Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pembelajaran pada dasarnya merupakan suatu interaksi positif antara
pengajar dan pelajar. Untuk mencapai tujuan pembelajaran diperlukan suatu
pemilihan model pembelajaran yang tepat. Ada banyak model pembelajaran yang
bisa diterapkan untuk membangun interaksi dan komunikasi yang baik antara
pebelajar dan pembelajar.
Model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan
untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang
bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran dikelas atau yang
lain (Joyce dan Weil, 1980:1). Model pembelajaran dapat dijadikan pola pikiran,
artinya para pembelajar boleh memilih model pembelajaran yang sesuai dan
efisien utntuk mencapai tujuan pembelajarannya.
Metode mengajar merupakan cara yang digunakan guru dalam
memebelajarkan siswa agar terjadi interaksi dan proses belajar yang efektif dalam
pembelajaran. Setiap metode mengajar memiliki karakteristik yang berbeda-beda
dalam membentuk pengalaman balajar siswa, tetapi satu dengan yang lainnya
saling menunjang.
Dalam kegiatan belajar ini akan dikemukakan tantang konsep,
karakteristik, prosedur, keterbatasan, dan keunggulan metode mengajar simulasi
yang mungkin banyak digunakan oleh guru.
Pembelajaran pada dasarnya merupakan suatu interaksi positif antara
pendidik dan peserta didik dan antara peserta didik dengan peserta didik lainnya.
Untuk mencapai tujuan pembelajaran diperlukan suatu pemilihan model
pembelajaran yang tepat. Ada banyak model pembelajaran yang bisa diterapkan
untuk membangun interaksi dan komunikasi yang baik antara peserta didik dan
pendidik.
Model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan
untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang
bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran dikelas atau yang
lain (Joyce dan Weil, 1980:1). Model pembelajaran dapat dijadikan pola pikiran,
artinya para guru boleh memilih model pembelajaran yang sesuai dan efisien
utntuk mencapai tujuan pendidikannya.
Model pembelajaran Simulasi dapat digunakan sebagai metode mengajar
dengan asumsi tidak semua proses pembelajaran dapat dilakukan secara langsung
pada objek yang sebenarnya. Gladi resik merupakan salah satu contoh simulasi,
yakni memperagakan proses terjadinya suatu upacara tertentu sebagai latihan
untuk upacara sebenarnya supaya tidak gagal dalam waktunya nanti. Demikian
juga untuk mengembangkan pemahaman dan penghayatan terhadap suatu
peristiwa yang lebih banyak mengarah kepada psikomotor , maka penggunaan
model pembelajaran simulasi akan sangat bermanfaat.
Penggunaan metode mengajar yang didasarkan pada pembentukan
kemampuan siswa, seperti memiliki kreativitas. Setiap metode mengajar memiliki
keunggulan dan kekurangan sehingga hal tersebut dapat dijadikan bahan
pertimbangan dalam memilih metode tersebut. Kelemahan-kelemahan metode
harus diantisipasi dan dikaji oleh guru agar penggunaannya dapat efektif.
Berdasarkan uraian tersebut, penyusun akan membahas Model
Pembelajaran dengan Metode Simulasi yang merupakan salah satu model
pembelajaran kooperatif untuk melatih siswa agar lebih terampil.
Model pembelajaran Simulasi dapat digunakan sebagai metode mengajar
dengan asumsi tidak semua proses pembelajaran dapat dilakukan secara langsung
pada objek yang sebenarnya, salah satunya dengan menggunakan model simulasi
kreatif. Gladi resik merupakan salah satu contoh simulasi, yakni memperagakan
proses terjadinya suatu upacara tertentu sebagai latihan untuk upacara sebenarnya
supaya tidak gagal dalam waktunya nanti. Demikian juga untuk mengembangkan
pemahaman dan penghayatan terhadap suatu peristiwa yang lebih banyak
mengarah kepada psikomotor, maka penggunaan model pembelajaran simulasi
akan sangat bermanfaat.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian metode simulasi?
2. Apa prasyarat pengoptimalan pembelajaran dengan metode simulasi?
3. Apa tujuan metode simulasi?
4. Apa saja tipe metode simulasi?
5. Bagaimana petunjuk penggunaan metode simulasi?
6. Bagaimana prosedur penggunaan metode simulasi?
7. Bagaimana proses pembimbingan pada metode simulasi?
8. Bagaimana karakteristik metode simulasi?
9. Apakah kelebihan dan kekurangan metode simulasi?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian metode simulasi
2. Untuk mengetahui prasyarat pengoptimalan pembelajaran dengan metode
simulasi
3. Untuk mengetahui tujuan metode simulasi
4. Untuk mengetahui tipe metode simulasi
5. Untuk mengetahui petunjuk penggunaan metode simulasi
6. Untuk mengetahui prosedur penggunaan metode simulasi
7. Untuk mengetahui proses pembimbingan pada metode simulasi
8. Untuk mengetahui karakteristik metode simulasi
9. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan metode simulasi

1.4 Manfaat
1. Dapat mengetahui pengertian metode simulasi
2. Dapat mengetahui prasyarat pengoptimalan pembelajaran dengan metode
simulasi
3. Dapat mengetahui tujuan metode simulasi
4. Dapat mengetahui tipe metode simulasi
5. Dapat mengetahui petunjuk penggunaan metode simulasi
6. Dapat mengetahui prosedur penggunaan metode simulasi
7. Dapat mengetahui proses pembimbingan pada metode simulasi
8. Dapat mengetahui karakteristik metode simulasi
9. Dapat mengetahui kelebihan dan kekurangan metode simulasi
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Metode Simulasi


Simulasi adalah metode pembelajaran yang menyajikan pelajaran
dengan menggunakan situasi atau proses nyata, dengan peserta didik terlibat
aktif dalam berinteraksi dengan situasi di lingkungannya. Peserta didik
mengaplikasikan pengetahuannya yang telah dipelajari sebelumnya. Hal ini
berguna untuk untuk memberikan respons (membuat keputusan atau
melakukan tindakan) untuk mengatasi masalah /situasi dan menerima umpan
balik tentang respons tersebut (Rheba de dan Martha A. Thompson, 1987).
Menurut Pusat Bahasa Depdiknas (2005) simulasi adalah satu metode
pelatihan yang memperagakan sesuatu dalam bentuk tiruan (imakan) yang
mirip dengan keadaan yang sesungguhnya; simulasi: penggambaran suatu
sistem atau proses dengan peragaan memakai model statistic atau pemeran.
Menurut Udin Syaefudin Sa’ud (2005: 129) simulasi adalah sebuah
replikasi atau visualisasi dari perilaku sebuah sistem, misalnya sebuah
perencanaan pendidikan, yang berjalan pada kurun waktu yang tertentu. Jadi
dapat dikatakan bahwa simulasi itu adalah sebuah model yang berisi
seperangkat variabel yang menampilkan ciri utama dari sistem kehidupan
yang sebenarnya. Simulasi memungkinkan keputusan-keputusan yang
menentukan bagaimana ciri-ciri utama itu bisa dimodifikasi secara nyata.
Menurut Sri Anitah, W. DKK (2007: 5.22) metode simulasi merupakan
salah satu metode pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran
kelompok. Proses pembelajaran yang menggunakan metode simulasi
cenderung objeknya bukan benda atau kegiatan yang sebenarnya, melainkan
kegiatan mengajar yang bersifat pura-pura. Kegiatan simulasi dapat dilakukan
oleh siswa pada kelas tinggi di sekolah dasar.
2.2 Prasyarat Pengoptimalan Pembelajaran dengan Metode Simulasi
Sri Anitah, W. DKK (2007: 5.24) penggunaan metode simulasi
menuntut beberapa kemampuan guru atau fasilitator, antara lain:
a. Mampu membimbing siswa atau warga belajar dalam mengarahkan
teknik, prosedur dan peran yang akan dilakukan siswa dalam simulasi,
b. Mampu memberikan ilustrasi,
c. Mampu menguasai pesan yang dimaksud dalam simulasi,
d. Mampu mengamati proses simulasi yang dilakukan siswa atau warga
belajar.
Adapun kondisi dan kemampuan siswa atau warga belajar yang harus
diperhatikan dalam penerapan metode simulasi adalah:
a. Kondisi, minat, perhatian, dan motivasi siswa dalam bersimulasi,
b. Pemahaman terhadap pesan yang akan disimulasikan,
c. Kemampuan dasar berkomunikasi dan berperan.

2.3 Tujuan Metode Simulasi


Tujuan metode simulasi yaitu membantu peserta didik mempraktekan
keterampilan dalam membuat keputusan dan penyelesaian masalah,
mengembakan kemampuan interaksi antarmanusia dan memberikan
kesempatan peserta didik untuk menerapkan berbagai prinsip,teori serta untuk
meningkatkan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor.

2.4 Tipe Metode Simulasi


Menurut Sandra de Young (1990), ada tiga tipe simulasi, yaitu
simulation exercise, simulation game, dan role playing. Berikut ini akan
diuraikan metode simulation exercise dan role playing.
a. Latihan simulasi
Latihan simulasi (simulation exercise) adalah metode pembelajaran
simulasi yang menyajikan situasi nyata yang terkontrol. Peserta didik
dapat memanipulasi situasi tersebut, sehingga pemahaman peserta didik
menjadi lebih baik terhadap situasi tersebut.
Simulasi latihan meliputi: writen simulation, simulasi dengan visual dan
live simulation patient.
b. Bermain peran
Bermain peran (role playing) adalah suatu bentuk drama dimana peserta
didik secara spontan memperagakan peran-peran dalam berinteraksi yang
terkait dengan masalah/ tantangan dan hubungan antarmanusia.
Metode simulasi tidak langsung dilakukan pada klien, tetapi
dipraktikan seakan-akan kondisinya nyata, sehingga kesalahan tidak bersifat
fatal. Ada tiga macam bentuk simulasi untuk bermain peran yaitu: kasus aktif,
model dan klien. Pada kasus aktif diberikan data tentang klien nyata yang
memerlukan pengambilan keputusan kemudian data ditambah untuk
mengembangkan kemampuan pengambilan keputusan.

2.5 Petunjuk Penggunaan Metode Simulasi


Berikut ini petunjuk apabila akan menggunakan metode pembelajaran
simulasi.
a) Simulasi harus meningkatkan pencapaian tujuan
b) Perhatikan syarat simulasi tentang jumlah peserta didik, waktu
yangdiperlukan, alat, dan tempat.
c) Pembimbing simulasi harus memahami jalannya simulasi
d) Uji coba dilakukan pada kelompok peserta didik yang dikenal oleh
pembimbing
e) Peserta didik mempunyai latar belakang teori dan keterampilan untuk
berperan serta dalam simulasi
f) Peserta didik harus mengerti tujuan peran serta mereka pada simulasi
g) Petunjuk tertulis lengkap dan diberikan pada peserta didik
h) Pembimbing bertanggungjawab untuk menginterupsi simulasi apabila
waktu telah lewat dan muncul masalah, atau peserta belum kompeten.
2.6 Prosedur Penggunaan Metode Simulasi
Sri Anitah, W. DKK (2007: 5.23) prosedur yang harus ditempuh
dalam penggunaan metode simulasi adalah:
a) Menetapkan topik simulasi yang diarahkan oleh pendidik,
b) Menetapkan kelompok dan topik-topik yang akan dibahas,
c) Simulasi diawali dengan petunjuk dari guru tentang prosedur, teknik, dan
peran yang dimainkan,
d) Proses pengamatan pelaksanaan simulasi dapat dilakukan dengan diskusi,
e) Mengadakan kesimpulan dan saran dari hasil kegiatan simulasi.

2.7 Proses Pembimbingan Pada Metode Simulasi


a) Menyampaikan tujuan simulasi
b) Menjelaskan jalannya simulasi
c) Mengatur peserta didik untuk untuk memerankan sesuai dengan perannya
dalam simulasi
d) Melakukan uji coba pada kelompok peserta didik yang dikenal oleh
pembimbing
e) Memberikan komentar setelah simulasi, bila ada masalah dan peserta
didik kurang menguasai
f) Melakukan diskusi untuk membahas proses simulasi

2.8 Karakteristik Metode Simulasi


Sri Anitah, W. DKK (2007: 5.23) memaparkan tentang
karakteristik metode simulasi sebagai berikut:
a) Pembinaan kemampuan bekerja sama, komunikasi, dan interaksi
merupakan bagian dari keterampilan yang akan dihasilkan melalui
pembelajaran simulasi,
b) Metode ini menuntut lebih banyak aktivitas siswa,
c) Dapat digunakan dalam pembelajaran berbasis kontekstual, bahan
pembelajaran dapat diangkat dari kehidupan sosial, nilai-nilai sosial,
maupun masalah-masalah sosial.
2.9 Kelebihan Dan Kekurangan Metode Simulasi
1. Kelebihan Metode Simulasi
a) Memperkaya pengetahuan, sikap dan keterampilan serta pengalaman
yang tidak langsung diperlukan dalam menghadapi berbagai masalah
sosial.
b) Peserta didik berkesempatan untuk menyalurkan perasaan yang
terpendam sehingga mendapat kepuasan, kesegaran dan kesehatan jiwa.
c) Sekalipun bukan tujuan metode ini, melalui simulasi dapat
dikembangkan bakat dan kemampuan yang mungkin dimiliki oleh
peserta didik,misalnya dalam seni drama,bermain peran dan sebagainya.
d) Simulasi menuntut imajinasi peserta didik
e) Siswa dapat melakukan interaksi sosial dan komunikasi dalam
kelompoknya
f) Dapat membiasakan siswa untuk memahami permasalahan sosial
(merupakan implementasi pembelajaran yang berbasis kontekstual),
g) Membina hubungan komunikatif dan bekerja sama dalam kelompok.
h) Simulasi menuntut hubungan informal antara guru dan peserta didik
yang akrab dan fleksibel. Ini berarti menghendaki guru yang demokratis
bukan otoriter
2. Kekurangan Mtode Simulasi
a) Pengalaman yang diperoleh melalui simulasi tidak selalu tepat dan
sempurna dengan kenyataan dilapangan atau dalam kehidupan
b) Tidak jarang simulasi dijadikan sebagai alat hiburan, sedangkan
fungsinya sebagai alat belajar jadi terabaikan
c) Pelaksanaan simulasi sering menjadi kaku, bahkan jadi salah arah,
karena kurangnya pengalaman keterampilan atau penguasan siswa
terhadap masalah sosial yang diperankan
d) Simulasi dipengaru`hi oleh faktor-faktor emosional seperti rasa
malu,ragu-ragu atau takut yang dapat memengaruhi peserta didik dalam
melakukan simulasi.
STIMULASI TUMBUH KEMBANG ANAK
1. Pengertian
Stimulasi adalah perangsangan yang datangnya dari lingkungan
diluar individu anak. Anak yang banyak mendapatkan stimulasi akan lebih
cepat berkembang dari pada anak yang kurang atau bahkan tidak
mendapatkan stimulasi, stimulasi dapat juga berfungsi sebagai penguat
(reinforcement).
Stimulasi kegiatan membina kemampuan dasar anak merupakan
upaya untuk mencegah kelambatan dan meningkatkan perkembangan
anak. stimulasi pembinaan kemampuan dasar anak dilakukan sesuai
dengan tahap perkembangan, sesuai dengan umur anak. Kegiatan ini dapat
dilakukan oleh orang tua dan anggota keluaga lainya dilingkungan 11
rumah tangga masing-masing dalam kehidupan sehari-hari (Depkes.
2004)
2. Empat Aspek perkembangan yang Dipantau
1) Gerak kasar atau motorik kasar
Adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak melakukan
pergerakan dan sikap tubuh yang melibatkan otot-otot besar seperti
duduk, berdiri, dan sebagainya.
2) Gerak halus atau motorik halus
Adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak melakukan
gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan dilakukan
oleh otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang cermat seperti
mengamati sesuatu, menjumput, menulis, dan sebagainya.
3) Kemampuan bicara dan bahasa
Adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan untuk
memberikan respon terhadap suara, berbicara, berkomunikasi,
mengikuti perintah dan sebagainya.

4) Sosialisasi dan kemandirian


Adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri anak
(makan sendiri, membereskan mainan setelah bermain), berpisah
dengan ibu / pengasuh anak, bersosialisasi dan berinteraksi dengan
lingkungannya, dan sebagainya.
3. Prinsip Stimulasi
Stimulasi perkembangan dilakukan dengan prinsip-prinsip sebagai
berikut:
1. Sebagai ungkapan rasa cinta dan kasih sayang, bermain dengan anak
sambil menikmati kebahagian bersama anak.
2. Bertahap dan berkelanjutan serta mencakup 4 bidang kemampuan
perkembangan.
3. Dimulai dari tahap perkembangan yang telah dicapai anak.
4. Anak selalu diberi pujian atas keberhasilanya.
5. Dilakukan dengan wajar, tanpa paksaan, hukuman atau bentakan bila
anak tidak mau.
6. Alat bantu stimulasi bila diperlukan dicari yang sederhana dan mudah
didapat.
4. Hal-hal yang mendukung pemberian Stimulasi tumbuh kembang
Anak :
1. Ekstra Energi
Untuk bermain diperlukan energi ekstra, anak yang sakit, kecil
keinginan untuk bermain.
2. Waktu
Anak harus mempunyai cukup waktu untuk bermain.
3. Alat Permainan
Untuk bermain diperlikan alat permainan yang sesuai dengan umur
dan taraf perkembangannya.
4. Ruangan untuk bermain
5. Ruangan tidak perlu luas, dan tidak perlu ruangan khusus untuk
bermain, anak bisa bermain diruang tamu, halaman, bahkan diruang
tidurnya.
6. Pengetahuan cara bermain
Anak belajar bermain melalui mencoba-coba sendiri, meniru
teman-temannya atau diberi tahu caranya oleh orang lain.
7. Teman bermain
Anak harus merasa yakin bahwa ia mempunyai teman bermain
kalau ia memerlukan, apakah itu saudaranya, orang tuanya atau
temannya.
Bila kegiatan bermain dilakukan bersama orang tuanya, maka hubungan
orang tua dengan anak menjadi akrab dan ibu/ayah akan segera mengetahui setiap
kelainan yang terjadi pada anak mereka secara dini. (Soetjiningsih,2001 : 107)
Pemberian stimulasi akan lebih efektif apabila mempertahankan
kebutuhan-kebutuhan anak sesuai dengan tahap perkembangannya. Pada awal
perkembangan kognitif, anak berada dalam tahap sensorik motorik. Pada tahap ini
keadaan kognitif akan memperlihatkan aktifitas-aktifitas motoriknya, yang
merupakan hasil dari stimulasi sensorik (Soetjiningsih. 2001: 106)
5. Stimulasi Tumbuh Kembang Anak Sesuai Usianya
Stimulasi tumbuh kembang anak yang tepat, sesuai dengan usianya
dapat mempengaruhi pertumbuhan sinaps (penyampai sinyal antar sel
saraf). Dengan demikian kecerdasan anak makin tinggi dan bervariasi
(multiple intelligence).
Stimulasi tumbuh kembang anak dianjurkan untuk dimulai sejak
bayi masih berusia 6 bulan di dalam kandungan, di mana hubungan antar
sel saraf mulai terbentuk (Dr. Soedjatmiko, Sp.A (K), Msi, dokter spesialis
anak konsultan tumbuh kembang). Ajaklah janin berkomunikasi dengan
berbicara di dekat perut ibu, nyanyikan lagu dan bacakan doa.
Setelah anak lahir lakukanlah stimulasi melalui permainan, karena
dunia anak adalah dunia bermain:
1) Usia 0–3 bulan:
a. Berikan rasa nyaman, aman dan menyenangkan dengan
memeluk, menggendong, menatap mata, mengajak anak
tersenyum.
b. Gerakkan benda berwarna mencolok/berbunyi, sehingga
anak terangsang untuk meraih dan memegang mainan.
2) Usia 3–6 bulan
Ajaklah bayi bermain “cilukba”, ajari bayi tengkurap, telentang,
bolak-balik dan duduk.
3) Usia 6–9 bulan
Panggil namanya, ajari anak bersalaman, tepuk tangan, bacakan
dongeng, rangsang anak untuk duduk dan berdiri sambil
berpegangan.
4) Usia 9–12 bulan
Ajari bayi menyebut mama, papa, kakak, memasukkan mainan ke
dalam wadah, minum dari gelas, menggelindingkan bola, berlatih
berdiri dan berjalan sambil berpegangan.
5) Usia 12–18 bulan
Mulailah melatih anak mencorat coret dengan pensil warna,
menyusun kubus, puzzle sederhana, memasukkan dan
mengeluarkan benda dari wadah, bermain dengan boneka, sapu,
lap dsb. Ajari anak berlatih berjalan tanpa berpegangan, berjalan
mundur, memanjat tangga, menendang bola, melepas celana,
mengerti dan melakukan perintah sederhana (mana bola, pegang
ini, masukkan ini, ambil itu), tunjukkan berbagai benda sambil
menyebutkan namanya.
6) Umur 18–24 bulan
Mengenal bagian tubuh, tanyakan gambar atau sebutkan nama
binatang dan benda di sekitar rumah, ajari kegiatan sehari-hari
(makan, minum, mandi), menggambar garis, mewarnai, mencuci
tangan, mengenakan pakaian, main lempar bola, melompat, dsb.
7) Umur 2–3 tahun
Latihlah anak mengenal warna, bermain kartu, boneka, masak-
masakan, menggambar garis, lingkaran, menggunakan kata sifat
(besar-kecil, panas-dingin, tinggi-rendah, dsb), menyebutkan nama
teman, menghitung benda, mengenakan pakaian, menyikat gigi dan
toilet training.
8) Setelah 3 tahun.
Selain mengembangkan kemampuan sebelumnya, stimulasi juga
diarahkan untuk kesiapan bersekolah, antara lain; memegang
pensil, menulis, berhitung, kemandirian, berbagi dengan teman,
dsb.
Stimulasi tumbuh kembang anak akan lebih efektif bila didukung dengan
alat peraga atau mainan. Mainan tersebut tidak harus mahal, dapatkan tips
memilih mainan anak dalam artikel berikutnya.
Dalam melakukan stimulasi tumbuh kembang anak, ada beberapa prinsip dasar
yang perlu diperhatikan, yaitu:

1) Stimulasi dilakukan dengan dilandasi rasa cinta dan kasih sayang.


2) Selalu tunjukkan sikap dan perilaku yang baik karena anak akan meniru
tingkah laku orang-orang yang terdekat dengannya.
3) Berikan stimulasi sesuai dengan kelompok umur anak.
4) Lakukan stimulasi dengan cara mengajak anak bermain, bernyanyi,
bervariasi, menyenangkan, tanpa paksaan dan tidak ada hukuman.
5) Lakukan stimulasi secara bertahap dan berkelanjutan sesuai umur anak,
terhadap keempat aspek kemampuan dasar anak.
6) Gunakan alai bantu/permainan yang sederhana, aman dan ada di sekitar
anak.
7) Berikan kesempatan yang sama pada anak laki-laki dan perempuan.
8) Anak Selalu diberi pujian, bila perlu diberi hadiah atas keberhasilannya.
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Simulasi adalah metode pembelajaran yang menyajikan pelajaran
dengan menggunakan situasi atau proses nyata, dengan peserta didik terlibat
aktif dalam berinteraksi dengan situasi di lingkungannya. Metode
simulasi ini bertujuan untuk membantu peserta didik mempraktekan
keterampilan dalam membuat keputusan dan penyelesaian masalah,
mengembakan kemampuan interaksi antarmanusia dan memberikan
kesempatan peserta didik untuk menerapkan berbagai prinsip,teori serta
untuk meningkatkan kemampuan kognitif,afektif dan psikomotor.

3.2 Saran
Agar kegiatan belajar mengajar berjalan efektif , maka guru harus
mampu memilih mana metode mengajar yang paling sesuai di dalam proses
pembelajaran. Proses pembelajaran akan efektif jika berlangsung dalam
situasi dan kondisi yang kondusif, hangat, menarik, menyenangkan, dan
wajar. Oleh karena itu guru perlu memahami berbagai metode mengajar
dengan berbagai karakteristiknya, sehingga mampu memilih metode yang
tepat dan mampu menggunakan metode mengajar yang bervariasi sesuai
dengan tujuan maupun kompetensi yang diharapkan.
DAFTAR PUSTAKA

Anitah, Sri, W, dkk. (2007). Strategi Pembelajaran di SD. Jakarta: Universitas


Terbuka.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2004). Pedoman Deteksi Dini


Tumbuh Kembang Balita. Departemen Kesehatan Republik
Indonesia

Syaefudin, Udin., Syamsuddin, Abin. (2005).Perencanaan Pendidikan


Pendekatan Komprehensif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Soetjiningsih, (2001). Tumbuh Kembang. Jakarta: EGC

Trianto, M.Pd (2010). Mengembangkan Model Pembelajaran Tematik. Penerbit :


PT. Prestasi Pustakaraya - Jakarta. Hal.140.
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penyusun menyampaikan kepada Tuhan yang Maha Esa
karena atas berkat dan rahmatnya sehingga penyusun dapat menyelesaikan
makalah Metodik Khusus tentang “Metode Simulasi “ ini dengan baik dan tepat
pada waktunya.

Penyusun makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas makalah “Metodik


Khusus “. Dalam penyelesaian makalah ini penyusun juga mendapat bantuan dari
berbagai pihak oleh karena itu penyusun mengucapkan banyak terima kasih
kepada :

1. Ibu Warda Anil Masyayih.,S.ST.,M.Kes, selaku pembimbing mata kuliah.


2. Kedua orang tua , teman – teman dan semua pihak yang telah membantu
dalam menyelesaikan makalah ini.

Penyusun berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi penyusun dan para
pembaca umumnya. Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu penyusun mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dikemudian hari.

Lawang, Juni 2018

Penyusun
MAKALAH METODIK KHUSUS

METODE SIMULASI

Disusun Oleh :

1. Aurelia Nona Yuta


2. Maria Oktaviani Merre
3. Oktavia Liana Wati
4. Wilfrida Nule
5. Lusia Lute
6. Yane Raweyai
7. Maria Rosamistica Wae

STIKES HUSADA JOMBANG

PROGRAM STUDI D-IV KEBIDANAN

2017/2018

Anda mungkin juga menyukai