Simulasi berasal dari kata simulate yang artinya berpura-pura atau berbuat seakan-akan.
Sebagai metode mengajar, simulasi dapat diartikan cara penyajian pengalaman belajar dengan
menggunakan situasi tiruan untuk memahami tentang konsep, prinsip, atau keterampilan
tertentu.
Model pembelajaran simulasi dapat menggambarkan keadaan sebenarnya dari suatu
keadaan, penyederhanaan dari suatu fenomena di dunia nyata. Simulasi adalah suatu tiruan atau
perbuatan berpura-pura saja (Sunaryo, 1989:137). Dalam setiap bentuk simulasi akan terjadi hal-
hal sebagai berikut: (1) para pemain memegang peranan yang mewakili dunia nyata, dan juga
membuat keputusan-keputusan dalam mereaksi penilaian mereka terhadap setting yang mereka
temukan sendiri, (2) mereka mengalami perbuatan-perbuatan tiruan yang berhubungan dengan
keputusan-keputusan mereka dan penampilan umum mereka, (3) mereka memonitor hasil
kegiatan masing-masing, dan diarahkan untuk merefleksi terhadap hubungan antara keputusan-
keputusan mereka sendiri dan konsekuensi-konsekuensi akhir yang menunjukkan gabungan dari
berbagai perbuatan.
Pembelajaran simulasi mempunyai beberapa tujuan yaitu: 1) tujuan langsung yang terdiri
dari: a)untuk melatih keterampilan tertentu, baik yang bersifat profesional maupun bagi
kehidupan sehari-hari, b) untuk memperoleh pemahaman tentang suatu konsep atau prinsip, c)
untuk latihan memecahkan masalah 2) tujuan tidak langsung a) Untuk meningkatkan aktivitas
belajar dengan melibatkan dirinya dalam mempelajari situasi yang hampir serupa dengan kejadian
yang sebenarnya. b) Untuk memberikan motivasi belajar karena anak sangat menarik dan
menyenangkan anak-anak. c) Melatih anak bekerja sama dalam kelompok dengan lebih efektif.
d) Menimbulkan dan memupuk daya kreatif anak. e) Melatih anak untuk memahami dan
menghargai peranan anggota lain.
Dalam proses pembelajarannya metode ini mengutamakan pola permainan dalam bentuk
dramatisasi. Dramatisasi dilakukan oleh kelompok siswa dengan mekanisme pelaksanaan yang
diarahkan oleh guru untuk melaksanakan kegiatan yang telah ditentukan / direncanakan
sebelumnya. Simulasi ini lebih menitik beratkan pada tujuan untuk mengingat atau menciptakan
kembali gambaran masa silam yang memungkinkan terjadi pada masa yang akan datang atau
peristiwa yang aktual dan bermakna bagi kehidupan sekarang.
2. Sosiodrama
Dalam pembelajarannya siswa bermain peran sesuai dengan peran yang ditugaskan sebagai
balajar membuat suatu keputusan.
4. Peer Teaching.
Peer teaching merupakan latihan mengajar yang dilakukan oleh siswa kepada teman-teman calon
guru.
I. Orientasi
(1) Menyediakan berbagai topik simulasi dan konsep-konsep yang akan diintegrasikan dalam
proses simulasi.
(2) Memperoleh umpan balik dan evaluasi dari hasil pengamatan terhadap performan si pemeran.
2) Sistem Sosial
Didalam simulasi, pengajar harus dengan sengaja memilih jenis kegiatan dan mengatur siswa
dengan merancang kegiatan yang utuh dan padat mengenai sesuatu proses. Karena itu, model ini
termasuk model yang terstruktur. Namun demikian, kerjasama antar peserta sangat diperhatikan.
Keberhasilan dari model ini tergantung pada kerjasama dan kemauan dari siswa untuk secara
bersungguh-sungguh melaksanakan aktivitas ini.
3) Prinsip reaksi/pengelolaan
Dalam model ini, pengajar berperan sebagai pemberi kemudahan atau fasilitator. Dalam
keseluruhan proses simulasi, pengajar bertugas dan bertanggung jawab atas terpeliharanya
suasana belajar dengan cara menunjukkan sikap yang mendukung atau supportif dan tidak
bersifat menilai atau evaluatif. Dalam hal ini, pengajar bertugas untuk lebih dahulu mendorong
pengertian dan penafsiran para siswa terhadap isi dan makna dari simulasi tersebut.
4) Sistem Pendukung
Sarana yang diperlukan untuk mendukung pelaksanaan simulasi ini bervariasi, mulai dari yang
paling sederhana dan murah, ke yang paling kompleks dan mahal. Misalnya bila sarana yang
dipergunakan berupa simulator elektronik, tentu hal ini memerlukan biaya yang besar. Tapi bila
sarana yang diperlukan itu hanyalah berupa kartu ataupun kelereng, tentu sangat murah.
Untuk kepentingan praktis, model tersebut dapat diadaptasi dalam bentuk kerangka operasional
sebagai berikut:
3. Kelebihan Dan Kelemahan Model Pembelajaran Simulasi
Wina Sanjaya (2010) menyatakan bahwa terdapat beberapa kelebihan dan kelemahan dengan
menggunakan simulasi sebagai metode mengajar.
a. Kelebihan Model pembelajaran ini di antaranya adalah:
1) Simulasi dapat dijadikan sebagai bekal bagi siswa dalam menghadapi situasi yang sebenarnya
kelak, baik dalam kehidupan keluarga, masyarakat, maupun menghadapi dunia kerja.
2) Simulasi dapat mengembangkan kreativitas siswa, karena melalui simulasi siswa diberi
kesempatan untuk memainkan peranan sesuai dengan topik yang disimulasikan
2) Pengelolaan yang kurang baik, sering simulasi dijadikan sebagai alat hiburan, sehingga tujuan
pembelajaran menjadi terabaikan.
3) Faktor psikologis seperti rasa malu dan takut sering memengaruhi siswa dalam melakukan
simulasi.