1. Metode Penelitian
Pada tahapan penelitian yang digunakan yaitu waterfall model sebagaimana pada
Gambar x. Tahapan pertama yaitu analisis kebutuhan pada otomatisasi penyiraman
tanaman cabai, yang kedua perancangan sistem dan perancangan alat. Tahapan
ketiga, implementasi rancangan alat dan sistem. Pada tahapan keempat, pengujian
alat dan sistem yang dibuat. Pada tahapan terakhir yaitu penjadwalan perawatan
alat dan system.
2. Hasil dan pembahasan
Setelah melakukan analisis, perancangan, pengujian dan implementasi, maka
prototipe dan sistemnya yang telah dirancang dan berhasil dibangun. Hal ini
dibuktikan dengan adanya alat dan sistem yang digunakan saat pengujian oleh
pihak lain. Diharapkan manfaatnya yaitu mempermudah pemilik tanaman cabai
untuk memonitoring tanamannya dan fitur berupa otomatisasi penyiraman tanaman
capai yang diintegrasikan dengan pompa berdasarkan kelembapan tanah.
3. Pembahasan
Rancangan alat menggunakan setpoin dengan nilai 600, hal tersebut diambil
berdasarkan ujicoba secara manual. Apabila kadar tanah > 600, maka tanaman
otomatis tersiram, dan jika kadar tanah 500 sampai 600, maka penyiraman otomatis
berhenti. Kemudian akan masuk notifikasi pada telegram untuk melakukan
penyiraman, pada web akan masuk laporan penyiraman serta laporan kelembapan
tanah, dan juga pada aplikasi android webview.
1. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen lapangan,
dimana metode ini digunakan untuk merancang rancangan yang diperlukan Dalam
perakitan rangkaian skema sistem penyiraman tanaman otomatis berbasis teknologi
IoT memanfaatkan aplikasi Fritzing. Prinsip kerja dari alat penyiraman otomatis
tersebut yaitu menggunakan sensor DHT11 yang terhubung langsung dengan
mikrokontroler dan bekerja dengan cara mendeteksi temperatur dan kelembaban
udara, perintah yang dibuat akan disimpan pada modul ESP32.
2. Hasil dan Pembahasan
Pengujian kinerja alat dilakukan dengan meletakkan alat tersebut di ruangan
terbuka di sekitar tanaman, hal ini dimaksudkan agar nilai temperatur udara yang
terdeteksi nantinya akan sesuai dengan keadaan sebenarnya.
Data yang diperoleh dari Tabel 4.1 menunjukkan bahwa relay menyala ketika
temperatur udara mencapai lebih dari 30℃ dan akan mati secara otomatis ketika
temperatur udara perlahan turun hingga ≤ 30℃. Selain itu, nilai kelembaban udara
akan turun ketika temperatur udara mengalami kenaikan. Kenaikan temperatur
udara terjadi dikarenakan juga oleh kemiringan sinar matahari. suatu tempat dengan
posisi matahari tegak lurus di atasnya akan lebih besar menerima radiasi matahari
sehingga temperatur akan tinggi dibandingkan dengan tempat yang posisi
mataharinya lebih miring ada saat inilah relay menyala secara otomatis dan
menghidupkan pompa air sehingga air dapat dialirkan. Lamanya waktu pompa
menyala berdasarkan dari temperatur udara yang terdeteksi, sensor akan tetap hidup
selama temperatur udara masih berada lebih dari 30℃.
3. Pembahasan
Dari penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa semua sistem
akan berjalan ketika sensor DHT11 sudah mendeteksi temperatur dan kelembaban
udara di sekitar ruangan. Keluaran dari sensor DHT11 akan tampil pada layar LCD
I2C 16x2 dan akan menyala dan mematikan relay. Relay menyala ketika sensor
DHT11 mendeteksi temperatur udara lebih dari 30℃ dan secara otomatis
menghidupkan pompa air. Sedangkan ketika temperatur udara terdeteksi ≤ 30℃
maka secara otomatis relay mati sehingga pompa air tidak dapat mengalirkan air.
• The Implementation of the Internet of Things (IoT) on an Automatic Plant Watering
and Fertilizing System Based on Solar Electricity
1. Metode Penelitian
This program begins with the identification of the problems faced by farmers. In
this step, the existing watering and fertilizing methods are observed for weaknesses
and strengths. After the weaknesses are identified, then a design is made and refined
according to the idea. The next step is making a prototype circuit drawing, followed
by the prototype making according to the drawing. After the prototype is completed,
function testing is carried out. This test is conducted to find out whether each
component has functioned as intended. If the prototype does not work as intended,
modifications are made until all components function properly. After the prototype
is declared feasible from the function test, it then goes through a performance test
to determine its performance capability. If its performance capability is considered
unfit, improvements are made to obtain optimal performance. Finally, an economic
analysis of the prototype is carried out to determine the fixed costs, variable costs,
basic costs, and break even points. The stages of this prototype design are illustrated
in the flowchart in
1. Metode Penelitian
We discuss two elements for improvement. The first element involves the farming
work-flow, and the second involves design-related module performance.
The proposed system automates the first block in Fig. 2 (namely “watering”), which
has been identified as inefficient in growth monitoring. Workers are required to be
on-site to observe the watering for 20 minutes in the morning and 20 minutes in the
afternoon. The proposed system improved the farming work-flow by reducing
manpower while maintaining the same yield production. Manpower was calculated
based on three variables: project duration, number of hours per worker, and number
of workers. The project duration for the chili Centil, from transplant to harvest, was
six months. A worker worked for five days a week to perform daily tasks, as shown
in Fig. 2
3. Pembahasan
• Indikator Judul: karena Sistem ini dilengkapi dengan fitur pemantauan jarak jauh yang
memungkinkan pengguna untuk memantau kondisi tanaman dan mengendalikan
penyiraman melalui aplikasi seluler atau platform web. pengguna dapat memantau
kesehatan tanaman dari jarak jauh dan memberikan air tambahan hanya ketika diperlukan,
yang mengoptimalkan penggunaan sumber daya air dan meningkatkan efisiensi dalam
perawatan tanaman. Dengan teknologi IoT yang digunakan, sistem ini memberikan solusi
yang cerdas dan terhubung untuk mendukung pertanian modern yang berkelanjutan.
Daftar Rujukan
Dahnil, D. P., Hood, Z., Adam, A., Razak, M. Z. A., & Ismail, A. G. (2021). Drip Irrigation
Detection for Power Outage-Prone Areas with Internet-of-Things Smart Fertigation
Managemant System. International Journal of Advanced Computer Science and
Applications, 12(7), 745–755. https://doi.org/10.14569/IJACSA.2021.0120785
Hendra, Trinovita, Z. J., Riza Nurtam, M., Laksmana, I., Jamaluddin, Amrizal, Putera, P.,
Nurazizi, Putri, I. A., & Soecipto. (2022). The Implementation of the Internet of Things (IoT)
on an Automatic Plant Watering and Fertilizing System Based on Solar Electricity. IOP
Conference Series: Earth and Environmental Science, 1097(1), 1–6.
https://doi.org/10.1088/1755-1315/1097/1/012057
Jumingin, J., Atina, A., & Juanda, A. (2022). Sistem Penyiraman Tanaman Otomatis
Menggunakan Sensor DHT11. Jurnal Ampere, 7(2), 73.
https://doi.org/10.31851/ampere.v7i2.9172
Saputra, W. A., Herlinawati, H., Hestiana, D., & ... (2022). Penerapan Internet of Things (Iot)
Untuk Otomatisasi Penyiraman Tanaman Cabai. Poros …, 14(1), 1–9.
https://ejurnal.poliban.ac.id/index.php/porosteknik/article/view/1876%0Ahttps://ejurnal.poli
ban.ac.id/index.php/porosteknik/article/download/1876/1018