Anda di halaman 1dari 38

1

USULAN PENELITIAN

I. JUDUL PENELITIAN

HUBUNGAN SELF EFFICACY DAN MOTIVASI KELUARGA DENGAN

KEINGINAN BERHENTI MEROKOK PADA SISWA SMA NEGERI 3

PANGKEP

II. RUANG LINGKUP PENELITIAN

KEPERAWATAN KOMUNITAS

III. PENDAHULUAN

A. LatarBelakang

Merokok dalam kehidupan sehari-hari sering kita temui dimana-

mana, baik itu di instansi pemerintah, tempat umum, maupun tempat

pendidikan yaitu kampus dan sekolah. Merokok dikalangan remaja saat

ini bukanlah hal yang baru, tidak jarang kita menemukan dan melihat

remaja yang masih mengenakan seragam sekolah baik itu SMP maupun

SMA yang merokok bersama temannya maupun sendiri baik itu secara

terang-terangan maupun secara sembunyi-sembunyi, Merokok sudah

menjadi kebiasaan yang tidak bisa hilang dan bahkan sudah menjadi

pemandangan yang biasa dari kehidupan manusia (Isa, Lestari, & Afa,

2017).

Kebiasaan merokok pada kalangan remaja semakin meningkat

sesuai tahap perkembangan yang menandai adanya peningkatan frekuensi

dan intensitas merokok. Perilaku merokok sudah menjadi gaya hidup dan

citra diri dari orang yang bertubuh tidak sehat. Rokok bisa membuat
2

seseorang yang menghisapnya menjadi percaya diri dan tenang, akan

tetapi masih banyak orang yang tidak mengetahui bahwa rokok juga bisa

membuat daya tahan tubuh seseorang menjadi menurun, gelisah,

konsentrasinya terganggu, daya ingat semakin melambat (Agustina,

2017).

Menurut data badan kesehatan dunia atau World Health

Organization (WHO) mempertegas bahwa seluruh jumlah perokok yang

ada di dunia sebanyak 30 % dan hampir 50 % perokok di Amerika

Serikat termasuk pada usia remaja (Agustina, 2017).

Melepaskan diri dari kebiasaan buruk merokok merupakan hal

yang amat sulit bagi pecandu rokok, karena adanya ketergantungan fisik

maupun psikis terhadap nikotin dalam tubuh pecandunya maka terdapat

banyak faktor lain di dalam masyarakat yang membuat perilaku merokok

ini tumbuh subur bahkan meluas dalam proporsi yang mewabah terutama

di dunia ketiga seperti Indonesia (Hutapea, 2013).

Di Indonesia perilaku merokok mengalami peningkatan terbesar

yang cenderung dimulai pada usia muda. Pada usia 10 - 14 tahun,

terdapat 2 % remaja yang merokok, diantaranya 0,7% remaja yang

merokok setiap hari dan 1,3 % remaja yang kadang-kadang merokok

dengan mengkomsumsi 10 batang rokok per hari. Proporsi penduduk

menurut usia mulai merokok untuk kelompok usia muda (5 - 9 tahun)

yang tertinggi adalah di Papua (3,2%), sekitar 30 kali lebih besar

dibandingkan dengan angka nasional (0,1%), untuk kelompok usia mulai


3

merokok 10 -14 tahun, Sumatera Barat menduduki posisi tertinggi

(13,6%). Kondisi ini yang menyebabkan Indonesia disebut sebagai satu-

satunya negara di dunia dengan baby smoker atau perokok anak

(Agustina, 2017).

Sulawesi Selatan sekitar 0,8% atau 8 kali lebih besar

dibandingkan dengan angka nasional, untuk kelompok usia mulai

merokok 10 - 14 tahun sekitar 10 % lebih tinggi dibandingkan dengan

angka nasional (9,6%) (Agustina, 2017).

Data siswa Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 3 Pangkep

Tahun Ajaran 2017/2018 terdapat 3 jurusan yakni IPA, IPS, dan Bahasa.

Dan jumlah total dari keseluruhan siswa yakni terdapat 791 orang dengan

jumlah laki-laki 254 orang dan jumlah perempuan sebanyak 537 orang.

Dimana terbagi kedalam kelas X terdapat 285 orang dimana laki-laki 87

orang dan perempuan 198 orang, kelas XI 235 orang dimana laki-laki 75

orang dan perempuan 160 orang, kelas XII 271 orang dimana laki-laki 92

orang dan perempuan 179 orang.

Berdasarkan data sekunder yang diperoleh di SMAN 3 Pangkep,

bahwa terdapat banyak siswa yang merokok di luar sekolah dan

berdasarkan buku catatan pelanggaran siswa didapatkan 35 orang siswa

yang merokok di sekolah.

Merokok merupakan satu-satunya penyebab penyakit yang

mewabah terhadap manusia secara sadar dan sengaja meng-expose

dirinya, walaupun hampir setiap perokok mengakui bahwa merokok itu


4

tidak baik bagi kesehatan maupun lingkungannya, oleh sebab itu suatu

self efficacy atau keyakinan diri seseorang sangat berperan penting untuk

merubah perilaku dan kebiasaan buruk merokok, serta motivasi dari

keluarga sangat membantu individu lebih termotivasi untuk berhenti

merokok.

Berdasarkan data tersebut maka peneliti berminat melakukan

penelitian tentang Hubungan Self Efficacy Dan Motivasi Keluarga

Dengan Keinginan Berhenti Merokok Pada Siswa SMA Negeri 3

Pangkep.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan tersebut yang

menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana

Hubungan Self Efficacy Dan Motivasi Keluarga Dengan Keinginan

Berhenti Merokok Pada Siswa SMA Negeri 3 Pangkep?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan self efficacy dan motivasi

keluarga dengan keinginan berhenti merokok pada siswa SMA

Negeri 3 Pangkep.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui hubungan self efficacy siswa dengan

keinginan berhenti merokok.


5

b. Untuk mengetahui hubungan motivasi keluarga dengan

keinginan berhenti merokok pada siswa.

D. Manfaat Penelitian

1. Ilmiah

Dapat digunakan sebagai bahan referensi dan bahan bacaan

untuk menambah pengetahuan tentang rokok.

2. Institusi

a. Sebagai masukan dan informasi bagi kampus bersama-sama

dengan mahasiswa untuk menanggulangi masalah rokok.

b. Sebagai informasi tambahan bagi sekolah SMA Negeri 3

Pangkep untuk merancang strategi untuk memfasilitasi atau cara

terbaik untuk mendukung anak-anak yang berkeinginan berhenti

merokok.

c. Dapat sebagai informasi tambahan untuk merancang strategi

menciptakan kawasan bebas rokok di sekolah.

3. Bagi Peneliti

Dapat meningkatkan pengetahuan dan kemampuan dalam

bidang penelitian. Dan dapat menjadi pengalaman yang berharga

bagi penulis dalam mengembangkan pengetahuan dan pemikiran di

bidang ilmu keperawatan.


6

IV. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Rokok

1. Pengertian Rokok

Rokok adalah silinder dari kertas berukuran panjang antara

70 hingga 120 mm (bervariasi tergantung Negara) dengan diameter

sekitar 10 mm yang berisi daun-daun tembakau yang telah dicacah.

Rokok dibakar pada salah satu ujungnya dan dibiarkan membara

agar asapnya dapat dihirup lewat mulut pada ujung jalannya

(Priyoto, 2015).

Perilaku merokok merupakan perilaku yang berbahaya bagi

kesehatan, tetapi masih banyak orang yang melakukannya, bahkan

orang mulai merokok ketika dia masih remaja (Priyoto, 2015).

Ketika rokok dihisap, maka komposisi rokok akan pecah

menjadi komponen lainnya, seperti komponen yang cepat menguap

akan menjadi asap bersama-sama dengan komponen lainnya

terkondensasi. Maka komponen asap rokok yang dihisap oleh

perokok terdiri dari bagian gas ( 85%) dan bagian partikel (15%).

Rokok mengandung kurang lebih 4.000 jenis bahan kimia, dengan

40 jenis diantaranya bersifat karsinogenik (dapat menyebabkan

kanker), dan setidaknya 200 diantaranya berbahaya bagi kesehatan.

Racun utama pada rokok adalah tar, nikotin dan karbonmonoksida

(CO) (Priyoto, 2015).


7

Kebiasaan merokok sudah menjadi trend dan budaya pada

bangsa Indonesia, baik itu remaja, orang dewasa, bahkan anak-anak

sudah tidak asing lagi dengan benda yang dapat mematikan tersebut.

Perilaku merokok yang dilakukan oleh remaja sering kita lihat

diberbagai tempat, misalnya di warung, halte bus, kendaraan pribadi,

angkutan umum, bahkan di lingkungan rumah (Isa, Lestari, & Afa,

2017).

2. Kandungan Yang Terdapat Pada Rokok

Menurut Priyoto (2015) kandungan yang terdapat pada rokok

yaitu:

a. Nikotin

Nikotin yaitu zat atau bahan senyawa porillidin yang

terdapat dalam Nicotoana Tabacum, Nicotiana Rustica dan

spesies lainnya yang sintesisnya bersifat adiktif dapat

mengakibatkan ketergantungan. Nikotin ini dapat meracuni saraf

tubuh, meningkatkan tekanan darah, menyempitkan pembuluh

perifer dan menyebabkan ketagihan serta ketergantungan pada

pemakainya.

b. Karbon Monoksida (CO)

Gas karbon monoksida (CO) adalah sejenis gas yang

tidak memiliki bau. Unsur ini dihasilkan oleh pembakaran yang

tidak sempurna dari unsur zat arang atau karbon. Gas karbon

monoksida bersifat toksis yang bertentangan dengan oksigen


8

dalam transpor maupun penggunaannya. Gas CO yang

dihasilkan sebatang rokok dapat mencapai 3-6 %, sedangkan CO

yang dihisap oleh perokok paling rendah sejumlah 400 ppm

(parts per million) sudah dapat meningkatkan kadar karboksi

haemoglobin dalam darah sejumlah 2-16 %.

c. Tar

Tar merupakan bagian partikel rokok sesudah kandungan

nikotin dan uap air diasingkan. Dengan adanya kandungan tar

yang beracun ini, sebagian dapat merusak sel paru karena dapat

lengket dan menempel pada jalan nafas dan paru-paru sehingga

mengakibatkan terjadinya kanker.

d. Timah Hitam (Pb)

Timah Hitam (Pb) yang dihasilkan oleh sebatang rokok

sebanyak 0,5 ug. Sebungkus rokok (isi 20 batang) yang habis

dihisap dalam satu hari akan menghasilkan 10 ug. Sementara

ambang batas bahaya timah hitam yang masuk ke dalam tubuh

adalah 20 ug per hari.

e. Amoniak

Amoniak merupakan gas yang tidak berwarna yang

terdiri dari trogen dan hydrogen. Zat ini tajam baunya dan sangat

merangsang.
9

f. Hidrogen Sianida (HCN)

Hidrogen sianida merupakan sejenis gas yang tidak

berwarna, tidak berbau dan tidak memiliki rasa. Zat ini

merupakan zat yang paling ringan, mudah terbakar dan sangat

episien untuk menghalangi pernapasan dan merusak saluran

pernapasan. Sianida adalah salah satu zat yang mengandung

racun yang sangat berbahaya.

g. Nitrous Oxide

Nitrous oxide merupakan sejenis gas yang tidak bewarna,

dan apabila terhisap dapat menyebabkan hilangnya

pertimbangan dan menyebabkan rasa sakit.

h. Fenol

Fenol adalah campuran dari kristal yang dihasilkan dari

distilasi beberapa zat organik seperti kayu dan arang, serta

diperoleh dari tar arang.

i. Hidrogen Sulfida

Hidrogen sulfida adalah sejenis gas yang beracun yang

gampang terbakar dengan bau yang keras. Zat ini menghalangi

oksidasi enzim (zat besi yang berisi pigmen).

Belajar merokok biasanya terjadi pada usia kanak-kanak atau

menjelang dewasa. Biasanya gejala ini terjadi sebelum usia 20 tahun.

Biasanya bila hingga usia tersebut seseorang masih belum merokok,

dia tidak akan pernah menjadi perokok. Motif untuk perokok


10

biasanya psikososial dan sering merupakan gabungan dari 2 motivasi

utama, yaitu banyaknya teman sebaya yang merokok antisipasi

kedewasaan, sedangkan dua faktor penghalang adalah ketidak

setujuan orang tua dan takut akan kanker paru-paru. Beberapa rokok

pertama biasanya tidak dirasakan enak, dan jelaslah kebutuhan akan

nikotin, yang sudah terbukti menjadi biang keladi ketergantungan

ini, bukanlah menjadi sebab seseorang mulai merokok. Tetapi lama

kelamaan didapatkan kemampuan membatasi asupan rokok hingga

batas yang dirasakan nyaman dan kemudian dicapai suatu tingkat

tolelansi terhadap rasa tak enak itu, yang akan menurunkan nilai

ambang untuk tindakan merokok berikutnya. Kedua faktor

penghalang penting (rasa tak enak dan efek nikotin yang tak

nyaman) ini hanya dirasakan untuk sementara, dan ini menerangkan

keharusan eskalasi sesudah hanya beberapa batang rokok. Sesudah

rasa ingin tahu dipuaskan oleh rokok pertama, sang perokok

mengulangi kembali tindakannya hanya bila ketidaknyamanan fisik

dapat dikalahkan oleh keuntungan psikososialnya. Bila ini cukup

kuat untuk menghasilkan pengulangan-pengulangan, sekalipun

menghadapi ketidaknyamanan, maka perilaku merokok akan dapat

dipastikan menjadi tertanam karena efek samping ini dengan cepat

akan menghilang (Hutapea, 2013).


11

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kebiasaan merokok

Faktor-faktor yang mempengaruhi kebiasaan merokok adalah

sebagai berikut :

a. Faktor Lingkungan

Lingkungan berpengaruh besar pada niatan seseorang

untuk berhenti merokok. Seseorang yang berada dalam

lingkungan perokok tentu saja lebih sulit berhenti merokok.

Sebaliknya, berada dalam lingkungan bukan perokok membuat

seseorang lebih mudah berhenti merokok (Priyoto, 2015).

b. Faktor Pendidikan

Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang

dijalankan dengan sengaja, teratur dan terencana dengan maksud

mengubah atau mengembangkan perilaku sesuai dengan tujuan

(Purwoastuti & Walyani, 2015).

Banyak perokok tidak mengerti bahaya tentang rokok,

kebanyakan mereka sulit menerima alasan bahaya merokok bagi

kesehatan. Terbukti mereka yang tetap merokok merasa sehat-

sehat saja, bahaya rokok memang tidak langsung dirasakan oleh

perokok saat itu juga, ada rentang waktu yang sangat panjang

dari seseorang mulai merokok hingga menderita berbagai

penyakit, yaitu sekitar 20-25 tahun. Hal ini juga yang mungkin

membuat pesan kesehatan pada kemasan rokok terasa basi dan


12

tidak dihiraukan, apalagi minat baca (dan kemampuan baca)

sebagian besar masyarakat kita masih rendah (Priyoto, 2015).

c. Faktor Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah

seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek

tertentu. Tanpa pengetahuan seseorang tidak mempunyai dasar

untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan terhadap

masalah yang dihadapi (Purwoastuti & Walyani, 2015).

Menurut Soekanto (2002) dalam Lestari (2015)

mengatakan pengetahuan merupakan hasil dari tahu, merupakan

domain yang penting dalam membentuk tindakan seseorang

(overt behaviour).

4. Pencegahan kebiasaan merokok

Dalam upaya untuk menghentikan atau mencegah seseorang

untuk merokok, maka diperlukan motivasi yang sangat kuat terutama

dalam diri orang tersebut.

B. Tinjauan Umum Tentang Self Efficacy

1. Pengertian

Self efficacy adalah bagaimana orang bertingkah laku dalam

situasi tertentu tergantung pada resiprokal antara lingkungan dengan

kondisi kognitif, khususnya faktor kognitif yang berhubungan

dengan keyakinannya bahwa dia mampu atau tidak mampu

melakukan tindakan yang memuaskan. Bandura menyebut keyakinan


13

atau harapan diri ini sebagai efikasi diri, dan harapan hasilnya

disebut ekspektasi hasil (Alwisol, 2014).

Efikasi diri atau efikasi ekspektasi ( self effication - efficacy

expectation) adalah persepsi diri sendiri mengenai seberapa bagus

diri dapat berfingsi dalam situasi tertentu. Efikasi diri berhubungan

dengan keyakinan bahwa diri memiliki kemampuan melakukan

tindakan yang diharapkan (Alwisol, 2014).

Ekspektasi hasil (outcome expectations) : perkiraan atau

estimasi diri bahwa tingkah laku yang dilakukan diri itu akan

mencapai hasil tertentu (Alwisol, 2014).

Efikasi adalah penilaian diri, apakah dapat melakukan

tindakan yang baik atau buruk, tepat atau salah, bisa atau tidak bisa

mengerjakan sesuai dengan yang dipersyaratkan. Efikasi ini berbeda

dengan aspirasi (cita-cita), karena cita-cita menggambarkan sesuatu

yang ideal yang seharusnya (dapat dicapai), sedang efikasi

menggambarkan penilaian kemampuan diri. Seorang dokter ahli

bedah, pasti mempunyai ekspektasi efikasi yang tinggi, bahwa

dirinya mampu melaksanakan operasi tumor sesuai dengan standar

profesional (Alwisol, 2014).

Menurut (Bandura dalam Nursalam, 2016) self efficacy

merupakan kemampuan seseorang untuk mengorganisasi dan

melaksanakan tindakan utama menyangkut bukan hanya skill yang

dimiliki seseorang, tetapi keputusan yang diambil seseorang dari


14

keahlian yang dimiliki. Keputusan efficacy seseorang diketahui dari

hasil yang diharapkan yaitu kemampuan seseorang menyelesaikan

suatu pekerjaan tertentu di mana hasil yang diharapkan adalah suatu

keputusan dengan konsekuensi keuntungan biaya misalnya : perilaku

yang dihasilkan, keahlian dan kompetensi memotivasi individu

untuk melakukan tindakan secara unggul. Perasaan berhasil dan ahli

dalam perbuatan akan mendorong seseorang untuk melaksanakan

perilaku yang diinginkan lebih sering dari pada rasa rasa tidak

layak/tidak terampil. Pengetahuan seseorang tentang efficacy diri

didasarkan pada empat tipe info :

a. Feed back eksternal yang diberi orang lain. Pencapaian hasil

dari perilaku dan evaluasi yang sesuai dengan standar diri (self

efficacy).

b. Pengalaman orang lain dan evaluasi diri dan feedback dari

mereka.

c. Ajakan orang lain.

d. Status psikologis kecemasan, ketakutan, ketenangandari orang

yang menilai kompetensi mereka.

Self efficacy dipengaruhi oleh aktivitas yang berhubungan dengan:

Pengaruh positif, persepsi efficacy lebih besar. Kenyataannya

hubungan ini berlawanan dengan persepsi efficacy terbesar,

bertambahnya pengaruh positif. Efficacy diri memengaruhi rintangan

bertindak, efficacy tinggi persepsi barrier yang rendah. Efficacy diri


15

memotivasi perilaku promosi kesehatan secara langsung oleh

harapan efficacy dan tidak langsung oleh hambatan dan ditentukan

level komitmen dan rencana kegiatan (Nursalam, 2016).

Menurut (Branden, 1992 dalam Rahman, 2017) Self Efficacy

adalah:

a. Keyakinan terhadap fungsi otak, dan kemampuannya dalam

berpikir, menilai, memilih, dan mengambil suatu keputusan

b. Keyakinan terhadap kemampuannya dalam memahami fakta-

fakta nyata.

c. Secara kognitif percaya pada diri sendiri (cognitive self trust).

d. Secara kognitif mandiri (cognitive self reliance).

2. Jenis-jenis self efficacy

a. Efikasi diri atau efikasi ekspektasi self effication-efficacy

expectation adalah persepsi diri sendiri mengenai seberapa

bagus diri dapat berfungsi dalam situasi tertentu. Efficacy diri

berhubungan dengan keyakinan bahwa diri memiliki

kemampuan melakukan tindakan yang diharapkan.

b. Ekspektasi hasil (outcome expectation), perkiraan atau estimasi

diri bahwa tingkah laku yang dilakukan diri itu akan mencapai

hasil tertentu (Alwisol, 2014).

3. Sumber Efikasi Diri

Perubahan tingkah laku, dalam sistem Bandura kuncinya

adalah perubahan ekspektasi efikasi (efikasi diri). Efikasi diri atau


16

keyakinan kebisaan diri itu dapat diperoleh, diubah, ditingkatkan

atau diturunkan, melalui salah satu atau kombinasi empat sumber,

yakni pengalaman menguasai sesuatu prestasi (performance

accomplishment), pengalaman vikarius (vicarious experience),

persuasi sosial (social persuation) dan pembangkitan emosi

(emotional physiological states) (Alwisol, 2014).

a. Pengalaman performansi

Pengalaman performansi adalah prestasi yang pernah

dicapai pada masa yang telah lalu. Sebagai sumber performansi

masa lalu menjadi pengubah efikasi diri yang paling kuat

pengaruhnya. Prestasi (masa lalu) yang bagus meningkatkan

ekspektasi efikasi, sedang kegagalan akan menurunkan efikasi.

Mencapai keberhasilan akan memberi dampak efikasi yang

berbeda-beda, tergantung proses pencapaiannya:

1) Semakin sulit tugasnya, keberhasilan akan membuat efikasi

semakin tinggi

2) Kerja sendiri, lebih meningkatkan efikasi dibanding kerja

kelompok, dibantu orang lain

3) Kegagalan menurunkan efikasi, kalau orang merasa sudah

berusaha sebaik mungkin

4) Kegagalan dalam suasana emosional / stress, dampaknya

tidak seburuk kalau kondisinya optimal


17

5) Kegagalan sesudah orang memiliki keyakinan efikasi yang

kuat, dampaknya tidak seburuk kalau kegagalan itu terjadi

pada orang yang keyakinan efikasinya belum kuat

6) Orang yang biasa berhasil, sesekali gagal tidak

mempengaruhi efikasi (Alwisol, 2014).

b. Pengalaman vikarius

Diperoleh melalui model sosial. Efikasi akan meningkat

ketika mengamati keberhasilan orang lain, sebaliknya efikasi

akan menurun jika mengamati orang yang kemampuannya kira-

kira sama dengan dirinya ternyata gagal. Kalau figur yang

diamati berbeda dengan diri sipengamat, pengaruh vikarius tidak

besar. Sebaliknya ketika mengamati kegagalan figur yang setara

dengan dirinya, bisa jadi orang tidak mau mengerjakan apa yang

pernah gagal dikerjakan figur yanag diamatinya itu dalam

janagka waktu yang lama (Alwisol, 2014).

c. Persuasi sosial

Efikasi diri juga dapat diperoleh, diperkut atau

dilemahkan melalui persuasi sosial. Dampak dari sumber ini

terbatas, tetapi pada kondisi yang tepat persuasi diri orang lain

dapat mempengaruhi efikasi diri. Kondisi itu adalah rasa

percaya kepada pemberi persuasi, dan sifat realistik dari apa

yang dipersuasikan (Alwisol, 2014).


18

d. Keadaan emosi

Keadaan emosi yang mengikuti suatu kegiatan akan

mempengaruhi efikasi di bidang kegiatan itu. Emosi yang kuat,

takut, cemas, stress, dapat mengurangi efikasi diri. Namun bisa

terjadi, peningkatan emosi (yang tidak berlebihan) dapat

meningkatkan efikasi diri (Alwisol, 2014).

4. Efikasi diri sebagai prediktor tingkah laku

Menurut Bandura, sumber pengontrol tingkah laku adalah resiproal

antara lingkungan, tingkah laku, dan pribadi. Efikasi diri merupakan

variabel pribadi yang penting, yang kalau digabung dengan tujuan-

tujuan spesifik dan pemahaman mengenai prestasi akan menjadi

penentu tingkah laku mendatang yang penting. Berbeda dengan

konsep diri (Rogers) yang bersifat kesatuan umum, efikasi diri

bersifat fragmental. Setiap individu mempunyai efikasi diri yang

berbeda-beda pada situasi yang berbeda, tergantung kepada :

a. Kemampuan yang dituntut oleh situasi yang berbeda itu

b. Kehadiran orang lain, khususnya saingan dalam situasi itu

c. Keadaan fisiologis dan emosional : kelelahan, kecemasan,

apatis, murung (Alwisol, 2014).

5. Efikasi kolektif (collective efficacy)

Keyakinan masyarakat bahwa usaha mereka secara bersam-

sama dapat menghasilkan perubahan sosial tertentu, disebut efikasi

kolektif. Ini bukan jiwa kelompok tetapi lebih sebagai efikasi pribadi
19

dari banyak orang yang bekerja bersama. Bandura berpendapat,

orang berusaha mengontrol kehidupan dirinya bukan hanya melalui

efikasi diri individual, tetapi juga melalui efikasi kolektif misalnya

dalam bidang kesehatan, orang memiliki efikasi diri (self efficacy)

yang tinggi untuk berobat atau melakukan diet, tetapi mungkin

memiliki efikasi kolektif (collective efficacy) yang rendah dalam hal

mengurangi polusi lingkungan, bahaya tempat kerja, dan penyakit

infeksi. Efikasi diri (self efficacy) dan efikasi kolektif (collective

efficacy) bersama-sama saling melengkapi untuk mengubah gaya

hidup manusia (Alwisol, 2014).

C. Tinjauan Umum Tentang Motivasi Keluarga

1. Tinjauan Umum Tentang Motivasi

a. Pengertian motivasi

Motivasi merupakan suatu aktivitas yang menempatkan

seseorang atau suatu kelompok yang mempunyai kebutuhan

tertentu dan pribadi, untuk bekerja menyelesaikan tugasnya.

Motivasi merupakan kekuatan, dorongan, kebutuhan, tekanan,

dan mekanisme psikologis yang dimaksudkan merupakan

akumulasi faktor-faktor internal dan eksternal. Faktor internal

bersumber dari dalam diri individu itu sendiri, sedangkan faktor

eksternal bersumber dari luar individu. Faktor internal dapat pula

disebut sebagai akumulasi aspek-aspek internal individu, seperti

kepribadian, intelegensi, ciri-ciri fisik, kebiasaan, kesadaran,


20

minat, bakat kemampuan, spirit, antusiasisme, dan sebagainya.

Faktor eksternal bersumber dari lingkungannya, apakah itu

lingkungan fisik, sosial, tekanan dan regulasi keorganisasian.

Faktor internal dam eksternal itu berinteraksi dan

diakumulasikan oleh individu dalam bentuk kapasitas untuk kerja

(Lestari, 2015).

Motivasi adalah semua hal verbal, fisik atau psikologis

yang membuat seseorang melakukan sesuatu sebagai respon.

Motivasi adalah karakteristik psikologis manusia yang

memberikan kontribusi pada tingkat komitmen seseorang. Hal itu

termasuk faktor-faktor yang menyebabkan dan mempertahankan

tingkah laku manusia dalam arah tekad tertentu (Lestari, 2015).

Motivasi merupakan tenaga penggerak dan kadang-

kadang dilakukan dengan menyampingkan hal-hal yang

dianggap kurang bermanfaat dalam mencapai tujuan. Motivasi

manusia akan lebih cepat dan berungguh-sungguh dalam

melakukan kegiatan. Suatu motivasi murni yang betul-betul

didasari akan pentingnya suatu perilaku dan didasarkan sebagai

suatu kebutuhan (Lestari, 2015).

Motivasi keluarga adalah suatu kondisi yang dapat

mempengaruhi seseorang untuk memberikan dorongan yang

positif maupun negatif serta dapat memberikan arahan pada diri


21

seseorang atau keluarga dalam melakukan pengambilan

keputusan yang tepat (Lestari, 2015).

b. Tujuan motivasi

Secara umum dapat dikartakan bahwa tujuan motivasi

adalah untuk menggerakkan atau menggugah seseorang agar

timbul keinginan dan kemauannya untuk seseorang agar timbul

keinginan dan kemauannya untuk melakukan sesuatu sehingga

dapart memperoleh hasil dan tujuan tertentu. Disini akan

disebutkan tujuan-tujuan dari motivasi adalah sebagai berikut

(Lestari, 2015),

1) Meningkatkan moral dan keputusan pekerja

2) Meningkatkan produktivitas

3) Mempertahankan kestabilan pekerja

4) Meningkatkan kedisiplinan

5) Menciptakan suasana dan hubungan kerja yang baik

6) Mempertinggi rasa tanggung jawab terhadap tugas-tugasnya

c. Sumber sumber motivasi

Sumber-sumber motivasi dibagi menjadi 3 yaitu :

1) Motivasi Intrinsik

Yaitu motivasi yang berasal dari dalam diri individu

itu sendiri. Termasuk motivasi intrinsik adalah perasaan

nyaman pada ibu nifas ketika dia berada di rumah bersalin.


22

2) Motivasi ekstrinsik

Yaitu motivasi yang datangnya dari luar individu,

misalnya saja dukungan verbal dan non verbal yang

diberikan oleh teman dekat atau keakraban sosial.

3) Motivasi terdesak

Yaitu motivasi yang muncul dalam kondisi terjepit

dan munculnya serenrtak serta menghentak dan cepat sekali

(Lestari, 2015)

d. Teori motivasi

Teori tentang motivasi yang dikenal dengan teori hirarki

kebutuhan dasar manusia. Maslow menyebutkan bahwa faktor

pendorong yang menyebabkan seseorang bekerja adalah

motivasi. Teori tentang hirarki kebutuhan ini sangan banyak

dipakai untuk membuat konseptualisasi motivasi manusia,

Maslow menyampaikan bahwa kebutuhan manusia tersusun

secara hirarki. Bila suatu kebutuhan telah dapat dicapai oleh

individu, maka kebutuhan yang lebih tinggi segerah menjadi

kebutuhan baru yang harus dicapai. Konsekuensinya untuk

jangka panjang individu tidak dapat dimotivasi hanya oleh

penghargaan dan perasaan sukses saja, yang lebih penting adalah

memberi kepastian penjelasan yang cukup dan jaminan

keamanan kerja sebagai pekerja tetap (Lestari, 2015).


23

Keseluruhan teori motivasi yang dikembangkan oleh

Maslow berintikan pendapat yang menguatkan kebutuhan

manusia dapat diklasifikasikan pada lima hirarki kebutuhan,

yaitu kebutuhan fisiologi, kebutuhan rasa aman, kebutuhan

memiliki kebutuhan penghargaan dan kebutuhan aktualisasi diri

(Lestari, 2015).

Indikator fisik dan fisiologis untuk menggambarkan

secara rinci hirarki kebutuhan manusia menurut maslow sebagai

berikut:

1) Fisiologi ; Lapar, Haus, Seks, Rasa enak, Tidur, Istirahat

2) Rasa aman ; Menghindari bahaya dan bebas dari rasa takut

atau ancaman

3) Rasa memiliki ; rasa bahagia berkumpul dan berserikat,

perasaan diterima dikelompok, rasa bersahabat dan afeksi

4) Penghargaan ; menerima keberhasilan diri, berkompetisi,

keyakinan, rasa diterima orang lain, aspirasi, rekognisi, dan

martabat

5) Aktualisasi diri ; keinginan mengembangkan diri secara

maksimal melalui usaha diri, kreaktivitas, ekspresi diri

(Lestari, 2015).

Motivasi instrinsik berasal dari dalam diri manusia,

biasanya timbul dari perilaku yang dapat memenuhi kebutuhan

sehingga manusia menjadi puas. Motivasi ekstrinsik barasal dari


24

luar yang merupakan pengaruh dari orang lain atau lingkungan.

Perilaku yang dilakukan dengan motivasi ekstrinsik penuh

dengan kekhawatiran dan kesaingan apabila tidak tercapai

kebutuhannya. Faktor yang mempengaruhi motivasi seseorang

untuk bekerja antara lain sikap, masa kerja, status kepegawaian,

dan kondisi kerja (Lestari, 2015).

Motivasi adalah proses manajemen untuk mempengaruhi

tingkah laku manusia berdasarkan pengetahuan mengenai apa

yang membuat orang bergegas. Jenis motivasi secara umum

adalah uang, penghormatan, tantangan, pujian, kepercayaan

atasan, pengakuan, penghargaan, kemandirian, lingkungan yang

kreatif, bonus atau hadiah, ucapan terima kasih dan keyakinan

dalam bekerja (Lestari, 2015).

e. Motivasi Kerja

Motivasi kerja adalah suatu kondisi yang berpengaruh

untuk membangkitkan, mengarahkan dan memelihara perilaku

yang berhubungan dengan lingkungan kerja. Motivasi kerja

adalah suatu hal yang berasal dari internal individu yang

menimbulkan dorongan atau semangat untuk bekerja keras

(Lestari, 2015).
25

f. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Motivasi

1) Faktor Fisik

Motivasi yang ada didalam diri individu yang

mendorong untuk bertindak dalam rangka memenuhi

kebutuhan fisik seperti kebutuhan jasmani, raga, materi,

benda atau berkaitan dengan alam. Faktor fisik merupakan

faktor yang berhubungan dengan kondisi lingkungan dan

kondisi seseorang, meliputi : kondisi kesehatan, umur dan

sebagainya.

2) Faktor Herediter

Motivasi yang didukung oleh lingkungan

berdasarkan kematangan atau usia seseorang.

3) Faktor Intristik Seseorang

Motivasi yang berasal dari dalam dirinya sendiri

biasanya timbul dari perilaku yang dapat memenuhi

kebutuhan sehingga puas dengan apa yang sudah dilakukan.

4) Fasilitas (sarana dan prasarana)

Motivasi yang timbul karena adanya kenyamanan

dan segala yang memudahkan dengan tersedianya sarana-

sarana yang dibutuhkan untuk hal yang diinginkan.


26

5) Situasi dan Kondisi

Motivasi yang timbul berdasarkan keadaan yang

terjadi sehingga mendorong memaksa seseorang untuk

melakukan sesuatu.

6) Program dan Aktifitas

Motivasi yang timbul atas dorongan dalam diri

seseorang atau pihak lain yang didasari dengan adanya

kegiatan (program) rutin dengan tujuan tertentu.

7) Audio Fisual (Media)

Motivasi yang timbul dengan adanya informasi yang

di dapat dari perantara sehingga mendorong atau

mengunggah hati seseorang untuk melakukan sesuatu.

8) Umur

Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan

kekuatan seseorang akan lebih matang berfikir logis dan

bekerja sehingga motivasi seseorang kuat dalam melakukan

sesuatu hal (Lestari, 2015).

g. Cara Meningkatkan Motivasi

1) Memotivasi dengan kekerasan (motivating by force), yaitu

cara memotivasi dengan ancaman hukuman atau kekerasan

dasar yang dimotivasi dapat melakukan apa yang harus

dilakukan.
27

2) Memotivasi dengan bujukan (motivating by enticement),

yaitu cara memotivasi dengan bujukan atau memberi hadiah

agar melakukan sesuatu harapan yang memberikan motivasi.

3) Memotivasi dengan identifikasi (motivating by identification

on egoinvoiremen), yaitu cara memotivasi dengan

menanamkan kesadaran (Lestari, 2015).

V. KERANGKA KONSEP

A. Dasar Pemikiran Variabel Penelitian

Dalam kerangka konsep ini dijelaskan beberapa konsep yang

melandasi penelitian dengan menggunakan dua variabel yaitu variabel

independen dan dependen. Variabel independen adalah Self Efficacy

dan Motifasi Keluarga pada siswa SMA dan variabel dependen adalah

Keinginan Berhenti Merokok.

B. Hubungan Antar Variabel

Berdasarkan uraian diatas maka disusun model kerangka konsep

sebagai berikut :

Variabel Independen Variabel Dependen

1. Self Efficacy
Keinginan
2. Motivasi Keluarga Berhenti Merokok

Keterangan :
: Variabel independen

: Variabel dependen

: Hubungan antar variabel


28

C. Identifikasi Variabel

1. Variabel Independen (Bebas)

Variabel yang memengaruhi atau nilainya menentukan

variabel lain. Variabel bebas biasanya dimanipulasi, diamati, dan

diukur untuk diketahui hubungannya atau pengaruhnya terhadap

variabel lain. Dalam ilmu keperawatan, variabel bebas biasanya

merupakan stimulus atau intervensi keperawatan yang diberikan

kepada klien untuk memengaruhi tingkah laku klien (Nursalam,

2016).

2. Variabel Dependen (Tergantung/Terikat)

Variabel yang dipengaruhi nilainya ditentukan oleh variabel

lain. Variabel respons akan muncul sebagai akibat dari manipulasi

variabel-variabel lain. Dalam ilmu perilaku, variabel terikat adalah

aspek tingkah laku yang diamati dari suatu organisme yang dikenai

stimulus. Dengan kata lain, variabel terikat adalah faktor yang

diamati dan diukur untuk menentukan ada tidaknya hubungan atau

pengaruh dari variabel bebas.

D. Defenisi Operasional dan Kriteria Objektif

Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik

yang diamati dari sesuatu yang didefinisikan tersebut. Karakteristik

yang dapat diamati (diukur) itulah yang merupakan kunci definisi

operasional. Dapat diamati artinya memungkinkan peneliti untuk

melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu


29

objek atau fenomena yang kemudian dapat diulangi lagi oleh orang lain

(Nursalam (2002) dalam Nursalam 2016).

Self efficacy adalah kepercayaan diri seseorang terhadap

kemampuannya untuk mengatasi suatu masalah, self efficacy dalam

penelitian ini adalah sejauh mana seorang responden yang mempunyai

keyakinan diri yang kuat untuk berhenti merokok. Self efficacy dapat di

ukur dengan koesioner menggunakan skala likert dengan jumlah

pertanyaan yaitu sebanyak 10 pertanyaan. Setiap pertanyaan terdiri dari

4 alternatif jawaban. Adapun kriteria objektifnya di tentukan dengan

menggunakan rumus median sebagai ajuan sebagai berikut :

Tinggi : Jika skor jawaban responden ≥ 25 dari total penilaian

Rendah : Jika skor jawaban responden < 25 dari total penilaian

Motivasi keluarga merupakan motivasi yang didapatkan atau

yang diberikan keluarga (orang tua) terhadap tindakan yang akan

dilakukan oleh responden itu sendiri.

Kriteria objektif :

Memotivasi : Jika skor jawaban responden ≥ 25 dari total

penilaian

Tidak memotivasi : Jika skor jawaban responden < 25 dari total

penilaian

Keinginan untuk berhenti merokok suatu keadaan dimana

responden berkeinginan untuk berhenti merokok.


30

Kriteria objektif :

Ingin : Jika skor jawaban responden ≥ 25 dari total penilaian

Tidak ingin : Jika skor jawaban responden < 25 dari total penilaian

E. Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini, adalah sebagai berikut :

1. Hipotesis Nol (H0)

Hipotesis yang digunakan untuk pengukuran statistik dan

interprestasi hasil statistik. Hipotesis nol dapat sederhana atau

kompleks dan bersifat sebab atau akibat (Nursalam, 2016).

Tidak ada hubungan self efficacy dan motivasi keluarga

dengan keinginan berhenti merokok.

2. Hipotesis Alternatif (Ha)

Hipotesis ini menyatakan adanya suatu hubungan,

pengaruh, dan perbedaan antara dua atau lebih variabel. Hubungan,

perbedaan, dan pengaruh tersebut dapat sederhana atau kompleks,

dan bersifat sebab-akibat (Nursalam, 2016).

Ada hubungan self efficacy dan motivasi keluarga dengan

keinginan berhenti merokok.

VI. METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif

corelasi dengan pendekatan cross-sectional (Hubungan dan Asosiasi).


31

Cross-Sectional adalah penelitian yang menekankan waktu

pengukuran/observasi data independen dan dependen hanya satu kali

pada satu waktu (Nursalam, 2016).

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di SMA Negeri 3 Pangkep

2. Waktu Penelitan

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 10 Desember 2018 sampai

dengan 10 Januari 2019

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi merupakan subjek yang memenuhi kriteria yang

telah ditetapkan (Nursalam, 2017).

Populasi dalam penelitian ini adalah 53 orang siswa laki-

laki kelas XI IPA SMA Negeri 3 Pangkep.

2. Sampel

Sampel terdiri atas bagian populasi terjangkau yang dapat

dipergunakan sebagai subjek penelitian melalui sampling

(Nursalam, 2016).

Berdasarkan hasil total sampling tersebut maka jumlah

sampel yang akan diteliti oleh peneliti sebanyak 53 orang siswa

kelas XI IPA di SMA Negeri 3 Pangkep.


32

a. Besar Sampel

Besar sampel yang akan diteliti adalah tidak dibatasi

pada siswa kelas XI IPA SMA Negeri 3 Pangkep selama

penelitian selesai.

b. Sampling

Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi

untuk dapat mewakili populasi (Nursalam, 2016). Pengambilan

sampel dalam penelitian ini dilakukan secara nonprobability

sampling dengan menggunakan teknik total sampling.

D. Cara Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada

subjek dan proses pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan

dalam suatu penelitian (Nursalam, 2016).

1. Jenis data

a. Data Primer : Dalam penelitian ini, seluruh data diambil secara

langsung dari responden (data primer), yang meliputi data

tentang hubungan self efficacy dan motivasi keluarga dengan

keinginan berhenti merokok, data diukur menggunakan alat

ukur kuesioner.

b. Data Sekunder : Data yang diperoleh dari sekolah SMA Negeri

3 Pangkep.
33

2. Instrumen Penelitian

Menggunakan pengukuran kuesioner, pada jenis

pengukuran kuesioner ini peneliti mengumpulkan data secara

formal kepada subjek untuk menjawab pertanyaan secara tertulis.

Pertanyaan yang diajukan dapat juga dibedakan menjadi

pertanyaan terstruktur, peneliti hanya menjawab sesuai dengan

pedoman yang sudah ditetapkan dan tidak terstruktur, yaitu subjek

menjawab secara bebas tentang sejumlah pertanyaan yang diajukan

secara terbuka oleh peneliti (Nursalam, 2016).

3. Teknik pengumpulan data

Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada

subjek dan proses pengumpulan karakteristik subjek yang

diperlukan dalam suatu penelitian. Selama proses pengumpulan

data, peneliti memfokuskan pada penyediaan subjek, melatih

tenaga pengumpulan data (jika diperlukan), memperhatikan

prinsip-prinsip validitas dan reabilitas, serta menyelesaikan

masalah-masalah yang terjadi agar data dapat terkumpul sesuai

dengan rencana yang telah ditetapkan. Teknik pengumpulan data

yaitu : kuesioner dan wawancara (Nursalam, 2016).

E. Langkah Pengolahan Data

Menurut Hidayat (2014), Pengolahan data dilakukan dengan

manual dan menggunakan software komputer, pengolahan data

meliputi:
34

1. Editing (Penyuntingan)

Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data

yang diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada

tahap pengumpulan data atau setelah data terkumpul.

2. Coding (Pengkodean)

Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka)

terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori.

3. Data Entry/ Tabulation (Tabulating)

Data entry adalah kegiatan memasukkan data yang telah

dikumpulkan ke dalam master tabel atau database computer,

kemudian membuat distribusi frekuensi sederhana atau bisa juga

dengan membuat tabel kontigensi.

4. Teknik Analisis / Analisa Data

Dalam melakukan analisis, khususnya terhadap data penelitan akan

menggunakan ilmu statistik terapan yang disesuaikan dengan

tujuan yang hendak dianalisis.

Setelah data tabulasi, selanjutnya dilakukan analisa data yaitu

sebagai berikut :

a. Analisa Univariat

Analisa univariat adalah analisa yang dilakukan menganalisis

setiap variabel dari hasil penelitian. Analisa univariat berfungsi

untuk meringkas kumpulan data hasil pengukuran sedemikian

rupa sehingga kumpulan data tersebut berubah menjadi


35

informasi yang berguna, dan pengolahan datanya hanya satu

variabel saja sehingga dinamakan univariat dengan melihat

distribusi frekuensi, mean, median, dan modus (Sujarweni,

2014).

b. Analisa Bivariat

Analisa bivariat adalah analisa yang dilakukan lebih dari dua

variabel. Analisa bivariat berfungsi untuk mengetahui

hubungan antar variabel dengan menggunakan uji statistik Chi-

Square Test dengan toleransi kesalahan 5% (α 0,05)

(Sujarweni, 2014).

F. Pengujian Hipotesis

Metode pengambilan keputusan yang didasarkan atas hasil uji

statistik, uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji chi-

square, karena baik variabel independen maupun variabel dependen

merupakan variabel kategorik, batas kemaknaan yang digunakan adalah

0,05. Pengambilan keputusan statistik dilakukan dengan

membandingkan ρ (ρ value) dengan nilai α (0,05) dengan ketentuan :

1. Bila ρ value ≤ nilai α (0,05), maka H0 ditolak dan Ha diterima,

interpretasi ada hubungan antara variabel independen dan variabel

dependen.

2. Bila ρ value > nilai α (0,05), maka Ha ditolak dan H0 diterima,

interpretasi tidak ada hubungan antara variabel independen dan

variabel dependen.
36

G. Etika Penelitian

Secara umum prinsip etika dalam penelitian/pengumpulan data

dapat dibedakanmenjadi tiga bagian, yaitu prinsip manfaat, prinsip

menghargai hak-hak subjek, dan prinsip keadilan (Nursalam, 2016) :

1. Prinsip manfaat

a. Bebas dari penderitaan

Penelitian harus dilaksanakan tanpa mengakibatkan

penderitaan kepada subjek, khususnya jika menggunakan

tindakan khusus.

b. Bebas dari eksploitasi

Partisipasi subjek dalam penelitian, harus dihindarkan dari

keadaan yang tidak menguntungkan. Subjek harus diyakinkan

bahwa partisipasinya dalam penelitian atau informasi yang

telah diberikan, tidak akan dipergunakan dalam hal-hal yang

dapat merugikan subjek dalam bentuk apapun.

c. Risk benefits ratio

Peneliti harus hati-hati mempertimbangkan risiko dan

keuntungan yang akan berakibat kepada subjek pada setiap

tindakan.

2. Prinsip menghargai atau menghormati martabat manuasia (respect

human dignity)

a. Hak untuk ikut / tidak menjadi responden (right to self

determination)
37

Subjek harus diperlakukan secara manusiawi. Subjek

mempunyai hak memutuskan apakah mereka bersedia menjadi

subjek ataupun tidak, tanpa adanya sangsi apapun atau akan

berakibat terhadap kesembuhannya, jika mereka seorang klien.

b. Hak untuk mendapatkan jaminan dari perlakuan yang

diberikan (right to full disclosure)

Seorang peneliti harus memberikan penjelasan secara

tyerperinci serta bertanggung jawab jika ada sesuatu yang

terjadi kepada subjek.

c. Informed consent

Subjek harus mendapatkan informasi secara lengkap tentang

tujuan penelitian yang akan dilaksanakan, mempunyai hak

untuk bebas berpartisipasi atau menolak menjadi responden.

Pada Informed consent juga perlu dicantumkan bahwa data

yang diperoleh hanya akan dipergunakan untuk pengembangan

ilmu.

3. Prinsip keadilan (right to justice)

a. Hak untuk mendapatkan pengobatan yang adil (right in fair

treatment)

Subjek harus diperlakukan secara adil baik sebelum, selama,

dan sesudah keikutsertaannya dalam penelitian tanpa adanya

diskriminasi apabila ternyata mereka tiak bersedia atau

dikeluarkan dari penelitian


38

b. Hak dijaga kerahasiaannya (right to privacy)

Subjek mempunyai hak untuk meminta bahwa data yang

diberikan harus dirahasiakan, untuk itu perlu adanya tanpa

nama (anonymity) dan rahasia (confidentiality) (Nursalam,

2016).

VII. PERSONALIA DAN JADWAL PENELITIAN

A. Personal Penelitian

1. Peneliti : Nur Indah Sari. D

2. Pembimbing I : Sri Darmawan, SKM., M.Kes

3. Pembimbing II : DR.Darwis, S.Pd., M.Kes

B. Jadwal Penelitian

No. Kegiatan. Tahun 2018


Oktober November Desember
1. Pengusulan Judul
2. Konsultasi Proposal
3. Uji Proposal
4. Perbaikan Proposal
5. Penelitian dst.

Anda mungkin juga menyukai

  • Bab Iv
    Bab Iv
    Dokumen9 halaman
    Bab Iv
    Jarvis Much
    Belum ada peringkat
  • 04 Laporan
    04 Laporan
    Dokumen149 halaman
    04 Laporan
    Jarvis Much
    Belum ada peringkat
  • Bab Iv1
    Bab Iv1
    Dokumen4 halaman
    Bab Iv1
    Jarvis Much
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen13 halaman
    Bab I
    Jarvis Much
    Belum ada peringkat
  • Bab Vi
    Bab Vi
    Dokumen2 halaman
    Bab Vi
    Jarvis Much
    Belum ada peringkat
  • Lembar Observasi
    Lembar Observasi
    Dokumen6 halaman
    Lembar Observasi
    Jarvis Much
    Belum ada peringkat
  • Kasus KLP 1
    Kasus KLP 1
    Dokumen1 halaman
    Kasus KLP 1
    Jarvis Much
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii1
    Bab Ii1
    Dokumen3 halaman
    Bab Ii1
    Jarvis Much
    Belum ada peringkat
  • Kuesioner Penelitian
    Kuesioner Penelitian
    Dokumen16 halaman
    Kuesioner Penelitian
    Jarvis Much
    Belum ada peringkat
  • Bab Iv
    Bab Iv
    Dokumen6 halaman
    Bab Iv
    Jarvis Much
    Belum ada peringkat
  • Bab V
    Bab V
    Dokumen8 halaman
    Bab V
    Jarvis Much
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Dokumen6 halaman
    Bab Iii
    Jarvis Much
    Belum ada peringkat
  • 02 Abstrak
    02 Abstrak
    Dokumen1 halaman
    02 Abstrak
    Jarvis Much
    Belum ada peringkat
  • 06 Daftar Lampiran
    06 Daftar Lampiran
    Dokumen1 halaman
    06 Daftar Lampiran
    Jarvis Much
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen4 halaman
    Bab Ii
    Jarvis Much
    Belum ada peringkat
  • SAMPUL
    SAMPUL
    Dokumen1 halaman
    SAMPUL
    Jarvis Much
    Belum ada peringkat
  • Bab V
    Bab V
    Dokumen13 halaman
    Bab V
    Jarvis Much
    Belum ada peringkat
  • Kuesioner Penelitian
    Kuesioner Penelitian
    Dokumen12 halaman
    Kuesioner Penelitian
    Jarvis Much
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen5 halaman
    Bab I
    Jarvis Much
    Belum ada peringkat
  • Bab Iv
    Bab Iv
    Dokumen5 halaman
    Bab Iv
    Jarvis Much
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen6 halaman
    Bab I
    Jarvis Much
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen21 halaman
    Bab Ii
    Jarvis Much
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen6 halaman
    Bab I
    Jarvis Much
    Belum ada peringkat
  • 05 Daftar Tabel
    05 Daftar Tabel
    Dokumen2 halaman
    05 Daftar Tabel
    Jarvis Much
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen7 halaman
    Bab I
    Jarvis Much
    Belum ada peringkat