Anda di halaman 1dari 39

SURAT EDARAN OJK NOMOR

47/SEOJK.04/2017 TENTANG
PENERAPAN PROGRAM APU DAN
PPT DI SEKTOR PASAR MODAL

Jakarta,
Seoul, 8 April 2014
26 February 2014
Outline

Pelaksanaan Risk Based Approach

Pelaksanaan Pengawasan Aktif Direksi dan Komisaris

Pelaksanaan Kebijakan dan Prosedur

Pelaksanaan Pengendalian Internal

Pelaksanaan Sistem Informasi Manajemen

Pelaksanaan Pelatihan dan SDM

2
Langkah-Langkah Penerapan Pendekatan Berbasis Risiko (RBA)

3
Langkah-Langkah Penerapan Pendekatan
Step 1 Identifikasi Risiko Berbasis Risiko (RBA)

PJK wajib melakukan Identifikasi terhadap risiko Pencucian Uang


dan Pendanaan Terorisme

1. Nasabah 2. Negara/Area 3.Produk/Jasa/ 4. Jaringan 5. Risiko Relevan


Geografis Transaksi Distribusi lainnya

PJK PJK PJK PJK


PJK mempertimbangkan
mengidentifikasi memasukkan mempertimbangkan
mengkategorikan jaringan distribusi
unsur berisiko Risiko potensial Faktor lain yang
nasabah yang menyebabkan
tinggi terkait dari produk/jasa relevan yang dapat
berdasarkan risiko produk/jasa
dengan lokasi/ dalam penilaian memberikan
tingkat risiko transkasi menjadi
area geografis risiko dampak pada risiko
lebih tinggi

4
Kategori Nasabah Berdasarkan Tingkat
Risiko
High Risk

Low Risk

5
Kategori Nasabah Berisiko Tinggi (1)

1. nasabah yang melakukan hubungan usaha atau transaksi yang tidak


wajar atau tidak sesuai dengan profil nasabah seperti:

H a. jarak geografis yang signifikan dan tidak dapat dijelaskan

i antara tempat tinggal atau lokasi bisnis nasabah dengan

g lokasi di mana transaksi dilakukan

h b. Nasabah yang melakukan transaksi dengan pola dan nilai


transaksi yang jauh berbeda dengan yang biasa dilakukan

R
i
s 2. nasabah korporasi yang struktur kepemilikannya kompleks dan sulit
k untuk diidentifikasi beneficial ownernya, ultimate owner atau ultimate
controller dari korporasi

6
Kategori Nasabah Berisiko Tinggi (2)

3. nasabah yang termasuk dalam kategori orang yang populer secara politis
(politically exposed person) yang selanjutnya disingkat PEP, termasuk anggota
H keluarga atau pihak yang terkait (close associates) dari PEP
i
g
h 4. nasabah yang pemilik manfaatnya (beneficial owner) tidak diketahui

R
i 5. nasabah yang tidak bersedia memberikan data dan informasi dalam proses

s identifikasi atau nasabah yang memberikan informasi yang sangat minim atau
informasi yang patut diduga sebagai informasi fiktif.
k

7
Risiko Negara atau Geografis (1)

Risiko Pencucian Uang dan Pendanaan Terorisme Meningkat

1. Apabila dana diterima dari atau dikirim ke negara/yurisdiksi yang berisiko tinggi.
2. Apabila nasabah memiliki hubungan yang signifikan dengan negara/yurisdiksi berisiko tinggi.

Indikator Suatu Negara atau Wilayah Berisiko Tinggi

1. Yurisdiksi yang oleh organisasi yang melakukan mutual assesment seperti FATF diidentifikasi
sebagai yurisdiksi yang tidak secara memadai melaksanakan Rekomendasi FATF.
2. Negara yang diidentifikasi sebagai yang tidak cooperative atau Tax Haven oleh
Organization for Economic Cooperation and Development (OECD).
3. Negara yang memiliki tingkat tata kelola rendah sebagaimana ditentukan oleh World Bank.

8
Risiko Negara atau Geografis (2)
Indikator Suatu Negara atau Wilayah Berisiko Tinggi

4. Negara yang memiliki tingkat risiko korupsi tinggi sebagaimana diidentifikasi dalam
Transparancy International Corruption Perception Index.
5. Negara yang diketahui secara luas sebagai tempat penghasil dan pusat perdagangan
narkoba.
6. Negara yang dikenakan sanksi, embargo, atau yang serupa, antara lain oleh PBB.
7. Negara atau yurisdiksi yang diidentifikasi oleh lembaga yang dipercaya, sebagai
penyandang dana atau mendukung kegiatan terorisme, atau membolehkan kegiatan
organisasi teroris di negaranya.

9
Risiko Produk/Jasa/Transaksi
Hal yang dapat meningkatkan
Risiko Produk/jasa/Transaksi
1. Produk atau jasa yang menawarkan keleluasaan dalam penarikan dengan biaya
tertentu, seperti layanan pinjam-meminjam dana nasabah yang dapat diambil sewaktu-
waktu, transaksi pembelian atau penjualan unit penyertaan reksa dana yang tidak
dibatasi dan dapat diambil sewaktu-waktu.
2. Produk atau jasa yang memiliki nilai kas yang tinggi.
3. Penerimaan pembayaran dari pihak ketiga yang tidak dikenal atau tidak ada
hubungan, seperti penyelesaian pembayaran transaksi efek langsung ke rekening
perusahaan.
4. Transaksi menggunakan online trading.
5. Penerimaan pembayaran dengan menggunakan pembayaran tunai seperti penyetoran
tunai pada saat margin call.

10
Risiko Jaringan Distribusi (Delivery
Jaringan Distribusi
Channels)

merupakan media yang digunakan untuk memperoleh suatu produk atau jasa,
atau media yang digunakan untuk melakukan suatu transaksi

Indikator Penyebab Risiko Jaringan Distribusi Berisiko


Tinggi
 Transaksi Tanpa Pertemuan Langsung
 Penggunaan Agen
 Pembelian Produk atau Jasa Secara online

11
Risiko Relevan Lainnya

Risiko Relevan lainnya

Faktor lain yang relevan yang dapat memberikan dampak pada risiko Pencucian
Uang dan Pendanaan Terorisme, seperti:
1. tren tipologi, metode, teknik, dan skema Pencucian Uang dan Pendanaan
Terorisme (*dapat dilihat pada web PPATK)
2. model bisnis PJK

12
Langkah-Langkah Penerapan Pendekatan
Step 2 Menetapkan Berbasis Risiko (RBA)
Toleransi Risiko

1. Toleransi Risiko
Sebelum mempertimbangkan mitigasi risiko, PJK harus menetapkan toleransi risiko. Toleransi
risiko untuk menentukan tingkat ancaman terpapar risiko yang dapat ditoleransi oleh PJK di
Sektor Pasar Modal.
Contoh: Sejauhmana PJK dapat mentoleransi untuk menerima calon nasabah yang berasal
dari negara berisiko tinggi terhadap aktiviitas Pencucian Uang dan Pendanaan Terorisme.
2. Kategori Risiko yang perlu dipertimbangkan
Dalam menetapkan toleransi risiko, PJK di Sektor Pasar Modal perlu mempertimbangkan
kategori risiko:
a. risiko regulator (regulatory risk) seperti: ketidaksanggupan memenuhi peraturan yang
ada
b. risiko reputasi (reputational risk)
c. risiko hukum (legal risk) seperti: adanya perubahan peraturan
d. risiko keuangan (financial risk)

13
Langkah-Langkah Penerapan Pendekatan
Step 3 Menyusun Langkah Pengurangan Berbasis Risiko (RBA)
dan Pengendalian Risiko

Mitigasi Risiko
Adalah penerapan pengendalian internal untuk membatasi risiko yang telah diidentifikasi
dalam melakukan penilaian risiko, sehingga kegiatan usaha PJK tetap berada dalam
batas toleransi risiko yang telah ditetapkan.

Untuk semua nasabah dan hubungan usaha


PJK harus:
1. melakukan pemantauan terhadap seluruh hubungan usaha
2. mendokumentasikan informasi terkait dan langkah-langkah yang telah dilakukan.

Untuk nasabah dan hubungan usaha yang berisiko tinggi

PJK harus:
1. melakukan pemantauan yang lebih sering terhadap hubungan usaha tersebut
2. mengambil langkah yang lebih ketat dalam melakukan identifikasi dan pengkinian data.
14
Langkah-Langkah Penerapan Pendekatan
Step 3 Menyusun Langkah Pengurangan Berbasis Risiko (RBA)
dan Pengendalian Risiko

Output yang diharapkan dari Mitigasi Risiko


PJK dapat:
1. melakukan pengkinian dan penatausahaan terhadap informasi nasabah dan penerima
manfaat (beneficial owner).
2. menetapkan dan melaksanakan kegiatan pemantauan berkelanjutan pada setiap
tingkatan hubungan usaha PJK (bagi nasabah berisiko tinggi dilakukan lebih sering).
3. melaksanakan mitigasi terhadap area berisiko tinggi (strategi mitigasi risiko ini harus
tercantum dalam kebijakan dan prosedur).
4. menerapkan prosedur pengendalian internal secara konsisten.

Pelaksanaan Mitigasi harus berjalan efektif


PJK harus dapat menunjukkan kepada OJK bahwa langkah mitigasi tersebut telah
dilaksanakan secara efektif, misalnya ditunjukkan melalui audit internal.

15
Langkah-Langkah Penerapan Pendekatan
Step 4 Evaluasi atas Risiko Berbasis Risiko (RBA)
Residual

Risiko Residual
1. Risiko residual merupakan risiko yang tersisa setelah penerapan pengendalian internal dan
mitigasi risiko
2. PJK perlu memperhatikan bahwa meskipun mitigasi risiko dan manajemen risiko telah
dilaksanakan secara ketat, PJK tetap memiliki risiko residual yang harus dikelola secara
baik
3. PJK harus memastikan bahwa tingkat risiko residual tidak lebih besar dari tingkat toleransi
risiko yang telah ditetapkan PJK
4. Dalam hal risiko residual masih lebih besar daripada toleransi risiko, atau dalam hal
pengendalian internal dan mitigasi terhadap area berisiko tinggi tidak memadai, PJK wajib
kembali melakukan langkah pengurangan dan pengendalian risiko dan meningkatkan level
atau kuantitas dari langkah mitigasi yang telah ditetapkan

Output yang diharapkan dari kegiatan evaluasi risiko residual


PJK dapat:
1. melakukan evaluasi terhadap risiko residual yang dimiliki
2. menyesuaikan tingkat risiko yang dimiliki dengan risiko yang ditoleransi/diterima
16
Langkah-Langkah Penerapan Pendekatan
Step 5 Menerapkan Berbasis Risiko (RBA)
Pendekatan Berbasis Risiko

Kebijakan dan Prosedur


1. PJK harus menerapkan pendekatan berbasis risiko terhadap kegiatan/aktivitas usaha sehari-
hari dan tetap melakukan kewajiban yang ada seperti identifikasi, verifikasi, dan pemantauan
sebagai persyaratan minimum.
2. Pendekatan berbasis risiko perlu didokumentasikan dalam bentuk kebijakan dan prosedur
untuk menunjukan tingkat kepatuhan PJK.
3. Kebijakan dan prosedur terkait pendekatan berbasis risiko harus dikomunikasikan, dipahami, dan
dipatuhi oleh semua pegawai, khususnya pegawai yang melakukan identifikasi dan
penatausahaan data dan informasi nasabah serta pelaporan transaksi kepada otoritas terkait.
4. Kebijakan dan prosedur terkait pendekatan berbasis risiko harus memenuhi persyaratan minimal:
identifikasi nasabah, penilaian risiko, tindakan khusus terhadap area berisiko tinggi, penatausahaan,
dan pelaporan (kepada pejabat senior, Direksi dan Dewan Komisaris).
5. Pejabat senior bertanggung jawab dalam pengambilan keputusan terkait kebijakan, prosedur,
dan proses pengendalian internal dan mitigasi risiko Pencucian Uang dan Pendanaan Terorisme
dalam kegiatan/aktivitas usaha yang dimiliki PJK.

17
Langkah-Langkah Penerapan Pendekatan
Step 5 Menerapkan Berbasis Risiko (RBA)
Pendekatan Berbasis Risiko

Output yang diharapkan dari Penerapan Pendekatan Berbasis Risiko


PJK dapat:
1. memastikan bahwa penilaian risiko yang dilakukan menggambarkan proses pendekatan
berbasis risiko, frekuensi pemantauan nasabah berisiko rendah dan berisiko tinggi, dan juga
menggambarkan langkah pengendalian internal untuk mengurangi risiko tinggi yang telah
diidentifikasi.
2. melakukan pengkinian data dan informasi terhadap nasabah dan penerima manfaat (beneficial
owner)
3. melakukan pemantauan terhadap seluruh hubungan usaha yang dimiliki
4. melakukan pemantauan yang lebih sering terhadap hubungan usaha yang berisiko tinggi
5. melakukan langkah-langkah tertentu (memadai) terhadap nasabah berisiko tinggi
6. melibatkan pejabat senior dalam menghadapi situasi atau area berisiko tinggi (misalnya untuk
PEP, pemberian persetujuan melakukan hubungan usaha diberikan oleh pejabat senior)

18
Langkah-Langkah Penerapan Pendekatan
Step 6 Peninjauan dan Evaluasi Berbasis Risiko (RBA)
Pendekatan Berbasis Risiko

Peninjauan atas Penilaian Risiko untuk menguji efektivitas penerapan APU dan PPT meliputi:
kebijakan dan prosedur, penilaian risiko terkait Pencucian Uang dan Pendanaan Terorisme; dan
program pelatihan SDM.

Output yang diharapkan dari Peninjauan atas Penilaian Risiko


PJK dapat:
1. melakukan peninjauan sesuai dengan kebutuhan atau dalam hal terdapat perubahan model bisnis,
akuisisi portofolio baru
2. menghasilkan tinjauan yang mencakup kepatuhan kebijakan dan prosedur, penilaian risiko
terhadap Pencucian Uang dan Pendanaan Terorisme, dan program pelatihanuntuk menguji
efektivitas pendekatan berbasis risiko
3. melakukan penatausahaan terhadap proses peninjauan dan melaporkan kepada pejabat
senior
4. melakukan penatausahaan hasil peninjauan bersama dengan penetapan langkah yang bersifat
korektif untuk ditindaklanjuti

19
Pengawasan Aktif Direksi dan
Dewan Komisaris
Tugas Direksi dalam penerapan program
Tanggung Jawab Direksi
APU dan PPT

Direksi bertanggung jawab atas kebijakan,


menyusun kebijakan dan prosedur tertulis
pengawasan, serta prosedur pengelolaan dan
untuk diusulkan kepada Dewan Komisaris
mitigasi risiko Pencucian Uang dan
Pendanaan Terorisme
memberikan arahan atas kebijakan,
pengawasan, serta prosedur pengelolaan
memberikan persetujuan yang bersifat teknis atas dan mitigasi risiko Pencucian Uang dan
kebijakan, pengawasan, serta prosedur pengelolaan Pendanaan Terorisme
dan mitigasi risiko Pencucian Uang dan Pendanaan
Terorisme yang berkaitan dengan teknis Membentuk unit kerja khusus (UKK) dan/atau
pelaksanaan tugas Direksi pejabat penanggung APU dan PPT dan
memantau pelaksanaan tugasnya

memastikan bahwa kebijakan dan prosedur


tertulis mengenai APU dan PPT dapat
diterapkan, responsif terhadap perubahan,
serta mampu mendeteksi modus Pencucian
Uang dan Pendanaan Terorisme

20
Pengawasan Aktif Direksi dan
Dewan Komisaris
Tugas Komisaris dalam penerapan
Tanggung Jawab Komisaris
program APU dan PPT

Dewan Komisaris bertanggung jawab atas memberikan persetujuan atas


kebijakan, pengawasan, serta prosedur kebijakan dan prosedur tertulis
pengelolaan dan mitigasi risiko Pencucian Uang mengenai penerapan program APU
dan Pendanaan Terorisme dan PPT yang diusulkan oleh Direksi

memberikan persetujuan atas


Dewan Komisaris memberikan persetujuan kebijakan dan prosedur tertulis
yang bersifat strategis atas kebijakan, mengenai penerapan program APU
pengawasan, serta prosedur pengelolaan yang dan PPT yang diusulkan oleh Direksi
bersifat signifikan dan mendasar dalam
penerapan APU dan PPT
melakukan pengawasan atas
pelaksanaan tugas Direksi dalam
penerapan program APU dan PPT

mengagendakan pembahasan program


penerapan APU dan PPT dalam rapat
Dewan Komisaris dengan Direksi

21
Penanggung Jawab Penerapan Program APU PPT
PENANGGUNGJAWAB PENERAPAN APU DAN PPT

Pejabat Penanggung Jawab KRITERIA


Unit Kerja Khusus
(UKK) kantor pusat kantor cabang

 minimal terdiri  pejabat atau  pejabat atau pegawai paling rendah  Independen atas
dari 1 pimpinan pegawai paling setingkat penyelia (supervisor) kegiatan yang
dan 1 pelaksana rendah setingkat di  kantor yang hanya terdapat unit dimonitor
 UKK di kantor bawah Direksi kerja yang berhubungan dengan  mampu memberikan
cabang dapat nasabah maka pejabat dan/atau informasi kepada
dibantu oleh pegawai direksi terkait
kepala kantor  penanggung jawab APU dan PPT manajemen risiko dan
cabang dalam dapat: kepatuhan
penerapan • berasal dari unit kerja dan/atau  Memiliki akses terkait
program APU pejabat penanggung jawab dokumen nasabah
dan PPT kantor cabang lainnya atau  bertanggung jawab
kepada direksi
• Berasal dari kantor pusat jika
kepatuhan atau
seluruh hubungan usaha dikontrol
salah satu anggota
sepenuhya oleh kantor pusat
Direksi yang terkait
 pejabat penanggung jawab APU dan dengan penerapan
PPT dapat dibantu oleh kepala kantor program APU dan
cabang dalam penerapan program PPT
APU dan PPT
22
Kebijakan dan Prosedur
Kebijakan Uji Tuntas Nasabah (Customer Due Dilligence/CDD)
identifikasi untuk mengetahui
IDENTIFIKASI profil calon nasabah

Kegiatan CDD
mencakup verifikasi atas informasi dan
VERIFIKASI
dokumen pendukung calon
nasabah

Pemantauan atas transaksi


PEMANTAUAN
nasabah

Tujuan CDD untuk memastikan bahwa


transaksi tersebut sesuai dengan profil
calon nasabah atau nasabah

23
Kebijakan dan Prosedur
Uji Tuntas Nasabah (Customer Due Dilligence/CDD)

melakukan hubungan usaha dengan terdapat indikasi transaksi keuangan


calon nasabah mencurigakan yang terkait dengan
Pencucian Uang dan/atau Pendanaan
Terorisme

CDD
terdapat transaksi keuangan dengan PJK meragukan kebenaran informasi
mata uang rupiah dan/atau mata uang yang diberikan oleh nasabah, penerima
asing yang nilainya paling sedikit atau kuasa, dan/atau pemilik manfaat
setara dengan Rp100.000.000,00 (seratus (beneficial owner)
juta rupiah).

24
Kebijakan dan Prosedur
Kebijakan dan Prosedur Penerimaan dan Identifikasi
Calon Nasabah paling sedikit mencakup
1. permintaan informasi mengenai calon 5. wawancara dengan calon nasabah untuk
nasabah memperoleh keyakinan atas kebenaran
2. permintaan salinan atau rekaman dari informasi, bukti identitas dokumen pendukung.
dokumen identitas nasabah yaitu KTP 6. larangan untuk membuka atau memelihara
bagi nasabah yang memiliki KTP atau rekening anonim atau dengan nama fiktif
dokumen lain yang menunjukan nomor 7. pertemuan langsung (face to face) dengan
induk kependudukan (NIK) bagi calon nasabah pada awal melakukan
nasabah yang belum memiliki KTP hubungan untuk meyakini kebenaran identitas
3. penelitian atas kebenaran dokumen calon nasabah
pendukung identitas calon nasabah 8. kewaspadaan terhadap transaksi atau
4. permintaan identitas lain, jika terdapat hubungan usaha dengan calon nasabah
keraguan terhadap identitas yang ada yang berasal dari negara yang belum
memadai dalam melaksanakan rekomendasi
FATF.
9. penyelesaian proses verifikasi identitas calon
nasabah dan pemilik manfaat (beneficial
owner) dilakukan sebelum membina
hubungan usaha dengan calon nasabah

25
Kebijakan dan Prosedur
Kebijakan dan Prosedur Identifikasi Pemilik Manfaat
(beneficial owner)
1. Dalam hal calon nasabah mewakili BO untuk 4. Bagi BO berupa lembaga pemerintahan, instansi
membuka hubungan usaha atau melakukan pemerintah, atau perusahaan yang terdaftar di bursa
transaksi, PJK harus melakukan prosedur CDD efek (listing), kewajiban penyampaian dokumen
terhadap pemilik BO yang sama ketatnya dan/atau identitas pengendali akhir tidak perlu
dengan prosedur CDD bagi calon nasabah dilakukan. Yang termasuk pengertian perusahaan yang
2. Dalam hal BO tergolong sebagai PEP maka terdaftar di bursa efek adalah:
prosedur yang diterapkan adalah prosedur  nasabah perusahaan yang merupakan anak
CDD yang lebih ketat atau uji tuntas lanjut perusahaan (subsidiary) dari perusahaan yang
(enhanced due dilligence/EDD) terdaftar di bursa efek, dimana kepemilikan
3. Dalam melakukan identifikasi terhadap calon perusahaan induk adalah mayoritas; dan/atau
nasabah korporasi, PJK harus menetapkan  nasabah perusahaan yang bukan merupakan
BO perusahaan yang terdaftar di bursa efek namun
kebijakan internal perusahaan tersebut
meharuskan adanya paparan publik (public
expose) yang memaparkan kepada publik untuk
menjelaskan mengenai kinerja perusahaan
tersebut sebagaimana yang berlaku pada
perusahaan yang terdaftar di bursa efek.

26
Kebijakan dan Prosedur
Uji Tuntas Lanjut (Enhanced Due Diligence/EDD)

1. Dalam hal PJK menilai nasabah 3. PJK menatausahakan dokumen


berisiko tinggi maka PJK menerapkan terkait EDD serta melakukan
kadar CDD yang lebih tinggi berupa pengkinian atas data nasabah
EDD terhadap Nasabah yang secara berkala atau sesuai
bersangkutan. dengan kebutuhan dan
2. Verifikasi informasi dalam kompleksitas PJK.
pelaksanaan EDD: 4. Dalam melaksanakan hubungan
 mencari informasi tambahan usaha dengan calon nasabah,
tentang: nasabah dan BO yang
mendapat perlakuan EDD, PJK
 nasabah bersangkutan, harus menunjuk pejabat senior
 sifat peruntukan dari hubungan sebagai penanggung jawab
bisnis, atas hubungan usaha dengan
 sumber dana atau sumber calon nasabah, nasabah, dan
kekayaan nasabah, BO tesebut
 alasan dari transaksi yang
dimaksud atau yang dilakukan.

27
Kebijakan dan Prosedur
CDD oleh Pihak Ketiga (1)
 PJK dapat menggunakan hasil CDD yang telah dilakukan oleh pihak ketiga terhadap calon
nasabahnya yang telah menjadi nasabah pada pihak ketiga tersebut.
 Pihak ketiga mempunyai hubungan usaha dengan nasabah yang independen, dari
hubungan usaha yang dilakukan antara nasabah dengan PJK yang menggunakan hasil
CDD pihak ketiga, dan pihak ketiga tersebut menerapkan prosedur CDD sendiri*.
*Ketentuan ini tidak berlaku untuk hubungan keagenan
Contoh pihak ketiga dimaksud:
 PJK di sektor perbankan dan industri keuangan non bank (telah terdapat perjanjian
kerjasama terkait hak akses untuk mendapatkan informasi dan salinan dokumen
nasabah sesegera mungkin)
 Lembaga keuangan dan penyedia barang/jasa yang memiliki prosedur CDD dan
tunduk pada otoritas berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan. Seperti: penyelenggara kegiatan penukaran Valas (Money Changer) dan
penyelenggara kegiatan pengiriman uang

28
Kebijakan dan Prosedur
CDD oleh Pihak Ketiga (2)
 Keagenan
Dalam hal PJK menggunakan agen dalam menerapkan prosedur CDD, penerapan
prosedur CDD dimaksud dilakukan oleh agen untuk dan atas nama PJK yang
mendelegasikan. Hasil CDD yang dilakukan oleh agen sebagaimana dimaksud
diserahkan kepada PJK yang mendelegasikan.
Sebagai contoh, dalam hal Manajer Investasi menggunakan agen penjual efek
reksa dana (APERD) dalam memasarkan produk reksa dana, penerapan CDD
dilakukan oleh APERD untuk dan atas nama Manajer Investasi sesuai dengan
prosedur yang ditetapkan oleh Manajer Investasi, dan di bawah pengawasan
Manajer Investasi.

29
Kebijakan dan Prosedur
CDD sederhana (Simplified CDD)
1. PJK harus mendokumentasikan Nasabah yang mendapat perlakuan CDD sederhana dalam daftar
yang memuat informasi mengenai alasan penetapan risiko sehingga digolongkan sebagai risiko
rendah.
2. Nasabah yang telah mendapatkan perlakuan CDD sederhana harus dikeluarkan dari daftar nasabah
CDD sederhana apabila memenuhi kriteria sebagai berikut:
 diindikasikan terkait dengan Pencucian Uang atau Pendanaan Terorisme; atau
 tidak lagi memenuhi kriteria sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40 POJK No.12.
3. Nasabah yang dikeluarkan dari daftar nasabah CDD sederhana nasabah tersebut harus:
 dilakukan CDD atau EDD sesuai dengan tingkat risiko nasabah terkini; dan/atau
 dilaporkan dalam LTKM apabila transaksi diindikasikan terkait dengan Pencucian Uang atau
Pendanaan Terorisme

30
Kebijakan dan Prosedur
Penolakan dan Penutupan Usaha dengan Nasabah
PJK Wajib Menolak Hubungan Usaha
Dalam hal:
1. Calon nasabah tidak bersedia memberikan informasi dan/atau melengkapi
dokumen yang dipersyaratkan.
2. Calon nasabah memberikan informasi dan/atau dokumen yang tidak sesuai
atau patut diduga sebagai dokumen palsu atau informasi yang diragukan
kebenarannya.
Selanjutnya PJK harus mendokumentasikan calon nasabah yang terkena penolakan
hubungan usaha dalam daftar tersendiri

31
Kebijakan dan Prosedur
Pemantauan dan Pengkinian Data
 mengidentifikasi kesesuaian antara transaksi nasabah
Pemantauan meliputi: dengan profil nasabah dan menatausahakan dokumen
tersebut
 melakukan analisis terhadap seluruh transaksi yang tidak
sesuai dengan profil nasabah
 meminta informasi tentang latar belakang dan tujuan
transaksi terhadap transaksi yang tidak sesuai dengan
profil nasabah, apabila diperlukan

 memastikan kelengkapan informasi dan dokumen


Pengkinian meliputi:  meneliti kesesuaian antara profil transaksi dengan profil
nasabah
 meneliti kemiripan atau kesamaan nama dengan nama
yang tercantum dalam database daftar teroris,
organisasi teroris, nama tersangka/terdakwa dari media
massa dan daftar hitam nasional

32
Kebijakan dan Prosedur
Pemeliharaan Data yang Akurat
Pemeliharaan data
meliputi:
1. pendokumentasian data nasabah diklasifikasikan sesuai dengan tingkat risiko nasabah
2. dokumen yang ditatausahakan paling sedikit mencakup:
 Salinan KTP/Dokumen lain yang menunjukkan Nomor Induk Kependudukan sesuai UU
mengenai adminitrasi Kependudukan
 berkas terkait proses CDD dan EDD termasuk hasil analisis
 informasi transaksi (jenis & jumlah mata uang), Tujuan transaksi, tanggal perintah
transaksi, no.rekening terkait transaksi
3. jangka waktu penatausahaan dokumen:
 dokumen yang terkait dengan data nasabah dengan jangka waktu paling sedikit 5 (lima)
tahun sejak :
• berakhirnya hubungan usaha dengan nasabah; dan/atau
• ditemukannya ketidaksesuaian transaksi dengan tujuan ekonomis dan/atau tujuan
usaha

33
Pengendalian Internal
Pengendalian Internal yang Efektif

1. Pelaksanaan pengendalian internal penerapan program APU dan PPT dilaksanakan oleh penanggung
jawab kepatuhan atau satuan kerja audit internal (SKAI).
2. PJK harus memiliki sistem pengendalian internal yang efektif yaitu mampu mendeteksi kelemahan dan
penyimpangan dari penerapan program APU dan PPT.
3. PJK harus memiliki kerangka pengendalian internal yang meliputi:
 penunjukan UKK dan/atau pejabat yang bertanggung jawab dalam mengelola penerapan program
APU dan PPT
 pemantauan khusus terhadap kegiatan operasional
 penyampaian informasi yang cepat dan tepat dalam hal terdapat indikasi dan/atau dugaan terkait
TPPU dan TPPT
 penerapan kebijakan, prosedur dan kontrol atas uji tuntas nasabah (CDD)
 penyediaan kontrol yang memadai
 pengujian terhadap keefektifan dari pelaksanaan program APU dan PPT dengan mengambil contoh
secara acak (random sampling) dan melakukan pendokumentasian atas pengujian yang dilakukan.

34
Sistem Informasi Manajemen
PJK wajib memiliki sistem informasi yang dapat mengidentifikasi,
menganalisis, memantau, menyediakan laporan secara efektif
mengenai karakteristik transaksi yang dilakukan oleh nasabah

Kriteria Sistem Informasi Manajemen

 dapat menyimpan data dan informasi nasabah yang akurat, lengkap,


dan terkini
 dapat menyediakan informasi rincian orang, bidang usaha, dan negara
yang memenuhi kriteria area berisiko tinggi dan wajib dilakukan
pengkinian secara reguler
 dapat mengidentifikasi transaksi keuangan yang mencurigakan dengan
menggunakan parameter yang disesuaikan secara berkala
 dapat menyediakan laporan secara efektif mengenai karakteristik
transaksi yang dilakukan oleh nasabah
 dapat memungkinkan PJK untuk menelusuri setiap transaksi (individual
transaction)

35
SDM dan Pelatihan
PJK Wajib melakukan prosedur penyaringan
(pre-employee screening) dengan ketentuan:

Karyawan wajib Verifikasi identitas Memastikan Meneliti profil


membuat SKCK & Pendidikan rekam jejak karyawan melalui
Formal media lainnya

36
SDM dan Pelatihan
PJK Wajib menyelenggarakan pelatihan dengan cara:

 Pelatihan APU dan PPT diberikan kepada seluruh karyawan


 Prioritas Peserta Pelatihan adalah karyawan yang berhadapan
langsung dengan nasabah (front liner) & melakukan pengawasan
pelaksanaan program APU dan PPT
 Karyawan yang melakukan pengawasan pelaksanaan penerapan
program APU dan PPT harus mendapatkan pelatihan secara berkala,
Karyawan lain menadapatkan pelatihan paling sedikit 1 (satu) kali
dalam masa kerjanya.
 Karyawan front liner harus mendapat pelatihan sebelum penempatan

Metode Pelatihan
1. secara elektronik (online base) maupun melalui tatap muka
2. menggunakan media e-learning
3. Pelatihan melalui tatap muka dilakukan secara interaktif (misal workshop) atau
tatap muka satu arah (misal seminar

37
Pelaporan
PJK Wajib menyampaikan

LAPORAN
1. Rencana Pengkinian Data
2. realisasi pengkinian data

laporan ditujukan kepada:

 Kepala Departemen Pengawasan Pasar Modal 2A, Otoritas


Jasa Keuangan, bagi perusahaan efek.
 Kepala Departemen Pengawasan Pasar Modal 2B, Otoritas
Jasa Keuangan, bagi bank kustodian

38
3

Anda mungkin juga menyukai