Anda di halaman 1dari 195

i

LAPORAN TUGAS AKHIR


ASUHAN KEBIDANAN KOMPEREHENSIF PADA NY “R”
USIA 30 TAHUN SEJAK HAMIL SAMPAI DENGAN KB
DI BPM. MASTUROH,S.ST
MALANG

OLEH :
DYAH KARTIKA YULIANTI
NIM.1211.15401.634

PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIDYAGAMA HUSADA
MALANG
2015
LAPORAN TUGAS AKHIR
ASUHAN KEBIDANAN KOMPEREHENSIF PADA NY “R”
USIA 30 TAHUN SEJAK HAMIL SAMPAI DENGAN KB
DI BPM. MASTUROH,S.ST
MALANG

Diajukan sebagai syarat menyelesaikan


Pendidikan Tinggi Program Studi D3 Kebidanan

OLEH :
DYAH KARTIKA YULIANTI
NIM.1211.15401.634

PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIDYAGAMA HUSADA
MALANG
2015

i
LEMBAR PERSETUJUAN

Proposal Laporan Tugas Akhir ini telah disetujui untuk dipertahankan di


hadapan Tim Penguji Laporan Tugas Akhir Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Widyagama Husada :

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF


PADA IBU HAMIL SAMPAI KB PADA NY “R” USIA 30 TAHUN
DI BPM MASTUROH, S.ST
TAJINAN - MALANG

DYAH KARTIKA YULIANTI


NIM.1211.15401.634

Malang, 4 September 2015

Menyetujui,
Pembimbing I Pembimbing II

(Waifti Amalia, S.ST) (Patemah, S.SiT,M.Kes)

ii
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Tugas Akhir ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan


Tim Penguji Laporan Tugas Akhir Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Widyagama
Husada Pada Tanggal 4 September 2015

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF


PADA IBU HAMIL SAMPAI KB PADA NY R USIA 30 TAHUN
DI BPM MASTUROH, S.ST
TAJINAN - MALANG

DYAH KARTIKA YULIANTI


NIM.1211.15401.634

Dr. Benny MP., SpOG


04/09/2015 ( )
Penguji I

Waifti Amalia S.ST.


04/09/2015 ( )
Penguji II

Patemah S.SiT., M.Kes.


04/09/2015 ( )
Penguji III

Mengetahui,

Direktur STIKES Widyagama

(DRA. Laily Amie, MMRS)


NIP. 194404301973022001

iii
ABSTRAK

Dyah Kartika Yulianti. 2015. Asuhan kebidanan komprehensif pada


Ny'R' usia 30 tahun mulai dari kehamilan trimester III sampai dengan
KB di BPM Masturoh. Tajinan Malang. Laporan Tugas Akhir. Program
Studi D3 Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Widyagama Husada
Malang. Pembimbing : (1) Waifti Amalia, S. ST Pembimbing (2) Patema,
S. SiT, M. Kes

Angka kematian ibu merupakan indikator utama derajat kesehatan


masyarakat. AKI juga ditetapkan sebagai salah satu tujuan MDGs. Target
pencapaian AKI di indonesia yaitu 102 per 100.0000 kelahiran hidup.
Target ini tidak mampu dicapai karena rendahnya cakupan kunjungan
oleh tenaga kesehatan. Asuhan kebidanan kebidanan komprehensif
continuity of care bertujuan untuk memberikan asuhan sejak kehamilan,
persalinan, nifas, bayi baru lahir sampai dengan keluarga berencana.
Asuhan yang diberikan meliputi observasi, mulai dari anamnesa,
pemeriksaan khusus, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
sejak kehamilan sampai KB dan memberikan KIE sesuai dengan kasus
yang ditemukan. Kunjungan kehamilan diberikan selama 4 kali pada
masa kehamilan trimester III, pada proses persalinan, masa nifas 4 kali
kunjungan, masa neonatus 2 kali kunjungan dan saat ibu menggunakan
kontrasepsi KB. Waktu pelaksanaan asuhan ini dimulai dari bulan
Februari sampai Mei 2015.
Asuhan yang diberikan pada Ny “R” mendapat beberapa kendala
pada saat hamil trimester III awal ibu sudah merasakan kenceng-kenceng
atau braxton his, pada saat inpartu kala III terdapat perdarahan aktif tetapi
semua dapat diatasi dan tidak sampai menimbulkan komplikasi. Bayi Ny
“R” mengalami cacat bawaan yaitu sindaktili dan mendapatkan ASI
eksklusif. Produksi ASI ibu lancar dengan rangsangan hisapan bayi
membantu proses involusi uterus sehingga nifas berjalan dengan
fisiologis. Ibu memilih menggunakan metode kontrasepsi KB Pil mini.
Asuhan kebidanan perlu diberikan untuk mendeteksi secara dini
adanya komplikasi sehingga dapat dilakukan tatalaksana kasus dengan
tepat dan cepat. Penulis berharap Ny”R” dapat memahami manfaat dan
tujuan dilakukan pelaksanaan asuhan kebidanan komprehensif dan dapat
menerapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Referensi : 14 Referensi (2010-2015)

Kata kunci :Asuhan Kebidanan Komprehensif Pada Ibu


Hamil, Bersalin, Masa Nifas, Bayi Baru Lahir dan
KB.

iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah melimpahkan
Rahmat dan Hidayat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas
Akhir ini dengan judul Asuhan Kebidanan Komprehensif Pada Ny. “R” usia 30
tahun di BPM Masturoh, S.ST
Laporan Tugas Akhir ini merupakan salah satu syarat untuk
menyelesaikan pendidikan di Program Studi D3 Kebidanan STIKES Widyagama
Husada Malang.
Dalam Laporan Tugas Akhir ini dilakukan asuhan secara komprehensif
pada ibu hamil TM III, ibu bersalin, nifas, bayi baru lahir dan KB.
Pada kesempatan ini kami menyampaikan terima kasih dan penghargaan
penuh kepada ibu Waifti Amalia S.ST selaku pembimbing I dan Patemah,
S.SiT., M.Kes selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan petunjuk,
koreksi dan saran sehingga terwujudnya Laporan Tugas Akhir ini.
Terima kasih dan penghargaan saya sampaikan pula kepada yang
terhormat
1. Dra. Laily Amie, MMRS selaku Direktur STIKES Widyagama Husada.
2. Dr. Wira Daramatasia, M.Biomed selaku Wakil Bidang Akademik dan Kemahasiswaan
STIKES Widyagama Husada.
3. Yuliyanik, S.KM., M Biomed selaku Ketua Program Studi D3 Kebidanan STIKES
Widyagama Husada.
4. Masturoh Amd. Keb yang telah memberikan ijin untuk lokasi asuhan kebidanan
komprehensif.
5. Ratih Nilasari selaku responden yang telah membantu menyelesaikan Laporan Tugas
Akhir.
6. Kedua orang tua kami yang telah memberikan dukungan baik moril maupun materiel.
Semoga Tuhan senantiasa memberikan Berkat dan Rahmat atas segala amal
yang telah diberikan dan semoga Laporan Tugas Akhir ini dapat bermanfaat baik bagi diri
sendiri maupun bagi pihak lain yang memanfaatkannya.
Malang, September 2015

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................................i


LEMBAR PERSETUJUAN......................................................................................ii
ABSTRAK..............................................................................................................iv

v
KATA PENGANTAR...............................................................................................v
DAFTAR ISI...........................................................................................................vi
DAFTAR TABEL....................................................................................................ix
DAFTAR GAMBAR.................................................................................................x
DAFTAR LAMPIRAN.............................................................................................xi
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................1
1.1. Latar Belakang.........................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah...................................................................................3
1.3. Tujuan......................................................................................................3
1.3.1 Tujuan Umum...................................................................................3
1.3.2 Tujuan Khusus..................................................................................4
1.4. Ruang Lingkup.........................................................................................4
1.4.1 Sasaran............................................................................................4
1.4.2 Tempat..............................................................................................5
1.4.3 Waktu................................................................................................5
1.5. Manfaat laporan tugas akhir....................................................................5
1.5.1 Bagi Tempat Penelitian.....................................................................5
1.5.2 Bagi Stikes Widyagama Husada Malang.........................................5
1.5.3 Bagi Peneliti......................................................................................5
1.5.4 Bagi Bidan........................................................................................6
1.5.5 Bagi Peneliti Selanjutnya..................................................................6
BAB II TINJAUAN TEORI.......................................................................................7
2.1 Konsep Dasar..........................................................................................7
2.1.1 Konsep Dasar Kehamilan.................................................................7
2.1.2 Konsep Persalinan..........................................................................23
2.1.3 Konsep Dasar Nifas........................................................................49
2.1.4 Konsep Dasar Neonatus dan Bayi Baru Lahir ...............................73
2.1.5 Konsep KB....................................................................................104
2.1.6 Konsep dasar hemofilia................................................................113
2.1.7 Konsep dasar sindaktili.................................................................117
2.2 Manajemen Asuhan Varney.................................................................122
2.2.1 Pengkajian....................................................................................122
2.2.2 Interpretasi data............................................................................123
2.2.3 Identifikasi diagnosis/masalah potensial......................................123
2.2.4 Identifikasi Kebutuhan tindakan segera........................................124

vi
2.2.5 Intervensi......................................................................................124
2.2.6 Implementasi................................................................................124
2.2.7 Evaluasi........................................................................................124
2.3 Konsep Dasar Dokumentasi Kebidanan.............................................124
BAB III KERANGAKA KONSEP.........................................................................133
3.1 Kerangka konsep ................................................................................133
BAB IV TINJAUAN KASUS................................................................................135
4.1 Laporan Pelaksanaan Asuhan Kehamilan...........................................135
4.1.1 Asuhan kehamilan kunjungan I....................................................135
4.1.2 Asuhan kehamilan kunjungan II...................................................139
4.1.3 Asuhan kehamilan kunjungan III..................................................141
4.1.4 Asuhan kehamilan kunjungan IV.................................................142
4.2 Laporan asuhan persalinan.................................................................144
4.2.1 Asuhan kala I...............................................................................144
4.2.2 Asuhan kala II..............................................................................146
4.2.3 Asuhan kala III.............................................................................147
4.2.4 Asuhan Kala IV............................................................................148
4.3 Laporan Asuhan Nifas........................................................................149
4.3.1 Asuhan nifas kunjungan I............................................................149
4.3.2 Asuhan nifas kunjungan II............................................................151
4.4.3 Asuhan nifas kunjungan III...........................................................152
4.3.4 Asuhan nifas kunjungan IV...........................................................153
4.4 Laporan Asuhan Bayi Baru Lahir.........................................................154
4.4.1 Asuhan Bayi Baru Lahir Kunjungan I............................................154
4.4.2 Asuhan bayi baru lahir kunjungan II.............................................156
4.5 Laporan Asuhan Keluarga Berncana...................................................157
BAB V PEMBAHASAN.......................................................................................159
5.1 Pembahasan Asuhan Kehamilan........................................................159
5.2 Pembahasan Asuhan Persalinan.............................................................163
5.3 Pembahasan Asuhan Nifas.................................................................169
5.4 Pembahasan Asuhan Neonatus..........................................................172
5.5 Keluarga berencana.............................................................................176
BAB VI PENUTUP..............................................................................................178
6.1 Kesimpulan..........................................................................................178
6.1.1 Asuhan kebidanan kehamilan......................................................178

vii
6.1.2 Asuhan kebidanan persalinan......................................................178
6.1.3 Asuhan kebidanan nifas...............................................................178
6.1.4 Asuhan bayi baru lahir..................................................................179
6.1.5 Asuhan keluarga berencana.........................................................179
6.2 Saran...................................................................................................179
6.2.1 Institusi lahan praktik....................................................................179
6.2.2 Institusi pendidikan.......................................................................180
6.2.3 Pasien dan keluarga.....................................................................180
6.2.4 Mahasiswa....................................................................................181
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

viii
DAFTAR TABEL

NO Judul Tabel Hal


Tabel 2.1. Perkiraan TFU terhadap umur kehamilan..........................................14

Tabel 2.2. Tanda bahaya kehamilan..................................................................15

Tabel 2.3. Mendeteksi 18 penapisan..................................................................39

Tabel 2.4. Komplikasi dan penyulit kala II..........................................................32

Tabel 2.5. Komplikasi dan penyulit kala III.........................................................32

Tabel 2.6. Involusi Uterus...................................................................................47

Tabel 2.7. Jadwal Kunjungan Rumah.................................................................68

Tabel 2.8. Perubahan system yang berbeda dari intra uterine ke ekstrauterin. .59

Tabel 2.9. Perkembangan Sistem Pulmoner......................................................60

Tabel 2.10. Jadwal imunisasi................................................................................71

Tabel 2.11. Tanda bahaya pada neonatus...........................................................76

ix
DAFTAR GAMBAR

NO Judul Gambar Hal


Gambar 2.1 Proses terjadinya kehamilan....................................................................9

Gambar 2.2 Jenis Panggul...........................................................................................28

Gambar 2.3 Panggul Dalam........................................................................................30

Gambar 2.4 Mekanisme persalinan............................................................................34

Gambar 2.5 Partograf normal......................................................................................48

Gambar 2.6 Partograf Patologis..................................................................................49

Gambar 2.7(a) refleks mencari dan (b) refleks menghisap.....................................52

Gambar 2.8 Posisi Menyusui Yang Benar.................................................................57

Gambar 2.9Posisi Perlekatan Yang Benar................................................................58

Gambar 2.10Involusi Uterus........................................................................................59

Gambar 2.11(a) kompres bimanual interna dan (b) plasenta manual....................69

x
DAFTAR LAMPIRAN

NO Lampiran
1. Jadwal pelaksanaan LTA
2. Surat pengantar LTA
3. Informed Consent
4. Dokumentasi laporan pasien
5. Dokumentasi pelaksanaan asuhan kebidanan komprehensif
6. Lembar Konsultasi Laporan
7. Curriculum Vitae

xi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Angka kematian ibu (AKI) merupakan indikator utama derajat

kesehatan masyarakat dan ditetapkan sebagai salah satu tujuan

Millenium Development Goals (MDGs). AKI Indonesia diperkirakan tidak

akan mencapai target MDGs yang ditetapkan, yaitu 102 per 100.000

kelahiran hidup pada tahun 2015. Kematian ibu akibat kehamilan,

persalinan, dan nifas sebenarnya sudah banyak di kupas dan dibahas

penyebab serta langkah-langkah untuk mengatasinya. Meski demikian

tampaknya berbagai upaya yang sudah dilakukan pemerintah masih

belum mampu mempercepat penurunan AKI seperti diharapkan. Pada

Oktober yang lalu hasil perhitungan AKI menurut SDKI 2012 yang

menunjukkan peningkatan dari 228 per 100.000 kelahiran hidup menjadi

359 per 100.000 kelahiran hidup. (Walyani, dkk, 2015)

Status kesehatan masyarakat di Indonesia pada khususnya

bagian kesehatan ibu dan anak dapat dilihat dari data nasional tahun

2013 bahwa, cakupan K1 pada ibu hamil mengalami penurunan dari

tahun sebelumnya yaitu dari 96,84% pada tahun 2012 menjadi 95,25%

pada tahun 2013. Cakupan pertolongan persalinan yang ditolong oleh

tenaga kesehatan (PN) mencapai 90,88% dari target 89%. Cakupan

akseptor Keluarga Berencana (KB) aktif mencapai 76,73%. Cakupan

kunjungan neonatal (KN) lengkap mengalami penurunan dari 87,79%

pada tahun 2012 menjadi 87,23% pada tahun 2013, namun tetap

memenuhi target 84%. (Kemenkes, 2014).

1
2

Capaian cakupan K4 di provinsi Jawa Timur mencapai 87,36%

dari target pencapaian 93%. Capaian cakupan persalinan oleh tenaga

kesehatan 97,53% dari target pencapaian 89%. Cakupan peserta

Keluarga Berencana (KB) aktif mencapai 78,98%. Cakupan kunjungan

neonatal (KN) lengkap mencapai 89,08% dari target pencapaian 84%.

(Dinkes Jatim, 2014).

Cakupan K1 pada tahun 2012 di Kota Malang, mencapai 78,44%.

Cakupan K4 mencapai 73,25%. Cakupan pertolongan persalinan oleh

tenaga kesehatan mencapai 79,99%. Cakupan kunjungan nifas (KF)

mencapai 80,22%. Cakupan kunjungan neonatal (KN) lengkap mencapai

79,42%. Cakupan akseptor Keluarga Berencana (KB) aktif mencapai

84,40%. (Dinkes Jatim, 2012).

Cakupan kurang memenuhi target sehingga ditemukan suatu

masalah mengenai kesehatan ibu dan anak. Salah satu upaya yang

dapat dilakukan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan yang bersifat

menyeluruh dan bermutu kepada ibu dan bayi dalam lingkup kebidanan

adalah melakukan asuhan kebidanan secara komprehensif (continuity of

care) dengan melakukan continuity of care bidan dapat memantau dan

melakukan deteksi dini adanya komplikasi yang dapat terjadi.

Continuity of midwifery care merupakan pelayanan yang dicapai

ketika terjalin hubungan yang terus-menerus antara seorang wanita dan

bidan. Asuhan yang berkelanjutan berkaitan dengan kualitas pelayanan

dari waktu ke waktu yang membutuhkan hubungan terus menerus antara

pasien dengan tenaga kesehatan. Dengan melakukan asuhan secara

berkesinambungan (Continuity of care) dapat dilakukan deteksi secara

dini terhadap adanya komplikasi seperti preeklamsi, anemia, solusio

plasenta, plasenta previa. Seperti yang telah diketahui penyebab utama


3

terjadi kematian ibu adalah preeklamsi. Oleh karena itu, penulis

melakukan asuhan kebidanan pada masa kehamilan, bersalin, nifas,

neonatus dan keluarga berencana dengan menggunakan asuhan

kebidanan secara komprehensif yang berkesinambungan (Continuity of

care) sebagai laporan tugas akhir.

Berdasarkan data yang didapat pada bulan Januari di BPM

Masturoh, S.ST yaitu ibu hamil dari TM I sampai TM III yang periksa

sebanyak 102 orang,ibu bersalin normal sebanyak 20 orang, ibu nifas

sebanyak 20 orang,neonatus sebanyak 20,sedangkan untuk bayi yang

rawat jalan sebanyak 194 bayi, dan untuk KB banyak yang menggunakan

KB suntik 3 bulan yaitu sebanyak 169 orang,KB suntik 1 bulan 39 orang,

KB pil 60 orang, KB implan pelepasan dan pemasangan 6 orang, yang

terakhir yaitu IUD untuk pemasangan dan pelepasan sebanyak 2 orang.

1.2. Rumusan Masalah

Asuhan yang diberikan berdasarkan continuity of care yaitu

penyelesaian permasalahan pada Ny”R” mulai dari hamil trimester 3,

bersalin, nifas, neonatus dan KB menggunakan pendekatan manajemen

kebidanan yang berkesinambungan dan komprehensif.

1.3. Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Mampu melaksanakan asuhan kebidanan secara

komprehensif dengan penerapan manajemen asuhan kebidanan

pada ibu hamil, bersalin, nifas, neonatus dan keluarga berencana

pada Ny”R” di BPM Masturoh, S.ST.


4

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Melaksanakan pengkajian, menentukan diagnosa,

menganalisa, melaksanakan implementasi serta evaluasi dan

dokumentasi asuhan kebidanan pada ibu hamil.

2. Melaksanakan pengkajian, menentukan diagnosa,

menganalisa, melaksanakan implementasi serta evaluasi dan

dokumentasi asuhan kebidanan pada ibu bersalin.

3. Melaksanakan pengkajian, menentukan diagnosa,

menganalisa, melaksanakan implementasi serta evaluasi dan

dokumentasi asuhan kebidanan pada ibu nifas.

4. Melaksanakan pengkajian, menentukan diagnosa,

menganalisa, melaksanakan implementasi serta evaluasi dan

dokumentasi asuhan kebidanan pada neonatus.

5. Melaksanakan pengkajian, menentukan diagnosa,

menganalisa, melaksanakan implementasi serta evaluasi dan

dokumentasi asuhan kebidanan pada keluarga berencana.

1.4. Ruang Lingkup

1.4.1 Sasaran

Sasaran asuhan kebidanan ini ditujukan kepada Ny “R”

usia 30 tahun GIIP0I0IAb000 UK 33 minggu 8 hari dengan riwayat

anak pertama lahir prematur secara normal di Bidan BB:2200gr

JK: laki-laki. Asuhan ini dilakukan sampai ibu melahirkan, nifas

dan KB dan neonatus dengan memperhatikan continuity of care.

Asuhan kebidanan ini merupakan penerapan fungsi dan kegiatan

yang menjadi tanggung jawab dalam memberikan pelayanan

kepada klien yang mempunyai masalah dalam bidang kesehatan


5

ibu pada masa kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir serta

keluarga berencana.

1.4.2 Tempat

Laporan Tugas Akhir ini disusun dan dilakukan asuhan di

rumah klien (Tubo RT 5 RW 1 Kecamatan Tajinan - Malang) dan

di rumah bidan yaitu (BPM Masturoh, S.ST) Jl Raya Tajinan No

115 Kecamatan Tajinan - Malang.

1.4.3 Waktu

Asuhan kebidanan komprehensif pada Ny”R” ini dimulai

sejak bulan Februari sampai Mei tahun 2015.

1.5. Manfaat laporan tugas akhir

1.5.1 Bagi Tempat Penelitian

Asuhan kebidanan yang dilakukan peneliti untuk memberi

informasi pada tempat penelitian tentang kebiasaan dan adat yang

merugikan yang masih dilakukan di daerah lingkungan klien.

1.5.2 Bagi Stikes Widyagama Husada Malang

Untuk institut kesehatan terutama Stikes Widyagama

Husada penelitian ini sangat bagus dan efektif karena mahasiswa

benar-benar dapat menerapkan ilmu yang telah didapat sesuai

dengan bidangnya.

1.5.3 Bagi Peneliti

Menambah wawasan, meningkatkan pemahaman, dan

keterampilan tentang asuhan kebidanan secara continuity of care

pada ibu hamil, bersalin, nifas, neonatus, dan kontrasepsi dengan

menggunakan pendekatan manajemen kebidanan yang

berkesinambungan dan komprehensif.


6

1.5.4 Bagi Bidan

Penelitian ini dilakukan dengan benar-benar masuk di

tengah-tengah keluarga klien sehingga peneliti mengetahui masih

banyak klien yang mengikuti adat serta kebiasaan yang merugikan

jadi bidan desa dapat mengetahui kasus yang masih sering terjadi

di wilayah kerjanya.

1.5.5 Bagi Peneliti Selanjutnya

Jika melakukan penelitian tentang asuhan kebidanan

secara komprehensif dapat mengikuti cara-cara memberikan

asuhan dari awal hingga selesai.


BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Dasar

2.1.1 Konsep Dasar Kehamilan

2.1.1.1 Pengertian kehamilan

Masa antenatal mencakup waktu kehamilan mulai dari

pertama haid yang terakhir (HPHT) atau Last Menstruation Period

(LMP) sampai permulaan dari persalinan yang sebenarnya, yaitu

280 hari, 40 minggu, 9 bulan 7 hari (Jiarti, 2010).

Kehamilan adalah proses alamiah,dan baru terjadi pada

wanita yang sudah pubertas dimulai dari hari pertama haid

terakhir (HPHT) sampai permulaan persalinan biasanya

berlangsung 280 hari,40 minggu ,9 bulan 7 hari (Hani, Umi dkk.,

2010) namun harus diwaspadai bahwa kondisi yang semula

normal dapat tiba tiba menjadi tidak normal. (Romauli, Suryati,

2011)

Kehamilan adalah suatu proses bertemunya sel telur dan sel

sperma kemudian terjadi konsepsi dan berakhir dengan

persalinan, dimana lamanya kehamilan 9 bulan 10 hari atau 280

hari (Manuaba, 1998).

Kehamilan dibagi menjadi tiga triwulan, yaitu sebagai berikut :

a. Triwulan pertama : 0 hingga 12 minggu.

b. Triwulan dua :13 hingga 28 minggu.

c. Triwulan ketiga : 29 hingga 40 minggu.(jiarti,2010)

7
8

Pembagian kehamilan berdasarkan trimester bertujuan untuk

mempermudah dalam melakukan asuhan sehingga pemeriksa

bisa memberikan asuhan berdasarkan kebutuhan ibu atau wanita

hamil.

Menurut Jiarti, 2010 Klasifikasi berdasarkan usia kehamilan

lama kehamilan berlangsung sampai persalinan aterm sekitar 280

hari sampai 300 hari dengan perhitungan sebagai berikut :

a. Kehamilan sampai 6 atau 20 minggu bila berakhir

disebut keguguran (Abortus)

b. Kehamilan 21 sampai 28 minggu bila terjadi

persalinan disebut immature

c. Kehamilan 29 sampai 36 bila terjadi persalinan

disebut prematuritas

d. Kehamilan 37 sampai 42 minggu disebut aterm

e. Kehamilan melebihi 42 minggu disebut kehamilan

lewat waktu atau postdatism/ postdate / postmatur

(serotinus).

2.1.1.2 Proses Terjadinya Kehamilan

Proses kehamilan adalah proses bertemunya sel telur dan sel

sperma kemudian melewati beberapa fase yaitu

fertilisasi,pembelahan serta nidasi sehingga terjadi kehamilan


9

Gambar 2.1 Proses terjadinya kehamilan

Sumber : woman health comunity. Fallopian tubes. Diakses tanggal 9

Februari 2015

Dari gambar di atas dapat di jelaskan bahwa proses kehamilan

dimulai dari fertilisasi yaitu bertemunya sel telur dan sel sperma

kemudian masuk ke organ genetalia interna. Sebelum Sperma

bertemu dengan ovum akan melewati banyak rintangan terlebih

dahulu diantaranya lendir vagina yang bersifat asam, lendir

serviks yang kental serta rambut silia. Ovum akan dikeluarkan dari

ovarium sebanyak satu setiap bulannya yang disebut sebagai

ovulasi kemudian di tangkap oleh fimbriae dan berjalan menuju

tuba fallopi. Sebelum sperma dan ovum bertemu di ampula tuba

maka akan melewati 3 fase terlebih dahulu yaitu penembusan

korona radiata, penembusan zona pellusida dan penyatuan oosit

dan membran sel sperma. Kemudian terjadilah proses

pembelahan dimana zigot akan membelah menjadi 2 sel,4 sel, 8

sel sampai 16 sel atau yang disebut Blastomer, setelah

membentuk blastomer dalam waktu 3 hari sel-sel tersebut akan

membelah membentuk morula, kemudian morula akan memasuki

rongga rahim setelah terjadi penyatuan dan membentuk rongga


10

maka terbentuklah blastoksida lamanya 41/2 – 5 hari. Zona

pellusida akan menghilang sehingga trofoblas bisa memasuki

endometrium dan siap berimplementasi , biasanya sekitar 51/2 – 6

hari. Tahap selanjutnya adalah proses nidasi/penanaman sel telur

yang sudah dibuahi ke dalam dinding uterus pada awal kehamilan

biasanya terjadi pada pars superior korpus uteri bagian

anterior/posterior (Hani, dkk, 2011 : 37-39)

2.1.1.3 Tanda-tanda Kehamilan

Menurut Jiarti, 2011 Dari proses kehamilan di atas dapat dibagi

menjadi 3 tanda yaitu :

a. Tanda tidak pasti (presumptive Sign) adalah perubahan-

perubahan fisiologis yang dapat dikenali dari pengakuan

atau yang dirasakan oleh wanita hamil.

b. Tanda kemungkinan (Probability sign) adalah perubahan-

perubahan fisiologi yang dapat diketahui oleh pemeriksa

melalui pemeriksaan fisik pada wanita hamil.

c. Tanda pasti (Positive Sign) merupakan tanda yang

menunjukkan langsung keberadaan janin melalui hasil

pemeriksaan pada wanita hamil.

Penjelasan untuk tanda-tanda di atas dapat dilihat pada tabel di

bawah ini :

a. Tanda Tidak pasti (presumptive sign)

1. Amenorea (Berhentinya Menstruasi) Wanita tidak

mengalami menstruasi 2 bulan berturut-turut, Lamanya

Amernorea dapat dikonfirmasi dengan memastikan hari

pertama haid terakhir (HPHT), Konsepsi dan nidasi

menyebabkan tidak terjadi pembentukan folikel de graff


11

dan ovulasi sehingga menstruasi tidak terjadi.

Amenorea juga dapat disebabkan karena penyakit

kronik tertentu, tumor pituitary dll

2. Mual (Nausea) dan muntah (emesis) Biasanya terjadi

pada ibu dengan usia kehamilan yang muda 6-8 minggu

yang sering disebut morning sickness,Karena pengaruh

estrogen dan progesterone terjadi pengeluaran asam

lambung yang berlebihan. Tapi bila terlampau sering

dapat menyebabkan hyperemesis gravidarum

3. Ngidam (menginginkan makanan tertentu) Biasanya

terjadi pada usia kehamilan yang masih muda.

4. Syncope (pingsan) disebabkan terjadi gangguan

sirkulasi ke daerah kepala (sentral) menyebabkan

iskemia susunan saraf pusat.

5. Kelelahan (Fatigue) sering terjadi pada trimester

pertama Disebabkan Penurunan Kecepatan Basal

metabolism Rate akibat aktivitas hasil konsepsi dan

akan meningkat seiring bertambahnya usia kehamilan.

6. Payudara tegang (mastodinia) terjadi pada 2 bulan

pertama kehamilan disebabkan Hormon estrogen

meningkatkan perkembangan system duktus,

progesterone menstimulasi perkembangan alveolar

bersama somatotropin, hormon-hormon inilah yang

menimbulkan pembesaran payudara dan perasaan

tegang.

7. Sering miksi (anoreksia) terjadi pada trimester 1 dan 3

Pada trimester 1 terjadi karena desakan uterus terhadap


12

kandung kemih, trimester 2 keluhan sering miksi akan

berkurang karena uterus yang membesar keluar dari

rongga panggul,pada trimester 3 gejala ini dapat muncul

karena janin mulai masuk ke rongga panggul dan

menekan kembali kandung kemih.

8. Konstipasi/obstipasi Pengaruh progesteron yang

menghambat peristaltik usus (tonus otot yang menurun)

9. Pigmentasi kulit Biasanya terjadi pada kehamilan lebih

dari 12 minggu meliputi Sekitar pipi : cloasma

gravidarum (penghitaman pada daerah dahi,hidung,pipi

dan leher), Sekitar leher ; tampak lebih hitam, Dinding

perut : striae lividae/gravidarum (terdapat pada seorang

primigravida ,warnanya membiru), striae nigra, linea

alba menjadi hitam (linea nigra) Disebabkan karena

pengaruh hormon korteks osteroid plasenta yang

merangsang melanofor dan kulit.

10. Epulis, karies gigi disebabkan karena kalsium yang

dikonsumsi ibu hamil kurang.

11. Varises (penampakan pembuluh darah vena) biasanya

terjadi pada triwulan terakhir Karena pengaruh estrogen

dan progesterone menyebabkan pelebaran pembuluh

darah, biasanya dapat terjadi di sekitar genetalia

eksterna, kaki dan betis serta payudara dan dapat

hilang setelah selesai persalinan.

b. Tanda kemungkinan (probability sign)

1. Pembesaran perut Karena Perkembangan janin yang

terus bertambah menyebabkan uterus berubah ukuran.


13

2. Tanda Hegar Pelunakan dan dapat ditekan pada daerah

Isthmus Uteri

3. Tanda Goodel Pada wanita hamil melunak seperti

bibir,pada wanita tidak hamil serviks seperti ujung

hidung

4. Tanda piscasek Pembesaran Uterus yang tidak simetris

Disebabkan karena ovum berimplantasi pada daerah

dekat kornu sehingga daerah tersebut berkembang

lebih dulu.

5. Tanda chadwick Perubahan warna menjadi keunguan

pada vulva dan mukosa vagina termasuk juga porsio

dan serviks. Disebabkan Adanya hipervaskularisasi

(Pelebaran pembuluh darah-pembuluh darah )

6. Kontraksi Braxton hicks Merupakan peregangan sel-sel

otot uterus Disebabkan meningkatnya actomysin di

dalam otot uterus sehingga uterus menjadi regang.

7. Teraba Balotement Mendeteksi adanya hormon

chorionic gonadotrotopin yang diproduksi oleh

sinsiotropoblastik sel selama kehamilan dapat dideteksi

pada 26 hari setelah konsepsi dan meningkat dengan

cepat pada hari ke 30-60.Tingkat tertinggi pada hari 60-

70 usia gestasi kemudian menurun pada hari ke 100-

130
14

c. Tanda pasti (positive sign) Menurut Walyani, 2015 sebagai

berikut :

1. Gerakan janin dalam Rahim Gerakan ini harus dapat

diraba oleh tangan pemeriksa namun gerakan janin baru

dapat dirasakan pada usia kehamilan 20 minggu.

2. Denyut jantung janin Dapat didengar pada usia

12minggu dengan menggunakan alat fetal

electrocardiograf (misalnya dopler).Dengan stetoskop

laenac baru dapat didengar pada usia kehamilan 18-20

minggu

3. Bagian-bagian janin Bagian-bagian janin yaitu bagian

besar janin (kepala dan bokong) serata bagian kecil

janin (lengan dan kaki) dapat diraba jelas pada usia

kehamilan tua dan dapat dilihat dengan pemeriksaan

USG

4. Kerangka janin Dapat dilihat jelas dengan foto rontgen

maupun USG.

Menurut Jiarti 2010 Diagnosa yang mungkin bukan

kehamilan tetapi mengarah ke tanda-tanda kehamilan seperti :

1. Pseudosiesis (Hamil palsu atau kehamilan spuria).

Terdapat amenorea, perut membesar, tetapi tanda-

tanda kehamilan lain dan reaksi kehamilan negatif. Hal

ini biasanya terjadi pada wanita yang ingin sekali hamil.

2. Kista ovarium Terdapat pembesaran perut tetapi tidak

disertai tanda hamil,menstruasi tetap berlangsung serta

pembesaran perut melampaui umur kehamilan.

Pemeriksaan tes biologis menunjukkan hasil negatif.


15

3. Mioma uteri Terdapat pembesaran uterus tetapi tidak

disertai tanda hamil,bentuk pembesaran tidak merata

dan perdarahan banyak saat menstruasi.

4. Vesika urinaria dengan retensio urine. Uterus memiliki

ukuran seperti pada umumnya, tanda-tanda kehamilan,

dan reaksi kehamilan negatif.

5. Amenorea Hematometra Terlambat datang bulan yang

melampaui usia kehamilan dan perut terasa sakit setiap

bulan karena uterus membesar berisi darah yang di

sebabkan himen inperforata, stenosis vagina atau

serviks.

2.1.1.4 Diagnosa kehamilan

Diagnosa kehamilan adalah pemeriksaan yang dilakukan

untuk memastikan seorang wanita sedang hamil atau tidak, bukan

pemeriksaan yang dilakukan setelah wanita diketahui hamil

(Walyani, 2015; Hani, Dkk, 2011)

Dengan mengamati tanda-tanda kehamilan di atas kita

dapat mendiagnosa kehamilan melalui:

1. Anamnesis

Dari anamnesis dapat diketahui tanda-tanda,

a. Keluhan utama untuk mengetahui, keluhan yang dirasakan

ibu hamil sehingga bisa di berikan asuhan sesuai dengan

keluhan, pada trimester I ibu hamil biasanya mengeluh,

muntah-muntah, miksi, ngidam sesak napas, epulis, pada

trimester II biasanya mengeluh konstipasi, kram, dan

trimester III kelelahan sesak napas, kram otot, varieses,

nyeri punggung, dll.


16

b. Riwayat kehamilan sekarang meliputi HPHT, gerakan janin,

penggunaan obat-obatan (jamu), tanda bahaya yang

pernah di rasakan serta kekhawatiran yang dirasakan ibu

c. Riwayat kebidanan yang lalu, meliputi jumlah anak, anak

yang lahir hidup,persalinan aterm, persalinan premature,

keguguran, persalinan dengan tindakan (forceps, vakum,

seksio caesarea), riwayat perdarahan pada kehamilan,

persalinan, nifas sebelumnya, berat badan bayi > 2.500

gram atau < 4000 gram dan masalah masalah lain yang di

alami ibu

d. Riwayat kesehatan, termasuk penyakit yang diderita dahulu

dan sekarang seperti masalah-masalah kardiovaskuler,

PMS, diabetes, dll.

e. Riwayat kesehatan keluarga untuk mengetahui penyakit

yang menurun dari keluarga, dan juga keturunan kembar

dari keluarga

f. Pola kebiasaan klien untuk mengetahui kebiasaan, nutrisi,

aktivitas istirahat baik sebelum hamil maupun sesudah

hamil

2. Pemeriksaan fisik

a. Inspeksi

1. Keadaan umum, perlu di lakukan untuk mengetahui

kondisi terakhir ibu waktu di lakukan pemeriksaan

2. Kesadaran, dengan melihat dari gerak, dan keadaan ibu

3. Tekanan darah, perlu dilakukan pengukuran guna

mengetahui adanya keracunan kehamilan, salah


17

satunya dengan kenaikan tekanan darah >140/90

mmHg biasa di sebut dengan preklampsia

4. Suhu, pemeriksaan temperatur perlu di lakukan untuk

untuk mengetahui adanya gejala infeksi

5. Nadi normalnya adalah 60-100x/menit bila abnormal

kemungkinan ada kelainan paru atau jantung

6. Muka, untuk mengetahui adanya cholasma gravidarum,

pemeriksaan pada konjungtiva dan seklera untuk

memperkirakan adanya anemia dan ikterus

7. Mulut/gigi, untuk mengetahui adanya karies gigi karena

dapat memperhambat proses pertumbuhan janin

8. Payudara,untuk mengetahui adanya hiperpigmentasi

pada aerola pengeluaran colostrum, dan penonjolan

putting susu

9. Abdomem, untuk mengetahui adanya luka bekas

operasi dan strie gravidarum

10. Vulva, untuk mengetahui adanya varises, PMS

11. Ekstremitas untuk mengetahui adanya oedema,

karena oedema salah satu dari tanda preekmlampsia

b. Palpasi

1. Payudara, untuk mengetahui benjolan yang abnormal,

dan pengeluaran kolostrum

2. Abdomen, untuk mengetahui letak janin dilakukan

dengan pemeriksaan leopod, leopod I untuk mengetahui

tinggi fundus uteri dan bagian yang berada pada bagian

fundus normalnya yaitu teraba bulat, lunak, tidak

melenting (bokong), leopod II untuk mengetahui letak


18

janin memanjang atau melintang normalnya teraba

keras terdapat di sebelah kanan atau kiri leopod III,

untuk menentukan bagian janin yang ada di bawah

normalnya teraba bulat, keras, melenting (kepala)

leopod IV untuk menentukan masuknya bagian janin di

panggul

Tabel 2.1. Perkiraan TFU terhadap umur kehamilan

Umur TFU Berat


Tinggi fundus uteri
kehamilan (Cm) badan janin
12 minggu 1/3 di atas simpisis atau 3 jari di atas 14 gr
simpisis
16 minggu ½ simpisis – pusat 100 gr
20 minggu 2/3 di atas simfisis atau 3 jari di bawah 20 cm 300 gr
pusat
24 minggu Setinggi pusat 23 cm 600 gr
28 minggu 1/3 di atas pusat atau 3 jari atas pusat 26 cm 1000 gr
32 minggu ½ pusat – procesus xipoideus 30 cm 1675 gr
36 minggu Setinggi procesus xipoideus 33 cm 2340 gr
40 minggu 2 jari di bawah Px 3250 gr
(Sumber: walyani, 2015)

c. Auskultasi

Dapat didengar pada umur kehamilan 18 minggu, untuk

mendengarkan denyut jantung janin normanya

120-160x/menit

d. Perkusi

Pemeriksaan di lakukan pada ekstermitas yaitu untuk

mengetahui reflek patela

3. Pemeriksaan penunjang

a. Pemeriksaan laboratorium, terdiri dari pemeriksaan HB

untuk mengetahui kadar HB pada ibu hamil normal yaitu

10-14,0 gram %, pemeriksaan protein urine untuk


19

mengetahui terjadinya preklampsia, hasil tes urine

dikatakan negatif jika berwarna bening/kuning,

pemeriksaan glukosa urine untuk mengetahui diabetes

normalnya berwarna hijau.

b. USG, pemeriksaan untuk mengetahui letak janin, jenis

kelamin, dan jantung janin

2.1.1.5 Tanda Bahaya Kehamilan

Tanda yang dirasakan ibu yang dapat menyebabkan

komplikasi sehingga harus segera ke tenaga kesehatan.

Tabel 2.2.Tanda bahaya kehamilan

No. Tanda Kemungkinan diagnosa Kemungkinan


komplikasi
1. Perdarahan Kehamilan ektopik, mola Abortus
pervaginam hidatidosa, plasenta
previa,solusio plasenta
2. Sakit kepala yang Hipertensi kronik Preeklamsi dan
hebat dan menetap. eklamsi
3. Penglihatan kabur Hipertensi kronik Preeklamsi berat
4. Nyeri perut bagian Kista Ektopik dan abortus
bawah ovarium,apendisitis,sistitis
5. Bengkak pada muka Oedem Anemia, preeklamsi,
dan tangan gagal jantung
6. Bayi kurang Gawat janin IUFD,IUGR
bergerak seperti
biasanya
(Sumber: Hani,2011:108-121)

2.1.1.6 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan saat kehamilan adalah cara yang

dilakukan untuk mencegah wanita hamil dari ketidaknyamanan

yang akan mengarah ke komplikasi sehingga mengancam

kehamilan, dibawah ini adalah Penatalaksanaan menurut

trimester
20

1. Penatalaksanaan pada Trimester I

a. Mual,muntah (morning sickness) di atasi dengan cara

menghindari bau dan faktor penyebab lainnya, makan roti

kering atau biskuit sebelum bangun dari tempat tidur dan

bangun secara perlahan-lahan, makan porsi kecil tetapi

sering, duduk tegak setiap kali selesai makan,

menghindari makanan berminyak dan berbau menyengat,

mengkonsumsi makanan kering diantar waktu malam,

jangan langsung gosok gigi setelah makan, istirahat

seperlunya, jika terlalu parah berikan terapi B6.

b. Ginggivitas dan epulis di atasi dengan cara menjaga

kebersihan gigi dan mulut., diet seimbang protein,sayur

dan buah.

c. Sesak nafas dianjurkan untuk menghirup udara segar di

pagi hari, posisi berbaring semifowler, latihan pernapasan

dan senam hamil.

d. Sering BAK di atasi dengan cara mengurangi atau

membatasi pemasukan cairan sebelum tidur, latihan

kegel, perbanyak minum pada siang hari, hindari minum

kopi dan teh, berbaring miring kiri saat tidur untuk

meningkatkan diuresis.

e. Perubahan pada mammae dan nyeri menggunakan BH

yang menyokong dan menyerap keringat, basuh dengan

air hangat

f. Lelah, lemas dan kurang tenaga menganjurkan istirahat

dan diet seimbang untuk mencegah anemia, memberikan

suport, melibatkan suami dan keluarga.


21

g. Keputihan meningkatkan kebersihan dengan mandi tiap

hari, menggunakan pakaian dalam yang menyerap

keringat, bersih, nyaman, cara cebok yang benar yaitu

dari arah vagina ke belakang, ganti celana dalam setiap

kali basah, tidak menggunakan pembersih kewanitaan.

2. Penatalaksanaan pada Trimester II

a. Konstipasi tingkatkan intake cairan, mengkonsumsi

makanan yang kaya serat (sayur, buah), istirahat cukup,

olah raga teratur terutama senam hamil, BAB secara

teratur terutama segera setelah ada dorongan.

b. Kelelahan sering beristirahat, tidur berbaring miring

kiri/kanan, latihan relaksasi dan pernapasan, olah raga

ringan, diet seimbang dan cukup memenuhi kebutuhan

c. Kram otot Sering istirahat, jangan berdiri terlalu lama,

selam kram kaki harus difleksikan, pengurutan daerah

betis, mengkonsumsi suplemen kalsium dan magnesium.

3. Penatalaksanaan pada Trimester III Menurut Hani, 2011

a. Sesak nafas sikap tubuh yang benar, tidur dengan bantal

ekstra, makan jangan terlalu banyak,porsi kecil tapi sering

b. Insomnia saat tidur,usap-usap punggung, minum susu

hangat atau mandi air hangat sebelum tidur, topang

bagian tubuh dengan bantal

c. Oedem memakai stocking, saat istirahat kaki dan paha di

tinggikan, menghindari sendal atau sepatu hak tinggi.

d. Haemoroid makan makan yang kaya akan serat, banyak

minum air putih, jangan duduk terlalu lama, tidur miring

kiri, kompres air dingin atau hangat


22

e. Varises .saat istirahat kaki dan paha di tinggikan, jangan

terlalu lama berdiri, menggunakan stocking

f. Sakit punggung duduk dengan penyangga pinggang/

punggung, kompres air hangat, menghindari sepatu hak

tinggi, menggunakan bantal waktu tidur untuk meluruskan

punggung, Melakukan masase daerah punggung, senam

hamil.

g. Sering BAK batasi intake cairan di malam hari, perbanyak

intake cairan di siang hari, senam kegel

h. Kontraksi braxton hicks istirahat yang cukup, atur posisi,

usap-usap punggung

i. Kram kaki istirahat yang cukup, pengurutan daerah betis,

saat kram kaki di fleksian.

4. Penatalaksanaan Dalam Kebidanan

a. Menganjurkan ibu untuk tetap memenuhi kebutuhan

nutrisinya.

Makan makan yang yang memiliki gizi seimbang seperti

sayur, ikan, buah serta banyak minum air putih dan susu.

b. Istirahat yang cukup

Pada malam hari kurang lebih 7-8 jam/hari dan

menganjurkan untuk istirahat pada siang hari kurang lebih

1-2 jam.

c. Menjaga personal hygiene

Wanita hamil harus menjaga kebersihan dengan

cara,mandi setiap hari, sering mengganti celana

dalam,mengeringkan daerah genetalia setelah BAK atau

BAB, mencukur bulu pubis.


23

d. Imunisasi TT

Melengkapi imunisasi TT untuk memberikan kekebalan

agar mencegah ibu atau wanita hamil dari penyakit

tetanus. Dilakukan berapa kali sebanyak 3 kali, apabila

ibu belum pernah mendapat imunisasi TT, maka ibu

mendapatkan minimal 2 kali injeksi selama kehamilan

(pertama saat kunjungan antenatal pertama dan kedua,

empat minggu setelah kunjungan pertama). Dan dosis

terakhir di berikan sebelum 2 minggu persalinan untuk

mendapatkan efektivitas dari obat.

e. Mengajari ibu cara mengetahui janinnya bergerak dengan

aktif

Bila terjadi gerakan bayi selama 10 gerakan dalam waktu

20 menit sampai 2 jam berarti normal, untuk

mengamatinya di lakukan saat ibu dalam kondisi istirahat.

2.1.2 Konsep Persalinan

2.1.2.1 Definisi Persalinan

Persalinan merupakan proses pergerakan keluarnya

janin, plasenta, dan membran dari dalam rahim melalui jalan

lahir (Rohani, dkk, 2011).

Persalinan adalah pengeluaran hasil konsepsi berupa

janin dan disusul oleh plasenta melalui vagina ke dunia luar.

(Kuswanti, dkk., 2013)

Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi

(janin dan plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup

di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain,


24

dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri) (Ari

Sulistyawati, 2010).

2.1.2.2 Tanda-tanda masuk dalam persalinan Menurut Reni Saswita,

2011 sebagai berikut :

a. Tanda persalinan sudah dekat

1. Lightening

Menjelang minggu ke-36 primigravida, terjadi penurunan

fundus uterus karena kepala bayi sudah masuk ke

dalam PAP.

2. Terjadinya his pemulaan

Sifat his pemulaan (palsu) adalah rasa nyeri ringan di

bagian bawah, tidak teratur, tidak ada perubahan pada

serviks atau pembawa tanda, durasi pendek, tidak

bertambah bila beraktivitas.

3. Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun.

4. Perasaan sering atau susah buang air kecil karena

kandung kemih tertekan oleh bagian terbawah janin.

5. Serviks menjadi lembek, mulai mendatar, dan

sekresinya bertambah, kadang bercampur darah

(bloody show).

b. Tanda dan gejala inpartu

1. Timbul rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih

kuat, sering, dan teratur yang mengakibatkan

perubahan pada serviks dengan frekuensi minimal 2x

dalam 10 menit.

2. Keluar lendir bercampur darah (bloody show) yang lebih

banyak karena robekan kecil pada serviks.


25

3. Kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya.

4. Pada pemeriksaan dalam : serviks mendatar dan

pembukaan telah ada. Pada nulipara biasanya sebelum

persalinan serviks menipis sekitar 50-60% dan

pembukaan sampai 1 cm dan dengan dimulainya

persalinan ibu nulipara mengalami penipisan serviks 50-

100% kemudian mulai terjadi pembukaan. Sedangkan

pada multipara sering sekali serviks tidak menipis pada

awal persalinan tetapi hanya membuka 1-2 cm.

Biasanya pada multipara serviks akan membuka

kemudian diteruskan dengan penipisan (Marisah, 211).

2.1.2.3 Tahapan Persalinan

Menurut Esti Nugraheny, 2010 dalam persalinan

terdapat IV tahapan yaitu kala I, kala II, kala III dan kala IV .

1. Kala I

Kala 1 adalah serviks membuka sampai terjadi

pembukaan 10 cm. Proses membukanya serviks dibagi

menjadi 2 macam yaitu :

a. Fase laten

Berlangsung sampai 7-8 jam ,terjadi sangat

lambat sampai mencapai ukuran diameter 3 cm

b. Fase aktif

Fase ini berlangsung 6 jam dan dibagi 3 macam

a)Fase akselarasi

Dalam waktu 2 jam pembukaan 3cm – 4cm

b)Fase dilatasi maksimal


26

Dalam waktu 2 jam pembukaan

berlangsung sangat cepat dari 4cm-9cm

c)Fase deselarasi

Pembukaan menjadi lambat dalam waktu 2

jam pembukaan dari 9 cm menjadi lengkap

Pada primigravida kala 1 berlangsung kira-

kira 13 jam dan pada multigravida kira kira

berlangsung selama 7 jam.

2. Kala II

Kala 2 biasanya juga disebut kala pengeluaran.

Kala ini dimulai dari pembukaan lengkap sampai lahirnya

janin. Pada kala ini biasanya his menjadi lebih kuat dan

lebih cepat kira-kira 2-3 menit sekali. Dalam fase ini ibu

ingin mengedan karena tekanan pada otot-otot dasar

panggul juga merasa ingin bab karena tekanan pada dasar

rectum, labia mulai membuka dan tampak kepala janin di

vulva ketika his. Pada primigravida kala 2 berlangsung

rata-rata 1,5 jam dan pada multigravida 0.5 jam

3. Kala III

Kala III disebut juga kala uri .Setelah bayi lahir

uterus teraba keras dengan fundus uteri agak di atas pusat

.beberapa menit kemudian uterus berkontraksi lagi untuk

melepaskan plasenta dari dindingnya. Biasanya plasenta

lepas dalam 6-15 menit setelah bayi lahir dan keluar

spontan atau dengan tekanan pada fundus uteri.

Pengeluaran plasenta disertai dengan darah kira kira 100-

200 cc
27

4. Kala IV

Kala IV adalah pengawasan 1-2 jam setelah bayi

dan uri lahir untuk mengamati keadaan ibu terutama

terhadap bahaya perdarahan postpartum. Pada

primigravida lama kala 1 yaitu 13 jam, kala 2 yaitu 1 jam,

kala 3 yaitu ½ jam. Lama persalinan yaitu 14 ½ jam. Pada

multigravida lama kala satu yaitu 7 jam,kala 2 yaitu ½ jam,

kala 3 yaitu ¼ jam, lama persalinan ¾ jam.

2.1.2.4 Faktor- Faktor yang mempengaruhi persalinan

A. Power (Kekuatan Ibu)

Kekuatan yang mendorong janin dalam persalinan

adalah his, kontraksi otot-otot perut, kontraksi diafragma,

dan aksi dari ligamen. Kekuatan primer yang diperlukan

dalam persalinan adalah his, kekuatan primer membuat

serviks menipis (effacement) dan berdilatasi, sehingga

janin turun, dilatasi serviks adalah pembesaran muara dan

saluran serviks, yang terjadi pada awal persalinan.

sedangkan sebagai kekuatan sekundernya adalah tenaga

meneran ibu namun kekuatan sekunder tidak

mempengaruhi dilatasi serviks, tetapi setelah dilatasi

serviks lengkap, kekuatan ini cukup penting untuk

mendorong janin keluar dari uterus dan vagina. Apabila

dalam persalinan ibu melakukan valsava manuver

(meneran) terlalu dini, dilatasi serviks akan terhambat.

B. Passage (jalan lahir)


28

Dalam obstetri dikenal ada empat macam bentuk

panggul menurut Caldwell dan Moloy dengan masing-

masing berciri sebagai berikut :

1. Jenis Ginekoid

Panggul jenis ini merupakan bentuk paling

baik, karena dengan bentuk panggul yang hampir

bulat seperti ini memungkinkan kepala bayi

mengadakan penyesuaian saat proses persalinan.

2. Jenis Android

Ciri jenis ini adalah bentuk pintu atas

panggulnya hampir seperti segitiga. Panggul jenis

ini umumnya dimiliki pria, namun ada juga wanita

yang mempunyai panggul jenis ini.

3. Jenis Platipeloid

Panggul jenis ini seperti panggul jenis ginekoid,

hanya mengalami penyempitan pada arah muka

belakang.

4. Jenis Antropoid

Panggul jenis ini mempunyai ciri berupa

bentuknya yang lonjong seperti telur.

Gambar 2.2Jenis Panggul

(sumber : Rahma W, 2013)


29

Ukuran panggul digunakan untuk menemukan garis

besar bentuk dan ukuran panggul apabila dikombinasikan

dengan pemeriksaan dalam.

Ukuran-ukuran panggul luar :

a. Distansia Spinarum

Jarak antara kedua spina iliaka anterio superior

sinistra dan dekstra, jaraknya 24-26 cm.

b. Distansia Kristarum

Jarak terpanjang antara dua tempat yang simetris

pada krista iliaka kanan dan kiri, jaraknya 28-30 cm.

c. Konjugata eksterna/ boudelogue

Merupakan jarak bagian atas simpisis dan proses

spinosus lumbal 5, jaraknya 18-20 cm.

d. Distansia Intertrokantrika

Merupakan jarak antara kedua trokanter mayor.

e. Distansia Tuberum

Jarak antara tuber ischii kanan dan kiri. Untuk

mengukurnya dipakai jangka panggul Osceander,

jaraknya 10,5 cm.

Ukuran Panggul Dalam :

1. Konjugata vera / diameter antero posterior (diameter

depan - belakang) yaitu diameter antara promontorium

dan tepi atas symfisis 11 cm. Cara pengukuran dengan

periksa dalam akan memperoleh konjugata diagonalis

yaitu jarak dari tepi bawah symfisis pubis ke

promontorium (12,5 cm) dikurangi 1,5 - 2 cm.


30

konjugata obstetrika adalah jarak antara promontorium

dengan pertengahan symfisis pubis.

2. Diameter melintang (transversa), yaitu jarak terlebar

antara ke-2 linea inominata 13 cm.

3. Diameter oblik (miring) jarak antara artikulasio sakro

iliaka dengan tuberkulum pubicum sisi yang

bersebelahan 12 cm.

Gambar 2.3Panggul Dalam

(sumber : Wiknjosastro, dkk, 2009)

Bidang-bidang ini dipelajari untuk menentukan sampai

mana bagian terendah janin turun ke panggul pada proses

persalinan. Bidang Hodge tersebut antara lain :

1. Hodge I : Bidang yang dibentuk pada lingkaran PAP

dengan bagian atas simpisis dan promontorium;

2. Hodge II : Bidang yang sejajar Hodge I setinggi bagian

bawah simpisis;

3. Hodge III : Bidang yang sejajar Hodge I setinggi spina

ischiadika;
31

4. Hodge IV : Bidang yang sejajar Hodge I setinggi tulang

koksigis.

Gambar 2.4 Bidang Hodge

(sumber : Wiknjosastro, dkk, 2009)

C. Passenger (Isi kehamilan)

a. Janin

Janin sebagai passenger sebagian besar adalah

mengenai ukuran kepala janin, karena kepala adalah

bagian terbesar dari janin dan paling sulit untuk dilahirkan.

Ukuran-ukuran penting kepala janin :

1.Diameter suboccipito bregmatika (10cm)

1.Diameter suboccipito frontalis (11cm)

2.Diameter occipito mento vertikalis (13cm)

3.Diameter submento bregmatika (10cm)

4.Diameter biparientalis (9,5cm)

5.Diameter bitemporalis (8cm)

b. Plasenta

Plasenta juga harus melewati jalan lahir, maka dia juga

dianggap sebagai bagian dari passenger yang menyertai


32

janin, namun plasenta jarang menghambat proses

persalinan pada kehamilan normal.

c. Air ketuban

Waktu persalinan,air ketuban membuka serviks

dengan mendorong selaput janin ke dalam ostium uteri,

bagian selaput janin di atas ostium uteri yang menonjol

waktu terjadi his disebut ketuban,ketuban inilah yang

membuka serviks.

D. Psyche (Psikologis)

Banyak wanita normal bisa merasakan kegairahan dan

kegembiraan saat merasa kesakitan di awal menjelang

kelahiran bayinya. Perasaan positif ini berupa kelegaan

hati, seolah-olah pada saat itulah benar-benar terjadi

realitas “kewanitaan sejati”, yaitu munculnya rasa bangga

bisa melahirkan atau memproduksi anak. Faktor psikologis

meliputi hal-hal sebagai berikut :

1. Melibatkan psikologis ibu,emosi, dan persiapan

intelektual.

2. Pengalaman melahirkan bayi sebelumnya.

3. Kebiasaan adat.

4. Dukungan dari orang terdekat pada kehidupan ibu.

E. Penolong

Peran dari penolong adalah mengantisipasi dan

menangani komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu dan

janin, dalam hal ini tergantung dari kemampuan dan

kesiapan penolong dalam menghadapi proses persalinan.

Memilih penolong persalinan yang berkompeten, seperti:


33

bidan, dokter, perawat atau tenaga kesehatan yang terlatih

(Sulistyawati, dkk, 2013).

2.1.2.5 Mekanisme Persalinan

Mekanisme persalinan yaitu proses keluarnya janin

melalui jalan lahir dan penyesuaian ukuran janin dengan

ukuran panggul. Menurut Rohani, 2011 saat kepala

melewati panggul dan terjadi beberapa tahap yaitu :

1. Engagement adalah peristiwa ketika diameter

bipariental melewati pintu atas panggul dengan sutura

sagitalis melintang dalam jalan lahir dan sedikit fleksi.

Pada primigravida terjadi pada bulan terakhir

kehamilan, sedangkan pada multigravida dapat terjadi

pada awal persalinan.

2. Penurunan kepala terjadi bersama dengan mekanisme

lainnya. Kekuatan yang mendukung yaitu tekanan

cairan amnion, tekanan langsung fundus pada bokong

janin, kontraksi otot abdomen, ekstensi dan

penelusuran badan janin atau tulang belakang.

3. Fleksi (Gerakan fleksi) disebabkan karena janin

didorong maju, tetapi kepala janin terhambat oleh

serviks, dinding panggul atau dasar panggul. Pada

pemeriksaan dalam ubun-ubun kecil lebih jelas teraba

daripada ubun-ubun besar.

4. Rotasi Dalam atau putar paksi dalam adalah

pemutaran bagian terendah janin dari posisi

sebelumnya ke arah depan sampai di bawah simpisis.


34

5. Ekstensi merupakan gerak dimana oksiput berhimpit

langsung pada margo inferir simpisis pubis karena

sumbu jalan lahir pada pintu bawah panggul mengarah

ke depan dan atas sehingga kepala menyesuaikan

dengan cara ekstensi agar dapat melaluinya.

6. Rotasi Luar merupakan gerakan memutar ubun-ubun

kecil ke arah punggung janin, muka janin menghadap

salah satu paha ibu.

7. Ekspulsi yaitu kelahiran bahu belakang, kemudian

setelah kedua bahu lahir disusul lahirlah trochanter

depan dan belakang sampai lahir janin.

Gambar 2.4Mekanisme persalinan

(sumber : Wiknjosastro, dkk, 2009)


35

Persalinan bisa didiagnosa dengan melakukan

pengkajian dan beberapa pemeriksaan, mulai dari anemnese,

pemeriksaan TTV, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan

penunjang.

A. Pemeriksaan yang dilakukan pada ibu pada kala I

persalinan yaitu :

a. Anamnese

Anamnese merupakan pengkajian awal untuk

mengetahui langsung keluhan yang dirasakan ibu

bersalin, normalnya pada ibu bersalin akan

mengeluhkan his yang sering, pengeluaran cairan

berupa lendir darah pada daerah genetalia, dan

pengeluaran ketuban

b. Pemeriksaan TTV/ pemeriksaan fisik persalinan

Pemeriksaan fisik dilakukan secara fokus sesuai

dengan keluhan klien. Berikut hasil pemeriksaan fisik

yang menunjukkan diagnosa dari tahapan persalinan.

1. Tekanan darah

Pada ibu bersalin perlu di lakukan pengukuran

tekanan darah normalnya adalah 110-120/ 70-80

mmHg, jika tekanan darah ibu di atas normal akan

beresiko preklampsia atau eklampsia.

2. Nadi

Untuk mengetahui terjadinya syok pada ibu

bersalin normalnya nadi adalah 90 x/menit

takikardia jika > 90x/menit dan bradikardia

60<x/menit
36

3. Suhu

Untuk mengetahui adanya infeksi pada saat

bersalin, jika ketuban pecah < dari 24 jam

4. Respirasi

Untuk mengetahui ibu menderita asma dan

syok normalnya pernapasan pada ibu bersalin 20-

24x/menit

5. Abdomen

Untuk mengetahui posisi janin dengan

melakukan leopod, dan menghitung lamanya his

serta mengamati denyut jantung janin

6. Genetalia

Untuk mengetahui adanya pembukaan

serviks, penipisan serviks, ketuban utuh, bagian

terdahulu, bagian kecil di samping bagian

terdahulu, bagian terendah, hodge, dan molase.

B. Pada kala II anamnesa yang di tanyakan dan

pemeriksaan fisik yang terfokus yaitu :

a. Anamnesa

Keluhan ibu bersalin kala II akan dirasakan seperti

ibu ingin meneran dan his-nya semakin sering

b. pemeriksaan fisik

1.Abdomen

Untuk mengetahui posisi janin dengan

melakukan leopod, dan menghitung lamanya his

serta mengamati denyut jantung janin


37

2.Genetalia

Untuk melihat adanya dorongan untuk

meneran, tekanan pada anus, perinium menonjol,

vulva dan vagina membuka dan mengetahui his

normalnya berkisar antara 3.10.40-4.10.45,

pembukaan serviks normalnya 10 cm, effiecement

100 %, ketuban utuh, bagian terdahulunya adalah

kepala, tidak ada bagian kecil yang mengikuti

kepala misalnya tangan/tali pusat, bagian

terendah normalnya adalah ubun-ubun kecil,

penurunan kepala normalnya berada di hodge III,

dan tidak terdapat penyusupan tulang sutura

disebut molase 0 (Walyani, 2015)

C. Pada kala III anamnesa dan pemeriksaan fisik yang

terfokus dilakukan pada ibu yaitu :

a. anamnesa

Keluhan pada ibu bersalin kala III normalnya

merasakan his

b. pemeriksaan fisik

1. Abdomen

Untuk mengetahui tinggi fundus uteri

normalnya setinggi pusat, dan uterus globuler,

kandung kemih kosong


38

2. Genetalia

Untuk mengetahui adanya semburan darah,

tali pusat memanjang dan robekan jalan lahir

D. Menurut Ari Sulistyawati, 2010 Pada kala IV pemeriksaan

fisik yang terfokus yaitu

a. Abdomen

Untuk mengetahui tinggi fundus uteri normalnya

adalah 1-2 jari di bawah pusat, kontraksi uterus

normalnya teraba keras, pengosongan kandung

kemih di perlukan untuk mempercepat kontraksi

uterus

b. Genetalia

Untuk mengetahui, perdarahan normalnya ± 150

ml.

2.1.2.6 Mendeteksi adanya komplikasi dan penyulit pada setiap tahap

persalinan

Pada saat proses persalinan akan ada kemungkinan

terjadi komplikasi dan penyulit yang sebelumnya tidak

terdeteksi. Berikut ini adalah cara mendeteksi komplikasi dan

penyulit di setiap tahap persalinan.

a. Mendeteksi adanya komplikasi dan penyulit pada kala I

yaitu Pengkajian ibu bersalin yang harus dilakukan

dengan menggunakan 18 penapisan terdapat di tabel.


39

Tabel 2.3. Mendeteksi18 penapisan

No Temuan/anamnesis Diagnosa Rencana asuhan


1. Riwayat bedah Bedah caesar a. segera rujuk ke fasilitas
operasi kesehatan
b. dampingi ibu ke tempat
rujukan
2. Perdarahan a. palsenta a. Jangan melakukan
pervaginam previa pemeriksaan dalam
b. solusio b. Baringkan ibu ke sisi kiri
c. Pasang infus NS
e. Rujuk ke fasilitas yang
dapat bedah sesar
f. Dampingi ibu ke tempat
rujukan
3. Uk > 37 minggu a. Premature a. Segera rujuk ke fasilitas
PGDON
b. dampingi ibu ke tempat
rujukan
4. Ketuban pecah di Ketuban pecah a. Baringkan ibu posisi kiri
sertai dengan dini b. DJJ
mekonium c. Rujuk ke tepat rujukan
bawa partus set
5. Ketuban pecah>24 Ketuban pecah a. Segera rujuk
jam dini
6. Ketuban pecah pada Ketuban pecah a. Segera rujuk
persalinan kurang dini
bulan
7. Demam , suhu >38 Infeksi a. Baringkan ibu posisi kira
˚C b. Infus NS
8. Sistolik > 160 distolik preklampsia a. Baringkan ibu posisi kira
> 110 mmHg b. Infus NS
c. MgsO4 20% iv
d. MgsO4 15% im
e. Segera rujuk
9. TFU < 20 cm > 40 cm a. polihidraniom a. Baringkan ibu posisi kiri
b. gemeli b. DJJ
c. hidrochepalus c. Rujuk ke tepat rujukan
bawa partus set
10 DJJ > 120 < 100x/ a. gawat janin a. Baringkan ibu posisi kiri
menit b. Infus NS
c. Teknik relaksasi
d. Segera rujuk
11 Primipara penurunan CPD a. Baringkan ibu posisi kiri
kepala 5/5 bagian b. Segera rujuk
12 Presentasi a. Sunsang a. Baringkan ibu posisi kiri
ganda/majemuk b. lintang b. Segera rujuk
13 Saat periksa dalam a. Tali pusat a. Periksa dengan sarung
ada bagian kecil menumbung tangan DTT, jauhkan
mengikuti kepala janin dari tali pusat
14 Pembukaan > 8 jam Fase laten a. Baringkan ibu posisi kiri
memanjang b. Segera rujuk
40

No Temuan/anamnesis Diagnosa Rencana asuhan


15 Seklera kuning Ikterus a. Baringkan ibu posisi kiri
b. Segera rujuk
16 Hb > 7 gr Anemia berat a. Baringkan ibu posisi kiri
b. Segera rujuk
17 Pembukaan serviks Partus lama a. Baringkan ibu posisi kiri
mengarah ke sebelah b. Segera rujuk
kanan partograf
Pembukaan serviks >
1cm /1jam
18 Nadi > 110x/menit Syok a. baringkan ibu posisi kiri
Pusing, keringat b. posisi trendelebug
dinginnapas>30x/meni c. infus RL/NS
t c. segera rujuk
(sumber: Walyani, dkk, 2015)

b. Mendeteksi adanya komplikasi dan penyulit pada kala II

terdapat pada tabel

Tabel 2.4. Komplikasi dan penyulit kala II

No Komplikasi Pengertian
1 Bahu macet (distosia Kelahiran kepala janin dengan bahu anterior
bahu) macet di atas simfisis pubis dan tidak bisa
masuk melalui pintu bawah panggul, sehingga
bahu menjadi tidak dapat digerakkan.
2 Persentasi muka Keadaan dimana kepala dalam kedudukan
defleksi maksimal sehingga oksiput tertekan
pada punggung dan muka merupakan bagian
terendah menghadap ke bawah
3 Presentasi bokong Letak memanjang dengan kelainan dalam
polaritas, panggul janin merupakan kutub
bawah dan penunjuknya adalah sakrum.
4 Gemeli Suatu kehamilan dengan dua janin atau lebih
(sumber; Ari Sulistyawati, Esti Nugraheny, 2010)

c. Mendeteksi adanya komplikasi dan penyulit pada kala III

terdapat pada tabel


41

Tabel 2.5. Komplikasi dan penyulit kala III

No Komplikasi Pengertian
1 Perdarahan Kehilangan darah lebih dari 500 ml setelah
kelahiran plasenta
2 Atonia uteri Suatu kondisi dimana miometrium tidak dapat
berkontraksi
3 Retensio plasenta Tertahannya atau belum lahirnya plasenta
hingga atau melebihi waktu 30 menit setelah
bayi lahir
4 Laserasi jalan lahir Robekan pada daerah di sekitar vagina,
perinium, terkadang sampai anus
(sumber; Rohani, 2011)

2.1.2.7 Penatalaksanaan

A. Kala I Persalinan

Menurut Purwoastuti, dkk, 2015. Pada Kala I asuhan

yang di berikan sesuai dengan dengan kebutuhan selama

persalinan

1. Memberikan dukungan emosional

Setiap ibu yang akan memasuki masa persalinan

maka akan muncul perasaan takut, khawatir, ataupun

cemas terutama pada ibu primipara. Perasaan takut

dapat meningkatkan perasaan nyeri, otot-otot menjadi

tegang dan ibu menjadi cepat lelah yang pada akhirnya

akan menghambat proses persalinan. Dukungan dapat

diberikan oleh orang terdekat pasie (suami, keluarga,

teman, bidan).

2. Mengatur posisi yang nyaman bagi ibu

Persalinan dan kelahiran merupakan suatu peristiwa

yang normal, tanpa disadari dan mau tidak mau harus

berlangsung, untuk membantu ibu agar tetap tenang

dan rileks sedapat mungkin bidan tidak boleh


42

memaksakan posisi yang diinginkan oleh ibu dalam

persalinannya.

3. Kebutuhan eliminasi

Kandung kencing harus dikosongkan setiap 2 jam

selama proses persalinan. Bila pasien tidak dapat

berkemih sendiri dapat dilakukan kateterisasi oleh

kandung kemih yang penuh dapat menghambat

penurunan bagian terbawah janin, selain itu juga

meningkatkan rasa tidak nyaman yang tidak dikenali

pasien karena bersama dengan munculnya

kontraksiuterus. Rektum yang penuh akan

mengganggu.

4. Pengurangan Rasa Nyeri

Mengurangi rasa sakit pada di sumbernya dengan

memberikan rangsangan alternatif yang kuat selain itu

mengurangi reaksi mental yang negatif, emosional, dan

reaksi fisik ibu terhadap rasa sakit dengan cara

counterpressure untuk mengurangi tegangan pada

ligament sacroiliaka, pijatan ganda pada pinggul,

kompres hangat dan kompres dingin, berendam dan

terapi musik untuk mengalihkan perhatian

5. Kebutuhan makanan dan Cairan

Makanan padat tidak boleh diberikan selama

persalinan aktif, oleh karena makanan padat lebih lama

tinggal dalam lambung dari pada makanan cair,

sehingga proses persalinan. Bila ada pemberian obat,

dapat juga merangsang terjadinya mual/muntah yang


43

dapat mengakibatkan terjadinya aspirasi ke dalam paru-

paru, untuk mencegah dehidrasi, pasien dapat diberikan

banyak minum segar selama proses persalinan, namun

bila mual/muntah dapat diberikan cairan IV(RL)

B. kala II persalinan

1. Menyiapkan peralatan pertolongan persalinan

Memastikan perlengkapan, bahan dan obat-obatan

esensial yang digunakan. Mematahkan ampul oksitosin

10 unit dan menempatkan tabung suntik steril sekali

pakai di dalam partus set, menggunakan alat pelindung

diri.

2. Memastikan pembukaan lengkap dan keadaan janin

baik

Melakukan vulva hygiene dengan menggunakan

sarung tangan steril, setelah itu melakukan pemeriksaan

dalam dengan teknik aseptik, amniotomi dapat

dilakukan jika ketuban belum pecah dan pembukaan

sudah lengkap, dan memantau denyut jantung janin

dapat di lakukan pada saat tidak ada kontraksi.

3. Menyiapkan ibu dan keluarga untuk membantu proses

persalinan

Memberitahukan pada ibu bahwa pembukaan

lengkap dan siap untuk di pimpin bersalin, jika ada

dorongan kuat untuk meneran keluarga di anjurkan

untuk mendampingi ibu.


44

4. Persiapan pertolongan kelahiran

Jika kepala sudah 4-5 cm dapat diletakkan handuk

bersih di atas perut ibu dan kain steril di bawah bokong

ibu, ibu diajarkan cara meneran yang benar yaitu

pandangan lurus pada pusar, jika ada kontraksi

langsung meneran, jika kontraksi berkurang bisa

dilakukan rangsangan putting susu.

5. Menolong kelahiran bayi

Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter

5-6 cm, lindungi perinium dengan suatu satu tangan

yang dilapisi kain dan membiarkan kepala bayi keluar

secara perlahan-lahan atau bernapas cepat jika kepala

bayi sudah lahir

6. Penanganan bayi baru lahir

Pada saat lahir bayi akan menyesuaikan dirinya

dengan kondisi di luar dengan demikian bayi dinilai

menggunakan agar skor, normalnya skor bayi adalah 8-

9 manajemen aktif kala III dilakukan, segera dilakukan

IMD (inisiasi menyusui dini)

C. Kala III persalinan

Menurut Depkes RI, 2008. Manajemen aktif kala III meliputi

1. Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak

berjarak 5-10 cm dari vulva

2. Meletakkan satu tangan di atas kain pada perut ibu

di atas tepi simpfisis untuk mendeteksi, tangan lain

menegangkan tali pusat.


45

3. Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat ke

arah bawah sambil tangan lain mendorong uterus

ke arah belakang atas (dorsokranial) secara hati-

hati ulangi jika ada kontraksi

4. Mengeluarkan

Saat muncul di introitus vagina lahirkan dengan

kedua tangan, pegang dan putar hingga selaput

ketuban terpilin kemudian lahirkan dan tempatkan

pada wadahnya. Segera lakukan masases fundus

uteri dengan gerakan melingkar dan halus hingga

uterus berkontraksi (teraba keras)

5. Melakukan pemeriksaan pemeriksaan kotiledon

dan selaput

D. Kala IV persalinan

1. Keadaan umum

Sebagian besar kejadian kesakitan dan kematian

ibu yang disebabkan oleh perdarahan pasca

persalinan terjadi selama 4 jam pertama setelah

kelahiran bayi. Karena alasan ini sangatlah penting

untuk memantau ibu secara ketat segera setlah

persalinan. Selama 2 jam pasca persalinan pantau

tekanan darah dan jumlah darah yang keluar

selama 15 menit selama 1 jam pertama dam 30

menit selama 1 jam kedua. Masase uterus untuk

membuat kontraksi uterus menjadi keras dan

mempercepat involusi uterus


46

2. Tonus uterus dan TFU

Pemantauan kontraksi uterus sangatlah penting

dalam asuhan persalinan kala IV dan perlu evaluasi

lanjut setelah lahir yang berguna untuk memantau

terjadinya perdarahan normalnya ukuran uterus

setelah persalinan 2 jari bawah pusat dan teraba

keras.

3. Kandung kemih

Untuk mempercepat kontraksi uterus diperlukan

pengosongan kandung kemih, jika ibu tidak mampu

berkemih bantu dengan menyiramkan air bersih dan

air hangat pada periniumnya atau masukan jari-jari

ibu ke dalam air hangat untuk merangsang agar

berkemih

4. Perdarahan dan hematoma

Jumlah perdarahan vagina harus minimal jika rahim

berkontraksi dengan baik maka akan mengurangi

perdarahan, tetapi jika kontraksi buruk maka

perdarahan akan cenderung sedang dan banyak

menyebabkan perdarahan berlebihan, normalnya

darah yang keluar pada saat persalinan adalah 150

ml

2.1.2.8 Partograf

Menurut Eniyati, dkk, 2012. Merupakan alat untuk

mencatat informasi berdasarkan observasi, annamneses dan

pemeriksaan fisik ibu dalam persalinan dan sangat penting


47

khususnya untuk membuat keputusan klinis selama kala I, II,

III, IV

A. Kegunaan partograf

Partograf sangat berguna dalam proses persalinan dalam

hal:

1. Mengamati dan mencatat informasi kemajuan

persalinan dan memeriksa dilatasi serviks

2. Menentukan apakah persalinan berjalan normal dan

mendeteksi dini persalinan lama sehingga bidan dapat

membuat deteksi dini mengenai kemungkinan

persalinan lama

3. Mencatat kondisi ibu dan janin

B. Pencatatan halaman depan partograf

1. Nama

2. Umur

3. Gravida, para, abortus

4. Nomor catatan

5. Tanggal dan waktu mulai darurat

6. Waktu pecahnya selaput ketuban

C. Pencatatan kondisi ibu dan janin

1. Denyut jantung setiap ½ jam

2. Frekuensi dan lamanya kontraksi uterus setiap ½ jam

3. Tekanan darah dan suhu setiap 4 jam

4. Penurunan kepala setiap 4 jam

5. Produksi urine, aseton dan protein setiap 2 -4 jam

D. Penggunaan symbol

1. U: ketuban utuh
48

2. J: ketuban pecah warna jernih

3. M: ketuban pecah, ketuban bercampur mekonium

4. D: ketuban pecah bercampur darah

5. K: ketuban pecah kering

E. Pencatatan pada lembar belakang partograf

Halaman belakang partograf merupakan bagian

terpenting untuk mencatat hal-hal yang terjadi selama

proses persalinan dan kelahiran, serta tindakan-tindakan

yang dilakukan sejak persalinan kala I kala II, kala III

hingga kala IV (termasuk baru lahir).

Gambar 2.5 Partograf normal

(sumber : Wiknjosastro, dkk, 2009)


49

Gambar 2.6 Partograf Patologis

(sumber : Wiknjosastro, dkk, 2009)

2.1.3 Konsep Dasar Nifas

2.1.3.1 Definisi Nifas

Masa nifas merupakan masa selama persalinan dan

segera setelah kelahiran yang meliputi minggu-minggu

berikutnya pada waktu saluran reproduksi kembali ke keadaan

tidak hamil yang normal (Elisabeth Siwi W, 2015).

Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran

plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali

seperti keadaan sebelum hamil (Vivian Nanny Lia Dewi,

2011).

Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran dan

berakhir ketika alat-alat reproduksi/kandungan kembali seperti

keadaan sebelum hamil. Masa nifas atau puerperium dimulai

sejak 2 jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6

minggu (42 hari) setelah itu (Dewi, dkk, 2013 : hal 1).
50

Menurut Elisabeth Siwi W, 2015 Masa Nifas dibagi menjadi 3

tahap yaitu :

1. Puerperium dini, yaitu kepulihan ketika ibu diperbolehkan

berdiri dan berjalan

2. Puerperium intermediate, yaitu kepulihan menyeluruh alat-

alat genitalia.

3. Remote Puerperium, waktu yang diperlukan untuk pulih

dan sehat sempurna,terutama bila selama hamil atau

waktu persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk

sehat sempurna mungkin beberapa minggu, bulan,atau

tahun.

2.1.3.2 Proses laktasi dan menyusui

A. Proses Laktasi dan Menyusui

Pengeluaran ASI merupakan suatu interaksi yang

sangat kompleks antara rangsangan mekanik, saraf, dan

bermacam-macam hormon. Pengaturan hormon terhadap

pengeluaran ASI, dapat dibedakan menjadi 3 bagian, yaitu

sebagai berikut :

1. Pembentukan kelenjar payudara

Pada permulaan kehamilan terjadi peningkatan

yang jelas dari duktus yang baru, percabangan-

percabangan dan lobulus, yang dipengaruhi oleh

hormon-hormon plasenta dan korpus luteum. Hormon-

hormon yang ikut membantu mempercepat

pertumbuhan adalah prolaktin, laktogen plasenta,

karionik gonadotropin, insulin, kortisol, hormon tiroid,

hormon paratoroid, dan hormon pertumbuhan.


51

2. Pembentukan air susu

Pada ibu yang menyusui memiliki dua refleks yang

masing-masing berperan sebagai pembentukan dan

pengeluaran air susu yaitu sebagai berikut :

a. Refleks prolaktin : hormon prolaktin berperan untuk

membuat kolostrum, namun jumlahnya terbatas

karena dihambat oleh estrogen dan progesteron yang

kadarnya memang tinggi, setelah partus, lepasnya

plasenta dan kurangnya fungsi dari korpus luteum

membuat estrogen dan progesteron sangat

berkurang, ditambah dengan isapan bayi yang

merangsang puting susu akan merangsang ujung-

ujung saraf sensoris yang berfungsi sebagai reseptor

mekanik.

b. Refleks let down : bersama dengan pembentukan

prolaktin oleh hipofisis anterior, rangsangan yang

berasal dari isapan bayi ada yang dilanjutkan ke

hipofisis posterior yang kemudian dikeluarkan

oksitosin. Hormon ini diangkat menuju uterus yang

dapat menimbulkan kontraksi. Kontraksi dari sel akan

memeras air susu yang telah diproduksi.

Faktor yang mempengaruhi refleks let down :

melihat bayi, mendengarkan suara bayi, mencium

bayi, memikirkan untuk menyusui bayi.

Faktor yang menghambat : stres, takut, cemas,

seperti keadaan bingung


52

3. Pemeliharaan pengeluaran air susu.

Hubungan yang utuh antara hipotalamus dan

hipofisis akan mengatur kadar prolaktin dan oksitosin

dalam darah. Hormon-hormon ini sangat perlu untuk

pengeluaran permulaan dan pemeliharaan penyediaan

air susu selama menyusui.

B. Mekanisme menyusui Menurut Dewi, dkk, 2013 yaitu:

a. Refleks mencari

Payudara ibu yang menempel pada pipi atau

daerah sekeliling mulut merupakan rangsangan yang

menimbulkan refleks mencari pada bayi, keadaan ini

menyebabkan bayi berputar menuju putting susu yang

menempel diikuti mulut membuka kemudian putting

susu ditarik masuk ke dalam mulut.

b. Refleks menghisap

Putting susu yang sudah masuk ke dalam mulut

dengan bantuan lidah ditarik lebih jauh dan rahang

menakan kalang payudara di belakang putting susu

yang pada saat itu sudah terletak di langit-langit keras.

(a) (b)

Gambar 2.7(a) refleks mencari dan (b) refleks menghisap


53

c. Refleks menelan

Pada saat air susu keluar, akan disusul dengan

gerakan mengisap yang ditimbulkan oleh otot-otot pipi

sehingga pengeluaran air susu akan bertambah dan

diteruskan dengan mekanisme menelan masuk ke

lambung

C. ASI Eksklusif

ASI eksklusif adalah bayi hanya diberi asi saja, sejak

usia 30 menit post natal (setelah lahir) sampai usia 6

bulan, tanpa tambahan cairan lain seperti: susu formula,

sari buah, air putih, madu, air teh, dan tanpa tambahan

makanan padat seperti buah-buahan, biskuit, bubur

susu,bubur nasi dan nasi tim.(Elisabeth Siwi W,2015)

D. Manfaat pemberian ASI Menurut Ai Yeyeh R, dkk, 2011

yaitu:

1. Manfaat bagi bayi

Kandungan gizi paling sempurna untuk

pertumbuhan bayi dan perkembangan kecerdasannya;

pertumbuhan sel otak secara optimal terutama

kandungan protein khusus, yaitu taurin, selain

mengandung laktosa dan asam lemak ikatan panjang

lebih banyak susu sapi/kaleng; mudah dicerna,

penyerapan lebih sempurna, terdapat kandungan

berbagai enzim untuk penyerapan makanan,

komposisi selalu menyesuaikan diri dengan kebutuhan

bayi; mengandung zat anti diare; protein ASI adalah

spesifik spesies sehingga jarang menyebabkan alergi


54

untuk manusia; membantu pertumbuhan gigi;

mengandung zat antibodi mencegah infeksi,

merangsang pertumbuhan sistem kekebalan tubuh;

mempererat ikatan batin antara ibu dan bayi. Ini akan

menjadi dasar si kecil percaya pada orang lain,lalu diri

sendiri,dan akhirnya berpotensi untuk mengasihi orang

lain; bayi tumbuh optimal dan sehat tidak kegemukan

atau terlalu kurus.

2. Manfaat bagi ibu

Manfaat untuk ibu yakni; mudah,murah,praktis

tidak merepotkan dan selalu tersedia kapan saja;

mempercepat involosi/memulihkan dari proses

persalinan dan dapat mengurangi perdarahan karena

otot-otot di rahim mengerut, otomatis pembulu darah

yang terbuka itu akan terjepit sehingga perdarahan

akan segera berhenti; mencegah kehamilan karena

kadar prolaktin yang tinggi menekan hormon FSH dan

ovulasi, bisa mencapai 99%,apa bila asi diberikan

terus menerus tanpa tambahan selain asi;

meningkatkan rasa kasih sayang dan membuat rasa

lebih nyaman; mengurangi penyakit kanker,

mekanisme belum diketahui secara pasti ibu yang

memberi ASI eksklusif memiliki resiko kanker ovarium

lebih kecil dibanding yang tidak menyusui secara

eksklusif.
55

3. Manfaat ASI Bagi masyarakat

Murah, ekonomis, mengurangi pengeluaran

keluarga karena tidak perlu membeli susu buatan;

menambah ikatan kasih sayang suami istri; membantu

program KB; mengurangi subsidi biaya perawatan

rumah sakit; membentuk generasi mandiri; menghemat

devisa negara; menurunkan angka kesakitan dan

kematian.

E. Komposisi Gizi Dalam

Komposisi ASI tidak sama dari waktu ke waktu, hal ini

berdasarkan stadium laktasi. ASI Menurut Th Endang P,

2015komposisi Asi dibedakan menjadi 3 macam :

a. Kolostrum : ASI yang dihasilkan pada hari pertama

sampai hari ketiga setelah bayi lahir. Kolostrum

merupakan cairan yang agak kental berwarna kekuning-

kuningan, lebih kuning dari pada ASI mature, bentuknya

agak kasar karena mengandung butiran lemak dan sel-

sel epitel.

b. ASI transisi : ASI yang dihasilkan mulai dari hari ke 4

sampai hari ke 10.

c. ASI matur : ASI yang dihasilkan mulai hari ke 10 sampai

seterusnya.

Menurut Ai Yeyeh R, 2011 Kandungan gizi dari ASI

sangat khusus dan sempurna, serta sesuai dengan

kebutuhan tumbuh kembang bayi.

a. Protein

b. Karbohidrat
56

c. Lemak

d. Mineral

e. Vitamin

f. Zat-zat kekebalan yang terdapat dalam ASI.(Upaya

Memperbanyak ASI

Beberapa hal yang mempengaruhi produksi ASI adalah

sebagai berikut :

a. Makanan : makanan yang dikonsumsi ibu menyusui

hendaknya yang mengandung cukup gizi dan pola

makan yang teratur.

b. Ketenangan jiwa dan pikiran : kondisi kejiwaan ibu harus

tenang, keadaan psikologis ibu yang tertekan, sedih

akan menurunkan volume ASI.

c. Penggunaan Alat Kontrasepsi : perlu diperhatikan agar

tidak mengurangi produksi ASI. Seperti kondom, IUD, pil

khusus menyusui, KB suntik hormonal 3 bulan.

d. Perawatan payudara : bermanfaat merangsang

payudara sehingga mempengaruhi hipofisis untuk

mengeluarkan hormon prolaktin dan oksitosin.

e. Pola istirahat : pola istirahat ibu juga harus diperhatikan,

jika ibu terlalu capek, kurang istirahat maka ASI juga

berkurang.

F. Cara Menyusui yang Benar

Pengertian teknik menyusui yang benar adalah cara

memberikan ASI kepada bayi dengan perlekatan dan

posisi ibu dan bayi yang benar. Menurut Dewi, dkk, 2013
57

Persiapan memperlancar pengeluaran ASI dilaksanakan

dengan jalan sebagai berikut :

a. Membersihkan puting susu dengan air atau minyak

sehingga epitel yang lepas tidak menumpuk

b. Putting susu ditarik-tarik setiap mandi sehingga

menonjol untuk memudahkan isapan bayi

c. Bila puting susu belum menonjol dapat memakai pompa

susu atau dengan jalan operasi

Gambar 2.8 Posisi Menyusui Yang Benar

(Sumber : Wiknjosastro, dkk, 2009)

G. Cara Pengamatan Teknik Menyusui Yang benar

Menyusui dengan teknik yang tidak benar dapat

mengakibatkan puting susu menjadi lecet dan ASI tidak

keluar secara optimal sehingga mempengaruhi produksi

ASI selanjutnya bayi akan enggan menyusu. Menurut

Dewi, dkk, 2013Apabila bayi telah menyusui dengan

benar, maka akan memperlihatkan tanda-tanda sebagai

berikut :
58

a. Bayi tampak tenang

b. Badan bayi menempel pada perut ibu

c. Mulut bayi terbuka lebar

d. Dagu bayi menempel pada payudara ibu

e. Sebagian areola masuk ke dalam mulut bayi

f. Hidung bayi mendekati dan kadang-kadang menyentuh

payudara

g. Bibir bawah bayi melengkung keluar

h. Bayi tampak mengisap kuat dengan irama perlahan

i. Putting susu tidak terasa nyeri

j. Kepala bayi agak menengadah.

Gambar 2.9Posisi Perlekatan Yang Benar

(Sumber : Wiknjosastro, dkk, 2009)

2.1.3.3 Perubahan Sistem Reproduksi

1. Uterus

Pada uterus terjadi involusi, yaitu proses kembalinya

uterus ke dalam keadaan semula sebelum hamil setelah

melahirkan. Proses ini dimulai segera setelah plasenta

keluar akibat kontraksi otot-otot polos uterus.

Proses involusi uterus adalah sebagai berikut :


59

a. Iskemia miometrium, disebabkan oleh kontraksi dan

retraksi yang terus-menerus dari uterus setelah

pengeluaran plasenta.

b. Autolisis, merupakan proses penghancuran diri sendiri

yang terjadi di dalam otot uterus. Hal ini disebabkan

oleh menurunnya hormon estrogen dan progesteron.

c. Efek oksitosin, menyebabkan terjadinya kontraksi dan

retraksi otot uterin sehingga akan menekan pembuluh

darah yang mengakibatkan berkurangnya suplai darah

ke uterus.

Gambar 2.10Involusi Uterus

(Sumber : Wiknjosastro, dkk, 2009)

Perubahan uterus ini berhubungan erat dengan

perubahan-perubahan pada miometrium. Pada miometrium

terjadi perubahan-perubahan yang bersifat proteolis. Hasil

dari proses ini dialirkan melalui pembuluh getah bening.


60

Tabel 2.6. Involusi Uterus

Berat Diameter bekas


Tinggi fundus
Involusi uterus melekat Keadaan serviks
uteri
(gr) plasenta (cm)
Bayi lahir Setinggi pusat 1000
Uri lahir 2 jari bawah 750 12,5 Lembek
pusat
1 minggu Pertengahan 500 7,5 Beberapa hari
simfisis – pusat setelah
2 minggu Tak teraba diatas 350 3-4 postpartum dapat
simfisis dilalui 2 jari
Akhir minggu
6 minggu Bertambah kecil 50-60 1-2
pertama dapat
8 minggu Sebesar normal 30 dimasuki 1 jari
Sumber : (Dewi, dkk, 2013)

2. Involusi tempat plasenta

Setelah persalinan, tempat plasenta merupakan

tempat dengan permukaan kasar, tidak rata, dan kira-kira

sebesar telapak tangan. Dengan cepat luka ini mengecil,

pada akhir minggu ke 2 hanya sebesar 3-4 cm dan pada

akhir nifas 1-2 cm.

3. Perubahan Ligamen

Ligamen-ligamen dan diafragma pelvis, serta fasia

yang meregang sewaktu kehamilan dan partus, setelah

janin lahir, berangsur-angsur menciut kembali seperti

sediakala. Tidak jarang ligamentum rotundum menjadi

kendur yang mengakibatkan letak uterus menjadi

retrofleksi.

4. Perubahan pada serviks

Serviks mengalami involusi bersama-sama uterus.

Perubahan-perubahan yang terdapat pada serviks

postpartum adalah bentuk serviks yang akan menganga


61

seperti corong. Bentuk ini disebabkan oleh korpus uteri

yang dapat mengadakan kontraksi, sedangkan serviks

tidak berkontraksi sehingga seolah-olah pada perbatasan

antara korpus dan serviks uteri terbentuk semacam cincin.

5. Lochea

Dengan adanya involusi uterus, maka lapisan luar dari

desidua yang mengelilingi situs plasenta akan menjadi

nekrotik. Campuran antara darah dan desidua tersebut

dinamakan lochea, yang biasanya berwarna merah muda

atau putih pucat. Pengeluaran Lochea dapat dibagi

berdasarkan waktu dan warnanya diantaranya sebagai

berikut :

a. Lochea rubra : muncul pada hari pertama sampai hari

ketiga postpartum, warnanya biasanya merah.

b. Lochea sanguinolenta : berwarna merah kuning berisi

darah dan lendir, muncul pada hari ke 3-5 hari

postpartum.

c. Lochea serosa : muncul pada hari ke 5-9 postpartum,

warnanya kekuningan atau kecoklatan.

d. Lochea alba : muncul lebih dari 10 hari postpartum,

warnanya lebih pucat, putih kekuningan, serta lebih

banyak mengandung leukosit, selaput lendir serviks,

dan serabut jaringan yang mati.

6. Perubahan pada vagina dan perinium

Estrogen pascapartum yang menurun berperan dalam

penipisan mukosa vagina dan hilangnya rugae. Vagina

yang semula sangat teregang akan kembali secara


62

bertahap pada ukuran sebelum hamil selama 6-8 minggu

setelah bayi lahir.

7. Perubahan tanda-tanda vital

1. Suhu badan : 1 hari postpartum suhu badan akan naik

sedikit (37,5-38 derajat celcius) sebagai akibat kerja

keras waktu melahirkan, kehilangan cairan, dan

kelelahan.

2. Nadi : denyut nadi setelah melahirkan biasanya akan

lebih cepat (normalnya 60-80x/menit)

3. Tekanan darah : biasanya tidak berubah, kemungkinan

darah akan rendah disebabkan perdarahan pasca

melahirkan, tekanan darah tinggi setelah melahirkan

menandakan preeklamsia postpartum.

4. Pernafasan : keadaan pernafasan berhubungan dengan

keadaan nadi dan suhu, bila suhu dan nadi tidak normal,

pernafasan juga akan mengikutinya, kecuali memang

ada gangguan khusus pada saluran nafas.

8. Perubahan sistem kardiovaskuler

1. Volume darah

Perubahan volume darah bergantung pada beberapa

faktor, misalnya kehilangan darah selama melahirkan

dan mobilisasi, serta pengeluaran cairan ekstravaskuler.

Kehilangan darah merupakan akibat penurunan volume

darah total yang cepat, tetapi terbatas.

2. Curah jantung

Denyut jantung, volume sekuncup, dan curah jantung

meningkat sepanjang masa hamil. Segera setelah


63

wanita melahirkan, keadaan ini meningkat bahkan lebih

tinggi selama 30-60 menit karena darah yang biasanya

melintasi sirkulasi uteroplasenta tiba-tiba kembali ke

sirkulasi umum.

3. Perubahan sistem hematologi

Selama minggu-minggu kehamilan, kadar fibrinogen

dan plasma, serta faktor-faktor pembekuan darah

meningkat. Pada hari pertama postpartum, kadar

fibrinogen dan plasma akan sedikit menurun, tetapi

darah lebih mengental dengan peningkatan viskositas

sehingga meningkatkan faktor pembekuan darah.

9. Sistem pencernaan pada masa nifas

1. Nafsu makan

Ibu biasanya merasa lapar segera setelah melahirkan

sehingga ia boleh mengonsumsi makanan ringan. Ibu

sering kali cepat lapar setelah melahirkan dan siap

makan pada 1-2 jam post-primodial, dan dapat di

toleransi dengan diet yang ringan.

2. Pengosongan usus

Buang air besar secara spontan bisa tertunda selama

2-3 hari setelah melahirkan. Keadaan ini bisa

disebabkan karena tonus otot usus menurun selama

proses persalinan dan pada awal masa postpartum,

diare sebelum persalinan, enema sebelum melahirkan,

kurang makan, atau dehidrasi.


64

3. Sistem urinarius

Perubahan hormonal pada masa hamil turut

menyebabkan peningkatan fungsi ginjal, fungsi ginjal

kembali normal dalam waktu 1 bulan setelah

melahirkan. Diperlukan kira0kira 2-8 minggu supaya

hipotonia pada kehamilan serta dilatasi ureter dan pelvis

ginjal kembali ke keadaan sebelum hamil.

4. Diuresis Postpartum

Dalam 12 jam pasca melahirkan, ibu mulai

membuang kelebihan cairan yang tertimbun di jaringan

selama hamil. Salah satu mekanisme untuk mengurangi

cairan yang terentesi selama masa hamil ialah

diaforesis luas, terutama pada malam hari, selama 2-3

hari pertama setelah melahirkan.

5. Adaptasi psikologis ibu masa nifas

Pengalaman menjadi orang tua khususnya menjadi

seorang ibu tidaklah selalu merupakan suatu hal yang

menyenangkan bagi setiap wanita atau pasangan suami

istri. Dalam menjalani adaptasi setelah melahirkan, ibu

akan mengalami fase-fase sebagai berikut :

1. Fase taking in

Fase taking in yaitu periode ketergantungan

yang berlangsung pada hari pertama sampai hari

kedua setelah melahirkan. Pada saat itu, fokus

perhatian ibu terutama pada dirinya sendiri.

Pengalaman selama proses persalinan berulang kali

diceritakannya.
65

2. Fase taking hold

Fase taking hold adalah fase yang berlangsung

antara 3-10 hari setelah melahirkan. Pada fase ini,

ibu merasa khawatir akan ketidakmampuannya dan

rasa tanggung jawabnya dalam merawat bayi.

3. Fase letting go

Fase letting go merupakan fase menerima

tanggung jawab akan peran barunya yang

berlangsung sepuluh

diri, merawat diri dan bayinya, serta kepercayaan

dirinya sudah meningkat.

2.1.3.4 Pengkajian masa nifas

Asuhan pada masa nifas dapat dikaji meliputi data

subjektif dan objektif, berikut pengkajian menurut data

subjektif :

A. Anamnesa

Anamnesa adalah hal yang dikaji dari keluhan

pasien biasanya ibu nifas merasakan beberapa

keluhan seperti, pemenuhan kebutuhan sehari-hari

misalnya pola makan, BAK dan BAB, kebutuhan

istirahat, mobilisasi. Riwayat tentang persalinan ini

meliputi, laserasi, atau episiotomi, obat/suplemen yang

dikonsumsi saat ini, misalnya tablet besi, perasaan ibu

saat ini yang berkaitan dengan kelahiran bayi dan

penerimaan terhadap peran baru sebagai orang tua,

kesulitan dalam pemberian ASI dan perawatan bayi

sehari-hari, perencanaan menyusui nanti (ASI eksklusif


66

atau tidak), perawatan bayi dilakukan sendiri atau

dibantu orang lain

B. Pemeriksaan tanda tanda vital

1. Tekanan darah

Pada ibu bersalin perlu di lakukan pengukuran

tekanan darah normalnya adalah 110-120/ 70-80

mmHg, jika tekanan darah ibu di bawah normal

akan beresiko terjadinya hemorage post patrum dan

syok.

2. Nadi

Untuk mengetahui terjadinya syok pada ibu

bersalin normalnya nadi adalah 90 x/menit

takikardia jika > 90x/menit dan bradikardia 60 <

x/menit

3. Suhu

Untuk mengetahui adanya syok di tandai

dengan suhu<36 ˚C dan infeksi purperium

4. Respirasi

Untuk mengetahui ibu menderita asma dan

syok da ibu bersalin 20-24x/menit

C. Pemeriksaan fisik

1. Muka, untuk mengetahui terjadinya syok di tandai

dengan seluruh muka pucat

2. Mata, untuk mengetahui terjadi syok dan

hemorage post partum di tandai dengan warna

seklera putih
67

3. Mulut,untuk mengetahui terjadinya syok ditandai

dengan warna pucat di sekitar bibir

4. Payudara untuk mengetahui pengeluaran colostrum

dan asi, melihat terjadinya bendungan asi, mastitis

serta infeksi payudara yang lainnya

5. Perut untuk mengetahui tinggi fundus uteri,

kontraksi rahim, serta kandung kemih untuk

mencegah terjadi hemorage post patum

6. Genetalia untuk mengetahui terjadinya robekan

jalan lahir, dan perdarahan, serta pengeluaran

lochea dan adanya hemoroidpada rektum

7. Ekstremitas untuk mengetahui oedema

2.1.3.5 Penatalaksanaan

Bidan dapat menggunakan berbagai metode untuk

tetap dapat berhubungan dengan ibu dan bayi antara

periode segera pascapartum dan pemeriksaan 4-6

minggu pascapartum. Beberapa bidan melakukan

panggilan per telepon, ada juga yang melakukan

kunjungan rumah, dan beberapa ada yang meminta ibu

dan bayi kembali lagi untuk kunjungan 2 minggu

pascapartum.

Berikut jadwal kunjungan rumah bagi ibu nifas :


68

Tabel 2.7. Jadwal Kunjungan Rumah

1. Kunjungan I a. Bidan menganjurkan pasien untuk memberikan ASI


(hari ke 1-7) eksklusif
b. Mengkaji warna dan banyaknya jumlah perdarahan
c. Mengkaji TFU, dan kontraksi uterus, dan menjelaskan
pada ibu tentang involusi uterus
d. Bidan mendorong ibu untuk memperkuat ikatan batin
antara ibu dan bayi
e. Memberikan penyuluhan tentang tanda bahaya nifas
maupun tanda bahaya pada bayi
2. Kunjungan II a. Memberikan informasi mengenai makanan yang
(hari ke 8-28) seimbang, mengandung protein, berserat, dan banyak
minum air putih 8-10 gelas/hari
b. Menganjurkan untuk menjaga kebersihan diri,
terutama puting dan perinium
c. Mengajarkan senam kegel, dan senam nifas
d. Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup
e. Mengkaji adanya tanda-tanda post partum blues
f. Membicarakan tentang kembalinya masa subur,
melanjutkan hubungan seksual setelah selesai masa
nifas, kebutuhan pengendalian kehamilan
3. Kunjungan III a. Menganjurkan ibu untuk memenuhi kecukupan diet
(hari ke 29-42) makan makanan yang bergizi
b. Menentukan rencana KB
c. Keterampilan membesarkan dan membina anak
d. Rencana untuk check-up dan imunisasi bayi
(Sumber : Dewi, dkk, 2013)

Memberikan penyuluhan kepada ibu nifas yang

bertujuan untuk memberikan informasi agar mencegah

terjadinya komplikasi masa nifas.

2.1.3.6 Tanda Bahaya Nifas beserta Penatalaksanaannya

Menurut Dewi, dkk, 2013. Deteksi dini komplikasi

pada masa nifas harus dilakukan untuk mencegah hal

buruk yang terjadi pada ibu nifas, berikut beberapa

komplikasi atau tanda bahaya ibu nifas beserta

penatalaksanaannya :

a. Perdarahan pasca persalinan primer


69

Perdarahan per vaginam yang melebihi 500 ml

setelah bersalin, beberapa etiologi dari komplikasi ini

adalah atonia uteri dan sisa plasenta, laserasi jalan

lahir, serta gangguan faal pembekuan darah

pascasolusio plasenta.

Penatalaksanaannya :

a) Perdarahan kala III

Masase fundus uteri untuk memicu kontraksi

uterus disertai dengan tarikan tali pusat terkendali.

Bila perdarahan terus terjadi meskipun uterus

telah berkontraksi dengan baik, periksa

kemungkinan laserasi jalan lahir atau ruptura uteri.

Bila plasenta belum dapat dilahirkan, lakukan

plasenta manual.

(a) (b)

Gambar 2.11(a) kompres bimanual interna dan (b) plasenta manual

Sumber : Wiknjosastro, dkk, 2009

b) Perdarahan pasca persalinan primer

1. Periksa apakah plasenta lengkap

2. Masase fundus uteri


70

3. Pasang infus RL dan berikan uterotonik

(oksitosin, methergin atau misoprostol)

4. Bila perdarahan > 1 lt pertimbangkan tranfusi

5. Periksa faktor pembekuan darah

6. Bila kontraksi uterus baik dan perdarahan terus

terjadi, periksa kembali kemungkinan adanya

laserasi jalan lahir

7. Bila perdarahan terus berlangsung, lakukan

kompresi bimanual

8. Bila perdarahan terus berlangsung,

pertimbangkan ligasi arteri hipogastrika

b. Perdarahan Pasca persalinan Sekunder

Proses reepitelialisasi plasental site yang buruk

(80%). Sisa konsepsi atau gumpalan darah

Penatalaksanaannya, terapi awal yang dilakukan

adalah memasang infus dan memberikan uretonika

(methergin 0,5 mg IM), antiipiretika, dan antibiotika.

Kuretase hanya dilakukan bila terdapat sisa konsepsi.

c. Endometritis

Jenis infeksi yang paling sering ialah endometritis.

Kuman-kuman yang memasuki endometrium, biasanya

melalui bekas insersio plasneta, dan dalam waktu

singkat mengikutsertakan seluruh endometrium. Tanda

gejala endometritis adalah sebagai berikut :

1. Peningkatan suhu tubuh hingga 40 derajat celcius

2. Takikardi (nadi cepat)

3. Menggigil dengan infeksi berat


71

4. Nyeri tekan uteri menyebar secara lateral

5. Nyeri panggul dan pemeriksaan bimanual

6. Subinvolusio

7. Lochea sedikit, tidak berbau, atau berbau tidak

sedap, lochea seropurelenta

Penanganannya, dengan obat antimikroba

spektrum-luas termasuk sefalosporin (misalnya :

cefoxitin, cefotetan) dan penisilin sppektrum-luas, atau

inhibitor kombinasi penicillin/betalaktamase. Kombinasi

klindasimin dan gentamisin juga dapat digunakan,

seperti metronidazol jika ibu tidak menyusui.

d. Parametritis

Parametritis adalah infeksi jaringan pelvis yang

dapat terjadi melalui beberapa cara : penyebaran

melalui limfe dari luka serviks yang terinfeksi atau dari

endometritis, penyebaran langsung dari luka pada

serviks yang meluas sampai ke dasar ligamentum,

serta penyebaran sekunder dari tromboflebitis.

Penderita tampak sakit, nadi cepat, dan perut nyeri.

e. Infeksi trauma vulva, perinium, vagina, dan serviks

Tanda gejalanya adalah, nyeri lokal, disuria, suhu

derajat rendah-jarang diatas 38,3 derajat celcius,

edema, sisi jahitan merah dan inflamasi, mengeluarkan

pus atau eksudat berwarna abu-abu kehijauan,

pemisahan atau terlepasnya lapisan luka operasi.


72

Penanganannya, membuang semua jahitan,

membuka, mendebridemen, membersihkan luka, dan

memberikan obat antimikroba spektrum luas.

f. Infeksi Saluran Kemih

Kejadian infeksi saluran kemih pada masa nifas

relatif tinggi dan hal ini dihubungkan dengan hipotoni

kandung kemih akibat trauma kandung kemih saat

persalinan, pemeriksaan dalam yang sering,

kontaminasi kuman dari perinium, atau kateterisasi

yang sering. Tanda gejalanya adalah nyeri saat

berkemih (disuria), demam, menggigil, perasaan mual

muntah.

Penanganannya, antibiotik yang terpilih meliputi

golongan nitrofurantion, sulfonamid, trimetoprim,

sulfametoksasol, atau sefalosporin.

g. Mastitis

Mastitis adalah infeksi payudara. Meskipun dapat

terjadi pada setiap wanita, mastitis semata-mata

merupakan komplikasi pada wanita menyusui. Mastitis

terjadi akibat invasi jaringan payudara oleh

mikroorganisme infeksius atau adanya cedera

payudara. Tanda gejalanya adalah, nyeri otot, sakit

kepala, keletihan, nyeri ringan pada salah satu lobus

payudara yang diperkuat ketika bayi menyusui,

menggigil, demam, area payudara keras.

Penanganan terbaik mastitis adalah dengan

pencegahan. Pencegahan dilakukan dengan mencuci


73

tangan menggunakan sabun antibakteri secara cermat,

pencegahan pembesaran dengan menyusui sejak awal

dan sering, posisi bayi yang tepat pada payudara,

penyangga payudara yang baik tanpa konstriksi,

membersihkan hanya dengan air dan tanpa agen

pengering.

h. Hematoma

Hematoma adalah pembengkakan jaringan yang

berisi darah. Bahaya hematoma adalah kehilangan

sejumlah darah karena hemoragi, anemia, dan infeksi.

Hematoma terjadi karena ruptur pembuluh darah

spontan atau akibat trauma.

2.1.4 Konsep Dasar Neonatus dan Bayi Baru Lahir .

2.1.4.1 Definisi Bayi Baru Lahir Dan Neonatus

Masa neonatal adalah masa sejak lahir sampai dengan 4

minggu

Bayi baru lahir (neonatus) adalah bayi yang baru

mengalami proses kelahiran berusia 0-28 hari. (Marmi dan

Rahardjo, 2012:1)

2.1.4.2 Adaptasi Fisiologis Bayi Baru Lahir

Menurut Marmi dan Raharjo, 2012 adaptasi (neonatal)

adalah proses penyesuaian fungsional neonatus dari kehidupan di

dalam uterus.

A. Periode Transisi

Periode transisi adalah Periode ini merupakan fase tidak

stabil 6-8 jam pertama kehidupan dengan mengabaikan masa

gestasi atau sifat persalinan dan melahirkan. Pada periode


74

pertama reaktivitas (segera setelah lahir) pernafasan cepat

(dapat mencapai 80x/menit) dan pernafasan cuping hidung

sementara retraksi dan suara seperti mendengkur dapat terjadi.

Denyut jantung dapat mencapai 180x/menit selama beberapa

menit kehidupan

Setelah respon ini bayi baru lahir menjadi tenang, rileks

dan jatuh tertidur dikenal sebagai fase tidur dalam 2 jam

setelah kelahiran dan berlangsung selama beberapa menit

sampai beberapa jam .

Periode kedua reaktivitas, dimulai waktu bayi bangun

ditandai dengan respons berlebihan terhadap stimulus,

perubahan warna kulit dari merah muda menjadi sianosis dan

denyut jantung cepat.

B. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Adaptasi Fisiologis Bayi

Baru Lahir Menurut Sudarti dan Khoirunisa, 2010

1. Pengalaman antepartum ibu dan bayi misalnya sikap orang

tua terhadap kehamilan dan pengasuhan anak

2. Pengalaman intrapartum ibu dan bayi misalnya lama

persalinan yang menyebabkan bayi tidak menangis secara

spontan dan mengalami asfiksia.

3. Kapasitas fisiologis bayi baru lahir untuk melakukan transisi

ke kehidupan ekstrauterin, bayi tidak langsung bisa system

dalam tubuhnya menjadi sempurna ada beberapa system

yang belum bisa sempurna bekerja ketika bayi berada di

kehidupan ekstra uterin.

4. Kemampuan petugas kesehatan untuk mengkaji dan

merespons masalah dengan tepat pada saat terjadi sesuatu


75

yang tidak dinginkan misalnya bayi mengalami asfiksia dan

lain-lain.

C. Perubahan System pada Bayi Bayi Baru Lahir

Menurut Marmi dan Raharjo, 2012 bayi baru lahir memiliki

fungsi homeostasis segera setelah lahir. Homeostatis adalah

kemampuan mempertahankan fungsi-fungsi vital, bersifat

dinamis dipengaruhi oleh tahap pertumbuhan dan

perkembangan termasuk masa pertumbuhan dan

perkembangan intrauterine.

Setelah lahir, akan perubahan system yang berbeda dari

intra uterine ke ekstrauterin.

Tabel 2.8. Perubahan system yang berbeda dari intra uterine ke ekstrauterin

Sistem Intrauterin Ekstrauterin


A. Respirasi/Sirkulasi
Pernafasan volunteer Belum Berfungsi
berfungsi
Alveoli Kolaps Berkembang
Vaskularisasi paru Belum aktif Aktif
Resistensi paru Tinggi Rendah
Intake oksigen Dari plasenta Dari paru bayi sendiri
ibu
Pengeluaran CO2 Di plasenta Di paru
Sirkulasi paru Tidak Berkembang banyak
berkembang
Sirkulasi sistematik Resistensi Resistensi perifer
perifer
Denyut jantung Rendah Tinggi
Lebih cepat Lebih lambat
B. Saluran Cerna
Absorbsi nutrient Belum aktif Aktif
Kolonisasi kuman Belum Segera
Feses Mekonium <hari ke 4,feses biasa
Enzim pencernaan Belum Aktif Aktif
(Marmi dan Rahardjo.2012)
76

1. Sistem Pernafasan

Masa yang paling kritis pada bayi baru lahir adalah

ketika mengalami resistensi paru. Pada umur kehamilan 24

hari ini bakal paru-paru terbentuk .

Tabel 2.9. Perkembangan Sistem Pulmoner

Umur Kehamilan Perkembangan


24 Hari Bakal paru-paru terbentuk
26-28 Hari Dua bronki membesar
6 Minggu Dibentuk segmen bronkus
12 Minggu Deferensiasi Lobus
16 Minggu Dibentuk bronkiolus
24 Minggu Dibentuk Alveolus
28 Minggu Dibentuk Surfaktan
Maturasi struktur (Paru-paru dapat mengembang system
34-36 Minggu
alveoli dan tidak mengempis lagi)
Sumber : (Marmi dan Rahardjo.2012)

Menurut Marmi dan Raharjo, 2012 rangsangan

untuk gerakan pernafasan pertama kali pada neonatus

disebabkan karena adanya :

a. Tekanan mekanis pada torak sewaktu melalui jalan lahir.

b. Penurunan tekanan oksigen dan kenaikan tekanan

karbondioksida merangsang kemoreseptor pada sinus

karotis (stimulasi kimiawi).

c. Rangsangan dingin di daerah muka dapat merangsang

permulaan gerakan (stimulasi sensorik).

Saat kepala bayi melewati jalan lahir, ia akan

mengalami penekanan yang tinggi pada toraksnya dan

tekanan ini akan hilang secara tiba-tiba setelah bayi lahir.

Proses mekanis ini menyebabkan cairan yang di dalam

paru-paru hilang karena terdorong ke bagian perifer paru


77

untuk kemudian diabsorpsi karena stimulus dari luar

akhirnya bayi memulai aktivasi napas untuk pertama kali.

Tekanan pada rongga dada bayi sewaktu melalui jalan lahir

pervaginam mengakibatkan kehilangan setengah dari jumlah

cairan yang ada di paru-paru (paru-paru pada bayi yang

normal yang cukup bulan mengandung 80-100 ml cairan)

sehingga sudah bayi lahir cairan yang hilang diganti dengan

udara, paru-paru berkembang dan rongga dada kembali

pada bentuk semula.

2. Jantung dan sirkulasi darah

Peredaran darah janin, nutrisi berasal dari Plasenta

masuk ke dalam tubuh janin melalui plasenta umbilikalis

sebagian masuk ke vena kava inferior melalui dukutus

venosus arantii. Darah dari vena kava inferior masuk ke

atrium kanan dan bercampur dengan darah dari vena kava

inferior .Darah dari atrium kanan sebagian melalui foramen

ovale masuk ke atrium kiri bercampur dengan darah yang

berasal dari vena pulmonalis. Darah dari atrium kiri

selanjutnya keventrikel kiri yang akan dipompakan ke aorta

selanjutnya melalui arteri koronia darah mengalir ke bagian

kepala, ekstremitas kanan dan kiri.

Perubahan pada neonatus yaitu

a. Aliran darah menuju paru dari ventrikel kanan bertambah

b. Tekanan darah pada atrium kiri meningkat sehingga

secara fungsional foramen ovale tertutup

c. Penutupan secara anatomis berlangsung lama sekitar 2-3

bulan
78

d. Pada saat pemotongan tali pusat aliran darah vena

umbilikalis menuju vena umbilikalis menuju vena kava

inferior akan berhenti total.

3. Saluran pencernaan

Saluran pencernaan neonatus relative lebih panjang dan

berat daripada orang dewasa. Adaptasi saluran pencernaan

yaitu :

a. Pada hari ke 10 kapasitas lambung menjadi 100 cc

b. Kelenjar lidah berfungsi saat lahir tetapi kebanyakan tidak

mengeluarkan ludah sampai usia bayi 2-3 bulan

c. Difesiensi lifase pada pancreas menyebabkan

terbatasnya absorbs lemak

4. Hepar

Hepar masih belum berfungsi pada neonatus sehingga

mengakibatkan icterus fisiologis

5. Metabolisme

6. Produksi panas suhu tubuh

Bayi baru lahir memiliki kecenderungan untuk mengalami

stress fisik akibat perubahan suhu di luar uterus. Di bawah

ini akan dijelaskan mekanisme kehilangan panas bayi baru

lahir

a. Konduksi

Panas dihantarkan dari tubuh bayi ke tubuh benda

disekitarnya contohnya menimbang bayi tanpa alas

timbangan
79

b. Konveksi

Panas hilang dari bayi ke udara sekitar yang

sedang bergerak contohnya membiarkan bayi baru lahir

diruangan yang terpasang kipas angin.

c. Radiasi

Panas dipancarkan dari bayi baru lahir contohnya

bayi baru lahir dibiarkan telanjang dll.

d. Evaporasi

Panas hilang melalui proses penguapan tergantung

kepada kecepatan dan kelembapan udara (perpindahan

panas dengan cara merubah cairan menjadi uap).

7. Kelenjer endokrin

Kelenjer endokrin adalah kelenjar didalam tubuh seperti

contohnya kelenjar tiroid penyesuaian pada system endokrin

adalah :

a. Kelenjar tyroid berkembang selama minggu ke 3 dan ke 4

b. Sekresi-sekresi thyroxin dimulai pada minggu ke 8.

c. Kortek adrenal dibentuk pada minggu ke 6 dan

menghasilkan hormon pada minggu ke 8 dan ke 9

d. Pancreas dibentuk dari foregut pada minggu ke 5

8. Keseimbangan cairan dan fungsi ginjal

Pada neonatus fungsi ginjal belum sempurna hal ini karena

jumlah nefron matur belum sebanyak orang dewasa, tidak

seimbang antara luas permukaan glomerulus dan volume

tobulus proksimal.
80

9. Keseimbangan asam basa

Derajat keasaman (ph) darah pada waktu lahir rendah

karena glikolisis rendah karena glikolisis anaerobic. Dalam

24 jam neonatus telah mengkompensasi asidosis.

10. Susunan syaraf

Sistem neuurologis bayi secara anatomis atau fisiologis

belum berkembang secara sempurna.

11. Imunologi

Pada neonatus hanya terdapat IgG (Imunoglobulin Gamma).

IgG berasal dari ibu melalui plasenta.

2.1.4.3 Pengkajian pada bayi baru lahir dan neonatus mulai dari head to

toe sampai reflex

A. Pemeriksaan TTV

Pemeriksaan TTV (Tanda-tanda Vital pada bayi ) meliputi

DJ atau denyut jantung normalnya 120-160x/menit jika diatas

≥160 maka bayi mengalami takikardia sedangkan jika

dibawah ≤100 bayi mengalami bradikardia yang dapat

mengakibatkan blok jantung konginetal. Suhu normalnya 36,5-

37,2 jika suhu tidak stabil dapat mengakibatkan dehidrasi,

infeksi, dll biasanya bayi akan stabil 8-10 jam. Pada

pernafasan normalnya 30-60x/menit pada bayi jika ≥15

kali/menit bayi biasanya cepat menjadi hangat atau dingin

biasanya pada bayi prematur jika ≤25x/menit (bradipnea)

biasanya bayi yang memiliki trauma lahir jika ≥60kali/menit

(Takipnea) biasanya terjadi hernia difragmatika, sindrom

aspirasi dll. Pada pemeriksaan tekanan darah normalnya

78/42 (pada waktu lahir sistolik 60-80 mmHg sedangkan


81

diastolic 40-50 mmHg setelah 10 hari Sistolik 95-100 mmHg

diastolic sedikit meningkat jika rendah kemungkinan terjadi

sepsis jika tinggi kemungkinan terjadi koarktasio aorta.

a) Kepala

Pada pemeriksaan kepala raba sepanjang garis

sutura dan fontanel, apakah ukuran dan tampilannya

normal. Sutura yang berjarak lebar mengiindikasikan bayi

preterm, moulding yang buruk atau hidrosefalus. Pada

kepala apakah tidak ada caput succasedenum dan cepal

hematoma jika terjadi misalnya adanya caput

succasedenum maka memberitahukan kepada ibu

ataupun keluarga bahwa bayi tidak memerlukan

perawatan khusus karena caput akan hilang sendiri

dalam beberapa hari., apakah ada kelainan konginetal

seperti anensefali, mikrosefali jika misalnya ditemukan

anensefali maka diperlukan perawatan yang insetif.

b) Wajah

Memperhatikan kelainan wajah yang khas seperti

sindrom down, apakah wajah nampak kuning jika kuning

kemungkinan bayi mengalami gejala icterus,

memperhatikan jika bayi tampak aneh misalnya telinga

letak rendah dan gangguan struktur lain berarti bayi

mengalami penyimpangan kromoson, atau gangguan

herediter.

c) Mata

Pada mata apakah ada strabismus yaitu koordinasi

mata yang belum sempurna jika ada mata seperti sayu


82

berarti disebabkan adanya peningkatan tekanan

intrakranial, jika ujung mata sebelah dalam berdempetan

digaris tengah berarti ada sindrom cornelia de lange,

apakah sklera ikterus jika iya maka bayi mengalami

hiperbilirubinemia, periksa adanya secret pada mata

konjungtivitis oleh kuman gonokukus dapat menyebabkan

kebutaan

d) Hidung

Pada Hidung apakah ada pernafasan cuping hidung

jika ada berarti karena distress pernafasan, apakah ada

malformasi pada hidung seperti tampak tidak ada tulang

hidung,datar dan lebar jika ada disebabkan karena

gangguan kromosom atau sifilis konginetal.

e) Leher

Pada leher apakah bayi mampu menggerakkan

kepala secara bebas jika tidak mampu bayi bisa saja

premature atau sindrom down, apakah ada

pembengkakan kelenjar tyroid dan vena jugularis.

f) Dada

Pada dada apakah simetris atau tidak jika dada

cembung lalu gerakan tidak sama maka terjadi

pneumotoraks atau pneumomediastinum, apakah

terdapat retraksi dinding dada atau tidak jika ada retraksi

atau tanpa distress pernafasan bayi berarti bayi

premature atau RDS.


83

g) Abdomen

Pada abdomen kaji apakah tali pusat masih basah

atau sudah kering jika disekitar tali pusat kemerahan

kemungkinan ada infeksi, Kaji bunyi usus terdengar satu

sampai dua jam setelah lahir dan mekonium keluar 24-48

jam setelah lahir jika tidak terdengar terjadi skafoid

disertai bunti usus di dada dan distress pernafasan

(hernia difragmatika)

h) Genetalia

Pada genetalia kaji apakah ada kelainan testis sudah

turun jika belum bayi prematur, pada bayi perempuan

cukup bulan labia mayor menutupi labia minor jika belum

bayi kemungkinan premature atau kurang bulan.

i) Anus dan rektum

Memeriksa apakah ada kelainan sperti pengeluaran

feses dari vagina pada wanita atau meatus urinarius pada

pria jika iya berarti terjadi fistula rekti , mekonium tidak

boleh keluar lebih dari 48 jam jika feses tidak keluar

berarti ada obstruksi jika keluarnya sering dan cair berarti

ada infeksi.

j) Ekstremitas

Pada ekstremitas apakah gerakan aktif jika tidak

terjadi gangguan SSP (Sistem Saraf Pusat) atau

malformasi, apakah ada kelainan misalnya jari-jari

memiliki selaput jala berarti sindaktil.


84

B. Refleks pada bayi

Refleks adalah gerakan naluriah yang berguna untuk

melindungi bayi dan juga berfungsi menguji kondisi umum

bayi serta kenormalan system saraf pusatnya. Menurut Marmi

dan Rahardjo, 2012 Refleks pada bayi baru lahir yaitu :

a. Refles mengedip (glabella) yaitu bayi akan mengedipkan

mata pada 4-5 ketukan pertama pada daerah pangkal

hidung saat mata terbuka

b. Reflek hisap (shucking)

Benda menyentuh bibir disertai reflex menelan. Tekanan

pada mulut bayi pada langit dalam gusi atas timbul isapan

yang kuat dan cepat .Hal ini terlihat saat bayi menyusu.

c. Refleks rooting (mencari)

Bayi menoleh kearah benda yang menyentuh bayi

misalnya mengusap pipi bayi dengan lembut.

d. Refleks genggam (palmar grasp)

Pada telapak tangan bayi jika ditekan bayi akan

mengepalkan tangannya dengan kuat.

e. Refleks Babinski

Menggores telapak kaki bayi dimulai dari tumit lalu

gerakkan jari sepanjang kaki. Bayi akan menunjukkan

respon berupa semua jari kaki hyperekstensi dengan ibu

jari dorso fleksi.

f. Refleks moro

Timbulnya pergerakan tangan yang simetris apabila tiba-

tiba bayi dikejutkan dengan bertepuk tangan.


85

g. Reflex melangkah

Saat memegang lengannya sedangkan kakinya dibiarkan

menyentuh permukaan yang keras dan rata membuat bayi

menggerakkan tungkainya dalam suatu gerakan.

h. Refleks toniknek

Ekstremitas pada satu sisi dimana kepala ditolehkan akan

ekstensi dan ekstremitas yang berlawanan akan fleksi bila

kepala bayi ditolehkan disatu sisi selagi istirahat.

i. Refleks Ekstruksi

Bayi baru lahir menjulurkan lidah ke luar bila ujung lidah

ketika disentuh dengan jari atau putting.

C. Pemeriksaan Antropometri

a. Berat badan normalnya 2500-4000gram jika ≤ 2500 gram

bayi prematur, sindrom rubella jika lebih maka biasanya

diabetes maternal atau herediter.

b. Panjang badan normalnya 45-55 cm jika kurang atau lebih

maka terjadi penyimpangan kromosom atau herediter.

c. Lingkar kepala normalnya 32-35cm jika ≤ 32 cm maka

terjadi rubella, toksoplasmosis jika lebih besar maka

hidrosefalus.

d. Lingkar dada normalnya 30-33cm jika lebih kecil berarti

premature.

e. Ukuran-ukuran kepala bayi

a) Ukuran muka belakang

b) Diameter suboksipito bregmatika normalnya 9,5 cm

dari foramen magnum ke ubun ubun besar.


86

c) Diameter suboksipito frontalis normalnya 11 cm antara

foramen magnum ke pangkal hidung.

d) Diameter fronto oksipitalis normalnya 12 cm antara

pangkal titik hidung ke jarak terjauh belakang kepala.

e) Diameter mentooksipitalis 13.5 cm antara dagu ketitik

terjauh belakang kepala.

f) Diamaeter submento bregmatika 9 cm antara os hyoid

ke ubun-ubun besar

f. Ukuran lingkaran

a. Sirkumferensia Suboksipito bregmatika 32 cm

b. Sirkumferensia Frontooksipitalis normalnya 34 cm

melalui jalan lahir pada letak puncak kepala

c. Sirkumferensia Mentooksipitalis 35 cm melalui jalan lahir

pada letak dahi

g. Ukuran melintang

a. Diameter biparietalis antara kedua parietalis dengan

ukuran 9 cm.

b. Diameter bitemporalis antara kedua tulang temporalis

dengan ukuran 8 cm

2.1.4.4 Imunisasi

A. Pengertian

Imunisasi adalah cara untuk meningkatkan kekebalan

seseorang terhadap suatu penyakit, sehingga bila kelak

terpajan pada penyakit tersebut ia tidak menjadi sakit.

Kekebalan yang diperoleh dari imunisasi dapat berupa

kekebalan pasif maupun aktif. (IDAI,2011)


87

B. Tujuan Imunisasi

Tujuan imunisasi adalah untuk mencegah terjadinya

penyakit tertentu pada seseorang dan menghilangkan penyakit

tersebut pada sekelompok masyarakat (populasi) atau bahkan

menghilangkannya dari dunia yang sepertinya kita lihat pada

imunisasi cacar variola. Keadaan yang terakhir ini lebih

mungkin terjadi pada jenis penyakit yang hanya dapat

ditularkan melalui manusia, seperti misalnya penyakit difteria

dan poiomielitis.

C. Manfaat Imunisasi

1. Manfaat untuk anak

Mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit,

dan kemungkinan cacat atau kematian

2. Manfaat untuk keluarga

Menghilangkan kecemasan dan biaya pengobatan bila

anak sakit. Mendorong keluarga kecil apabila orang tua

yakin bahwa anak-anak akan menjalani masa anak-anak

dengan aman.

3. Manfaat untuk negara

Memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan bangsa

yang kuat dan berakal sehat untuk melanjutkan

pembangunan negara

D. Jenis Imunisasi

Pada dasarnya ada 2 jenis imunitas :

1. Imunitas Alami :

a) Aktif : Hasil dari infeksi

b) Pasif : Transfer antibodi melalui plasenta


88

2. Imunisasi Didapat :

a) Aktif : Injeksi antibodi

b) Pasif : Hasil dari penyuntikan antigen

E. Imunisasi Wajib anjuran pemerintah :

1. BGC

Fungsi dari imunisasi ini adalah untuk mencegah

penyakit TBC (Tuberkulosis). BCG diberikan 1 kali sebelum

anak berumur 2 bulan. Vaksin ini mengandung bakteri

Bacillus Calmette-Guerrin hidup yang dilemahkan, sebanyak

50.000-1.000.000 partikel/dosis. Imunisasi BCG dilakukan

sekali pada bayi usia 0-11 bulan.

KIPI : perubahan warna kulit pada tempat penyuntikan

yang akan berubah menjadi pustula kemudian pecah

menjadi ulkus, dan akhirnya sembuh spontan dalam waktu

8-12 minggu dengan meninggalkan jaringan parut.

2. Polio

Fungsi dari imunisasi ini adalah untuk menghindari

penyakit polio. Polio adalah sejenis penyakit yang dapat

menyebabkan kelumpuhan. Cara pemberiannya 2 tetes per

oral. Imunisasi polio diberikan empat kali dengan selang

waktu tidak kurang dari satu bulan. Imunisasi ulangan dapat

diberikan sebelum anak masuk sekolah (5-6 tahun) dan saat

meninggalkan sekolah dasar.

KIPI yang mungkin terjadi sangat minimal dapat berupa

kejang-kejang.
89

3. DPT

Fungsi dari imunisasi ini adalah melindungi anak dari 3

penyakit sekaligus yaitu difteri, pertusis dan tetanus. Difteri

adalah suatu infeksi bakteri yang menyerang tenggorokan

dan dapat menyebabkan komplikasi yang serius atau fatal.

Pertusis (batuk rejan) adalah infeksi bakteri pada saluran

udara yang ditandai dengan batuk hebat yang menetap serta

bunyi pernafasan yang melengking. Pertusis berlangsung

selama beberapa minggu dan dapat menyebabkan serangan

batuk hebat sehingga anak tidak dapat bernafas, makan

atau minum. Pertusis juga dapat menimbulkan komplikasi

serius, seperti pneumonia, kejang dan kerusakan otak.

Tetanus adalah infeksi bakteri yang bisa menyebabkan

kekakuan pada rahang serta kejang.

DPT diberikan sebanyak tiga kali sejak bayi berumur 2

bulan dengan selang penyuntikan 1-2 bulan.

KIPI : demam, nyeri dan bengkak pada permukaan kulit,

cara mengatasinya cukup dengan diberikan obat penurun

panas.

4. Hepatitis B

Fungsi dari imunisasi ini adalah untuk menghindari

penyakit yang menyebabkan kerusakan pada hati. Imunisasi

ini diberikan secara IM pada paha bagian luar dengan dosis

0,5 ml untuk setiap penyuntikan.

5. Campak
90

Campak adalah sejenis penyakit yang disebabkan oleh

virus. Penyakit ini sangat menular, yang ditandai dengan

bintik-bintik merah pada tubuh.

F. Kondisi Dimana Imunisasi Tidak Dapat Diberikan atau

Imunisasi Boleh Ditunda:

1. Sakit berat dan akut

2. Demam tinggi

3. Reaksi alergi yang berat atau reaksi anafilaktik

4. Bila anak menderita gangguan sistem imun berat (sedang

menjalani terapi steroid jangka lama, HIV) tidak boleh diberi

vaksin hidup (Polio Oral, MMR, BCG, Cacar Air).

5. Alergi terhadap telur à hindari imunisasi influenza

G. Jadwal Imunisasi

Tabel 2.10.Jadwal imunisasi

Umur Jenis Imunisasi


0 bulan HB 0
1 bulan BCG, Polio 1
2 bulan DPT/ HB 1, Polio 2
3 bulan DPT/ HB2 , Polio 3
4 bulan DPT/ Hb 3 , Polio 4
9 bulan Campak
(Sumber : Ari Sulistyawati, Esti Nugraheny,2010)

2.1.4.5 Penatalaksanaan

A. Asuhan Segera Bayi Baru Lahir

Asuhan segera bayi baru lahir adalah asuhan yang

diberikan saat jam pertama kelahiran yaitu:

a. Memantau pernafasan dan warna kulit pada 5 menit

setelah kelahiran gunanya untuk melakukan penilaian

Apgar Score dimana penilaian dilakukan 1 dan 5 menit

setelah kelahiran bayi.


91

b. Menjaga agar bayi tetap kering dan hangat dengan cara

mengganti handuk atau kain yang basah dan bungkus bayi

dengan selimut fungsinya untuk mencegah kehilangan

panas serta pastikan kepala bayi terlindung dengan baik

karena pada bayi luas tubuh yang cepat kehilangan panas

juga adalah pada kepala bayi.

c. Memeriksa telapak kaki bayi setiap 15 menit sekali dan

sampai 1 jam jika telapak kaki bayi dingin periksa suhu

aksila normalnya (36,50 C-37,50 C), jika suhu kurang dari

36,50 C segera hangatkan bayi karena ditakutkan bayi

mengalami sianosis yang dapat mengakibatkan hipoksia

pada otak dan akhirnya bayi mengalami tidak bisa bernafas

dan meninggal.

d. Kontak dini dengan bayi membiarkan ibu dan bayi bersama

paling tidak 1 jam setelah kelahiran gunanya untuk

kehangatan dimana bayi dapat mempertahankan panas

serta untuk ikatan batin antara ibu dan bayi lalu pemberian

kolostrum dimana kolostrum sangat baik untuk bayi. (Marmi

dan Rahardjo, 2012:86 ; Sudarti dan Khairunisa, 2010:34)

B. Rencana Asuhan 2-6 Hari

a. Minum

Memberikan ASI Sesering mungkin sesuai keinginan ibu

paling sedikit setiap 2-3 jam sekali karena perut bayi yang

kecil memang akan kosong dalam periode tersebut jika bayi

kuning pemberian ASI dalam periode 2-3 jam akan

menurunkan kadar bilirubin dalam hepar .Pemberian ASI

Saja cukup sampai usia bayi 6 bulan Pemberian ASI tidak


92

boleh hanya satu payudara saja jadi dibuat bergantian atau

selang-seling agar tidak terjadi pengerasan payudara yang

berakibat menjadi bendungan ASI. Sebelum memberikan

olesi ASI sedikit saja diputting susu.

b. BAB

Feses bayi di 2 hari pertama setelah persalinan

biasanya berbentuk seperti aspal lembek. Bayi yang

pencernaannya normal akan BAB Pada 24 jam pertama

setelah lahir dan biasa disebut mekonium biasanya

berwarna hitam kehijauan dan lengket. Normal atau tidaknya

system pecernaan pada bayi dapat dideteksi dari warna-

warna feses berikut

a) Warna feses kuning

Warna feses kuning adalah warna feses yang normal

berarti bayi mendapatkan ASI yang penuh.

b) Warna feses yang hijau

Warna feses yang hijau adalah termasuk kategori yang

normal tetapi tidak boleh terus menerus muncul jika terus

menerus muncul berate cara ibu memberikan ASI belum

benar.

c) Warna feses yang merah

Warna feses yang merah disebabkan adanya tetesan

darah yang menyertai, hal ini dikarenakan saat proses

persalinan bayi sempat menghisap darah ibunya bila

terus berlanjut kemungkinan ada 2 bayi alergi susu

formula atau terjadi penyumbatan pada usus.


93

d) Warna feses kuning pucat

Warna feses kuning pucat harus diwaspadai karena

ditakutkan ada gangguan pada hati atau penyumbatan

saluran empedu.

c. Bak

Bayi baru lahir cenderung BAK yaitu 7-10 x sehari

karena bayi memiliki fungsi ginjal yang sempurna selama 2

tahun pertama kehidupannya dan popok harus diganti

minimal 4-5x/hari

d. Tidur

Bayi baru lahir sampai usia 3 bulan rata-rata tidur

selama 16 jam sehari karena pola tidur bayi masih belum

teratur karena jam biologis yang belum matang. Sebaiknya

ibu menyediakan selimut dan ruangannya yang hangat serta

memastikan bayi terlalu panas atau dingin karena bayi

biasanya bangun pada malam hari .

e. Kebersihan kulit

Muka, pantat dan tali pusat perlu dibersihkan secara

teratur terutama ketika memandikan bayi harus mencuci

tangan sebelum memegang bayi, merawat talipusat

menggunakan kasa agar cepat kering tanpa dibubuhi

apapun.

f. Keamanan

Tidak boleh meninggalkan bayi tanpa ada yang

menunggu, menghindari pemberian apapun ke mulut bayi

selain ASI karena bayi bisa tersedak.


94

C. Asuhan Bayi Baru Lahir

Asuhan Bayi baru lahir adalah asuhan yang diberikan

dalam waktu 24 jam .Asuhan yang diberikan meliputi

a. Melanjutkan pengamatan pernafasan, warna dan aktivitas.

b. Menurut Marmi dan Rahardjo, 2012 cara mempertahankan

suhu tubuh bayi dengan :

a) Pemeriksaan fisik pada bayi

b) Memberikan vit K untuk mencegah terjadinya perdarahan

karena defisiensi pemberiannya peroral 3 mg/hari selama

3 hari.

c) Identifikasi bayi merupakan alat pengenal pada bayi

misalnya saja gelang agar tidak tertukar.

d) Perawatan lain seperti (tali pusat,memberikan imunisasi

hepatitis B, BCG, Polio oral), mengajarkan tentang tanda

bahaya pada bayi, mengajarkan tentang cara merawat

bayi,memberikan ASI sesuai kebutuhan setiap 2-3 jam,

pertahankan bayi agar selalu dekat dengan ibu,

mengawasi kesulitan dan masalah pada bayi.

D. Asuhan primer pada bayi 6 minggu pertama meliputi :

a. Peran bidan pada bayi yang sehat.

Ada beberapa prinsip yang dipegang oleh bidan yaitu

anak bukanlah miniatur orang dewasa tetapi merupakan

sosok yang individu dan unik yang mempunyai kebutuhan

yang khusus sesuai dengan tahapan perkembangan dan

pertumbuhannya, berdasarkan kepada pertumbuhan dan

perkembangan anak sehingga permasalahan asuhan


95

terhadap klien sesuai dengan kebutuhan tahap

perkembangan anak.

b. Mengidentifikasi peranan bidan pada bayi sehat.

Bidan berperan dalam asuhan terhadap bayi dan balita

terutama dalam hal:

a) Melakukan pengkajian atau pemeriksaan pertumbuhan

dan perkembangan anak misalnya pemeriksaan fisik dan

lain-lain

b) Penyuluhan kesehatan kepada keluarga misalnya cara

pemberian ASI pada bayi, cara menyusul bayi yang baik,

dan lain-lain.

c. Tahap-tahap penting perkembangan dalam 6 minggu

pertama.

Dapat diketahui menggunakan metode Denver II atau

DDST yang mana alat tersebut dapat mendeteksi apakah

anak mengalami keterlambatan pertumbuhan dan

perkembangan.

d. Peran bidan dalam pemberian ASI

Memberikan konseling kepada ibu seperti cara

menyusui yang benar, memberikan dukungan psikologi,

memberitahu ibu bayi yang cukup ASI.

e. Peran bidan dalam pemantauan BAB.

Mengobservasi frekuensi,konsistensi dan warna BAB

bayi, memberitahu ibu agar segera mengganti popok apabila

bayi BAB, memberitahu ibu pola BAB bayi yang benar .

f. Peran bidan dalam pemantauan BAK bayi .


96

Mengobservasi frekuensi dan warna dari BAK bayi

memberitahu ibu agar segera mengganti popok apabila bayi

BAK, memberitahu ibu pola BAK bayi yang benar yang

bertujuan agar ibu dan keluarga paham jika ada hal yang

tidak normal.

E. BA (BOUNDING ATTACHMENT)

Menurut Marmi dan Rahardjo, 2012 Bounding attachment

terjadi pada kala 4 dimana diadakan kontak antara ibu, ayah

dan anak dan berada dalam ikatan kasih dengan cara yaitu :

a) Pemberian ASI Eksklusif segera setelah lahir, secara

langsung bayi akan mengalami kontak kulit dengan ibu dan

membuat ibu merasa bangga dan diperlukan, rasa yang

dibutuhkan oleh semua manusia.

b) Rawat gabung adalah salah satu cara agar ibu dan bayi

dalam proses lekat (early infant mother bounding) akibat

sentuhan antara ibu dan bayinya. Hal ini sangat

mempengaruhi perkembangan proses perkembangan

psikologis bayi karena sentuhan dapat menjadi stimulasi

mental.

c) Suara, mendengar dan merespon suara antara orang tua

dan bayinya sangat penting. Tangis tersebut membuat orang

tua melakukan tindakan menghibur, bayi akan menjadi

tenang dan berpaling kearah mereka.


97

2.4.1 Tanda Bahaya dan Penatalaksanaan Neonatus dan bayi

A. Tanda Bahaya Pada Neonatus dan Bayi Dengan Masalah Penyerta

Tabel 2.11. Tanda bahaya pada neonatus

No Masalah Penyerta Penatalaksanaan


1 Bercak Mongol (bintik Biasanya menghilang dalam beberapa tahun
Mongolia, daerah pertama atau pada 1-4 tahun pertama sehingga
pigmentasi biru- tidak perlu penangan khusus
kehitaman)
2 Hemangioma Ada 2 cara pengobatan yaitu
(proliferasi dari a. Cara konservatif
pembuluh darah yang Hemangioma superfisial atau hemangioma
tidak normal dan strawberry sering tidak diterapi dan dibiarkan
dapat terjadi pada hilang sendiri hasilnya kulit terlihat normal.
setiap jaringan
b. Cara aktif
pembuluh darah
Hemangioma yang mengalami perdarahan,
hemangioma yang mengalami ulserasi,
hemangioma yang mengalami infeksi,
hemangioma yang berada di organ vital. dll
memerlukan terapi secara aktif
a) Pembedahan
b) Radiasi
c) Kortikosteroid
d) Obat skelotik
e) Elektrokoagulasi
f) Pembekuan
g) Antibiotic
3 Muntah dan gumoh a) Bayi harus disendawakan dengan cara
(muntah adalah jika menepuk-nepuk lembut punggung bayi
volum banyaknya secara berulang jika bayi mulai rewel saat
diatas 10cc, gumoh menyusu maka hentikan sebentar lalu ganti
jika volum banyaknya, posisi menyusui
10 cc) b) Tidak perlu memberikan obat anti muntah
4 Oral Trush (kandidiasis a) Medic memberikan obat anti jamur misalnya
selaput, lender mulut a. Miconazol 25ml ml dalam gel bebas gula
biasanya mukosa dan b. Nystatin
lidah.
b) Keperawatan
Masalah oral trush bayi sukar minum dan
resiko diare. Tatalaksananya yaitu mencuci
bersih botol dan dot susu setelah itu direbus
hingga mendidih sebelum dipakai. Di dalam
mulut selesai minum susu diberikan 1-2
sendok teh air matang untuk membilas sisa
susu.
Jika sudah terjadi memberikan makanan yang
lunak sedikit tapi sering
98

No Masalah Penyerta Penatalaksanaan


5 Diaper Rash (ruam 1) Daerah yang terkena diaperrash tidak boleh
popok) terkena air dan harus terbuka
2) Untuk membersihkan kulit yang iritasi
gunakan kapas yang mengandung minyak
3) Segera dibersihkan bila anak kencing atau
berak
4) Pampers diselang seling dengan popok
tradisional yang hanya dari kain.
5) Posisi tidur anak diatur supaya tidak
menekan kulit atau daerah yang iritasi
6) Usaha memberikan makanan TKTP
7) Memelihara kebersihan pakaian dan alat-
alatnya
6 Seborhea (peradangan Berkonsultasi oleh dokter spesialis kulit
pada kulit kepala
bagian atas yang
menyebabkan
timbulnya sisik pada
kulit kepala, wajah dll)
7 Bisulan (jerawat kecil- a) Bila biang keringat muncul tanpa kemerahan
kecil) dan kering bayi cukup diberi bedak tabur
atau bedak kocok segera setelah mandi.
b) Jika biang keringat menjadi luka yang basah
jangan dibedaki karena akan menyebabkan
infeksi
c) Untuk keluhan yang parah, gatal, pedih, luka
atau lecet, rewel dan sulit tidur, segera bawa
ke dokter
d) Bila timbul bisul jangan dipijit karena akan
menyebar ke permukaan tubuh yang lain
8 Diare (pengeluaran 1. Pemberian cairan yang terdiri dari
tinja yang tidak oralit,larutan gula garam,larutan air
normal dan cair) tajin,larutan tepung beras garam.
2. Cairan parenteral
a. RL g (1 bagian Ringer laktat + 1 bag
glukosa 5%)
b. RL
c. RLg 1:3 (a bagian ringer laktat + 3 bag
glikosa 5-10%)
3. Jalan pemberian cairan
a. Peroral untuk dehidrasi ringan .sedang
dan tanpa dehidrasi dan bila anak mau
minum dan kesadaran baik .
b. Intra gastirik untuk dehidrasi ringan
sedang atau tanpa dehidrasi tetapi anak
tidak mau minum dan kesadaran
menurun.
99

No Masalah Penyerta Penatalaksanaan


c. Intravenavena untuk dehidrasi berat
9 Obstipasi/konstipasi a. Bayi 0-6 bulan sebaiknya hanya diberikan
(sulit BAB) ASI Eksklusif karena zat yang dikandung
ASI lebih mudah dicerna .Selain itu bayi
yang mendapatkan ASI Mempunyai kadar
hormon motilon (hormon yang membantu
pergerakan usus )lebih tinggi
b. Bayi diatas 6 bulan diberikan sayur dan
buah-buahan kecuali pisang dan wortel dan
dapat disajikan dalam bentuk jus
c. Mandikan bayi dengan air hangat agar bayi
tinja lebih mudah keluar
d. Baringkan bayi kemudian gerakkan kakinya
seperti mengayuh sepeda
10 Sindrom kematian Menidurkan bayinya dalam posisi terlentang
mendadak (SIDS) atau miring (terutama kekanan)
11 Infeksi atau sepsis Antibiotik diberikan melalui infus. Pada kasus
neonatorum (infeksi tertentu diberikan antibody yang dimurnikan
bakteri berat yang atau sel darah putih.
menyebar ke seluruh
tubuh bayi baru lahir)
12 Batuk dan pilek a. Diberikan pengobatan simptomatis misalnya
ekspentosia untuk mengatasi batuk,
sedative, untuk menenangkan pasien dan
antipiretik untuk menurunkan demam
b. Memberikan obat gosok dapat membuat
bayi merasa hangat
c. Misalnya obat dimuntahkan dalam 4 jam
pemberian obat harus diulang caranya
diencerkan 1-2 sendok dengan sirup atau
madu

B. Neonatus dengan Jejas Persalinan

No Kelainan karena trauma Penatalaksanaan


persalinan
1 Caput suksedanum (Benjolan Kaput suksadenum akan hilang sendiri
yang difus dikepala terletak dalam waktu 2 sampai 3 hari dan
pada presentasi kepala pada umumnya tidak memerlukan pengobatan
waktu bayi lahir .) khusus
2 Cephal hematoma (Suatu Sefal hematoma tidak memerlukan
perdarahan subperiostal tulang penanganan yang khusus biasanya
tengkorak berbatas tegas pada mengalami resolusi sendiri dalam 2-8
tulang yang bersangkutan dan minggu tergantung dari besar-kecilnya
tidak melewati sutura) benjolan
100

3 Trauma pada flexsus


brachialis ada 4 jenis yaitu :
a. Paralisis Erb-duchene Melakukan fiksasi dalam beberapa hari
(kelumpuhan lengan untuk atau 1-2 minggu dilanjutkan mobilisasi
fleksi,abduksi,dan memutar dan latihan
lengan keluar)
b. Paralisis klumpke Memasang bidang pada telapak tangan
(bayi tidak dapat
dan sendiri tangan yang sakit pada
mengepal) posisi netral yang selanjutnya
diusahakan program latihan
c. Paralisis nervus frenikus Melakukan tindakan bedah sebelumnya
(Elevasi diafragma yang diberikan terapi 02
sakit serta pergeseran
mediastinum dan jantung)
d. Kerusakan medulla spinalis Berkonsultasi dengan bagian neurologi
e. Paralisis pita suara Menghilang setelah 4-6 minggu tetapi
yang berat memerlukan tindakan
trakeostomi
4 Fraktur Tulang humerus a. Imobilisasi selama 2-4 minggu
dengan fiksasi bidai
b. Daya penyembuhan bagi yang
berupa fraktur tukang tumpang tindih
dengan deformitas umumnya akan
baik

C. Neonatus dengan resiko tinggi dan penatalaksanaannya

No Resiko tinggi Penatalaksanaan


1 BBLR (Berat bayi lahir rendah a. Pengaturan suhu tubuh pada bayi
<2500 gram ) dimana harus dirawat didalam
incubator. Mencegah kehilangan
panas dengan keringkan
permukaan tubuh bayi, selimuti
bayi, tutupi kepala bayi, metode
kangguru, tidak memandikan bayi
baru lahir, rangsangan taktil.
b. Makanan bayi premature yaitu ASI
dengan cara diberikan 3 jam
setelah lahir dan didahului dengan
menghisap cairan lambung lalu
dengan ASI disendoki perlahan –
lahan atau dengan memasang
sonde.
c. Icterus dengan cara dijemur selama
30 menit mulai dari jam 7 pagi
d. Pernafasan, bayi harus dirawat
diinkubator terlentang atau
tengkurap
101

No Resiko tinggi Penatalaksanaan


e. Hipoglikemi, pemeriksaan gula
darah secara teratur
f. Menghindari infeksi
2 Asfiksia neonaturum (keadaan Tindakan untuk bayi yang asfiksia
dimana bayi tidak dapat adalah dengan resusitasi segera
bernafas secara spontan dan setelah bayi lahir, resusitasi adalah
teratur segera setelah bayi upaya untuk untuk membuka jalan
lahir ) nafas .
3 Sindrom gangguan pernafasan a. Mempertahankan ventilasi dan
oksigenasi adekuat
b. Mempertahankan keseimbangan
asam basa
c. Mempertahankan suhu lingkungan
netral
d. Mempertahankan perfusi jaringan
adekuat
e. Mencegah hipotermia
f. Mempertahankan cairan yang
elektrolit dan adekuat
4 Ikterus (warna kuning pada a. Mempercepat metabolism dan
bagian tubuh tertentu akibat pengeluaran bilirubin dengan cara
penumpukan bilirubin) early feeding (pemberian makanan
secara dini), pemberian agar-agar,
pemberian fenobarbital, menyusui
bayi dengan ASI
b. Terapi sinar matahari dilakukan
antara jam 7-9 pagi dan menutup
mata bayi agar tidak terjadi
kerusakan pada mata
c. Terapi sinar dilakukan selama 24
jam da nada dirumah sakit
5 Perdarahan tali pusat a. Penanganan disesuaikan dengan
penyebab perdarahan dari tali pusat
b. Melakukan tindakan pencegahan
infeksi pada tali pusat
c. Segera melakukan inform consent
dan inform choise pada keluarga
pasien untuk dilakukan rujukan.
6 Kejang a. Mengatasi kejang secepat mungkin
b. Pengobatan penunjang
c. Bebaskan jalan nafas, tidurkan
pada posisi terlentang, pemberian
oksigen, segera turunkan suhu
badan dengan pemberian
antipiretik.
7 Hipotermi (bayi dengan suhu Bayi diletakkan di radiant warmer,
tubuh dibawah normal, 36,5 C) keringkan untuk menghilangkan panas
102

No Resiko tinggi Penatalaksanaan


melalui evaporasi, tutup kepala,
bungkus tubuh segera, bila stabil rawat
gabung dengan ibu.
8 Hipertemi ( suhu tubuh yang a. Letakkan bayi diruangan dengan
tinggi >37,5 C) suhu lingkungan normal (250C-280C)
b. Lepaskan sebagian atau seluruh
pakaian bayi
c. Bila suhu sangat tinggi (<390 C)bayi
dikompres atau dimandikan selama
10-15 menit dalam air yang suhunya
4 C lebih rendah dari suhu tubuh
bayi .
d. Anjurkan ibu untuk menyusui
bayinya
e. Bila terdapat tanda dehidrasi,
tangani dehidrasinya
f. Periksa kadar glukosa darah
9 Hipoglikemii (suatu keadaan Penatalaksanaan Hipoglikemi:
dimana kadar gula dalam memberikan bayi air gula 30 cc setiap
darah rendah) kali pemberian dan observasi,
pertahankan suhu tubuh bayi,segera
memberikan ASI, observasi TTV,
Refleks dan gejala hipotermi. Bila
dalam 24 jam tidak ada perubuhan
lakukan rujukan.
10 Tetanus Neonaturum a. Antibiotik (penisilinprokain, ampisilin,
tetrasiklin, metronidazol,)
b. Netralisasi toksi
c. Perawatan luka
d. Terapi supportif
a) Bebaskan jalan nafas
b) Hindarkan aspirasi
c) Pemberian oksigen
d) Perawatan dengan stimulasi
minimal
D. Neonatus dengan Kelainan Konginetal

1 Labioskisis dan labiopalatoskisis Tatalaksanaannya yaitu dengan cara


(kelainan konginetal yang operasi. Operasi ini dilakukan setelah
berupa adanya kelainan bentuk bayi berusia 2 bulan dengan berat
pada struktur wajah) badan yang meningkat dan bebas dari
infeksi oral pada saluran pernafasan.
2 Atresia esophagus (Kelainan a. Kantong esophagus harus secara
yang mempengaruhi saluran teratur dikosongkan dengan pompa
pencernaan) untuk mencegah aspirasi secret
b. Foto thoraks
c. Foto abdomen
103

d. Tindakan bedah
3 Atresia rekti dan ani (ostruksi Tindakan bedah
pada rectum (sekitar 2 cm dari
bats kulit dan anus)
4 Hirschprung (suatu kelainan Pengobatan bersifat simptomatis atau
konginetal yang ditandai denitif. Pada keadaan gawat darurat
penyumbatan usus besar) mungkin diperlukan koreksi cairan dan
keseimbangan cairan elektrolit.
5 Omfalokel (Isi perut keluar dari a. Bila kantong belum pecah diberikan
kantong peritoneum merkurokrom yang bertujuan untuk
penebalan selaput yang menutupi
kantong
b. Pembedahan
6 Hernia diafragmatik a. Memberikan diit RKTP
b. Memberikan Extracorporeal
Membrane Oxygenation (EMCO)
c. Tindakan pembedahan
d. Terapi repair diafragma
transabdominal
7 Atresia Duodeni (Obstruksi a. Tuba orogastrik dipasang
lumen usus oleh membrane b. Memberikan cairan elektrolit
utuh) melalui infusintaravena
c. Pembedahan
8 Meningokel dan ensefalokel Pembedahan
(adanya defek pada penutupan
spina yang berhubungan
dengan pertumbuhan yang
abnormal korda spinalis dan
penutupannya)
9 Hidrosefalus a. Periksa ABC
b. Melakukan pemasangan selang
dari rongga otak ke rongga perut
atau VP Shunt dan dipasang
seumur hidup bila tidak ada
komplikasi
c. Farmakologis
d. Pembedahan
10 Fimosis (kulit penis melekat Menjaga personal hygiene dan
pada bagian glans penis ) Sirkumsisi atau khitan
11 Hipospadia (Lubang uretra Tindakan operatif
terdapat dibagian bawah penis
bukan diujung penis)
12 Kelainan metabolic dan -
endokrin
13 Kelainan kelenjer tyroid Diit Rendah garam
(Marmi dan Rahardjo, 2012:195-312)
104

2.1.5 Konsep KB

2.1.5.1 Pengertian Kontrasepsi

Kontrasepsi adalah pencegahan menempelnya sel telur yang

telah dibuahi ke dinding rahim. Kontrasepsi adalah upaya untuk

mencegah terjadinya kehamilan, upaya itu dapat bersifat

sementara dan dapat pula bersifat permanen (Mulyani, dkk, 2013).

Menurut Pinem tahun 2009 Pelayanan kontrasepsi mempunyai 2

tujuan yaitu:

1. Tujuan umum: pemberian dukungan dan pemantapan

penerimaan gagasan KB yaitu dihayatinya NKKBS.

2. Tujuan Pokok: penurunan angka kelahiran yang bermakna.

2.1.5.2 Jenis Alat Kontrasepsi

Menurut Mulyani tahun 2013, ada berbagai macam alat

kontrasepsi yang dapat digunakan oleh ibu pasca persalinan.

Beberapa jenis kontrasepsi tersebut antara lain, yaitu:

A. Metode KB Non Hormonal

Beberapa metode kontrasepsi non hormonal dapat

digunakan oleh ibu dalam masa menyusui. Metode ini tidak

mengganggu proses laktasi dan tidak berisiko terhadap tumbuh

kembang bayi.

1. Metode Amenore laktasi (MAL)

Metode Amenore laktasi (MAL) adalah kontrasepsi yang

mengandalkan pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara

eksklusif. MAL dapat dipakai sebagai kontrasepsi bila: 1)

menyusui secara penuh (full breast feeding); lebih efektif bila

pemberian ≥ 8 x sehari, belum haid, umur bayi < 6 bulan; 2)

efektif sampai 6 bulan. Metode ini bekerja dengan menekan


105

ovulasi. Pada saat laktasi/ menyusui hormon yang berperan

adalah prolaktin dan oksitosin. Semakin sering menyusui,

maka kadar prolaktin meningkat dan hormon gonadrotophin

melepaskan hormon penghambat (inhibitor), hormon

penghambat akan mengurangi kadar estrogen, sehingga

tidak terjadi ovulasi. (Saifuddin, 2011)

Ibu post partum tidak bisa lagi menggunakan metode ini

jika telah mendapat haid setelah melahirkan, ibu tidak

menyusui bayinya secara eksklusif, usia bayi lebih dari 6

bulan, ibu yang bekerja dan terpisah dari bayinya lebih dari 6

jam.

Cara menggunakan metode ini yakni ibu harus

menyusui bayinya secara eksklusif (6 bulan), bayi disusui

secara on demand (sesuai kebutuhan bayi), waktu antara

pengosongan payudara tidak lebih dari 4 jam. Metode ini

tidak memiliki efek samping (BKKBN. 2012; Nina Siti

Mulyani, dkk. 2013)

2. AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim)

AKDR adalah alat kontrasepsi yang dipasang dalam

rahim dengan menjepit kedua saluran yang menghasilkan

indung telur sehingga tidak terjadi pembuahan.

a. Menurut Mulyani tahun 2013 dan Pinem tahun 2009 cara

kerja AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim) yakni:

a) Mencegah terjadinya fertilisasi, tembaga pada

AKDR menyebabkan reaksi toksik untuk sperma

sehingga sperma tidak mampu untuk fertilisasi.


106

b) Menghambat kemampuan sperma untuk masuk

kedalam tuba fallopi, mencegah pertemuan

sperma dan ovum

c) Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum

mencapai kavum uteri

d) Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur

dalam uterus

b. Menurut Mulyani tahun 2013 dan Pinem tahun 2009,

kontraindikasi AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim),

yakni:

a. Ibu dengan kemungkinan hamil

b. Ibu pasca melahirkan 2-28 hari, AKDR hanya boleh

dilakukan 48 jam dan 40 hari pasca melahirkan

c. Ibu dengan resiko IMS (infeksi menular seksual),

terdapat perdarahan vagina yang tak diketahui

d. 3 bulan terakhir sedang mengalami penyakit radang

panggul.

e. Kelainan bawaan uterus yang abnormal atau tumor

jinak rahim yang dapat mempengaruhi kavum uteri.

f. Sedang mengalami infeksi alat genital seperti

vaginitis, servisitis

g. Dalam 3 bulan terakhir mengalami PRP atau abortus

septik

h. Sedang menderita penyakit trofoblas ganas

i. Sedang menderita kanker alat genital

j. Ukuran rahim kurang 5 cm


107

c. Menurut Pinem tahun 2009, waktu pemasangan AKDR

yang tepat adalah:

a. Setiap waktu dalam siklus haid, hari pertama sampai

hari ketujuh siklus haid

b. Segera setelah melahirkan, dalam 48 jam pertama

atau setelah 4 minggu pascapersalinan. Setelah 6

bulan bila menggunakan Metode Amenore Laktasi

(MAL)

c. Setelah mengalami abortus (segera atau dalam

waktu 7 hari) bila tidak ditemukan gejala infeksi

d. Selama 1-5 hari setelah senggama yang tidak

dilindungi.

d. Hal yang perlu diperhatikan oleh pasien pengguna AKDR

a) Kembali memeriksakan diri setelah 4 sampai 6

minggu pemasangan AKDR

b) Selama bulan pertama penggunaan AKDR,

periksalah benang AKDR secara rutin, terutama

setelah haid.

c) Setelah bulan pertama pemasangan, hanya perlu

memeriksa keadaan benang setelah haid apabila

mengalami:

a. Kram/kejang di perut bagian bawah.

b. Perdarahan/spooting diantara haid atau setelah

senggama.

c. Nyeri setelah senggama atau apabila pasangan

mengalami tidak nyaman selama melakukan

hubungan seksual.
108

d) Copper T-380A perlu dilepas setelah 10 tahun

pemasangan, tetapi dapat dilakukan lebih awal

apabila diinginkan.

e) Menurut BKKBN, 2011 Kembali ke klinik apabila:

a. Tidak dapat meraba benang AKDR.

b. Merasa bagian yang keras dari AKDR.

c. AKDR terlepas.

d. Siklus terganggu.

e. Terjadi pengeluaran cairan dari vagina yang

mencurigakan.

f. Adanya infeksi.

B. Metode Kontrasepsi Mantap (Tubektomi dan Vasektomi)

a) Tubektomi

Tubektomi (Metode Operatif Wanita/MOW) adalah

setiap tindakan pada kedua saluran telur wanita yang

mengakibatkan orang yang bersangkutan tidak bisa

mendapatkan keturunan lagi.

Cara kerja tubektomi adalah dengan mengikat dan

memotong atau memasang cincin pada tuba fallopi sehingga

sperma tidak dapat bertemu ovum.

b) Vasektomi

Vasektomi adalah tindakan operasi ringan cara

mengikat dan memotong saluran sperma sehingga sperma

tidak dapat lewat dan air mani tidak mengandung

spermatozoa.(Nina Siti Mulyani, dkk.2013)

Cara kerja vasektomi adalah Vasektomi merupakan

operasi kecil dan merupakan operasi yang lebih ringan dari


109

pada sunat/khitanan pada pria. Bekas operasi hanya berupa

satu luka di tengah atau luka kecil di kanan kiri kantong

zakar (kantung buah pelir) atau scrotum. Vasektomi berguna

untuk menghalangi transport spermatozoa (sel mani) di pipa-

pipa sel mani pria (saluran mani pria) (BKKBN, 2015).

C. Metode KB Hormonal

Metode kontrasepsi yang sesuai bagi ibu pasca

melahirkan yakni yang berisi progestin saja, sebab progestin

tidak mengganggu produksi ASI serta tumbuh kembang

bayi.

a. Mini Pil

Mini Pil adalah pil KB yang hanya mengandung

hormon progesteron dalam dosis rendah. Dosis progestin

yang digunakan 0,03-0,05 mg per tablet. Mini pil di minum

setiap hari pada saat yang sama.

Mini pil dibagi dalam 2 jenis yaitu: 1) mini pili dengan

isi 28 pil dan mengandung 75 µg noretindron. 2) mini pil

dengan isi 35 pil dan mengandung 300-350 µg

noretindron.

Cara kerja mini pil adalah

a. menghambat ovulasi, mencegah implantasi,

b. mengentalkan lendir serviks sehingga menghambat

penetrasi sperma, dan mencegah mobilitas tuba

sehingga transportasi sperma menjadi terganggu

Kontraindikasi mini pil yaitu:

a. wanita usia tua dengan perdarahan yang tidak

diketahui penyebabnya (lebih dari 35 tahun)


110

b. wanita di duga hamil, tidak dapat menerima terjadinya

gangguan haid

c. riwayat kehamilan ektopik, riwayat kanker payudara

d. wanita pelupa sehingga sering tidak minum pil

e. gangguan tromboemboli aktif

f. ikterus

g. wanita dengan mioma uterus

h. riwayat stroke

i. menderita tekanan darah tinggi <180/110 mmHg atau

dengan masalah pembekuan darah

Mini pil memiliki beberapa efek samping, berikut

adalah efek samping yang dapat terjadi beserta

penanganannya:

1) Amenorea

Penanganan: memastikan ibu hamil atau tidak, bila

tidak hamil hanya di berikan konseling saja. Bila hamil,

menghentikan penggunaan pil.

2) Spotting

Penanganan: bila menimbulkan masalah, ibu

dianjurkan untuk memilih kontrasepsi lain

b. KB suntik 3 bulan

KB suntik 3 bulan adalah metode kontrasepsi yang

diberikan secara intramuskular setiap tiga bulan.

Terdapat 2 jenis KB suntik 3 bulan yaitu: 1) DMPA

(depo Medroxy Progesterone) yang diberikan tiap 3 bulan

dengan dosis 150 miligram yang disuntik secara


111

intramuskular 2) depo noristerat diberikan tiap 2 bulan

dengan dosis 200 mg nore-trindron enantat.

Cara kerja metode ini yaitu menghakanagi terjadinya

ovulasi dengan menekan pembentukan releasing factor

dan hipotalamus, leher serviks bertambah kental

sehingga menghambat penetrasi sperma melalui serviks

uteri, menghambat implantasi ovum dalam endometrium.

Cara penggunaan Kb suntik 3 bulan antara lain:

a) Kontrasepsi suntikan DMPA diberikan setiap 3 bulan

dengan cara disuntik intramuskuler dalam di daerah

pantat. Apabila suntikan diberikan terlalu dangkal,

penyerapan kontrasepsi suntikan akan lambat dan

tidak bekerja segera dan efektif. Suntikan diberikan

setiap 90 hari.

b) Bersihkan kulit yang akan disuntik dengan kapas

alkohol yang dibasahi oleh etil/isopropil alkohol 60-90

%. Biarkan kulit kering sebelum disuntik . setelah kulit

kering baru disuntik.

c) Kocok dengan baik, dan hindarkan terjadinya

gelembung-gelembung udara. Kontrasepsi suntik tidak

perlu didinginkan. Bila terdapat endapan putih pada

dasar ampul, upayakan menghilangkannya dengan

menghangatkannya.

Kontraindikasi metode ini adalah ibu yang dinyatakan

hamil atau diduga hamil, ibu yang menderita kanker

payudara atau riwayat kanker payudara, diabetes mellitus


112

yang disertai komplikasi, perdarahan pervaginam yang

belum tau penyebabnya.(Nina Siti Mulyani, dkk.2013)

c. Kontrasepsi Implant

Kontrsepsi implant adalah alat kontrasepsi yang

dipasang dibawah kulit. Mengandung levonorgetrel yang

dibungkus dalam kapsul silastic silicon

(polydimethylsiloxane).

Cara kerja implant yaitu mengentalkan lendir serviks,

menghamba proses pembentukan endometrium sehingga

sulit terjadi implantasi, melemahkan transportasi sperma,

dan menekan ovulasi.

Kontraindikasi metode ini adalah

a. wanita yang dinyatakan hamil atau diduga hamil,

b. perdarahan pervaginam yang belum jelas

penyebabnya,

c. wanita dengan kanker payudara atau riwayat kanker

payudara,

d. tidak dapat menerima perubahan pola haid yang

terjadi, wanita dengan riwayat hipertensi dan diabetes

mellitus.

e. Tromboflebitis aktif

f. Ibu dengan penyakit hati akut

g. Gangguan toleransi glukosa

h. Mioma uterus

Efek samping penggunaan implant adalah perubahan

pola haid yang berupa spotting, hipermenorea atau


113

meningkatnya jumlah darah haid, amenorea. (Nina Siti

Mulyani, dkk.2013)

2.1.6 Konsep dasar hemofilia

2.1.6.1 Definisi hemofilia

Hemofilia adalah kelainan perdarahan yang diturunkan yang

disebabkan adanya kekurangan faktor pembekuan. hemofilia A

timbul jika ada defek gen yang menyebabkan kurangnya faktor

pembekuan VIII (FVII) sedangkan hemofilia B disebabkan

kurangnya faktor pembekuan IX (FIX). hemofilia A dan B tidak

dibedakan karena mempunyai tampilan klinis yang mirip dan pola

pewarisan gen yang serupa. hemofilia adalah salah satu penyakit

genetik tertua yang pernah dicatat. kelainan perdarahan yang

diturunkan yang terjadi pada seorang laki-laki tercatat dalam berkas

Talmud pada Abad Kedua. sejarah modern dari hemofilia dimulai

pada tahun 1803 oleh John Otto yang menerangkan adanya anak

yang menderita hemofilia, diikuti oleh Nasse pada tahun 1820 yang

pertamakali mereview hemofilia. Wright pertama kali

mendemonstrasikan adanya bukti suatu defek pada proses

pembekuan darah pada hemofilia tahun 1893, namun faktor VIII

(FVIII) belum teridentifikasi sampai pada tahun 1937 ketika Patek

dan Taylor berhasil mengisolasi faktor pembekuan dari darah, yang

saat itu mereka sebut sebagai faktor antihemofilia (AHF).

Suatu bioasai dari faktor VIII diperkenalkan pada tahun 1950.

walaupun hubungan antara FVIII dan faktor von Willbrad (vWF) saat

ini telah diketahui, namun hal ini tidak disadari saat itu. pada tahun

1953, kurangnya faktor VIII pada pasien dengan defisiensi vWF


114

pertama kali diterangkan. lalu penelitian berikutnya oleh Nilson dan

kawan-kawan mengindikasikan adanya interaksi antara 2 faktor

pembekuan tadi.

Pada tahun 1952, penyakit christmas pertama kali

dideskripsikan dan nama penyakit tersebut diambil dari nama

keluarga pasien pertama yang diteliti secara menyeluruh. penyakit

ini sangat berbeda dari hemofilia karena pencampuran plasma

pasien penyakit christmas dengan plasma pasien hemofilia

menormalkan masa pembekuan (clotting time/CT) karena itu

hemofilia A dan B kemudian dibedakan.

Pada awal tahun 1960an, kriopresipitat adalah konsentrat

yang pertama kali ada untuk terapi hemofilia. pada tahun 1970an,

lyophilized intermediate-purity concentrates atau konsentrat murni

liofil menengah pertama kali dibuat dari kumpulan darah donor.

sejak saat itu terapi hemofilia secara dramatis berhasil

meningkatkan harapan hidup penderitanya dan dapat memfasilitasi

mereka untuk pembedahan dan perawatan di rumah.

Pada tahun 1980an, risiko tertular penyakit yang berasal dari

konsentrat FVII pertamakali diketahui. kebanyakan pasien dengan

hemofilia berat terinfeksi oleh penyakit hepatitis B dan hepatitis C.

pada akhir tahun 1980an hampir semua pasien hemofilia berat

terinfeksi hepatitis A, hepatitis B, hepatitis C dan HIV. teknik virisidal

terbaru kemudian ditemukan dan efektif membunuh virus-virus

tersebut. standar terbaru tatalaksana hemofilia sekarang


115

menggunakan konsentrat FVIII rekombinan sehingga dapat

menghilangkan risiko tertular virus.

2.1.6.2 Patofisiologi

Anamnesa biasanya akan di dapatkan riwayat adanya salah

seorang anggota keluarga laki-laki yang menderita penyakit yang

sama yaitu adanya perdarahan abnormal. Beratnya perdarahn

bervariawsia akan tetapi biasanya beratnya perdarahan

iterutamaama dalam satu keluarga. Sering perdarahan akibat

sirkulasi adalah manifestasi pertama pada seseorang menderita

hemofili. Oleh karena perdarahan dimulai sejak kecil sehingga

haemarhtros ( sebagai akibat jatuh pada saat kelenjar berjalan yang

menyebabkan perdarahan sendi merupakan gejala yang paling

sering dijumpai dari penderita hemofili ini.

2.1.6.3 Gejala Hemofilia

Gejala yang mudah dikenali adalah bila terjadi luka yang

menyebabkan sobeknya kulit permukaan tubuh, maka darah akan

terus mengalir dan memerlukan waktu berhari-hari untuk membeku.

Bila luka terjadi di bawah kulit karena terbentur, maka akan timbul

memar/ lebam kebiruan disertai rasa nyeri yang hebat pada bagian

tersebut. Perdarahan yang berulang-ulang pada persendian akan

menyebabkan kerusakan pada sendi sehingga pergerakan jadi

terbatas (kaku), selain itu terjadi pula kelemahan pada otot di sekitar

sendi tersebut.

Gejala akut yang dialami penderita Hemofilia adalah sulit

menghentikan perdarahan, kaku sendi, tubuh membengkak, muncul


116

rasa panas dan nyeri pascaperdarahan, Sedangkan pada gejala

kronis, penderita mengalami kerusakan jaringan persendian

permanen akibat peradangan parah, perubahan bentuk sendi dan

pergeseran sendi, penyusutan otot sekitar sendi hingga penurunan

kemampuan motorik penderita dan gejala lainnya. Hemofilia dapat

membahayakan jiwa penderitanya jika perdarahan terjadi pada

bagian organ tubuh yang vital seperti perdarahan pada otak.

1. Apabila terjadi benturan pada tubuh akan mengakibatkan kebiru-

biruan (pendarahan dibawah kulit)

2. Apabila terjadi pendarahan di kulit luar maka pendarahan tidak

dapat berhenti.

3. Pendarahan dalam kulit sering terjadi pada persendian seperti

siku tangan, lutut kaki sehingga mengakibatkan rasa nyeri yang

hebat.

2.1.6.4 Kelainan Fisik

Kelainan fisik tergantung dari perdarahan yang sedang terjadi

yang dapat berupa hematom di kepala atau extrinitis. dan juga

sering dijumpai hemartrasi. Tentu didaerah hematom akan ada

perasaan nyeri. Jarang terjadi gangren. Perdarahan interstial akan

menyebabk atrofi otot, pergerakan akan terganggu, dan kadang-

kadang menyebabkan neuritis perifer.

Pemeriksaan hematologis Jumlah trombosit normal. Waktu

perdarahan normal. Rumple leede negatif. Waktu pembekuan dan

prothrombin consumpsion test abnormal.


117

2.1.6.5 Diagnosa pasti

Diagnosa pasti hemofilia atas dasar pemeriksaan generasi

tromboplastin.

2.1.6.6 Komplikasi

Komplikasi yang dapat timbul adalah akibat dari perdarahan

atau transfusi darah. Komplikasi akibat perdarahan adalah anemia,

ambulasis atau deformitas sendi,atrofi otot atau neuritis.

2.1.7 Konsep dasar sindaktili

2.1.7.1 Definisi sindaktili

Sindaktili merupakan kelainan bawaan yang paling sering

ditemukan pada jari-jari tangan, jari-jari tidak terpisah, dan bersatu

dengan yang lain. Dapat terjadi hubungan satu, dua, atau lebih jari-

jari. Hubungan jari-jari dapat terjadi hanya pada kulit dan jaringan

lunak saja, tetapi dapat pula terjadi hubungan tulang dengan tulang.

(Muttaqin, 2008)

Dalam keadaan normal, ada sejumlah gen yang membawa

“perintah” kepada deretan sel di antara dua jari untuk mati,

sehingga kedua jari tersebut menjadi terpisah sempurna. Pada

kelainan ini, gen tersebut mengalami gangguan. Akibatnya, jari-jari

tetap menyatu dan tidak terpisah menjadi lima jari.

Jari yang sering mengalami pelekatan adalah jari telunjuk

dengan jari tengah, jari tengah dengan jari manis, atau ketiganya.

Sindaktili terjadi pada 1 dari 2.500 kelahiran.


118

2.1.7.2 Etiologi

Kebanyakan akibat kelainan genetika atau keadaan di

dalam rahim yang menyebabkan posisi janin tidak normal, cairan

amnion pecah, atau obat-obatan tertentu yang dikonsumsi ibu

selama masa kehamilan. Apabila penyebabnya akibat kelainan

genetika, maka tidak dapat dilakukan pencegahan.

Kemungkinannya dapat diperkecil bila penyebabnya adalah obat-

obatan yang dikonsumsi ibu selama hamil.

Penyebab langsung sindaktili sering kali sukar diketahui.

Pertumbuhan embrional dan fetal dipengaruhi oleh berbagai faktor

seperti faktor genetik, faktor lingkungan atau kedua faktor secara

bersamaan. Beberapa faktor etiologi yang diduga dapat

mempengaruhi terjadinya sindaktili antara lain :

a. Kelainan Genetik dan Kromosom

Kelainan genetik pada ayah atau ibu kemungkinan besar

akan berpengaruh atas sindaktili pada anaknya. Di antara kelainan-

kelainan ini ada yang mengikuti hukum Mendel biasa, tetapi dapat

pula diwarisi oleh bayi yang bersangkutan sebagai unsur dominan

("dominant traits") atau kadang-kadang sebagai unsur resesif.

Penyelidikan daIam hal ini sering sukar, tetapi adanya kelainan

kongenital yang sama dalam satu keturunan dapat membantu

langkah-langkah selanjutnya.Dengan adanya kemajuan dalam

bidang teknologi kedokteran , maka telah dapat diperiksa

kemungkinan adanya kelainan kromosom selama kehidupan fetal

serta telah dapat dipertimbangkan tindakan-tindakan selanjutnya.


119

b. Faktor Mekanik

Tekanan mekanik pada janin selama kehidupan intrauterin

dapat menyebabkan kelainan bentuk organ tubuh hingga

menimbulkan deformitas organ tersebut. Faktor predisposisi dalam

pertumbuhan organ itu sendiri akan mempermudah terjadinya

deformitas suatu organ.

c. Faktor Obat

Beberapa jenis obat tertentu yang diminum wanita hamil

pada trimester pertama kehamilan diduga sangat erat hubungannya

dengan terjadinya kelainan kongenital pada bayinya. Salah satu

jenis obat yang telah diketahui dapat menimbulkan kelainan

kongenital ialah thalidomide yang dapat mengakibatkan terjadinya

fokomelia atau mikromelia. Beberapa jenis jamu-jamuan yang

diminum wanita hamil muda dengan tujuan yang kurang baik diduga

erat pula hubungannya dengan terjadinya kelainan kongenital,

walaupun hal ini secara laboratorik belum banyak diketahui secara

pasti. Sebaiknya selama kehamilan, khususnya trimester pertama,

dihindari pemakaian obat-obatan yang tidak perlu sama sekali,

walaupun hal ini kadang-kadang sukar dihindari karena calon ibu

memang terpaksa harus minum obat. Hal ini misalnya pada

pemakaian trankuilaiser untuk penyakit tertentu, pemakaian

sitostatik atau prepaat hormon yang tidak dapat dihindarkan ;

keadaan ini perlu dipertimbangkan sebaik-baiknya sebelum

kehamilan dan akibatnya terhadap bayi.

d. Faktor Radiasi

Radiasi ada permulaan kehamiIan mungkin sekali akan

dapat menimbulkan kelainan kongenital pada janin. Adanya riwayat


120

radiasi yang cukup besar pada orang tua dikhawatirkan akan dapat

mengakibatkan mutasi pada gen yang mungkin sekali dapat

menyebabkan kelainan kongenital pada bayi yang dilahirkannya.

Radiasi untuk keperluan diagnostik atau terapeutis sebaiknya

dihindarkan dalam masa kehamilan, khususnya pada hamil muda.

e. Faktor Gizi

Kekurangan gizi berat dalam masa kehamilan dapat

menimbulkan kelainan kongenital. Pada manusia, pada

penyelidikan-penyelidikan menunjukkan bahwa frekuensi kelainan

kongenital pada bayi-bayi yang dilahirkan oleh ibu yang kekurangan

makanan lebih tinggi bila dibandingkan dengan bayi-bayi yang lahir

dari ibu yang baik gizinya.

f. Faktor-Faktor Lain

Banyak kelainan kongenital yang tidak diketahui

penyebabnya. Faktor janinnya sendiri dan faktor lingkungan hidup

janin diduga dapat menjadi faktor penyebabnya. Masalah sosial,

hipoksia, hipotermia, atau hipertermia diduga dapat menjadi faktor

penyebabnya. Seringkali penyebab kelainan kongenitai tidak

diketahui.

2.1.7.3 Patofisiologi

Awal perkembangan janin manusia, selaput jari- jari kaki

adalah normal. Pada sekitar 16 minggu kehamilan,

apoptosis (kematian sel) berlangsung dan enzim menghilangkan

selaput tersebut. Pada beberapa janin, proses ini tidak terjadi

sepenuhnya antara semua jari tangan atau kaki sehingga selaput

tersebut menetap. Sindaktili (jari-jari saling berlekatan) yang


121

disebabkan gen homozigot (karier) melakukan perkawinan dengan

sesamanya, kemungkinan anaknya adalah :

P : Ss (normal karier) >< Ss (normal karier)

G : S dan s

F1 :

SS = sindaktili

Ss = normal karier

Ss = normal karier

ss = normal

Dari perkawinan tersebut, kemungkinan anaknya yang normal dan

yang menderita sindaktili adalah 3 : 1.\

2.1.7.4 Manifestasi Klinis

Bentuknya ada yang pelekatannya hanya sepertiga dari

panjang jari, atau sepanjang jari saling melekat. Pelekatan juga bisa

hanya terjadi pada jaringan kulit, tendon (jaringan lunak), bahkan

pada kedua tulang jari yang bersebelahan. Kelainan ini dapat

mengganggu proses tumbuh-kembang karena jari yang dempet

menghambat pertumbuhan jari dari gerakan jari-jari lain di

sampingnya. Bila tidak diatasi, dapat mengganggu perkembangan

mental anak. Kadangkala dilakukan cangkok kulit untuk menutup

sebagian luka, sehingga membutuhkan perawatan di rumah sakit

yang lebih lama dibandingkan operasi penanganan polidaktili.


122

2.1.7.5 Penatalaksanaan

Penanganan sindaktili dapat berupa tindakan bedah, kelainan

kongenital bersifat medik, dan kelainan kongenital yang

memerlukan koreksi kosmetik. Setiap ditemukan kelainan

kongenital pada bayi baru lahir, hal ini harus dibicarakan dengan

orang tuanya tentang jenis kemungkinan faktor penyebab langkah-

langkah penanganan dan prognosisnya.

Cara mengatasinya dengan melakukan operasi pemisahan

pada jari-jari yang saling melekat atau menyatu. Operasi pemisahan

jari-jemari dilakukan setelah anak berumur antara 12-18 bulan. Bila

ada beberapa jari yang melekat, operasi pemisahan dilakukan satu

persatu untuk menghindari komplikasi pada luka dan sistem

perdarahan jari yang dipisahkan.Penatalaksanaan yang sering

dilakukan adalah tindakan operasi dengan memisahkan jari-jari

yang kemungkinan memerlukan skin graft.(Muttaqin, 2008)

2.2 Manajemen Asuhan Varney

Manajemen kebidanan adalah suatu pendekatan proses pemecahan

masalah yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran

dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, temuan, keterampilan dalam

rangkaian atau tahapan yang logis untuk mengambil suatu keputusan yang

terfokus pada klien. Menurut Helen Varney, proses manajemen kebidanan

terdiri dari 7 langkah yang berurutan yaitu

2.2.1 Pengkajian

Pengkajian merupakan langkah mengumpulkan semua data

yang akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan
123

kondisi pasien secara keseluruhan. Bidan dapat melakukan pengkajian

dengan efektif, maka harus menggunakan format pengkajian yang

tersandar agar pertanyaan yang diajukan lebih terarah dan relavan

A. Data subjektif

Data subjektif di peroleh dengan cara melakukan anamnesa.

Anamnesa adalah pengkajian dalam rangka mendapatkan data

pasien dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan, baik

secara langsung pada pasien maupun keluarga meliputi,

biodata/identitasibu dan suami pasien, riwayat haid/menstruasi,

riwayat perkawinan, riwayat obstetri (riwayat kehamilan, riwayat

persalinan, riwayat nifas, riwayat dan keluarga berencana yang

lalu) riwayat kesehatan keluarga, pola kebiasaan, makan minum,

eliminasi, aktivitas dan istirahat data pengetahuan, psikososial,

spiritual, budaya

B. Data objektif

Data objektif dapat diperoleh melalui pemeriksaan fisik dengan

cara inspeksi, palpasi, auskultasi, perkusi sesuai dengan

kebutuhan, pemeriksaan tanda-tanda vital dan pemeriksaan

penunjang.

2.2.2 Interpretasi data

Merupakan identifikasi terhadap diagnosa, masalah dan

kebutuhan pasien pada pasien berdasarkan interprestasi yang benar

interpestasi data meliputi diagnosis kebidanan, masalah, kebutuhan

2.2.3 Identifikasi diagnosis/masalah potensial

Langkah ini merupakan langkah antisipasi, sehingga dalam

melakukan asuhan kebidanan, bidan dituntut untuk mengantisipasi

permasalahan yang akan timbul dari kondisi yang ada.


124

2.2.4 Identifikasi Kebutuhan tindakan segera

Setelah merumuskan tindakan yang perlu dilakukan untuk

mengantisipasi diagnosa/masalah potensial bidan dapat merumuskan

tindakan emergency untuk menyelamatkan ibu dan bayi secara

mandiri, kolaborasi, atau rujukan berdasarkan kondisi pasien.

2.2.5 Intervensi

Merupakan kelanjutan penatalaksanaan terhadap masalah atau

diagnosa yang telah diidentifikasi atau diantisipasi yang sifatnya

segera atau rutin, rencana asuhan dibuat berdasarkan pertimbangan

yang tepat, baik dari pengetahuan, teori yang up to date, dan

divalidasikan dengan kebutuhan pasien.

2.2.6 Implementasi

Pelaksanaan dapat dilakukan seluruhnya oleh bidan atau

bersama-sama dengan klien atau anggota tim kesehatan, bila tindakan

dilakukan oleh dokter atau tim kesehatan lain, bidan tetap memegang

tanggung jawab untuk mengarahkan kesinambungan asuhan

berikutnya

2.2.7 Evaluasi

Evaluasi didasarkan pada harapan pasien yang diidentifikasi saat

merencanakan asuhan kebidanan untuk mengetahui keberhasilan

asuhan, dengan mengamati pasien dan memberikan asuhan

berkelanjutan pada pasien

2.3 Konsep Dasar Dokumentasi Kebidanan

2.3.1. Definisi

Dokumentasi merupakan suatu catatan otentik atau

dokumentasi asli yang dapat dijadikan bukti dalam persoalan hukum.


125

Sedangkan dokumentasi kebidanan merupakan bukti pencatatan dan

pelaporan berdasarkan komunikasi tertulis yang akurat dan lengkap

yang dimiliki oleh bidan dalam melakukan asuhan kebidanan dan

berguna untuk kepentingan pasien, tim kesehatan, serta kalangan

bidan sendiri.

Berdasarkan penjelasan di atas, dokumentasi merupakan

kegiatan pencatatan, pemeliharaan, dan proses komunikasi terhadap

informasi yang berkaitan dengan pengelolaan pasien guna

mempertahankan sejumlah fakta dari suatu kejadian dalam suatu

waktu.

Pengkajian merupakan dasar utama dalam memberikan

asuhan kebidanan sesuai dengan kebutuhan individu. Oleh karena

itu, pengkajian harus akurat, lengkap, sesuai dengan kenyataan,

kebenaran data sangat penting dalam merumuskan suatu diagnosa

kebidanan dan memberikan pelayanan kebidanan sesuai dengan

respon individu sebagaimana yang telah ditentukan sesuai standar

asuhan kebidanan dalam keputusan Menteri Kesehatan Nomor

938/MENKES/SK/VIII/2007 tentang Registrasi dan Praktik Bidan dan

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia NOMOR

369/MENKES/SK/III/2007 tentang standart asuhan kebidanan.

Penyusunan data sebagai indicator dari data yang mendukung

diagnose kebidanan adalah suatu kegiatan kognitif yang komplek dan

bahkan pengelompokkan data focus adalah sesuatu yang sulit.

(Sumber : Dokumentasi kebidanan )

2.3.2. Tujuan Dokumentasi

Adapun tujuan dokumentasi kebidanan adalah sebagai

sarana komunikasi. Ke bawah untuk melakukan instruksi, Ke atas


126

untuk memberi laporan, Ke samping (Lateral) untuk memberi

saran

Dokumentasi yang dikomunikasikan secara akurat dan

lengkap dapat berguna untuk:

a. Membantu koordinasi asuhan kebidanan yang diberikan oleh

tim kesehatan.

b. Mencegah informasi yang berulang terhadap pasien atau

anggota tim kesehatan atau mencegah tumpang tindih, bahkan

sama sekali tidak dilakukan untuk mengurangi kesalahan dan

meningkatkan ketelitian dalam memberikan asuhan kebidanan

pada pasien.

c. Membantu tim bidan dalam menggunakan waktu sebaik-

baiknya.

1. Sebagai sarana tanggung jawab dan tanggung gugat

Sebagai upaya untuk melindungi pasien terhadap kualitas

pelayanan keperawatan yang diterima dan perlindungan

terhadap keamanan perawat dalam melaksanakan

tugasnya, maka perawat/bidan diharuskan mencatat segala

tindakan yang dilakukan terhadap pasien.

2. Sebagai sarana informasi statistic

Data statistik dari dokumentasi kebidanan dapat membantu

merencanakan kebutuhan di masa mendatang, baik SDM,

sarana, prasarana dan teknis.

3. Sebagai sarana pendidikan

Dokumentasi asuhan kebidanan yang dilaksanakan secara

baik dan benar akan membantu para siswa kebidanan

maupun siswa kesehatan lainnya dalam proses belajar


127

mengajar untuk mendapatkan pengetahuan dan

membandingkannya, baik teori maupun praktek lapangan.

4. Sebagai sumber data penelitian

Informasi yang ditulis dalam dokumentasi dapat digunakan

sebagai sumber data penelitian.

5. Sebagai jaminan kualitas pelayanan kesehatan

Melalui dokumentasi yang dilakukan dengan baik dan benar,

diharapkan asuhan kebidanan yang berkualitas dapat

dicapai, karena jaminan kualitas merupakan bagian dari

program pengembangan pelayanan kesehatan.

6. Sebagai sumber data perencanaan asuhan kebidanan

berkelanjutan

Dengan dokumentasi akan didapatkan data yang aktual dan

konsisten mencakup seluruh asuhan kebidanan yang

dilakukan.

2.3.3. Fungsi Dokumentasi

1. Bentuk tanggung jawab profesi bidan

Responsibilitas dan akuntabilitas profesi merupakan salah

satu alasan diadakannya dokumentasi asuhan kebidanan.

2. Perlindungan hukum

Informasi dalam dokumentasi kebidanan dapat digunakan

pada saat terjadi kasus malpraktik yang menyangkut pemberian

asuhan kebidanan oleh bidan.

3. Mematuhi standar pelayanan

Sebuah institusi pelayanan kebidanan harus mematuhi

standar-standar tertentu untuk mendapatkan ijin operasional dan

kualitas tertentu (akreditasi).


128

4. Efisiensi kegiatan dan pembiayaan asuhan

2.3.4. Manfaat Dokumentasi

1. Aspek Administrasi

Dokumentasi kebidanan yang berisi tindakan bidan,

berdasarkan wewenang dan tanggung jawab sebagai tenaga

medis dan paramedic dalam mencapai tujuan pelayanan

kebidanan.

2. Aspek Medis

Dokumentasi berisi catatan yang digunakan sebagai dasar

untuk merencanakan pengobatan atau perawatan yang harus

diberikan kepada pasien.

3. Aspek Hukum

Dokumentasi yang digunakan sebagai tanda bukti dan

jaminan kepastian hukum.

4. Aspek Keuangan

Dokumentasi data atau informasi baik tentang tindakan serta

perawatan pada pasien yang dapat digunakan sebagai perincian

biaya atau keuangan.

5. Aspek Penelitian

Dokumentasi yang digunakan sebagai data dalam penelitian

dan pengembangan ilmu pengetahuan melalui studi dokumentasi.

6. Aspek Pendidikan

Dokumentasi kebidanan berisi data informasi tentang

perkembangan kronologis dan kegiatan pelayanan medik yang

diberikan kepada pasien yang dapat dipergunakan sebagai bahan

atau referensi pendidikan


129

7. Aspek Dokumentasi

Dokumentasi yang berisi sumber informasi yang harus

didokumentasikan dan dipakai sebagai bahan

pertanggungjawaban dalam proses dan laporan pelayanan

kebidanan.

8. Aspek Jaminan Mutu

Dokumentasi yang dilakukan dengan baik, lengkap dan akurat

dapat membantu dalam peningkatan mutu asuhan kebidanan.

Selain itu, dokumentasi yang dilakukan bias berguna untuk

mengetahui sejauh mana masalah pasien dapat teratasi dan

seberapa jauh masalah baru dapat diidentifikasikan dan dimonitor

melalui catatan yang akurat.

9. Aspek Akreditasi

Dokumentasi dapat digunakan untuk memantau kualitas

layanan kebidanan yang telah diberikan sehingga dapat diambil

kesimpulan tentang tingkat keberhasilan pemberian asuhan

kebidanan

10. Aspek Statistik

Informasi statistik dari dokumentasi dapat membantu suatu

institusi untuk mengantisipasi kebutuhan tenaga dan menyusun

rencana sesuai dengan kebutuhan.

11. Aspek komunikasi

Komunikasi digunakan sebagai koordinasi asuhan kebidanan

yang diberikan oleh beberapa orang untuk mencegah pemberian

informasi berulang-ulang kepada pasien oleh anggota tim

kesehatan.
130

2.3.5. Syarat Dokumentasi

Dalam melakukan dokumentasi asuhan kebidanan, kita perlu

mengetahui aturan atau prinsip umum dalam pembuatan

dokumentasi kebidanan agar dapat terlaksana secara efektif dan

efisien. Sebelum prinsip-prinsip tersebut diterapkan, ada beberapa

persyaratan dokumentasi kebidanan yang perlu diketahui,

diantaranya sebagai berikut :

1. Kesederhanaan. Penggunaan kata-kata yang sederhana, mudah

dibaca, mudah dimengerti, dan menghindari istilah yang sulit

dipahami.

2. Keakuratan. Data yang diperoleh harus benar-benar akurat

berdasarkan informasi yang telah dikumpulkan. Selain itu, terdapat

kejelasan bahwa data yang diperoleh dari pasien. Dengan

demikian, dapat ditarik kesimpulan yang otentik dan akurat serta

terhindar dari kesimpulan yang menyimpang.

3. Kesabaran. Gunakan kesabaran dalam membuat dokumentasi

kebidanan dengan meluangkan waktu untuk memeriksa

kebenaran terdapat data pasien yang telah atau sedang diperiksa

4. Ketepatan. Ketepatan dalam pendokumentasian merupakan

syarat mutlak. Untuk memperoleh ketepatan diperlukan ketelitian

dan penggunaan seperti penilaian gambaran klinis pasien, hasil

laboratorium, pemeriksaan tambahan, pencatatan terhadap setiap

perubahan rencana tindakan, pelayanan kesehatan, observasi

yang dilakukan pada lembar atau bagan yang ditentukan, dan

kesesuaian hasil pemeriksaan dengan hasil atau instruksi dokter

dan tenaga kesehatan lainnya, di mana setiap kesalahan dikoreksi


131

dengan baik dan pada tanda bukti pencantuman ditandatangani

oleh pihak-pihak yang berwenang.

5. Kelengkapan. Pencatatan terhadap semua pelayanan yang

diberikan, tanggapan bidan, tanggapan pasien, alasan pasien

dirawat, kunjungan dokter dan tenaga kesehatan lainnya beserta

advisnya yang terdiri dari dari 5 atau 7 tahap asuhan kebidanan.

6. Kejelasan dan keobjektifan. Dokumentasi kebidanan memerlukan

kejelasan dan keobjektifan dari data-data yang ada, bukan

merupakan data fiktif dan samar yang dapat menimbulkan

keracunan. Data dokumentasi kebidanan harus logis, jelas,

rasional, kronologis, serta mencatumkan nama dan nomor

register. Penulisan dimulai dimulai dengan huruf besar dan setiap

penulisan data memiliki identitas dan waktu.

7. Rahasia (Confidentiality). Informasi yang didapat dari pasien

didokumentasikan dan petugas wajib menjaga atau melindungi

rahasia pasien yang bersangkutan.

2.3.6. Kriteria Pencatatan Asuhan

Pendokumentasian Asuhan Kebidanan adalah system

pencatatan yang digunakan agar asuhan yang dilakukan dapat

dicatat dengan benar, jelas, sederhana dan logis dengan

menggunakan metode pendokumentasian SOAP yang terdiri dari :

a. Subyektif.

Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien

melalui anamnesa. Hal ini dilakukan untuk mengevaluasi keadaan

klinis secara lengkap. Subjektif termasuk kedalam langkah 1

dalam 7 langkah varney.


132

b. Obyektif.

Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik dan

klien,hasil laboratorium dan tes diagnostik lain yang dirumuskan

dalam data fokus untuk mendukung assessment, objektif termasuk

kedalam langkah 1 dalam 7 langkah varney.

c. Assessment.

Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan

interprestasikan data subyektif dan obyektif dalam situasi

diagnosa atau masalah dan antisipasi diagnosa atau masalah

potensialo lain. Assessment termasuk langkah 2,3,4 dalam 7

langkah varney.

d. Planing.

Menggambarkan pendokumentasian dari perencanaan, tindakan

dan evaluasi berdasarkan assessment, planning terdiri dari

langkah 5,6,7 dalam 7 langkah varney


BAB III

KERANGAKA KONSEP

3.1 Kerangka konsep

ANC Pada
Ny”R” GIIP0I0I
Ab000

FISIOLOGIS PATOLOGIS

asuhan kebidanan kehamilan fisiologis RUJUK


Trimester III 2 x kunjungan UK(30-36 M) PERSALINAN
kunjungan 1x/minggu uk 37,39 minggu

FISIOLOGIS PATOLOGIS

Pemantauan kemajuan RUJUK


persalinan kala I-IV
dengan partograf

BAYI BARU LAHIR NIFAS

fisiologis Patologis
fisiologi Patologis
s
Rujuk
Asuhan kebidanan nifas
Asuhan bayi baru Rujuk kunjungan I 6 jan- 3 hari
lahir kunjungn I ( 6 KB
kunjungan II 4-7 hari
jam- 3 hari )
kunjungan III 8-14 hari
kunjungan II (4-7
kunjungan IV >35 hari
hari ) Konseling , pelaksanaan
danpelayanan KBvaluasi Kunjunga I 6 Jam -3 hari pp
konseling KB
Kunj II 4-7 hr pp kunj III 8-14 hr
KUNJ II pp > 15 hari PP
Gambar 3.1Kerangka Konsep

133
134

Ketetangan

: Fisiologi

Patol : Patologis

Berdasarkan gambar asuhan kebidanan komprehensif pada ny “” usia

tahun, akan dilaksanakan asuhan kebidanan fisiologis yang komperehensif

dengan melakukan asuhan kehamilan fisiologis selama 4 kali kunjungan rumah,

dan satu kali asuhan persalinan normal di Bpm., asuhan nifas fisiologis

dilakukan

6 jam pertama setelah persalinan dan tiga kali kunjungan rumah, asuhan pada

bayi baru lahir fisiologis pada 6 jam pertama bayi lahir dan kunjungan rumah satu

kali, dan asuhan keluarga berencana akan dilanjutkan pada 40 hari masa nifas

ibu. Asuhan kebidanan ini di laksanakan pada pasien yang fisiologis jika dalam

pelaksanaan asuhan terdapat kejadian patologis, maka asuhan kebidanan tetap

dilaksanakan tetapi pasien dirujuk fasilitas kesehatan yang memadai dan tetap

dilakukan observasi.
BAB IV

LAPORAN PELAKSANAAN ASUHAN

4.1 Laporan Pelaksanaan Asuhan Kehamilan

4.1.1 Asuhan kehamilan kunjungan I

Pengkajian Data

Tanggal : 19 Februari 2015

Tempat : Tubo RT 5 RW 1 (Di rumah pasien)

Jam : 10.30 wib

Oleh : Dyah Kartika Yulianti

A. Data Subyektif

Nama : Ny. “ R ”. Nama suami : Tn. “ N ”

Umur : 30 tahun. Umur : 26 tahun

Agama : Islam. Agama : Islam

Pendidikan : SMA. Pendidikan : SMA

Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Bangunan

Alamat :Tubo RT 5 RW 1 TAJINAN

Ibu mengatakan perutnya terasa kenceng-kenceng, sering dan

teratur, ini adalah kehamilan ibu yang ke dua, anak pertamanya lahir

premature, secara normal di bidan, berat lahir 2200gr, JK laki-laki, AK

usia 7 tahun, proses nifas ibu berjalan dengan normal, HPHT : 02 – juli –

2014

135
136

Riwayat kesehatan ibu

Ibu mengatakan tidak pernah atau tidak sedang menderita penyakit

menurun, menahun, dan menular

Riwayat kesehatan keluarga

Ibu mengatakan bahwa dalam keluarganya tidak pernah atau tidak sedang

menderita penyakit menurun, penyakit menular, dan menahun. Ibu

mengatakan bahwa jari tangan dan kaki suaminya tidak lengkap atau cacat

bawaan (sindaktil) .

Riwayat sosial ekonomi

1. Menikah

Suami pertama cerai setelah menikah 1 tahun (saat itu ibu hamil 7 bulan).

Suami sekarang menikah ± selama 2 tahun, ibu menikah yang kedua

pada usia 28 tahun.

2. Riwayat menstruasi

Ibu mengatakan menstruasi pertama pada usia 13 tahun dan hingga

sekarang ibu rutin menstruasi dengan siklus 28 hari

3. Riwayat KB

Ibu tidak KB setelah melahirkan anak pertama, lalu ibu menggunakan kb

pil ± selama 4 bulan, sejak menikah dengan suami yang ke 2, setelah itu

ibu tidak KB lagi dengan alasan ingin punya anak lagi dan ibu tidak

pernah mengalami keluhan selama menggunakan KB pil

4. Aktivitas

Saat ini ibu sudah tidak bekerja di luar rumah, ibu hanya melakukan

aktifitas sebagai ibu rumah tangga seperti menyapu, memasak dan

mencuci.
137

5. Pola eliminasi

Ibu BAK ± 5-6 x sehari dan BAB ± 3-4 x seminggu

6. Pola nutrisi :

1. Ibu makan 3 x sehari, dengan nasi, sayur-sayuran dan lauk pauk

( tahu, tempe, telur, ayam dan ikan)

2. Ibu minum ± 2 liter/ hari, air putih dan susu ibu hamil

7. Pola istirahat

1. Ibu mengatakan tidur siang ± 1 jam

2. Ibu mengatakan tidur malam ± 8-9 jam

8. Pola kebiasaan

Ibu mengatakan tidak pernah mengkonsumsi jamu, minuman keras dan

merokok.

9. Respon keluarga

Suami, keluarga dan ibu sangat senang dengan kehamilan ini karena

ini adalah kehamilan yang ditunggu dan merupakan anak pertama bagi

suami.

B. Data Obyektif

1. Pemeriksaan Umum

Keadaan Umum : Baik TB : 152 cm

BB sebelum hamil: 42 Kg LILA :25 cm

BB sesudah hamil: 51 Kg Suhu : 36,2o C ( Axilla )

TD : 90 / 60 Nadi : 86 x/menit (teratur)

RR : 21 x/menit (teratur) TP : 9 - April -2014

2. Pemeriksaan Fisik

Rambut : Hitam, lurus, bersih, tidak rontok


138

Muka : Tidak pucat, tidak odema dan lonjong

Mata : Konjungtiva merah muda, sclera tidak icterus

Hidung : Tidak ada pernafasan cuping hidung

Mulut : Bibir tidak pucat, tidak pecah-pecah,

Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada pembesaran

kelenjar getah bening, tidak ada bendungan vena jugularis

Dada : Tidak ada retraksi dinding dada.

Payudara : Simetris, puting sedikit tenggelam, tidak ada kelainan /

pembesran, colostrum -/- .

Abdomen : Tidak ada bekas operasi, TFU 4 jari di atas pusat (28

cm), puki kepala sudah masuk PAP 4/5, DJJ 147x,

TBJ : 2635 gr, gerakan janin aktif.

Ekstermitas : Simetris, odema -/-, varises -/-, reflex patela +/+.

C. ANALISA

Ny “ R “ usia 30 tahun GII P0I0IAb000 33 minggu 8 hari T/H letkep dengan

kehamilan fisiologis

D. PENATALAKSANAAN

1. Menjelaskan kepada ibu

tentang keadaan ibu dan janinnya dalam keadaan sehat

2. Menganjurkan ibu untuk lebih

banyak istirahat dan menjelaskan dampak negatifnya jika ibu

melahirkan bayi premature.


139

3. Memberikan terapi obstanon

1x1

4. Memberikan KIE tentang

kemungkinan terjadinya sindaktil pada bayi, nutrisi, kelas ibu hamil

dan mengurangi aktivitas, ibu memahami

5. Menjelaskan kepada ibu

tentang tanda bahaya kehamilan

6. Menganjurkan ibu untuk

priksa laboratorium yaitu protein urin, albumin dan HB

7. Menganjurkan kepada ibu

untuk control 2 minggu lagi atau jika ada keluhan , ibu mengerti

4.1.2 Asuhan kehamilan kunjungan II

Tanggal : 27 Februari 2015

Tempat : Tubo RT 5 RW 1 (Di rumah pasien)

Jam : 11.24 Wib

A. Data Subyektif

Ibu mengatakan pinggangnya sakit, ibu sudah istirahat total dan

mengkonsumsi obstanon (terapi yang diberikan oleh bidan), ibu tidak

pernah pijat oyok, dan tidak mengkonsumsi jamu tetapi ibu belum tes

laborat yang disarankan oleh bidan

B. Data Obyektif

1. Pemeriksaan Umum

Keadaan Umum : Baik

BB sesudah hamil: 51 Kg Suhu : 36o C ( Axilla )


140

TD : 90 / 60 Nadi : 85 x/menit (teratur)

RR : 20 x/menit (teratur)

2. Pemeriksaan Fisik

Muka tidak pucat, tidak odema, konjungtiva merah muda, sclera tidak

icterus, bibir tidak pucat, tidak pecah-pecah, Tidak ada retraksi dinding

dada, Payudara simetris, puting sedikit tenggelam, tidak ada kelainan /

pembesran, colostrum -/- , tidak ada bekas operasi, TFU 4 jari di atas pusat

(28 cm), puki kepala sudah masuk PAP 4/5, DJJ 140x, TBJ : 2635 gr,

gerakan janin aktif, Ekstermitas simetris, odema -/-, varises -/-, reflex patela

+/+.

C. ANALISA

Ny “ R “ usia 30 tahun GII P0I0IAb000 35 minggu T/H letkep dengan kehamilan

fisiologis

D. PENATALAKSANAAN

1. Menjelaskan kepada ibu tentang keadaan ibu dan janinnya dalam

keadaan sehat

2. Mengajarka kepada ibu, suami dan keluarga tentang cara memijat

pinggang serta menyarankan agar pinggang ibu di kompres dengan

air hangat atau di beri minyak yang hangat seperti minyak kayuputih.

3. Memberikan terapi Vitonal F 1 x 1

4. Menganjurkan ibu untuk USG

5. Menganjurkan kepada ibu untuk control 2 minggu lagi atau jika ada

keluhan , ibu mengerti


141

4.1.3 Asuhan kehamilan kunjungan III

Tanggal : 29 Maret 2015

Tempat : Tubo RT 5 RW 1 (Di rumah pasien)

Jam : 16.20 Wib

A. Data Subyektif

Ibu mengatakan perutnya terasa kenceng – kenceng dan pinggangnya

sakit, ibu sudah memijat dan memberi minyak kayu putih pada pinggang tetapi

kalau panasnya hilang pinggangnya sakit lagi dan sudah mengkonsumsi

Vitonal F (terapi yang diberikan oleh bidan), ibu tidak mau USG dengan

alasan jenis kelamin bayinya akan menjadi kejutan

B. Data Obyektif

1. Pemeriksaan Umum

Keadaan Umum : Baik

Kesadaran : Composmentis

BB sesudah hamil: 51 Kg Suhu : 36o C ( Axilla )

TD : 100 / 70 Nadi : 88 x/menit (teratur)

RR : 19 x/menit (teratur)

2. Pemeriksaan Fisik

Muka tidak pucat, tidak odema, konjungtiva merah muda, sclera tidak

icterus, bibir tidak pucat, tidak pecah-pecah, Tidak ada retraksi dinding

dada, Payudara simetris, puting sedikit tenggelam, tidak ada kelainan /

pembesran, colostrum -/- , tidak ada bekas operasi, TFU 3 jari di bawah px
142

(30 cm), puki kepala sudah masuk PAP 3/5, DJJ 142x, TBJ : 2790 gr,

gerakan janin aktif, Ekstermitas simetris, odema -/-, varises -/-, reflex patela

+/+.

C. ANALISA

Ny “ R “ usia 30 tahun GII P0I0IAb000 39 minggu 2 hari T/H letkep dengan

kehamilan fisiologis

D. PENATALAKSANAAN

1. Menjelaskan kepada ibu tentang keadaan ibu dan janinnya dalam

keadaan sehat

2. Menganjurkan agar ibu jalan-jalan pagi dan sore serta diperbolehkan

untuk bersenggama

3. Menjelaskan manfaat USG dan tes laborat

4. Memberikan terapi Vitonal F 1 x 1

5. Mengajarkan cara mengatur pola pernafasan guna rileksasi

6. Menganjurkan kepada ibu untuk control 1 minggu lagi atau jika ada

keluhan , ibu mengerti

4.1.4 Asuhan kehamilan kunjungan IV

Tanggal : 6 April 2015

Tempat : Tubo RT 5 RW 1 (Di rumah pasien)

Jam : 06.00 Wib

A. Data Subyektif

Ibu mengatakan keluar lendir dan darah, tetapi perutnya tidak terasa

kenceng – kenceng atau belum sakit dan pinggangnya masih terasa sakit, ibu

sudah jalan-jalan sesuai dangan anjuran bidan dan sudah mengkonsumsi


143

Vitonal F (terapi yang diberikan oleh bidan), ibu sudah tes laborat di RSB.

Refa Husada

B. Data Obyektif

Pemeriksaan Umum

Keadaan Umum : Baik

Kesadaran : Composmentis

BB sesudah hamil: 52 Kg Suhu : 36o C ( Axilla )

TD : 100 / 70 Nadi : 82 x/menit (teratur)

RR : 21 x/menit (teratur) TP : 9 - April -2014

Pemeriksaan Fisik

Muka tidak pucat, tidak odema, konjungtiva merah muda, sclera tidak

icterus, bibir tidak pucat, tidak pecah-pecah, Tidak ada retraksi dinding

dada, Payudara simetris, puting sedikit tenggelam, tidak ada kelainan /

pembesran, colostrum +/+, tidak ada bekas operasi, TFU 3 jari di bawah px

(32 cm), puki kepala sudah masuk PAP 3/5, DJJ 137x, TBJ : 3255 gr,

gerakan janin aktif, Ekstermitas simetris, odema -/-, varises -/-, reflex patela

+/+.

Pemeriksaan penunjang (laborat)

Lekosit : 2+

Protein : NEG

Albumin : NEG

Bilirubin : NEG
144

C. ANALISA

Ny “ R “ usia 30 tahun GII P0I0IAb000 39 minggu 4 hari T/H letkep dengan

kehamilan fisiologis

D. PENATALAKSANAAN

1.Menjelaskan kepada ibu tentang keadaan ibu dan janinnya dalam keadaan

sehat

2.Menganjurkan agar ibu jalan-jalan di ruang bersalin

3.Observasi his dan lendir darah yang keluar.

4.Mengajarkan pada ibu cara mengatur pola pernafasan guna rileksasi

5.Setelah di observasi selama 12 jam, tetap tidak ada his dan lendir darah

tidak keluar lagi, pasien diperbolehkan pulang jam 18.00

6.Menganjurkan kepada ibu untuk control sewaktu-waktu jika ada keluhan

atau perutnya mulai terasa mules.ibu mengerti

4.2 Laporan asuhan persalinan

Tanggal pengkajian : 7 April 2015

Tempat : BPS Masturoh

Jam : 02.00 WIB

4.2.1 Asuhan kala I

A. Data subjektif

Ibu mengatakan perutnya terasa sakit, sering sejak tadi malam

jam 20.00 wib dan keluar lendir darah, malam ini ibu tidak bisa tidur

karena perutnya bertambah sakit, ibu sudah makan jam 24.00 wib dan

sering minum air putih.


145

B. Data objektif

Keadaan umum : baik

Kesadaran : composmentis

Tekanan darah : 90/60

Suhu : 36 °C

a. Pemeriksaan fisik

Wajah tidak pucat, konjungtiva merah muda seklera putih, bibir

lembab, tidak pucat, colostrum +/+, tidak ada luka bekas operasi

TFU 2 jari di bawa px (32 cm) bokong, puki, kepala sudah masuk

PAP teraba 4/5 bagian, DJJ 130x/menit, His 2.30.25, TBJ : 3255

g, tidak terdapat tanda-tanda PMS, terdapat lendir darah, vagina

tuoch, pembukaan seviks 2 cm, efficement 20 % ketuban (+),

bagian terdahulu kepala, tidak ada bagian kecil disamping kepala

bagian terendah UUK, hodge II, molase 0, Ekstremitas oedema

-/- varises -/-

C. Analisa

Ny “R” GII P0101 Ab000 UK 39 minggu 4 hari letkep T/H inpartu kala I fase

laten

D. Penatalaksanaan

1. Menginformasikan seluruh hasil pemeriksaan bahwa kondisi ibu dan

janin sehat TTV dan DJJ dalam batas normal, ibu mengerti

2. Menganjurkan ibu untuk miring kiri untuk mencegah terjadinya

penekanan vena cava inferior dan penurunan kepala, ibu mengerti

3. Mengajarkan ibu tehnik relaksasi, ibu lebih tenang

4. Menganjurkan untuk tidak menahan BAK dan BAB, ibu memahami

5. Menganjurkan ibu untuk memenuhi kebutuhan nutrisi, ibu minum air

putih dan susu, 200 ml


146

6. Menganjurkan suami mendampingi ibu, ibu tampak tenang

7. Menyiapkan partus set, resusitasi set, perlengkapan ibu dan bayi

4.2.2 Asuhan kala II

Tanggal pengkajian : 7 April 2015

Tempat : BPS Masturoh

Jam : 04.00 WIB

A. Data subjektif

Ibu mengatakan perutnya terasa kenceng-kenceng sering, ingin

BAB, dan keluar cairan banyak .

B. Data objektif

Terdapat tanda gejala kala II, dorongan untuk meneran, tekanan

pada anus, perinium menonjol, vulva vagina membuka, lendir

darah +, terdapat cairan ketuban

Vagina touch, pembukaan serviks 10 cm, efficement 100 %,

ketuban (-) warna jernih pecah spontan, tidak ada bagian kecil

disamping kepala, bagian terendah UUK, hodge III+, molase O

C. Analisa

Ny “R” GII P0101 Ab000 UK 39 minggu 4 hari letkep T/H inpartu kala II

D. Penatalaksanaan

1. Menginformasikan seluruh hasil pemeriksaan bahwa kondisi ibu

sehat dan sudah pembukaan lengkap yang menandakan janin akan

segera lahir, ibu memahami

2. Memposisikan ibu litotomi dan Mengajarkan ibu cara meneran yang

benar.

3. Memberi ibu minum saat tidak ada kontraksi


147

4. Melakukan asuhan persalinanan normal dengan bidan, bayi lahir

spontan tanggal 7 april 2015 jam 04.35, menangis spontan, kulit

kemerahan, gerakan aktif dengan jenis kelami laki-laki, jari kaki bayi

kanan dan kiri tidak lengkap, masing-masing berjumlah 4 (sindaktili)

4.2.3 Asuhan kala III

Tanggal pengkajian : 7 April 2015

Tempat : BPS Masturoh

Jam : 04.36

A. Data subjektif

Ibu mengatakan setelah kepala bayi lahir rasanya seperti mimpi,

bayi lahir tanggal 7 april 2015 pukul 04.35 WIB, tetapi ari-ari bayi masih

belum lahir.

B. Data objektif

Tali pusat memanjang, ada semburan darah, uterus globuler

C. Analisa

Ny “R” P1102 Ab000 dengan inpartu kala III

D. Penatalaksanaan

1. Menginformasikan seluruh hasil pemeriksaan, ibu mengerti

2. Memastikah kehamilan tunggal, TFU setinggi pusat

3. Melakukan injeksi oksitosi 10 IU, obat masuk secara IM tidak ada

alergi

4. Melakukan penegangan tali pusat terkendali, dengan dorsokranial,

plasenta lahir lengkap jam 04.45 Wib

5. Melakukan masase fundus uteri segera setelah plasenta lahir,

terdapat semburan darah tiba-tiba uterus lembek

6. Memberikan injeksi oksitosin yang kedua 10 IU secara IM


148

7. Melakukan eksplorasi, dan memasang ball tampon

8. Memastikan kelengkapan plasenta kotiledon lengkap, selaput utuh,

panjang tali pusat ± 30 cm

9. Memastikan laserasi jalan lahir, laserasi derajat 1 melakukan

heacthing

10. Memastikan jumlah perdarahan darah ± 300 cc

11. Memastikan kandung kemih kosong

12. Melakukan observasi 2 jam Post Partum, partograf terlampir

4.2.4 Asuhan Kala IV

Tanggal pengkajian : 7 April 2015

Tempat : BPS Masturoh

Jam : 05.00 wib

A. Data subjektif

Ibu mengatakan sangat lega karena akhirnya persalinannya

telah selasai tetapi ibu merasa perutnya mules dan ibu klien

mengatakan bahwa terdapat keturunan hemofilia pada keluarganya.

B. Data objektif

Keadaan umum: baik

Tekanan darah : 80/60 mmHg

Nadi : 84x/menit

Suhu : 36, 5 °C

Pernafasan :20x/menit

Pemeriksaan fisik

Muka tidak pucat, konjungtiva merah muda seklera putih, bibir lembab,

tidak pucat, colostrum +/+,TFU 2 jari dibawah pusat, keras, kandung


149

kemih kosong, lochea rubra, terdapat laserasi derajat 1 dan sudah di

heacthing

C. Analisa

Ny “R” P1102 Ab000 dengan inpartu kala IV

D. Penatalaksanaan

1. Mengiformasikan seluruh hasil pemeriksaan, ibu mengerti

2. Memberi ibu makan dan minum susu, makanan dan minuman yang

diberikan sudah dimakan tetapi tidak habis

3. Menganjurkan ibu untuk tidak menahan BAK dan BAB ibu mengerti

4. Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya, ASI lancar

5. Melakukan kolaborasi dengan bidan dalam memeberikan terapi

- Amoksilin 3 x 1

- Paracetamol 3 x 1

- Caviplex 1 x 1

4.3 Laporan Asuhan Nifas

4.3.1 Asuhan nifas kunjungan I

Tanggal pengkajian : 9 April 2015

Tempat : Rumah Ny “S”

Jam : 15.30 Wib

A. Data Subjektif

Ibu mengatakan perutnya masih terasa mules, ibu ganti

pembalut 2x sehari dan penuh berwarna merah, ibu sudah bisa BAB

tadi pagi.

B. Data Objektif

Keadaan umum : Baik

Tekanan darah : 90/60 mmHg


150

Nadi : 78x/menit

Pernapasan : 19x/menit

Suhu : 36 °C

Pemeriksaan fisik

Muka Tidak pucat, tidak oedema, konjungtiva merah muda,

seclera putih, Bibir lembab, tidak pucat, Payudara simetris ASI +/+,

TFU 3 jari di bawah pusat teraba keras, kandung kemih kosong,

terdapat luka jahitan perinium, lochea rubra pembalut tidak penuh,

Ekstremitas Tidak ada oedema

C. Analisa

Ny “R” P1102 Ab000 Hari Ke-2 Post Partum

D. Penatalaksanaan

1. Mengiformasikan seluruh hasil pemeriksaan, ibu mengerti

2. Melakukan masase fundus uteri, teraba keras

3. Menganjurkan ibu untuk mobilisasi, ibu sudah bisa berjalan

4. Mengajurkan ibu untuk menjaga personal hygiene mengganti

pembalut jika darah sudah penuh, membasuh daerah genetalia

dari arah depan kebelakang, ibu memahami

5. Mengajurkan ibu untuk menyusui bayinya dan melakukan perwatan

bayi baru lahir, ASI lancar dan ibu bisa

6. Menjelaskan tanda-tanda bahaya masa nifas, seperti pusing yang

menetap, perdarahanan yang banyak dan lain-lain, ibu mengerti

7. Menganjurkan ibu mengoksumsi makanan yang mengandung Zat

besi seperti sayur bayam, dan proten seperti ikan telur serta tidak

pantang makan makanan apapun kecuali alergi.

8. Menjadwalkan kunjungan rumah pada 5 hari post partum, ibu

bersedia
151

4.3.2 Asuhan nifas kunjungan II

Tanggal pengkajian : 11 April 2015

Tempat : Rumah Ny “R”

Jam : 15.40 Wib

A. Data Subjektif

Ibu mengatakan agak sulit menyusui karena putingnya sedikit

tenggelam, jumlah darah yang keluar dalam sehari 2 pembalut, BAK

dan BAB ibu sudah lancar.

B. Data Objektif

Keadaan umum : Baik

Kesadaran : composmentis

Tekanan darah : 90/60 mmHg

Nadi : 83x/menit

Pernapasan : 22x/menit

Suhu : 36 °C

Pemeriksaan fisik

Muka Tidak pucat, tidak oedema, konjungtiva merah muda,

seclera putih, Bibir lembab, tidak pucat, Payudara simetris, putting

sedikit tenggelam ASI +/+, TFU 3 jari di bawah pusat teraba keras,

kandung kemih kosong, terdapat luka jahitan perinium sudah menyatu

dan mulai mengering, lochea sanguinolenta pembalut tidak penuh,

Ekstremitas Tidak ada oedema

C. Analisa

Ny “R” P1102 Ab000 Hari Ke-5 Post Partum

D. Penatalaksanaan

1. Mengiformasikan seluruh hasil pemeriksaan, ibu mengerti


152

2. Menganjurkan ibu untuk menggunakan penyambung putting susu,

ibu mau menggunakan

3. Mengajarkan ibu cara senam nifas ibu memahami dan dapt

melakukan

4. Menjadwalkan kunjungan rumah 1 minggu lagi, ibu bersedia

4.4.3 Asuhan nifas kunjungan III

Tanggal pengkajian : 18 April 2015

Tempat : Rumah Ny “R”

Jam : 10.00 Wib

A. Data Subjektif

Ibu mengatakan sudah bisa menyusui bayinya dengan lancar

dan darah yang keluar sedikit.

B. Data Objektif

Keadaan umum : Baik

Tekanan darah : 100/70 mmHg

Nadi : 79x/menit

Pernapasan : 19x/menit

Suhu : 36 °C

Pemeriksaan fisik

Muka Tidak pucat, tidak oedema, konjungtiva merah muda,

seclera putih, Bibir lembab, tidak pucat, Payudara simetris, putting

sedikit tenggelam ASI +/+, TFU sudah tidak teraba, kandung kemih

kosong, terdapat luka jahitan perinium sudah kering, lochea alba dan

ibu sudah tidak menggunakan softek, Ekstremitas Tidak ada oedema

C. Analisa

Ny “R” P1102 Ab000 Hari Ke-12 Post Partum


153

D. Penatalaksanaan

1. Mengiformasikan seluruh hasil pemeriksaan, ibu mengerti

2. Memberi KIE ibu tentang macam-macam kontrasepsi, serta

efeksamping dan cara penggunaan nya

3. Memberi KIE ibu tentang imunisasi lanjutan yang harus didapatkan

oleh bayinya, ibu mengerti

4. Menjadwalkan kunjungan rumah 1 minggu lagi, ibu bersedia

4.3.4 Asuhan nifas kunjungan IV

Tanggal pengkajian : 30 April 2015

Tempat : Rumah Ny “S”

Jam : 11.00 Wib

A. Data Subjektif

Ibu mengatakan memilih kontrasepsi PIL yang akan digunakan

setelah masa nifasnya selesai, dan sekarang sudah bisa beraktivitas

seperti sebelum hamil.

B. Data Objektif

Keadaan umum : Baik

Tekanan darah : 100/70 mmHg

Nadi : 81x/menit

Pernapasan : 21x/menit

Pemeriksaan fisik

Muka Tidak pucat, tidak oedema, TFU sudah tidak teraba,

kandung kemih kosong, Ekstremitas Tidak ada oedema

C. Analisa

Ny “R” P1102 Ab000 Hari Ke-19 Post Partum


154

D. Penatalaksanaan

1. Mengiformasikan seluruh hasil pemeriksaan, ibu mengerti

2. Memberi KIE ibu tentang cara kerja, kelebihan dan kekurangan KB

pil serta menjelaskan pil yang boleh digunakan yaitu pil mini

3. Menyarankan agar ibu control ke bidan setelah selapan untuk

berKB dan bayi nya mendapat imunisasi BCG dan POLIO

4.4 Laporan Asuhan Bayi Baru Lahir

4.4.1 Asuhan Bayi Baru Lahir Kunjungan I

Tanggal pengkajian : 7 April 2015

Tempat : BPM Masturoh

Jam : 05.30 Wib

A. Data Subjektif

Ibu mengatakan telah melahirkan bayi secara normal pada

tanggal 7 April 2015 jam 04.00, bayi menangis kuat.

B. Data Objektif

Keadaan umum : baik

Kesadaran : composmentis

BBL : 3700 gram

PB : 54 cm

C. Pemeriksaan antropometri

Lingkar lengan : 11 cm

Lingkar dada : 33 cm

Lingkar kepala : 34 cm

Diameter sub occipitslis bregmatica 38 cm

Diameter sub occipitalis frontalis 34 cm

occipitalis fronto occipitalis 33 cm


155

Diameter mento occipitalis 34 cm

Diameter sub mento bregmatica 32 cm

D. Pemeriksaan fisik

1. Muka : oval, reflek glabela (+)

2. Mata : simetris, konjungtiva merah muda seklera putih

3. Hidung : tidak ada penapasan cuping hidung

4. Mulut : bibir lembab, tidak terdapat labiopalatoskissis dan

labioskssis, reflek sucking (+)

5. Leher : reflek tornik neck (+)

6. Dada : tidak terdengar bunyi rongki dan whezing, puting susu+/+

7. Abdomen : tidak meteorismus, tidak terdapat perdarahan tali

pusat, tali pusat kering terbungkus kasa steril

8. Genetalia : testis sudah turun, sekrotum ada

9. Ekstremitas : gerakan aktif, akral hangat, reflek baby skin (+),

reflek moro (+), jari kaki kanan dan kiri berjumlah 4 (sindaktili)

E. Analisa

By Ny”R” baru lahir dengan sindaktili

F. Penatalaksanaan

1. Menjelaskan kepada keluarga dan ibu tentang kondisi bayinya, ibu

dan keluarga dapat memahami

2. Menjelaskan pada ibu cara merawat bayi, dan Melakukan

perawatan pada bayi baru lahir

3. Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya on demand, ibu

mengerti

4. Menganjurkan ibu untuk melakukan imunisasi HB 0 ketempat

pelayanan kesehatan pada hari kelima, ibu mengerti


156

4.4.2 Asuhan bayi baru lahir kunjungan II

Tanggal pengkajian : 11 April 2015

Tempat : Rumah Ny “R”

Jam : 08.40 Wib

A. Data subjektif

Ibu mengatakan hari ini waktunya control dan bayinya belum

diberi imunisasi HB0

B. Data objektif

Keadaan umum : baik

BBL : 3800 gram

PB : 54 cm

Suhu : 36, 5 ° C

Pemeriksaan fisik

Muka: oval, kemerhanan

Mata : simetris, konjungtiva merah muda seklera putih

Hidung: tidak ada penapasan cuping hidung

Mulut : bibir lembab, kemerahan

Leher : tidak teraba pembesaran kelenjar tiroid

Dada : tidak terdengar bunyi rongki dan whezing,

Abdomen : tidak meteorismus, tali pusat sudah lepas

Ekstremitas: gerakan aktif, akral hangat, jari kaki kanan kiri sindaktili

C. Analisa

By “D” usia 5 hari dengan imunisasi HB0


157

D. Penatalaksanaan

1. Menginformasikan seluruh hasil pemeriksaan, ibu memahami

2. Menjelaskan pada ibu manfaat dan cara pemberian Imunisasi HB0

3. Menyuntikan vaksin HB0 secara IM di paha kanan.

4. Menjelaskan tentang imunisasi selanjutnya yaitu manfaat, BCG dan

POLIO yang diberika pada bayi usia 1 sampai 2 bulan.

4.5 Laporan Asuhan Keluarga Berncana

Tanggal pengkajian : 12 Mei 2015

Tempat : BPM Masturoh, SST

Jam : 20.00 Wib

A. Data subjektif

Ibu mengatakan ingin menggunakan KB pil karena masa nifasnya

sudah selesai. Sebelumnya ibu pernah menggunakan KB pil dan

kondom

B. Data objektif

Keadaan umum : baik

Kesadaran : composmentis

Tekana darah : 100/70 mmHg

Pemeriksaan fisik

Mata : konjungtiva merah muda, seklera putih

Payudara : ASI +/+, tidak ada benjolan abnormal

Abdomen : tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran abnormal

Ekstremitas : tidak ada oedema tidak ada varises

C. Analisa

Ny “R” usia 30 tahun Akseptor KB Pil mini


158

D. Penatalaksanaan

1. Menginformasikan seluruh hasil pemeriksaan, ibu memahami

2. Menjelaskan pada ibu manfaat dan efek samping serta resiko

penggunaan KB pil mini

3. Menjelaskan pada ibu cara dan aturan meminum pil KB

4. Menjelaskan pada ibu untuk control jika pil tinggal 3 x minum atau jika

ada keluhan
BAB V

PEMBAHASAN

Asuhan kebidanan ini telah diberikan kepada ibu hamil trimester 3

sampai keluarga berencana pada Ny R oleh mahasiswa D3 kebidanan stikes

widyagama husada yang dilakukan secara berkala mulai bulan februari

sampai mei di BPM masturoh. Dalam pembahasan ini penulis akan mengkaji

kesenjangan antara teori dan praktik di lapangan dalam pemberian asuhan

kebidanan.

5.1 Pembahasan Asuhan Kehamilan

Kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan janin intrauterin

mulai sejak konsepsi sampai permulaan persalinan lamanya 280 hari atau

40 minnggu atau 9 bulan 7 hari (Nugroho.2014). Kehamilan didefinisikan

kejadian yang diawali dengan bertemunya sel telur dan sel sperma yang

disebut fertilisasi dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi yang normal

berlangsung 40 minggu (Siwi, 2015)

Kunjungan ANC yang dilakukan pada Ny R dimulai sejak tanggal 19

februari 2015 saat usia kandungan 7 bulan, kunjungan yang ke dua

dilakukan pada tanggal 27 februari 2015, kunjungan yang ke tiga dilakukan

pada tanggal 29 maret 2015, kunjungan ANC terakhir dilakukan pada

tanggal 6 april 2015 jadi jumlah kunjungan yang dilakukan oleh penulis

sebanyak 4 kali dalam trimester III. Ibu melakukan kunjungan anc sebanyak

8 kali kunjungan selama hamil di bidan dimulai dari awal terlambatnya

menstruasi sampai kandungan berusia 7 bulan. Sedangkan secara teori Ibu

hamil memerlukan minimal 4 kali kunjungan pada kehamilan trimester I, II

159
160

masing-masing 1 kali, dan trimester III sebanyak 2 kali. (Walyani,Dkk, 2015).

Kunjungan ANC yang dilakukan pasien sangat bagus dan terbilang sangat

sukses serta sudah memenuhi syarat karena klien kontrol ketenaga

kesehatan setiap bulan sehingga tenaga kesehatan dapat mengontrol

komplikasi yang mungkin terjadi sedini mungkin.

Kunjungan awal dilakukan pada tgl 28 februari 2015. pada kunjungan

ini dilakukan di BPM dan didapatkan data berat badan ibu sebelum hamil

adalah 42 kg dan tinggi 152 cm. ini merupakan kehamilan ke 2 ibu dengan

riwayat anak pertama lahir di usia kandungan 7 bulan di karenakan saat itu

ibu memiliki masalah dalam rumah tangganya hal ini sesuai dengan teori

yang menerangkan tentang faktor - faktor yang mempengaruhi persalinan,

menurut (Sulistyawati, dkk, 2013) Faktor psikologis meliputi Melibatkan

psikologis ibu,emosi, dan persiapan intelektual, Pengalaman melahirkan bayi

sebelumnya, Kebiasaan adat, Dukungan dari orang terdekat pada kehidupan

ibu. Keluarga sangatlah penting dalam mempengaruhi pesikologis ibu hamil,

terutama suami apa lagi ini terjadi pada kehamilan pertamanya yang dapat

mengakibatkan ibu depresi sebab merasa tidak sanggup memikul beban

sendiri serta bayi yang lahir prematur memiliki resiko lebih besar dari pada

bayi yang lahir cukup bulan seperti BBLR dan Asfiksia. Dan saat ini ibu

mengeluh perut terasa kenceng-kenceng. Setelah dilakukan pemeriksaan

didapatkan hasil bahwa kenceng-kenceng yang ibu rasakan bukan his tanda

persalinan karena berdasarkan palpasi tidak ada his atau perut ibu tidak

kaku serta TFU : 4 jari diatas pusat (28 cm) puki kepala sudah masuk PAP

4/5 bagian, untuk itu peneliti menganjurkan ibu agar mengurangi aktivitasnya

seperti tidak boleh jalan-jalan jauh melakukan pekerjaan berat, serta


161

memberikan obat obstanon 1 x 1 (penguat kandungan sesuai advise bidan

lapangan).

Suami memiliki penyakit keturunan yaitu sindaktili, Beberapa faktor

etiologi yang diduga dapat mempengaruhi terjadinya sindaktili antara lain

Kelainan Genetik dan Kromosom, Kelainan genetik pada ayah atau ibu

kemungkinan besar akan berpengaruh atas sindaktili pada anaknya. Faktor

Mekanik, Faktor Obat, Faktor Radiasi, Faktor Gizi (Muttaqin, 2010). Hal ini

penulis sampaikan agar ibu serta keluarga lapang dada atau tidak terlalu

kecewa jika bayi yang akan dilahirkan nanti memiliki kelainan sindaktili

karena riwayat suami sindaktili adalah keturunan dari ayahnya jadi

kemungkinan besar anaknya nanti akan mengikuti gen dari suami. Keluarga

dan suami sangat senang dengan kehamilan ibu saat ini karena ini adalah

kehamilan yang ditunggu dan merupakan anak pertama bagi suami,

Kunjungan kedua dilakukan pada tanggal 27 februari 2015, keluhan

yang dirasakan oleh ibu adalah nyeri punggung. Nyeri punggung merupakan

suatu ketidak nyamanan fisiologis yang dirasakan ibu hamil pada trimester

III. Nyeri yang dirasakan akibat pergeseran pusat gravitasi wanita hamil

dengan postur tubuhnya. Beban uterus yang semakin besar seiring dengan

pertambahan usia kehamilan. Hal ini fisiologis terjadi pada ibu hamil karena

lordosis dorso lumbal dapat menyebabkan nyeri akibat tarikan pada saraf

atau kompresi akar saraf, struktur ligamentum dan otot tulang belakang

bagian tengah akibat tekanan berat yaitu pembesaran janin ( Kusbandiyah,

dkk, 2011). Keluhan nyeri punggung ini dapat diatasi dengan kompres

hangat pada daerah punggung. Efek hangat yang dihasilkan oleh kompres

hangat dapat meredakan iskemia dan melancarkan peredaran pada


162

pembulu darah sehingga dapat menurunkan ketegangan dan dapat

memberikan efek berupa rasa nyaman.(Walyani, 2015).

Kunjungan ketiga pada tanggal 29 maret 2015, saat ini ibu mengeluh

perutnya terasa kenceng-kenceng, dari hasil pemeriksaan yang telah

dilakukan ibu dan bayi dalam keadaan sehat, berdasarkan keluhan yang di

rasakan, ibu sudah mendekati persalinan sesuai dengan teori Terjadinya his

pemulaan Sifat his pemulaan (palsu) adalah rasa nyeri ringan di bagian

bawah, tidak teratur, tidak ada perubahan pada serviks atau pembawa

tanda, durasi pendek, tidak bertambah bila beraktivitas.( Reni Saswita,

2011). Untuk mengurangi keluhan yang ibu rasakan yaitu mengajarkan ibu

cara mengatur pola pernafasan guna rileksasi, menganjurkan ibu untuk

jalan- jalan serta menyampaikan hasil pemeriksaan bahwa ibu dapat bersalin

diminggu - minggu ini karena usia kehamilan sudah aterm Persalinan adalah

proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang telah cukup

bulan 36 – 40 minggu atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir

atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan

sendiri) (Ari Sulistyawati, 2010). Dengan memberi tahu hal tersebut, ibu dan

keluarga akan mempersiapkan diri seperti mengetahui tanda-tanda

persalinan sesuai dengan teori menurut (Reni Saswita, 2011) sebagai

berikut tanda dan gejala inpartu yaitu timbul rasa sakit oleh adanya his yang

datang lebih kuat, sering, dan teratur yang mengakibatkan perubahan pada

serviks dengan frekuensi minimal 2x dalam 10 menit. Keluar lendir

bercampur darah (bloody show) yang lebih banyak karena robekan kecil

pada serviks.Kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya. Dengan

mengetahui tanda-tanda persalinan tersebut sehingga ibu dan keluarga tidak

terlalu khawatir dan cemas.


163

Kunjungan ke empat pada tanggal 6 april 2015, saat ini ibu mengeluh

perutnya terasa sakit kenceng – kenceng sering dan teratur, keluar lendir

darah,HPHT 2 juli 2014, pemeriksaan yang dilakukan yaitu BB : 52, TD :

100/70, TFU 3 jari di bawah px (32 cm), puki kepala sudah masuk PAP

3/5,DJJ 137x, TBJ : 3255 gr, TP 9 april 2015, di lakukan pemeriksaan dalam

VT hasil nya belum ada pembukaan, belum terdapat bloody show.

Pemeriksaan yang dilakukan sesuai dengan teori yaitu indikasi VT pasien

baru datang, 4 jam sekali, ketuban pecah spontan, terdapat tanda gejala

kala dua. (Marisah, 211). Berdasarkan pemeriksaan yang telah dilakukan

pasien belum masuk inpartu dan di perbolehkan pulang, sesuai dengan teori

tanda pasti persalinan yaitu terdapat pembukaan serviks.( Esti Nugraheny,

2010 )

Asuhan yang diberikan pada ny “R” yaitu menjelaskan pada ibu dan

keluarga jika rasa sakitnya sudah semakin sering, atau keluar lendir darah,

cairan ketuban pecah, gerakan bayi berkurang atau tidak bergerak segera

datang ke tenaga kesehatan, sesuai dengan teori Perdarahan pervaginam,

Sakit kepala yang hebat dan menetap, Penglihatan kabur, Nyeri perut bagian

bawah, Bengkak pada muka dan tangan, Bayi kurang bergerak seperti

biasanya.(Hani,2011). Hal tersebut dijelaskan agar ibu dan keluarga

waspada serta peduli terhadap kondisi ibu hamil atau keluarga siaga

sehingga komplikasi akan dapat segera terdeteksi.

5.2 Pembahasan Asuhan Persalinan

Persalinan merupakan proses pergerakan keluarnya janin, plasenta, dan

membran dari dalam rahim melalui jalan lahir (Rohani, dkk, 2011). Tanggal

7 april 2015 ibu mengeluh perutnya kenceng-kenceng dan mules dan

dilakukan pemeriksaan pukul 02.00 WIB dilakukan pemeriksaan dengan


164

hasil VT ø 2 cm, Pukul 03.30 WIB dilakukan pemeriksaan dengan hasil, VT

ø 4 cm, pukul 04.00 WIB dilakukan pemeriksaan dengan hasil VT ø 10 cm,

Sesuai dengan teori Pemantauan asuhan persalinan pada ibu dimulai dari

kala I, kala II, kala III dan kala IV. Kala I persalinan terdiri dari 2 fase yaitu,

fase laten pembukaan serviks 1-3 cm dan fase aktif pembukaan 4-10 cm

(Walyani, Dkk, 2015). Pemantauan pada persalinan ini sangat penting

dilakukan untuk mengetahui kemajuan pembukaan dan waktu yang

dibutuhkan selama persalinan agar tidak melewati batas waspada pada

partograf namun pada persalinan Ny”R” ini tergolong partus presipitatus hal

ini memiliki beberapa komplikasi yaitu pada ibu dapat mengakibatkan Atopy,

yakni kontraksi yang tidak bagus pada rahimnya, ini dapat menyebabkan

perdarahan akan cukup banyak karena rahim ibu yang mengalami

persalinan cepat tidak mengecil ataupun berkontraksi, aliran darahnya jadi

cepat, atau bisa juga prosesnya terjadi sangat cepat, robekannya cukup

banyak dalam jalan lahir. Dapat juga terjadi embolisasi yaitu udara yang

masuk melalui peredaran darah, ini bisa menyebabkan kematian mendadak.

Persalinan pada Ny”R” dapat terpantau mulai dari kala I fase laten yang

berlangsung selama satu setangah jam dan Pembukaan serviks 4 cm ke 10

cm pada ibu berlangsung selama setengah jam dan tidak melewati garis

waspada pada partograf namun terjadi sangat cepat. Ada beberapa faktor

yang mempengaruhi kecepatan pembukaan serviks pada kala I. Selama kala

I ibu mengkonsumsi makanan yang mengandung glukosa. Berdasarkan

teori, glukosa dapat menimbulkan energi yang menyebabkan kontraksi

uterus adekuat yaitu 4 kali dengan durasi 45 detik selama 10 menit. Menurut

(Purwoastuti, 2015). Pemeriksaan yang dilakukan yaitu His 3.10.30” pada

pembukaan 2, His 3.10.40 pada pembukaan 4, kontraksi yang adekuat


165

menyebabkan pembukaan serviks menjadi bertambah. Posisi juga

mempengaruhi pembukaan serviks. Posisi yang dianjurkan pada kala I

adalah posisi miring kiri. Berdasarkan teori posisi tersebut berpengaruh

untuk mempercepat proses penurunan kepala janin sehingga pembukaan

serviks akan bertambah. Riwayat multigravida pada ibu juga mempengaruhi

pembukaan, karena berdasarkan teori pembukaan serviks pada multigravida

cepat bertambah yaitu 2 cm dalam waktu 1 jam (Purwoastuti, Dkk, 2015)

kala satu pada Ny”R” terhitung sangat cepat karena itu pemantauan sangat

diperlukan untuk mengetahui perubahan dan penambahan disetiap his serta

kita dapat mengetahui gret tingkat kesakitan yang ibu rasakan.

Asuhan kebidanan pada Ny.”R” pada kala II

Pukul 04.00 WIB ibu mengatakan ada dorongan yang kuat untuk

meneran dan ingin BAB, kemudian dilakukan pemeriksaan dan di

dapatkan hasil His 5.10.40, pemeriksaan dalam didapatkan hasil ø 10 cm,

ketuban (+), eff 100 %, bagian terdahulu kepala, tidak ada bagian terkecil

di samping bagian terdahulu, bagian terendah UUK jam 12, Hodge III,

molase 0. Pada pukul 04.35 WIB bayi lahir, kala II ini terjadi selama 35

menit dan ini sesuai dengan teori yaitu Kala II merupakan kala

pengeluaran, dari pembukaan lengkap hingga bayi lahir. Lama kala II

pada primipara adalah 2 jam dan pada multipara adalah 1 jam.( Esti

Nugraheny, 2010). Pada kala II ini diharapkan bayi lahir kurang dari 1 jam

karena jika bayi lahir melewati waktu yang telah ditentukan maka dapat

mengakibatkan persalinan macet dan bayi kekurangan O2 serta dapat

pula terjadi trauma pada bayi.

Kecepatan kala II ibu dipengaruhi posisi saat bersalin. Posisi yang

dianjurkan pada ibu yaitu posisi litotomi dan Ibu mengejan dengan tehnik
166

yang benar, yaitu ibu mengejan saat kontraksi timbul dan istirahat saat

kontraksi tidak ada. Berdasarkan teori, posisi litotomi mempengaruhi gaya

gravitasi, sehingga kepala cepat lahir. Saat kelahiran kepala janin berhasil

melakukan putar paksi luar. Putar paksi luar berhasil karena dipengaruhi

oleh ukuran jalan lahir sesuai dengan ukuran janin. (Walyani, Dkk, 2015)

pada saat kala II ini sangat di perlukan kerjasama atau ibu yang

kooperatif serta mau mengikuti anjuran bidan dan mau menyampaikan

ketidak nyamanan yang dirasakan sehingga persalinan dapat berjalan

lancar.

Asuhan kebidanan pada Ny.”R” pada Kala III

Kala III dimulai dari bayi lahir sampai plasenta lahir dan kelahiran

plasenta tidak lebih dari 30 menit (Purwoastuti, Dkk, 2015). Hasil

pemeriksaan setelah lahirx bayi tinggi fundus uteri ibu teraba menjadi

setinggi pusat. Pukul 04.36 WIB ibu disuntikkan oxytosin 10 IU pada paha

1/3 paha luar secara IM, berdasarkan teori, penyuntikan oksitosin

menyebabkan kontraksi, sehingga terjadi penyusutan ukuran tempat

perlekatan plasenta dan tempat perlekatan menjadi kecil, sedang ukuran

plasenta tidak berubah maka plasenta akan terlipat menebal dan

kemudian lepas dan plasenta akan turun ke bawah uterus atau ke dalam

vagina (Depkes RI 2007). Oksitosin diberikan dengan syarat memastikan

sudah tidak ada bayi lagi atau bukan kehamilan gemeli.

Ibu mengeluh perutnya mules, lalu di lakukan pemeriksaan di

dapatkan hasil yaitu ada semburan darah, tali pusat memanjang dan

uterus globuler. Asuhan yang diberikan yaitu melakukan penegangan tali

pusat terkendali (PTT) dan plasenta lahir, disertai perdarahan aktif, ibu
167

pasien memberi tahu bahwa terdapat keturunan hemofilia, secara teori

Hemofilia adalah suatu penyakit yang diturunkan, dari ibu kepada

anaknya pada saat sang anak tersebut dilahirkan. Darah pada seorang

penderita penyakit hemofilia tidak dapat membeku dengan sendirinya

secara normal. Proses pembekuan darah pada penderita penyakit ini

tidak secepat orang normal. secara teori pasien boleh melahirkan dibidan

karena ibu tidak pernah mengalami lebam di kulit dan perdarahan yang

susah berhenti. Lebam adalah warna kulit yang kebiruan yang

menandakan bahwa ada pendarahan di bawah kulit, yang menjadi tanda

bahwa ibu tidak ada kelainan pembekuan darah.( Walyani, Dkk, 2015)

pada kasus Ny”R” semburan darah yang terjadi tiba-tiba dikeranakan

terhambatnya pembekuan darah namun ini terjadi sangat singkat.

Tindakan yang dilakukan yaitu injeksi oksitosin ulang, memasang

ball tampon, menganjurkan ibu untuk minum susu, dan mengobservasi

TTV , TD 80/60mmHg, pada tindakan ini tidak dilakukan pemasangan

infus dengan alasan KU ibu normal, perdarahan spontan yang terjadi ±

sebanyak 400 cc. Hal ini tidak sesuai dengan teori. kemudian melakukan

pengecekan plsenta yaitu kotiledon lengkap, selaput utuh, melakukan

massase uterus dan kontraksi uterus keras, melakukan pengecekan

robekan dan ada robekan derajat satu, melakukan heacthing dengan

anastesi verbal. pada kala III ini berjalan normal meskipun terdapat

kendala dan sesuai dengan teori yaitu Kala III merupakan kala uri, yaitu

dari bayi lahir sampai plasenta lahir. Normalnya plasenta lahir sebelum 30

menit, karena apabila lebih dari 30 menit disebut retensio plasenta dan

harus dilakukan plasenta manual.(Esti Nugraheny, 2010) meskipun

plasenta lahir kurang dari 30 menit, namun proses kala III tetap harus

dipantau secara detai karena kemungkinan terjadinya komplikasi secara


168

tiba-tiba dikarenakan data atau riwayat pasien tidak kita dapat dengan

utuh.

Asuhan kebidanan pada Ny.”R” pada Kala IV

Kala IV yaitu involusi uteri pada ibu berjalan fisiologis karena

setelah plasenta lahir tinggi fundus uteri 2 jari dibawah pusat dan Hasil

massage pada fundus kontraksi uterus teraba keras. Berdasarkan teori,

penurunan tinggi fundus uteri disebabkan adanya kontraksi. Fundus yang

teraba keras dapat mencegah terjadinya atonia uteri dan mengurangi

perdarahan. Dampak yang ditimbulkan jika perdarahan lebih dari 500 cc

yaitu hemorage post partum. Hal ini bisa disebabkan rest plasenta dan

robekan jalan lahir (Purwoastuti, Dkk, 2015) saat terjadi perdarahan post

partum harus dilihat terlebih dahulu keadaan kontraksi, robekan jalan lahir

dan riwayat ibu.

Hasil pemeriksaan tekanan darah pada ibu menurun yaitu 80/60

mmHg, Ada beberapa perubahan yang terjadi pada ibu pada kala IV

terutama pada TTV. Secara teori penurunan tekanan darah ini

dipengaruhi oleh perubahan sistim kardiovaskuler, Volume dan curah

jantung meningkat setelah melahirkan dan terhentinya aliran darah ke

plasenta yang mengakibatkan beban jantung meningkat. Perubahan TTV

sangat penting dipantau karena meskipun terbilang fisiologis petugas

harus tahu batas normal meningkat dan menurunnya tekanan darah

sebab tekanan darah adalah salah satu cara awal untuk mendeteksi

terjadinya komplikasi.

Perdarahan yang terjadi pada ibu terbilang banyak namun masih

dalam batas normal karena setelah dilakukan tindakan perdarahan


169

segera berhenti dan kontraksi uterus teraba keras. Sesuai dengan teori

Uterus yang berkontraksi keras dapat menutup pembuluh darah besar

yang berada pada bekas implantasi plasenta (Purwoastuti, Dkk, 2015)

saat perdarahan terjadi petugas harus waspada terhadap perubahan KU

dan kesadaran pada ibu, karena pembuluh darah bekas implantasi

plasenta sangat banyak hingga perdarahan yang terjadi pun akan

banyak.

5.3 Pembahasan Asuhan Nifas

Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran dan berakhir

ketika alat-alat reproduksi kandungan kembali seperti keadaan sebelum

hamil. Masa nifas atau puerperium dimulai sejak 2 jam setelah lahirnya

sampai dengan 6 minggu atau 42 hari (Dewi,dkk, 2013).

Keluhan yang dirasakan ibu dihari pertama dan kedua post partum

adalah mules pada bagian perut. Selama masa nifas akan muncul

beberapa keluhan. Secara teori Mules merupakan keluhan fisiologis yang

dirasakan oleh multigravida karena terjadinya peregangan otot-otot uterus

saat persalinan terdahulu sehingga uterus berkontraksi lebih kuat.

(Purwoastuti, Dkk, 2015) saat pasien mau pulang, petugas harus

memberi KIE tentang kemungkinan yang akan terjadi saat masa nifas

agar ibu atau pasien tidak panik dan ketakutan saat terdapat keluhan

tersebut.

Hasil pemeriksaan tinggi fundus uteri ibu dihari ke-5 3 jari di

bawah pusat dan sudah tidak teraba pada hari ke- 10 serta locea yang

keluar adalah sanguenolenta. Sesuai dengan teori Kontraksi uterus akan

berpengaruh terhadap penurunan tinggi fundus uteri dan pengeluaran

lochea. Lochea yang keluar sesuai dengan masa post partum, lancarnya
170

pengeluaran lochea ini dipengaruhi oleh penurunan tinggi fundus uteri.

(Walyani, Dkk, 2015). Tinggi fundus uteri harus dikontrol saat ibu priksa

ketenaga kesehatan pada hari ke 5 atau ke 7 karena jika TFU tidak

sesuai maka dapat terjadi subinvolusi.

Ibu sudah dapat berjalan, menyusui, dan sudah mau makan

minum, sesuai dengan teori, Faktor yang mempengaruhi involusi uterus

berjalan fisiologis yaitu mobilisasi, aktivitas menyusui, nutrisi dan usia.

Mobilisasi dini yang dilakukan ibu secara bertahap yaitu miring kiri dan

kanan kemudian duduk dan berangsur-angsur berdiri. Pada saat

mobilisasi terjadi aktivitas otot-otot sehingga terjadi kontraksi. Kontraksi

yang terus menerus ini menyebabkan terganggunya peredaran darah

dalam uterus yang mengakibatkan jaringan otot-otot kekurangan zat-zat

yang diperlukan sehingga ukuran jaringan otot-otot tersebut menjadi kecil.

(Walyani, Dkk, 2015) petugas harus memastikan, ibu dapat melakukan

mobilisasi, menyusui bayinya, dan KU ibu sebelum klien diperbolehkan

pulang karena ini dapat menggambarkan aktivitas ibu saat dirumah.

Pola pemenuhan nutrisi ibu sudah mulai membaik. Hal ini terlihat

dari makan yang dikonsumsi oleh ibu bergizi. Secara teori Pemenuhan

status gizi yang baik akan mampu menghindari serangan kuman

sehingga tidak terjadi infeksi dalam masa nifas. Nutrisi yang baik dapat

menigkatkan fungsi otot-otot uterus dan mempercerpat proses involusi

(Walyani, Dkk, 2015). Saat petugas memberikan KIE tentang nutrisi harus

melihat setatus ekonomi pasien.

Kontraksi uterus berpengaruh terhadap usia. Saat ini usia ibu 30

tahun dan termasuk dalam usia reproduktif. Berdasarkan teori diusia

reproduktif terjadi peningkatan elastisitas otot-otot dan peningkatan

penyerapan lemak, protein, serta karbohidrat, hal ini akan mempercepat


171

involusi uterus (Walyani, Dkk, 2015). Dengan usia ibu yang masih

produktif maka kemungkinan terjadinya masalah akan lebih kecil.

Pola eliminasi ibu tertunda selama 2 hari terutama buang air

besar dikarenakan ibu tidak merasa ingin BAB. Penundaan ini termasuk

fisiologis, karena tonus otot usus menurun selama proses persalinan dan

pada awal masa postpartum. Berdasarkan teori, ibu bisa BAB 3 hari

setelah persalinan. Asuhan yang diberikan yaitu pemenuhan kebutuhan

nutrisi terutama mengkonsumsi makanan yang mengandung serat,

karena dapat melancarkan sistem pencernaan. (Walyani, Dkk, 2015).

Petugas sebaiknya memberi KIE pada ibu tentang vulva higyne yang

benar karena jika klien dapat menerapkan dengan benar maka otot daera

anus akan mulai melemas.

Ibu sudah mulai memberikan colostrum pada 24 jam pertama

kelahiran bayinya. Bedasarkan teori, menyusui bayi lebih dini terjadi

perangsangan puting susu, sehingga terbentuklah prolaktin hipofisis,

sehingga sekresi ASI lebih lancar. Ada dua reflek yang penting dalam

proses laktasi yaitu reflek aliran atau let down reflek. Reflek aliran terjadi

sewaktu bayi menyusu sehingga ujung saraf pada puting susu

terangsang. Rangsangan tersebut menyebabkan serabut afferent dibawa

ke hipotalamus dasar otak, lalu memacu hipofisa anterior untuk

mengeluarkan hormon prolaktin ke dalam darah. Sirkulasi prolaktin

memacu sel kalenjar alveoli untuk memproduksi air susu. Rangsangan

yang ditimbulkan oleh bayi saat menyusu disebut sebagai reflek let down.

Reflek tersebut mempengaruhi hipofisa posterior mengeluarkan hormon

oksitosin. Hormon tersebut dilepas kedalam darah memacu otot-otot

polos yang mengelilingi alveoli, dan duktulus berkonsentrasi memeras asi

susu dari alveoli, duktulus dan sinus menuju puting susu. ( Purwoastuti,
172

dkk, 2015) petugas sebaiknya menyarankan dan memantau agar ibu

menyusui bayinya karena manfaat dari pemberian ASI ekslusif sangat

lah banyak.

Perubahan psikologis yang dialami oleh ibu berlangsung cepat

meskipun terdapat kecacatan pada bayinya namun ibu dapat mengerti

dan menerimanya. Ibu tidak mengalami fase taking in dan fase taking

hold, karena Ibu sudah mulai menerima bayi sejak 24 pertama kelahiran.

Hal ini dipengaruhi oleh dukungan keluarga dan keinginan suami untuk

memiliki keturunan. ibu mengalami fase letting go. Berdasarkan teori fase

leting go adalah periode menerima tanggung jawab akan peran barunya

menjadi ibu. Fase ini berlangsung 10 hari setelah melahirkan dan terjadi

peningkatan perwatan diri dan bayinya.( (Walyani, Dkk, 2015). Ibu sudah

mulai menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya dan memahami

bahwa bayi butuh disusui sehingga siap terjaga untuk memenuhi

kebutuhan bayinya. Dukungan dari keluarga juga diperlukan. Suami dan

keluarga dapat membantu merawat bayi dan mengerjakan urusan rumah

tangga, sehingga ibu tidak terbebani karena ibu memerlukan istrahat

yang cukup untuk mendapatkan kondisi yang bagus dalam merawat

bayinya.

5.4 Pembahasan Asuhan Neonatus

Bayi baru lahir adalah bayi yang baru mengalami proses kelahiran

berusia 0-28 hari. Perawatan bayi baru lahir yang dilakukan yaitu

pencegahan hipotermi, perawatan tali pusat, pemberian vit K dan salep

mata. Penyuntikan vit K berfungsi sebagai pencegah perdarahan tali

pusat, dan pemberian salep mata untuk mencegah infeksi mata (marmi,

dkk, 2010).
173

Pemeriksaan fisik dilakukan diketahui bahwa jari kaki kanan dan

kiri bayi berjumlah 4 atau terdapat kecacatan bawaan lahir. Sindaktili

merupakan kelainan bawaan yang paling sering ditemukan pada jari-jari

tangan, jari-jari tidak terpisah, dan bersatu dengan yang lain. Dapat terjadi

hubungan satu, dua, atau lebih jari-jari. Hubungan jari-jari dapat terjadi

hanya pada kulit dan jaringan lunak saja, tetapi dapat pula terjadi

hubungan tulang dengan tulang. (Muttaqin, 2010) Dalam keadaan normal,

ada sejumlah gen yang membawa “perintah” kepada deretan sel di antara

dua jari untuk mati, sehingga kedua jari tersebut menjadi terpisah

sempurna. Pada kelainan ini, gen tersebut mengalami gangguan.

Akibatnya, jari-jari tetap menyatu dan tidak terpisah menjadi lima jari.

Kelainan genetik pada ayah atau ibu kemungkinan besar akan

berpengaruh atas sindaktili pada anaknya. Di antara kelainan-kelainan ini

ada yang mengikuti hukum Mendel biasa, tetapi dapat pula diwarisi oleh

bayi yang bersangkutan sebagai unsur dominan ("dominant traits") atau

kadang-kadang sebagai unsur resesif. Penyelidikan daIam hal ini sering

sukar, tetapi adanya kelainan kongenital yang sama dalam satu

keturunan dapat membantu langkah-langkah selanjutnya.(Muttaqin,

2008). Saat mengetahui kondisi demikian sebaiknya petugas

memberitahu suami terlebih dahulu yang memiliki turunan gen tersebut,

lalu keluarga dari istri sehingga jika pasien kecewa akan ada banyak

keluarga yang menguatkan.

Hasil pemeriksaan dihari pertama tali pusat bayi masih basah dan

lepas pada hari kelima, Pemeriksaan ini penting dilakukan untuk

mengetahui keadaan tali pusat. Sesuai teori Faktor yang mempengaruhi

lepasnya tali pusat bayi adalah perawatan tali pusat bayi yang benar yaitu

menggunakan kasa steril karena penggunaan kasa steril tidak


174

menimbulkan kelembapan tali pusat sehingga cepat kering, mengkerut

dan lepas. Dampak yang ditimbulkan jika perawatan tali pusat yang tidak

benar yaitu infeksi dan lepasnya lebih lama karena tali pusat normalnya

akan lepas 7-10 hari (Muslihatun, Dkk, 2010). Tali pusat bayi harus

dikontrol karena sangat rawan terjadi infeksi pada daerah ini, apa lagi

pada kondisi keluarga yang adatnya masih kental, biasanya pada

talipusat bayi akan diberi bobok.

Pemeriksaan reflek penting dilakukan untuk mendeteksi gerakan

naluriah yang berguna untuk melindungi bayi dan juga berfungsi menguji

kondisi umum bayi serta kenormalan system saraf pustanya. Refleks

yang yang dikaji antara lain reflek sucking. Reflek tersebut muncul pada

24 jam pertama kelahiran bayi dan terlihat saat bayi menyusu. Refleks ini

berfungsi untuk menentukan tekanan pada mulut bayi yaitu dilangit dalam

gusi atas. tekanan ini timbul saat isapan yang kuat dan cepat ( Bobak,

Dkk, 2015 ).

Pemeriksaan antropometri penting dilakukan untuk mengetahui

status nutrisi serta pertumbuhan dan perkembangan pada bayi.

Pemeriksaan antropometri yang dikaji adalah pemeriksaan Lingkar kepala

dan hasil pengukurannya yaitu 34 cm. Sesuai dengan teori Lingkar kepala

normal pada bayi baru lahir adalah 32-35 cm jika, ≤ 32 cm atau ≥ 35 cm

terjadi kelainan seperti, hidrosefalus, makrosomia dan lain-lain (Bobak,

Dkk, 2010). Berat badan juga merupakan pemeriksaan antropometri.

Hasil pemeriksaan berat badan bayi adalah 3700 dan terjadi penurunan

pada hari kedua menjadi 3600 gr han Hasil penimbangan berat badan

dihari kelima mengalami peningkatan menjadi 3800 gram. Hal ini masih

dikatakan fisiologis karena sesuai dengan teori bayi baru lahir yang sehat

dan normal biasanya akan kehilangan berat badan 5-10% antara umur 2-
175

3 hari pertama. Penurunanan berat badan ini desebabkan oleh diuresis

fisiologis dari cairan ekstraseluler akibat peralihan lingkungan di luar

rahim. Berat badan bayi akan kembali normal antara waktu 5-10 hari.

Berat badan bayi masih dikatakan fisiologis karena normal kenaikannya

170-300 gram/minggu (Muslihatun, Dkk, 2012). Pengukuran antopometri

sangat perlu dilakukan sampai anak berusia 5 tahun untuk memantau

status gizi, pertumbuhan dan perkembangan pada anak sehingga jika

terjadi kelambatan pada anak akan dapat segera terdeteksi.

Air susu ibu atau ASI merupakan makanan pertama yang penting

bagi bayi dan bersifat alamiah. Kandungan gizi dari ASI sangat lengkap

dan dibutuhkan oleh bayi. Jarak pemberian ASI ibu berpengaruh dalam

proses eliminasi bayi. Ibu memberikan ASI secara on demand karena

bayi sudah dapat menghisap puting susu dalam 24 jam pertama

kelahiran. ASI dari ibu mengandung nutrisi yang lengkap. Nutrisi tersebut

dialirkan keseluruh tubuh dan sisanyanya menjadi BAB atau BAK. Hasil

pemantauan pola eliminasi, bayi BAK sebanyak 4 kali dan dan mekonium

yang keluar sebanyak 1 kali . Berdasarkan teori pola eliminasi tersebut

termasuk fisiologis karena pada bayi baru lahir nomalnya BAK 4-7 kali

BAB 2-3 dalam 24 jam pertama kelahiran (Muslihatun, 2012). Bayi yang

hanya diberi ASI saja, untuk terjadi gangguan sistim pencernaan sangat

kecil untuk itu pemerintah mewajibkan program ASI Ekslusif.

Imunisasi merupakan prosedur pencegahan penyakit menular

yang diberikan kepada anak sejak bayi sampai remaja. Bayi mendapat

imunisasi Hepatitis B0 pada usia 5 hari dan tidak terdapat efek samping

yang ditimbulkan dari imunisasi tersebut. Berdasarkan teori, bayi baru

lahir akan mendapatkan imunisasi pada usia 0-7 hari imunisasi ini

berfungsi untuk mencegah infeksi pada hati dengan dosis 0,5 ml diinjeksi
176

secara intramuskular (marmi, dkk, 2010). Imunisasi Hbo ini diberikan

pada hari kelima dengan tujuan agar ibu dan bayi kontrol ketenaga

kesehatan sehingga tenaga kesehatan tetap dapat mengontrol ibu post

partum tanpa mengunjungi ibu post partum kerumahnya.

5.5 Keluarga berencana

Keluarga berencana adalah metode untuk yang digunakan untuk

mencegah kehamilan. Pengkajian riwayat KB dilakukan bertujuan untuk

mengetahui metode kontrasepsi yang pernah digunakan dan efek samping

yang pernah dialami. Ibu pernah menggunakan, pil kurang lebih 3 tahun.

Asuhan yang diberikan pada ibu adalah menjelaskan macam-macam alat

konresepsi yang dapat digunakan oleh ibu menyusui, setelah

mendapatkan penjelasan ibu memilih menggunakan metode KB PIL, KB pil

yang boleh untuk ibu menyusui yaitu PIL mini yang harus diminum setiap

hari dan mengandung progestin saja tanpa estrogen. Dosis

progestinnyapun sangat kecil 0,5 mg atau lebih kecil. (Sarwono

Prawirohardjo, 2011)

Berdasarkan teori, progesteron tidak mengganggu produksi ASI karena

dipengaruhi oleh pembentukan hormon lactogenik (LH). (Walyani, Dkk,

2015). Saat ini usia ibu 30 tahun jumlah anak ibu 2 dan tidak memiliki

riwayat atau sedang sakit yang berhubungan dengan hormon progestin,

serta suami masih ingin memiliki keturunan lagi.(Hanafi, 2011). Pada saat

dilakukan kunjungan KB, ibu sudah yakin akan menggunakan KB pil dan

bersedia untuk meminum pil setiap hari secara teratur.

Cara kerja metode ini yaitu mencegah terjadinya ovulasi pada

beberapa siklus, pencegahan ovulasi disebabkan gangguan pada sekresi


177

hormon LH oleh kelenjar hypophyse, sehingga tida terjadi puncak, mid-

siklus (pada keadaan normal terjadi puncak sekresi LH pada pertengahan

siklus dan ini menyebabkan pelepasan ovum dari folikelnya. (Hartanto

Hanafi, 2011).

Efek samping dari KB Pil mini adalah Amenorea, Perdarahan tidak

teratur/spotting. (saifudin, Dkk, 2011)

Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital terutama tekanan darah

dalam batas normal yaitu 100/70 mmHg. Ibu belum mengalami menstruasi

sehingga dapat meminum atau memulai menggunakan KB Pil mini. Ibu

mulai menggunakan KB pil pada tanggal 12 mei 2015. Hasil evaluasi ibu

mengalami pusing. Berdasarkan teori KB Pil mini mengandung hormon

progesteron. Hormon tersebut menimbulkan penumpukan cairan dibagian

tungkai sehingga menyebabkan penyempitan pembuluh darah.

Penyempitan pembuluh darah ini mempengaruhi curah jantung dan suplai

oksigen ke otak sehingga terjadi reaksi berupa pusing. (Purwoastuti,

Dkk,2015)
BAB VI

PENUTUP

6.1 Kesimpulan

6.1.1 Asuhan kebidanan kehamilan

Ibu mengalami beberapa keluhan saat memasuki trimester

III yaitu perut terasa kenceng-kenceng, nyeri punggung. Ketidak

nyamanan tersebut ditatalaksana dengan baik dan ibu dapat

bersalin di usia kandungan yang sudah aterem.

6.1.2 Asuhan kebidanan persalinan

Asuhan persalinan dimulai sejak kala I yang berlangsung

sangat cepat yaitu 2 jam mulai dari pembukaan 2 cm sampai

dengan 10 cm, kala II berlangsung selama 35 menit, hal ini

termasuk fisiologis pada ibu multipara, kala III berlangsung selama

10 menit dan terdapat sedikit kendala namun dapat diatasi dengan

segera, kala IV berlangsung selama 2 jam. Proses persalinan

pada ibu berlangsung cepat karena dipengaruhi oleh posisi, nutrisi

dan kontraksi yang adekuat.

6.1.3 Asuhan kebidanan nifas

Masa nifas berlangsung fisiologis, hanya muncul keluhan

berupa mules, keluhan tersebut termasuk fisiologis yang dialami

oleh multigravida, Ibu dapat menerima keadaan bayinya yang

memiliki cacat bawaan yaitu sindaktili, Perubahan tekanan darah

merupakan salah satu perubahan tanda-tanda vital yang fisiologis.

Involusi uterus berlangsung fisiologis dipengaruhi faktor

mobilisasi, nutrisi, laktasi dan usia.


6.1.4 Asuhan bayi baru lahir

Bayi lahir aterm pada usia kehamilan 39 minggu lebih 2

hari dan lahir dalam keadaan sehat. Tali pusat dirawat

menggunakan kasa steril sehingga lepas pada hari ke 5 dan

termasuk fisiologis. Terdapat cacat bawaan pada bayi yaitu

sindaktili pada kedua kaki bayi.

6.1.5 Asuhan keluarga berencana

KB pil mini merupakan pilihan yang tepat untuk ibu

menyusui karena tidak mengganggu produksi ASI. Pemilihan

kontrasepsi yang tepat dapat mengurangi angka kegagalan KB.

Efek samping pil mini yang dirasakan adalah pusing. Timbulnya

pusing disebabkan oleh progestin yang terkandung dari pil mini.

6.2 Saran

6.2.1 Institusi lahan praktik

Saran yang diberikan untuk lahan praktik antara lain :

1. Dapat dijadikan sebagai acuan rujukan pertama bagi pasien

dan keluarganya untuk memperoleh asuhan kebidanan

terutama tentang anemia dan ikterus.

2. Pengkajian data sebaiknya menyeluruh, mulai riwayat ibu,

riwayat keluaga, pola pemenuhan gizi dan lain-lain. Data

subjektif dan objektif dapat digunakan oleh bidan untuk

menegakan diagnosa.

3. Pemeriksaan sebaiknya dilakukan secara head to toe untuk

mendeteksi dini adanya kelainan tubuh, sehingga dapat

diberikan asuhan yang sesuai dengan kondisi ibu dan bayi.


4. Deteksi dini pada ibu hamil dan bersalin sebaiknya dilakukan

dengan menggunakan skor poedji rohayati dan 18 penapisan.

5. Asuhan yang diberikan sebaiknya sesuai dengan keluhan

yang dirasakan oleh ibu, selain itu ibu dianjurkan untuk

mempratikkan langsung asuhan yang diberikan.

6.2.2 Institusi pendidikan

Saran yang diberikan untuk institusi pendidikan antara lain :

1. Diharapkan untuk memperbanyak sumber-sumber / buku

tentang kesehatan dengan referensi terbaru. Buku yang

disediakan terutama tentang hemofilia, cacat bawaan

(sindaktili), ketidak nyamanan selama kehamilan, persalinan

patologis, nifas beserta penanganan kegawat daruratan,

sehingga dapat mempermudah untuk penulisan LTA.

6.2.3 Pasien dan keluarga

Saran yang diberikan untuk klien, keluarga dan antara lain

1. Ibu diharapkan dapat melibatkan suami dan keluarga ketika

periksa ke tenaga kesehatan agar mereka bisa mendukung

kebutuhan fisik dan psikologi ibu selama hamil, persalinan,

nifas, BBL dan KB.

2. Ibu diharapkan segera memeriksakan dirinya jika mengalami

tanda bahaya kehamilan, dan nifas

3. Ibu diharapkan segera memeriksakan bayinya ketika terjadi

warna kuning dibagian muka / ikterus sehingga dapat

diberikan asuhan secara tepat dan cepat.


6.2.4 Mahasiswa

Saran yang diberikan untuk mahasiswa antara lain :

1. Mahasiswa diharapkan dapat menerapkan ilmu pengetahuan

yang diperoleh dari diinstitusi pendidikan sehingga dapat

memberikan asuhan kebidanan dengan baik, tepat dan benar.

2. Mahasiswa diharapkan dapat mempelajari dan mengetahui

perbedaan antara praktik dilapangan dan teori sehingga dapat

menerapkan asuhan dengan penanganan yang tepat.

3. Mahasiswa diharapkan dapat mengembangkan ilmu

pengetahuan dan mempelajari ilmu kebidanan terutama ilmu

perawatan ibu hamil yang mengalami ketidaknyamanan

fisiologis .
DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, Eni. 2011. Asuhan Kebidanan Nifas.Yogyakarta: Mitra Cendika

Press.

Eniyati, Dkk. 2011.Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar.

Hani, Dkk. 2011. Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan Fisiologis.Yogyakarta:

Salemba Medika.

Jiarty, Dkk. 2011. Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan Fisiologis.Yogyakarta:

Salemba Medika.

Muslihatun, Dkk. 2010. Asuhan kebidanan pada neonatus. Yogyakarta:

Fitramaya.

Purwoastuti, Dkk. 2015. Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan. Jakarta: P.T. Bina

Pustaka Sarwono Prawihardjo.

Prawirohardjo, Sarwono. 2011. Ilmu Kebidanan. Jakarta: P.T. Bina Pustaka

Sarwono Prawihardjo.

Varney, Halen 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan, 3rd. London: Jones and

Barlet Publisher.

Depkes RI. 2007. Pedoman manajemen Kebidanan. Subdit Kebidanan dan

Perinatal. Direktorat Keperawatan dan Keteknisan Medik.

Walyani, Elizabeth. 2015. Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan. Jakarta:

Pustaka Baru Press.


Walyani, Elizabeth. 2015. Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan dan Bayi Baru

Lahir. Jakarta: Pustaka Baru Press.

Walyani, Elizabeth. 2015. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas dan Menyusui.

Jakarta: Pustaka Baru Press.

Wildan, Dkk. 2011. Dokumentasi Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika.

Saifudin AB, Dkk. 2011. Buku Acuhan Nasional Keluarga Berencana. Jakarta:

YBPSP.

Anda mungkin juga menyukai