Anda di halaman 1dari 149

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perubahan pelayanan keperawatan mempunyai dua pilihan utama, yaitu

mereka melakukan inovasi dan berubah atau mereka yang diubah oleh suatu

keadaan dan situasi. Perawat harus mempunyai keterampilan dalam proses

perubahan. Keterampilan pertama adalah proses keperawatan. Proses

keperawatan merupakan pendekatan dalam menyelesaikan masalah yang

sistematis dan konsisten dengan perencanaan perubahan. Keterampilan kedua

adalah ilmu teoretis dan pengalaman praktik. Perawat harus diajarkan ilmu

teoretis di kelas dan mempunyai pengalaman praktik untuk bekerja secara

efektif dengan orang lain (Nursalam, 2015).

Perubahan pelayanan kesehatan/keperawatan merupakan kesatuan dalam

perkembangan dan perubahan keperawatan di Indonesia. Bahkan menjadi hal

yang aneh atau tidak semestinya terjadi, apabila masyarakat umum dan

lingkungannya terus–menerus berubah, sedangkan keperawatan yang

merupakan bagian masyarakat tersebut tidak berubah dalam menata kehidupan

profesi keperawatan. Perubahan adalah cara keperawatan mempertahankan

diri sebagai profesi dan berperan aktif dalam menghadapi era global

(Nursalam, 2015).

Profesionalisasi keperawatan merupakan proses dinamis di mana profesi

keperawatan yang telah terbentuk (1983) mengalami perubahan dan

perkembangan karakteristik sesuai dengan tuntutan profesi dan kebutuhan

1
masyarakat. Profesionalisasi merupakan proses pengakuan terhadap sesuatu

yang dirasakan, dinilai, dan diterima secara spontan oleh masyarakat. Profesi

ini baru saja mendapat pengakuan dari profesi lain, sehingga dituntut untuk

mengembangkan diri agar dapat berpartisipasi aktif dalam sistem pelayanan

kesehatan di Indonesia demi mendapat pengakuan dari masyarakat. Untuk

mewujudkan pengakuan tersebut, perawat masih harus memperjuangkan

langkah-langkah profesionalisasi sesuai dengan keadaan dan lingkungan sosial

di Indonesia. Proses ini merupakan tantangan bagi perawat Indonesia dan

perlu dipersiapkan dengan baik, berencana, dan berkelanjutan (Nursalam,

2015).

Sejalan dengan makin meningkatnya tingkat pendidikan dan keadaan

ekonomi masyarakat. Syarat pelayanan kesehatan yang baik banyak

macamnya, salah satu diantaranya dipandang mempunyai peranan yang amat

penting adalah menyangkut mutu pelayanan. Tuntuan kebutuhan masyarakat

akan pelayan kesehatan ada era global akan terus berubah karena masalah

kesehatan yang dihadapi masyarakat juga terus mengalami perubahan.

Pelayanan keperawatan terorganisir, memerlukan perawat manejer atau

adriministrator yang mempunyai pengetahuan, keterampilan dan kompetensi

pada semua aspek manajemen. Perewat manejer siap terhadap perubahan dan

mampu menghadapi tantangan dari lingkungan yang selalu berubah dan

menggalang sistem pendukung yang lain (Nursalam, 2015).

Mutu pelayanan keperawatan sebagai indikator kualitas pelayanan

kesehatan menjadi salah satu faktor penentu citra institusi pelayanan

2
kesehatan di mata masyarakat. Hal ini terjadi karena keperawatan merupakan

kelompok profesi dengan jumlah terbanyak, paling depan dan terdekat dengan

penderitaan, kesakitan, serta kesengsaraan yang dialami pasien dan

keluarganya. Salah satu indikator dari mutu pelayanan keperawatan itu adalah

apakah pelayanan keperawatan yang diberikan itu memuaskan pasien atau

tidak. Kepuasan merupakan perbadingan antara kualitas jasa pelayanan yang

didapat dengan keinginan, kebutuhan, dan harapan Tjiptono, 2004,

dalam(Nursalam, 2015).

Sebagaimana proses keperawatan, dalam manajemen keperawatan terdiri

dari pengumpulan data, identifikasi masalah, perencanaan, pelaksanaan dan

evaluasi akhir/hasil. Karena manajemen keperawatan mempunyai mempunyai

kekhususan terhadap mayoritas tenaga daripada pegawai,, maka setiap tahapan

didalam proses manajemen lebih rumit jika dibandingkan dengan proses

keperawatan. Pelaksanaan praktek profesi manajemen yang ada menekankan

pada penerapan kondep dan prinsip kepemimpinan dalam manjemen

keperawatan untuk membentuk pelayanan yang optimal sesuai harapan dalam

praktek profesi ini (Nursalam, 2015).

Untuk mewujudkan pelayan keperawatan yang berkualitas sesuai dengan

visi dan misi Rumah Sakit tidak terlepas dari proses manajemen, yang

merupakan suatu pendekatan dinamis dan proaktif dalam menjalankan suatu

kegiatan organisasi. Dalam organisasi keperawatan, pelaksanaan manajemen

dikenalnsebagai manajemen keperawatn (Nursalam, 2015).

3
Manajemen didefinisikan sebagai suatu pendekatan yang dinamis

proaktif menjalankan suatu kegiatan di organisasi. Manajemen mencakup

kegiatan planning, organizing, actuanting, controling evaluasi (POACE)

terhadap staf, saranan dan proses dalam menyelesaikan pekerjann orang lain.

Praktek keperawatan profesional yang diterapkan di Rumah Sakit diharapkan

dapat memperbaiki asuhan keperawatan yang diberikan untuk pasien diaman

lebih diutamakan pelayanan yang bersifat interaksi antar individu. Pernyataan

tersubut juga sesuai dengan ciri-ciri dari pelayanan keperawatan profesional

yaitu memiliki otonomi, bertanggung jawab dan bertanggung gugat

(accountability), menggunakan metode ilmiah, berdasarkan standar praktik

dan kode etik profesi, dan mempunyai aspek legal. Fenomena tesebut

memerlukan upaya pembenahan dan inovasi dalam manajemen pelayanan

keperawatan di rumah sakit, sehingga rumah sakit memberikan pelayanan

yang terbaik kepada masyarakat yang membutuhkan (Nursalam,2015).

Berdasarkan hal tersebut, Maka kami Mahasiswa Program Studi profesi

Ners STIKES Nani Hasanuddin Makassar angkatan XVIII, melaksanakan

praktik dengan lingkup Manajemen keperawatan di Rumah Sakit Umum

Daerah Pangkep.

B. Tujuan

1. Tujuan umum

Setelah dilakukan praktek manajemen keperawatan, mahasiswa

mampu menerapkan konsep-konsep dan prinsip administrasi/manajemen

4
keperawatan pada rumah sakit dalam meningkatkan mutu pelayanan

keperawatan profesional.

2. Tujuan khusus

a. Melanjutkan kegiatan praktik manajemen di RSUD Pangkep.

b. Mengidentifikasi kebutuhan dan masalah manajemen keperawatan

berdasarkan analisis situasi nyata di RSUD Pangkep.

c. Menyusun tujuan dan alternative pemenuhan kebutuhan dan

pemecahan masalah manajemen keperawatan RSUD Pangkep.

d. Merencanakn tindak lanjut dari hasil yang dicapai berupa upaya

mempertahankan dan memperbaiki hasik melalui kerjasama dengan

unit terkait.

C. Manfaat

1. Bagi Rumah Sakit

Melalui praktek ini mahasiswa dapat membantu Rumah Sakit untuk

memecahkan masalah yang bersifat teknis operasional dari satu aspek

manajemen pelayanan keperawatan tertentu, yang dapat meningkatkan

mutu pelayanan keperawatan secara umum yang akhirnya akan

meningkatkan mutu pelayan keperawatan profesional.

2. Bagi Ruangan

Melalui praktek ini, mahasiswa dapat membantu ruang perawatan

Sawit 1 untuk menyelesaikan masalah yang bersifat teknis operasional dari

suatu aspek manajemen layanan keperawatan tertentu yang dapat

5
meningkatkan mutu pelayanan keperawatan secara umum yang akhirnya

dapat meningkatkan mutu pelayanan kesehatan profesional.

3. Bagi program Studi Profesi Ners STIKES Nani Hasanuddin

Peningkatan kualitas proses pembelajaran yang melibatkan mahasiswa

secara aktif dalam kegiatan administrasi dan manajemen Rumah Sakit.

4. Bagi Mahasiswa

Memperoleh pengalaman dan pengetahuan nyata dalam

mengitegrasikan ilmu manajemen keperawatan langsung pada tatanan

nyata Rumah Sakit dan manajemen MAKP pada tatanan nyata di Ruang

Sawit 1 sehingga lebih bermutu.

D. Tempat dan Waktu

Praktek Manajemen Keperawatan dilaksanakan selama satu bulan pada

tanggal 16 April-12 Mei 2018 di Ruang Perawatan Sawit 1 RSUD Pangkep

E. Tahap Pelaksanaan

1. Tahap orientasi

a. Perkenalan dengan kepala bidang keperawatan, kepala ruangan

didampingi oleh pembimbing akademik.

a. Diskusi dengan kepala bidang keperawatan, kepala ruangan dan staf.

b. Mengumpulkan data terhadap input, proses dan output dari aspek

manajemen kepewatan yang akan di uji.

2. Tahap identifikasi permasalahan

a. Mengidentifikasi permasalahan yang didapatkan dari pengkajian

6
b. Identifikasi masalah dilakukan dengan pembuatan lembar observasi,

perumusan masalah dan presentasi hasil observasi

3. Tahap pemecahan masalah dan implementasi

a. Melakukan analisa data

b. Penentuan proriatas masalah aspek kajian manajemen dan input,

proses dan output yang telah disepakati bersama staf di ruangan, yang

dilanjutkan dengan penetapan tujuan dan seleksi alternatif pemecahan

masalah yang dirumuskan dalam bentuk pernyataan mencakup apa,

siapa, berapa lama, dan tujuan yang akan dicapai.

c. Pembuatan rencana kegiatan (Plan of Action) dengan

mempertimbangkan biaya, waktu, sarana dan kebijakan yang tersedia

di Rumah Sakit.

d. Presentasi dan sosialisasi kegiatan.

4. Tahap evaluasi

5. Tahap pembuatan laporan dan presentasi hasil

a. Prensentasi hasil akhir dan praktek

b. Penyerahan laporan pelaksanaan praktek pada rumah sakit dan

kampus.

7
BAB II
TINJAUAN UMUM
RSUD PANGKEP

A. Sejarah Singkat RSUD Pangkep


RumahSakitUmum Daerah Kab. Pangkep yang berdiri pada tahun

1972, awalnya diprakarsai oleh Bupati Pangkep yang saatitu di jabat oleh, H.

M. ARSJAD, B dan di resmikan olehProf. DR. G. A. SIWABESSY,

Menteri Kesehatan Republik Indonesia, pada tanggal 6 Oktober 1972, pada

awalnya pendiriannya hanya memiliki beberapa orang tenaga full timer dan

masih berstatus Rumah Sakit Type D, dan berdasarkan keputusan Mentri

Kesehatan Republik Indonesia No. 1226/MENKES/SK/X/1997, tentang

peningkatan kelas rumah sakit, klasifikasi Rumah Sakit Umum Daerah Kab.

Pangkep meningkat dari rumah sakit type D kerumah sakit kelas C.

Sedangkan operasionalnya sesuai SK Bupati Pangkep No. 158 Tahun 2004,

tanggl 31 Desember 2004.

Dari tahun ketahun Rumah Sakit Umum Daerah Kab. Pangkep

mengadakan pembenahan sedikit demi sedikit mengalami perbaikan dari

rentangl ebih dari 40 tahun Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Pangkep

mengalami pasang surut seiring dengan perubahan zaman seperti perubahan

status padatahun 1997, pemindahan lokasi dan bangunan baru pada tahun

2004, dan berbagai pembangunan gedung baru.

Pada tahun 2007, RSUD Kab.Pangkep meraih Akreditasi Tingkat

Dasar dari Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS) Pusat Dengan Pokja

Lima Dasar yang terdiri dari :

8
1. AdministrasiKesehatan

2. PelayananMedik

3. Keperawatan

4. RekamMedik

5. Unit Gawat Darurat

Pada tahun 2012, Rumah Sakit Umum Daerah Kab.Pangkep meraih

akreditasi tingkat lanjutan dari Komisi Akreditasi RS (KARS) Pusat dengan

Pokja 12 yang terdiri dari:

1. Administrasi Kesehatan

2. Pelayanan Medik

3. Pelayanan Keperawatan

4. Pelayanan Rekam Medik

5. Pelayanan Unit Gawat Darurat

6. Pelayanan radiologi

7. Pelayanan Laboratorium

8. Pelayanan Kamar Operasi

9. Pelayanan Farmasi

10. Pelayanan Keselamatan Kerja, Kebakaran dan Kewaspadaan Bencana

(K3)

11. Pelayanan Perinatal Resiko Tinggi

12. Dalin (pengendalian infeksi)

9
Penghargaan ini dipertahankan dalam pelayanan kesehatan benar-

benar mencerminkan pelayanan RS yang terakreditasi serta untuk menuju

akreditasi Versi 2012 pada tahun 2017.

Pada tanggal 1 Maret 2016 RSUD Kab.Pangkep baru ditetapkan

sebagai badan layanan umum daerah (BLUD) RSUD Kab.pangkep dengan

status pola pengelolaan keuangan BLUD (PKK-BLUD) penuh.

RSUD Kab.Pangkep telah melalui beberapa periode kepemimpinan,

mulai dari awal berdirinya RSUD Kab.Pangkep tahun 1972 hingga

terbentuknya menjadi badan layanan umum daerah (BLUD) pada tahun

2015. Adapun urutan periode kepemimpinan sampai saat ini adalah sebagai

berikut:

1. Tahun 1972-1973: dr. N.F. Sulistiyo

2. Tahun 1973-1976: dr. A.Rahman

3. Tahun 1976-1981: dr. Saharuddin Sanusi

4. Tahun 1981-1983: dr. Indro Susanto

5. Tahun 1983-1985: dr. Nurdin Badollah

6. Tahun 1985-1990: dr. Boy Maxmuntu

7. Tahun 1991-1998: dr. Muhammad Noor

8. Tahun 1998-2002: dr. Indriyanti Latief

9. Tahun 2002-2003: dr. Halil Thahir

10. Tahun 2003-2005: dr. A. Maudari

11. Tahun 2005-2009: dr. Hartini Djafar

12. Tahun 2009 (1 bulan) Plt: Drs. Mustari, MM

10
13. Tahun 2009-2010: Plt: Drs. A. Yathrib Pare

14. Tahun 2010-2013 Plt: Frans D. Manaba, Amd.Rad, SKM

15. Tahun 2013-2014 Plt: Drs. Mustari, MM

16. Tahun 2014 (1 bulan) Plt: Arman S.Kep,Ns

17. Tahun 2014-2018: dr. Baharuddin, MM

18. Tahun 2018: dr.H. Annas Ahmad, Sp.B, M.Kes

B. Gambaran Umum RUSD Kab. Pangkep


1. Gambaran Lokasi

Rumah sakit umum daerah kabupaten pangkep merupakan satu-

satunya rumah sakit umum pangkep milik pemerintah kabupaten

pangkep dengan jangkauan seluas 35.403m dengan luas bangunan

9.996m, dengan jumlah penduduk kabupaten pangkep secara keseluruhan

sebanyak 326.042 jiwa, dengan rincian laki-laki 157.315 jiwa dan

perempuan 169.042 jiwa.

Letak geografis RSUD Kab. Pangkep berada di :

- Sebelah utara berbatasan dengan Kantor dinas Kesehatan Kabupaten

Pangkep

- Sebelah selatan berbatasan dengan Kantor Daerah Kabupaten Bupati

Pangkep

- Sebelah timur berbatasan dengan Perumahan penduduk Kabupaten

Pangkep

- Sebelah barat berbatasan dengan Jalan Poros Makassar-Pare pare, Jl.

Sultan Hasanuddin Kabupaten Pangkep

11
2. Visi, Misi, Falsafah, Dan Motto

Pada tahun 2016 dilakukan evaluasi terhadap visi, misi, falsafah, dan

motto RSUD Kabupaten Pangkep. Setelah itu dilakukan revisi karena

dianggap bahwa visi, misi, falsafah, dan motto sebelumnya tidak lagi

relefan dengan kondisi RSUD Kabupaten Pangkep saat ini. Adapun visi,

misi, falsafah dan motto RSUD Kab Pangkep saat ini, sebagai berikut :

 Visi

“Menjadikan Rumah Sakit unggul, mandiri berlandaskan iman”

 Misi

1. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan secara profesional

2. Menyelenggarakan pelayanan yang berorientasi kepada

keselamatan pasien dan kepuasan pasien serta semangat spiritual

3. Menyelenggarakan pengelolaan manajemen yang modern

4. Meningkatkan kesejahteraan karyawan secara proporsional

5. Menyelenggarakan pendidikan, pelatihan, dan pengembangan

sumber daya manusia (SDM)

 Falsafah

“Dengan budaya sipakatau, sipakainge, dan sipakalebbi kita

mewujudkan kebersamaan dan keharmonisan dalam pelayanan Rumah

Sakit”

 Motto

“Melayani dengan keikhlasan”

12
3. Tugas dan Fungsi

 Tugas

RSUD Kab. Pangkep mempunyai tugas melaksanakan penyusunan

dan pelaksanaan kebijakan penyelenggaraan Pemerintahan Daerah

yang bersifat spesifik dibidang pelayanan kesehatan yang menjadi

tanggung jawab berdasarkan kewenangannya sesuai dengan Peraturan

Perundang-Undangan yang berlaku.

 Fungsi

Untuk penyelenggaraan tugas RSUD Kab. Pangkep mempunyai

fungsi:

1. Perumusan kebijakan teknis dibidang kesehatan

2. Pemberian dukungan atas penyelenggaraan Pemerintah Daerah

dibidang pelayanan kesehatan

3. Pelaksanaan tugas dibidang pelayanan kesehatan sesuai dengan

lingkup tugasnya.

4. Tujuan, Program, dan Sasaran

 Tujuan

Tujuan RSUD Kab. Pangkep ditetapkan berdasarkan visi, dan

indikator-indikator keberhasilan. Sasaran dan program RSUD Kab.

Pangkep merupakan bagian integral dalam progres perencanaan

strategi organisasi yang dirumuskan untuk masing-masing tujuan.

Tujuan dan sasaran strategi yang ditetapkan dapat dirumuskan

sebagai berikut:

13
1. Tujuan umum

a. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di Kab. Pangkep

b. Terwujudnya RSUD Kab. Pangkep sebagai RS yang unggul

dalam pelayanan dan ramah lingkungan

c. Terwujudnya RS modern yang mampu memberikan pelayanan

medis yang sesuai dengan prosedur dan strategis pelayanan yang

memadai dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat umum

dan masyarakat industri.

2. Tujuan khusus

a. Terwujudnya RSUD Kab. Pangkep dengan fasilitas sarana yang

memadai mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan

teknologi khususnya dibidang medis dan dapat dijangkau serta

memiliki SDM yang profesional

b. Terwujudnya kemampuan dalam memberikan pelayanan medis

yang bermutu dengan biaya terjangkau oleh semua lapisan

masyarakat yang dapat memberikan kepuasan bagi pengunjung

c. Menjadikan RSUD Kab. Pangkep sebagai RS yang mampu

berperan aktif dalam meningkatkan derajat kesehatan

masyarakat, khususnya dalam upaya menurunkan AKI dan AKB

d. Menjadikan RSUD Kab. Pangkep sebagai tempat layanan secara

umum, tempat pelayanan dan sebagai sarana kesehatan bagi

masyarakat industri.

14
e. Menjadikan RSUD Kab. Pangkep sebagai RS yang ramah

lingkungan

3. Terwujudnya RS sebagai RS yang mengelola manajemen

modern

 Program

1. Program pelayanan administrasi perkantoran

2. Program peningkatan sarana prasarana aparatur

3. Program disiplin aparatur

4. Program peningkatan kapasitas sumber daya aparatur

5. Program peningkatan pengembangan sistem pelaporan capaian

program ini dapat dcapai dengan kegiatan

6. Program peningkatan pengembangan sistem pelaporan capaian

kinerja dan keuangan

7. Program peningkatan mutu pelayanan kesehatan

8. Program kemitraan pelayanan kesehatan

9. Program sandarisasi pelayanan kesehatan

10.Program pengadaan peningkatan sarana prasarana RS

11.Program pemeliharaan sarana prasarana RS

12.Program upaya kesehatan RS

13.Program obat dan pembekalan kesehatan

 Sasaran

1. Peningkatan pelayanan rumah sakit yang berorientasi kepada

keselamatan pasien dan kepuasan pasien

15
2. Tersedianya tenaga Sumber Daya Manusia (SDM) di RS

3. Terpenuhinya sarana dan prasarana RS

4. Terpenuhi kebutuhan obat-obatan dan bahan habis pakai di RS.

5. Struktur Organisasi

Rumah Sakit Umum Kab. Pangkep yang berdiri pada tahun 1972,

awalnya di prakarsai oleh Bupati Pangkep, waktu itu dijabat oleh H. M.

ARSJAD, B dan diresmikan oleh Prof. DR. G. A. SIWABESSY, Mentri

Kesehatan Republik Indonesia, pada tanggal 6 oktober 1972, pada awal

pendirianya hanya memiliki beberapa tenaga full timer dan masih

berstatus Rumah Sakit tipe D, dan berdasarkan keputusan Mentri

Kesehatan Republik Indonesia 1226/MENKES/SK/X/1997, tanggal 26

oktober 1997, tentang peningkatan kelas Rumah Sakit, klasifikasi Rumah

Sakit umum daerah kab. Pangkep meningkat dari Rumah Sakit kelas C

sedangkan operasionalnya sesuai SK Bupati Pangkep No 158 tahun

2004, tanggal 31 Desember 2004.

RSUD Kab. Pangkep secara hukum dan organisasi berbentuk kantor

sesuai dengan PERDA NO 12 TAHUN 2007, dimana dikepalai oleh

seseorang Direktur dan Dinantu oleh kepala tata usaha dan kepala-kepala

bidang serta kepala seksi, dalam melaksanakan tugas pokok dan

fungsinya dan direktur RSUD Kab. Pangkep dibantu pula oleh para

fungsional yang dapat memberikan dan melaksanakan pelayanan

kesehatan kepada masyarakat dengan melakukan pelayanan.

16
a. Gawat Darurat

b. Asuhan Keperawatn (Perawatan)

c. Persalinan

d. Laboratorium

e. Radiologi

f. Fisioterafi

g. Rujukan dan Layanan Spesialistik (poliklinik)

h. Farmasi

i. Kamar Operasi

j. ICU

k. ODC (One Day Care)

l. Konsultasi Gizi

m. PKBRS

n. Bank Darah

Dari tahun ke tahun Rumah Sakit Daerah Kab.Pangkep mengadakan

pembenahan sedikit demi sedikit mengalami perbaikan, dari rentang

lebih dari 40 tahun Rumah Sakit Umum Daerah Kab. Pangkep

mengalami pasang surut seiring dengan perubahan zaman, seperti

perubahan status pada tahun 1997 dan pindahan lokasi dan bangunan

baru pada tahun 2004.

Dalam rangka menghadapi perubahan kondisi lingkungan

eksternaldan internal ,yang dimulai dengan membangun komitmen

diantara kariawan, tekad tersebut dituangkan dalam visi rumah sakit

17
umum daerah kab pangkep yaitu “menjadikan rumah sakit unggul dalam

pelayanan terjangkau, nyaman, manusiawi, dan ramah lingkungan serta

menjadi pusat rujukan kesehatan kearah pengelolaan manajemen rumah

sakit yang modern”.

Hal ini dilakukan dengan mengembangkan mekanisme kontrol

melalui morning report,yang dibarengi dengan perbaikan insentif. Untuk

menunjang kelancaran pelayanan, kini telah direncanakan pula system

komputerisasi sehingga mampu mengurangi antrian pasien saat

pendaftaran maupun pemulangan.

Pada tahun 2007 hingga tahun 2008, Rumah Sakit Umum Daerah

Kab. Pangkep meraih Akreditasi Tinggi Dasar yang terdiri dari

Administrasi Kesehatan, Pelayanan Medik, Keperawatan, Rekam Medik,

dan Unit Gawat darurat.

6. Ketenagaan

Pada tahun 2015-2016 jenis tenaga yang ada di Rumah Sakit Umum

Pangkep bila dilihat kebutuhan tenaga dokter dimana tenaga dokter

spesialis sudah mencukupi, dimana tenaga dokter spesialis 15 orang,

Dalam (Interna), Radiologi, Bedah, Anak, Jiwa, Mata, THT, Kulit dan

Kelamin, Saraf, (Kebidanan) Obgyne, Anastesi, Patologi Klinik dan

Patologi Anatomi. Akan tetapi untuk jumlah tenaga perawat dan bidan

masih sangat dibutuhkan dengandemekian pada tahun 2015-2016 Rumah

sakit mengadakan penambahan tenaga suka rela untuk memenuhi

kebutuhan teaga perwat dan bidan.

18
Tabel 2.1. Dustribusi Tenaga Berdasarkan Kualifikasi Pendidikan di
Rumah Sakit Umum Pada Tahun 2015-2016

NO KLASIFIKASI JUMLAH
A Pelayanan Medik Dasar :
1. Dokter umum 11
2 Dokter Gigi 4
B Pelayanan Medik Spesialis
1 Interna 3
2 Bedah 3
3 Anak 1
4 Obgyn 1
C Pelayanan Medik Spesialis Penunjang : 4
(Anastesi, Patologi Klinik, Radiologi,
Rehab Medik)
D Pelayanan Medik Sp. Gigi Mulut 2
E Pelayanan Medik Sp. Lainnya :
1 Mata 2
2 Syaraf 1
3 THT 1
F Keperawatan
1 Perawat 443
2 Bidan 81
G Kefarmasian 26
H Gizi 10
I Keterapian Fisik/Radiologi 26
J Keteknisian medis 4
K Petugas Rekam Medis 6
L Petugas IPRS 6
M Petugas pengelola limbah 2
N Petugas kamar jenazah 1
O Laboratorium 14
Jumlah 574

19
7. Sarana
Sarana yang ada di arumah Sakit Umum Daerah Kab. Pangkep tediri

dari:

1. Ruang Administrasi (Lt.11)

2. Ruang Poliklinik (Rawat Jalan0

3. Ruang Laboratorium

4. Ruang Fisioterapi

5. Instalasi Farmasi

6. Ruang rawat inap

 Ruang Perawatan Anak

 Ruang VIP

 Ruang Perawatan Kelas I, II, III, dan Isolasi

7. Instalasi Gawat darurat

8. One Day care

9. Ruang Operasi

10. Ruangan ICU

11. Instalasi Gizi

12. Ruangan Persalinan

13. Ruang Kamar Mayat

14. Ruang pertemuan

15. Perumahan Dokter

16. Ruang Laundry

17. Ruang Rekam Medik

18. Ruang ASKES

20
19. Instalasi Radiologi

20. Ruang Kasir

21. Ambulance

22. IPS-RS (Work shop)

23. Bank Darah

8. Gambaran Umum Ruang Sawit I

a. Penataan gedung/ lokasi dan denah ruangan

Lokasi penerapan proses manajerial perawatan ini dilakukan

pada Ruang Perawatan Sawit I Rumah Sakit Umum Daerah Pangkep

dengan uraian sebagai berikut:

Ruangan Sawit I berada di lantai II di salah satu bangunan

RSUD Pangkep dimana bangunan ini terdiri dari 2 lantai dan dibagi

menjadi 4 ruang perawatan. Setiap lantai dipisahkan menjadi 2 ruang

perawatan, sebelah kiri merupakan ruang perawatan Sawit II.

1) Lantai I merupakan ruang perawatan Bougenvile I dan II

2) Lantai II merupakan ruang perawatan Sawit I dan II

a) Sebelah timur berbatasan dengan ruang perawatan lantai II Palm.

b) Sebelah barat berbatasan dengan jalan raya.

c) Sebelah selatan berbatasan dengan tangga .

d) Sebelah utara berbatasan dengan ruang perawatan Sawit II.

21
b. Fasilitas

1) Fasilitas untuk pasien

Tabel 2.2. Daftar fasilitas untuk pasien Ruang Perawatan Sawit I


RSUD Pangkep

NO. Nama Barang Jumlah Kondisi Ideal


1. Tempat tidur 8 Baik 1/ruangan
Kamar 8 Baik
2. Meja pasien 8 Baik 1:1
3. Kipas angin/AC 8 Baik 1:1
4. Kursi roda 1 Baik
5. Branchart 1 Baik 1/ruangan
6. Jam dinding 4 Rusak 1/ruangan
7. Timbangan 1 Baik 1/ruangan
8. Kamar mandi/WC 8 Baik 1/ruangan
9. Dapur - Rusak
10. Westafel -

2) Fasilitas untuk petugas kesehatan

a) Ruang kepala ruangan terpisah dengan ruang pertemuan

perawat.

b) Kamar mandi perawat / WC ada 1 (diruang ganti)

c) Ruang staf dokter tidak ada

d) Nurse station berada di tengah ruangan

e) Gudang berada di sebelah kamar 07

f) Ruang ganti berada di belakang nurse station

22
3) Alat kesehatan yang ada di ruang sawit 1 RSUD Pangkep

Tabel 2.3. Daftar fasilitas untuk pasien Ruang Perawatan Sawit 1


RSUD Pangkep

No. Nama Barang Jumlah Kondisi


1. Stetoskop 2 Baik
2. Tromol besar 1 Baik
3. Electro Cardio Gram 1 Baik
4. Lemari Es 1 Baik
5. Com Stainless 2 Baik
6. Infus pump 1 Baik
7. Senter 1 Baik
8. Bak Injeksi 1 Baik
9. Ember Sampah Pasien 8 Baik
10. Papan Tulis 1 Baik
11. Lemari Kaca 2 Baik
12. Lemari Besi - -
13. Tensimeter 1 Baik
14. Pinset Anatomis 1 Baik
15. Pinset Cirurgis 1 Baik
16. Gunting Nekrotomi 2 Baik
17. Gunting Perban 1 Baik
18. Korentang dan Tempat 1 Baik
19. Bengkok 3 Baik
20. Suction 1 Baik
21. Telepon 2 Baik
22. Komputer - -
23. Alat Pemadam Kebakaran 3 Baik
24. Lemari Obat 1 Baik
25. Lampu Darurat -
26. Syiringe pump 1 Baik
27. Kereta Obat - -
28. Standar Baskom - -
29. Standar Infus 8 Baik
30. Ambu Bag 1 Baik
31. Nebuliser 1 Baik
32. Manometer O2 Lengkap 1 Baik
33. Standar O2 1 Baik
34. Termometer 1 Baik

23
35. Tromol kecil 2 baik
36. Spatel 2 Baik
37. Klem 1 Baik
38. Baki besar 3 Baik
39. Baki kecil 1 Baik
40. Alat GDS 1 Baik
41. Pispot laki-laki 8 Baik
42. Pispot perempuan 8 Baik
43. Buli-buli 8 Baik
43. Alat sterilistor 1 Baik

4) Consumable (obat-obatan dan bahan habis pakai)

a) Hanscoond

b) Masker

c) Kassa

d) Plester

e) Bethadine

f) Alkohol

g) Kapas

5) Administrasi Penunjang

a) Buku Injeksi

b) Buku Visite

c) Buku Observasi TTV

d) Buku Timbang Terima

e) Lembar Dokumentasi

f) SOP

g) Buku inventaris

24
h) Buku CSSD

i) Leaflet

j) Buku registrasi

k) Buku dalin

6) Tempat Pembuang Sampah

a) Tempat sampah non medis : 2 buah

b) Tempat sampah medis : 2 buah

c) Safety Box : 1 buah

25
BAB III
TINJAUAN TEORI

A. Manajemen Keperawatan
1. Definisi Manajemen Keperawatan
Manajemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan
proaktif dalam menjalankan suatu kegiatan di organisasi. Manajemen
mencakup kegiatan POAC (planning, organizing, actuating, controlling)
terhadap staf, sarana, dan prasarana dalam mencapai tujuan organisasi
(Nursalam, 2015).
Manajemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan
proaktif dalam menjalankan suatu kegiatan di organisasi.Manajemen
mencakup kegiatan POAC (planning, organizing, actuating, controlling)
terhadap staf, sarana, dan prasarana dalam mencapai tujuan organisasi
(Nursalam, 2015).
Manajemen menurut Weihrich dan Koontz dalam Nursalam
(2015), adalah suatu proses merancang dan memelihara suatu lingkungan
dimana orang-orang yang bekerja sama didalam suatu kelompok dapat
mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan seefisien mungkin
(Nursalam, 2015). Dengan demikian manajemen keperawatan adalah suatu
pendekatan yang dinamis dan proaktif untuk merancang dan memelihara
suatu lingkungan manajemen keperawatan secara profesional.
2. Fungsi–Fungsi Manajemen
Berikut ini fungsi–fungsi manajemen menurut Swansburg (2000)
dalam Nursalam (2017), yang dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Perencanaan (Planning)
Perencanaan merupakan fungsi dasar dari manajemen. Perencanaan
dalam manajemen keperawatan adalah proses mental dimana semua
manajer perawat menggunakan data yang valid dan dapat dipercaya
untuk mengembangkan objektif dan menentukan sumber-sumber yang
dibutuhkan. Tujuan utama dari perencanaan adalah membuat

26
kemungkinan yang paling baik dalam penggunaan personel, bahan, dan
alat. Huber (2006) dalam Nursalam (2017), menyatakan bahwa
perencanaan merupakan fungsi manajemen yang digunakan untuk
memilih prioritas, hasil, dan metode yang digunakan untuk sebuah
sistem dan kemudian membimbing sistem untuk mengikuti arahan
tersebut. Robins dan Coulter (2007) dalam Nursalam (2017),
menyatakan bahwa fungsi perencanaan mencakup proses merumuskan
sasaran, membangun strategi untuk mencapai sasaran yang telah
disepakati, dan mengembangkan perencanaan tersebut untuk
memadukan dan mengkoordinasikan sejumlah kegiatan.
1) Kriteria Struktur
a) Kebijakan manajemen pelayanan keperawatan sebagai
pendukung penyusun perencanaan.
b) Visi misi sarana pelayanan kesehatan.
c) Falsafah dan tujuan pelayanan keperawatan yang mengacuh
pada visi/misi.
d) Data dan informasi yang dibutuhkan untuk perencanaan secara
tepat dan memadai.
e) Standar ketenagaan, standar fasilitas dan peralatan pelayanan
keperawatan.
f) Tersedianya sumber daya yang dibutuhkan untuk pelayanan
keperawatan.
g) Mekanisme perencanaan pelayanan keperawatan
2) Kriteria Proses
a) Melaksanakan koordinasi dengan unit pelayanan terkait.
b) Melibatkan unsur pengolaan dan staf sesuai tingkat manejerial.
c) Melaksanakan perencanaan secara “bottom up“
3) Kriteria Hasil
a) Dokumentasi yang menunjukkan perencanaan keperawatan
meliputi: aspek ketenagaan, fasilitas, peralatan dan upaya
pengendalian mutu pelayanan.

27
b) Perencanan keperawatan merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari rencana induk perencanaan secara kesehatan
b. Pengorganisasian (Organizing)
Fungsi manajemen keperawatan dalam organisasi adalah
mengembangkan seseorang dan merancang organisasi yang paling
sederhana untuk menyelesaikan pekerjaan. Pengorganisasian meliputi
proses memutuskan tingkat organisasi yang diperlukan untuk mencapai
objektif divisi keperawatan, departemen atau pelayanan, dan unit. Huber
(2006) dalam Nursalam (2017), menyatakan bahwa pengorganisasian
adalah fungsi manajemen yang berhubungan dengan mengalokasi dan
mengatur sumber daya untuk menyelesaikan tujuan yang dicapai. Peran
manajer dalam fungsi pengorganisasian adalah menentukan, tugas yang
akan dikerjakan, individu yang akan mengerjakan, pengelompokkan
tugas, struktur pertanggungjawaban, dan proses pengambilan keputusan.
Manajer bertanggung jawab juga dalam merancang pekerjaan staf yang
digunakan untuk mencapai sasaran organisasi.
1) Kriteria Struktur
a) Kebijakan tentang manajemen pelayanan keperawatan sebagai
pendukung pengorganisasian.
b) Struktur organisasi dan tata hubungan kerja struktural dan
fungsional pelayanan keperawatan disarana pelayanan kesehatan
c) Uraian tugas, tanggung jawab dan wewenang yang jelas dan
tertulis bagi tiap tenaga keperawatan.
d) Tenaga keperawatan yang ditunjuk untuk menduduki jabatan
tertentu.
e) Dokumen kualifikasi/persyaratan jabatan bagi pimpinan
keperawatan
2) Kriteria Proses
a) Memahami uraian tugas, tanggung jawab dan wewenang bagi
tiap tenaga keperawatan .

28
b) Melaksanakan tugas sesuai dengan uraian tugas, tanggung jawab
dan wewenang.
c) Melakukan koordinasi kegiatan pelayanan keperawatan
3) Kriteria Hasil
a) Adanya tenaga keperawatan yang menduduki jabatan sesuai
dengan persyaratan .
b) Pelayanan keperawatan bagian integral didalam struktur
organisasi sarana kesehatan.
c) Adanya dokumen pengaturan pendayagunaan sumber daya
keperawatan : ketenagaan, fasilitas peralatan.
d) Adanya dokumen pelaksanaan rapat koordinasi.
c. Pengarahan (Actuating/Directing)
Proses implementasi program agar dapat dijalankan oleh seluruh
pihak dalam organisasi serta proses memotivasi agar semua pihak
tersebut dapat menjalankan tanggungjawabnya dengan penuh kesadaran
danproduktifitas yang tinggi.
Kegiatan dalam Fungsi Pengarahan dan Implementasi :
1) Mengimplementasikan proses kepemimpinan, pembimbingan, dan
pemberian motivasi kepada tenaga kerja agar dapat bekerja secara
efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan.
2) Memberikan tugas dan penjelasan rutin mengenai pekerjaan.
3) Menjelaskan kebijakan yang ditetapkan
a) Kriteria Struktur
(1) kebijakan tentang manajemen pelayanan keperawatan yang
mendukung fungsi pengarahan.
(2) Adanya tenaga keperawatan yang memiliki kemampuan dan
keterampilan manajerial.
(3) Adanya mekanisme pembinaan tenaga keperawatan .
(4) Adanya fasilitas yang mendukung lingkungan kerja yang
kondusif untuk pembinaan.

29
b) Kriteria Proses
(1) Melaksanakan pembinaan tenaga keperawatan berdasarkan
hasil evaluasi kinerja.
(2) Memberikan umpan balik.
(3) Melaksanakan tindak lanjut hasil program pembinaan antara
lain: pemberian penghargaan dan sanksi.
c) Kriteria Hasil
(1) Adanya dokumen pelaksanaan program pembinaan.
(2) Adanya peningkatan kemampuan tenaga keperawatan yang
dibina.
(3) Adanya dokumen upaya tindak lanjut hasil pelaksanaan
pembinaan antara lain : pemberian penghargaan dan sanksi
d. Pengendalian atau Pengevaluasian (Controlling)
Proses terakhir dari manajemen adalah pengendalian (controlling)
atau kontrol. Fayol (1998) mendefinisikan kontrol sebagai “pemerikaan
mengenai apakah segala sesuatunya terjadi sesuai dengan rencana yang
telah disepakati, instruksi yang dikeluarkan, dan prinsip-prinsip yang
ditentukan, yang bertujuan menunjukkan kekurangan dan kesalahan
agar dapat diperbaiki dan tidak terjadi lagi”.Pengendalian harus
dilakukan untuk mengetahui fakta yang ada sehingga apabila muncul
isu dapat segera direspon dengan didiskusikan bersama.
Menurut Mockler (1984), pengendalian manajemen adalah usaha
sistematis yang berujuan untuk menetapkan standar prestasi kerja yang
esuai dengan tujuan perencanaan, untuk merancang system umpan balik
ninformasi membandingkan prestasi yang sesungguhnya dngan standar
yang telah ditetapkan, untuk menetapkan apakah ada penyimpangan,
dan mengukur signifikansinya erta mengambil tindkakan yang
diperlukan guna memastikan bahwa sumberr daya digunakan dengan
cara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan.
Pengendalian manajemen adalah proes untuk memastikan bahwa
aktivitas sebenarnya sesuai dengan aktivitas yang direncanakan dan

30
fungsi untuk menjamin kualitas seta mengevaluasi penampilan.
Langkah-langkah yang hrus dilakukan dalam pengendalian meliputi
hal-hal berikut:
1) Menetapkan standar dan metode pengukuran prestasi kerja.
2) Melakukan pengukuran prestasi kerja.
3) Menetapkan apakah prestasi kerja sesuai dengan standar.
4) Mengambil tindakan korektif.
Peralatan atau instrument dipilih untuk mengumpulkan bukti dan
menunjukkan standar yang telah ditetapkan. Audit merupakan penilaian
pekerjaan yang telah dilakukan. Terdapat 3 kategori audit keperawatan,
yaitu sebagai berikut. Audit struktur. Audit proses. Audit hasil (keliat
dan akemat, 2014). Tahapan pengendalian yaitu:
1) Menetapkan standar (strandard set = Ss), yaitu membuat pedoman
kerja/proses pengendalian sesuai dengan tujuan akhir yang akan
dicapai oleh organisasi.
2) Membandingkan standar pelayanan keperawatan yang nyata
(standard applied = Sa), yaitu membandingkan dengan melakukan
identifikasi antara standar kerja yang telah ditetapkan dengan
kenyataan yang telah dilaksanakan. Tahapan in hasilnya
menemukan semua masalah yang menghambat pelaksanaan
manajemen keperawatan. Masalah ini menjadi feedback yang akan
dilaporkan ke manajer yang lebih tinggi dan membutuhkan
keputusan serta memerlukan tindak lanjut.
3) Membuat perbaikan feedback (feedback correction = F), yaitu
membuat langkah-langkah penyelesaian masalah secara cepat dan
tepat. Tindak lanjut juga memperhatikan prioritas dan
tingkat/derajat masalahnya serta kemungkinan penyelesaiannya
dengan pihak terkait.
4) Mempertahankan kesinambungan proses (continuing = C), yaitu
hasil tindak lanjut diupayakan agar selesai tuntas dan selalu
menguntungkan organisasi sehingga bisa mempertahankan

31
kesinambungan, keberadaan organisasi. Bila perlu adanya
keluhan/masalah aka menambah kredibilitas organisasi. Hal ini
akan terlihat bagaimana pelanggan melihat kemempuan organisasi
dalam menyelesaikan setiap masalah yang timbul (Kurniadi, 2013).
e. Prinsip–prinsip manajemen
1) Dasar perencanaan: pemikiran atau konsep tindakan ktertulis yang
merupakan fungsi untuk menurunkan resiko dalam pengambilan
keputusan atau pemecahan masalah dan efek perubahannya.
Adapun kegiatan yang bisa dilakukan adalah analisa dan mengkaji
sistem, mengatur strategi, menunjukkan tujuan jangka panjang dan
jangka pendek, mengkaji sumber-sumber organisasi dan
kemampuan yang bisa dimanfaatkan, serta membuat aktivitas
berdasarkan prioritas kegiatan.
2) Memanfaatkan waktu yang efektif misalnya membuat jadwal tugas
dan bila ingin tahu kondisi yang tahu sebenarnya turun ke
lapangan.
3) Melibatkan staf dalam pembuatan keputusan.
4) Memenuhi kebutuhan asuhan keperawatan yang efektif.
5) Mengorganisir: misalnya struktur organisasi sesuai blok/level
manajemen mulai dari unit, departemen, top/eksekutif dan tingkat
operasional.
6) Melakukan langsung kegiatan pengarahan, misalnya dengan
melaksanakan pendelegasian, supervise, koordinasi secara intern
dan ekstern serta pengendalian.
7) Memberikan motivasi agar tetap tinggi: menaikkan gaji secara
periodic, memberikan pendidikan/pelatihan tambahan dan promosi
lainnya.
8) Menerapkan kounikasi yang efektif baik terhadap sejawat, perawat,
tenaga kesehatan lainnya.
9) Melakukan kegiatan pengendalian: membuat penilaian pelaksanaan
rencana, memberikan instruksi, menetapkan standar/peoman kerja

32
yang dilaksanakan, dan membandingkan penampilan kinerja
dengan standar awal yang telah ditetapkan.
10) Mengembangkan staff. Sebagai manajer harus selalu berfikir
pengembangan staf bukan pengurangan staf, sehingga jenjang karir
dan jabatan yang jelas. Hal ini akan meningkatkan motivasi dan
kinerja staf. Untuk itu penngembangan staff dapat mengikuti
pernyataan katz (dalam Swanburgh, 1990), dimana ada 3 kategori
kemampuan yang harus dimiliki oleh seseorang manajer agar
menjadi sukses dalam pengembangan staf. Tiga kemampuan
perawat yang harus dimiliki adalah:
a) Kemampuan konseptual, yaitu kemampuan berpikir yang
didasari oleh ilmu pengetahuan dan pengalaman yang peernah
dialami. Hal ini mendukung dalam pembuatan perencanaan
terutama membuat visi misi dan kerangka konsep pekerjaan
baik dimasa sekarang maupun yang akan datang.
b) Kemampuan tehnis, yaitu sejauh mana seorang manajer bisa
membuat metode, system dan pedoman kerja yang mudah
diikuti oleh staf dan mudah untuk dievaluasi. Kemampuan ini
juga berdasarkan pengalaman kerja di lapangan. Karena
pengetahuan bila ditunjang dengan pengalaman lapangan akan
menjadi sempurna, sehingga mempercepat dalam proses
pngambilan tindakan dan berani mengambil resiko.
c) Kemampuan human relationship/interpersonal, yaitu
kemampuan untuk mengadakan hubungan dengan orang lain,
dalam hal ini membuat pekerjaan tambah lancer. Membuat
hubungan dengan anak buah, hubungan dengan satu
tingkat/selevel dan membuat hubungan dengan atasan
termasuk pihak luar yang terkait dengan pelayanan.
11) Melakukan kegiatan pengendalian meliputi: membuat penilaian
pelaksanaan rencana, arahan, instruksi, standar kata/pedoman kerja

33
yang akan dilaksanakan, dan membandingkan penampilan kinerja
dengan standar awal yang telah ditetapkan (kurniadi, 2013).
f. Lingkup Manajemen Keperawatan
Keperawatan merupakan disiplin praktik klinis.Manajer
keperawatan yang efektif seyogyanya memahami dan memfasilitasi
pekerjaan perawat pelaksana.Manajer keperawatan mengelola kegiatan
keperawatan meliputi:
1) Menetapkan penggunaan proses keperawatan.
2) Mengetahui intervensi keperawatan yang dilakukan berdasarkan
diagnosa.
3) Menerima akuntabilitas kegiatan keperawatan yang dilaksanakan
oleh perawat.
4) Menerima akuntabilitas hasil kegiatan keperawatan.
5) Manajemen Pelayanan Keperawatan
Pelayanan keperawatan dirumah sakit dikelola oleh bidang
perawatan yang terdiri dari tiga tingkatan manajerial, yaitu:
a) Manajemen puncak (kepala bidang keperawatan).
b) Manajemen menengah (kepala unit pelayanan / supervisor).
c) Manajemen bawah (kepala ruang perawatan).
6) Manajemen Asuhan Keperawatan
Manajemen asuhan keperawatan yang dilakukan dengan
menggunakan proses keperawatan pada prinsipnya menggunakan
konsep–konsep manajemen seperti perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan dan pengendalian atau evaluasi.

B. Model Asuhan Keperawatan Profesional


1. Definisi MAKP
Sistem MAKP adalah suatu kerangka kerja yang mendefinisikan empat
unsur yakni: standar, proses keperawatan, pendidikan keperawatan, dan
sistem MAKP. Defenisi tersebut berdasarkan prinsip – prinsip nilai yang
diyakini dan menentukan kualitas produk atau jasa layanan keperawatan.

34
Jika perawat tidak memiliki nilai-nilai tersebut sebagai sesuatu
pengambilan keputusan yang independen, maka tujuan pelayanan
kesehatan atau keperawatan dalam memberi kepuasan pasien tidak akan
dapat rujuk. (Nursalam, 2015)
MAKP adalah pelayanan asuhan keperawatan yang optimal akan terus
menjadi tuntunan bagi organisasi pelayanan kesehatan (Nursalam, 2017).
2. Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP)
Ada 5 metode pemberian asuhan keperawatan profesional yang
sudah ada dan akan terus dikembangkan di masa depan dalam menghadapi
trend pelayanan keperawatan. Untuk memberikan asuhan keperawatan
yang lazim dipakai meliputi metode fungsional, metode kasus, metode tim,
metode primer dan metode modifikasi.
a. Metode Fungsional (bukan MAKP)
Metode fungsional merupakan metode berdasarkan orientasi
tugas dari filosofi keperawatan. Dimana perawat melaksanakan tugas
tertentu berdasarkan jadwal kegiatan yang ada, metode fungsional ini
dilaksanakan oleh perawat dalam pengelolaan asuhan keperawatan
sebagai pilihan utama pada saat perang dunia kedua. Pada saat itu,
karena masih terbatasnya jumlah dan kemampuan perawat. Kelemahan
dari metode ini adalah pelayanan keperawatan terpisah-pisah, tidak
dapat menerapkan proses keperawatan. Setiap perawat hanya
melakukan 1-2 jenis intervensi (misalnya merawat luka).Metode ini
tidak memberikan kepuasan kepada pasien maupun perawat dan
persepsi perawat cenderung kepada tindakan yang berkaitan dengan
keterampilan saja.
b. Metode Kasus
Metode kasus merupakan metode berdasarkan pendekatan holistis
dari filosofi keperawatan dimana perawat bertanggung jawab terhadap
asuhan dan observasi pada pasien tertentu. Setiap pasien dilimpahkan
kepada semua perawat yang melayani seluruh kebutuhannnya pada saat
mereka dinas. Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda untuk

35
setiap shift dan tidak ada jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh
orang yang sama pada hari berikutnya. Metode penugasan kasus
biasanya diterapkan satu pasien satu perawat, umumnya dilaksanakan
untuk perawat privat atau untuk khusus seperti isolasi, perawatan
intensif.

Bagan Sistem Asuhan Keperawatan Case Method Nursing

Kepala Ruangan

Staf Perawat Staf Perawat Staf Perawat

Pasien Pasien Pasien

c. Metode Tim
Metode ini menggunakan tim yang terdiri atas anggota yang
berbeda-beda dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap
sekelompok pasien. Perawat ruangan dibagi menjadi 2-3 tim/grup yang
terdiri atas tenaga profesional, teknikal, dan pembantu dalam satu
kelompok kecil yang saling membantu. Metode ini memungkinkan
pemberian pelayanan keperawatan yang menyeluruh, mendukung
pelaksanaan proses keperawatan, dan memungkinkan komunikasi
antartim, sehingga konflik mudah diatasi dan memberi kepuasan kepada
anggota tim. Namun, komunikasi antaranggota tim terbentuk terutama
dalam bentuk konferensi tim, yang biasanya membutuhkan waktu, yang
sulit untuk dilaksanakan pada waktu-waktu sibuk. Hal pokok dalam
metode tim adalah ketua tim sebagai perawat profesonal harus mampu
menggunakan berbagai teknik kepemimpinan, pentingnya komunikasi
yang efektif agar kontinuitas rencana keperawatan terjamin, anggota

36
tim harus menghargai kepemimpinan ketua tim, model tim akan
berhasil bila didukung oleh kepala ruang.
Tujuan metode keperawatan tim adalah untuk memberikan
perawatan yang berpusat pada klien. Perawatan ini memberikan
pengawasan efektif dari memperkenalkan semua personil adalah media
untuk memenuhi upaya kooperatif antara pemimpin dan anggota tim.
Melalui pengawasan ketua tim nantinya dapat mengidentifikasi tujuan
asuhan keperawatan, mengindentifikasi kebutuhan anggota tim,
memfokuskan pada pemenuhan tujuan dan kebutuhan, membimbing
anggota tim untuk membantu menyusun dan memenuhi standard
asuhan keperawatan.
Walaupun metode tim keperawatan telah berjalan secara efektif,
mungkin pasien masih menerima fragmentasi pemberian asuhan
keperawatan jika ketua tim tidak dapat menjalin hubungan yang lebih
baik dengan pasien, keterbatasan tenaga dan keahlian dapat
menyebabkan kebutuhan pasien tidak terpenuhi.
d. Metode Primer
Metode penugasan dimana satu orang perawat bertanggung
jawab penuh selama 24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien mulai
pasien masuk sampai keluar rumah sakit. Mendorong praktik
kemandirian perawat, ada kejelasan antara pembuat rencana asuhan dan
pelaksana. Metode primer ini ditandai dengan adanya keterkaitan kuat
dan terus-menerus antara pasien dan perawat yang ditugaskan untuk
merencanakan, malakukan, dan koordinasi asuhan keperawatan selama
pasien dirawat.Konsep dasar metode primeradalah ada tanggung jawab
dan tanggung gugat, ada otonomi, dan ketertiban pasien dan keluarga.
e. Metode Modifikasi
Model MAKP Tim dan Primer digunakan secara kombinasi dari
kedua sistem. Menurut Sitorus (2002) dalam Nursalam (2015)
penetapan sistem model MAKP ini didasarkan pada beberapa alasan
berikut:

37
1) Keperawatan primer tidak digunakan secara murni, karena perawat
primer harus mempunyai latar belakang pendidikan S1
keperawatan atau setara.
2) Keperawatan tim tidak digunakan secara murni, karena tanggung
jawab asuhan keperawatan pasien terfragmentasi pada berbagai
tim.
3) Melalui kombinasi kedua model tersebut diharapkan komunitas
asuhan keperawatan dan akuntabilitas asuhan keperawatan terdapat
pada primer, karena saat ini perawat yang ada di RS sebagian besar
adalah lulusan D3, bimbingan tentang asuhan keperawatan
diberikan oleh perawat primer/ ketua tim.
3. Pengelolaan MAKP
a. Sumber Daya Manusia (M1/MAN)
1) Umur
Hubungan usia dengan kinerja atau produktivitas dipercaya
menurun dengan bertambahnya usia.Semakin tua usia seseorang
karyawan semakin kecil kemungkinan keluar dari pekerjaan,
karena semakin kecil alternatif untuk memperoleh kesempatan
pekerjaan lain. Di samping itu karyawan yang bertambah tua
biasanya telah bekerja lebih lama, memperoleh gaji yang lebih
besar dan berbagai keuntungan lainnya.Hal ini disebabkan karena
keterampilan fisiknya sudah mulai menurun.Tetapi produktivitas
seseorang tidak hanya tergantung pada ketrampilan fisik serupa
itu.Karyawan yang bertambah tua, bisa meningkat
produktivitasnya karena pengalaman dan lebih bijaksana dalam
mengambil keputusan (Sitorus, 2011 dalam Nursalam, 2015).
2) Jenis Kelamin
Beberapa isu yang sering diperdebatkan, kesalahpahaman
dan pendapat tanpa dukungan mengenai apakah kinerja wanita
sama dengan pria ketika bekerja. Misalnya ada/tidaknya
perbedaan yang konsisten pria-wanita dalam kemampuan

38
memecahkan masalah, keterampilan, analisis, dorongan, motivasi,
sosiabilitas atau kemampuan bekerja (Nursalam, 2015).
Secara umum diketahui ada perbedaan yang signifikan
dalam produktifitas kerja maupun dalam kepuasan kerja, tapi
dalam masalah absen kerja karyawati lebih sering tidak masuk
kerja daripada laki-laki.Alasan yang paling logis adalah karena
secara tradisional wanita memiliki tanggung jawab urusan rumah
tangga dan keluarga.Bila ada anggota keluarga yang sakit atau
urusan sosial seperti kematian tetangga dan sebagainya, biasanya
wanita agak sering tidak masuk kerja.
3) Masa Kerja
Banyak studi tentang hubungan antara senioritas karyawan
dan produktivitas.Meskipun prestasi kerja seseorang itu bisa
ditelusuri dari prestasi kerja sebelumnya, tetapi sampai ini belum
dapat diambil kesimpulan yang meyakinkan antara dua variabel
tersebut.Hasil riset menunjukkan bahwa suatu hubungan yang
positif antara senioritas dan produktivitas pekerjaan.Masa kerja
yang diekspresikan sebagai pengalaman kerja, tampaknya
menjadi peramal yang baik terhadap produktivitas
karyawan.Studi juga menunjukkan bahwa senioritas berkaitan
negatif dengan kemangkiran. Masa kerja berhubungan negatif
dengan keluar masuknya karyawan dan sebagai salah satu
peramal tunggal paling baik tentang keluar masuknya karyawan.
4) Pendidikan
Pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara dalam Nursalam
(2017), yaitu tuntunan di dalam tumbuhnya anak-anak, adapun
maksudnya, pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan kodrat
yang ada pada anakanak itu, agar mereka sebagai manusia dan
sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan
kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Salah satu upaya untuk
meningkatkan sumber daya keperawatan adalah melalui

39
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, mengikuti pelatihan
perawatan keterampilan teknis atau keterampilan dalam hubungan
interpersonal.Sebagian besar pendidikan perawat adalah
vokasional (D3 Keperawatan).
Untuk menjadi perawat profesional, lulusan SLTA harus
menempuh pendidikan akademik S1 Keperawatan dan Profesi
Ners.Tetapi bila ingin menjadi perawat vokasional (primary
nurse) dapat mengambil D3 Keperawatan/Akademi
Keperawatan.Lulusan SPK yang masih ingin menjadi perawat
harus segera ke D3 Keperawatan atau langsung ke S1
Keperawatan.Selanjutnya, lulusan D3 Keperawatan dapat
melanjutkan ke S1 Keperawatan dan Ners. Dari pendidikan S1
dan Ners, baru ke Magister Keperawatan / spesialis dan Doktor /
Konsultan
5) Pelatihan Kerja
Secara umum pelatihan merupakan bagian dari pendidikan
yang menggambarkan suatu proses dalam pengembangan
organisasi maupun masyarakat. Pendidikan dengan pelatihan
merupakan suatu rangkaian yang tak dapat dipisahkan dalam
sistem pengembangan sumber daya manusia, yang di dalamnya
terjadi proses perencanaan, penempatan, dan pengembangan
tenaga manusia. Dalam proses pengembangannya diupayakan
agar sumberdaya manusia dapat diberdayakan secara maksimal,
sehingga apa yang menjadi tujuan dalam memenuhi kebutuhan
hidup manusia tersebut dapat terpenuhi.
Dengan demikian, kegiatan pelatihan lebih ditekankan
pada peningkatan pengetahuan, keahlian/keterampilan (skill),
pengalaman, dan sikap pesertapelatihan tentang bagaimana
melaksanakan aktivitas atau pekerjaan tertentu.Hal ini sejalan
dengan pendapat Chandra (2016) yang menjelaskan bahwa
pelatihan merupakan serangkaian aktivitas yang dirancang untuk

40
meningkatkan keahlian, pengetahuan, pengalaman ataupun
perubahan sikap seorang individu atau kelompok dalam
menjalankan tugas tertentu.
6) Kebutuhan Tenaga Keperawatan
a) Metode Gillies
Gillies (1989) dalam Nursalam (2017) mengemukakan
rumus kebutuhan tenaga keperawatan di satu unit perawatan
adalah sebagai berikut:
AxBxC F
= =H
( C−D ) xE G
Keterangan:
A = Rata-rata jumlah perawatan/ pasien/ hari
B = Rata-rata jumlah pasien / hari
C = Jumlah hari/tahun
D = Jumlah hari libur masing-masing perawat
E = Jumlah jam kerja masing-masing perawat
F = Jumlah jam perawatan yang dibutuhkan per tahun
G = Jumlah jam perawatan yang diberikan perawat per tahun
H = Jumlah perawat yang dibutuhkan untuk unit tersebut
Prinsip perhitungan rumus Gillies:
Dalam memberikan pelayanan keperawatan ada tiga jenis
bentuk pelayanan, yaitu:
(1) Perawatan langsung, adalah perawatan yang diberikan
oleh perawat yang ada hubungan secara khusus dengan
kebutuhan fisik, psikologis, dan spiritual. Berdasarkan
tingkat ketergantungan pasien pada perawat maka dapat
diklasifikasikan dalam empat kelompok, yaitu: self care,
partial care, total care dan intensive care. Kebutuhan
keperawatan langsung setiap pasien adalah empat jam
perhari sedangkan untuk:
(a) Self care dibutuhkan ½ x 4 jam : 2 jam

41
(b) Partial care dibutuhkan ¾ x 4 jam : 3 jam
(c) Total care dibutuhkan 1- 1½ x 4 jam : 4-6 jam
(d) Intensive care dibutuhkan 2 x 4 jam : 8 jam
(2) Perawatan tak langsung, meliputi kegiatan-kegiatan
membuat rencana perawatan, memasang/ menyiapkan
alat, ,konsultasi dengan anggota tim, menulis dan
membaca catatan kesehatan, melaporkan kondisi pasien.
Dari hasil penelitian RS Graha Detroit (Gillies, 1989) =
38 menit/ pasien/ hari, sedangkan menurut Wolfe &
Young (Gillies, 1989) = 60 menit/ pasien/ hari dan
penelitian di Rumah Sakit John Hpokins dibutuhkan 60
menit/ pasien (Gillies, 1994) dalam Nursalam (2017).
(3) Pendidikan kesehatan yang diberikan kepada klien
meliputi: aktifitas, pengobatan serta tindak lanjut
pengobatan. Menurut Gillies (1994) dalam Nursalam
(2015), waktu yang dibutuhkan untuk pendidikan
kesehatan ialah 15 menit/ pasien/ hari.
(a) Rata-rata pasien per hari adalah jumlah pasien yang
dirawat disuatu unit berdasarkan rata-ratanya
“Bed Occupancy Rate” (BOR) dengan rumus:

Jumlah hari perawatan RS dalam waktu tertentu x 100%


Jumlah tempat tertentu x 365
(b) Jumlah hari pertahun, yaitu 365 hari
(c) Hari libur masing-masing perawat pertahun, yaitu
128 hari, hari minggu =52 hari dan hari sabtu = 52
hari. Untuk hari sabtu tergantung kebijakan RS
setempat, kalau ini merupakan hari libur maka harus
diperhitungkan, begitu juga sebaliknya, hari libur
nasional = 12 hari dan cuti tahunan = 12 hari
(d) Jumlah jam kerja tiap perawat adalah 40 jam per
minggu (kalau hari kerja efektif 5 hari maka 40/5 =

42
8 jam, kalu hari kerja efektif 6 hari per minggu maka
40/6 jam = 6,6 jam perhari)
(e) Jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan di satu
unit harus ditambah 20% (untuk antisiapasi
kekurangan/ cadangan)
Contoh Perhitungannya:Dari hasil observasi dan
sensus harian selama enam bulan di sebuah rumah
sakit A yang berkapasitas tempat tidur 20 tempat
tidur, didapatkan jumlah rata-rata pasien yang
dirawat (BOR) 15 orang perhari. Kriteria pasien
yang dirawat tersebut adalah 5 orang dapat
melakukan perawatan mandiri, 5 orang perlu
diberikan perawatan sebagian, dan 5 orang lainnya
harus diberikan perawatan total.Tingkat pendidikan
perawat yaitu, SPK dan D III Keperawatan.Hari
kerja efektif adalah 6 hari perminggu.
Berdasarkan situasi tersebut maka dapat dihitung
jumlah kebutuhan tenaga perawat di ruang tersebut adalah
sebagai berikut:
(1) Menetukan terlebih dahulu jam keperawatan yang
dibutuhkan klien perhari, yaitu:
(a) Keperawatan Langsung
 Keperawatan Mandiri 3 Orang Pasien
3 X 2 Jam = 6 Jam
 Keperawatan Parsial 5 Orang Pasien
3 X 3 Jam =9 Jam
 Keperawatan Total 3 oang Pasien
3X 6 Jam = 18 Jam
(b) Keperawatan Tidak Langsung 9 OrangnPasien
9 X 1 Jam = 9 Jam

43
(c) Penyuluhan Kesehatan 9 Orang Pasien
9 X 0,25 Jam = 2,25 Jam
Total Jam Keperawatan SecaraKeseluruhan 44,25
Jam
(2) Menentukan jumlah jam keperawatan per pasien per hari
= 44,25 jam / 9 pasien = 4,9 jam
(3) Menentukan jumlah kebutuhan tenaga keperawatan pada
ruangan tersebut
(4) Menentukan jumlah kebutuhan tenaga keperawatan yang
dibutuhkan perhari
(5) Menentukan jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan
per shift, yaitu dengan ketentuan menurut Warstler
(dalam Swansburg, 1990). Proporsi dinas pagi 47%, sore
36%, dan malam 17%. Maka pada kondisi di atas jumlah
tenaga keperawatan yang dibutuhkan per shift adalah:
Shift pagi : 7,05 orang (7 orang)
Shift sore : 4,32 orang (4 orang)
Shift malam : 2,04 orang (2 orang)
(6) Kombinasi jumlah tenaga menurut Intermountain Health
Care Inc. adalah:
58% = 6,38 (6 orang) Ners
26% = 2,86 (1 orang) S1 keperawatan
16% = 1,76 (6 orang) D III Keperawatan
(7) Kombinasi menurut Abdellah dan Levinne adalah:
45% = 6,05 (6 orang) tenaga professional
55% = 4,95 (7 orang) tenaga non professional
b) Metode Douglass
Klasifikasi Pasien Berdasarkan Tingkat
Ketergantungan Dengan Metode Douglas (1984 ) dalam
Nursalam (2015) yaitu:

44
Tabel 3.1. Tingkat Ketergantungan Pasien
No. Klasifikasi dan Kriteria
1 Minimal Care (1-2 jam)
Dapat melakukan kebersihan diri sendiri, mandi, ganti
pakaian dan minum
2. Pengawasan dalam ambulasi atau gerakan
3. Observasi Tanda vital setiap shift
Pengobatan minimal, status psikologi stabil
5. Persiapan prosedur pengobatan
2 Parsial Care (3-4 jam)
1. Dibantu dalam kebersihan diri, makan dan minum,
2. ambulasi
2. Observasi tanda vital tiap 4 jam
3. Pengobatan lebih dari 1 kali
4. Pakai foley kateter
5. Pasang infuse, intake out-put dicatat
6. Pengobatan perlu prosedur
3 Total Care (5-6 jam)
1. Dibantu segala sesuatunya
2. Posisi diatur
3. Observasi tanda vital tiap 2 jam
4. Pakai NG tube
5. Terapi intravena, pakai suction
6. Kondisi gelisah / disorientasi / tidak sadar

Tabel 3.2. Klasifikasi Pasien


KLASIFIKASI PASIEN
Minimal Parsial Total
Pagi Sian Mala Pagi Siang Malam Pagi Sian Mala
g m g m
0,17 0,14 0,07 0,27 0,15 0,10 0,36 0,30 0,20
Contoh Perhitungan:

45
Di ruang Flamboyan RSP. Hasan Sadikin Bandung dirawat
9 orang pasien dengan kategori sebagai berikut: 3 pasien dengan
perawatan minimal, 3 pasien dengan perawatan parsial dan 9
pasien dengan perawatan total. Maka kebutuhan tenaga perawatan
adalah sebagai berikut:
Tabel 3.3. Hasil Klasifikasi Pasien Berdasarkan
Tingkat Ketergantungan
3 ps x 0,17 = 0,51
untuk shift pagi 3 ps x 0,27 = 0,81
1.
9 ps x 0,36 = 3,24
total tenaga pagi = 4,56

3 ps x 0,14 = 0,42
untuk shift siang 3 ps x 0,15 = 0,45
2.
9 ps x 0,30 = 2,7
total tenaga siang = 3,57

3 ps x 0,07 = 3,00
untuk shift malam 3 ps x 0,10 = 0,3
3.
9 ps x 0,20 = 1,00
total tenaga malam = 4,3

Jadi jumlah tenaga yang dibutuhkan adalah:


4,56 + 3,57 + 4,3 = 13 orang perawat
c) Metode Depkes
Pedoman cara perhitungan kebutuhan tenaga perawat
dan bidan menurut direktorat pelayanan keperawatan Dirjen
Yan-Med Depkes RI (2012) dengan memperhatikan unit
kerja yang ada pada masing-masing rumah sakit. Model
pendekatan yang digunakan adalah tingkat ketergantungan
pasien berdasarkan jenis kasus, rata-rata pasien per hari,

46
jumlah perawatan yang diperlukan / hari / pasien, jam
perawatan yang diperlukan/ ruangan / hari dan jam kerja
efektif tiap perawat atau bidan 7 jam per hari.
Contoh Perhitungan:
Tabel 3.4. Cara Perhitungan Kebutuhan Tenaga Perawat
∑ jam
∑ jam
Rata-rata perawtan
No Kategori* perawat/
∑pasien/ hari ruangan/
hari**
hari (cxd)
1 Askep 7 3,00 15,00
Minimal
2 Askep sedang 7 3,08 21,56
3 Askep agak
11 4,15 45,65
berat
4 Askep ! 6,16 6,16
maksimal
Jumlah 26 88,37
Keterangan:
* : Uraian ada pada model Gillies di halaman depan
** : Berdasarkan penelitian di luar negeri
Jumlah perawat yang dibutuhkan adalah:
Jumlah jam perawatan ruangan /hari 88 ,37
= =13 perawat
jam kerja efektif perawat 7

Untuk penghitungan jumlah tenaga tersebut perlu ditambah


(factor koreksi) dengan:
Hari libur/ cuti/ hari besar (loss day)
jumlah hari minggu dalam setahun+cuti+hari besar
x jumlah perawat tersedia
jumlah hati kerja efektif
52+ 12+14
x 13=4 orang perawat
286
Perawat yang mengejakan tugas-tugas non-profesi (non-nursing
jobs)seperti: membuat perincian pasien pulang, kebersihan
ruangan, kebersihan alat-alat makan pasien, dan lain-lain.
Diperkirakan 25% dari jam pelayanan keperawatan.

47
non-nursing jobs 25%
(Jumlah tenaga perawat + loss day) x 25% = (13 + 3,4) x 25% =
13
Jadi jumlah tenaga yang diperlukan= tenaga yang tersedia +
factor koreksi= 13 + 3,4 + 3,9 = 29.
Adapun Tupoksi dari Kepala Ruangan, Perawat Primer, dan
Perawat Asociate menurut MPKP Pemula adalah sebagai
berikut ini:
1) Kepala Ruangan
Fungsi:
a) Menentukan standar pelaksanaan kerja.
b) Memberi pengarahan kepada ketua dan anggota tim.
c) Supervisi dan evaluasi tugas staf.
Uraian Tugas:
a) Perencanaan:
(1) Menunjuk ketua tim yang bertugas di kamar masing-
masing.
(2) Mengikuti serah terima pasien dari shift sebelumnya.
(3) Mengidentifikasi tingkat ketergantungan pasien.
(4) Mengidentifikasi jumlah perawat yang dibutuhkan
berdasarkan aktifitas dan kebutuhan pasien.
(5) Merencanakan metode penugasan dan penjadwalan
staf.
(6) Merencanakan strategi pelaksanaan asuhan
keperawatan.
(7) Merencanakan kebutuhan logistik dan fasilitas
ruangan kelolaan.
(8) Melakukan pelaporan dan pendokumentasian.

b) Pengorganisasian dan ketenagaan:


(1) Merumuskan metode penugasan keperawatan.

48
(2) Merumuskan tujuan dari metode penugasan
keperawatan.
(3) Merumuskan rincian tugas ketua tim dan anggota tim
secara jelas.
(4) Membuat rentang kendali diruang rawat.
(5) Mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan,
misal: membuat roster dinas, mengatur tenaga yang
ada setiap hari sesuai dengan jumlah dan kondisi
pasien.
(6) Mengatur dan mengendalikan pelaksanaan asuhan
keparawatan dalam bentuk diskusi, bimbingan dan
penyampaian informasi.
(7) Mengatur dan mengendalikan logistik dan fasilitas
ruangan
(8) Mengatur dan mengendalikan situasi lahan praktek.
(9) Mendelegasikan tugas kepada ketua tim.
(10) Melakukan koordinasi dengan tim kesehatan lain.
(11) Melakukan pelaporan dan pendokumentasian.
c) Pengarahan:
(1) Memberi pengarahan tentang penugasan kepada ketua
tim.
(2) Memberikan pengarahan kepada ketua tim tentang
pelaksanaan asuhan keperawatan dan fungsi-fungsi
manajemen.
(3) Menginformasikan hal-hal yang dianggap penting dan
berhubungan dengan asuhan keperawatan pasien.
(4) Memberikan motivasi dalam meningkatkan
pengetahuan, keterampilan dan sikap.
(5) Membimbing bawahan yang kesulitan dalam
melaksanakan tugasnya.

49
(6) Memberi pujian kepada bawahan yang melaksanakan
tugas dengan baik.
(7) Memberi teguran kepada bawahan yang membuat
kesalahan.
(8) Melibatkan bawahan sejak awal hingga akhir
kegiatan.
(9) Melakukan pelaporan dan pendokumentasian.
d) Pengawasan:
(1) Melalui komunikasi: mengawasi dan berkomunikasi
langsung dengan ketua tim maupun anggota tim/
pelaksana mengenai asuhan keperawatan yang
diberikan secara langsung kepada pasien.
(2) Melalui evaluasi: mengevaluasi upaya/ kerja ketua tim
dan anggota tim/ pelaksana dan membandingkan
dengan peran masing-masing serta dengan rencana
keperawatan yang telah disusun.
(3) Memberi umpan balik kepada ketua tim.
(4) Mengatasi masalah dan menetapkan upaya tindak
lanjut.
(5) Pengendalian logistik dan fasilitas ruangan.
(6) Memperhatikan aspek etik dan legal dalam pelayanan
keperawatan.
(7) Melakukan pelaporan dan pendokumentasian.
e) Gaya kepemimpinan yang bisa diterapkan:
demokratik, otokratik, pseudo demokartik, situasional,
dll.
f) Peran manajerial: informasional, interpersonal, desisional.
2) Ketua Tim
Fungsi :
a) Membuat perencanaan berdasarkan tugas dan
kewenangannya yang didelegasikan oleh kepala ruangan.

50
b) Membuat penugasan, supervisi dan evaluasi kinerja
anggota tim/pelaksana.
c) Mengetahui kondisi pasien dan dapat menilai kebutuhan
pasien.
d) Mengembangkan kemampuan anggota tim/pelaksana.
e) Menyelenggarakan konferensi
Uraian Tugas:
a) Perencanaan:
(1) Mengikuti serah terima pasien dari shift sebelumnya
bersama kepala ruangan.
(2) Bersama kepala ruangan melakukan pembagian
tugas untuk anggota tim/pelaksana.
(3) Menyusun rencana asuhan keperawatan.
(4) Menyiapkan keperluan untuk pelaksanaan asuhan
keperawatan.
(5) Memberi pertolongan segera pada pasien dengan
masalah kedaruratan.
(6) Melakukan ronde keperawatan bersama kepala
ruangan.
(7) Mengorientasikan pasien baru.
(8) Melakukan pelaporan dan pendokumentasian
b) Pengorganisasian dan ketenagaan:
(1) Merumuskan tujuan dari metode penugasan
keperawatan tim.
(2) Bersama kepala ruangan membuat rincian tugas
untuk anggota tim/pelaksana sesuai dengan
perencanaan terhadap pasien yang menjadi tanggung
jawabnya dalam pemberian asuhan keperawatan.
(3) Melakukan pembagian kerja anggota tim/ pelaksana
sesuai dengan tingkat ketergantungan pasien.

51
(4) Melakukan koordinasi pekerjaan dengan tim
kesehatan lain.
(5) Mengatur waktu istirahat untuk anggota tim/
pelaksana.
(6) Mendelegasikan tugas pelaksanaan proses
keperawatan kepada anggota tim/pelaksana.
(7) Melakukan pelaporan dan pendokumentasian.
c) Pengarahan:
(1) Memberi pengarahan tentang tugas setiap anggota
tim/ pelaksana.
(2) Memberikan informasi kepada anggota tim/
pelaksana yang berhubungan dengan asuhan
keperawatan.
(3) Melakukan bimbingan kepada anggota tim/
pelaksana yang berhubungan dengan asuhan
keperawatan.
(4) Memberi pujian kepada anggota tim/ pelaksana yang
melaksanakan tugasnya dengan baik, tepat waktu,
berdasarkan prinsip, rasional dan kebutuhan pasien.
(5) Memberi teguran kepada anggota tim/pelaksana
yang melalaikan tugas atau membuat kesalahan.
(6) Memberi motivasi kepada anggota tim/pelaksana.
(7) Melibatkan anggota tim/ pelaksana dari awal sampai
dengan akhir kegiatan.
(8) Melakukan pelaporan dan pendokumentasian.
d) Pengawasan:
(1) Melalui komunikasi: mengawasi dan berkomunikasi
langsung dengan anggota tim/ pelaksana asuhan
keperawatan kepada pasien.
(2) Melalui supervisi: melihat/ mengawasi pelaksanaan
asuhan keperawatan dan catatan keperawatan yang

52
dibuat oleh anggota tim/ pelaksana serta menerima/
mendengar laporan secara lisan dari anggota
tim/pelaksana tentang tugas yang dilakukan.
(3) Memperbaiki, mengatasi kelemahan atau kendala
yang terjadi pada saat itu juga
(4) Melalui evaluasi:
(a) Mengevaluasi kinerja dan laporan anggota tim/
pelaksana dan membandingkan dengan peran
masing-masing serta dengan rencana
keperawatan yang telah disusun.
(b) Penampilan kerja anggota tim/ pelaksana dalam
melaksanakan tugas.
(c) Upaya peningkatan kemampuan, keterampilan
dan sikap.
(d) Memberi umpan balik kepada anggota tim/
pelaksana.
(e) Mengatasi masalah dan menetapkan upaya
tindak lanjut.
(f) Memperhatikan aspek etik dan legal dalam
pelaksanaan asuhan keperawatan.
(g) Melakukan pelaporan dan pendokumentasian.
e) Gaya kepemimpinan yang bisa diterapkan: demokratik,
otokratik, pseudo demokartik, situasional, dll.
f) Peran manajerial: informasional, interpersonal,
decisional.

3) Anggota tim/perawat pelaksana:


Fungsi :

53
a) Perencanaan:
(1) Bersama kepala ruang dan ketua tim mengadakan
serah terima tugas.
(2) Menerima pembagian tugas dari ketua tim.
(3) Bersama ketua tim menyiapkan keperluan untuk
pelaksanaan asuhan keperawatan.
(4) Mengikuti ronde keperawatan bersama kepala
ruangan.
(5) Menerima pasien baru.
(6) Melakukan pelaporan dan pendokumentasian
b) Pengorganisasian dan ketenagaan
(1) Menerima penjelasan tujuan dari metode penugasan
keperawatan tim.
(2) Menerima rincian tugas dari ketua tim sesuai dengan
perencanaan terhadap pasien yang menjadi tanggung
jawabnya dalam pemberian asuhan keperawatan.
(3) Melaksanakan tugas yang diberikan oleh ketua tim.
(4) Melaksanakan koordinasi pekerjaan dengan tim
kesehatan lain.
(5) Menyesuaikan waktu istirahat dengan anggota tim/
pelaksana lainnya.
(6) Melaksanakan asuhan keperawatan.
(7) Menunjang pelaporan dan pendokumentasian
tindakan keperawatan yang dilakukan.
c) Pengarahan
(1) Menerima pengarahan dan bimbingan dari ketua tim
tentang tugas setiap anggota tim/ pelaksana.
(2) Menerima informasi dari ketua tim berhubungan
dengan asuhan keperawatan.
(3) Menerima pujian dari ketua tim.

54
(4) Dapat menerima teguran dari ketua tim apabila
melalaikan tugas atau membuat kesalahan.
(5) Mempunyai motivasi terhadap upaya perbaikan.
(6) Terlibat aktif dari awal sampai dengan akhir
kegiatan.
(7) Menunjang pelaporan dan pendokumentasian.
d) Pengawasan
(1) Menyiapkan dan menunjukkan bahan yang
diperlukan untuk proses evaluasi serta terlibat aktif
dalam mengevaluasi kondisi pasien.
(2) Menunjang pelaporan dan pendokumentasian
(Nursalam, 2014).
Adapun rencana bulanan dan tahunan yang dilakukan dan
dibentuk yaitu:
1. Rencana Bulanan Kepala Ruangan
Setiap akhir bulan Kepala Ruangan melakukan
evaluasi hasil keempat pilar atau nilai MPKP dan
berdasarkan hasil evaluasi tersebut kepala ruangan akan
membuat rencana tindak lanjut dalam rangka
peningkatan kualitas hasil. Kegiatan yang mencakup
rencana bulanan karu adalah:
a) Membuat jadwal dan memimpin case conference.
b) Membuat jadwal dan memimpin pendidikan
kesehatan kelompok keluarga
c) Membuat jadwal dinas
d) Membuat jadwal dan memimpin rapat bulanan
perawat
e) Membuat jadwal dan memimpin rapat tim kesehatan
f) Membuat jadwal supervisi dan penilaian kinerja
ketua tim dan perawat pelaksana
g) Melakukan audit dokumentasi

55
h) Membuat laporan bulanan
2. Rencana Bulanan Ketua Tim
Setiap akhir bulan ketua tim melakukan evaluasi
tentang keberhasilan kegiatan yang dilakukan
ditimnya.Kegiatan-kegiatan yang mencakup rencana
bulanan katim adalah:
a) Mempresentasikan kasus dalam case conference
b) Meminpin pendidikan kesehatan kelompok keluarga
c) Melakukan supervisi perawat pelaksana.
3. Rencana tahunan
Setiap akhir tahun Kepala Ruangan melakukan
evaluasi hasil kegiatan dalam satu tahun yang dijadikan
sebagai acuan rencana tindak lanjut serta penyusunan
rencana tahunan berikutnya. Rencana kegiatan tahunan
mencakup :
a) Menyusun laporan tahunan yang berisi tentang kinerja
MPKP baik proses kegiatan (aktifitas yang sudah
dilaksanakan dari 4 pilar praktek professional) serta
evaluasi mutu pelayanan.
b) Melaksanakan rotasi tim untuk penyegaran anggota
masing-masing tim.
c) Penyegaran terkait materi MAKP khusus kegiatan
yang masih rendah pencapaiannya. Ini bertujuan
mempertahankan kinerja yang telah dicapai MPKP
bahkan meningkatkannya dimasa mendatang.
Pengembangan SDM dalam bentuk rekomendasi
peningkatan jenjang karier perawat (pelaksana menjadi
katim, katim menjadi karu), rekomendasi untuk
melanjutkan pendidikan formal, membuat jadual untuk
mengikuti pelatihan-pelatihan.
b. Sarana dan Prasarana (M2/MATERIAL)

56
Bed Occuption Rate (BOR) adalah indikator tinggi rendahnya
pemanfaatan tempat tidur di rumah sakit. Rumus untuk mencari BOR
adalah sebagai berikut:

BOR/hari = Jumlah pasien x 100%


BOR/bulan = Jumlah pasien dalam 30 hari x 100
TT x 30 hari
BOR/tahun = Jumlah pasien dalam 1 tahun x 100%
TT x 365 hari
Tabel 3.5. Alat Pencatatan dan Pelaporan di Ruang Rawat Inap
Menurut DEPKES (2011) dalam Chandra (2016)

No. Nama Barang Ratio Pasien: Alat


1 Formulir pengkajian awal 1:1
2 Formulir rencana keperawatan 1:5
3 Formulir catatan perkembangan pasien 1:10
4 Formulir observasi 1:10
5 Formulir resume keperawatan 1:1
6 Formulir catatan pengobatan 1:10
7 Formulir medik lengkap 1:1
8 Formulir laboratorium lengkap 1:3
9 Formulir rontgen 1:2
10 Formulir permintaan darah 1:1
11 Formulir keterangan kematian 5 lambar /bulan
12 Resep 10 buku / bulan
13 Formulir konsul 1;5
14 Formulir permintaan makanan 1:1
15 Formulir permintaan obat 1:1
16 Buku ekspidisi 10 / ruangan / tahun
17 Buku register pasien 4 / ruangan / tahun
18 Buku folio 4/ ruangan / tahun

57
19 White board 1/ ruangan
20 Perforator 1/ruangan
21 Steples 2/ ruangan
22 Pensil 5/ ruangan
23 Pensil merah biru 2/ ruangan
24 Spidol White board 6/ ruangan

c. Metode (M3/METHODE)
Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP) merupakan
suatu sistem (struktur, proses dan nilai-nilai professional) yang
memungkinkan perawat profesional mengatur pemberian asuhan
keperawatan termasuk lingkungan untuk menompang pemberian
asuhan tersebut menurut (Hoffart & Woods, 1996) dalam Nursalam
(2015).
1) Timbang terima / Operan
Profesionalisme dalam pelayanan keperawatan dapat dicapai
dengan mengoptimalkan peran dan fungsi perawat, terutama peran
dan fungsi mandiri perawat. Hal ini dapat diwujudkan dengan baik
melalui komunikasi yang efektif antar perawat, meupun dengan tim
kesehatan yang lain. Salah satu bentuk komunikasi yang harus
ditingkatkan efektivitasnya adalah saat pergantian sif, yaitu saat
timbang terima pasien.
Timbang terima pasien (operan) merupakan teknik atau cara
untuk menyampaikan dan menerima sesuatu (laporan) yang
berkaitan dengan keadaan pasien. Timbang terima pasien harus
dilakukan seefektif mungkin dengan menjelaskan secara singkat,
jelas dan komplit tentang tindakan mandiri perawat, tindakan
kolaboratif yang sudah dilakukan/belum dan perkembangan pasien
saat itu. informasi yang disampaikan harus akurat sehingga
kesinambungan asuhan keperawatan dapat berjalan dengan

58
sempurna. Timbang terima dilakukan olehperawat primer ke perawat
penanggung jawab secara tulisan dan lisan.
Timbang terima perlu terus ditingkatkan baik teknik maupun
alurnya. Hal ini dilakukan untuk perbaikan pada masa yang akan
datang sehingga timbang terima menjadi bagian penting dalam
menggali permasalahan pasien sehari-hari (Nursalam, 2015).

Bagan Alur Operan

Rencana Strategioperan mencakup dua aspek, yaitu :


a. Pelaksanaan operan
(1) Metode
(2) Media
(3) Pengorganisasian
(4) Uraian Kegiatan
b. Evaluasi
(1) Struktur (Input)

59
Pada operan, sarana dan prasarana yang menunjang
telahtersedia antara lain : catatan operan, status klien dan
kelompok shiftoperan. Kepala ruang selalu memimpin kegiatan
operan yangdilaksanakan pada pergantian shift yaitu malam ke
pagi, pagi kesore. Kegiatan operan pada shift sore ke malam di
pimpin olehperawat primer yang bertugas saat itu.
(2) Proses
Proses operan dipimpin oleh kepala ruang dan dilaksankan
olehseluruh perawat yang bertugas maupun yang akan mengganti
shift.Perawat primer mengoperkan ke perawat primer berikutnya
yangakan mengganti shift. Operan pertama dilakukan di Nurse
Stationkemudian ke ruang perawatan, pasien dan kembali lagi ke
NurseStation.Isi operan mencakup jumlah pasien, diagnosis
keperawatan,intervensi yang belum/sudah dilakukan. Setiap
pasien tidak lebih dari lima menit saat klarifikasi ke pasien.
(3) Hasil
Operan dapat dilaksanakan setiap pergantian shift. Setiap
perawat dapat mengetahui perkembangan pasien. Komunikasi
antarperawat berjalan dengan baik.
2) Konferensi
Setelah melaksanakan operan selanjutnya konferensi
dilaksanakan,konferensi merupakan pertemuan tim yang dilakukan
setiap hari samaseperti operan, konferensi sebaiknya dilakukan di
ruangan tersendirisehingga dapat mengurangi distraksi dari luar.
Konferensi bertujuan untuk :
a) Membahas masalah setiap pasien/klien berdasarkan standar
asuhan (renpra) yang telah dibuat PP (perawat primer)
b) Menetapkan klien yang menjadi tanggung jawab masing-masing
PA
c) Membahas intervensi tindakan keperawatan untu setiap
pasien.klien berdasarkan prosedur renpra yang telah ditetapkan.

60
d) Mengidentifikasi tugas PA untuk setiap klien yang menjadi
tanggungjawabnya.
Adapun panduan pelaksanaan konferensi:
a) Konferensi dilakukan setiap hari segera setelah dilakukan
pergantian dinas pagi/sore sesuai dengan jadwal dinas PP
b) Konferensi dihadiri oleh PP & PA dalam timnya masing-masing
c) Penyampaian perkembangan dan masalah klien berdasarkan
hasilevaluasi kemarin dan kondisi klien yang dilaporkan oleh
dinas malam.
Hal-hal yang disampaikan oleh PP meliputi :
(1) Keadaan umum klien
(2) Keluhan klien
(3) Tanda-tanda vital & kesadaran
(4) Hasil pemeriksaan laboratorium/diagnostik terbaru
(5) Masalah keperawatan
(6) Rencana keperawatan hari ini
(7) Perubahan terapi medis
(8) Rencana medis
d) PP mendiskusikan dan mengarahkan PA tentang masalah yang
terkaitdengan keperawatan klien meliputi :
(1) Keluhan klien yang terkait dengan pelayanan,
seperti:keterlimbatan, kesalahan pemberian makan,
kebisinganpengunjung lain, ketidakhadiran dokter yang
dikonsulkan.
(2) Ketepatan pemberian infus
(3) Ketepatan pemantauan obat oral atau injeksi
(4) Ketepatan pelaksanaan tindakan lain
(5) Ketepatan dokumentasi
e) Mengingatkan kembali standar prosedur yang ditetapkan
f) Mengingatkan kembali tentang kedisiplinan, ketelitian, kejujuran,
dankemajuan masing-masing PA

61
g) Membantu PA menyelesaikan masalah yang tidak dapat
diselesaikannya.

3) Ronde Keperawatan
Ronde keperawatan sebagai salah satu bentuk dari pelaksanaan
model asuhan keperawatan dengan metode keperawatan primer,
merupakan salah satu metode pemberian pelayanan keperawatan yang
harus ditingkatkan dan dimantapkan. Metode ini ditujukan untuk
menggali dan membahas secara mendalam masalah keperawatan yang
ditemukan kepada pasien sehingga dengan ronde keperawatan
diharapkan didapatkan pemecahan masalah melalui cara berfikir kritis
berdasarkan konsep asuhan keperawatan (Nursalam, 2015).
Ronde keperawatan merupakan kegiatan yang bertujuan untuk
mengatasi masalah keperawatan klien/pasien dan dilakukan oleh
perawat selain melibatkan pasien/klien untuk membahas dan
melaksanakan asuhan keperawatan. Ronde keperawatan dilaksanakan
oleh PP bersama dengan PA dan sebaiknya dilaksanakan setiap
hari.Ronde penting dilaksanakan dengan tujuan untuk supervisi
kegiatan PA dan sebagai sarana bagi PP untuk mendapatkan data
tambahan tentang kondisi klien/pasien. Pada kondisi tertentu ronde
dapat dilaksanakan oleh kepala ruangan, perawat associated yang juga
perlu melibatkan seluruh anggota tim kesehatan.
Panduan bagi PP dalam melakukan ronde dengan PA:
a) PP menentukan 2-3 klien yang akan dironde
b) Memilih klien yang berkebutuhan khusus dengan masalah yang
relative lebih kompleks atau lebih dari satu masalah yang sedang
dihadapi
c) Ronde dilakukan setiap hari, utamanya pada waktu intensitas
kegiatan di ruang rawat sudah tenang dan waktu pelaksanaan
yang dibutuhkan ±satu jam

62
d) PA menyajikan kondisi klien dan tindakan perawatan yang telah
diberikan
e) PP memberikan saran (input) kepada PA dan reinforcement
terhadap PA pada hal-hal tertentu
f) Masalah yang sensitif dan sangat privasi sebaiknya tidak
dibicarakan didepan klien
Adapun langkah-langkah dalam pelaksanaan kegiatan ronde
keperawatan, seperti pada tabel dibawah ini :
PP
Tahap pra

1. Penetapan pasien

2. Persiapan pasien:
 Informed Consent
 Hasil pengkajian/validasi
data
Tahap
pelaksanaan di  Apa diagnosis kepeprawatan
nurse station 3. Penyajian masalah  Apa data yang mendukung?
 Bagaimana intervensi yang
sudah dilakukan?
 Apa hambatan ditemukan?

Tahap pelaksanaan
di kamar pasien 4. Validasi data di bed pasien

PP, Konselor, KARU


Pascaronde 6. kesimpulan dan
(nurse station)
rekomendasi solusi 5. Lanjutan-diskusi di nurse
masalah station

Bagan Langkah-Langkah Kegiatan Ronde Keperawatan


(Nursalam, 2015)
Keterangan :
a. Praronde: Menentukan kasus dan topik (masalah yang tidak
teratasi dan masalah yang langka, menentukan tim ronde, mencari
sumber atau literatur, membuat proposal, mempersiapkan pasien,
diskusi tentang diagnosa keperawatan, data pendukung, asuhan

63
keperawatan yang diberikan, dan hambatan selama perawatan
pasien/klien.
b. Pelaksanaan ronde: Penjelasan keadaan pasien/klien oleh perawat
primer yang berfokus pada masalah keperawatan dan rencana
tindakan yang akan dilakukanatau telah dilakukan serta memilih
prioritas yang perlu dibahas/diskusikan, diskusi antar anggota tim
tentang kasus tersebut, pemberian justifikasi oleh perawat primer
atau clinical care manager (konselor)/kepala ruangan tentang
masalah pasien serta intervensi tindakan yang akan dilaksanakan.
c. Pascaronde: Evaluasi, revisi, dan perbaikan. Kesimpulan dan
rekomendasi penegakan diagnosis; intervensi keperawatan
selanjutnya.
4) Penerimaan pasien baru
Penerimaan pasien baru metode dalam menerima kedatangan
pasien baru (pasien dan/ keluarga) di ruangan perawatan pelayanan
keperawatan, khususnya pada rawat inap atau keperawatan intensif.
Nursalam (2017).
Adapun tahapan penerimaan pasien baru:
a. Menyiapkan kelengkapan administrasi
b. Menyiapkan kelengkapan kamar sesuai pesanan
c. Menyiapkan format penerimaan pasien baru
d. Menyiapkan buku status pasien dan format pengkajian
keperawatan
e. Menyiapkan Informed consent sentralisasi obat
f. Menyiapkan nursing kit
g. Menyiapkan lembar tata tertip pasien, keluarga,dan
pengunjung ruang
5) Sentralisasi obat (Pengelolaan Obat)
Obat merupakan salah satu program terapi yang sangat
menunjang proses kesembuhan pasien. Dalam pemberian obat
diperlukan ketetapan waktu, dosis, cara dan tempat pemberian obat.

64
Salah satu upaya untuk memastikan pemberian obat yang tepat dan
efektif adalah sistem sentralisasi obat yang sekarang ini sudah
dikembangkan di berbagai Rumah Sakit. Pada sentralisasi obat
perawat terlebih dahulu memberikan Informed consent kepada pasien
dan keluarga kemudian perawat mengolah obat dan memberikan obat
kepada pasien (Nursalam, 2015).
Tehnik pengelolaan obat kontrol penuh (sentralisasi) adalah
pengelolaan obat dimana seluruh obat yang akan diberikan pada
pasien diserahkan sepenuhnya pada perawat. Pengeluaran dan
pembagian obat sepenuhnya dilakukan oleh perawat.Keluarga wajib
mengetahui dan ikut serta mengontrol penggunaan obat.Obat yang
telah diresepkan dan telah diambil oleh keluarga diserahkan kepada
perawat dengan menerima lembar serah terima obat. Perawat
menuliskan nama pasien, register, jenis obat, jumlah dan sediaan
dalam kartu kontrol dan diketahui oleh keluarga /klien dalam buku
masuk obat. Keluarga atau klien selanjutnya mendapatkan penjelasan
kapan/ bilamana obat tersebut akan habis. Obat yang telah diserahkan
selanjutnya disimpan oleh perawat dalam kotak obat.
Sentralisasi obat dilakukan dengan maksud agar penggunaan
obat secara lebih bijaksana dan menghindari pemborosan obat,
sehingga kebutuhan asuhan keperawatan dapat tercapai sepenuhnya.
(Nursalam, 2017).
Adapun alur pelaksanaan sentralisasi obat, dapat dilihat pada
bagan berikut ini :
Bagan Alur Pelaksanaan Sentralisasi Obat (Nursalam, 2017).

65
Pengadaan KARDEX (daftar obat, tekanan darah, nadi, suhu,
danpemeriksaan laboratorium). Format daftar infus sesuai dengan
kebutuhan masing-masing rumah sakit. Format tersebut harus diisi
dengan jelas dan lengkap (waktu pelaksanaan, tanggal, jam, jenis
tindakan, dosis obat, namaobat/cairan infus pada setiap catatan
perkembangan pasien atau lembar terintegrasi perawat-dokter). Nama
penanggung jawab dan tandatangan perawat atau dokter serta
menyertakan lembar informed concent.
6) Perencanaan pulang (Discharge Planning)
Perencanaan pulang (Discharge Planning) merupakan suatu
proses yang dinamis dan sistematis dari penilaian, persiapan serta
koordinasi yang dilakukan untuk memberikan kemudahan
pengawasan pelayanan kesehatan. Perencanaan pulang diperlukan
olehpasien/klien dan harus berpusat pada masalah pasien/klien, yaitu
pencegahan, terapeutik, rehabilitatif, serta perawatan rutin yang
sebetulnya Swenberg (2000) yang dikutip Nursalam (2017).
Perawatan di rumah sakit akan lebih berarti jika dilanjutkan
dengan perawatan di rumah. Akan tetapi, untuk saat ini perencanaan
pulang bagi pasien yang dirawat belum optimal sepenuhnya karena
peran perawat masih terbatas pada pelaksanaan kegiatan yang rutin
dilaksanakan, misalnya hanya memberikan informasi tentang jadwal
kontrol ulang (Nursalam, 2017).

66
Faktor-faktor yang dikaji dalama Discharge Planning, adalah :
a) Pengetahuan pasien dan keluarga tentang penyakit, terapi,
pengobatandan perawatan yang diperlukan
b) Kebutuhan psikologis dan hubungan interpersonal di dalam
lingkup keluarga
c) Bantuan yang diperlukan pasien/klien
d) Pemenuhan kebutuhan aktivitas setiap hari seperti makan,
minum,eiminasi, istirahat dan tidur, berpakaian, personal hygiene,
safety,communication, spiritual, rekreasi, dan lain-lain.
e) Sumber dan sistem pendukung di masyarakat
f) Fasilitas yang ada di rumah dan harapan pasien/keluarga setelah
dirawat
g) Kebutuhan perawatan dan supervisi di rumah
Menurut Neylor (2003) dikutip oleh Kristina (2007) dalam
Nursalam (2017), ada beberapa tindakan keperawatan yang dapat
diberikan kepada pasien/klien sebelum diperbolehkan pulang, antara
lain :
a) Pendidikan kesehatan: harapannya, melalui pendidikan
kesehatandapat mengurangi angka kekambuhan atau komplikasi
dan meningkatkan pengetahuan pasien serta keluarga mengenai
perawatan pascarawat di rumah sakit.
b) Program pulang bertahan: bertujuan untuk melatih pasien/klien
untuk kembali ke lingkungan keluarga dan masyarakat. Meliputi
apa yang harus dilakukan pasien/klien di rumah sakit dan apa
yang harus dilakukan oleh keluarga.
c) Rujukan: integritas pelayanan kesehatan harus mempunyai
hubungan langsung antara perawat komunitas atau praktik
kemandirian perawat dengan rumah sakit sehingga dapat
mengetahui perkembangan pasien di rumah.
7) Supervisi kinerja perawat dalam melakukan asuhan keperawatan

67
Supervisi kinerja perawat merupakan upaya untuk membantu
pembinaan dan peningkatan kemampuan perawat pelaksana agar
mereka mampu melaksanakan tugas secara seefisien dan seefektif
mungkin sesuai dengan standar asuhan (remora) yang telah
ditetapkan. Menurut Cahyati (2000) mendefinsikan supervisi sebagai
suatu pengamatan dan pengawasan secara langsung terhadap
pelaksanaan pekerjaan yang bersifat rutin.

Pelaksana supervisi dilaksanakan oleh :


a) Kepala ruang
(1) Bertanggung jawab dalam supervisi pelayanan keperawatan
pada pasien/klien di ruang perawatan
(2) Merupakan ujung tombak penentu berhasil atau tidaknya
tujuanpelayanan kesehatan di rumah sakit
(3) Mengawasi perawat pelaksana dalan melaksanakan parktik
keperawatan di ruang perawatan sesuai dengan
pendelegasian.
b) Pengawasan keperawatan
Bertanggung jawab dalam mensupervisi pelayanan kepada
kepala ruang yang ada diinstalasinya.
c) Kepala seksi perawatan
Mengawasi instalasi dalam melaksanakan tugas secara
langsung danseluruh perawat secara tidak langsung.
Tahap Supervisi :
i. PraSupervisi
1. Supervisor menetapkan kegiatan apa yang akan
disupervisi
2. Supervisor menetapkan tujuan
ii. Pelaksanaan Supervisi
(a)Supervisor menilai kinerja perawat berdasarkan alat ukur
atau instrument yang telah dibuat

68
(b)Supervisor mendapat beberapa hal atau bagian-bagian
yangmemerlukan pembinaan
(c)Supervisor memanggil PP dan PA untuk mengadakan
pembinaandan klarifikasi masalah keperawatan yang ada
(d)Pelaksanaan supervisi dengan inspeksi, interview, dan
validasi data sekunder (tanya jawab dengan perawat)

iii. Pascasupervisi (3F) :


(a) Supervisor (pengawas) memberikan penilaian supervise
(F-Fair)
(b) Supervisor memberikan feedback dan klarifikasi
(c) Supervisor memberikan reinforcementdan follow up
perbaikan.
8) Dokumentasi Keperawatan
Ada empat aspek kunci pada model pelayanan, keempat aspek
kuncitersebut antara lain: Planning (perencanaan), development
(perkembanganpasien / klien), implementation (tindakan
keperawatan), evaluation (evaluasi hasil) (Nursalam, 2017).
Tahap-tahap pada asuhan keperawatan wajib dibuatkan sebuah
catatan atau pendokumentasian. Dokumentasi keperawatan merupakan
komponen penting pada sistem pelayanan keperawatan, karena dengan
memiliki pendokumentasian yang baik, maka informasi tentang
kondisi kesehatan klien dapat diketahui secara berkesinambungan.
Selain itu, pendokumentasian merupakan sebuah catatan otentik dan
legal mengenai pelaksanaan asuhan keperawatan. Secara khusus,
dokumentasi memiliki fungsi sebagai sarana komunikasi tidak
langsung antar profesi kesehatan, sumber data dalam pemberian
asuhan keperawatan dan penelitian, sebagai bukti konkrit atas
tanggung jawab dan tanggung gugat terhadap segala tindakan yang
dilaksanakan oleh perawat profesional kepada setiap pasien/klien.

69
Pembuatan catatan keperawatan juga mempunyai tujuan,
sebagai berikut :
a) Sebagai alat komunikasi antar perawat dengan tenaga kesehatan
lainnya
b) Sebagai dokumentasi legal dan mempunyai aspek hokum
c) Meningkatkan mutu asuhan keperawatan
d) Sebagai literatur atau bahan rujukan dalam peningkatan ilmu dan
kiat keperawatan
e) Memiliki nilai riset penelitian dan pengembangan ilmu
keperawatan
Kegiatan pendokumentasian sering dilakukan pada minggu ke
I-IIuntuk uji coba dan aplikasi dilaksankan minggu III-IV, secara garis
besar model pendokumentasian PIE (planning, intervention, and
evaluation) yang berorientasi pada masalah (POR/problem oriented
record), yang meliputi :
a) Pengkajian keperawatan : pengumpulan data (LLARB; legal,
lengkap,akurat, relevan dan baru), data-data melalui pemeriksaan
TTV (tanda-tanda vital), pemeriksaan fisik IPPA (inspeksi,
palpasi, perkusi danauskultasi), pemeriksaan penunjang
(laboratorium, rontgen, dan lain-lain), data biologis, psikologis,
dan spiritual lewat wawancara dan observasi, format pengkajian
data awal menggunakan model ROS (review of system), data
demografi pasien, riwayat kesehatan atau keperawatan, observasi
dan pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang/diagnostik.
Format pengkajian keperawatan:
(1) Diisi lengkap dalam 24 jam pertama klien masuk (untuk klien
baru)
(2) Format pengkajian diisi oleh PP dengna lengkap atau oleh
PA,yang mencakup: identitas klien, identitas keluarga, tanda
vital saat klien masuk

70
(3) Keluhan utama saat klien masuk, kemudian beri tanda check
list (√) pada kotak yang dimaksud.
(4) Selanjutnya mengisi titik-titik yang kososng dengan penjelasan
sesuai yang didapat dari klie/keluarga.
(5) Format ini hanya ditandatangani oleh PP
Bila data pengkajian dimasukkan kedalam proses
keperawatan, format SOAPIE dapat digunakan (S/subjektif,
O/objektif, A/assassement, P/planning, I/intervention,
E/evaluation).
b) Diagnosa keperawatan: dihubungkan dengan penyebab
kesenjangan dan pemenuhan pasien, diagnosa dibuat sesuai dengan
wewenang perawat dengan memperhatikan masalah atau
kesenjangan yang ada.
c) Perencanaan (intervensi): terdiri atas berbagai komponen, antara
lain :
(1) Prioritas masalah, kriteria :
(a) Masalah yang mengancan kehidupan merupakan prioritas
masalah
(b) Masalah yang mengancam kesehatan merupakan prioritas
kedua
(c) Masalah yan mempengaruhi perilaku merupakan prioritas
ketiga
(2) Tujuan asuhan keperawatan, memenuhi criteria (NOC_
Nursing Outcome Criteria) sesuai standar pencapaian :
(a) Tujuan dirumuskan secara singkat
(b) Disusun berdasarkan diagnosa keperawatan
(c) Spesifik pada diagnosis keperawatan
(d) Dapat diukur
(e) Dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah
(f) Punya target waktu pencapaian

71
(3) Rencana tindakan didasarkan pada NIC (Nursing Intervention
Classification) sesuai dengan ketetapan, biasanya meliputi tiga
komponen: DET keperawatan (diagnose/observasi,
edukasi/healtheducation), tindakan/independen, dependen, dan
interdependen) (Nursalam, 2017). Kritera :
(a) Berdasarkan tujuan asuhan keperawatan
(b) Tindakan alternative secara tepat
(c) Melibatkan pasien dan keluarga
(d) Mempertimbangkan latar belakang social buadaya pasien
dankeluarga
(e) Mempertimbangkan kebijaksanaan dan peraturan yang
berlaku
(f) Menjamin rasa aman dan nyaman bagi pasien
(g) Menggunakan format yang baku
(4) Tindakan keperawatan (Implementasi): pada tahap
pelaksanaan atau implementasi keperawatan terdapat beberapa
kegiatan lanjutan dari tahap sebelumnya, seperti ; validasi
rencana keperawatan + pendokumentasian rencana
keperawatan + pemberian asuhan keperawatan + pengumpulan
data lanjutan.
(5) Evaluasi
Dilaksanakan secara periodik, sistematis dan terencana untuk
menilai perkembangan pasien/klien setelah tindakan
keperawatan, kriteria :
(a) Setiap tindakan keperawatan dilakukan evaluasi
(b) Evaluasi hasil menggunakan indikator perubahan
fisiologis dan tingkah laku pasien
(c) Hasil evaluasi segera dicatat dan dikomunikasikan untuk
diambil tindakan selanjutnya
(d) Evaluasi melibatkan pasien dan tim kesehatan lainnya

72
(e) Evaluasi dilaksanakan dengan standar (tujuan yang ingin
dicapai dan standar praktik keperawatan).
Komponen evaluasi, mencakup aspek (KAPP; kognitif,
afektif,psikomotor, perubahan psikologis).
(a) Kognitif (pengetahuan klien tentang penyakitnya)
(b) Afektif (sikap klien terhadap tindakan yang dilakukan)
(c) Psikomotor (tindakan atau upaya klien dalam
prosespenyembuhan
(d) Perubahan biologis (vital sign, system& imunologis)

Interpretasi (keputusan) dalam evaluasi hasil :


(a) Masalah teratasi
(b) Masalah tidak teratasi, harus dilakukan pengkajian dan
perencanaan tindakan selanjutnya
(c) Sebagian masalah teratasi, modifikasi rencana tindakan
diperlukan. Timbulnya suatu masalah kesehatan atau
keperawatan yang baru.
d. Pemasaran (M5/ Mutu)
1) Definisi
Peningkatan mutu pelayanan adalah derajat memberikan
pelayanan secara efisien dan efektif sesuai dengan standar profesi,
standar pelayanan yang dilaksanakan secara menyeluruh sesuai
dengan kebutuhan pasien, memanfaatkan teknologi tepat guna
dalam hasil penelitian dalam pengembangan pelayanan kesehatan
atau keperawatan sehingga tercapai derajat kesehatan yang optimal.
Pengukuran mutu pelayanan menurut Donabedian, mutu
pelayanan dapat di ukur dengan menggunakan variabel yaitu input,
proses dan output/outcome.
a) Input adalah segala sumber daya yang diperlukan untuk
melaksanakan kegiatan seperti tenaga, dana, obat, fasilitas
perawatan, teknologi, organisasi dan informasi.

73
b) Proses adalah interaksi profesional antara pemberi pelayanan
dengan konsumen (pasien dan masyarakat). Setiap tindakan
medis/keperawatan harus selalu mempertimbangkan niai yang
dianut pada diri pasian. Setiap tindakan korektif dibuat dan
meminimalkan risiko terulangnya resiko atau ketidakpuasan
pada pasien lainnya. Program keselamatan pasien bertujuan
untuk meningkatkan keselamatan pasien dan meningkatkatkan
mutu pelayanan. Interaksi profesional yang lain adalah
pengembangan akreditasi dalam meningkatkan mutu rumah
sakit dengan indikator pemenuhan standar pelayanan yang di
tetapkan kementerian keseharan RI. ISO 9001:2000 adalah
suatu standar internasional untuk sistem manajemen kualitas
yang bertujuan menjamin kesesuaian dari suatu proses
pelayanan terhada kebutuhan persyarantan yang
dispesifikasikan oleh pelanggan dan rumah sakit. Interaksi
profesional selalu memperhatikan asas etika terhadap pasien,
yaitu:
(1) Berbuat hal-hal yang baik (beneficence) terhadap manusia
khususnya pasien, staf klinis dan non klinis, masyarakat
dan pelanggan secara umum.
(2) Tidak menimbulkan kerugian (nonmaleficence) terhadap
manusia
(3) Menghormati manusia (respect for persons) menghormati
hak otonomi, martabat, kerahasiaan, berlaku jujur,
terbuka, empati.
(4) Berlaku adil (justice) dalam memberikan layanan.
c) Output/outcome adalah hasil pelayanan kesehatan atau
pelayanan keperawatan, yaitu berupa perubahan yang terjadi
pada konsumen termasuk kepuasan dari konsumen. Tanpa
mengukur hasil kinerja rumah sakit/keperawatan tidak dapat

74
diketahui apakan input dan proses yang baik telah
menghasilkan output yang baik pula.
2) Upaya peningkatan mutu
Peningkatan mutu dilakukan dalam berbagai macam cara yang akan
dijelaskan sebagai berikut:
a) Mengembangkan akreditasi dalam meningkatkan mutu rumah
sakit dengan indicator pemenuhan standar pelayanan yang
ditetapkan Kementrian Kesehatan RI
b) ISO 9001:2000 yaitu suatu standar internasional untuk sistem
manajemen kualitas yang bertujuan menjamin kesesuaian proses
pelayanan terhadap kebutuhan persyaratan yang dispesifikasikan
oleh pelanggan dan rumah sakit.
c) Memperbarui keilmuan untuk menjamin bahwa tindakan
medis/keperawatan yang dilakukan telah didukung oleh bukti
ilmiah yang mutakhir.
d) Good corporate governance yang mengatur aspek institusional
dan aspek bisnis dalam penyelenggaraan sarana pelayanan
kesehatan dengan memperhatikan transparansi dan akuntabilitas
sehingga tercapai manajemen yang efisien dan efektif
e) Clinical governance merupakan bagian dari corporate
governance, yaitu sebuah kerangka kerja organisasi pelayanan
kesehatan yang bertanggung jawab atas peningkatan mutu
secara berkesinambungan. Tujuannya adsalah tetap menjaga
standar pelayanan yang tinggi dengan menciptakan lingkungan
yang kondusif. Clinical governance menjelaskan hal-hal penting
yang harus dilakukan oleh seorang.
f) Membangun aliansi strategis dengan rumah sakit lain baik
didalam negeri maupun diluar negeri. Kerjasama lintas sector
dan lintas fungsi harus menjadi bagian dari budaya rumah sakit
seperti halnya kerjasam tim yang baik. Budaya dikotomi
pemerintah dengan swasta harus diubah menjadi falsafah

75
”bauran pemerintah swasta (Public-private mix) yang saling
mengisi dan konstruktif.
g) Melakukan evaluasi terthadap strategi pembiayaan, sehingga
tariff pelayanan bisa bersaing secara global misalnya
outsourcinginvestasi, contarcting out untuk fungsi tertentu
seperti clenaning service, gizi, laundry¸perparkiran.
h) Orientasi pelayanan. Sering terjadi benturan nilai, disatu pihak
masih kuatnya nilai masyarakat secara umum bahwa rumah
sakit adalah institusio yang mengutamakan fungsi sosial.
Sementara itu dipihak lain, etos para pemodal/investor dalam
dan luar negeri yang menganggap rumah sakit adalah industri
dan bisnis jasa, sehingga orientasi mencari laba merupakan
sesuatu yang abash.
i) Orientasi bisnis dapat besar dampak positifnya bila potensi
negative dapat dikendalikan. Misalnya, tindakan medis yang
berlebihan dan sebenarnya tidak bermanfaat bagi pasien
menciptakan peluang terjadinya manipulasi pasien dengan
keuntungan financial bagi pemberi pelayanan kesehatan. Perlu
mekanisme pembinaan etis yang mengimbangi dua sistem nilai
yang bertentangan, yaitu antara fungsi sosial dan fungsi bisnis.
3) Indikator penilaian mutu asuhan keperawatan
Mutu asuhan kesehatan sebuah rumah sakit akan selalu
terkait dengan struktur, proses, dan outcome sistem pelayanan RS
tersebut. Mutu asuhan pelayanan RS juga dapat di kaji dari tingkat
pemanfaatan sarana peayanan oleh masyarakat, mutu pelayanan, dan
tingkat efisiensi RS. Secara umum aspek penilaian meliputi evaluasi,
dokumen, instrumen, audit (EDIA).
a) Aspek struktur (input)
Struktur adalah semua input untuk sistem pelayanan sebuah RS
yang meliputi M1 (tenaga), M2 (sarana prasarana), M3 (metode
asuhan keperawata), M4 (dana), M5 (pamasaran) ,dan lainnya.

76
Ada sebuah asumsi yang menyatakan bahwa jika struktur sistem
RS tertata dengan baik akan lebih menjamin mutu palayanan.
Kualitas struktur RS diukur dari tingkat kewajaran, kuantitas,
biaya (efisiesi), dan mutu dari masing-masing komponen
struktur.
b) Proses
Proses adalah semua kegiatan dokter, perawat, dan tenaga
profesi lain yang mengadakan interaksi secara profesional
dengan pasien. Interaksi ini diukur antara lain dalam bentuk
penilaian tentang penyakit pasien, penegakan diagnosis, rencana
tindakan pengaobatan, indikasi tindakan, penanganan penyakit
dan prosedur pengobatan.
c) Outcome
Outcome adalah hasil akhir kegiatan dokter perawat dan tenaga
profesi lain terhadap pasien.
(1) Indikator-indikator mutu yang mengacu pada aspek
pelayanan meliputi :
(a) Angka infeksi nosokomial : 1-2%
(b) Angka kematian kasar :3-4%
(c) Kematian pasca bedah :1-2%
(d) Kematian ibu melahirkan : 1-2%
(e) Kematian bayi baru lahir : 20/1000
(f) NDR (Net Death Rate) : 2,5%
(g) ADR (Anesthesia Death Rate) : 1/5000
(h) PODR (Post-Operative Death Rate) : 1%
(i) POIR (Post-Operative Infection Rate) : 1%
(2) Indikator mutu pelayanan untuk mengukur tingkat efisiensi
RS :
(a) Biaya perunit untuk rawat jalan
(b) Jumlah penderita yang mengalami dekubitus
(c) Jumlah penderita yang jatuh dari tempat tidur

77
(d) BOR: 70-85%
(e) BTO (Bed Turn Over): 5-45 hari atau 40-50 kali per satu
tempat tidur/tahun
(f) TOI (Trun Over Internal): 1-3 hati TT yang kosong
(g) LOS ( Length of stay): 7-10 hari (komplikasi, infeksi
nosokomial; gawat darurat; tingkat kontaminasi dalam
darah; tingkat kesalahan; dan kepuasan pasien)
(h) Normal tissue removal rate : 10%
(3) Indikator mutu yang berkaitan dengan kepuasan pasien dapat
diukur dengan jumlah keluhan dari pasien/keluarganya, surat
pembaca di koran, surat kaleng, surat masuk dikotak saran,
dan lainnya
(4) Indikator cakupan pelanyanan sebuah RS terdiri atas:
(a) Jumlah dan persentase kunjungan rawat jalan/inap
menurut jarak RS dengan asal pasien
(b) Jumlah pelayanan pasien dan tindakan seperti jumlah
tindakan pembedahan dan jumlah kunjungan SMF
spesialis;
(c) Untuk mengukur mutu pelayanan sebuah RS, angka-
angka standar tersebut diatasdi bandingkan dengan
standar (indicator) nasional.jika bukan angka standar
nasional, penilaian dapat dilakukan dengan
menggunakan hasil pencatatan mutu pada tahun-tahun
sebelumnya di rumah sakit yang sama, setelah di
kembangkan pihak manajemen/direksi RS yang
bersangkutan dengan masing-masing SMF dan staf
lainnya yang terkait
(5) Indikator mutu yang mengacu pada keselamatan pasien:
(a) Pasien terjatuh dari tempat tidur/kamar mandi
(b) Pasien diberi obat salah
(c) Tidak ada obat atau alat emergensi

78
(d) Tidak ada oksigen
(e) Tidak ada suction (penyedot lendir)
(f) Tidak tersedia alat pemadam kebakaran
(g) Pemakaian obat
(h) Pemakaian air, listrik, gas, dan lain-lain
(6) Indikator keselamatan pasien, sebagaimana dilaksanakan di
SGH ( Singapore General Hospital, 2006) meliputi :
(a) Pasien jatuh disebabkan kelalaian perawat, kondisi
kesadaran pasien, beban kerja perawat, model tempat
tidur, tingkat perlukaan, dan keluhan keluarga
(b) Pasien melarikan diri atau pulang paksa, disebabkan
kurangnya kepuasan pasien, tingkat ekonomi pasien,
respon perawat terhadap pasien,dan peraturan rumah
sakit
(c) Clinical incident diantaranya jumlah pasien flebitis,
jumlah pasien ulkus dekubitus, jumlah pasien
pneumonia, jumlah pasien tromboli, dan jumlah pasien
edema paru karena pemberian cairan berlebih
(d) Sharp injury meliputi bekas tusukan infus yang berkali-
kali, kurangnya terampilan perawat, dan complain pasien
(e) Medication incident, meliputi lima tidak tepat (jenis
obat, dosis, pasien, cara, waktu)

79
Tabel 3.6. Standar nasional indikator mutu pelayanan
Standar Nasional
∑ BOR 75-80%
∑ ALOS 1- 10 hari
∑ TOI (Trun Over Internal) 1- 3 hari
∑ BTO (Bed Turn Over) 5- 45 hari
∑ NDR (Net Death Rate) <2,5%
∑ GDR (Gross Death Rate) <3%
∑ ADR (Anesthesia Death Rate) 1,15000
∑ PODR (Post-Operative Death Rate) <1%
∑ POIR (Post-Operative Infection Rate) <1%
∑ NTRR (Normal Tissue Revormal Rate) <10%
∑ MDR (Maternal Death Rate) <0,25%
∑ IDR (Infant Death Rate) <2%

80
BAB IV
PENGKAJIAN DAN ANALISA KEPERAWATAN DI RUANG SAWIT 1
RSUD PANGKEP

A. PENGKAJIAN

Dari hasil pengkajian yang dilakukan mulai dari tanggal 18 April

sampai dengan 19 April 2018 dengan mengkaji sumber daya (manusia),

material, metode, money dan mutu keperawatan yang digunakan melalui

observasi terhadap perawat diruang perawatan Sawit I RSUD Pangkep

didapatkan data sebagai berikut:

1. Sumber Daya Manusia (MI-Man)

a. Struktur organisasi

Ruang perawatan Sawit I RSUD Pangkep dipimpin oleh seorang

kepala ruangan dan dibantu oleh 2 orang ketua tim dan 21 orang

perawat pelaksana. Adapun struktur organisasinya sebagai berikut:

Struktur organisasi Ruang Sawit I RSUD Pangkep

DIREKTUR
dr. ANNAS AHMAD, Sp.B,M.Kes

KEPALA BIDANG PELAYANAN


MWDIK & ASUHAN KEPERAWATAN

NURHAYATI, A.Md.Rad,SKM,M.Kes

KEPALA SEKSI KEPERAWATAN

Ns. NAOMI MALAHA, S.Kep.,M.Kep

KEPALA INSTALASI RAWAT INAP

Ns. AMANAH RESTUYANA, S.Kep

81
KEPALA INSTALASI RAWAT INAP

Ns. HAMSINAH, S.Kep

PRECEPTOR LAHAN

KETUA TIM A KETUA TIM A

Ns. NELY TP, S.Kep Ns. KIKI REZKY AMRIANI, S.Kep

PERAWAT ASSOCIATE PERAWAT ASSOCIATE

MULIYANA, Amd.Kep Ns. HASRINI, S.Kep

Ns. HASNI, S.Kep NURAENI, S.Kep

SULFIANA, Amd.Kep SUKMAWATI, Amd.Kep

Ns. Hj. KURNIATY, S.Kep HERMINATI, Amd.Kep

TETE WINARSIH, S.Kep MIRNAWATI, Amd.Kep

RISNAWATI, Amd.Kep NUR FAJRIANI, Amd.Kep

MIRNAWATI, Amd.Kep MUH. IRSAN, Amd.Kep

IRMAWATI K, Amd.Kep ZULFIANI, Amd.Kep

IQBAL, Amd.Kep MUH. IKHSAN H, Amd.Kep

MARDATILAH R, Amd.Kep UPI LAILA, Amd.Kep

HAERUN ANNISA, Amd.Kep

82
b. Jumlah Tenaga di Ruang Sawit I RSUD Pangkep

1) Keperawatan

a) Jumlah tenaga keperawatan di ruang perawatan Sawit IRSUD

Pangkep

Tabel 4.1. Tenaga keperawatan di Ruang Perawatan Sawit I


RSUD Pangkep

No Kualifikasi Jumlah Persen

1 Profesi ners 6 25%

2 S1 Keperawatan 3 12,5%

3 D3 keperawatan 15 62,5%

Total 24 100%

b) Jumlah tenaga non keperawatan di ruang perawatan Sawit

IRSUD Pangkep

Tabel 4.2. Tenaga Non keperawatan Sawit I RSUD Pangkep

No Kualifikasi Jumlah Jenis

1 Tata Usaha 0 0

2 Cleaning Service 1 Honorer

3 Penjaga Orang Sakit 2 bervariasi

Dari hasil analisa tabel diatas tentang tenaga keperawatan di

ruang Perawatan Sawit I RSUD Pangkep didapatkan 25% tenaga

keperawatan berlatar belakang pendidikan Profesi Ners s1

83
keperawatan, 12,5% tenaga keperawatan berpendidikan s1

keperawatan dan 62,5% tenaga keperawatan berlatar belakang D3

keperawatan.

c. Kebutuhan Tenaga

Perhitungan kebutuhan tenaga perawatan di ruang Sawit I

menggunakan metode Douglas, dengan data sebagai berikut: Ruang

perawatan Sawit I RSUD Pangkep berkapasitas tempat tidur 8 buah.

Jumlah pasien yang dirawat 8 orang perhari kriteria pasien yang

dirawat tersebut adalah 5 pasien dengan minimal care, 3 pasien

dengan parsial care dan 0 pasien dengan total care. Hari kerja efektif

adalah 6 hari/ minggu. Berdasarkan situasi tersebut maka dapat

dihitung jumlah kebutuhan tenaga perawat di ruang Sawit I adalah

sebagai berikut:

Menentukan jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan per

shift menurut rumus Douglas dalam buku Nursallam, 2017 yaitu :

1. Sift pagi 8 x 0,17 = 1,36

2. Sift siang 8 x 0,14 = 1,12

3. Sift malam 8 x 0,07 = 0,56

= 3,04

Perawat libur/cuti =8

Kepala Ruangan =1

Ketia TIM =2

= 14,04 = 14 orang

84
Jadi jumlah seluruh perawat dalam ruangan Sawit I

seharusnya adalah 14 orang.

Kesimpulan dari hasil perhitungan menggunakan metode

Douglas, kebutuhan tenaga di ruang perawatan Sawit I RSUD

Pangkep melebihi standar.

d. BOR (Bad Ocupacy Rate)

Tabel 4.3. Perhitungan BOR pasien di ruang perawatan Sawit I

RSUD Pangkep

NO Shift Sawit I BOR

1 Pagi 8 bad 8/8 x 100% = 100%


(0 Kosong)

2 Sore 8 bad 8/8 x 100% = 100%


(0 Kosong)

3 Malam 8 bad 8/8 x 100% = 100%


(0 Kosong)

e. Perhitungan beban kerja perawat

Pembagian kerja secara normative pada setiap shift di ruang

perawatan Sawit I berdasarkan hasil observasi dengan perawat bahwa

shift dibagi menjadi 3 shift yaitu shift pagi 8 orang, shift sore 4 orang

dan shift malam 4 orangdengan jumlah jam kerja per shift yaitu:

a) Shift pagi pukul 07.30 – 14.00 (6,5 jam)

b) Shift siang pukul 13.30 – 21.00 (7,5 jam)

c) Shift malam pukul 20.30 – 08.00 (11,5 jam).

85
f. Kuesioner M1

Tabel 4.4. Kuesioner pertanyaan nomor 1

SKOR P1 Persentase

Sangat Baik 2 8,8%


Baik 19 82,6%
Cukup 1 4,3%
Kurang 1 4,3%
Jumlah 23 100%

Dari tabel diatas, untuk pertanyaan nomor 1 yaitu pada skor


sangat baik dengan persentase 8,8% sebanyak 2 responden, skor baik
dengan persentase 82,6% sebanyak 19 responden, dan skor cukup
serta kurang dengan persentase yang sama yaitu 4,3%.
Tabel 4.5. Kuesioner pertanyaan nomor 2

SKOR P2 Persentase

Sangat Baik 4 17,4%


Baik 17 73,9%
Cukup 2 8,7%
Kurang 0 0%
Jumlah 23 100%

Dari tabel diatas, untuk pertanyaan nomor 2 yaitu pada skor


sangat baik dengan persentase 17,4% sebanyak 4 responden, skor
baik dengan persentase 73,9% sebanyak 17 responden, dan skor cukup
dengan persentase 8,7% sebanyak 2 responden.
Tabel 4.6. Kuesioner pertanyaan nomor 3

SKOR P3 Persentase

86
Sangat Baik 19 82,6%
Baik 3 13%
Cukup 1 4,3%
Kurang 0 0%
Jumlah 23 100%

Dari tabel diatas, untuk pertanyaan nomor 3 yaitu pada skor


sangat baik dengan persentase 82,6% sebanyak 19 responden, skor
baik dengan persentase 13% sebanyak 3 responden, dan skor cukup
dengan persentase 4,3% sebanyak 1 responden.
Tabel 4.7. Kuesioner pertanyaan nomor 4

SKOR P4 Persentase

Sangat Baik 4 17,4%


Baik 3 13%
Cukup 10 43,5%
Kurang 6 26,1%
Jumlah 23 100%

Dari tabel diatas, untuk pertanyaan nomor 4 yaitu pada skor


sangat baik dengan persentase 17,4% sebanyak 4 responden, skor
baik dengan persentase 13% sebanyak 3 responden, skor cukup
dengan persentase 43,5% sebanyak 10 responden dan skor kurang
dengan persentase 26,1% sebanyak 6 responden.
Tabel 4.8. Kuesioner pertanyaan nomor 5

SKOR P5 Persentase

Sangat Baik 0 0%
Baik 10 43,5%
Cukup 12 52,2%
Kurang 1 4,3%
Jumlah 23 100%

87
Dari tabel diatas, untuk pertanyaan nomor 5 yaitu pada skor baik
dengan persentase 43,5% sebanyak 10 responden, skor cukup dengan
persentase 52,2% sebanyak 12 responden dan skor kurang dengan
persentase 4,3% sebanyak 1 responden.
Tabel 4.9. Kuesioner pertanyaan nomor 6

SKOR P6 Persentase

Sangat Baik 0 0%
Baik 10 43,5%
Cukup 12 52,2%
Kurang 1 4,3%
Jumlah 23 100%

Dari tabel diatas, untuk pertanyaan nomor 6 yaitu pada skor baik
dengan persentase 43,5% sebanyak 10 responden, skor cukup dengan
persentase 52,2% sebanyak 12 responden dan skor kurang dengan
persentase 4,3% sebanyak 1 responden.
Tabel 4.10. Kuesioner pertanyaan nomor 7

SKOR P7 Persentase

Sangat Baik 0 0%
Baik 0 0%
Cukup 0 0%
Kurang 23 100%
Jumlah 23 100%

Dari tabel diatas, pada pertanyaan nomor 7 semua responden


mempunyai persentase 100% pada skor kurang sebanyak 23
responden.

88
Tabel 4.11. Kuesioner pertanyaan nomor 8
SKOR P8 Persentase

Sangat Baik 0 0%
Baik 18 78,3%
Cukup 5 21,7%
Kurang 0 0%
Jumlah 23 100%

Dari tabel diatas, untuk pertanyaan nomor 8 yaitu pada skor baik
dengan persentase 78,3% sebanyak 18 responden, skor cukup dengan
persentase 21,7% sebanyak 5 responden.
Tabel 4.12. Kuesioner pertanyaan nomor 9

SKOR P9 Persentase

Sangat Baik 11 47,8 %


Baik 10 43,5%
Cukup 2 8,7%
Kurang 0 0%
Jumlah 23 100%

Dari tabel diatas, untuk pertanyaan nomor 6 yaitu pada skor


sangat baik dengan persentase 47,8 % sebanyak 11 responden, skor
baik dengan persentase 43,5% sebanyak 10 responden, dan skor
cukup dengan persentase 8,7% sebanyak 2 responden.
2. Sarana dan Prasarana (M2/material)

a. Penataan gedung/ lokasi dan denah ruangan

Lokasi penerapan proses manajerial perawatan ini dilakukan

pada Ruang Perawatan Sawit I Rumah Sakit Umum Daerah Pangkep

dengan uraian sebagai berikut:

89
Ruangan Sawit I berada di lantai II di salah satu bangunan

RSUD Pangkep dimana bangunan ini terdiri dari 2 lantai dan dibagi

menjadi 4 ruang perawatan. Setiap lantai dipisahkan menjadi 2 ruang

perawatan, sebelah kiri merupakan ruang perawatan Sawit II. Lantai I

merupakan ruang perawatan Bougenvile I dan II. Lantai II merupakan

ruang perawatan Sawit I dan II.

1) Sebelah timur berbatasan dengan ruang perawatan lantai II Palm.

2) Sebelah barat berbatasan dengan jalan raya.

3) Sebelah selatan berbatasan dengan tangga.

4) Sebelah utara berbatasan dengan ruang perawatan Sawit II.

b. Fasilitas

1) Fasilitas untuk pasien

Tabel 4.13. Daftar fasilitas untuk pasien Ruang Perawatan Sawit I


RSUD Pangkep

NO Nama Barang Jumlah Kondisi Ideal


.
1. Tempat tidur 8 Baik 1/ruangan
Kamar 8 Baik
2. Meja pasien 8 Baik 1:1
3. Kipas angin/AC 8 Baik 1:1
4. Kursi roda 1 Baik
5. Branchart 1 Baik 1/ruangan
6. Jam dinding 4 Rusak 1/ruangan
7. Timbangan 1 Baik 1/ruangan
8. Kamar mandi/WC 8 Baik 1/ruangan
9. Dapur - Baik
10. Westafel -

2) Fasilitas untuk petugas kesehatan

90
a) Ruang kepala ruangan

b) Kamar mandi perawat / WC ada 1 (diruang ganti)

c) Ruang staf dokter tidak ada

d) Nurse station berada di tengah ruangan

e) Gudang berada di sebelah kamar 07

f) Ruang ganti berada di belakang nurse station

3) Alat kesehatan yang ada di ruang sawit 1 RSUD Pangkep

Tabel 4.14. Daftar fasilitas untuk pasien Ruang Perawatan Sawit 1


RSUD Pangkep

No. Nama Barang Jumlah Kondisi


1. Stetoskop 2 Baik
2. Tromol besar 1 Baik
3. Electro Cardio Gram 1 Baik
4. Lemari Es 1 Baik
5. Com Stainless 2 Baik
6. Infus pump 1 Baik
7. Senter 1 Baik
8. Bak Injeksi 1 Baik
9. Ember Sampah Pasien 8 Baik
10. Papan Tulis 1 Baik
11. Lemari Kaca 2 Baik
12. Lemari Besi - -
13. Tensimeter 2 Baik
14. Pinset Anatomis 1 Baik
15. Pinset Cirurgis 1 Baik
16. Gunting Nekrotomi 2 Baik
17. Gunting Perban 1 Baik
18. Korentang dan Tempat 1 Baik
19. Bengkok 3 Baik
20. Suction 1 Baik
21. Telepon 2 Baik
22. Komputer - -
23. Alat Pemadam Kebakaran 3 Baik
24. Lemari Obat 1 Baik

91
25. Lampu Darurat -
26. Syiringe pump 1 Baik
27. Kereta Obat - -
28. Standar Baskom - -
29. Standar Infus 8 Baik
30. Ambu Bag 1 Baik
31. Nebuliser 1 Baik
32. Manometer O2 Lengkap 1 Baik
33. Standar O2 1 Baik
34. Termometer 2 1 baik, 1
rusak
35. Tromol kecil 2 baik
36. Spatel 2 Baik
37. Klem 1 Baik
38. Baki besar 3 Baik
39. Baki kecil 1 Baik
40. Alat GDS 1 Baik
41. Pispot laki-laki 8 Baik
42. Pispot perempuan 8 Baik
43. Buli-buli 8 Baik
43. Alat sterilistor 1 Baik

4) Consumable (obat-obatan dan bahan habis pakai)

a) Hanscoond

b) Masker

c) Kassa

d) Plester

e) Bethadine

f) Alkohol

g) Kapas

5) Administrasi Penunjang

a) Buku Injeksi

92
b) Buku Visite

c) Buku Observasi TTV

d) Buku Timbang Terima

e) Lembar Dokumentasi

f) SOP

g) Buku inventaris

h) Buku CSSD

i) Leaflet

j) Buku registrasi

k) Buku dalin

6) Tempat Pembuang Sampah

a) Tempat sampah non medis : 2 buah

b) Tempat sampah medis : 2 buah

c) Safety Box : 1 buah

Observasi : Dari hasil observasi yang dilakukan pada tanggal 16 – 19

april 2018 didapatkan data sebagai berikut:

- Fasilitas untuk pasien perlu diperbaiki

- Jumlah alat yang ada belum sesuai dengan rasio

pasien

Wawancara : Dari hasil wawancara yang dilakukan pada tanggal 18

April 2018 ketua tim A mengatakan bahwa peralatan

kesehatan di ruangan belum lengkap untuk merawat

pasien

93
Analisa : Dari hasil analisa didapati bahwa perlu diadakan

perbakan fasilitas dalam ruang ners station dan kamar

pasien

3. Metode (M3/ Methode)

a. Penerapan metode asuhan keperawatan profesional (MAKP)

Keberhasilan suatu asuhan keperawatan kepada pasien sangat

ditentukan oleh pemilihan metode pemberian asuhan keperawatan

professional. Dengan semakin meningkatnya kebutuhan masyarakat

akan pelayanan keperawatan dan tuntutan perkembangangan iptek,

maka system pemberian asuhan keperawatan harus efektif dan efisen

(Nursalam, 2017).

Observasi : Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada

tanggal 16–19 April 2018 di ruangan perawatan Sawit I

adalah menggunakan metode TIM yang terdiri dari : 1

orang kepala ruangan, 2 orang ketua tim dan 21 orang

perawat pelaksana.

Analisis : Hal ini sejalan dengan Nursalam (2015), metode tim

terdiri atas anggota yang berbeda-beda dalam

memberikan asuhan keperawatan terhadap sekolompok

pasien. Perawat ruangan dibagi menjadi 2 sampai 3

tim/grup yang terdiri atas tenaga profesional, technical

dan pembantu dalam satu kelompok kecil yang saling

membantu.

94
Masalah : Penerapan metode asuhan keperawatan profesional

(MAKP) sudah optimal.

b. Timbang Terima/ Operan

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam timbang terima menurut

Nursalam(2017)

1) Dilaksanakan tepat pada waktu pergantian shift

2) Dipimpin oleh kepala ruangan atau penanggung jawab pasien (PP)

3) Diikuti oleh semua perawat yang telah dan yang akan dinas

4) Informasi yang disampaikan harus akurat, singkat, sistematis, dan

menggambarkan kondisi pasien saat ini serta menjaga kerahasiaan

pasien

5) Timbang terima harus berorientasi pada permasalahan pasien

6) Pada saat timbang terima di kamar pasien, menggunakan volume

suara yang cukup sehingga pasien di sebelahnya tidak mendengar

sesuatu yang rahasia bagi pasien. Sesuatu yang dianggap rahasia

sebaiknya tidak dibicarakan secara langsung di dekat pasien

Wawancara : Dari hasil wawancara pada tanggal 18 April 2018,

didapatkan bahwa timbang-terima/operan dilakukan

kadang tidak tepat waktu pada pergantian shift dan

pada proses timbang terima/operan kepala ruangan

atau penanggung jawab pasien (PP) tidak membuka

acara timbang terima dan tidak menutup acara.

95
Observasi : Dari hasil observasi, kami menemukan bahwa ada

beberapa penyebab timbang terima/operan di ruang

Sawit I kurang maksimal, antara lain : kepala ruangan

atau penanggung jawab pasien (PP) tidak membuka dan

tidak menutup acara timbang terima.

Analisis : Kurang sejalan dengan teori Nursalam (2017) bahwa

kegiatan timbang terima harus dilaksanakan tepat pada

waktu pergantian shift yang dipimpin oleh kepala

ruangan atau penanggung jawab pasien serta harus di

ikuti oleh semua perawat yang telah dan akan dinas.

Masalah : Proses timbang-terima/operan belum optimal

c. Ronde Keperawatan

Wawancara : Dari hasil wawancara pada tanggal 16 April 2018 pada

perawat di ruang Sawit I didapatkan bahwa ronde

keperawatan tidak dilakukan karena keterbatasan

waktu.

Observasi : Dari hasil observasi dari tanggl 16-19 April 2018, kami

menemukan bahwa belum dilakukan ronde

keperawatan.

Analisis : Tidak sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh

Sitorus (2011) bahwa pelaksanaan ronde keperawatan

hendaknya rutin dilakukan setiap bulannya yang

melibatkan seluruh anggota tim dan berfokus pada

96
klien yang membutuhkan perawatan khusus dengan

keluhan yang lebih komplit, konsuler/CCM

memfasilitasi kreatifitas dan validasi hasil asuhan

keperawatan yang diberikan.

Masalah : Ronde keperawatan belum dilaksanakan

d. Pengelolaan Logistik dan Obat

Observasi : Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada

tanggal 16–19 April 2018 di ruangan perawatan

Sawit I Format sentralisasi obat berisi ; nama, nomor

register, umur, ruangan. Pemberian obat sudah

memperhatikan 6 tepat (pasien, obat, dosis, cara,

waktu, dokumentasi) dan IW (waspada/monitoring).

Analisis : Sejalan dengan teori menurut Nursalam (2017) yang

mengatakan bahwa pengelolaan logistic dan obat

terdiri dari

1. Penerimaan resep/obat

a. Penanggung jawab pengelolaan obat adalah

kepala ruangan yang dapat didelegasikan

kepada staf yang ditunjuk (perawat primer

atau ketua tim)

b. Ke bed pasien/keluarga ; penjelasan dan

permintaan persetujuan tentang sentralisasi

obat

97
c. Format sentralisasi obat berisi ; nama, nomor

register, umur, ruangan.

2. Pemberian obat

a. Perhatikan 6 tepat (pasien, obat, dosis, cara,

waktu, dokumentasi) dan IW

(waspada/monitoring).

Masalah : Sentralisasi obat sudah optimal

e. Penerimaan pasien baru

Tahapan penerimaan pasien baru (Nursalam, 2017)

1) Menyiapkan kelengkapan administrasi

2) Menyiapkan kelengkapan kamar sesuai pesanan

3) Menyiapkan format penerimaan pasien baru

4) Menyiapkan buku status pasien dan format pengkajian keperawatan

5) Menyiapkan informed consent sentralisasi obat

6) Menyiapkan nursing kit

7) Menyiapkan lembar tata tertib pasien, keluarga, dan pengunjung

Observasi : Dari hasil observasi pada tanggal 16–19 April 2018 di

ruangan Sawit I, didapatkan bahwa tahapan penerimaan

pasien baru sesuai dengan teori berdasarkan Nursalam

2017.

Analisa : Dari hasil observasi yang didapatkan penerimaan

pasien baru yang dilakukan sesuai teori menurut

Nursalam (2017)

98
Masalah : Pelaksanaan penerimaan pasien baru telah

dilakukan secara optimal

f. Perencanaan pulang (Discharge Planning)

Observasi : Dari hasil observasi didapatkan isi format di Ruang

SawitIyaitu nama klien, perawat primer/PP, dokter

yang merawat, dokter konsultan, diagnosa medis,

umur/jenis kelamin, nomor rekam Medik, tanggal

masuk, tanggal keluar/pulang, dipulangkan dokter atau

atas permintaan sendiri, keadaan klien selama

perawatan/masalah dan tindakan keperawatan, keadaan

klien saat pulang/evaluasi akhir saat klien pulang, obat

yang masih diminum, pendidikan kesehatan yang

diberikan, catatan khusus, hal-hal yang diberikan saat

pulang yaitu surat istirahat, hasil pemeriksaan

penunjang seperti laboratorium, radiologi, dan hasil

diagnostik lainnya, obat yang tidak terpakai lagi,

kemudian nama dan tanda tangan perawat yang

bertugas/bertanggung jawab dan mengetahui nama dan

tanda tangan perawat primer.

Analisis : Sejalan dengan teori menurut Hurts, 1990 dikutip oleh

Kristina, 2007dalam (Nursalam 2017), perencanaan

pulang merupakan proses yang dinamis agar tim

kesehatan mendapatkan kesempatan/peluang yang

99
cukup untuk menyiapkan klien melakukan perawat

mandiri di rumah. Komponen-komponen yang ada pada

discharge planningterdiri atas :

1) Perawatan di rumah mencakup pemberian

pengajaran atau pendidikan kesehatan (Health

Education) tentang diet, mobilitas fisik, waktu

kontrol dan tempat control.

2) Obat-obatan yang masih dikonsumsi dan

kuantitasnya, mencakup dosis, cara/rute pemberian,

dan waktu tepat pemberian obat.

3) Obat-obat yang sudah tidak dikonsumsi lagi,

meskipun sudah tidak digunakan lagi oleh klien,

obat-obat tersebut tetap dibawa pulang

olehklien/keluarga.

4) Hasil pemeriksaan, termasuk hasil pemeriksaan

sebelum masuk rumahsakit dan hasil pemeriksaan

selama menjalani perawatan, semua diberikan ke

klien saat akan pulang, surat-surat seperti surat

keterangan sakit, dan surat kontrol.

Masalah : Perencanaan pulang / discahrge planning sesuai

dengan standar

g. Supervisi

100
Wawancara :Dari hasil wawancara, didapatkan bahwa kegiatan

supervisi di Ruangan Perawatan Sawit I dilakukan rutin

dalam sebulan oleh kepala ruangan dan kegiatan

supervisi meliputi kelengkapan asuhan keperawatan,

kebersihan ruangan dan kelengkapan sarana dan

prasarana ruangan.

Analisis : Dilihat dari segi pelaksanaan supervisi sejalan dengan

teori menurut (Nursalam,2017)yang mengatakan bahwa

supervisi dilakukan oleh kepala ruangan terhadap

kinerja dari tim (ketua dan anggota) dan atau perawat

primer dalam melaksanakan ASKEP.

Masalah : Supervisi dilaksanakan sesuai standar

h. Dokumentasi keperawatan

Observasi :Dari hasil observasi, didapatkan bahwa teknik

pendokumentasian di Ruangan Perawatan SawitIsudah

cukup baik. Dimana Standar Asuhan Keperawatan

(SAK) pada tahap pengkajian, dari semua status

pasien, lembar pengkajian telah diisi sesuai dengan

format. Begitupun dengan rencana asuhan keperawatan,

implementasi dan evaluasi menggunakan Nanda NIC-

NOC.Hal ini diduga merupakan pengaruhatau efek dari

penggunaan format catatan perkembangan pasien

dimana segala tindakan kepada pasien apakah itu dari

101
tenaga dokter maupun perawat sudah berada pada satu

lembar/format (Lembar Terintegrasi) sehingga

perencanaan dan tindakan yang akan dilakukan dapat

berkesinambungan dan terstruktur dengan baik.

Analisis :Sejalan dengan teori menurut (Chandra, 2016) bahwa

pendokumentasian merupakan catatan otentik dalam

penerapan manajemen asuhan keperawatan

professional. Perawat professional diharapkan mampu

menghadapi tuntutan tanggung jawab dan tanggung

gugat terhadap segala tindakan yang telah dilakukan.

Ada tiga komponen penting dalam pendokumentasian

antara lain : komunikasi, proses kepeawatan dan

standar asuhan keperawatan. Pendokumentasian yang

baik dan jelas dapat memberikan manfaat seperti :

sebagai alat komunikasi antar perawat dan dengan

tenaga kesehatan lain. Sebagai dokumentasi legal dan

mempunyai nilai hukum, dapat meningkatkan mutu

pelayanan keperawatan, referensi pembelajaran dalam

peningkatan ilmu keperawatan, serta mempunyai nilai

riset penelitian. Evaluasi hasil tindakan yang telah

dilakukan kepada klien didokumentasikan setiap

harinya yang merupakan tanggung jawab dari ketua

tim/PP.

102
Masalah :Dokumentasi keperawatan sesuai dengan Standar

Asuhan Keperawatan

4. Money M4

Wawancara : Dari hasil wawancara dengan kepala ruangan Sawit I

pada tanggal 18 April 2018 mengatakan bahwa

pemasukan ruangan didapatkan dari dana RS yang

meliputi dana untuk kegiatan operasional (kegiatan

pelayanan), manajemen (pembayaran pegawai, listrik,

air, telepon, dan lainnya), Pembangunan (sarana

prasarana dan sumber daya manusia).

5. Mutu pelayanan keperawatan (M5)

Pasien yang menggunakan jasa pelayanan kesehatan di RSUD

Kab.Pangkep di ruang sawit 1 sebagian besar berasal dari dalam daerah

pangkep. Berdasarkan data bulan maret,terdapat usia pasien yang

bervariasi pada kisaran usia mayoritas 20 – 80 tahun (sebanyak 46

orang). RSUD Kab. Pangkep merupakan rumah sakit tipe C dengan

fasilitas sarana dan prasarana yang menunjang dan perawat memberikan

pelayanan seoptimal mungkin kepada pasien.

Ruang sawit I RSUD Kab. Pangkep telah menerapkan upaya

penjaminan mutu pelayanan pasien,dimana terdapat beberapa aspek

penilaian penting, di antaranya:Keselamatan Pasien (Patient Safety),

berdasarkan sasaran keselamatan pasien (SKP) yang dikeluarkan oleh

103
standar akreditasi rumah sakit edisi 1 (Kemenkes 2011) dan JCI

Acredition, maka sasaran tersebut meliputi 6 elemen berikut :

a. Sasaran keselamatan pasien

1) Ketepatanan identitas pasien

Berdasarkan hasil observasi langsung diruang Sawit I

diperoleh bahwa pasien diidentifikasi menggunakan tanda

pengenal yaitu penggunaan gelang tangan yang bertujuan untuk

sebagai tanda pengenal pasien agar terhindar dari hal yang tidak

diinginkan. Penerapan ini sudah dijalankan secara optimal salah

satu tandanya penggunaan gelang tangan yang terdiri dari 4 jenis

warna sesuai dengan identitas pasien, warna biru untuk laki-laki,

pink untuk perempuan, warna merah untuk alergi, warna kuning

untuk resiko jatuh.

2) Peningkatan komunikasi yang efektif (SBAR)

Peningkatan komunikasi yang efektif melalui SBAR,

berdasarkan wawancara penggunaan SBAR sudah berjalan secara

optimal dengan memberikan perintah lisan melalui telpon atau

hasil pemeriksaan dituliskan secara lengkap oleh perawat

(penerimaan perintah) kemudian dibacakan kembali oleh penerima

perintah dan kemudian didokumentasikan.

3) Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai

104
Berdasarkan hasil obsevasi peningkatan kebijakan atau

prosedur ini sudah diterapkan. Penyimpanan obat pasien sudah

mulai tertata dan tersimpan rapi didalam lemari obat yang telah

diberi lebel sebelumnya.

4) Kepastian tepat-lokasi, tepat prosedur, tepat-pasien operasi

Berdasarkan hasil observasi diruangan sawit I penerepan ini

sudah berjalan dengan baik. Pasien yang akan dioperasi sudah

dipersiapkan terlebih dahulu, kemudian dilakukan pengecekan

ulang kelengkapan data hasil pengkajian pasien, beserta

perlengkapan yang dibutuhkan pasien sudah tersedia atau belum

(tepat lokasi, tepat prosedur, dan tepat pasien operasi).

5) Pengurangan resiko infeksi terkait pelayanan kesehatan

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara langsung

diruangan sawit I mengenai Hand hygine, perawat sudah

menerapkan Hand hygine sesuai dengan SOP yang ada. Hal ini

untuk mendukung pengurangan secara berkelanjutan resiko infeksi

terkait pelayanan kesehatan (mencegah terjadinya infeksi

nosokomial).

6) Pengurangan resiko jatuh

1. Rumah sakit menerapkan proses asesmen awal resiko pasien

jatuh dan melakukan pengkajian ulang terhadap pasien bila

diindikasikan terjadi perubahan kondisi atau pengobatan.

105
2. Langkah-langkah diterapkan untuk mengurangi resiko jatuh bagi

mereka yang pada hasil asesmen dianggap berisiko.

3. Langkah-langkah monitor hasilnya, baik tentang keberhasilan

pengurangan cedera akibat jatuh maupun dampak yang

berkaitan secara tidak disengaja.

4. Kebijakan dan /atau prosedur mendukung penguranan

berkelanjutan dari resiko jatuh cedera pasien akibat jatuh di

rumah sakit.

berikut adalah penerapan keselamatan pasien di RUSD Pangkep

antara lain sebagai berikut :

a. Angka kejadian jatuh

Dari data hasil didapatkan bahwa 100% tidak mengalami jatuh

selama dilakukan perawatan oleh perawat ruangan. Meskipun

sebagian pasien mempunyai resiko jatuh, akan tetapi dari hasil

wawancara mengatakan tidak ada pasien yang mengalami jatuh.

b. Kesalahan pengobatan (medication eror)

Kejadian kesalahan pemberian obat yang meliputi tidak tepat

obat, tidak tepat dosis, tidak tepat pasien, tidak tepat waktu

pemberian dan tidak waspada terhadap efek pemberian obat,

tidak terjadi selama periode bulan januari sampai maret,

pemberian obat diberika secara benar sesuai indikasi yang

diberikan oleh dokter.

106
c. Angka kejadian flebitis

Kejadian flebitis, pada bulan januari samapi maret tercatat

154 pasien yang terpasang intaravena line (IVL). Dari 154

pasien yang terpasang IVL, ada yang terjadi kejadian flebitis

sebanyak 13 (8,4%).

d. Angka kejadian dekubitus

Kejadian dekubitus, dari data yang didapatkan selama bulan

maret tidak terdapat pasien yang mengalami dekubitus (0%).

e. Upaya pengurangan infeksi nosokomial (INOS)

Indicator penilaian INOS :

1) IlO (tidak terjadi) selama bulan januari sampai maret ;

a) Luka bersih 10 orang

b) Bersih kontaminasi : 11 orang

c) Kontaminasi ; tidak ada

d) Kotor ; tidak ada

2) ISK : total pasien yang menggunakan kateter sebanyak 12

pasien dan lama pemakaian kateter selama 7-10 hari. Dari

jumlah pasien 154, dan tidak terdapat infeksi saluran kemih.

f. Kepuasaan perawat

Tabel 4.15. Kuesioner Kepuasan Perawat Pertanyaan nomor 1

SKOR P1 Persentase

Sangat Puas 0 0
Puas 3 13,1%

107
Cukup Puas 13 56,5%
Tidak Puas 7 30,4%
Sangat Tidak Puas 0 0
Jumlah 23 100%

Dari tabel diatas, untuk pertanyaan nomor 1 yaitu pada


skor puas 13,1% sebanyak 3 responden, skor cukup puas dengan
persentase 56,5% sebanyak 13 responden, skor tidak puas
dengan persentase 30,4% sebanyak 7 responden dan skor kurang
dengan persentase 4,3% sebanyak 1 responden.
Tabel 4.16 Kuesioner Kepuasaan Perawat pertanyaan nomor 2

SKOR P2 Persentase

Sangat Puas 0 0
Puas 2 8,6%
Cukup Puas 18 78,3%
Tidak Puas 3 13,1%
Sangat Tidak Puas 0 0
Jumlah 23 100%

Dari tabel diatas, untuk pertanyaan nomor 2 yaitu pada


skor puas 8,6% sebanyak 2 responden, skor cukup puas dengan
persentase 78,3% sebanyak 18 responden, dan skor tidak puas
dengan persentase 13,1% sebanyak 3 responden.
Tabel 4.17. Kuesioner Kepuasan Perawat pertanyaan 3
SKOR P3 Persentase

Sangat Puas 0 0
Puas 19 82,6%
Cukup Puas 3 13,1%
Tidak Puas 1 4,3%
Sangat Tidak Puas 0 0

108
Jumlah 23 100%

Dari tabel diatas, untuk pertanyaan nomor 3 yaitu pada


skor puas 82,6% sebanyak 19 responden, skor cukup puas
dengan persentase 13,1% sebanyak 3 responden, dan skor tidak
puas dengan persentase 4,3% sebanyak 1 responden.
Tabel 4.18. Kuesioner Kepuasan Perawat Pertanyaan nomor 4

SKOR P4 Persentase

Sangat Puas 0 0
Puas 15 65,2%
Cukup Puas 8 34,8%
Tidak Puas 0 0%
Sangat Tidak Puas 0 0%
Jumlah 23 100%

Dari tabel diatas, untuk pertanyaan nomor 4 yaitu pada


skor puas 65,2% sebanyak 15 responden, dan skor cukup puas
dengan persentase 34,8% sebanyak 8 responden.
Tabel 4.18. Kuesioner Kepuasan Perawat Pertanyaan nomor 5

SKOR P5 Persentase

Sangat Puas 0 0
Puas 19 82,6%
Cukup Puas 4 17,4%
Tidak Puas 0 0%
Sangat Tidak Puas 0
Jumlah 23 100%

109
Dari tabel diatas, untuk pertanyaan nomor 5 yaitu pada
skor puas 82,6% sebanyak 19 responden, dan skor cukup puas
dengan persentase 17,4% sebanyak 4 responden.
Tabel 4.20. Kuesioner Kpeuasan Perawat pertanyaan nomor 6

SKOR P6 Persentase

Sangat Puas 0 0
Puas 23 100%
Cukup Puas 0 0%
Tidak Puas 0 0%
Sangat Tidak Puas 0
Jumlah 23 100%

Dari tabel diatas, untuk pertanyaan nomor 6 yaitu pada skor


puas 100% sebanyak 23 responden.
Tabel 4.21. Kuesioner kepuasan perawat pertanyaan 7

SKOR P7 Persentase

Sangat Puas 0 0
Puas 12 52,2%
Cukup Puas 11 47,8%
Tidak Puas 0 0%
Sangat Tidak Puas 0
Jumlah 23 100%

Dari tabel diatas, untuk pertanyaan nomor 7 yaitu pada skor


puas 52,2% sebanyak 12 responden, dan skor cukup puas
dengan persentase 47,8% sebanyak 11 responden.
Tabel 4.22. Kuesioner Kepuasan Perawat Pertanyaan nomor 8

SKOR P8 Persentase

110
Sangat Puas 0 0
Puas 12 52,2%
Cukup Puas 11 47,8%
Tidak Puas 0 0%
Sangat Tidak Puas 0
Jumlah 23 100%

Dari tabel diatas, untuk pertanyaan nomor 8 yaitu pada


skor puas 52,2% sebanyak 12 responden, dan skor cukup puas
dengan persentase 47,8% sebanyak 11 responden.
Tabel 4.23. Kuesioner Kepuasan Perawat Pertanyaan nomor 9

SKOR P9 Persentase

Sangat Puas 0 0
Puas 19 82,6%
Cukup Puas 4 17,4%
Tidak Puas 0 0%
Sangat Tidak Puas 0
Jumlah 23 100%

Dari tabel diatas, dari 23 responden yang menjawab


pertanyaan nomor 9 yaitu pada skor puas dengan persentase
82,6% sebanyak 19 responden, dan skor cukup puas dengan
persentase 17,4% sebanyak 4 responden.
Tabel 4.24. Kuesioner Kpeuasan Perawat Pertanyaan nomor 10
SKOR P10 Persentase
Sangat Puas 1 4,4%
Puas 17 73,9%
Cukup Puas 5 21,7%

111
Tidak Puas 0 0%
Sangat Tidak Puas 0
Jumlah 23 100%

Dari tabel diatas, dari 23 responden yang menjawab


pertanyaan nomor 10 yaitu pada skor sangat puas dengan
persentase 4,4% sebanyak 1 responden, skor puas dengan
persentase 73,9% sebanyak 17 responden, dan skor cukup puas
dengan persentase 21,7% sebanyak 5 responden.
g. Kepuasan Pasien

Tabel 4.25. Kuesioner Kepuasan Pasien di Sawit I RSUD Pangkep

PERTANYAAN YA TIDAK JUMLAH


P1 8 0 100%
P2 8 0 100%
P3 8 0 100%
P4 8 0 100%
JUMLAH 8 pasien 100%

Tabel diatas, dari 4 pertanyaan tentang kepuasan pasien 8


responden semua mengatakan puas dengan persentase 100%.
Kesimpulan dari 10 tabel diatas didapatkan berdasarkan rumus:

112
B. ANALISIS SWOT

Tabel 4. 26. Analisis Swot

NO INDIKATOR ANALISIS SWOT


1 Pengorganisasian/ M1 (Ketenagaan)
Organizing Sumber Daya Manusia (Man)
a. Internal faktor (IFAS)
Strength
1. Adanya system pengembangan staf
berupa pelatihan perawat yang telah
mengikuti pelatihan
2. Jenis ketenagaan
a) Ners: 6 orang
b) S1 Keperawatan: 3 orang
c) D3 Keperawatan: 15 orang
3. Adanya pelatihan perawat
Weaknesss
1. Jenis ketenagaan
Jumlah tenaga keperawatan tidak sesuai
dengan rasio tempat tidur menurut
rumus Douglas dalam buku Nursalam
2017.
2. Kurangnya kesejahteraan perawat
karena jumlah perawat melebihi
kapasitas
b. Eksternal faktor (EFAS)
Opportunity
1) Adanya program pelatihan/seminar
khusus tentang manajemen

113
keperawatan dari diklat
2) Adanya kesempatan melanjutkan
pendidikan kejenjang yang lebih tinggi
3) Adanya kerjasama yang baik antara
mahasiswa fakultas keperawatan
dengan perawat klinik
4) Adanya program akreditasi RS dari
pemerintah dimana MAKP merupakan
salah satu penilaian
Treathened
1) Makin tingginya kesadaran
masyarakat akan pentingnya kesehatan
2) Terbatasnya kuota tenaga keperawatan
yang melanjutkan pendidikan tiap
tahun
2 Perencanaan/ M2 (Sarana dan Prasarana)
Planning a. Internal faktor (IFAS)
Strength
1. Rumah sakit Umum Daerah type C
sebagai Rumah Sakit Pendidikan dan
Rujukan
2. Terdapat admininistrasi penunjang
(misalnya: buku timbang terima, buku
injeksi, buku TTV, buku visite, SOP,
SAK, buku register, buku dalin,dll)
yang memadai
3. Tersedianya ners station
4. Pemeliharaan dan perawatan dari
sarana dan prasarana penunjang
kesehatan sudah ada
Weakness

114
1. Sarana dan prasarana pasien yang ada
sebagian rusak sehingga perlu
diperbaiki dan yang tidak ada perlu
ditambahkan
b. Eksternal Faktor (EFAS)
Oportunity
1. Adanya pengadaan sarana dan
prasarana yang rusak dari bagian
pengadaan barang (AC, Syiringe
Pump)
2. Adanya program pelatihan atau
seminar khusus tentang pengoperasian
alat
Treathened
1. Kesenjangan antara jumlah pasien
dengan peralatan yang ada
2. Makin tinggi kesadaran masyarakat
akan pentingnya kesehatan
3. Ada tuntutan tinggi dari masyarakat
untuk melengkapi sarana dan
prasarana
3 Perencanaan/ M3 (Methode)
Planning MAKP
a. Internal faktor (IFAS)
Strength
1. RS memiliki visi, misi, dan moto
sebagai acuan melaksanakan kegiatan
pelayanan
2. Ruangan telah menerapkan model
MAKP Tim
3. Mempunyai standar asuhan

115
keperawatan yaitu (Nanda NIC NOC)
4. Protap setiap tindakan belum
sepenuhnya lengkap
5. Ada dokumentasi SOP
6. Terlaksananya komunikasi yang
adekuat antara perawat dan tim
kesehatan lainnya.
7. Perawat memahami mengenai model
yang diterapkan diruangan
8. Telah ada tanggung jawab dan
pembagian tugas berdasarkan model
keperawatan
b. Eksternal Faktor
Opportunity
1. Adanya mahasiswa profesi ners yang
melakukan praktik manajemen
keperawatan
2. Ada kebijakan pemerintah tentang
profesionalisme perawat
3. Adanya kebijakan RS tentang
pelaksanaan MAKP
Treathened
1. Persaingan dengan rumah sakit swasta
yang semakin ketat
2. Adanya tuntutan masyarakat yang
semakin tinggi terhadap peningkatan
pelayanan keperawatan yang lebih
professional.
3. Bebasnya pers yang dapat langsung
menyebarkan informasi dengan cepat
Timbang Terima

116
a. Internal faktor (IFAS)
Strength
1. Adanya laporan jaga setiap shift (3 kali
sehari)
2. Timbang terima belum dilakukan secara
optimal
3. Belum adanya format khusus untuk
pelaporan timbang terima
Weakness
1. Tidak semua perawat mengikuti
timbang terima
2. Ketua Tim tidak memimpin timbang
terima setiap hari
3. Timbang terima kadang dilakukan tidak
tepat waktu
b. Eksternal faktor (EFAS)
Opportunity
1. Adanya mahasiswa profesi ners yang
praktik manajemen keperawatan
2. Adanya kerja sama yang baik antara
mahasiswa profesi ners yang pratik di
ruangan dengan tenaga keperawatan
3. Adanya kebijakan rumah sakit tentang
timbang terima
Treathened
1. Adanya tuntutan yang lebih tinggi dari
masyarakat untuk mendapatkan
pelayanan keperawatan yang
professional
2. Makin tingginya kesadaran masyarakat
akan pentingnya kesehatan

117
Ronde keperawatan
a. Internal faktor (IFAS)
Strength
1. Bidang perawatan mendukung adanya
kegiatan ronde keperawatan.
2. Adanya tenaga yang lulusan Ners
sebanyak 6 orang.
3. Adanya kemauan perawat untuk
berubah
Weakness
1. Pelaksanaan ronde keperawatan belum
dilaksanakan
2. Perawat memahami mengenai ronde
keperawatan
b. Eksternal factor (EFAS)
Opportunity
1. Adanya pelatihan dan seminar tentang
manajemen keperawatan.
2. Adanya kesempatan dari kepala
ruangan untuk mengadakan ronde
keperawatan pada perawat dan
mahasiswa praktek
Treathened
1. Adanya tuntutan yang lebih tinggi dari
masyarakat untuk mendapatkan
pelayanan yang professional.
2. Persaingan antara rumah sakit semakin
kuat dalam pemberian pelayanan.
Sentralisasi Obat
a. Internal faktor (IFAS)
Strength

118
1. Tersedianya sarana dan prasarana untuk
pengelolaan sentralisasi obat
2. Kepala ruangan mendukung kegiatan
sentralisasi obat
3. Pada mekanisme penyimpanan obat
tidak dilakukan pemisahan antara obat
oral dengan obat luar
4. Adanya buku injeksi dan obat oral
bekerjasama dengan depo farmasi
5. Adanya lembar pendokumentasian obat
yang diterima disetiap status pasien
Eksternal Faktor
Opportunity
1. Adanya mahasiswa profesi Ners yang
praktek manajemen keperawatan
2. Adanya kerjasama yang baik antara
perawat dan mahasiswa profesi ners
Threatened
1. Adanya tuntutan pasien untuk
mendaptkan pelayanan yang
profesional
2. Makin tinggi kesadaran masyarakat
akan hukum.
Penerimaan Pasien Baru
a. Internal faktor (IFAS)
Strength
1. Perawat bersedia melakukan PPB
2. Setiap melakukan PPB perawat
melakukan pendokumentasian
3. Sudah ada pembagian tugas tentang
PPB

119
Eksternal faktor
Opportunity
1. Adanya program pelatihan tentang tata
cara penerimaan pasien baru.
Treathened
1. Adanya tuntutan yang lebih tinggi dari
masyarakat untuk mendapatkan
pelayanan yang professional.
2. Persaingan antara rumah sakit semakin
kuat dalam pemberian pelayanan.
Discharge Planning
a. Internal faktor (IFAS)
Strength
1. Tersedianya sarana dan prasarana
discharge planning di ruangan untuk
pasien pulang
2. Adanya kartu kontrol berobat
3. Pasien tidak mengalami kesulitan
dalam memahami bahasa perawat
Weakness
1. Belum ada pemberian brosur/leaflet
saat Discharge Planning
b. Ekternal Faktor (EFAS)
Opportunity
1. Discharge planning dilakukan secara
lisan dan tertulis
2. Adanya mahasiswa profesi ners yang
melakukan praktek manajemen
keperawatan.
3. Adanya kerjasama yang baik antara
mahasiswa dengan perawat ruangan

120
Treathened
1. Adanya tuntutan yang lebih tinggi dari
masyarakat untuk mendapatkan
pelayanan yang professional.
2. Persaingan antara rumah sakit semakin
kuat dalam pemberian pelayanan.
Supervisi
a. Internal faktor (IFAS)
Strength
1. RSUD Kab. Pangkep adalah rumah
sakit yang memperoleh akreditasi C
2. Adanya kemauan perawat untuk
berubah
Weakness
1. Supervisi dilakukan oleh kepala
instalasi rawat inap.
2. Masih kurangnya program pelatihan
dan sosialisasi tentang supervisi
b. Eksternal Faktor
Opportunity
1. Adanya mahasiswa profesi ners yang
praktek manajemen
2. Adanya teguran dari kepala ruangan
bagi perawat yang tidak melaksanakan
pekerjaan dengan baik
Treathened
1. Tuntutan pasien sebagai konsumen
untuk mendapatkan pelayanan yang
profesional
2. Mahasiswa Ners Nani hasanuddin
praktek manajemen

121
3. Kerja sama yang baik antar perawat dan
mahasiswa
Dokumentasi
A. Internal faktor
Strength
1. Tersedianya sarana dan prasarana
dokumentasi untuk tenaga kesehatan
(sarana administrasi penunjang)
2. Format asuhan keperwatan sudah ada
3. Sudah ada sistem pendokumentasian
4. Adanya kesadaran perawat tentang
tanggung jawab dan tanggung gugat.
4 Perencanaan/ M4 (Keuangan)
Planning a. Internal faktor (IFAS)
Strength
1. Ada pendapatan dari jasa medik, untuk
biaya BPJS yang dapat klaim setelah
perawatan
2. Ada pendapatan dari jasa pelayanan RS
berupa jasa
b. Eksternal Faktor (EFAS)
Opportunity
1. Pengeluaran sebagian besar dibiayai RS
2. Ada kesempatan untuk menggunakan
instrumen medis sehingga menghemat
pengeluaran
Threattened
1. Adanya tuntutan yang lebih tinggi dari
masyarakat untuk mendapatkan
pelayanan kesehatan yang lebih
profesional sehingga membutuhkan

122
pendanaan yang lebih besar untuk
mendainai sarana dan prasarana.
5 Pengawasan/ M5 (Mutu)
Controling a. Internal faktor (IFAS)
Strength
1. Kepuasan pasien terhadap pelayanan
kesehatan dirumah sakit.
2. Rata-rata BOR cukup baik susai dengan
jumlah pasien.
3. Adanya variasi karakteristik dari pasien
(BPJS, Umum)
4. Sebagai tempat praktek mahasiswa
profesi ners yang praktek manajemen
Weaknes
1.Kurangnya pemberian edukasi perawat
diruang sawit 1 RSUD Kab. Pangkep
terhdap resiko terjadinya infeksi
B. Eksternal faktor (EFAS)
Oportunity
1. Adanya Mahasiswa Profesi Ners yang
praktek manajemen.
2. Adanya kerja sama antara perawat dan
mahasiswa
Threatened
1. Adanya peningkatan standar
masyarakat yang harus dipenuhi.
2. Persaingan RS dalam memberikan
pelayanan keperawatan.

C. Rumusan Masalah

123
1. Identifikasi Masalah

Setelah dilakukan analisa data selanjutnya dilakukan perumusan

masalah untuk memudahkan dalam melakukan prioritas. Adapun

perumusan masalah adalah sebagai berikut :

a. Jumlah tenaga perawat melebihi rasio tempat tidur/bad

b. Fasilitas di ruang pasien belum optimal

c. Timbang terima/operan kurang optimal

d. Ronde keperawatan belum dilaksanakan

e. Masalah tambahan

1) Denah Ruangan

2) Struktur Organisasi

3) Keterangan Penggunaan APAR

4) Banner 6 keselamatan pasien

5) Label cairan

6) Spanduk Selamat Datang

7) Arah Kiblat

2. Prioritas Masalah

Setelah identifikasi masalah, selanjutnya masalah tersebut

diprioritaskan berdasarkan metode pembobotan dengan

memperhatikan aspek-aspek yang meliputi :

a. Kecenderungan besar dan seringnya kejadian masalah tersebut

(Magnitude)

b. Besarnya kerugian yang ditimbulkannya (Saverity)

124
c. Dapat atau tidaknya masalah diselesaikan (Managebility)

d. Perhatian bidang perawatan (Nursing Concern)

e. Kesediaan sumber daya yang ada (Afordbility)

Dari masing-masing nilai aspek tersebut, masing-masing aspek

memiliki bobot tersendiri dengan rentang 1-5, yaitu:

a. 1 Jika Sangat Kurang Sesuai

b. 2 Jika Kurang Sesuai

c. 3 Jika Cukup Sesuai

d. 4 Jika Sesuai

e. 5 Jika Sangat Sesuai

Nilai dari setiap masalah kemudian dikalikan dengan masing-

masing nilai setiap masalah, masalah yang memiliki total nilai terbesar

merupakan prioritas masalah yang terpilih.

Tabel 4.27. Skoring Prioritas Masalah

No Masalah Mg Sv Mn Nc Af Total

1 Jumlah tenaga perawat 5 3 4 2 2 240


melebihi rasio tempat tidur/bad
2 Fasilitas di ruang pasien belum 4 5 3 2 2 240
optimal
3 Timbang terima/operan belum
optimal. 4 3 4 3 4 576

5 Ronde keperawatan belum


5 4 5 4 4 1600
dilakukan
5 Masalah tambahan :
1) Denah Ruangan 3 1 5 2 5 150

125
2) Struktur Organisasi 3 1 5 2 5 150
3) Keterangan Penggunaan 3 1 5 2 5 150
APAR 3 1 5 2 5 150
4) Banner 6 keselamatan
pasien 3 1 5 2 5 150
5) Label cairan 3 1 5 2 5 150
6) Spanduk Selamat Datang 3 1 5 2 5 150
7) Arah kiblat 3 1 5 2 5 150

Berdasarkan skoring prioritas masalah didapatkan urutan prioritas


masalah sebagai berikut:
1. belum optimalnya ronde keperawatan

2. belum optimalnya timbang terima/operan

3. belum optimalnya jumlah tenaga perawat dengan rasio tempat

tidur/bad

4. belum optimalnya fasilitas di ruang pasien

5. Masalah tambahan :

1) belum tersedianya denah ruangan

2) belum diperbaharuinya struktur organisasi

3) belum tersedianya keterangan penggunaan APAR

4) belum tersedianya banner 6 keselamatan pasien

5) belum tersedianya label cairan

6) Spanduk Selamat Datang

7) Arah kiblat

D. Planning of Action (POA)


Tabel 4. 28. Planning of action Masalah

126
No Masalah Kegiatan Indikator Waktu Penanggun
Keberhasilan g Jawab

1. Ronde Keperawatan Roleplay Ronde Minggu ke Mahasiswa


belum optimal ronde keperawatan III Profesi
keperawatan dilakukan management Ners Stikes
sesuai dengan keperawatan Nani
SOP Hasanuddin
keperawatan kelompok
Sawit I
2 timbang terima/operan Roleplay Timbang Minggu ke Mahasiswa
sudah optimal Timbang terima III Profesi
Terima dilakukan management Ners Stikes
sesuai dengan keperawatan Nani
SOP Hasanuddin
keperawatan kelompok
Sawit I
3 jumlah tenaga perawat Memberikan Disesuaikan Minggu ke I Mahasiswa
dengan rasio tempat masukan dengan rumus saat seminar Profesi

tidur/bad pada bagian doglas dalam awal Ners Stikes


manajemen buku Nani
RS Nursalam Hasanuddin
kelompok
Sawit I dan
Pihak
Manajemen
RS
4 fasilitas di ruangan Fasilitas Fasilitas Minggu ke Petugas
sudah optimal ruangan seperti AC, III IPS-RS
sudah TV, Tempat managemen
diperbaiki Tidur sudah t
baik dan keperawata
dipergunakan n
oleh pasien

127
5. Masalah tambahan : Membuat Masalah Minggu ke Mahasiswa
a) Denah ruangan Denah tambahan III Profesi

b) Struktur ruangan, sudah management Ners Stikes


keperawatan Nani
organisasi Struktur terealisasi
Hasanuddin
c) Keterangan organisasi,
kelompok
penggunaan Keterangan
Sawit I dan
APAR penggunaan
Pihak
d) Banner 6 APAR, Manajemen
keselamatan Banner 6 RS
pasien keselamatan
e) Label cairan pasien,
f) Spanduk Label
Selamat cairan,
Datang Spanduk
g) Arah kiblat Selamat
Datang,
Arah kiblat

BAB V

HASIL PELAKSANAAN KEGIATAN

128
A. Tahap Implementasi

Tahap implementasi merupakan kegiatan penyelesaian masalah sesuai

skala prioritas dengan rencana kegiatan yang disepakati pada saat seminar

awal yang diikuti oleh Kepala Bagian Diklat, Kepala bagian seksi

Keperawatan, Kasubag Diklat, komite keperawatan Kepala Ruangan,

pembimbing lahan sekaligus Pembimbing Institusi STIKES Nani Hasanuddin

Makassar.

Adapun masalah yang disepakati untuk ditindak lanjuti adalah:

1. Belum optimalnya ronde keperawatan

2. Belum optimalnya timbang terima/operan

3. Belum optimalnya jumlah tenaga perawat dengan rasio tempat

tidur/bad

4. Belum optimalnya fasilitas di ruang pasien

5. Program tambahan :

a. Belum tersedianya denah ruangan

b. Belum diperbaharuinya struktur organisasi

c. Belum tersedianya keterangan penggunaan APAR

d. Belum tersedianya banner 6 keselamatan pasien

e. Belum tersedianya label cairan

f. Spanduk Selamat Datang

g. Arah kiblat

B. Implementasi Kegiatan

1. Belum optimalnya ronde keperawatan

129
Implementasi:

Melakukan role play ronde keperawatan pada hari senin tanggal 07 mei

2018.

2. Belum optimalnya timbang terima/operan

Implementasi

Melakukan role play timbang terima/operan dilakukan setiap pergantian

shift dan pendokumentasian timbang terima di Ruang Perawatan Sawit 1

RSUD Pangkep pada tanggal 30 April 2018

3. Belum optimalnya jumlah tenaga perawat dengan rasio tempat tidur/bad

Implementasi

Mengusulkan kepada kepala ruangan untuk ditindak lanjuti ke bagian

manajemen Rumah Sakit

4. Belum optimalnya fasilitas diruangan

Implementasi

Mengusulkan kepada kepala ruangan untuk ditindak lanjuti ke bagian IPS-

RS dalam perbaikan fasilitas di ruangan pasien

5. Program tambahan

a. Belum tersedianya denah ruangan

Implementasi

Pengadaan denah ruangan di Ruang Sawit 1 RSUD Pangkep pada

tanggal 30 April 2018

b. Belum diperbaharuinya struktur organisasi

Implementasi

130
Pengadaan struktur organisasi di Ruang Sawit 1 RSUD Pangkep pada

tanggal 27 April 2018

c. Belum tersedianya keterangan penggunaan APAR

Implementasi

Pengadaan keterangan penggunaan APAR di Ruang Sawit 1 RSUD

Pangkep pada tanggal 30 April 2018

d. Belum tersedianya banner 6 keselamatan pasien

Implementasi

Pengadaan banner 6 keselamatan pasien di Ruang Sawit 1 RSUD

Pangkep pada tanggal 28 April 2018

e. Belum tersedianya label cairan

Implementasi

Pengadaan label di Ruang Sawit 1 RSUD Pangkep pada tanggal 30 April

2018

f. Spanduk Selamat Datang

Implementasi

Pengadaan spanduk selamat datang di Ruang Sawit 1 RSUD Pangkep

pada tanggal 04 Mei 2018

g. Arah kiblat

Implementasi

Pengadaan arah kiblat di Ruang Sawit 1 RSUD Pangkep pada tanggal 25

April 2018.

131
C. HASIL PELAKSANAAN KEGIATAN

No Masalah Implementasi Evaluasi Kendala Rencana


Tindak
Lanjut
1. Belum Melakukan role Terlaksana
optimalnya play ronde
ronde keperawatan
keperawatan

2 Belum Melakukan role Terlaksana


optimalnya play timbang
timbang terima/operan
terima/operan dilakukan setiap
pergantian shift
dan
pendokumentasi
an timbang
terima di Ruang
Perawatan Sawit
1 RSUD
Pangkep pada
tanggal 30 April
2018
3 Belum Mengusulkan Terlaksana
optimalnya kepada kepala
jumlah tenaga ruangan untuk
perawat ditindak lanjuti
dengan rasio ke bagian IPS-
tempat RS dalam
tidur/bad perbaikan
fasilitas di
ruangan pasien

132
4 Belum Mengusulkan Terlaksana
optimalnya kepada kepala
fasilitas di ruangan untuk
ruangan ditindaklanjuti ke
bagian
manajemen
rumah sakit
5 Belum Pengadaan denah Terlaksana
tersedianya di Ruang Sawit 1
denah ruangan RSUD Pangkep
pada tanggal 30
April 2018
6 Belum Pengadaan Terlaksana
diperbaharuiny struktur
a struktur organisasi di
organisasi Ruang Sawit 1
RSUD Pangkep
pada tanggal
27April 2018
7 Belum Pengadaan Terlaksana
tersedianya keterangan
keterangan penggunaan
penggunaan APAR di Ruang
APAR Sawit 1 RSUD
Pangkep pada
tanggal 30 April
2018
8 Belum Pengadaan 6 Terlaksana
tersedianya keselamatan
banner 6 pasien di Ruang
keselamatan Sawit 1 RSUD

133
pasien Pangkep pada
tanggal 28 April
2018
9 Belum Pengadaan label Terlaksana
tersedianya cairan di Ruang
label cairan Sawit 1 RSUD
Pangkep pada
tanggal 30 April
2018

10 Belum Pengadaan Terlaksana


tersedianya spanduk selamat
spanduk datang di Ruang
selamat datang Sawit 1 RSUD
Pangkep pada
tanggal 30 April
2018

11 Belum Pengadaan arah Terlaksana


tersedianya kiblat di Ruang
arah kiblat Sawit 1 RSUD
Pangkep pada
tanggal 27 April
2018

BAB VI

PENUTUP

134
A. Kesimpulan

1. Pengkajian dilakukan mulai pada tanggal 18 April 2018 dengan mengkaji

sumber daya (M1), sarana dan prasarana (M2), Methode (M3), Money

(M4), dan Mutu (M5) yang digunakan melalui observasi, wawancara, dam

kuesioner terhadap pasien dan perawat di ruang sawit 1 RSUD Pangkep.

2. Model asuhan keperawatan yang diterapkan pada ruang perawatan Sawit 1

adalah menggunakan metode TIM yang terdiri dari 1 orang kepala

ruangan, 2 orang ketua tim dan 21 orang perawat pelaksana.

3. Kegiatan manajemen dilakukan dengan mengikuti standar operasional

prosedur dengan rutinitas kegiatan antara lain timbang terima/operan,

ronde keperawatan, sentralisasi obat, supervisi, penerimaan pasien baru,

Disharge Planning, pendokumentasian.

B. Saran

1. Ruangan

a. Kepala ruangan dan ketua tim hendaknya melakukan bimbingan kepada

perawat pelaksana untuk pembuatan rencana harian dan dokumentasi

asuhan keperawatan.

b. Kepala ruangan dan ketua tim hendaknya melakukan bimbingan kepada

perawat pelaksanamengenai prosedur timbang terima dan ronde

keperawatan.

c. Perawat pelaksana hendaknya membudayakan/mendisiplinkan kegiatan

yang telah diajarkan dan menjadikan suatu rutinitas kegiatan.

2. Sub Bagian Keperawatan

135
Melakukan supervisi secara teratur diruangan agar kemampuan yang

sudah terbentuk menjadi budaya kerja yang terus dipertahankan dan

ditingkatkan, memberi pujian terhadap hasil yang telah dicapai untuk

meningkatkan motivasi dan kualitas kerja perawat.

3. Mahasiswa

Mahasiswa praktek yang akan datang diharapkan dapat memantau hasil

residensi terdahulu khususnya di ruang Sawit 1 dan menambah kegiatan

lain yang belum dapat dilaksanakan seperti rencana mingguan, bulanan,

dan ronde keperawatan dan menyempurnakan format pengkajian dan

rencana intervensi yang sudah ada.

OPERAN (TIMBANG TERIMA)

A. Pengertian

136
Timbang terima pasien (operan) merupakan teknik atau cara untuk

menyampaikan dan menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan

keadaan pasien. Timbang terima dilakukan oleh perawat primer keperwatan

kepada perawat primer (penanggung jawab) dinas sore atau dinas malam

secara tertulis dan lisan.

B. Tujuan

1. Tujuan umum

Mengkomunikasikan keadaan pasien dan menyampaikan informasi yang

penting.

2. Tujuan khusus

a. Menyampaikan kondisi dan keadaan pasien (data fokus)

b. Menyampaikan hal yang sudah/belum dilakukan dalam asuhan

keperawatan kepada pasien.

c. Menyampaikan hal yang penting yang harus ditindaklanjuti oleh perawat

dinas berikutnya.

d. Menyusun rencana kerja untuk dinas berikutnya

C. Manfaat

1. Bagi Perawat

a. Meningkatkan kemampuan komunikasi antar perawat

b. Menjalin hubungan kerja sama dan bertanggung jawab antar perawat

c. Pelaksanaan asuhan keperawatan terhadap pasien yang

berkesinambungan

d. Perawat dapat mengikuti perkembangan pasien secara paripurna

137
2. Bagi Pasien

Pasien dapat menyampaikan masalah secara langsung bila ada yang

belum terungkap

D. Prosedur Timbang Terima

Tahap Kegiatan Wakt Tempat Pelaksan

u a

Persiapan 1. Timbang terima di 15 Nurse Kepala


laksanakan setiap pergantian Menit
Station ruangan,
sif/operan
Perawat
2. Prinsip timbang terima,
semua pasien baru masuk Primer,
dan pasien yang dilakukan
Perawata
timbang terima khususnya
Asosiate
pasien yang memiliki
permasalahan yang
belum/dapat teratasi serta
yang membutuhkan
observasi lebih lanjut.
3. PA/PP menyampaikan
timbang terima kepada PP
(yang menerima
pendelegasian) berikutnya,
hal yang perlu disampaikan
dalam timbang terima:
a. Aspek umum yang
meliputi: MI s/d M5
b. Jumlah pasien
c. Identitas pasien dan
diagnosis medis

138
d. Data (keluhan/subjektif
dan objektif)
e. Masalah keperawatan
yang masih muncul
f. Intervensi keperawatan
yang sudah dan belum
dilaksanakan (secara
umum)
g. Intervensi kolaboratif dan
dependen
h. Rencana umum dan
persiapan yang perlu
dilakukan (persiapan
operasi, pemeriksaan
penunjang, dan program
lainya).
Pelaksanaa Nurse Station 5-10 Nurse KARU,
n 1. Kedua kelompok dinas Menit
Station PP, PA
sudah siap (Shift jaga)
2. Kelompk yang akan
bertugas menyiapkan
buku catatan
3. Kepala ruang an
membuka acara timbang
terima
4. Menyampaian yang
jelas, singkat dan padat
oleh perawat jaga (NIC)
5. Perawat jaga shift
selanjutnya dapat
melakukan klarifikasi,

139
tanya jawab dan
melakukan validasi
terhadap hal-hal yang
telah ditimbng terimakan
dan berhak menanyakan
mengenai hal-hal yang
kurang jelas.
Di Bed Pasien
1. Kepala ruangan
menyampaikan saran dan
PP menanyakan
kebutuhan dasar pasien
2. Perawat jaga selanjutnya
mengkaji secara penuh
terhada masalah
Ruang/
keperawatan, kebutuhan,
Bed
dan tindakan yang
Pasien
telah/belum
dilaksanakan, serta hal-
hal penting lainnya
selama masa perawatan.
3. Hal-hal yang sifatnya
khusus dan memerlukan
perincian yang matang
sebaiknya dicatat secara
khusus untuk kemudian
diserah terimakan kepada
petugas berikutnya.
Post 1. Diskusi 5 Nurse KARU,
Timbang 2. Pelaporan untuk timbang Menit Station PP, PA
Terima terima dituliskan secara

140
langsung pada format
timbang terima yang
ditandatangani oleh PP
yang jaga saat itu dan PP
yang jaga berikutnya
diketahui oleh kepala
ruangan
3. Ditutup oleh KARU

RONDE KEPERAWATAN

Rencana Pelaksanaan Ronde Keperawatan Pada Pasien Dengan Diagnosa


“Asma Bronkhial “ Di Ruang Sawit I
RSUD Kab. Pangkep
Topik : Ronde Keperawatan

141
Sasaran : Tn A.K

Hari/Tanggal : Senin, 07 Mei 2018

Waktu : 30-35 Menit

A. Pengertian

Ronde keperawatan adalah kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi

masalah keperawatan pasien yang dilaksankan oleh perawat disamping

melibatkan pasien untuk membahas dan melaksanakan asuhan keperawatan.

Karakteristik antara lain sebagai berikut:

1. Pasien dilibatkan secara langsung.

2. Pasien merupakan fokus kegiatan.

3. PA, PP dan konselor melakukan diskusi bersama.

4. Konselor memfasilitasi kreativitas.

5. Konselor membantu mengembangkan kemampuan PA, PP dalam

meningkatkan kemampuan mengatasi masalah

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Menyelesaikan masalah pasien melalui pendekatan berpikir kritis dan

diskusi.

2. Tujuan Khusus.

a. Menumbuhkan cara berpikir kritis dan sistematis.

b. Meningkatkan kemampuan validasi data pasien.

c. Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosis keperawatan.

142
d. Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang

berorientasi pada masalah pasien.

e. Meningkatkan kemampuan memodifikasi rencana asuhan

keperawatan.

f. Meningkatkan kemampuan justifikasi.

g. Meningkatkan kemampuan menilai hasil kerja.

C. Manfaat

1. Masalah pasien dapat teratasi.

2. Kebutuhan pasien dapat terpenuhi.

3. Terciptanya komunitas keperawatan yang profesional.

4. Terjalinnya kerja sama antar tim kesehatan.

5. Perawat dapat melaksanakan model asuhan keperawatan dengan

tepat dan benar.

D. Sasaran

Pasien Tn. A.K Umur 70 Tahun yang dirawat di ruang Sawit I VIP 4

RSUD. Pangkep.

E. Materi

1. Teori asuhan keperawatan pasien dengan asma bronkhial.

2. Pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi dan

evaluasi keperawatan yang muncul pada pasien dengan asma bronkhial.

143
F. Metode

Diskusi

G. Media

1. Dokumen/status pasien.

2. Sarana diskusi: kertas, pulpen.

3. Materi yang disampaikan secara lisan.

4. Adapun langkah-langkah dalam pelaksanaan kegiatan ronde


keperawatan, seperti pada tabel dibawah ini :
PP
Tahap pra

2. Penetapan pasien

3. Persiapan pasien:
5.
 Informed Consent
 Hasil pengkajian/validasi
6.
data
Tahap
pelaksanaan di 7.
 Apa diagnosis kepeprawatan
nurse station 3. Penyajian masalah
8.  Apa data yang mendukung?
 Bagaimana intervensi yang
sudah dilakukan?
 Apa hambatan ditemukan?

Tahap pelaksanaan
di kamar pasien 4. Validasi data di bed pasien
9.

PP, Konselor, KARU

Pascaronde 4. kesimpulan dan 5. Lanjutan-diskusi di nurse


10.
(nurse station) rekomendasi solusi
masalah

Bagan Langkah-Langkah Kegiatan Ronde Keperawatan


Nursalam, 2015
H. Kegiatan Ronde Keperawatan

Waktu Tahap Kegiatan Pelaksanaan Kegiatan Tempat

144
Pasien

1 hari Pra Pra ronde Penanggung Ruang


sebelum 1. Menentukan jawab: Sawit I
ronde
ronde kasus dan topik  Mahasiswa
2. Menentukan tim Ners
ronde. departemen
3. Menentukan manajemen
literatur. keperawatan
4. Menentukan STIKES Nani
proposal. Hasanuddin
5. Mempersiapkan Makassar
n pasien dengan
pemberian
informed
consent.
5 menit Ronde Pembukaan Kepala ruangan - Nurse
(Nurse 1. Salam pembuka
station
Station) 2. Memperkenalkan
tim ronde.
3. Menjelaskan
tujuan ronde.
4. Mengenalkan
masalah pasien
secara sepintas

145
10 menit Penyajian masalah: PP Kegiatan Nurse
1.Memberikan
pasien station
salam dan
memperkenalkan
pasien dan keluarga
kepada tim ronde
2. Menjelaskan
riwayat penyakit
dan keperawatan
pasien.
3. Menjelaskan
masalah pasien dan
rencan tindakan
yang telah
dilaksanakan serta
menetapkan
prioritas yang perlu
didiskusikan.
Validasi data (bed
pasien):
1. Mencocokkan
dan menjelaskan
kembali data yang
telah disampaikan
dengan wawancara, KARU, PP, Memberik
observasi, dan Perawwat an respon
pemeriksaan konselor dan
keadaan pasien menjawab
secara langsung dan pertanyaan
melihat .
ddokumentasi.

146
2. Diskusi dengan
anggota tim dan
pasien tentang
masalah
keperawatan
tersebut di bed
pasien.
3. Pemberian
justifikasi oleh
perawat primer atau
konselor atau
kepala ruangan
tentang masalah
pasien
5 menit Pasca 1. Melanjutkan KARU, - Nurse
ronde diskusi dan Supervisio,
station
(Nurse memasukkan dari Perawat,
Station) tim. Konselor,
2. Menyimpulkan Pembimbing
untuk menentukan
tindakan
keperawatan pada
masalah prioritas
yang telah
ditetapkan.
3.Mendokumentasi
kan intervensi
keperawatan.
4. Penutup

I. Kriteria Evaluasi

147
1. Struktur:

a. Ronde keperawatan dilaksanakan di ruang Sawit I RSUD.

Pangkep

b. Peserta ronde keperawatan hadir di tempat pelaksanaan ronde

keperawatan.

c. Persiapan dilaksanakan sebelumnya.

2. Proses

a. Peserta mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir.

b. Seluruh peserta berperan aktif dalam kegiatan ronde sesuai

peran yang telah ditentukan.

3. Hasil

a. Pasien puas dengan hasil kegiatan.

b. Masalah pasien dapat teratasi.

c. Perawat dapat:

1) Menumbuhkan cara berfikir yang kritis dan sistematis.

2) Meningkatkan kemampuan validitas data pasien.

3) Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosa

keperawatan.

4) Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan

yang berorientasi pada masalah pasien.

5) Meningkatkan kemampuan memodifikasi rencana asuhan

keperawatan.

6) Meningkatkan kemampuan justifikasi.

148
7) Meningkatkan kemampuan menilai hasil kerja.

J. Pengorganisasian

1. Kepala ruangan : Rahmatullah Darmawan S.Kep

2. Ketua TIM A : Wering R Blegur S.Kep

3. Ketua TIM B : Olvian Ruruk S.Kep

4. Perawat Associate : Nuryana Usman, Regina Agustina, Dorotea

Labu, Ambrosia, Vinsen Kesu, Herdianti, Sri Ulan Dari, Wiyarni,

Faizah.

149

Anda mungkin juga menyukai

  • Bab Iv
    Bab Iv
    Dokumen9 halaman
    Bab Iv
    Jarvis Much
    Belum ada peringkat
  • Kuesioner Penelitian
    Kuesioner Penelitian
    Dokumen16 halaman
    Kuesioner Penelitian
    Jarvis Much
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii1
    Bab Ii1
    Dokumen3 halaman
    Bab Ii1
    Jarvis Much
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen13 halaman
    Bab I
    Jarvis Much
    Belum ada peringkat
  • Bab Iv1
    Bab Iv1
    Dokumen4 halaman
    Bab Iv1
    Jarvis Much
    Belum ada peringkat
  • Bab V
    Bab V
    Dokumen8 halaman
    Bab V
    Jarvis Much
    Belum ada peringkat
  • Kasus KLP 1
    Kasus KLP 1
    Dokumen1 halaman
    Kasus KLP 1
    Jarvis Much
    Belum ada peringkat
  • Lembar Observasi
    Lembar Observasi
    Dokumen6 halaman
    Lembar Observasi
    Jarvis Much
    Belum ada peringkat
  • Bab Vi
    Bab Vi
    Dokumen2 halaman
    Bab Vi
    Jarvis Much
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Dokumen6 halaman
    Bab Iii
    Jarvis Much
    Belum ada peringkat
  • Bab Iv
    Bab Iv
    Dokumen6 halaman
    Bab Iv
    Jarvis Much
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen4 halaman
    Bab Ii
    Jarvis Much
    Belum ada peringkat
  • SAMPUL
    SAMPUL
    Dokumen1 halaman
    SAMPUL
    Jarvis Much
    Belum ada peringkat
  • 02 Abstrak
    02 Abstrak
    Dokumen1 halaman
    02 Abstrak
    Jarvis Much
    Belum ada peringkat
  • 06 Daftar Lampiran
    06 Daftar Lampiran
    Dokumen1 halaman
    06 Daftar Lampiran
    Jarvis Much
    Belum ada peringkat
  • Proposal Indah
    Proposal Indah
    Dokumen38 halaman
    Proposal Indah
    Jarvis Much
    Belum ada peringkat
  • Bab V
    Bab V
    Dokumen13 halaman
    Bab V
    Jarvis Much
    Belum ada peringkat
  • Kuesioner Penelitian
    Kuesioner Penelitian
    Dokumen12 halaman
    Kuesioner Penelitian
    Jarvis Much
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen5 halaman
    Bab I
    Jarvis Much
    Belum ada peringkat
  • Bab Iv
    Bab Iv
    Dokumen5 halaman
    Bab Iv
    Jarvis Much
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen6 halaman
    Bab I
    Jarvis Much
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen21 halaman
    Bab Ii
    Jarvis Much
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen6 halaman
    Bab I
    Jarvis Much
    Belum ada peringkat
  • 05 Daftar Tabel
    05 Daftar Tabel
    Dokumen2 halaman
    05 Daftar Tabel
    Jarvis Much
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen7 halaman
    Bab I
    Jarvis Much
    Belum ada peringkat