling berkaitan maka
akan diperoleh peralatan dengan spesifikasi yang baik sesuai dengan fungsi alat.

3.3 Perancangan Sistem


Perancangan sistem merupakan salah satu tahap yang terpenting dalam
proses pembuatan alat. Perancangan yang dilakukan untuk mendapatkan hasil
yang maksimal, serta dilakukannya pemilihan komponen dengan spesifikasi
dan karakteristik yang sesuai dengan kebutuhan. Dalam pembuatan alat ini
terdapat dua langkah bagian perencanaan dan perancangan yang saling
berkaitan satu dengan yang lainnya, secara garis besar yaitu perencanaan
elektronik dan perancangan mekanik.
Pada tahap ini, perencanaan elektronik merupakan perancangan
penyusunan rangkaian-rangkaian yang dibutuhkan dalam pembuatan alat.
Sedangkan perancangan mekanik merupakan perancangan merancang bentuk
dan desain mekanik alat dengan ukuran yang sesuai. Tujuan dari perancangan
alat ini untuk mempermudah merealisasikan perakitan pembuatan alat yang
sesuai dengan spesifikasi agar mendapatkan hasil akhir yang baik.

41
3.3.1 Blok Diagram
Blok diagram merupakan salah satu elemen yang terpenting dalam
peracangan dan pembuatan alat, sebab dari diagram dapat mengetahui prinsip
kerja dari keseluruhan alat. Selain itu, prosedur perancangan dan pembuatan
pada masing-masing rangkaian akan membentuk suatu sistem yang sesuai
dengan perancangan. Secara garis besar prinsip kerja dari perancangan alat yang
dibuat ini seperti pada gambar 3.1.
Pada gambar 3.1 dijelaskan bahwa sensor capacitive soil moisture bekerja
sebagai pendeteksi kelembaban tanah, sementara sensor ultrasonik bekerja
mendeteksi level atau ketinggian air yang terdapat didalam penampung yang
nantinya sinyal dari sensor ini akan dikirim ke mikrokontroler yaitu
menggunakan Arduino Mega2560. Arduino Mega2560 akan memproses sinyal
sehingga hasil akhir akan mengirimkan perintah terhadap pompa agar dapat aktif
pada saat sensor mengirimkan sinyal ke mikrokontroler.
ESP 32 adalah modul yang digunakan pada laporan akhir ini. Modul ESP
32 adalah bagian yang berfungsi untuk komunikasi antara mikrokontroler
Arduino dengan web service. Pompa memiliki keadaan aktif yang berbeda-beda,
dimana pompa akan aktif dengan durasi waktu sesuai dengan kondisi
kelembaban tanah pada tanaman. Maka dari itu hasil deteksi sensor kelembaban
tanah akan sangat berpengaruh untuk durasi pompa aktif. Selain itu keluaran dari
penyiraman tanaman otomatis ini berupa data informasi dari hasil deteksi sensor
jarak yang terdapat pada tangki penampungan, serta data sensor kelembaban.
Sensor jarak mendeteksi air penampungan pada batas minimal kapasitas air
maka modul wifi yang tertanam pada ESP 32 akan mengirimkan data sehingga
keluarannya berupa notifikasi di aplikasi monitoring. Pada Laporan Akhir ini
digunakan 20 sensor capactive soil moisture yang terletak pada setiap polybag
tanaman cabai sebagai media uji alat penyiraman tanaman otomatis. Sementara
sensor ultrasonik menggunakan 1 sensor yang terletak pada penampungan air
yang bekerja sebagai media uji pengisian air otomatis pada penampungan
penyiraman.

42
Gambar 3.1 Blok Diagram Perancangan Penyiraman Air Otomatis.

Pada gambar 3.2 merupakan sistem kendali sensor capacitive soil moisture
yang digunakan untuk mengukur kelembaban tanah secara terus-menerus dan
mengontrol penyiraman air ke tanaman secara otomatis berdasarkan kelembaban
tanah yang terdeteksi. Sistem kendali ini di mulai dengan menggunakan sensor
capacitive soil moisture. Sensor ini biasanya ditanam pada kedalaman tertentu
yang sesuai dengan zona perakaran tanaman. Sensor akan diatur setpoint berupa
nilai kelembaban tanah sebesar <40%. Nilai kelembaban tanah ini akan dikirim
ke unit kontrol sistem yang berupa mikrokontroler Arduino Mega 2560.
Mikrokontroler Arduino Mega 2560 akan membandingkan nilai kelembaban
tanah yang terukur dengan nilai setpoint yang telah ditentukan sebelumnya. Jika
nilai kelembaban tanah yang terukur dibawah setpoint yang ditetapkan maka
mikrokontroler akan memberi perintah ke relay yang akan berperan sebagai
pemutus kontak ke pompa air untuk melakukan penyiraman air pada tanaman.
Apabila kelembaban tanah mencapai setpoint yang diinginkan, maka unit
kontrol akan mematikan pompa air penyiraman. Proses pengendalian akan terus
diulang secara berkelanjutan. Mikrokontroler akan terus memonitor hasil
kelembaban tanah yang dideteksi oleh sensor capacitive soil moisture.

43
Gambar 3.2 Blok Diagram Sistem Kendali Penyiraman Air Otomatis.

3.3.2 Flowchart
Flowchart merupakan diagram alir sebuah kerja dari sistem terterntu.
Fungsi dari flowchart yaitu sebagai monitoring langkah-langkah kerja dari
rancang bangun yang telah ditentukan. Kemungkinan dari berbagai percobaan
juga digambarkan pada flowchart, serta data berupa nilai dan hipotesis harus
jelas tergambarkan pada sebuah flowchart. Pada rancang bangun ini, parameter
nilai dari kelembaban tanah menjadi acuan dari kemungkinan-kemungkinan
proses kerja yang akan terjadi. Berikut diagram alir pada rancang bangun sistem
penyiraman air otomatis ditunjukkan pada gambar 3.3

44
Gambar 3.3 Flowchart sistem penyiraman air otomatis

45
Diagram alir sistem penyiraman air otomatis dapat dilihat pada gambar 3.4
dimana jika kondisi kelembaban tanah lebih dari 70% maka tanah dalam kondisi
basah dan pompa akan mati. Pada saat kondisi kelembaban tanah pada nilai 41%
sampai dengan 70% maka kondisi tanah lembab dan pompa akan mati. Namun
pada saat nilai kelembapan tanah kurang dari 40% maka kondisi tanah kering
dan pompa akan menyala.

Gambar 3.4 Flowchart Prinsip Kerja Penyiraman Air

46
3.4 Perancangan Elektronik
Pada bagian perancangan elektronik terdapat skematik rangkaian yang
memperlihatkan tata letak serta hubungan antar komponen dalam pembentukan
alat penyiraman tanaman otomatis, yang merupakan bagian dari keseluruhan
sistem yang terintegrasi pada pertanian greenhouse. Berikut ini pada gambar
3.5 skema rangkaian penyiraman air otomatis.

Gambar 3.5 Skema Rangkaian Penyiraman Air Otomatis.

Komponen-komponen yang digunakan pada skematik rangkaian diatas


adalah adaptor sebagai konverter dari tegangan AC 220 Volt menjadi tegangan
DC 12 Volt. Adaptor ini digunakan sebagai supply tegangan bagi pompa air.
Kemudian tegangan dari adaptor masuk ke modul step down yang selanjutnya
menghasilkan output sebesar 5 Volt DC. Tegangan inilah yang akan digunakan
oleh komponen elektronika pada skematik di gambar 3.5 Kemudian
menggunakan 20 sensor capacitive soil moisture yang terhubung ke Arduino
Mega2560 sebagai parameter penyiraman air otomatis.
Sedangkan pada pin digital terdapat sensor ultrasonik sebagai sensor jarak
pendeteksi ketinggian air pada tangki. Pada rangkaian diatas juga digunaka
relay sebagai switch atau pemutus arus yang terhubung ke pompa air. Pompa
air pada rangkaian diatas terhubung pada kumparan relay Normally Open,
sehingga apabila di waktu penyiraman relay akan menghubungan ke Normally

47
Close dan pompa akan aktif, kemudian relay akan memutus arus apabila
kelembapan tanah sudah mencapai batas penyiraman telah tercapai.

3.5 Perancangan Mekanik


Perancangan mekanik desain 3D alat penyiraman air otomatis untuk
tanaman cabai (Capsicum Anuum. L) pada greenhouse. Perancangan desain 3D
pada laporan akhir ini merupakan bagian dari alat-alat yang ada di greenhouse
yang saling terintegrasi untuk menjaga kondisi lingkungan agar tanaman cabai
dapat tumbuh dan berbuah dengan baik.

Gambar 3.7 Objek tanaman pada greenhouse


Pada gambar 3.7 terdapat objek tanaman yang ditanam pada greenhouse.
Tanaman yang digunakan ialah tanaman buah cabai (capsicum anuum L) yang
berjumlah sebanyak 20 polybag.

48
Gambar 3.8 Rancangan Posisi Pipa pada Penyiraman Tanaman

Gambar 3.9 Detail posisi pipa penyiraman pada greenhouse.

Pada gambar 3.8 dan gambar 3.9 merupakan rancangan posisi pipa
penyiraman air pada greenhouse. Pada penyiraman air otomatis pada
greenhouse terdapat 4 pipa paralon yang dimana pada setiap satu baris pipa

49
paralon terdapat 5 polybag diatasnya. Metode penyiraman air pada tanaman
cabai ini yaitu dilakukan dengan meneteskan air dari pipa-pipa paralon tersebut
ke polybag tanaman cabai.

50

Anda mungkin juga menyukai