SESI 2 SEOJK 47 APUPPT - Final
SESI 2 SEOJK 47 APUPPT - Final
47/SEOJK.04/2017 TENTANG
PENERAPAN PROGRAM APU DAN
PPT DI SEKTOR PASAR MODAL
Jakarta,
Seoul, 8 April 2014
26 February 2014
Outline
2
Langkah-Langkah Penerapan Pendekatan Berbasis Risiko (RBA)
3
Langkah-Langkah Penerapan Pendekatan
Step 1 Identifikasi Risiko Berbasis Risiko (RBA)
4
Kategori Nasabah Berdasarkan Tingkat
Risiko
High Risk
Low Risk
5
Kategori Nasabah Berisiko Tinggi (1)
R
i
s 2. nasabah korporasi yang struktur kepemilikannya kompleks dan sulit
k untuk diidentifikasi beneficial ownernya, ultimate owner atau ultimate
controller dari korporasi
6
Kategori Nasabah Berisiko Tinggi (2)
3. nasabah yang termasuk dalam kategori orang yang populer secara politis
(politically exposed person) yang selanjutnya disingkat PEP, termasuk anggota
H keluarga atau pihak yang terkait (close associates) dari PEP
i
g
h 4. nasabah yang pemilik manfaatnya (beneficial owner) tidak diketahui
R
i 5. nasabah yang tidak bersedia memberikan data dan informasi dalam proses
s identifikasi atau nasabah yang memberikan informasi yang sangat minim atau
informasi yang patut diduga sebagai informasi fiktif.
k
7
Risiko Negara atau Geografis (1)
1. Apabila dana diterima dari atau dikirim ke negara/yurisdiksi yang berisiko tinggi.
2. Apabila nasabah memiliki hubungan yang signifikan dengan negara/yurisdiksi berisiko tinggi.
1. Yurisdiksi yang oleh organisasi yang melakukan mutual assesment seperti FATF diidentifikasi
sebagai yurisdiksi yang tidak secara memadai melaksanakan Rekomendasi FATF.
2. Negara yang diidentifikasi sebagai yang tidak cooperative atau Tax Haven oleh
Organization for Economic Cooperation and Development (OECD).
3. Negara yang memiliki tingkat tata kelola rendah sebagaimana ditentukan oleh World Bank.
8
Risiko Negara atau Geografis (2)
Indikator Suatu Negara atau Wilayah Berisiko Tinggi
4. Negara yang memiliki tingkat risiko korupsi tinggi sebagaimana diidentifikasi dalam
Transparancy International Corruption Perception Index.
5. Negara yang diketahui secara luas sebagai tempat penghasil dan pusat perdagangan
narkoba.
6. Negara yang dikenakan sanksi, embargo, atau yang serupa, antara lain oleh PBB.
7. Negara atau yurisdiksi yang diidentifikasi oleh lembaga yang dipercaya, sebagai
penyandang dana atau mendukung kegiatan terorisme, atau membolehkan kegiatan
organisasi teroris di negaranya.
9
Risiko Produk/Jasa/Transaksi
Hal yang dapat meningkatkan
Risiko Produk/jasa/Transaksi
1. Produk atau jasa yang menawarkan keleluasaan dalam penarikan dengan biaya
tertentu, seperti layanan pinjam-meminjam dana nasabah yang dapat diambil sewaktu-
waktu, transaksi pembelian atau penjualan unit penyertaan reksa dana yang tidak
dibatasi dan dapat diambil sewaktu-waktu.
2. Produk atau jasa yang memiliki nilai kas yang tinggi.
3. Penerimaan pembayaran dari pihak ketiga yang tidak dikenal atau tidak ada
hubungan, seperti penyelesaian pembayaran transaksi efek langsung ke rekening
perusahaan.
4. Transaksi menggunakan online trading.
5. Penerimaan pembayaran dengan menggunakan pembayaran tunai seperti penyetoran
tunai pada saat margin call.
10
Risiko Jaringan Distribusi (Delivery
Jaringan Distribusi
Channels)
merupakan media yang digunakan untuk memperoleh suatu produk atau jasa,
atau media yang digunakan untuk melakukan suatu transaksi
11
Risiko Relevan Lainnya
Faktor lain yang relevan yang dapat memberikan dampak pada risiko Pencucian
Uang dan Pendanaan Terorisme, seperti:
1. tren tipologi, metode, teknik, dan skema Pencucian Uang dan Pendanaan
Terorisme (*dapat dilihat pada web PPATK)
2. model bisnis PJK
12
Langkah-Langkah Penerapan Pendekatan
Step 2 Menetapkan Berbasis Risiko (RBA)
Toleransi Risiko
1. Toleransi Risiko
Sebelum mempertimbangkan mitigasi risiko, PJK harus menetapkan toleransi risiko. Toleransi
risiko untuk menentukan tingkat ancaman terpapar risiko yang dapat ditoleransi oleh PJK di
Sektor Pasar Modal.
Contoh: Sejauhmana PJK dapat mentoleransi untuk menerima calon nasabah yang berasal
dari negara berisiko tinggi terhadap aktiviitas Pencucian Uang dan Pendanaan Terorisme.
2. Kategori Risiko yang perlu dipertimbangkan
Dalam menetapkan toleransi risiko, PJK di Sektor Pasar Modal perlu mempertimbangkan
kategori risiko:
a. risiko regulator (regulatory risk) seperti: ketidaksanggupan memenuhi peraturan yang
ada
b. risiko reputasi (reputational risk)
c. risiko hukum (legal risk) seperti: adanya perubahan peraturan
d. risiko keuangan (financial risk)
13
Langkah-Langkah Penerapan Pendekatan
Step 3 Menyusun Langkah Pengurangan Berbasis Risiko (RBA)
dan Pengendalian Risiko
Mitigasi Risiko
Adalah penerapan pengendalian internal untuk membatasi risiko yang telah diidentifikasi
dalam melakukan penilaian risiko, sehingga kegiatan usaha PJK tetap berada dalam
batas toleransi risiko yang telah ditetapkan.
PJK harus:
1. melakukan pemantauan yang lebih sering terhadap hubungan usaha tersebut
2. mengambil langkah yang lebih ketat dalam melakukan identifikasi dan pengkinian data.
14
Langkah-Langkah Penerapan Pendekatan
Step 3 Menyusun Langkah Pengurangan Berbasis Risiko (RBA)
dan Pengendalian Risiko
15
Langkah-Langkah Penerapan Pendekatan
Step 4 Evaluasi atas Risiko Berbasis Risiko (RBA)
Residual
Risiko Residual
1. Risiko residual merupakan risiko yang tersisa setelah penerapan pengendalian internal dan
mitigasi risiko
2. PJK perlu memperhatikan bahwa meskipun mitigasi risiko dan manajemen risiko telah
dilaksanakan secara ketat, PJK tetap memiliki risiko residual yang harus dikelola secara
baik
3. PJK harus memastikan bahwa tingkat risiko residual tidak lebih besar dari tingkat toleransi
risiko yang telah ditetapkan PJK
4. Dalam hal risiko residual masih lebih besar daripada toleransi risiko, atau dalam hal
pengendalian internal dan mitigasi terhadap area berisiko tinggi tidak memadai, PJK wajib
kembali melakukan langkah pengurangan dan pengendalian risiko dan meningkatkan level
atau kuantitas dari langkah mitigasi yang telah ditetapkan
17
Langkah-Langkah Penerapan Pendekatan
Step 5 Menerapkan Berbasis Risiko (RBA)
Pendekatan Berbasis Risiko
18
Langkah-Langkah Penerapan Pendekatan
Step 6 Peninjauan dan Evaluasi Berbasis Risiko (RBA)
Pendekatan Berbasis Risiko
Peninjauan atas Penilaian Risiko untuk menguji efektivitas penerapan APU dan PPT meliputi:
kebijakan dan prosedur, penilaian risiko terkait Pencucian Uang dan Pendanaan Terorisme; dan
program pelatihan SDM.
19
Pengawasan Aktif Direksi dan
Dewan Komisaris
Tugas Direksi dalam penerapan program
Tanggung Jawab Direksi
APU dan PPT
20
Pengawasan Aktif Direksi dan
Dewan Komisaris
Tugas Komisaris dalam penerapan
Tanggung Jawab Komisaris
program APU dan PPT
21
Penanggung Jawab Penerapan Program APU PPT
PENANGGUNGJAWAB PENERAPAN APU DAN PPT
minimal terdiri pejabat atau pejabat atau pegawai paling rendah Independen atas
dari 1 pimpinan pegawai paling setingkat penyelia (supervisor) kegiatan yang
dan 1 pelaksana rendah setingkat di kantor yang hanya terdapat unit dimonitor
UKK di kantor bawah Direksi kerja yang berhubungan dengan mampu memberikan
cabang dapat nasabah maka pejabat dan/atau informasi kepada
dibantu oleh pegawai direksi terkait
kepala kantor penanggung jawab APU dan PPT manajemen risiko dan
cabang dalam dapat: kepatuhan
penerapan • berasal dari unit kerja dan/atau Memiliki akses terkait
program APU pejabat penanggung jawab dokumen nasabah
dan PPT kantor cabang lainnya atau bertanggung jawab
kepada direksi
• Berasal dari kantor pusat jika
kepatuhan atau
seluruh hubungan usaha dikontrol
salah satu anggota
sepenuhya oleh kantor pusat
Direksi yang terkait
pejabat penanggung jawab APU dan dengan penerapan
PPT dapat dibantu oleh kepala kantor program APU dan
cabang dalam penerapan program PPT
APU dan PPT
22
Kebijakan dan Prosedur
Kebijakan Uji Tuntas Nasabah (Customer Due Dilligence/CDD)
identifikasi untuk mengetahui
IDENTIFIKASI profil calon nasabah
Kegiatan CDD
mencakup verifikasi atas informasi dan
VERIFIKASI
dokumen pendukung calon
nasabah
23
Kebijakan dan Prosedur
Uji Tuntas Nasabah (Customer Due Dilligence/CDD)
CDD
terdapat transaksi keuangan dengan PJK meragukan kebenaran informasi
mata uang rupiah dan/atau mata uang yang diberikan oleh nasabah, penerima
asing yang nilainya paling sedikit atau kuasa, dan/atau pemilik manfaat
setara dengan Rp100.000.000,00 (seratus (beneficial owner)
juta rupiah).
24
Kebijakan dan Prosedur
Kebijakan dan Prosedur Penerimaan dan Identifikasi
Calon Nasabah paling sedikit mencakup
1. permintaan informasi mengenai calon 5. wawancara dengan calon nasabah untuk
nasabah memperoleh keyakinan atas kebenaran
2. permintaan salinan atau rekaman dari informasi, bukti identitas dokumen pendukung.
dokumen identitas nasabah yaitu KTP 6. larangan untuk membuka atau memelihara
bagi nasabah yang memiliki KTP atau rekening anonim atau dengan nama fiktif
dokumen lain yang menunjukan nomor 7. pertemuan langsung (face to face) dengan
induk kependudukan (NIK) bagi calon nasabah pada awal melakukan
nasabah yang belum memiliki KTP hubungan untuk meyakini kebenaran identitas
3. penelitian atas kebenaran dokumen calon nasabah
pendukung identitas calon nasabah 8. kewaspadaan terhadap transaksi atau
4. permintaan identitas lain, jika terdapat hubungan usaha dengan calon nasabah
keraguan terhadap identitas yang ada yang berasal dari negara yang belum
memadai dalam melaksanakan rekomendasi
FATF.
9. penyelesaian proses verifikasi identitas calon
nasabah dan pemilik manfaat (beneficial
owner) dilakukan sebelum membina
hubungan usaha dengan calon nasabah
25
Kebijakan dan Prosedur
Kebijakan dan Prosedur Identifikasi Pemilik Manfaat
(beneficial owner)
1. Dalam hal calon nasabah mewakili BO untuk 4. Bagi BO berupa lembaga pemerintahan, instansi
membuka hubungan usaha atau melakukan pemerintah, atau perusahaan yang terdaftar di bursa
transaksi, PJK harus melakukan prosedur CDD efek (listing), kewajiban penyampaian dokumen
terhadap pemilik BO yang sama ketatnya dan/atau identitas pengendali akhir tidak perlu
dengan prosedur CDD bagi calon nasabah dilakukan. Yang termasuk pengertian perusahaan yang
2. Dalam hal BO tergolong sebagai PEP maka terdaftar di bursa efek adalah:
prosedur yang diterapkan adalah prosedur nasabah perusahaan yang merupakan anak
CDD yang lebih ketat atau uji tuntas lanjut perusahaan (subsidiary) dari perusahaan yang
(enhanced due dilligence/EDD) terdaftar di bursa efek, dimana kepemilikan
3. Dalam melakukan identifikasi terhadap calon perusahaan induk adalah mayoritas; dan/atau
nasabah korporasi, PJK harus menetapkan nasabah perusahaan yang bukan merupakan
BO perusahaan yang terdaftar di bursa efek namun
kebijakan internal perusahaan tersebut
meharuskan adanya paparan publik (public
expose) yang memaparkan kepada publik untuk
menjelaskan mengenai kinerja perusahaan
tersebut sebagaimana yang berlaku pada
perusahaan yang terdaftar di bursa efek.
26
Kebijakan dan Prosedur
Uji Tuntas Lanjut (Enhanced Due Diligence/EDD)
27
Kebijakan dan Prosedur
CDD oleh Pihak Ketiga (1)
PJK dapat menggunakan hasil CDD yang telah dilakukan oleh pihak ketiga terhadap calon
nasabahnya yang telah menjadi nasabah pada pihak ketiga tersebut.
Pihak ketiga mempunyai hubungan usaha dengan nasabah yang independen, dari
hubungan usaha yang dilakukan antara nasabah dengan PJK yang menggunakan hasil
CDD pihak ketiga, dan pihak ketiga tersebut menerapkan prosedur CDD sendiri*.
*Ketentuan ini tidak berlaku untuk hubungan keagenan
Contoh pihak ketiga dimaksud:
PJK di sektor perbankan dan industri keuangan non bank (telah terdapat perjanjian
kerjasama terkait hak akses untuk mendapatkan informasi dan salinan dokumen
nasabah sesegera mungkin)
Lembaga keuangan dan penyedia barang/jasa yang memiliki prosedur CDD dan
tunduk pada otoritas berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan. Seperti: penyelenggara kegiatan penukaran Valas (Money Changer) dan
penyelenggara kegiatan pengiriman uang
28
Kebijakan dan Prosedur
CDD oleh Pihak Ketiga (2)
Keagenan
Dalam hal PJK menggunakan agen dalam menerapkan prosedur CDD, penerapan
prosedur CDD dimaksud dilakukan oleh agen untuk dan atas nama PJK yang
mendelegasikan. Hasil CDD yang dilakukan oleh agen sebagaimana dimaksud
diserahkan kepada PJK yang mendelegasikan.
Sebagai contoh, dalam hal Manajer Investasi menggunakan agen penjual efek
reksa dana (APERD) dalam memasarkan produk reksa dana, penerapan CDD
dilakukan oleh APERD untuk dan atas nama Manajer Investasi sesuai dengan
prosedur yang ditetapkan oleh Manajer Investasi, dan di bawah pengawasan
Manajer Investasi.
29
Kebijakan dan Prosedur
CDD sederhana (Simplified CDD)
1. PJK harus mendokumentasikan Nasabah yang mendapat perlakuan CDD sederhana dalam daftar
yang memuat informasi mengenai alasan penetapan risiko sehingga digolongkan sebagai risiko
rendah.
2. Nasabah yang telah mendapatkan perlakuan CDD sederhana harus dikeluarkan dari daftar nasabah
CDD sederhana apabila memenuhi kriteria sebagai berikut:
diindikasikan terkait dengan Pencucian Uang atau Pendanaan Terorisme; atau
tidak lagi memenuhi kriteria sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40 POJK No.12.
3. Nasabah yang dikeluarkan dari daftar nasabah CDD sederhana nasabah tersebut harus:
dilakukan CDD atau EDD sesuai dengan tingkat risiko nasabah terkini; dan/atau
dilaporkan dalam LTKM apabila transaksi diindikasikan terkait dengan Pencucian Uang atau
Pendanaan Terorisme
30
Kebijakan dan Prosedur
Penolakan dan Penutupan Usaha dengan Nasabah
PJK Wajib Menolak Hubungan Usaha
Dalam hal:
1. Calon nasabah tidak bersedia memberikan informasi dan/atau melengkapi
dokumen yang dipersyaratkan.
2. Calon nasabah memberikan informasi dan/atau dokumen yang tidak sesuai
atau patut diduga sebagai dokumen palsu atau informasi yang diragukan
kebenarannya.
Selanjutnya PJK harus mendokumentasikan calon nasabah yang terkena penolakan
hubungan usaha dalam daftar tersendiri
31
Kebijakan dan Prosedur
Pemantauan dan Pengkinian Data
mengidentifikasi kesesuaian antara transaksi nasabah
Pemantauan meliputi: dengan profil nasabah dan menatausahakan dokumen
tersebut
melakukan analisis terhadap seluruh transaksi yang tidak
sesuai dengan profil nasabah
meminta informasi tentang latar belakang dan tujuan
transaksi terhadap transaksi yang tidak sesuai dengan
profil nasabah, apabila diperlukan
32
Kebijakan dan Prosedur
Pemeliharaan Data yang Akurat
Pemeliharaan data
meliputi:
1. pendokumentasian data nasabah diklasifikasikan sesuai dengan tingkat risiko nasabah
2. dokumen yang ditatausahakan paling sedikit mencakup:
Salinan KTP/Dokumen lain yang menunjukkan Nomor Induk Kependudukan sesuai UU
mengenai adminitrasi Kependudukan
berkas terkait proses CDD dan EDD termasuk hasil analisis
informasi transaksi (jenis & jumlah mata uang), Tujuan transaksi, tanggal perintah
transaksi, no.rekening terkait transaksi
3. jangka waktu penatausahaan dokumen:
dokumen yang terkait dengan data nasabah dengan jangka waktu paling sedikit 5 (lima)
tahun sejak :
• berakhirnya hubungan usaha dengan nasabah; dan/atau
• ditemukannya ketidaksesuaian transaksi dengan tujuan ekonomis dan/atau tujuan
usaha
33
Pengendalian Internal
Pengendalian Internal yang Efektif
1. Pelaksanaan pengendalian internal penerapan program APU dan PPT dilaksanakan oleh penanggung
jawab kepatuhan atau satuan kerja audit internal (SKAI).
2. PJK harus memiliki sistem pengendalian internal yang efektif yaitu mampu mendeteksi kelemahan dan
penyimpangan dari penerapan program APU dan PPT.
3. PJK harus memiliki kerangka pengendalian internal yang meliputi:
penunjukan UKK dan/atau pejabat yang bertanggung jawab dalam mengelola penerapan program
APU dan PPT
pemantauan khusus terhadap kegiatan operasional
penyampaian informasi yang cepat dan tepat dalam hal terdapat indikasi dan/atau dugaan terkait
TPPU dan TPPT
penerapan kebijakan, prosedur dan kontrol atas uji tuntas nasabah (CDD)
penyediaan kontrol yang memadai
pengujian terhadap keefektifan dari pelaksanaan program APU dan PPT dengan mengambil contoh
secara acak (random sampling) dan melakukan pendokumentasian atas pengujian yang dilakukan.
34
Sistem Informasi Manajemen
PJK wajib memiliki sistem informasi yang dapat mengidentifikasi,
menganalisis, memantau, menyediakan laporan secara efektif
mengenai karakteristik transaksi yang dilakukan oleh nasabah
35
SDM dan Pelatihan
PJK Wajib melakukan prosedur penyaringan
(pre-employee screening) dengan ketentuan:
36
SDM dan Pelatihan
PJK Wajib menyelenggarakan pelatihan dengan cara:
Metode Pelatihan
1. secara elektronik (online base) maupun melalui tatap muka
2. menggunakan media e-learning
3. Pelatihan melalui tatap muka dilakukan secara interaktif (misal workshop) atau
tatap muka satu arah (misal seminar
37
Pelaporan
PJK Wajib menyampaikan
LAPORAN
1. Rencana Pengkinian Data
2. realisasi pengkinian data
38
3