Anda di halaman 1dari 53

Model Pembelajaran dalam Kurikulum 2013

Terdapat lima elemen yang menjadi landasan kenapa hal tersebut dinamakan model
pembelajaran, ini berdasar pada (Naskah Model Pembelajaran Kajian
Konstitusionalitas yang dikeluarkan oleh Dit. PSMA, 2016). yakni:
1. Syntax sintaks yaitu langkah-langkah atau panduan dari pembelajarannya.
2. Social system, yaitu keadaan lingkungan yang terdapat dalam belajar mengajar.
3. Principles of reaction, yaitu mengilustrasikan cara yang harus ditempuh guru
dalam melakukan, melihat dan merespon siswa.
4. Support system, yaitu fasilitas yang ada untuk mendukung aktivitas pembelajaran
seperti sarana, situasi belajar, bahan dan alat.
5. Instructional adn nurturant effects yaitu memperoleh hasil belajar sesuai dengan
tujuan awal yang telah ditetapkan

Pada kurikulum 2013 terdapat tiga model pembelajaran yang menjadi andalan yang bisa
mendukung aktivitas belajar mengajar. Ini didasari pada (Permendikbud No. 103 Tahun
2014) yang memiliki visi agar siswa bisa berkembang dan mempunyai karakter saintifik,
rasa ingin tahu dan perilaku sosial.
Tiga model yang menjadi andalan pada kurikulum 2013 (K13) adalah,
1. Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning),
2. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning),
3. Model Pembelajaran Penemuan (Discovery Learning).

Untuk mendukung pembelajaran kurikulum 2013, model pembelajaran yang bisa


dipertimbangkan untuk digunakan antara lain:
a. model pembelajaran NHT (Number Head Together),
b. TPS (Think Pair Share),
c. TSTS (Two Stay and Two Stray),
d. Jigsaw, Picture and Picture dan
e. GI (Group Investigation).

Model pembelajaran yang direkomendasikan harus membuat siswa menjadi aktif, hindari
model pembelajaran yang memiliki basis hafalan dan ceramah karena model jenis ini
cenderung menggiring siswa untuk pasif.

Selain itu terdapat pembelajaran yang diperuntukan untuk sekolah kejuruan atau SMK
yakni:
1. PBE - Production Based Education
2. Teaching Factory - TEFA.

Setiap pembelajaran yang diimplementasikan tidak semuanya bisa sinkron dengan


kompetensi dasar atau materi yang akan disampaikan. Sehingga guru diharuskan untuk
bisa kritis dalam menentukan model pembelajaran. Selain itu guru juga harus bijak dalam
merumuskan kompetensi dasar agar bisa kompatibel dengan model pembelajaran.
Pendekatan Pembelajaran
Terdapat alat lain yang bisa digunakan guru untuk mendukung proses pembelajaran
pada kurikulum 2013 (K13), diantaranya adalah:
1. Pendekatan berbasis genre (Genre Based Approach)
2. Contextual Teaching and Learning (CTL)
3. Pendekatan Matematika Realistik (Realistic Mathematic Education)

METODE PEMBELAJARAN

Untuk mendukung aktivitas pembelajaran terdapat alat / instrumen lain se-


lain model dan pendekatan pembelajaran, yakni metode pembelajaran.
Pengertian dari metode pembelajaran itu sendiri adalah cara yang dipakai untuk
menerapkan strategi yang telah dibuat ke dalam bentuk aktivitas nyata sehingga efektif
untuk sampai pada misi pembelajaran. Metode pembelajaran terdiri dari metode simulasi,
diskusi, demonstrasi, eksperimen.
1. Diskusi
2. Metode Eksperimen
3. Demonstrasi
4. Metode Simulasi

Kesimpulan
Setelah menguraikan apa saja alat yang bisa mendukung untuk proses belajar mengajar
seperti metode, pendekatan dan model pembelajaran untuk kurikulum 2013 (K13). Kini
saatnya guru untuk menentukan alat apa yang harus dipakai agar proses pembelajaran
menjadi maksimal.
Untuk melakukan hal tersebut guru harus bisa menganalisis dan berpikir secara kritis
dalam memilih, maka dari itu guru harus memiliki kesadaran kreatif pada dirinya
MACAM-MACAM METODE PEMBELAJARAN

Pada dasarnya guru adalah seorang pendidik. Pendidik adalah orang dewasa dengan
segala kemampuan yang dimilikinya untuk dapat mengubah psikis dan pola pikir anak
didiknya dari tidak tahu menjadi tahu serta mendewasakan anak didiknya. Salah satu hal
yang harus dilakukan oleh guru adalah dengan mengajar di kelas. Salah satu yang paling
penting adalah performance guru di kelas. Bagaimana seorang guru dapat menguasai
keadaan kelas sehingga tercipta suasana belajar yang menyenangkan. Dengan demikian
guru harus menerapkan metode pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik
peserta didiknya.
Tiap-tiap kelas bisa kemungkinan menggunakan metode pembelajaran yang berbeda
dengan kelas lain. Untuk itu seorang guru harus mampu menerapkan berbagai metode
pembelajaran. Disini saya akan memaparkan beberapa metode pembelajaran menurut
Ns. Roymond H. Simamora, M.Kep yang dapat kita digunakan.

Macam-Macam Metode pembelajaran :


1. Metode Demonstrasi
Demonstrasi adalah metode yang digunakan untuk membelajarkan peserta dengan
cara menceritakan dan memperagakan suatu langkah-langkah pengerjaan sesuatu.
Demonstrasi merupakan praktek yang diperagakan kepada peserta. Karena itu,
demonstrasi dapat dibagi menjadi dua tujuan: demonstrasi proses untuk memahami
langkah demi langkah; dan demonstrasi hasil untuk memperlihatkan atau
memperagakan hasil dari sebuah proses.Biasanya, setelah demonstrasi dilanjutkan
dengan praktek oleh peserta sendiri. Sebagai hasil, peserta akan memperoleh
pengalaman belajar langsung setelah melihat, melakukan, dan merasakan sendiri.
Tujuan dari demonstrasi yang dikombinasikan dengan praktek adalah membuat
perubahan pada rana keterampilan

.
Kelebihan metode demonstrasi
a. Perhatian siswa lebih dapat terpusatkan pada pelajaran yang diberikan
b. Kesalahan-kesalahan yang terjadi bila pelajaran itu diceramahkan dapat diatasi
melalui pengamatan dan contoh yang konkrit
c. Memberi motivasi yang kuat untuk siswa agar lebih giat belajar
d. Siswa dapat berpartisipasi aktif dan memperoleh pengalaman langsung
Kelemahan metode demonstrasi
a. Bila alatnya terlalu kecil atau penempatannya kurang tepat menyebabkan
demonstrasi itu tidak dapat dilihat jelas oleh seluruh siswa
b. Bila waktu tidak tersedia cukup, maka demonstrasi akan berlangsung terputus-
putus atau berjalan tergesa-gesa

2. Metode Kerja Lapangan


Metode kerja lapangan merupakan metode mengajar dengan mengajak siswa kedalam
suatu tempat diluar sekolah yang bertujuan tidak hanya sekedar observasi atau
peninjauan saja, tetapi langsung terjun turut aktif ke lapangan kerja agar siswa dapat
menghayati sendiri serta bekerja sendiri didalam pekerjaan yang ada dalam
masyarakat.

Kelebihan metode kerja lapangan


a. Siswa mendapat kesemmpatan untuk langsung aktif bekerja dilapangan sehingga
memperoleh pengalaman langsung dalam bekerja
b. Siswa menemukan pengertian pemahaman dari pekerjaan itu mengenai kebaikan
maupun kekurangannya
Kelemahaan metode kerja lapangan
a. Waktu terbatas tidak memungkinkan memperoleh pengalaman yang mendalam
dan penguasaan pengetahuan yang terbatas
b. Untuk kerja lapangan perlu biaya yang banyak. Tempat praktek yang jauh dari
sekolah shingga guru perlu meninjau dan mepersiapkan terlebih dahulu
c. Tidak tersedianya trainer guru/pelatih yang ahli

3. Metode Sosiodrama dan Bermain Peran


Metode sosiodrama dan bermain peran merupakan suatu metode mengajar dimana
siswa dapat mendramatisasikan tingkah laku atau ungkapan gerak gerik wajah
seseorang dalam hubungan sosial antar manusia
Kelebihan metode sosiodrama dan bermain peran
a. Siswa lebih tertarik perhatiannya pada pelajaran
b. Karena mereka bermain peran sendiri, maka mudah memahami masalah-masalah
sosial tersebut
c. Bagi siswa dengan bermain peran sebagai orang lain, maka ia dapat menempatkan
diri seperti watak orang lain itu
d. Ia dapat merasakan perasaan orang lain sehingga menumbuhkan sikap saling
perhatian
Kelemahan metode sosiodrama dan bermain peran
a. Bila guru tidak menguasai tujuan instrusional penggunaan teknik ini untuk sesuatu
unit pelajaran, maka sosiodrama tidak akan berhasil
b. Dalam hubungan antar manusia selalu memperhatikan norma-norma kaidah
sosial, adat istiadar, kebiasaan, dan keyakinan seseorang jangan sampai
ditinggalkan sehingga tidak menyinggung perasaan seseorang
c. Bila guru tidak memahami langkah-langkah pelaksanaan metode ini, maka akan
mangacaukan berlangsungnya sosiodrama
4. Metode Simulasi
Metode simulasi merupakan cara mengajar dimana menggunakan tingkah laku
seseorang untuk berlaku seperti orang yang dimaksudkan dengan tujuan agar orang
dapat menghindari lebih mendalam tentang bagaimana orang itu merasa dan berbuat
sesuatu dengan kata lain siswa memegang peranaan sebagai orang lain.

Kelebihan metode simulasi


a. Dapat menyenangkan siswa
b. Menggalak guru untuk mengembangkan kreatifitas siswa
c. Eksperimen berlangsung tanpa memerlukan lingkungan yang sebenarnya
d. Mengurangi hal-hal yang verbalistik
e. Menumbuhkan cara berfikir yang kritis
Kelemahan metode simulasi
a. Efektifitas dalam memajukan belajar siswa belum dapat dilaporkan oleh riset
b. Terlalu mahal biayanya
c. Banyak orang meragukan hasilnnya karena sering tidak diikutsertakan elemen-
elemen penting
d. Menghendaki pengelompokan yang fleksibel
e. Menghendaki banyak imajinasi dari guru dan siswa

5. Metode Seminar
Metode seminar adalah suatu kegiatan ilmiah yang dilakukan oleh beberapa orang
dalam suatu sidang yang berusaha membahas / mengupas masalah-masalah atau hal-
hal tertentu dalam rangka mencari jalan memecahkannya atau mencari pedoman
pelaksanaanya.
Kelebihan metode seminar
a. Peserta mendapatkan keterangan teoritis yang luas dan mendalam tentang
masalah yang diseminarkan
b. Peserta mendapatkan petunjuk-petunjuk praktis untuk melaksanakan tugasnya
c. Peserta dibina untuk bersikap dan berfikir secara ilmiah
d. Terpupuknya kerja sama antar peserta
e. Terhubungnya lembaga pendidikan dan masyarakat
Kelemahan Metode Seminar
a. Memerlukan waktu yang lama
b. Peserta menjadi kurang aktif
c. Membutuhkan penataan ruang tersendiri

6. Metode Kerja Kelompok


Metode kerja kelompok adalah suatu cara menyajikan bahan pelajaran dengan
menyuruh pelajar (setelah dikelompok-kelompokkan) mengerjakan tugas tertentu
untuk mencapai tujuan pengajaran. Merka bekerja sama dalam memecahkan masalah
atau melaksanakan tugas.
Kelebihan metode kerja kelompok
a. Para siswa lebih aktif tergabung dalam pelajaran mereka
b. Memungkinkan guru untuk lebih memperhatikan kemampuan para siswa
c. Dapat memberikan kesempatan pada para siswa untuk lebih menggunakan
ketrampilan bertanya dalam membahas suatu masalah
d. Mengembangkan bakat kepemimpinan para siswa serta mengerjakan ketrampilan
berdiskusi
Kelemahan metode kerja kelompok
a. Kerja kelompok terkadang hanya melibatkan para siswa yang mampu sebab
mereka cakap memimpin dan mengarahkan mereka yang kurang
b. Keberhasilan strategi ini tergantung kemampuan siswa memimpin kelompok atau
untuk bekerja sendiri-sendiri
c. Kadang-kadang menuntut pengaturan tempat duduk yang berbeda-beda dan
daya guna mengajar yang berbeda pula

7. Metode Ceramah
Metode ceramah adalah metode memberikan uraian atau penjelasan kepada sejumlah
murid pada waktu dan tempat tertentu. Dengan kata lain metode ini adalah sebuah
metode mengajar dengan menyampaikan informasi dan pengetahuan secara lisan
kepada sejumlah siswa yang pada umumnya mengikuti secara pasif. Metode ini
disebut juga dengan metode kuliah atau metode pidato. Untuk bidang studi agama,
metode ceramah ini masih tepat untuk dilaksanakan. Misalnya, untuk materi pelajaran
akidah.

Kelebihan metode ceramah


Materi yang diberikan terurai dengan jelas
Kekurangan metode ceramah
a. Guru lebih aktif sedangkan murid pasif karena perhatian hanya terpusat pada guru
saja.
b. Murid seakan diharuskan mengikuti segala apa yang disampaikan oleh guru,
meskipun murid ada yang bersifat kritis karena guru dianggap selalu benar

8. Metode Sumbang Saran


Sumbang saran merupakan suatu cara mengajar dengan mengutarakan suatu masalah
ke kelas oleh guru kemudian siswa memjawab mengemukakan pendapat /jawaban
dan komentar seshingga masalah tersebut berkembang menjadi masalah baru.
Kelebihan metode sumbang saran
a. Susana disiplin dan demokratis dapat tumbuh
b. Anak-anak aktif untuk menyatakan pendapatnya
c. Melatih siswa untuk berfikir dengan cepat dan tersusun logis
d. Merangsang siswa untuk selalu berpendapat yang berhubungan dengan masalah
uang diberikan oleh guru
e. Terjadi persaingan yang sehat
f. Meningkatkan partisipasi siwa dalam menerima pelajaran
g. Siswa yang kurang aktif menapat bantuan dari temannya yang pandai atau dari
guru
Kelemahan metode sumbang saran
a. Guru kurang memberi waktu kepada siswa untuk berfikir yang baik
b. Anak yang kurang selalu ketinggalan
c. Kadang-kadang pembicaraan hanya dimonopoli oleh anak yang pandai
d. Guru hanya menampang pendapat-pendapat tidak pernah merumuskan
kesimpulan

9. Metode Unit Teaching


Metode unit teaching merupakan metode mengajar yang memberikan kesempatan
pada siswa secara aktif dan guru dapat mengenal dan menguasai belajar secara unit.
Kelebihan metode unit teaching
a. Siswa dapat menggunakan sumber-sumber materi pelajaran secara luas
b. Siswa dapat belajar keseluruhan sesuai bakat
c. Suasana kelas lebih demokratis
Kelemahan metode unit teaching
a. Dalam melaksanakan unit perlu keahlian dan ketekunan
b. Perhatian guru harus lebih banyak dicurahkan pada bimbingan kerja siswa
c. Perencanaan unit yang tidak mudah
d. Memerlukan ahli yang betul-betul menguasai masalah karena semua masalah
yang belum tentu dapat dijadikan unit

10. Metode Sandiwara


Metode sandiwara seperti memindahkan ‘sepenggal cerita’ yang menyerupai kisah
nyata atau situasi sehari-hari ke dalam pertunjukkan. Penggunaan metode ini
ditujukan untuk mengembangkan diskusi dan analisa peristiwa (kasus). Tujuannya
adalah sebagai media untuk memperlihatkan berbagai permasalahan pada suatu
tema (topik) sebagai bahan refleksi dan analisis solusi penyelesaian masalah. Dengan
begitu, rana penyadaran dan peningkatan kemampuan analisis dikombinasikan
secara seimbang.

11. Metode Penemuan (Discovery)


Metode penemuan merukan proses mental dimana siswa mampu mengasimilasikan
suatu proses atau prinsip-prinsip.(Sund)
Kelebihan metode penemuan
a. Dapat membangkitkan kegairahan belajar pada diri siswa
b. Teknik ini mampu memberikan kesempatan kepada siswa untuk berkembang dan
maju sesuai dengan kampuan masing-masing
c. Teknik ini mampu membantu siswa mengembangkan, memperbanyak kesiapan
serta penguasaan ketrampilan dalam proses kognitif atau pengarahan siswa
d. Siswa memperoleh pengetahuan yang bersifat sebagai sangat pribadi atau
individual sehingga dapat kokoh/mendalam tertinggal dalam jiwa siswa tersebut
Kelemahan metode penemuan
a. Ada yang berpendapat bahwa proses mental ini terlalu meningkatkan proses
pengertian saja
b. Teknik ini tidak memberikan kesempatan berfikir secara kreatif
c. Para siswa harus ada kesiapan dan kematangan mental
d. Bila kelas terlalu besar penggunaan teknik ini kurang berhasil
e. Bagi guru dan siswa yang sudah biasa dengan perencanaan dan pengajaran
tradisional akan kecewa bila diganti dengan teknik penemuan
12. Metode Eksperimen
Metode eksperimen merupakan salah satu cara mengajar dimana seorang siswa
diajak untuk beruji coba atau mengadakan pengamatan kemudian hasil pengamatan
itu disampaikan dikelas dan di evaluasi oleh guru.
Kelebihan metode eksperimen
a. Siswa terlatih menggunakan metode ilmiah dalam menghadapi segala masalah
b. Mereka lebih aktif berfikir dan membuktikan sendiri kebenaran suatu teori
c. Siswa dalam melaksanakan eksperimen selain memperoleh ilmu pengetahuan juga
menemukan pengalaman praktis serta ketrampilan menggunakan alat-alat
percobaan
Kelemahan metode eksperimen
a. Seorang guru harus benar-benar menguasai materi yang diamati dan harus
mampu memanage siswanya
b. Memerlukan waktu dan biaya yang sedikit lebih dibandingkan yang lain

13.Metode Permainan
Permainan (games), populer dengan berbagai sebutan antara lain pemanasan (ice-
breaker) atau penyegaran (energizer). Arti harfiah ice-breaker adalah ‘pemecah es’. Jadi,
arti pemanasan dalam proses belajar adalah pemecah situasi kebekuan fikiran atau fisik
peserta. Permainan juga dimaksudkan untuk membangun suasana belajar yang dinamis,
penuh semangat, dan antusiasme. Karakteristik permainan adalah menciptakan suasana
belajar yang menyenangkan (fun) serta serius tapi santai (sersan). Permainan digunakan
untuk penciptaan suasana belajar dari pasif ke aktif, dari kaku menjadi gerak (akrab), dan
dari jenuh menjadi riang (segar). Metode ini diarahkan agar tujuan belajar dapat dicapai
secara efisien dan efektif dalam suasana gembira meskipun membahas hal-hal yang sulit
atau berat.Sebaiknya permainan digunakan sebagai bagian dari proses belajar, bukan
hanya untuk mengisi waktu kosong atau sekedar permainan. Permainan sebaiknya
dirancang menjadi suatu ‘aksi’ atau kejadian yang dialami sendiri oleh peserta, kemudian
ditarik dalam proses refleksi untuk menjadi hikmah yang mendalam (prinsip, nilai, atau
pelajaran-pelajaran). Wilayah perubahan yang dipengaruhi adalah rana sikap-nilai.

14.Metode Kasus
Metode kasus merupakan metode penyajian pelajaran dengan memanfaatkan kasus yang
ditemui anak sebagai bahan pelajaran kemudian kasus tersebut dibahas bersama untuk
mendapatkan penyelesaian atau jalan keluar.
a).Kelebihan metode kasus
Siwa dapat mengetahuai dengan pengamatan yang sempurna tentang gambaran yang
nyata yang betul-betul terjadi dalam hidupnya sehingga mereka dapat mempelajari
dengan penuh perhatian dan lebih terperinci persoalannya
Dengan mengamati, memikirkan, dan bertindak dalam mengatasi situasi tertentu mereka
lebih meyakini apa yang diamati dan menemukan banyak cara untuk pengamatan dan
pencarian jalan keluar itu
Siswa mendapat pengetahuan dasar atau sebab-sebab yang melandasi kasus tersebut
Membantu siswa dalam mengembangkan intelektual dan ketrampilan berkomunikasi
secara lisan maupun tulisan

b).Kelemahan metode kasus


Guru memerlukan banyak waktu untuk mempersiapkan bahan kasus yang ditemui dan
petunjuk cara pemecahannya yang diperlukan siswa
Banyak waktu yang digunakan untuk diskusi
Untuk kegiatan kelompok membutuhkan fasilitas fisik yang lebih banyak

15.Metode Inquiry
Metode inquiry adalah teknik pengajaran guru didepan kelas dimana guru membagi
tugas meneliti suatu masalah ke kelas. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok dan
masing-masing kelompok mendapat tugas tertentu yang harus dikerjakan. Kemudian
mereka mempelajari, meneliti, dan membahas tugasnya didalam kelompok kemudian
dibuat laporan yang tersusun baik dan kemudian didiskusikan secara luas atau melalui
pleno sehingga diperoleh kesimpulan terakhir.
a).Kelebihan metode inquiry
Mendorong siswa untuk berfikir dan atas inisiatifnya sendiri, bersifat obyektif, jujur, dan
terbuka
Situasi proses belajar menjadi lebih merangsang
Dapat membentuk dan mengembangkan sel consept pada diri siswa
Membantu dalam menggunakan ingatan dan transfer pada situasi belajar yang baru
Mendorong siswa untuk berffikir intuitif dan merumuskan hipotesanya sendiri
b).Kelemahan metode inquiry
Siswa perlu memerlukan waktu menggunakan daya otaknya untuk berfikir memperoleh
pengertian tentang konsep

16.Metode Microteaching
Metode microteaching merupakan suatu latihan mengajar permulaan bagi guru atau
calon guru dengan scope latihan dan audience yang lebih kecil dan dapat dilaksanakan
dilingkungan teman-teman setingkat sendiri atau sekelompok siswa dibawah bimbingan
dosen pembimbing atau guru pamong.
a).Kelebihan metode microteaching
Microteaching merupakan pengalaman laboratoris
Microteaching dapat membantu dan menunjang pelaksanaan praktek keguruan
Microteaching dapat mengurangi kesulitan pengajaran di kelas
Microteaching memungkinkan ditingkatkannya pengawasan yang ketat dan evaluasi
yang mantap, teliti, dan obyektif
Dengan adanya feed back dalam microteaching yang beruupa knowledge of resulte
dapat diberikan langsung secara mendalam
Diharapkan mahasiswa mempunyai bekal yang lebih kuat, luas, dan mendalam
b).Kelemahan metode microteaching
Dapat menimbulkan efek departementalisasi atau ketrampilan mengajar dan bila tidak
diteruskan dengan praktek mengajar secara menyeluruh
Pengertian microteaching disalah tafsirkan dapat hanya menitik beratkan pada
ketrampilan guru sebagai pengantar saja, bukan guru dalam arti luas
Microteaching yang ideal memerlukan biaya yang banyak, peralatan mahal, dan tenaga
ahli dalam bidang teknis maupun dalam bidang pendidikan pengajaran pada umumnya
dan metodologi pengajaran pada khususnya
Menuntut perencanaan, pengetahuan, dan pelaksanaan yang cermat, mendetail, logis,
dan sistematis

17.Metode Problem Solving


Metode problem solving merupakan metode yang merangsang berfikir dan
menggunakan wawasan tanpa melihat kualitas pendapat yang disampaikan oleh siswa.
Seorang guru harus pandai-pandai merangsang siswanya untuk mencoba mengeluarkan
pendapatnya.
a).Kelebihan metode problem solving
Masing-masing siswa diberi kesempatan yang sama dalam mengeluarkan pendapatnya
sehingga para siswa merasa lebih dihargai dan yang nantinya akan menumbuhkan rasa
percaya diri
Para siswa akan diajak untuk lebih menghargai orang lain
Untuk membantu siswa dalam mengembangkan kemampuan lisannya
b).Kelemahan metode problem solving
Karena tidak melihat kualitas pendapat yang disampaikan terkadang penguasaan materi
sering diabaikan
Metode ini sering kali menyulitkan mereka yang sungkan mengutarakan pendapat secara
lisan

18.Metode Karya Wisata


Metode karya wisata merupakan metode mengajar yang dilaksanakan dengan mengajak
siswa kesuatu tempat atau obyek tertentu diluar sekolah untuk mempelajari atau
menyelidiki sesuatu.
a).Kelebihan metode karya wisata
Siswa dapat berpartisipasi dalam berbagai kegiatan yang dilakukan oleh para petugas
obyek karya wisata itu serta mengalami dan menghayati langsung
Siswa dapat melihat kegiatan para petugas secara individu atau kelompok dan
menghayatinya secara langsung
Siswa dapat bertanya jawab menemukan sumber informasi yang pertama untuk
memecahkan segala macam persoalan yang dihadapi
Siswa memperoleh bermacam-macam pengetahuan dan pengalaman yang terintegrasi
b).Kelemahan metode karya wisata
Karena dilakukan diluar sekolah dan jarak yang cukup jauh maka memerlukan transport
yang mahal dan biaya yang mahal
Menggunakan waktu yang lebih panjang dari pada jam sekolah
Biaya yang tinggi kadang-kadang tidak terjangkau oleh siswa maka perlu bantuan dari
sekolah

19.Metode Latihan /Drill


Metode latihan merupakan metode mengajar dimana siswa melaksanakan kegiatan
latihan agar siswa memiliki ketegasan atau ketrampilan yang lebih tinggi dari apa yang
telah dipelajari.
a).Kelebihan metode pelatihan
Ketegasan dan ketrampilan siswa meningkat atau lebih tinggi dari apa yang telah
dipelajari
Seorang siswa benar-benar memehami apa yang disampaikan
b).Kelemahan metode pelatihan
Dalam latihan sering terjadi cara-cara atau gerak yang tidak berubah sehingga
menghambat bakat dan inisiatif siswa
Sifat atau cara latihan kaku atau tidak fleksibel maka akan mengakibatkan penguasaan
ketrampilan melalui inisiatif individu tidak akan dicapai

20.Metode Dialog
Metode dialog merupakan salah satu teknik metode pengajaran untuk memberi motivasi
pada siswa agar aktif pemikirannya untuk bertanya selama pendengaran guru yang
menyungguhkan pertanyaan-pertanyaan itu dan siswa menjawab
a).Kelebihan metode dialog
Tanya jawab dapat membantu tumbuhnya perhatian siswa pada pelajaran serta
mengembangkan kemampuannya untuk menggunakan pengetahuan dan pengalaman,
sehingga pengetahuannya menjadi fungsional
Siswa akan terbuka jalan pikirannya sehingga mencapai perumusan yang baik dan tepat
b).Kelemahan metode dialog
Apabila motivasi kurang diberikan maka yang akan aktif hanya mereka yang pandai
menggutarakan pendapat secara lisan
Sering kali melupakan tujuan yang ingin dicapai karena waktu yang disediakan habis
untuk berdebat mempertahankan pendapat

21.Metode Mengajar Non Directive


Metode mengajar non direktive merupakan salah satu metode mengajar dimana siswa
melakukan observasi mereka sendiri mampu melakukan analisis mereka sendiri dan
mampu berfikir sendiri.
a).Kelebihan metode non direktive
Guru memberi permasalahan yang merangsang proses berfikir siswa sehingga obyek
belajar berkembang sesuai yang diharapkan
Siswa menemukan sendiri pengetahuan yang digalinya aktif berfikir dan menguasahi
pengertian yang baik
b).Kelemahan metode non direktive
Terjadi perbedaan pemahaman karena tingkat intelektual dan cara berfikir siswa berbeda
Seorang guru setiap saat harus mengoreksi cara berfikir siswa agar tidak keliru dalam
memahami suatu hal

22.Metode Tanya Jawab


Metode tanya jawab merupakan cara lisan menyajikan bahan untuk mencapai tujuan
pengajaran.
a).Kelebihan metode tanya jawab
Guru dapat mengetahui penguasaan pelajar terhadap bahan yang telah disajikan
Dapat digunakan untuk menyelidiki pembicaraan-pembicaaraan untuk menyemangatkan
pelajar
b).Kelemahan metode tanya jawab
Guru hanya memberikan giliran pada pelajar tertentu saja
Hanya dikuasai oleh siswa yang pandai

23.Metode Katekesmus
Metode katekesmus merupakan suatu cara menyajikan bahan pelajaran dalam bentuk
pertanyaan-pertanyaan yang jawabannya sudah ditentukan.
a).Kelebihan metode katekesmus
Keseragamaan dan kemurnian pengetahuan akan terjamin
Memudahkan cara mengajar guru karena pelajaran telah tertulis dalam buku
b).Kelemahan metode katekesmus
Daya jiwa yang dikembangkan hanya ingatan atas jawaban tertentu saja
Kurang memberi rangsangan pada siswa karena bahan sudah tersedia baik pada guru
maupun siswa
Inisiatif para siswa terkekang

24.Metode Prileksi
Metode prileksi merupakan suatu cara menyajikan pelajaran dengan menggunakan
bahasa lisan, menyuruh para pelajar mendiskusikan, menganalisa, membanding-
bandingkan dan akhirnya menarik kesimpulan dari apa yang disajikan untuk mencapai
tujuan pengajaran.
a).Kelebihan metode prileksi
Pelajar dan guru sama-sama aktif
Menimbulkan kompetisi yang sehat antar siswa
b).Kelemahan metode prileksi
Banyak waktu yang digunakan
Kecekatan dan pengetahuan banyak dituntut dari guru dan siswa

25.Metode Proyek
Metode proyek adalah suatu cara menyajikan bahan pelajaran yaitu pelajar dihadapkan
kepada hal tertentu untuk mempelajari dalam rangka mewujudkan tujuan belajar.
a).Kelebihan metode proyek
Pelajar menjadi aktif
Terbentuk pribadi yang bulat dan harmonis
b).Kekurangan metode proyek
Menghabiskan banyak waktu
Harus ada persiapan yang mantap

26.Metode Penyajian Sistem Regu (Team Work)


Metode penyajian sistem regu merupakan metode penyajian dengan seorang guru yang
dibantu tenaga teknis atau team guru dalam menjelaskan suatu persoalan atau obyek
belajar. Sistem beregu ditangani lebih dari dua orang guru.
a).Kelebihan metode penyajian sistem regu
Interaksi belajar mengajar akan lebih lancar
Siswa memperoleh pengetahuan yang luas dan mendalam karena diberikan oleh
beberapa guru
Guru lebih ringan tugas mengajarnya sehingga cukup waktu untuk menyiapkan diri
dalam membuat perencanaan
b).Kelemahan metode penyajian sistem regu
Bila seorang guru yang tidak mendapatkan giliran mengajar tidak memanfaatkan waktu
untuk belajar lebih lanjut atau membuat perencanaan lebih matang

27.Metode Mengajar Berprogama


Metode mengajar berprogama adalah cara menyajikan bahan pelajaran dengan
menggunakan alat tertentu untuk mencapai tujuan pengajaran.
a).Kelebihan metode berprogama
Pelajar menjadi aktif karena ikut memperagakan alat tersebut
Pelajar akan cepat mengetahui hasil dan kelemahannya
b).Kelemahan metode berprogama
Suka menyusun programa dari setiap mata pelajaran
Memproduksi alat-alat pengajar membutuhkan biaya dan tenaga yang mahal dan banyak
Teaching machine itu tidak dapat merasakan apa yang dirasakan pelajar
28.Metode Musyawarah
Metode musyawarah adalah cara menyajikan bahan pelajaran melalui perundingan untuk
mencapai musyawarah bersama.
a).Kelebihan metode musyawarah
Memperluas dan memperdalam pengetahuan pelajar tentang pokok yang telah
dimusyawarahkan
Memupuk dan membina kerjasama serta toleransi
Dapat terintegrasi mata pelajaran-mata pelajaran
Mudah dilaksanakan
Baik diigunakan untuk saling bertukar pikiran
b).Kelemahan metode musyawarah
Memakan waktu yang banyak
Sukar dilaksanakan untuk pelajar yang masih duduk dikelas rendah sekolah dasar, karena
mereka belum mempunyai pengetahuan dan pengalaman yang banyak
Hasil musyawarah belum tentu benar

29.Metode Mind Mapping


Pembelajaran ini sangat cocok untuk mereview pengetahuan awal siswa. Sintaknya
adalah: informasi kompetensi, sajian permasalahan terbuka, siswa berkelompok untuk
menanggapi dan membuat berbagai alternatiu jawababan, presentasi hasil diskusi
kelompok, siswa membuat kesimpulan dari hasil setiap kelompok, evaluasi dan refleksi
a).Kelebihan metode mind mapping
Permasalah yang disajikan terbuka
Siswa berkelompok untuk menanggapi
Dapat malatih siswa ntuk saling bekerja sama dalam diskusi
Sangat cocok untuk menglang kembali pengetahuan awal siswa
b).Kelemahan metode mind mapping
Banyak membutuhkan waktu
Sulit untuk mengalokasikan waktu
Tuntutan bagi siswa terlalu membebani

30.Metode Quantum
Memandang pelaksanaan pembelajaran seperti permainan musik orkestra-simfoni. Guru
harus menciptakan suasana kondusif, kohesif, dinamis, interaktif, partisipatif, dan saling
menghargai. Prinsip quantum adalah semua berbicara-bermakna, semua mempunyai
tujuan, konsep harus dialami, tiap usaha siswa diberi reward. Strategi quantum adalah
tumbuhkan minat dengan AMBak, alami-dengan dunia realitas siswa, namai-buat
generalisasi sampai konsep, demonstrasikan melalui presentasi-komunikasi, ulangi
dengan Tanya jawab-latihan-rangkuman, dan rayakan dengan reward dengan senyum-
tawa-ramah-sejuk-nilai-harapan.
Rumus quantum fisika asdalah E = mc2, dengan E = energi yang diartikan sukses, m =
massa yaitu potensi diri (akal-rasa-fisik-religi), c = communication, optimalkan
komunikasi + dengan aktivitas optimal.
a).Kelebihan metode Quantum
Suasana yang diciptakan kondusif, kohesif, dinamis, interaktif, partisipatif, dan saling
menghargai
Setiap pedapat siswa sangat dihargai
Proses belajarnya berjalan sangat komunikatif
b).Kelemahan metode Quantum
Tidak semua guru dapat menciptakan suasana kondusif, kohesif, dinamis, interaktif,
partisipatif, dan saling menghargai
Berlabiahan member reward pada siswa

31.Metode TGT (Teams Games Tournament)


Penerapan model ini dengan cara mengelompokkan siswa heterogen, tugas tiap
kelompok bisa sama bisa berbeda. Setelah memperoleh tugas, setiap kelompok bekerja
sama dalam bentuk kerja individual dan diskusi. Usahakan dinamikia kelompok kohesif
dan kompak serta tumbuh rasa kompetisi antar kelompok, suasana diskuisi nyaman dan
menyenangkan sepeti dalam kondisi permainan (games) yaitu dengan cara guru bersikap
terbuka, ramah , lembut, santun, dan ada sajian bodoran. Setelah selesai kerja kelompok
sajikan hasil kelompok sehingga terjadi diskusi kelas.
Jika waktunya memungkinkan TGT bisa dilaksanakan dalam beberapa pertemuan, atau
dalam rangaka mengisi waktu sesudah UAS menjelang pembagian raport. Sintaknya
adalah sebagai berikut:
1).Buat kelompok siswa heterogen 4 orang kemudian berikan informasi pokok materi dan
mekanisme kegiatan
2).Siapkan meja turnamen secukupnya, missal 10 meja dan untuk tiap meja ditempati 4
siswa yang berkemampuan setara, meja I diisi oleh siswa dengan level tertinggi dari tiap
kelompok dan seterusnya sampai meja ke-X ditepati oleh siswa yang levelnya paling
rendah. Penentuan tiap siswa yang duduk pada meja tertentu adalah hasil kesewpakatan
kelompok.
3).Selanjutnya adalah opelaksanaan turnamen, setiap siswa mengambil kartu soal yang
telah disediakan pada tiap meja dan mengerjakannya untuk jangka waktu terttentu (misal
3 menit). Siswa bisda nmngerjakan lebbih dari satu soal dan hasilnya diperiksa dan dinilai,
sehingga diperoleh skor turnamen untuk tiap individu dan sekaligus skor kelompok asal.
Siswa pada tiap meja tunamen sesua dengan skor yang dip[erolehnay diberikan sebutan
(gelar) superior, very good, good, medium.
4).Bumping, pada turnamen kedua ( begitu juga untuk turnamen ketiga-keempat dst.),
dilakukan pergeseran tempat duduk pada meja turnamen sesuai dengan sebutan gelar
tadi, siswa superior dalam kelompok meja turnamen yang sama, begitu pula untuk meja
turnamen yang lainnya diisi oleh siswa dengan gelar yang sama.
5).Setelah selesai hitunglah skor untuk tiap kelompok asal dan skor individual, berikan
penghargaan kelompok dan individual.
a).Kelebihan metode TGT (Teams Games Tournament)
Melatih siswa untuk bekerjasama dalam kelompok diskusi
Suasana belajar nyaman, menyenagkan dan kondusif
Tercipta suasana kompetisi antara kelompok diskusikecil
b).Kelemahan metode TGT (Teams Games Tournament)
Tidak efisien waktu
Hanya dilaksanakan pada luang waktu selasai UAS
Belajarnya kurang efektif karena hanya bersifat games

32.Metode Reciprocal Learning


Weinstein & Meyer (1998) mengemukakan bahwa dalam pembelajaran harus
memperhatikan empat hal, yaitu bagaimana siswa belajar, mengingat, berpikir, dan
memotivasi diri. Sedangkan Resnik (1999) mwengemukan bahwa belajar efektif dengan
cara membaca bermakna, merangkum, bertanya, representasi, hipotesis.
Untuk mewujudkan belajar efektif, Donna Meyer (1999) mengemukakan cara
pembelajaran resiprokal, yaitu: informasi, pengarahan, berkelompok mengerjakan LKSD-
modul, membaca- merangkum.
a).Kelebihan metode reciprocal learning
Mengedepankan bagaimana belajar yang efektif
Menekankan pada siswa bagaimana siswa itu belajar, mengingat, berpikir, dan
memotivasi diri
b).Kekurangan metode reciprocal learning
Komunikasi kurang terjalin
Terlalu berpusat pada siswa

33.Metode Diskusi
Metode diskusi adalah suatu cara mengajar dengan cara memecahkan masalah yang
dihadapi, baik dua orang atau lebih yang masing-masing mengajukan argumentasinya
untuk memperkuat pendapatnya.
Tujuan metode ini adalah
1).Memotivasi atau memberi stimulasi kepada siswa agar berfikir kritis, mengeluarkan
pendapatnya, serta menyumbangkan pikiran-pikirannya.
2).Mengambil suatu jawaban actual atau satu rangkaian jawaban yang didasarkan atas
pertimbangan yang saksama
Macam-macam diskusi yaitu
Diskusi Publik
Diskusi Fish Bowl
Diskusi Panel
Diskusi Simposium
Diskusi Kolokium
a).Kelebihan metode Diskusi
Terjadi interaksi yang tinggi antara komunikator dan komunikan
Dapat membantu siswa untuk berfikir lebih kritis
Memotivasi atau memberi stimulasi kepada siswa agar berfikir kritis, mengeluarkan
pendapatnya, serta menyumbangkan pikiran-pikiranny
b).Kekurangan metode Diskusi
Alokasi waktu yang sulit karena banyak memakan waktu
Tidak semua argument bias dilayani atau di ajukan untuk dijawab

34.Metode Penugasan
Suatu cara mengajar dengan cara memberikan sejumlah tugas yang diberikan guru
kepada murid dan adanya pertanggungjawaban terhadap hasilnya. Tugas tersebut dapat
berupa
1). Mempelajari bagian dari suatu teks buku
2). Melaksanakan sesuatu yang tujuannya untuk melatih kecakapannya
3). Melaksanakan eksperimen
4). Mengatasi suatu permasalahan tertentu
5). Melaksanakan suatu proyek
a).Kelebihan metode penugasan
Melatih siswa untuk menjadi tangungjawab
Melatih siswa untuk bias belajar mandiri
b).Kekurangan metode penugasan
Kadang siswa kurang memahami tugas yang diberikan guru
Membutuhkan waktu relative lama

35.Metode Praktek
Metode mendidik dengan memberikan materi pendidikan baik menggunakan alat atau
benda dengan harapan anak didik mendapatkan kejelasan dan kemudahan dalam
mempraktekan materi yang dimaksud.
a).Kelebihan metode Praktek
Siswa lebih mudah mengerti dan memahami
Siswa bisa langsung mempraktekan setelah mensdapatkan teori
b).Kekurangan metode Praktek
Ketidakkesediaan alat peraga atou prasana yang mendukung
Biasanya membutuhkan biaya lab. Yang mahal

36.Metode Koperatif (CL, Cooperative Learning).


Pembelajaran koperatif sesuai dengan fitrah manusia sebagai makhluk sosial yang penuh
ketergantungan dengan otrang lain, mempunyai tujuan dan tanggung jawab bersama,
pembegian tugas, dan rasa senasib. Dengan memanfaatkan kenyatan itu, belajar
berkelompok secara koperatif, siswa dilatih dan dibiasakan untuk saling berbagi (sharing)
pengetahuan, pengalaman, tugas, tanggung jawab. Saling membantu dan berlatih
berinteraksi-komunikasi-sosialisasi karena koperatif adalah miniature dari hidup
bermasyarakat, dan belajar menyadari kekurangan dan kelebihan masing-masing.
Jadi model pembelajaran koperatif adalah kegiatan pembelajaran dengan cara
berkelompok untuk bekerja sama saling membantu mengkontruksu konsep,
menyelesaikan persoalan, atau inkuiri. Menurut teori dan pengalaman agar kelompok
kohesif (kompak-partisipatif), tiap anggota kelompok terdiri dari 4 – 5 orang, siswa
heterogen (kemampuan, gender, karekter), ada control dan fasilitasi, dan meminta
tanggung jawab hasil kelompok berupa laporan atau presentasi.
Sintaks pembelajaran koperatif adalah informasi, pengarahan-strategi, membentuk
kelompok heterogen, kerja kelompok, presentasi hasil kelompok, dan pelaporan.
a).Kelebihan metode Koperatif (CL, Cooperative Learning)
Mendorong siswa untuk berfikir dan atas inisiatifnya sendiri, bersifat obyektif, jujur, dan
terbuka
Situasi proses belajar menjadi lebih merangsang
Dapat membentuk dan mengembangkan sel consept pada diri siswa
Membantu dalam menggunakan ingatan dan transfer pada situasi belajar yang baru
b).Kekurangan metode Koperatif (CL, Cooperative Learning)
Siswa perlu memerlukan waktu menggunakan daya otaknya untuk berfikir memperoleh
pengertian tentang konsep

37.Metode Berbasis Masalah (PBL, Problem Based Learning)


Kehidupan adalah identik dengan menghadapi masalah. Model pembelajaran ini melatih
dan mengembangkan kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang berorientasi pada
masalah otentik dari kehidupan aktual siswa, untuk merangsang kemamuan berpikir
tingkat tinggi. Kondisi yang tetap harus dipelihara adalah suasana kondusif, terbuka,
negosiasi, demokratis, suasana nyaman dan menyenangkan agar siswa dapat berpikir
optimal.
Indikator model pembelajaran ini adalah metakognitif, elaborasi (analisis), interpretasi,
induksi, identifikasi, investigasi, eksplorasi, konjektur, sintesis, generalisasi, dan inkuiri
a).Kelebihan metode Berbasis masalah (PBL, Problem Based Learning)
Melatih siswa untuk berlatih menyelesaikan masalh dalam kehidupan sehari- hari
Merangsang kemamuan berpikir tingkat tinggi siswa
Suasana kondusif, terbuka, negosiasi, demokratis, suasana nyaman dan menyenangkan
agar siswa dapat berpikir optimal
b).Kekurangan metode Berbasis masalah (PBL, Problem Based Learning)
Sulitnya membentuk watak siswa dan pembiasaan tingkah laku

38.Merode SAVI
Pembelajaran SAVI adalah pembelajaran yang menekankan bahwa belajar haruslah
memanfaatkan semua alat indra yang dimiliki siswa. Istilah SAVI sendiri adalah
kependekan dari: Somatic yang bermakna gerakan tubuh (hands-on, aktivitas fisik) di
mana belajar dengan mengalami dan melakukan; Auditory yang bermakna bahwa belajar
haruslah dengan melaluui mendengarkan, menyimak, berbicara, presentasi, argumentasi,
mengemukakan penndepat, dan menanggapi; Visualization yang bermakna belajar
haruslah menggunakan indra mata melalui mengamati, menggambar,
mendemonstrasikan, membaca, menggunakan media dan alat peraga; dan Intellectualy
yang bermakna bahwa belajar haruslah menggunakan kemampuan berpikir (minds-on)
belajar haruslah dengan konsentrasi pikiran dan berlatih menggunakannya melalui
bernalar, menyelidiki, mengidentifikasi, menemukan, mencipta, mengkonstruksi,
memecahkan masalah, dan menerapkan.

39.Metode Pemberian Tugas


Metode pemberian tugas adalah cara mengajar atau penyajian materi melalui penugasan
siswa untuk melakukan suatu pekerjaan. Pemberian tugas dapat secara individual atau
kelompok. Pemberian tugas untuk setiap siswa atau kelompok dapat sama dan dapat
pula berbeda.
Agar pemberian tugas dapat menunjang keberhasilan proses pembelajaran, maka
1).Tugas harus bisa dikerjakan oleh siswa atau kelompok siswa
2).Hasil dari kegiatan ini dapat ditindaklanjuti dengan presentasi oleh siswa dari satu
kelompok dan ditanggapi oleh siswa dari kelompok yang lain atau oleh guru yang
bersangkutan, serta
3).Di akhir kegiatan ada kesimpulan yang didapat.

40.Metode Problem Terbuka (OE, Open Ended)


Pembelajaran dengan problem (masalah) terbuka artinya pembelajaran yang menyajikan
permasalahan dengan pemecahan berbagai cara (flexibility) dan solusinya juga bisa
beragam (multi jawab, fluency). Pembelajaran ini melatih dan menumbuhkan orisinilitas
ide, kreativitas, kognitif tinggi, kritis, komunikasi-interaksi, sharing, keterbukaan, dan
sosialisasi. Siswa dituntuk unrtuk berimprovisasi mengembangkan metode, cara, atau
pendekatan yang bervariasi dalam memperoleh jawaban, jawaban siswa beragam.
Selanjutynya siswa juga diminta untuk menjelaskan proses mencapai jawaban tersebut.
Denga demikian model pembelajaran ini lebih mementingkan proses daripada produk
yang akan membentiuk pola pikir, keterpasuan, keterbukaan, dan ragam berpikir.
Sajian masalah haruslah kontekstual kaya makna secara matematik (gunakan gambar,
diagram, table), kembangkan permasalahan sesuai dengan kemampuan berpikir siswa,
kaitakkan dengan materui selanjutnya, siapkan rencana bimibingan (sedikit demi sedikit
dilepas mandiri).
Sintaknya adalah menyajikan masalah, pengorganisasian pembelajaran, perhatikan dan
catat respon siswa, bimbingan dan pengarahan, membuat kesimpulan.
a).Kelebihan metode Problem Terbuka (OE, Open Ended)
melatih dan menumbuhkan orisinilitas ide, kreativitas, kognitif tinggi, kritis, komunikasi-
interaksi, sharing, keterbukaan, dan sosialisas
Siswa dituntuk unrtuk berimprovisasi mengembangkan metode, cara, atau pendekatan
yang bervariasi dalam memperoleh jawaban, jawaban siswa beragam
b).Kekurangan metode Problem Terbuka (OE, Open Ended)
Terlalu mementingkan proses daripada produk yang akan membentiuk pola pikir,
keterpasuan, keterbukaan, dan ragam berpikir.

41.Metode Eksperimen
Metode eksperimen adalah suatu cara pengelolaan pembelajaran di mana siswa
melakukan aktivitas percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri suatu yang
dipelajarinya. Dalam metode ini siswa diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau
melakukan sendiri dengan mengikuti suatu proses, mengamati suatu obyek,
menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri tentang obyek yang
dipelajarinya. Di dalam TIK, percobaan banyak dilakukan pada pendekatan pembelajaran
analisis sistem terhadap produk teknik atau bahan.
Percobaan dapat dilakukan melalui kegiatan individual atau kelompok. Hal ini tergantung
dari tujuan dan makna percobaan atau jumlah alat yang tersedia. Percobaan ini dapat
dilakukan dengan demonstrasi, bila alat yang tersedia hanya satu atau dua perangkat
saja.

42.Metode Tutorial/Bimbingan
Metode tutorial adalah suatu proses pengelolaan pembelajaran yang dilakukan melalui
proses bimbingan yang diberikan/dilakukan oleh guru kepada siswa baik secara
perorangan atau kelompok kecil siswa. Disamping metoda yang lain, dalam pembelajaran
Pendidikan Teknologi Dasar, metoda ini banyak sekali digunakan, khususnya pada saat
siswa sudah terlibat dalam kerja kelompok.
Peran guru sebagi fasilitator, moderator, motivator dan pembimbing sangat dibutuhkan
oleh siswa untuk mendampingi mereka membahas dan menyelesaikan tugas-tugasnya
Penyelenggaraan metoda tutorial dapat dilakukan seperti contoh berikut ini:
1).Misalkan sebuah kelas dalam bahan ajar Pengerjaan Kayu 2, jam pelajaran pertama
digunakan dalam bentuk kegiatan klasikal untuk menjelaskan secara umum tentang teori
dan prinsip.
2).Kemudian para siswa dibagi menjadi empat kelompok untuk membahas pokok
bahasan yang berbeda, selanjutnya dilakukan rotasi antar kelompok.
3).Sementara para siswa mempelajari maupun mengerjakan tugas-tugas, guru berkeliling
diantara para siswa, mendengar, menjelaskan teori, dan membimbing mereka untuk
memecahkan problemanya.
4).Dengan bantuan guru, para siswa memperoleh kebiasaan tentang bagaimana mencari
informasi yang diperlukan, belajar sendiri dan berfikir sendiri.

43.Dua Tinggal Dua Tamu


Teknik belajar dua tinggal dua tamu dan bisa digunakan bersama dengan teknik kepala
nomor. Struktur dua tinggal dua tamu memberi kesempatan kepada kelompok untuk
membagikan hasil dan informasi dengan kelompok lain.
Langkah-langkahnya :
1).Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok berempat
2).Siswa bekerja sama dalam kelompok tersebut
3).Setelah selesai, dua orang dari masing-masing kelompok bertamu ke dua kelompok
lain
4).Dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan
informasi mereka ke tamu
5).Tamu kembali ke kelompok mereka sendiri dan melaporkan temuan mereka dari
kelompok lain

44.Metode Karyawisata (Field-Trip)


6).Kelompok mencocokkan dan membahas hasil-hasil kerja mereka
Karyawisata dalam arti metode mengajar mempunyai arti tersendiri, berbeda dengan
karyawisata dalam arti umum. Karyawisata di sini berarti kunjungan ke luar kelas dalam
rangka belajar. Contoh: Mengajak siswa ke gedung pengadilan untuk mengetahui system
peradilan dan proses pengadilan, selama satu jam pelajaran. Jadi, karyawisatadi atas tidak
mengambil tempat yang jauh dari sekolah dan tidak memerlukan waktu yang lama.
Karyawisata dalam waktu yang lama dan tempat yang jauh disebut study tour.
Langkah- langkah Pokok dalam Pelaksanaan Metode Karyawisata
1).Perencanaan Karyawisata
Merumuskan tujuan karyawisata.
Menetapkan objek kayawisata sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai.
Menetapkan lamanya karyawisata.
Menyusun rencana belajar bagi siswa selama karyawisata.
Merencanakan perlengkapan belajar yang harus disediakan.
2).Pelaksanaan Karyawisata
Fase ini adalah pelaksanaan kegiatan belajar di tempat karyawisata dengan
bimbingan guru. Kegiatan belajar ini harus diarahkan kepada tujuan yang telah
ditetapkan pada fase perencanaan di atas.
3).Tindak Lanjut
Pada akhir karyawisata siswa diminta laporannya baik lisan maupun tertulis, mengenai inti

45.Metode Curah Pendapat


Metode curah pendapat adalah suatu bentuk diskusi dalam rangka menghimpun
gagasan, pendapat, informasi, pengetahuan, pengalaman, dari semua peserta. Berbeda
dengan diskusi, dimana gagasan dari seseorang dapat ditanggapi (didukung, dilengkapi,
dikurangi, atau tidak disepakati) oleh peserta lain, pada penggunaan metode curah
pendapat pendapat orang lain tidak untuk ditanggapi. Tujuan curah pendapat adalah
untuk membuat kompilasi (kumpulan) pendapat, informasi, pengalaman semua peserta
yang sama atau berbeda. Hasilnya kemudian dijadikan peta informasi, peta pengalaman,
atau peta gagasan (mindmap) untuk menjadi pembelajaran bersama.

46.Metode E-Learning
Metode Pembelajaran Berbasis E-learning adalah Kegiatan pembelajaran yang
memanfaatkan jaringan (Internet, LAN, & WAN) sebagai media penyampaian, interaksi,
dan fasilitas.
a).Kelebihan Metode Pembelajaran Berbasis E-learning
Proses pembelajaran tidak terbatas pada waktu dan tempat
Penyampaian materi dapat dilakukan secara lebih jelas dan setiap waktu
Pengerjaan tugas yang lebih singkat dan cenderung berkembang
Acuan materi yang tak terbatas
b).Kelemahan Metode Pembelajaran Berbasis E-learning
Interaksi dalam pembelajaran sangat minim
Sosialisasi antar siswa terbatas.(hanya lewat tulisan, audio dan video / tidak bertemu
langsung)
D.KESIMPULAN
Metode pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan) termasuk
penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya atau kekuatan dalam
pembelajaran yang disusun untuk mencapai tujuan tertentu. dalam hal ini adalah tujuan
pembelajaran
Dari semua metode mengajar yang telah disebutkan di atas memiliki kelebihan dan
kelemahan masing-masing. Suatu metode akan cocok diterapkan dalam suatu suasana
belajar mengajar apabila metode tersebut cocok dengan suasana yang sedang
berlangsung, sesuai dengan kondisi yang sedang dialami oleh peserta didik. Tidak ada
metode yang paling baik yang ada hanyalah bagaimana cara seorang pendidik mampu
melihat kondisi anak didiknya untuk menerapkan metode mengajar yang paling cocok
untuk peserta didiknya.
1. Metode Ceramah
Metode pembelajaran ceramah adalah penerangan secara lisan atas bahan
pembelajaran kepada sekelompok pendengar untuk mencapai tujuan pembelajaran
tertentu dalam jumlah yang relatif besar. Seperti ditunjukkan oleh Mc Leish (1976),
melalui ceramah, dapat dicapai beberapa tujuan. Dengan metode ceramah, guru dapat
mendorong timbulnya inspirasi bagi pendengarnya.
Gage dan Berliner (1981:457), menyatakan metode ceramah cocok untuk digunakan
dalam pembelajaran dengan ciri-ciri tertentu. Ceramah cocok untuk penyampaian
bahan belajar yang berupa informasi dan jika bahan belajar tersebut sukar didapatkan.

2. Metode Diskusi
Metode pembelajaran diskusi adalah proses pelibatan dua orang peserta atau lebih
untuk berinteraksi saling bertukar pendapat, dan atau saling mempertahankan
pendapat dalam pemecahan masalah sehingga didapatkan kesepakatan diantara
mereka. Pembelajaran yang menggunakan metode diskusi merupakan pembelajaran
yang bersifat interaktif (Gagne & Briggs. 1979: 251).
Menurut Mc. Keachie-Kulik dari hasil penelitiannya, dibanding metode ceramah,
metode diskusi dapat meningkatkan anak dalam pemahaman konsep dan
keterampilan memecahkan masalah. Tetapi dalam transformasi pengetahuan,
penggunaan metode diskusi hasilnya lambat dibanding penggunaan ceramah.
Sehingga metode ceramah lebih efektif untuk meningkatkan kuantitas pengetahuan
anak dari pada metode diskusi.
3. Metode Demonstrasi
Metode pembelajaran demontrasi merupakan metode pembelajaran yang sangat
efektif untuk menolong siswa mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan seperti:
Bagaimana cara mengaturnya? Bagaimana proses bekerjanya? Bagaimana proses
mengerjakannya. Demonstrasi sebagai metode pembelajaran adalah bilamana seorang
guru atau seorang demonstrator (orang luar yang sengaja diminta) atau seorang siswa
memperlihatkan kepada seluruh kelas sesuatau proses. Misalnya bekerjanya suatu alat
pencuci otomatis, cara membuat kue, dan sebagainya.

Kelebihan Metode Demonstrasi :


a. Perhatian siswa dapat lebih dipusatkan.
b. Proses belajar siswa lebih terarah pada materi yang sedang dipelajari.
c. Pengalaman dan kesan sebagai hasil pembelajaran lebih melekat dalam diri siswa.

Kelemahan metode Demonstrasi :


a. Siswa kadang kala sukar melihat dengan jelas benda yang diperagakan.
b. Tidak semua benda dapat didemonstrasikan.
c. Sukar dimengerti jika didemonstrasikan oleh pengajar yang kurang menguasai apa
yang didemonstrasikan.

4. Metode Ceramah Plus


Metode Pembelajaran Ceramah Plus adalah metode pengajaran yang menggunakan
lebih dari satu metode, yakni metode ceramah yang dikombinasikan dengan metode
lainnya. Ada tiga:
a. macam metode ceramah plus, diantaranya yaitu: Metode ceramah plus tanya
jawab dan tugas.
b. Metode ceramah plus diskusi dan tugas.
c. Metode ceramah plus demonstrasi dan latihan (CPDL)

5. Metode Resitasi
Metode Pembelajaran Resitasi adalah
suatu metode pengajaran dengan mengharuskan siswa membuat resume dengan
kalimat sendiri.

Kelebihan Metode Resitasi adalah :


a. Pengetahuan yang diperoleh peserta didik dari hasil belajar sendiri akan dapat
diingat lebih lama.
b. Peserta didik memiliki peluang untuk meningkatkan keberanian, inisiatif,
bertanggung jawab dan mandiri.

Kelemahan Metode Resitasi adalah :


a. Kadang kala peserta didik melakukan penipuan yakni peserta didik hanya meniru
hasil pekerjaan orang lain tanpa mau bersusah payah mengerjakan sendiri.
b. Kadang kala tugas dikerjakan oleh orang lain tanpa pengawasan.
c. Sukar memberikan tugas yang memenuhi perbedaan individual.
6. Metode Eksperimental
Metode pembelajaran eksperimental adalah suatu cara pengelolaan pembelajaran di
mana siswa melakukan aktivitas percobaan dengan mengalami dan membuktikan
sendiri suatu yang dipelajarinya. Dalam metode ini siswa diberi kesempatan untuk
mengalami sendiri atau melakukan sendiri dengan mengikuti suatu proses, mengamati
suatu obyek, menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri tentang
obyek yang dipelajarinya.

7. Metode Study Tour (Karya wisata)


Metode study tour Study tour (karya wisata) adalah metode mengajar dengan
mengajak peserta didik mengunjungi suatu objek guna memperluas pengetahuan dan
selanjutnya peserta didik membuat laporan dan mendiskusikan serta membukukan
hasil kunjungan tersebut dengan didampingi oleh pendidik.

8. Metode Latihan Keterampilan


Metode latihan keterampilan (drill method) adalah suatu metode mengajar dengan
memberikan pelatihan keterampilan secara berulang kepada peserta didik, dan
mengajaknya langsung ketempat latihan keterampilan untuk melihat proses tujuan,
fungsi, kegunaan dan manfaat sesuatu (misal: membuat tas dari mute). Metode latihan
keterampilan ini bertujuan membentuk kebiasaan atau pola yang otomatis pada
peserta didik.

9. Metode Pengajaran Beregu


Metode pembelajaran beregu adalah suatu metode mengajar dimana pendidiknya
lebih dari satu orang yang masing-masing mempunyai tugas.Biasanya salah seorang
pendidik ditunjuk sebagai kordinator. Cara pengujiannya,setiap pendidik membuat
soal, kemudian digabung. Jika ujian lisan maka setiapsiswa yang diuji harus langsung
berhadapan dengan team pendidik tersebut.

10. Peer Theaching Method


Metode Peer Theaching sama juga dengan mengajar sesama teman, yaitu suatu
metode mengajar yang dibantu oleh temannya sendiri.

11. Metode Pemecahan Masalah (problem solving method)


Metode problem solving (metode pemecahan masalah) bukan hanyasekadar
metode mengajar, tetapi juga merupakan suatu metode berpikir, sebabdalam
problem solving dapat menggunakan metode-metode lainnya yang dimulaidengan
mencari data sampai pada menarik kesimpulan.
Metode problem solving merupakan metode yang merangsang berfikir
danmenggunakan wawasan tanpa melihat kualitas pendapat yang disampaikan
olehsiswa. Seorang guru harus pandai-pandai merangsang siswanya untuk
mencobamengeluarkan pendapatnya.

12. Project Method


Project Method adalah metode perancangan adalah suatu metode mengajar dengan
meminta peserta didik merancang suatu proyek yang akan diteliti sebagai obyek
kajian.
13. Taileren Method
Teileren Method yaitu suatu metode mengajar dengan menggunakan sebagian-
sebagian,misalnya ayat per ayat kemudian disambung lagi dengan ayat lainnya yang
tentusaja berkaitan dengan masalahnya.

14. Metode Global (ganze method)


Metode Global yaitu suatu metode mengajar dimana siswa disuruh membaca
keseluruhan materi, kemudian siswa meresume apa yang dapat mereka serap atau
ambil intisaridari materi tersebut.
METODE PEMBELAJARAN LAIN
metode pembelajaran lain SEPERTI Metode debat merupakan salah satu metode
pembelajaran yang sangat penting untuk meningkatkan kemampuan akademik siswa.
Materi ajar dipilih dan disusun menjadi paket pro dan kontra. Siswa dibagi ke dalam
beberapa kelompok dan setiap kelompok terdiri dari empat orang. Di dalam
kelompoknya, siswa (dua orang mengambil posisi pro dan dua orang lainnya dalam
posisi kontra) melakukan perdebatan tentang topik yang ditugaskan. Laporan masing-
masing kelompok yang menyangkut kedua posisi pro dan kontra diberikan kepada guru.
Selanjutnya guru dapat mengevaluasi setiap siswa tentang penguasaan materi yang
meliputi kedua posisi tersebut dan mengevaluasi seberapa efektif siswa terlibat dalam
prosedur debat.

Pada dasarnya, agar semua model berhasil seperti yang diharapkan pembelajaran
kooperatif, setiap model harus melibatkan materi ajar yang memungkinkan siswa saling
membantu dan mendukung ketika mereka belajar materi dan bekerja saling tergantung
(interdependen) untuk menyelesaikan tugas. Ketrampilan sosial yang dibutuhkan dalam
usaha berkolaborasi harus dipandang penting dalam keberhasilan menyelesaikan tugas
kelompok. Ketrampilan ini dapat diajarkan kepada siswa dan peran siswa dapat
ditentukan untuk memfasilitasi proses kelompok. Peran tersebut mungkin bermacam-
macam menurut tugas, misalnya, peran pencatat (recorder), pembuat kesimpulan
(summarizer), pengatur materi (material manager), atau fasilitator dan peran guru bisa
sebagai pemonitor proses belajar.

Metode Role Playing


Metode Role Playing adalah suatu cara penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui
pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa. Pengembangan imajinasi dan
penghayatan dilakukan siswa dengan memerankannya sebagai tokoh hidup atau benda
mati. Permainan ini pada umumnya dilakukan lebih dari satu orang, hal itu bergantung
kepada apa yang diperankan. Kelebihan metode Role Playing:
Melibatkan seluruh siswa dapat berpartisipasi mempunyai kesempatan untuk memajukan
kemampuannya dalam bekerjasama.
1. Siswa bebas mengambil keputusan dan berekspresi secara utuh.
2. Permainan merupakan penemuan yang mudah dan dapat digunakan dalam situasi
dan waktu yang berbeda.
3. Guru dapat mengevaluasi pemahaman tiap siswa melalui pengamatan pada waktu
melakukan permainan.
4. Permainan merupakan pengalaman belajar yang menyenangkan bagi anak.
Metode Pemecahan Masalah (Problem Solving)
Metode pemecahan masalah (problem solving) adalah penggunaan metode dalam
kegiatan pembelajaran dengan jalan melatih siswa menghadapi berbagai masalah baik
itu masalah pribadi atau perorangan maupun masalah kelompok untuk dipecahkan
sendiri atau secara bersama-sama.
Orientasi pembelajarannya adalah investigasi dan penemuan yang pada dasarnya adalah
pemecahan masalah.
Adapun keunggulan metode problem solving sebagai berikut:
1. Melatih siswa untuk mendesain suatu penemuan.
2. Berpikir dan bertindak kreatif.
3. Memecahkan masalah yang dihadapi secara realistis
4. Mengidentifikasi dan melakukan penyelidikan.
5. Menafsirkan dan mengevaluasi hasil pengamatan.
6. Merangsang perkembangan kemajuan berfikir siswa untuk menyelesaikan masalah
yang dihadapi dengan tepat.
7. Dapat membuat pendidikan sekolah lebih relevan dengan kehidupan, khususnya
dunia kerja.
Kelemahan metode problem solving sebagai berikut:
1. Beberapa pokok bahasan sangat sulit untuk menerapkan metode ini. Misal
terbatasnya alat-alat laboratorium menyulitkan siswa untuk melihat dan mengamati
serta akhirnya dapat menyimpulkan kejadian atau konsep tersebut.
2. Memerlukan alokasi waktu yang lebih panjang dibandingkan dengan metode
pembelajaran yang lain.

Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem Based Instruction-PBL)


Adalah metode belajar memusatkan pada masalah kehidupannya yang bermakna bagi
siswa, peran guru menyajikan masalah, mengajukan pertanyaan dan memfasilitasi
penyelidikan dan dialog.
Langkah-langkah:
1. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran. Menjelaskan logistik yang dibutuhkan.
Memotivasi siswa terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilih.
2. Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang
berhubungan dengan masalah tersebut (menetapkan topik, tugas, jadwal, dll.)
3. Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan
eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah, pengumpulan
data, hipotesis, pemecahan masalah.
4. Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai
seperti laporan dan membantu mereka berbagi tugas dengan temannya.
5. Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan
mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.
Kelebihan:
1. Siswa dilibatkan pada kegiatan belajar sehingga pengetahuannya benar-benar
diserapnya dengan baik.
2. Dilatih untuk dapat bekerjasama dengan siswa lain.
3. Dapat memperoleh dari berbagai sumber.
Kekurangan:
1. Untuk siswa yang malas tujuan dari metode tersebut tidak dapat tercapai.
2. Membutuhkan banyak waktu dan dana.
3. Tidak semua mata pelajaran dapat diterapkan dengan metode ini
Skrip kooperatif (Cooperative Script)
adalah metode belajar dimana siswa bekerja berpasangan dan secara lisan
mengikhtisarkan bagian-bagian dari materi yang dipelajari.
Langkah-langkah:
1. Guru membagi siswa untuk berpasangan.
2. Guru membagikan wacana / materi tiap siswa untuk dibaca dan membuat ringkasan.
3. Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan
siapa yang berperan sebagai pendengar.
4. Pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin, dengan memasukkan ide-
ide pokok dalam ringkasannya. Sementara pendengar menyimak / mengoreksi /
menunjukkan ide-ide pokok yang kurang lengkap dan membantu mengingat /
menghapal ide-ide pokok dengan menghubungkan materi sebelumnya atau dengan
materi lainnya.
5. Bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar dan
sebaliknya, serta lakukan seperti di atas.
6. Kesimpulan guru.
7. Penutup.

Kelebihan:
 Melatih pendengaran, ketelitian / kecermatan.
 Setiap siswa mendapat peran.
 Melatih mengungkapkan kesalahan orang lain dengan lisan.
Kekurangan:
 Hanya digunakan untuk mata pelajaran tertentu
 Hanya dilakukan dua orang (tidak melibatkan seluruh kelas sehingga koreksi hanya
sebatas pada dua orang tersebut).

Picture and Picture adalah suatu metode belajar yang menggunakan gambar dan
dipasangkan / diurutkan menjadi urutan logis.
Langkah-langkah:
1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
2. Menyajikan materi sebagai pengantar.
3. Guru menunjukkan / memperlihatkan gambar-gambar yang berkaitan dengan
materi.
4. Guru menunjuk / memanggil siswa secara bergantian memasang / mengurutkan
gambar-gambar menjadi urutan yang logis.
5. Guru menanyakan alas an / dasar pemikiran urutan gambar tersebut.
6. Dari alasan / urutan gambar tersebut guru memulai menanamkan konsep / materi
sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai.
7. Kesimpulan / rangkuman.

Kebaikan:
1. Guru lebih mengetahui kemampuan masing-masing siswa.
2. Melatih berpikir logis dan sistematis.
Kekurangan:
Memakan banyak waktu. Banyak siswa yang pasif.

Numbered Heads Together adalah suatu metode belajar dimana setiap siswa diberi
nomor kemudian dibuat suatu kelompok kemudian secara acak guru memanggil nomor
dari siswa.
Langkah-langkah:
1. Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor.
2. Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya.
3. Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota
kelompok dapat mengerjakannya.
4. Guru memanggil salah satu nomor siswa dengan nomor yang dipanggil melaporkan
hasil kerjasama mereka.
5. Tanggapan dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor yang lain.
6. Kesimpulan.

Kelebihan:
 Setiap siswa menjadi siap semua.
 Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh.
 Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai.
Kelemahan:
 Kemungkinan nomor yang dipanggil, dipanggil lagi oleh guru.
 Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru

Metode investigasi kelompok (Group Investigation) sering dipandang sebagai metode


yang paling kompleks dan paling sulit untuk dilaksanakan dalam pembelajaran
kooperatif. Metode ini melibatkan siswa sejak perencanaan, baik dalam menentukan
topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi. Metode ini menuntut para
siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam
ketrampilan proses kelompok (group process skills). Para guru yang menggunakan
metode investigasi kelompok umumnya membagi kelas menjadi beberapa kelompok
yang beranggotakan 5 hingga 6 siswa dengan karakteristik yang heterogen. Pembagian
kelompok dapat juga didasarkan atas kesenangan berteman atau kesamaan minat
terhadap suatu topik tertentu. Para siswa memilih topik yang ingin dipelajari, mengikuti
investigasi mendalam terhadap berbagai subtopik yang telah dipilih, kemudian
menyiapkan dan menyajikan suatu laporan di depan kelas secara keseluruhan. Adapun
deskripsi mengenai langkah-langkah metode investigasi kelompok dapat dikemukakan
sebagai berikut:
a. Seleksi topik
Parasiswa memilih berbagai subtopik dalam suatu wilayah masalah umum yang
biasanya digambarkan lebih dahulu oleh guru. Para siswa selanjutnya diorganisasikan
menjadi kelompok-kelompok yang berorientasi pada tugas (task oriented groups)
yang beranggotakan 2 hingga 6 orang. Komposisi kelompok heterogen baik dalam
jenis kelamin, etnik maupun kemampuan akademik.
b. Merencanakan kerjasama
Parasiswa beserta guru merencanakan berbagai prosedur belajar khusus, tugas dan
tujuan umum yang konsisten dengan berbagai topik dan subtopik yang telah dipilih
dari langkah a) di atas.
c. Implementasi
Parasiswa melaksanakan rencana yang telah dirumuskan pada langkah b).
Pembelajaran harus melibatkan berbagai aktivitas dan ketrampilan dengan variasi
yang luas dan mendorong para siswa untuk menggunakan berbagai sumber baik
yang terdapat di dalam maupun di luar sekolah. Guru secara terus-menerus
mengikuti kemajuan tiap kelompok dan memberikan bantuan jika diperlukan.
d. Analisis dan sintesis
Parasiswa menganalisis dan mensintesis berbagai informasi yang diperoleh pada
langkah dan merencanakan agar dapat diringkaskan dalam suatu penyajian yang
menarik di depan kelas.
e. Penyajian hasil akhir
Semua kelompok menyajikan suatu presentasi yang menarik dari berbagai topik yang
telah dipelajari agar semua siswa dalam kelas saling terlibat dan mencapai suatu
perspektif yang luas mengenai topik tersebut. Presentasi kelompok dikoordinir oleh
guru.
f. Evaluasi
Guru beserta siswa melakukan evaluasi mengenai kontribusi tiap kelompok terhadap
pekerjaan kelas sebagai suatu keseluruhan. Evaluasi dapat mencakup tiap siswa
secara individu atau kelompok, atau keduanya.

Metode Jigsaw
Pada dasarnya, dalam model ini guru membagi satuan informasi yang besar menjadi
komponen-komponen lebih kecil. Selanjutnya guru membagi siswa ke dalam kelompok
belajar kooperatif yang terdiri dari empat orang siswa sehingga setiap anggota
bertanggungjawab terhadap penguasaan setiap komponen/subtopik yang ditugaskan
guru dengan sebaik-baiknya. Siswa dari masing-masing kelompok yang
bertanggungjawab terhadap subtopik yang sama membentuk kelompok lagi yang terdiri
dari yang terdiri dari dua atau tiga orang.
Siswa-siswa ini bekerja sama untuk menyelesaikan tugas kooperatifnya dalam: a) belajar
dan menjadi ahli dalam subtopik bagiannya; b) merencanakan bagaimana mengajarkan
subtopik bagiannya kepada anggota kelompoknya semula. Setelah itu siswa tersebut
kembali lagi ke kelompok masing-masing sebagai “ahli” dalam subtopiknya dan
mengajarkan informasi penting dalam subtopik tersebut kepada temannya. Ahli dalam
subtopik lainnya juga bertindak serupa. Sehingga seluruh siswa bertanggung jawab untuk
menunjukkan penguasaannya terhadap seluruh materi yang ditugaskan oleh guru.
Dengan demikian, setiap siswa dalam kelompok harus menguasai topik secara
keseluruhan.

Metode Team Games Tournament (TGT)


Pembelajaran kooperatif model TGT adalah salah satu tipe atau model pembelajaran
kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada
perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur
permainan dan reinforcement.
Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran kooperatif
model TGT memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks disamping menumbuhkan
tanggung jawab, kerjasama, persaingan sehat dan keterlibatan belajar.
Ada5 komponen utama dalam komponen utama dalam TGT yaitu:
1. Penyajian kelas
Pada awal pembelajaran guru menyampaikan materi dalam penyajian kelas, biasanya
dilakukan dengan pengajaran langsung atau dengan ceramah, diskusi yang dipimpin
guru. Pada saat penyajian kelas ini siswa harus benar-benar memperhatikan dan
memahami materi yang disampaikan guru, karena akan membantu siswa bekerja
lebih baik pada saat kerja kelompok dan pada saat game karena skor game akan
menentukan skor kelompok.
2. Kelompok (team)
Kelompok biasanya terdiri dari 4 sampai 5 orang siswa yang anggotanya heterogen
dilihat dari prestasi akademik, jenis kelamin dan ras atau etnik. Fungsi kelompok
adalah untuk lebih mendalami materi bersama teman kelompoknya dan lebih khusus
untuk mempersiapkan anggota kelompok agar bekerja dengan baik dan optimal
pada saat game.
3. Game
Game terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk menguji
pengetahuan yang didapat siswa dari penyajian kelas dan belajar kelompok.
Kebanyakan game terdiri dari pertanyaan-pertanyaan sederhana bernomor. Siswa
memilih kartu bernomor dan mencoba menjawab pertanyaan yang sesuai dengan
nomor itu. Siswa yang menjawab benar pertanyaan itu akan mendapat skor. Skor ini
yang nantinya dikumpulkan siswa untuk turnamen mingguan.
4. Turnamen
Biasanya turnamen dilakukan pada akhir minggu atau pada setiap unit setelah guru
melakukan presentasi kelas dan kelompok sudah mengerjakan lembar kerja.
Turnamen pertama guru membagi siswa ke dalam beberapa meja turnamen. Tiga
siswa tertinggi prestasinya dikelompokkan pada meja I, tiga siswa selanjutnya pada
meja II dan seterusnya.
5. Team recognize (penghargaan kelompok)
Guru kemudian mengumumkan kelompok yang menang, masing-masing team akan
mendapat sertifikat atau hadiah apabila rata-rata skor memenuhi kriteria yang
ditentukan. Team mendapat julukan “Super Team” jika rata-rata skor 45 atau lebih,
“Great Team” apabila rata-rata mencapai 40-45 dan “Good Team” apabila rata-
ratanya 30-40

Model Student Teams – Achievement Divisions (STAD)


Siswa dikelompokkan secara heterogen kemudian siswa yang pandai menjelaskan
anggota lain sampai mengerti.
Langkah-langkah:
1. Membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang secara heterogen (campuran
menurut prestasi, jenis kelamin, suku, dll.).
2. Guru menyajikan pelajaran.
3. Guru memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota kelompok.
Anggota yang tahu menjelaskan kepada anggota lainnya sampai semua anggota
dalam kelompok itu mengerti.
4. Guru memberi kuis / pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat menjawab kuis
tidak boleh saling membantu.
5. Memberi evaluasi.
6. Penutup.

Kelebihan:
1. Seluruh siswa menjadi lebih siap.
2. Melatih kerjasama dengan baik.
Kekurangan:
1. Anggota kelompok semua mengalami kesulitan.
2. Membedakan siswa.
Model Examples Non Examples
Examples Non Examples adalah metode belajar yang menggunakan contoh-contoh.
Contoh-contoh dapat dari kasus / gambar yang relevan dengan KD.
Langkah-langkah:
1. Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran.
2. Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan lewat OHP.
3. Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan kepada siswa untuk
memperhatikan / menganalisa gambar.
4. Melalui diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil diskusi dari analisa gambar tersebut
dicatat pada kertas.
5. Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya.
6. Mulai dari komentar / hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi sesuai
tujuan yang ingin dicapai.
7. KKesimpulan.

Kebaikan:
1. Siswa lebih kritis dalam menganalisa gambar.
2. Siswa mengetahui aplikasi dari materi berupa contoh gambar.
3. Siswa diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya.
Kekurangan:
1. Tidak semua materi dapat disajikan dalam bentuk gambar.
2. Memakan waktu yang lama.

Model Lesson Study


suatu metode yang dikembankan di Jepang yang dalam bahasa Jepangnyadisebut
Jugyokenkyuu. Istilah lesson study sendiri diciptakan oleh Makoto Yoshida.
Lesson Study merupakan suatu proses dalam mengembangkan profesionalitas guru-guru
di Jepang dengan jalan menyelidiki/ menguji praktik mengajar mereka agar menjadi lebih
efektif.
Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut:
1. Sejumlah guru bekerjasama dalam suatu kelompok. Kerjasama ini meliputi:
a. Perencanaan.
b. Praktek mengajar.
c. Observasi.
d. Refleksi/ kritikan terhadap pembelajaran.
2. Salah satu guru dalam kelompok tersebut melakukan tahap perencanaan yaitu
membuat rencana pembelajaran yang matang dilengkapi dengan dasar-dasar teori
yang menunjang.
3. Guru yang telah membuat rencana pembelajaran pada (2) kemudian mengajar di
kelas sesungguhnya. Berarti tahap praktek mengajar terlaksana.
4. Guru-guru lain dalam kelompok tersebut mengamati proses pembelajaran sambil
mencocokkan rencana pembelajaran yang telah dibuat. Berarti tahap observasi
terlalui.
5. Semua guru dalam kelompok termasuk guru yang telah mengajar kemudian
bersama-sama mendiskusikan pengamatan mereka terhadap pembelajaran yang
telah berlangsung. Tahap ini merupakan tahap refleksi. Dalam tahap ini juga
didiskusikan langkah-langkah perbaikan untuk pembelajaran berikutnya.
6. Hasil pada (5) selanjutnya diimplementasikan pada kelas/ pembelajaran berikutnya
dan seterusnya kembali ke (2).
Adapun kelebihan metode lesson study sebagai berikut:
- Dapat diterapkan di setiap bidang mulai seni, bahasa, sampai matematika dan
olahraga dan pada setiap tingkatan kelas.
- Dapat dilaksanakan antar/ lintas sekolah.

Model Pembelajaran ARIAS


Model pembelajaran ARIAS merupakan modifikasi dari model ARCS. Model ARCS
(Attention, Relevance, Confidence, Satisfaction), dikembangkan oleh Keller dan Kopp
(1987: 2-9) sebagai jawaban pertanyaan bagaimana merancang pembelajaran yang dapat
mempengaruhi motivasi berprestasi dan hasil belajar. Model pembelajaran ini
dikembangkan berdasarkan teori nilai harapan (expectancy value theory) yang
mengandung dua komponen yaitu nilai (value) dari tujuan yang akan dicapai dan
harapan (expectancy) agar berhasil mencapai tujuan itu. Dari dua komponen tersebut
oleh Keller dikembangkan menjadi empat komponen. Keempat komponen model
pembelajaran itu adalah attention, relevance, confidence dan satisfaction dengan
akronim ARCS (Keller dan Kopp, 1987: 289-319).
Makna dari modifikasi ini adalah usaha pertama dalam kegiatan pembelajaran untuk
menanamkan rasa yakin/percaya pada siswa. Kegiatan pembelajaran ada relevansinya
dengan kehidupan siswa, berusaha menarik dan memelihara minat/perhatian siswa.
Kemudian diadakan evaluasi dan menumbuhkan rasa bangga pada siswa dengan
memberikan penguatan (reinforcement). Dengan mengambil huruf awal dari masing-
masing komponen menghasilkan kata ARIAS sebagai akronim. Oleh karena itu, model
pembelajaran yang sudah dimodifikasi ini disebut model pembelajaran ARIAS.
Beberapa cara yang dapat digunakan untuk melaksanakan evaluasi antara lain adalah:
 Mengadakan evaluasi dan memberi umpan balik terhadap kinerja siswa.
 Memberikan evaluasi yang obyektif dan adil serta segera menginformasikan hasil
evaluasi kepada siswa.
 Memberi kesempatan kepada siswa mengadakan evaluasi terhadap diri sendiri.
 Memberi kesempatan kepada siswa mengadakan evaluasi terhadap teman.

Penggunaan Model Pembelajaran ARIAS


Penggunaan model pembelajaran ARIAS perlu dilakukan sejak awal, sebelum guru
melakukan kegiatan pembelajaran di kelas. Model pembelajaran ini digunakan sejak guru
atau perancang merancang kegiatan pembelajaran dalam bentuk satuan pelajaran
misalnya. Satuan pelajaran sebagai pegangan (pedoman) guru kelas dan satuan pelajaran
sebagai bahan/materi bagi siswa. Satuan pelajaran sebagai pegangan bagi guru disusun
sedemikian rupa, sehingga satuan pelajaran tersebut sudah mengandung komponen-
komponen ARIAS. Artinya, dalam satuan pelajaran itu sudah tergambarkan
usaha/kegiatan yang akan dilakukan untuk menanamkan rasa percaya diri pada siswa,
mengadakan kegiatan yang relevan, membangkitkan minat/perhatian siswa, melakukan
evaluasi dan menumbuhkan rasa dihargai/bangga pada siswa. Guru atau pengembang
sudah merancang urutan semua kegiatan yang akan dilakukan, strategi atau metode
pembelajaran yang akan digunakan, media pembelajaran apa yang akan dipakai,
perlengkapan apa yang dibutuhkan, dan bagaimana cara penilaian akan dilaksanakan.
Meskipun demikian pelaksanaan kegiatan pembelajaran disesuaikan dengan situasi,
kondisi dan lingkungan siswa. Demikian juga halnya dengan satuan pelajaran sebagai
bahan/materi untuk siswa. Bahan/materi tersebut harus disusun berdasarkan model
pembelajaran ARIAS. Bahasa, kosa kata, kalimat, gambar atau ilustrasi, pada bahan/materi
dapat menumbuhkan rasa percaya diri pada siswa, bahwa mereka mampu, dan apa yang
dipelajari ada relevansi dengan kehidupan mereka. Bentuk, susunan dan isi bahan/materi
dapat membangkitkan minat/perhatian siswa, memberi kesempatan kepada siswa untuk
mengadakan evaluasi diri dan siswa merasa dihargai yang dapat menimbulkan rasa
bangga pada mereka. Guru dan/atau pengembang agar menggunakan bahasa yang
mudah dipahami dan dimengerti, kata-kata yang jelas dan kalimat yang sederhana tidak
berbelit-belit sehingga maksudnya dapat dengan mudah ditangkap dan dicerna siswa.
Bahan/materi agar dilengkapi dengan gambar yang jelas dan menarik dalam jumlah yang
cukup. Gambar dapat menimbulkan berbagai macam khayalan/fantasi dan dapat
membantu siswa lebih mudah memahami bahan/materi yang sedang dipelajari.
Siswa dapat membayangkan/mengkhayalkan apa saja, bahkan dapat membayangkan
dirinya sebagai apa saja (McClelland, 1987: 29). Bahan/materi disusun sesuai urutan dan
tahap kesukarannya perlu dibuat sedemikian rupa sehingga dapat menimbulkan
keingintahuan dan memungkinkan siswa dapat mengadakan evaluasi sendiri.

PENGENALAN VARIASI MODEL PEMBELAJARAN


BIDANG MIPA DAN BAHASA

MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS SCL


Ada beberapa model pembelajaran yang dapat diterapkan pada saat ini yang
berbasis pada Student Centered Learning (SCL). Model SCL sangat digemari karena
berbagai alasan, diantaranya:
1. diterimanya pendekatan konstruktivisme dalam pembelajaran;
2. adanya pergeseran paradigma pengajaran ke pembelajaran;
3. adanya pergeseran dari teacher oriented ke student oriented;
4. adanya pergeseran dari orientasi hasil ke proses pembelajaran;
5. diterimanya konsep pendidikan sepanjang hayat;
6. diterimanya konsep multiple intelligence;
7. semakin mudah dan murahnya akses informasi melalui jaringan dan perangkat TI;
8. tersedianya buku-buku referensi yang mudah diperoleh. .

Perlu diingat bahwa sebaik apapun model pembelajaran tersebut secara teoretik,
tetapi keberhasilannya dalam membantu menciptakan pembelajaran yang kondusif bagi
peserta didik sangat tergantung pada kepiawaian guru dalam menerapkannya. Penelitian
di Jepang menunjukkan bahwa keunggulan pembelajaran di Jepang terutama disebabkan
oleh peranan guru yang mampu memilih strategi pembelajaran yang efektif termasuk di
dalamnya memilih model pembelajaran (Aleks Masyunis, 2000). Guru memberikan warna
dan nilai terhadap model yang diterapkan.
Berikut ini akan disajikan beberapa contoh model pembelajaran yang berbasis
pada SCL. Contoh suatu model tidak harus ditiru 100% oleh guru, tetapi guru harus dapat
memodifikasi sesuai dengan karakteristik peserta didik dan fasilitas yang tersedia di
sekolah. Dengan demikian penerapan model pembelajaran tidak membatasi kreativitas
guru dalam menjalankan tugasnya, tetapi tetap mampu mengikuti perkembangan dunia
pendidikan yang digelutinya.
Berbicara mengenai proses pembelajaran di sekolah seringkali membuat kita
kecewa, apalagi bila dikaitkan dengan pemahaman peserta didik terhadap materi ajar.
Mengapa demikian? Ya, karena kenyataan menunjukkan banyak peserta didik mampu
menyajikan tingkat hafalan yang baik terhadap materi ajar yang diterimanya, tetapi
mereka tidak memahaminya. Sebagian peserta didik tidak mampu menghubungkan
antara apa yang mereka pelajari dengan bagaimana pengetahuan tersebut akan
dipergunakan/ dimanfaatkan. Selain itu, peserta didik kesulitan memahami konsep yang
diajarkan hanya dengan metode ceramah, apalagi jika konsep yang diajarkan sangat
abstrak. Padahal mereka sangat butuh untuk dapat memahami konsep-konsep yang
berhubungan dengan lingkungan dan masyarakat pada umumnya dimana mereka akan
hidup dan bekerja.
Banyak pertanyaan muncul di diri guru yang berkeinginan untuk membantu
masalah yang dihadapi peserta didiknya tersebut, seperti:
1. Bagaimana menemukan cara terbaik untuk menyampaikan berbagai konsep yang
diajarkan di dalam mata pelajaran tertentu, sehingga semua peserta didik dapat
menggunakan dan mengingatnya lebih lama konsep tersebut ?
2. Bagaimana setiap bagian mata pelajaran dipahami sebagai bagian yang saling
berhubungan dan membentuk satu pemahaman yang utuh ?
3. Bagaimana seorang guru dapat berkomunikasi secara efektif dengan peserta didiknya
yang selalu bertanya-tanya tentang alasan dari sesuatu, arti dari sesuatu, dan
hubungan dari apa yang mereka pelajari ?
4. Bagaimana guru dapat membuka wawasan berpikir yang beragam dari peserta
didiknya, sehingga mereka dapat mempelajari berbagai konsep dan mampu
mengaitkannya dengan kehidupan nyata, sehingga dapat membuka berbagai pintu
kesempatan selama hidupnya ?.

Semua pertanyaan itu merupakan tantangan bagi guru untuk selalu berusaha dan
berusaha agar dapat menemukan solusi yang paling tepat untuk mengatasinya. Penga-
laman di negara lain menunjukkan bahwa minat dan prestasi peserta didik dalam bidang
matematika, sains, dan bahasa meningkat secara drastis pada saat:
1. Mereka dibantu untuk membangun keterkaitan antara informasi (pengetahuan) baru
dengan pengalaman (pengetahuan lain) yang telah mereka miliki atau mereka kuasai.
2. Mereka diajarkan bagaimana mereka mempelajari konsep, dan bagaimana konsep
tersebut dapat digunakan di luar kelas.
3. Mereka diperkenankan untuk bekerja secara bersama-sama (cooperative).

Hal itulah yang merupakan jiwa dan inti pokok dari penerapan model
pembelajaran berbasis CTL.

1. Model Pembelajaran Berbasis Pendekatan CTL


Pendekatan CTL adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara
materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata peserta didik dan mendorong
peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penera-
pannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama
pembelajaran efektif, yakni: konstruktivisme (Constructivism), bertanya (Questinoning),
menemukan (Inquiry), masyarakat belajar (Learning Community), pemodelan (Modeling),
refleksi (reflection), dan penilaian sebenarnya (Authentic Assessment) (Johnson, 2002).
Sesuai dengan faktor kebutuhan individual peserta didik, maka untuk dapat meng-
implementasikan pembelajaran kontekstual guru seharusnya:
Menyediakan lingkungan yang mendukung pembelajaran mandiri (self-regulated
learning) dengan 3 karakteristik umumnya (kesadaran berpikir, penggunaan strategi
dan motivasi berkelanjutan).
Menggunakan teknik bertanya (questioning) yang meningkatkan pembelajaran
peserta didik, perkembangan pemecahan masalah dan keterampilan berpikir tingkat
tinggi.
Mengembangkan pemikiran bahwa peserta didik akan belajar lebih bermakna jika ia
diberi kesempatan untuk bekerja, menemukan, dan mengontruksi sendiri
pengetahuan dan keterampilan baru (contructivism).
Memfasilitasi kegiatan penemuan (inquiry) agar peserta didik memperoleh pengeta-
huan dan keterampilan melalui penemuan sendiri (bukan hasil mengingat sejumlah
fakta).
Mengembangkan sifat ingin tahu peserta didik melalui pengajuan pertanyaan
(questioning).
Menciptakan masyarakat belajar (learning community) dengan membangun kerjasama
antar peserta didik.
Memodelkan (modelling) sesuatu agar peserta didik dapat menirunya untuk
memperoleh pengetahuan dan keterampilan baru.
Mengarahkan peserta didik untuk merefleksikan tentang apa yang sudah dipelajari.
Menerapkan penilaian autentik (authentic assessment).

2. Model Pembelajaran Berbasis Pendekatan PAIKEM


a. Pembelajaran Aktif
Anak didik belajar, 10% dari apa yang dibaca, 20% dari apa yang didengar, 30%
dari apa yang dilihat, 50% dari apa yang dilihat dan didengar, 70% dari apa yang
dikatakan, dan 90% dari apa yang dikatakan dan dilakukan (Sheal, Peter, 1989).
Pernyataan tersebut nampak sejalan dengan yang diharapkan dalam Kurikulum 2006,
yang menginginkan peserta didik mencapai suatu kompetensi tertentu yang dapat diko-
munikasikan dan ditampilkan.
Kurikulum terbaru kita menginginkan adanya perubahan pembelajaran dari
teacher centered ke student centered. Perubahan ini tidak semudah diucapkan, karena
pola pembelajaran kita sudah terbiasa dengan cara guru menjelaskan dan menyampaikan
informasi, sedangkan peserta didik lebih banyak menerima. Namun bukan berarti kita
pesimis dengan perubahan itu, tetapi mungkin pencapaiannya memerlukan waktu.
Bagaimanapun habits yang sudah terbentuk lama, untuk mengubahnya perlu kesung-
guhan dan kemauan tinggi dari semua komponen yang terlibat dalam pembelajaran.
Pembelajaran aktif artinya pembelajaran yang mampu mendorong anak didik aktif
secara fisik, sosial, dan mental untuk memahami dan mengembangkan kecakapan hidup
menuju belajar yang mandiri, atau pembelajaran yang menekankan keaktifan anak didik
untuk mengalami sendiri, berlatih, beraktivitas dengan menggunakan daya pikir, emosi-
onal, dan keterampilannya. Melalui pembelajaran aktif diharapkan anak didik akan lebih
mampu mengenal dan mengembangkan kapasitas belajar dan potensi yang dimilikinya.
Selain itu, mereka secara penuh dan sadar dapat menggunakan potensi sumber belajar
yang terdapat di sekitarnya, lebih terlatih untuk berprakarsa, berpikir secara sistematis,
kritis, tanggap, sehingga dapat menyelesaikan masalah sehari-hari melalui penelusuran
informasi yang bermakna baginya.
Guru yang aktif adalah guru yang memantau kegiatan belajar anak didik, memberi
umpan balik, mengajukan pertanyaan yang menantang, dan memperbanyak gagasan
anak didik untuk dapat dimunculkan. Sedangkan anak didik yang aktif adalah mereka
yang sering bertanya, mengemukakan pendapat, mempertanyakan gagasan
sendiri/orang lain, dan aktif melakukan suatu kegiatan belajar (Mel Silberman, 2002).
Sayangnya, sebagian guru kurang mampu mengajukan pertanyaan yang menan-
tang kepada anak didik, sehingga pembelajaran aktifpun jarang tercipta. Hal ini kemung-
kinan disebabkan berbagai hal, seperti alasan klise karena dikejar waktu untuk menye-
lesaikan materi hingga tak sempat berpikir ke arah itu, ketidaksiapan guru itu sendiri
untuk membuat dan menjawab pertanyaan menantang. Padahal dengan pertanyaan
menantang sudah pasti anak didik kita terpacu dan termotivasi untuk mencari jawaban
dan itu berarti aktivitas belajar mereka semakin tinggi dan wawasan pengetahuannya
akan selalu ber-tambah dari hari ke hari.

b. Pembelajaran Inovatif dan Kreatif


Setiap manusia secara normal pasti memiliki ketertarikan dan rasa ingin tahu yang
tinggi terhadap sesuatu yang baru. Demikian juga anak didik, jika dalam pembelajaran
disuguhi sesuatu yang baru pasti akan timbul semacam energi baru dalam mengikuti
pelajaran. Dengan kata lain, sesuatu yang baru mampu bertindak seperti magnet yang
menarik minat dan motivasi anak didik untuk mengikutinya.
Pembelajaran inovatif adalah pembelajaran dengan memperkenalkan sesuatu yang
berbeda yang belum dialami dari sebelumnya. Sesuatu yang baru tidak identik dengan
sesuatu yang mahal. Apa yang nampaknya sepele, bisa saja mampu membuat
pembelajaran lebih hidup hanya karena sang guru mampu melakukan inovasi. Dalam
penciptaan pembelajaran inovatif yang terpenting adalah kemauan dan keinginan guru
untuk membuat belajar menjadi menarik untuk diikuti dan menghilangkan kebosanan
peserta didik dalam belajar.
Kreatif adalah cara berpikir yang mengajak kita keluar dan melepaskan diri dari
pola umum yang sudah terpateri dalam ingatan. Pembelajaran kreatif adalah pembela-
jaran yang mengajak anak didik untuk mampu mengeluarkan daya pikir dan daya
karsanya untuk menciptakan sesuatu yang di luar pemikiran orang kebanyakan. Kreatif
merupakan kata yang berasal dari bahasa Inggris to create yang dapat diurai : C
(combine), R (reverse), E (eliminate), A (alternatif), T (twist), E (elaborate). Jadi, seorang
anak didik yang berpikir kreatif dalam benaknya berisi pertanyaan : dapatkan saya
mengkombinasi / menambah, membalik, menghilangkan, mencari cara / bahan lain,
memutar, mengelaborasikan sesuatu ke dalam benda yang sudah ada sebelumnya ?
Melepaskan diri dari sesuatu yang sudah terpola dalam pikiran kita bukanlah
pekerjaan yang mudah. Beberapa hal yang mampu membangkitkan pikiran kita untuk
menjadi kreatif antara lain : berfantasi atau mengemukakan gagasan / ide yang tidak
umum, terkesan “nyleneh”, berada pada satu gagasan / ide untuk beberapa saat, berani
mengambil resiko, peka terhadap segala keajaiban, penasaran terhadap suatu kebenar-
an, banyak membaca artikel penemuan yang membuatnya kagum dan terheran-heran.
Berpikir kreatif dapat diawali dengan bercanda dan berteka-teki tentang sesuatu,
karena berpikir kreatif berlangsung ketika otak dalam keadaan santai. Seorang pemikir
kreatif suka mencoba gagasan/ide yang berkebalikan dengan yang dipikirkan oleh orang
banyak. Mereka suka melihat sisi-sisi lain yang baginya lebih menarik untuk dicermati dan
dipikirkan. Kadang-kadang orang yang berpikir lurus tidak akan dapat “berteman baik”
dengan orang yang berpikir kreatif, karena menganggap ia sebagai orang aneh.
Untuk dapat menciptakan pembelajaran inovatif maupun kreatif diperlukan tiga
sifat dasar yang harus dimiliki anak didik maupun guru, yaitu peka, kritis, dan kreatif
terhadap fenomena yang ada di sekitarnya. Peka artinya orang lain tidak dapat melihat
keterkaitannya dengan konsep yang ada dalam otak, tetapi kita mampu menangkapnya
sebagai fenomena yang dapat dijelaskan dengan konsep yang kita miliki. Kritis artinya
fenomena yang tertangkap oleh mata kita mampu diolah dalam pikiran hingga
memunculkan berbagai pertanyaan yang menggelitik kita untuk mencari jawabannya.
Kreatif artinya dengan kepiawaian pola pikir dan didasari pemahaman yang mendalam
tentang konsep-konsep tertentu lalu kita berusaha menjelaskan/menciptakan suatu
aktivitas yang mampu menjelaskan fenomena tersebut kepada diri sendiri atau orang lain.
Guru yang kreatif dan inovatif adalah guru yang mampu mengembangkan
kegiatan yang beragam di dalam dan di luar kelas, membuat alat bantu/media sederhana
yang dapat dibuat sendiri oleh anak didiknya. Demikian pula anak didik yang kreatif dan
inovatif mampu merancang sesuatu, menulis dan mengarang, dan membuat refleksi
terhadap semua kegiatan yang dilakukannya.

c. Pembelajaran Efektif
Efektif memiliki makna tepat guna, artinya sesuatu yang memiliki efek/pengaruh
terhadap yang akan dicapai/dituju. Pembelajaran efektif artinya pembelajaran yang
mampu mencapai kompetensi yang telah dirumuskan, pembelajaran dimana anak didik
memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Pembelajaran dikatakan efektif jika
terjadi perubahan pada aspek kognitif, afektif, dan psikomotor.
Adapun ciri-ciri pembelajaran efektif diantaranya tercapainya tujuan yang diharap-
kan, anak didik menguasai keterampilan yang ditargetkan. Belajar dan mengajar akan
efektif jika anak didik aktif dan semua aktivitas pembelajaran berpusat pada anak didik.
Hal ini karena pembelajaran yang berpusat pada anak didik akan mampu menimbulkan
minatnya dan secara tidak langsung mereka memahami konsep dan kaitannya dengan
aspek-aspek kehidupan.

d. Pembelajaran Menyenangkan (Joyful Learning)


Saat ini di berbagai negara sedang trend dan semangat mengembangkan joyful
learning dan meaningful learning, yaitu dengan menciptakan kondisi pembelajaran sede-
mikian rupa sehingga anak didik menjadi betah di kelas karena pembelajaran yang
dijalani menyenangkan dan bermakna. Mereka merasakan bahwa pembelajaran yang
dijalani memberikan perbedaan dalam basis pengetahuan yang ada di pikirannya,
berbeda dalam memandang dunia sekitar, dan merasakan memperoleh sesuatu yang
lebih dari apa yang telah dimilikinya selama ini. Sebagai bangsa yang ingin maju dalam
era globalisasi yang kompetitif ini tentunya kita juga ingin merasakan pembelajaran yang
demikian.
Semua mata pelajaran dapat dibuat menjadi menyenangkan, tergantung bagai-
mana niat dan kemauan guru untuk menciptakannya. Pembelajaran yang dikemas dalam
situasi yang menyenangkan, jenaka, dan menggelitik sangat diharapkan oleh anak didik
saat ini yang sangat rawan stres karena saratnya materi ajar yang harus dikuasai.
Penelitian terhadap beberapa anak-anak sekolah di dunia yang diadakan UNESCO
menunjukkan sebagian dari mereka menginginkan belajar dengan situasi yang menye-
nangkan (Dedi Supriadi, 1999).
Pembelajaran menyenangkan artinya pembelajaran yang interaktif dan atraktif,
sehingga anak didik dapat memusatkan perhatian terhadap pembelajaran yang sedang
dijalaninya. Penelitian menunjukkan bahwa ketika seorang guru menjelaskan suatu materi
tanpa ada selingan dan anak didik hanya mendengarkan, melihat, dan mencatat, maka
perhatian dan konsentrasi mereka akan menurun secara draktis setelah 20 menit.
Keadaan ini semakin parah jika guru tidak menyadari dan pembelajaran hanya berjalan
monoton dan membosankan (Tjipto Utomo dan Kees Ruijter, 1994). Lebih lanjut
dikemukakan, keadaan ini dapat diatasi apabila guru menyadari lalu mengubah
pembelajarannnya menjadi menyenangkan dengan cara memberi selingan aktivitas atau
humor. Tindakan ini secara signifikan berpengaruh meningkatkan kembali perhatian dan
konsentrasi anak didik yang relatif besar.
Pembelajaran menyenangkan adalah pembelajaran yang membuat anak didik
tidak takut salah, ditertawakan, diremehkan, tertekan, tetapi sebaliknya anak didik berani
berbuat dan mencoba, bertanya, mengemukakan pendapat / gagasan, dan
mempertanya-kan gagasan orang lain. Menciptakan suasana yang menyenangkan
tidaklah sulit, karena kita hanya menciptakan pembelajaran yang relaks (tidak tegang),
lingkuangan yang aman untuk melakukan kesalahan, mengaitkan materi ajar dengan
kehidupan mereka, belajar dengan balutan humor, dorongan semangat, dan pemberian
jeda berpikir. Dalam belajar guru harus menyadari bahwa banyak kata ”aku belum tahu”
akan muncul dan kata ”aku tahu” sedikit muncul, karena mereka memang dalam tahap
belajar. Demikian pula guru harus menyadari bahwa otak manusia bukanlah mesin yang
dapat disuruh berpikir tanpa henti, sehingga perlu pelemasan dan relaksasi.
Sesuai dengan pendapat Ausubel bahwa belajar akan bermakna jika peserta didik
dapat mengaitkan konsep yang dipelajari dengan konsep yang sudah ada dalam struktur
kognitifnya, dan pendapat Bruner yang menyatakan belajar akan berhasil lebih baik jika
selalu dihubungkan dengan kehidupan orang yang sedang belajar. Secara logika dapat
dipahami, bahwa kita pasti akan belajar serius bila yang dipelajari ada kaitannya dengan
kehidupan sehari-hari dan kata-kata atau kalimat yang didengar sudah familiar di kepala
kita. Melalui joyful learning diharapkan ada perbaikan praktik pembelajaran ke arah yang
lebih baik. Perubahan ini tidak harus terjadi secara draktis, perlahan-lahan tetapi pasti.
Perbaikan proses sangat penting agar keluaran yang dihasilkan benar-benar berkualitas.
Seperti diketahui, otak kita terbagi menjadi dua bagian, yaitu kanan dan kiri.
Terkadang dalam dunia pendidikan kita lupa akan pentingnya mengembangkan otak
sebelah kanan. Secara umum hanya otak kiri yang menjadi sasaran pengembangan,
terutama untuk ilmu eksakta. Otak sebelah kanan adalah bagian yang berkaitan dengan
imajinasi, estetika, intuisi, irama, musik, gambar, seni. Sebaliknya otak sebelah kiri
berkaitan dengan logika, rasio, penalaran, kata-kata, matematika, dan urutan. Untuk
menepis hal itu, sebenarnya kita dapat tunjukkan bahwa ilmu apapun mampu digunakan
sebagai bahan untuk mengembangkan otak sebelah kanan, diantaranya dengan cara
memahami dan menghafal konsep melalui puisi, nyanyian, maupun permainan teka-teki.
Otak kita adalah bagian tubuh yang paling rawan dan sensitif. Otak sangat
menyukai hal-hal yang bersifat tidak masuk akal, ekstrim, penuh warna, lucu, multisenso-
rik, gambar 3 dimensi (hidup), asosiasi, imajinasi, simbol, melibatkan irama / musik, dan
nomor/urutan. Berdasarkan hal ini, maka kita sebagai pendidik dapat merancang apa
yang sebaiknya kita berikan kepada anak didik agar otak mereka menyukainya. Sebagai
contoh mengemas pembelajaran dengan menggunakan puisi atau lagu untuk
menyimpul-kan materi yang diajarkan, atau melalui teka-teki jenaka untuk mengevaluasi
sejauhmana mereka menguasai materi yang diajarkan.

3. Model Pembelajaran dengan Pendekatan Kontekstual Berbasis Kontroversi Isu


Masyarakat kita adalah masyarakat yang heterogen dalam hal latar belakang
budaya, pendidikan, status ekonomi, bahasa, agama, dan lain-lain. Latar belakang pendi-
dikan yang berbeda akan mempengaruhi cara berpikir dan menerima informasi yang
berkembang di masyarakat. Mulai dari informasi yang berkaitan dengan ekonomi, politik,
sosial, budaya, ilmu pengetahuan dan teknologi. Apalagi saat ini kita berada di era
globalisasi dimana kemajuan di bidang TIK demikian canggih, sehingga semua informasi
dengan mudah dan cepat dapat diterima masyarakat.
Bagi masyarakat dengan latar belakang pendidikan yang relatif rendah akan
menelan mentah-mentah segala informasi yang dilihat dan diterima dari berbagai media,
karena keterbatasan ilmu pengetahuan yang dimiliki. Namun bagi guru yang termasuk
dalam golongan intelektual tentunya tidak berpikir sama dengan mereka, karena guru
memiliki bekal ilmu pengetahuan yang relatif cukup untuk dapat mencerna dan
menelaah/ mengkaji kebenaran informasi yang masih bersifat isu tersebut.
Ball (1988) menyatakan bahwa penguasaan guru terhadap bidang ilmunya meru-
pakan sesuatu yang fundamental agar peserta didik dapat dibantu dalam mempelajari
bidang ilmu tersebut. Menurut Amy J. Phelps & Cherin Lee (2003), guru akan dapat
memberikan pengetahuan kepada peserta didiknya dalam suatu prosedur yang
sederhana dan tepat bila ia menguasai materi yang akan diajarkan dengan baik. Hal ini
sejalan dengan kebijakan Pemerintah tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 28 PP RI
No 19/2005 bahwa seorang guru harus memiliki empat jenis kompetensi, diantaranya
kompetensi profesional. Keprofesionalan guru harus ditunjukkan melalui aktivitas
penggalian dan pengembangan wawasan bidang ilmu yang ditekuninya secara terus
menerus tanpa batas waktu dan ruang. Termasuk ketika ada suatu isu yang berkembang
di masyarakat yang ada kaitannya dengan bidang ilmu yang ditekuninya, guru harus
secara cepat dan tanggap mencari informasi lebih lanjut untuk mengetahui lebih jelas
dan benar tentang isu tersebut.
Constance Blasie & George Palladino (2005) berpendapat bahwa pengetahuan dan
penggunaan teknologi informasi secara tepat dalam pengajaran dan pembelajaran
adalah kemampuan yang harus dikuasai oleh guru sekolah lanjutan. Hal ini mengisyarat-
kan pada kita selaku guru akan pentingnya penguasaan penggunaan kemajuan TIK dalam
menunjang kelancaran dan keberhasilan menjalankan tugas. Contoh konkretnya
penguasaan penggunaan internet dalam menelusuri informasi yang diperlukan untuk
mengkaji kebenaran isu yang berkembang di masyarakat.
Beberapa contoh isu yang berkembang di masyarakat yang sempat membuat
masyarakat bingung dan resah dan memerlukan penjelasan ilmiah yang mampu menepis
isu-isu yang kontroversial tersebut agar meredam keresahan masyarakat diantaranya isu
MSG, isu minyak babi, isu banyu geni, isu merkuri, isu kiamat, isu kontroversi buku gurita
Cikeas, isu batas TOEFL untuk kelulusan mahasiswa, dan sebagainya.
Salah satu wujud nyata peningkatan profesional guru adalah kemampuan guru
dalam menerapkan pendekatan dan metode pembelajaran baru yang dipandang sesuai
dengan nuansa dan esensi kurikulum yang berlaku. Salah satunya adalah pendekatan
kontekstual yang mengharuskan guru mengaitkan materi ajar dengan dunia nyata
peserta didik, sehingga peserta didik memiliki transfer of knowledge dan transfer of value
di lingkungan keluarga dan masyarakat.
Banyaknya isu yang terekspose di masyarakat melalui kecanggihan TIK menuntut
guru untuk mampu menerapkan pendekatan kontekstual dengan cara melihat
keterkaitan isu-isu tersebut dengan materi yang diajarkan dan kebutuhan peserta didik
akan penje-lasan/informasi yang benar dan tepat. Dengan demikian berarti guru mampu
tampil seba-gai “pahlawan” dalam menenangkan keresahan masyarakat, sekaligus sarana
bagi guru dalam mengembangkan ilmunya. Jika pembelajaran kontekstual berbasis
kontroversi isu yang berkembang di masyarakat ini dapat terimplementasi dengan baik
secara terus menerus, maka citra dan martabat guru semakin gemilang.

4. Model Pembelajaran dengan Pendekatan Kontekstual Berbasis Lingkungan


Ketiadaan alat dan bahan laboratorium sering menjadi kendala tidak dilakukannya
praktikum, meskipun guru pengampu memiliki petunjuk praktikumnya. Oleh karena itu
sangat diperlukan kreativitas guru IPA dalam mencari alternatif bahan dan alat lain yang
dapat digunakan agar praktkum tetap dapat dilaksanakan. Dengan demikian pelaksanaan
praktikum tidak bergantung pada fasilitas laboratorium yang ada di sekolah, tetapi cukup
menggunakan bahan dan alat yang dengan mudah dijumpai dalam kehidupan sehari-
hari.
Metode praktikum sangat dianjurkan dalam pembelajaran IPA, karena sesuai
dengan tujuan pendidikan yang meliputi 3 aspek, yaitu mengembangkan pengetahuan,
menanamkan sikap ilmiah, dan melatih keterampilan. Melalui praktikum peserta didik
memperoleh pemahaman yang mendalam tentang suatu konsep, sebab mereka melaku-
kan dan melihat sendiri.
Bila dilihat dari buku petunjuk praktikum yang sudah ada di lapangan, nampaknya
tidak semua materi pokok yang ada dalam kurikulum mata pelajaran IPA terwakili oleh
suatu topik percobaan. Ironisnya, sebagian besar buku petunjuk praktikum yang beredar
di pasaran isinya sama, tidak ada yang memiliki kelebihan, misalnya menyajikan topik
percobaan yang berbeda dan baru/aktual. Meskipun semua percobaan bertujuan
mengaktifkan peserta didik, namun akan lebih menarik minat belajar peserta didik bila
buku petunjuk praktikum berisikan aktivitas percobaan sederhana yang menarik dengan
bahan dan alat yang digunakan dapat diperoleh di lingkungan sekitar, sehingga peserta
didik dapat mencobanya di rumah.
Bagaimanakah cara kita sebagai guru menciptakan suatu percobaan baru sehing-
ga peserta didik tertantang dan tertarik untuk melakukannya ? Suatu materi ajar dapat
dikonstruksi menjadi percobaan dengan mengikuti langkah-langkah berikut ini :
a. Pelajari secara mendalam materi ajar tersebut, lalu coba cari hubungan setiap konsep
yang ada dengan fenomena yang ada dalam kehidupan sehari-hari.
b. Setelah kita menemukan suatu fenomena, cobalah berpikir bagaimana mengangkat
fenomena tersebut menjadi suatu rancangan percobaan sederhana dengan mencari
hubungannya dengan konsep kimia tertentu.
c. Buatlah langkah-langkah pengujian / pembuktiannya.
d. Ujicobalah sesuai dengan rancangan yang dibuat.
e. Tulis rancangan kita dengan format prosedur sederhana yang mudah dipahami.

Untuk dapat menemukan fenomena yang berkaitan dengan materi ajar mungkin
dirasa sulit oleh kita, namun sebenarnya semakin banyak membaca buku dan membuka
internet, semakin besar kepekaan kita terhadap fenomena kimia di sekitarnya.

5. Model Pembelajaran Berbasis Pendekatan Konstruktivistik


Menurut Canella & Reiff (1994: 27-28) belajar dengan pendekatan konstruktivistik
berarti mengonstruksi atau menyusun struktur pemahaman/pengetahuan dengan cara
mengaitkan dan menyelaraskan fenomena, ide, atau pengetahuan baru ke dalam struktur
pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya.
Aliran konstruktivisme memandang bahwa pengetahuan adalah hasil konstruksi
atau bentukan manusia. Manusia mengonstruksi pengetahuannya melalui interaksi
dengan objek, fenomena, pengalaman dan lingkungannya. Pengetahuan tidak dapat
ditransfer begitu saja dari seorang guru kepada peserta didik, tetapi harus diinter-
prestasikan sendiri oleh mereka. Pengetahuan bukan sesuatu yang sudah jadi, melainkan
suatu proses yang berkembang terus menerus. Jawaban peserta didik atas suatu
persoalan adalah jawaban yang masuk akal bagi mereka saat itu. Jika ada jawaban salah,
bukan disalahkan, tetapi ditanyakan bagaimana ia dapat memperoleh jawaban itu.
Dengan demikian peserta didik terlibat aktif dalam proses perolehan suatu konsep.
Strategi pembelajaran dengan pendekatan konstruktivistik dapat dilakukan guru
dengan memperhatikan beberapa hal, yaitu:
a. Menyajikan masalah-masalah aktual kepada peserta didik dalam konteks yang sesuai
dengan tingkat perkembangan mereka
b. Menekankan pembelajaran di sekitar konsep-konsep primer
c. Mendorong peserta didik untuk mengajukan pertanyaan sendiri
d. Mengkondisikan peserta didik berani menemukan jawaban dari pertanyaan sendiri
e. Mengkondisikan peserta didik untuk berani mengemukakan pendapat dan
menghargai sudut pandangnya sendiri.
f. Menantang peserta didik agar dapat melakukan pemahaman yang mendalam, bukan
sekedar penyelesaian tugas melalui pertanyaan yang menantang.
g. Menganjurkan peserta didik belajar dalam kelompok
h. Mendorong peserta didik untuk berani menemukan tanggungjawab
i. Melakukan penilaian, baik terhadap proses maupun hasil belajar peserta didik dalam
konteks pembelajaran.

Inti pendekatan konstruktivistik adalah peserta didik diharuskan mampu mengons-


truksi sendiri pemahaman terhadap suatu konsep berdasarkan struktur kognitif yang
telah ada, dimana peserta didik melakukan penyelarasan dengan konsep baru yang
diterimanya
LAMPIRAN
Contoh model pembelajaran berbasis CTL

Mata Pelajaran : Kimia


Sub-Materi Pokok : Pengaruh Konsentrasi terhadap Laju Reaksi
Kelas/Semester : XI/1
Waktu : 2 X 45 menit (1 kali pertemuan)

A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Peserta didik dapat menunjukkan pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi
melalui permainan dan percobaan sederhana
B. SKENARIO PEMBELAJARAN
1. Guru meminta beberapa peserta didik unrtuk maju, lalu dibagi 2 kelompok, misalnya
satu kelompok berjumlah 10 orang, sedangkan kelompok lain berjumlah 5 orang.
2. Kedua kelompok diminta berdiri di atas lantai yang telah dibatasi garis dari kapur.
3. Ada dua peserta didik untuk masing-masing kelompok yang bertugas menghitung
banyaknya tumbukan antar mereka nanti setelah diberi aba mulai bergerak.
4. Agar permainan menjadi seru maka diperdengarkan kepada mereka sejenis musik
yang berirama cepat. Begitu musik berbunyi mereka diminta bergerak sesuka hati
tetapi masih dalam satu kotak yang telah dibatasi tadi.
3. Peserta didik yang bertugas mencatat, satu melihat tumbukan antar mereka sambil
menghitung sedangkan yang satu mencatat. Hal ini dilakukan sekitar 1 – 2 menit saja
agar tidak terlalu berat menghitungnya. Hasil pencatatan permainan ini disimpan
sementara untuk digabungkan dengan data percobaan yang akan dilakukan.
4. Ambil 2 tabung reaksi, masukkan serbuk cangkang telur dengan massa yang sama.
5. Ambil dua balon lalu masukkan masing-masing sejumlah volum yang sama cuka, yang
satu diencerkan sedangkan yang satu tidak.
6. Pasangkan mulut balon yang telah berisi cuka tadi ke mulut tabung.
7. Siapkan stopwatch atau pencatat waktu lainnya. Tekan stopwatch ketika cuka dalam
balon secara bersamaan dituang ke dalam tabung. Catat waktu yang diperlukan
sampai balon berdiri. (percobaan dilakukan secara berkelompok @ 4 orang)
8. Hasil permainan dan percobaan sederhana lalu ditampilkan dalam bentuk tabel.
9. Guru mengarahkan dengan pertanyaan inkuiri terhadap data hasil permainan dan
percobaan hingga peserta didik memperoleh kesimpulan tentang pengaruh konsen-
trasi terhadap laju reaksi. Permainan bertujuan untuk menunjukkan bahwa semakin
banyak partikel semakin besar kemungkinan terjadinya tumbukan, sedangkan perco-
baan bertujuan untuk menunjukkan kebenaran dari simulasi permainan tadi.
10. Selanjutnya, dengan cara sharing, peserta didik diminta menciptakan permainan dan
percobaan sederhana untuk menunjukkan pengaruh luas permukaan terhadap laju
reaksi berdasarkan permainan dan percobaan yang dilakukan pada pembelajaran ini.
Tabel 1. Data Hasil Permainan
No. Jumlah Peserta Jumlah
Didik dalam Tumbukan
Kelompok (dalam 1 menit)
1. 5 orang ............
2. 10 orang ............

Tabel 2. Data Hasil Percobaan


No Reaksi Waktu (menit)
.
1. Serbuk cangkang telur + cuka ............
(encer)
2. Serbuk cangkang telur + cuka ............
(pekat)

Pada contoh di atas ketujuh komponen CTL terpenuhi, yaitu:


1. Konstruktivisme (Constructivism): peserta didik mengonstruksi sendiri pemahaman
pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi berdasarkan permainan dan percobaan.
2. Bertanya (Questinoning): guru bertanya untuk mengarahkan pada simpulan. Peserta
didikpun boleh mengajukan pertanyaan, baik kepada guru maupun dengan sesama
teman.
3. Menemukan (Inquiry): dengan permainan dan percobaan yang dilakukan peserta didik
dapat menemukan sendiri konsep pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi.
4. Masyarakat belajar (Learning Community): dengan melakukan permainan dan percoba-
an, mereka belajar secara bersama-sama membentuk masyarakat belajar yang berusa-
ha menemukan dan memahami suatu konsep.
5. Pemodelan (Modeling): permainan dan percobaan merupakan pemodelan yang dapat
membantu peserta didik memahami suatu konsep.
6. Refleksi (Reflection): peserta didik merefleksikan aktivitas yang dilakukan untuk sub-
materi pokok lainnya.
7. Penilaian sebenarnya (Authentic Assessment): pada kegiatan pembelajaran ini penilai-an
dilakukan terhadap kerja sama kelompok dan keaktifan dalam tanya jawab.

Contoh model pembelajaran kontekstual berbasis kontroversi isu

Mata Pelajaran : Biologi


Sub-Materi Pokok : Zat Aditif pada Makanan
Kelas/Semester : XI/2
Waktu : 2 X 45 menit (1 kali pertemuan)

A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Peserta didik dapat mengidentifikasi adanya zat pewarna tekstil pada berbagai
makanan melalui percobaan kromatografi kertas sederhana.

B. SKENARIO PEMBELAJARAN
1. Guru meminta beberapa peserta didik unrtuk menunjukkan contoh makanan yang
dicurigai mengandung zat pewarna tekstil (pertemuan sebelumnya sudah diberitahu
untuk membawa).
2. Guru menjelaskan sifat zat pewarna tekstil yang tidak larut dalam air (akuades).
3. Guru memberikan penjelasan singkat bagaimana mendeteksi zat pewarna tekstil pada
makanan dengan kromatografi kertas sederhana.
4. Hasil percobaan setiap kelompok dipresentasikan di depan.
5. Guru kemudian meminta peserta didik untuk menjelaskan alasan peserta didik
memilih makanan yang dicurigai dihubungkan dengan hasil percobaan yang
diperoleh.
6. Peserta didik diminta membuat simpulan tentang zat pewarna tekstil pada makanan
dan memberikan peringatan dalam bentuk poster.
7. Guru memberikan penilaian terhadap presentasi masing-masing kelompok dan poster
yang dibuat.

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF


1. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif
Menurut Davidson dan Warsham (dalam Isjoni, 2011: 28), “Pembelajaran kooperatif
adalah model pembelajaran yang mengelompokkan siswa untuk tujuan menciptakan
pendekatan pembelajaran yang berefektifitas yang mengintegrasikan keterampilan sosial
yang bermuatan akademik”.
Slavin (dalam Isjoni, 2011: 15) menyatakan bahwa “pembelajaran kooperatif adalah suatu
model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja sama dalam kelompok-kelompok
kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4-6 orang dengan struktur kelompok
heterogen”. Jadi dalam model pembelajaran kooperatif ini, siswa bekerja sama dengan
kelompoknya untuk menyelesaikan suatu permasalahan. Dengan begitu siswa akan
bertanggung jawab atas belajarnya sendiri dan berusaha menemukan informasi untuk
menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan pada mereka.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif
adalah model pembelajaran yang mengutamakan pembentukan kelompok yang
bertujuan untuk menciptakan pendekatan pembelajaran yang efektif.
1. Tujuan Model Pembelajaran Kooperatif
Tujuan model pembelajaran kooperatif menurut Widyantini (2006: 4) adalah “hasil belajar
akademik siswa meningkat dan siswa dapat menerima berbagai keragaman dari
temannya serta pengembangan keterampilan sosial”.
Johnson & Johnson (dalam Trianto, 2010: 57) menyatakan bahwa tujuan pokok belajar
kooperatif adalah memaksimalkan belajar siswa untuk peningkatan prestasi akademik
dan pemahaman baik secara individu maupun secara kelompok. Louisell dan Descamps
(dalam Trianto, 2010: 57) juga menambahkan, karena siswa bekerja dalam suatu tim,
maka dengan sendirinya dapat dapat memperbaiki hubungan diantara para siswa dari
latar belakang etnis dan kemampuan, mengembangkan keterampilan-keterampilan
proses dan pemecahan masalah.
Jadi inti dari tujuan pembelajaran kooperatif adalah untuk meningkatkan partisipasi siswa,
memfasilitasi siswa, dan memberikan kesempatan pada siswa untuk berinteraksi dan
belajar bersama-sama siswa lainnya.
1. Prinsip Dasar Model Pembelajaran Kooperatif
Menurut Nur (dalam Widyantini, 2006: 4), prinsip dasar dalam pembelajaran kooperatif
sebagai berikut:
1) Setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dikerjakan
dalam kelompoknya dan berpikir bahwa semua anggota kelompok memiliki tujuan yang
sama.
2) Dalam kelompok terdapat pembagian tugas secara merata dan dilakukan evaluasi
setelahnya.
3) Saling membagi kepemimpinan antar anggota kelompok untuk belajar bersama
selama pembelajaran.
4) Setiap anggota kelompok bertanggungjawab atas semua pekerjaan kelompok.
Ciri-ciri model pembelajaran kooperatif menurut Nur (dalam Widyantini, 2006: 4) sebagai
berikut:
1) Siswa dalam kelompok bekerja sama menyelesaikan materi belajar sesuai
kompetensi dasar yang akan dicapai.
2) Kelompok dibentuk secara heterogen.
3) Penghargaan lebih diberikan kepada kelompok, bukan kepada individu.
Pada model pembelajaran kooperatif memang ditonjolkan pada diskusi dan kerjasama
dalam kelompok. Kelompok dibentuk secara heterogen sehingga siswa dapat
berkomunikasi, saling berbagi ilmu, saling menyampaikan pendapat, dan saling
menghargai pendapat teman sekelompoknya.

Model-model Pembelajaran
Model pembelajaran adalah bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai
akhir yang disajikan secara khas oleh guru di kelas. Dalam model pembelajaran terdapat
strategi pencapaian kompetensi peserta didik dengan pendekatan, metode, dan teknik
pembelajaran. Guru perlu menguasai dan dapat menerapkan berbagai strategi
pembelajaran yang meliputi pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran secara
spesifik.
Penguasaan model pembelajaran akan mempengaruhi keberhasilan peserta didik dalam
pembelajaran. Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara
interaktif, inspiratif , menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk
berpartisipasi aktif serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas dan
kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta
didik. (Peraturan Pemerintah No.19/2005 pasal 19)
Adakah Model Pembelajaran yang Paling Efektif?
- Tidak ada model pembelajaran yang paling efektif untuk semua mata pelajaran atau
untuk semua materi.
- Pemilihan model pembelajaran untuk diterapkan guru di dalam kelas
mempertimbangkan beberapa hal:
1. tujuan pembelajaran
2. sifat materi pelajaran
3. ketersediaan fasilitas
4. kondisi peserta didik
5. alokasi waktu yang tersedia
Apa saja model Pembelajaran yang ada?
Setidaknya ada sekitar 35 Model Pembelajaran yang telah dikembangkan oleh para ahli
di bidang pendidikan, yaitu :
1. Examples Non Examples
2. Picture and Picture
3. Numbered Head Together
4. Cooperative Script
5. Kepala Berstruktur
6. Student Team Achievement Divisions (STAD)
7. Jigsaw (Model Tim Ahli)
8. Problem Based Introduction (PBI)
9. Artikulasi
10. Mind Mapping
11. Make a Match
12. Think Pair and Share
13. Debate
14. Role Playing
15. Group Investigation
16. Talking Stick
17. Bertukar Pasangan
18. Snowball Throwing
19. Student Fasilitator and Explaining
20. Course Review Horay
21. Demonstration
22. Explisit Introduction
23. Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC)
24. Inside - Outside - Circle (Lingkaran Kecil - Lingkaran Besar)
25. Tebak Kata
26. Word Square
27. Scramble
28. Complette Sentence
29. Take and Give
30. Concept Sentence
31. Tim Token Arends 1998
32. Pair Check - Spencer Kagen 1993
33. Keliling Kelompok
34. Tari Bambu
35. Dua Tinggal, Dua Tamu
Nah itulah model-model pembelajaran yang telah dikembangkan oleh para ahli
pendidikan dunia.

Pengertian Model Pembelajaran dari Berbagai Tokoh Pendidikan


Model pembelajaran merupakan salah satu komponen utama dalam menciptakan
suasana belajar yang aktif, inovatif, kreatif dan menyenangkan (PAIKEM). Model
pembelajaran yang menarik dan variatif akan berimplikasi pada minat maupun motivasi
peserta didik dalam mengikuti proses belajar mengajar di kelas. Dengan penerapan
kurikulum KTSP dan tuntutan untuk mengembangkan model pembelajaran kreatif maka
Guru harus pula mampu mengikuti tuntutan perkembangan dunia pendidikan terkini.
Guru harus berani berinovasi dan beradaptasi dengan metode pembelajaran PAIKEM
seperti Talking Stick, Example non Example, Think Pair Share dan tidak hanya terpaku
pada Metode Ceramah saja. Untuk memperjelas mengapa model pembelajaran perlu
dikembangkan secara berkesinambungan, kita harus kembali pada pengertian model
pembelajaran secara umum. Berikut ini adalah pengertian model pembelajaran
menurut pendapat para tokoh pendidikan antara lain:

1. Agus Suprijono : pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan


pembelajaran di kelas maupun tutorial.
2. Mills : “model adalah bentuk representasi akurat sebagai proses actual yang
memungkinkan seseorang atau sekelompok orang mencoba bertindak
berdasarkan model itu”
3. Richard I Arends : model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan
digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap
kegiatan di dalam pembelajaran, lingkungan pembelajaran dan pengelolaan kelas.

METODE-METODE DALAM MENGAJAR ( PEMBELAJARAN)


asal asalan, wow!
by naidra
METODE MENGAJAR ( PEMBELAJARAN )

A.PENGERTIAN
Metode atau Strategi merupakan usaha untuk memperoleh kesuksesan dan keberhasilan
dalam mencapai tujuan. Dalam dunia pendidikan strategi dapat diartikan sebagai a plan,
method, or series of activities designed to achieves a particular educational goal (J. R.
David, 1976). Sedangkan menurut kamus Purwadarminta ( 1976 ), secara umum metode
adalah cara yang telah teratur dan terpikir baik – baik untuk mencapai suatu maksud.
Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, metode adalah cara kerja yang
bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang
ditentukan. Metode berasal dari bahasa Inggris yaitu Method artinya melalui, melewati,
jalan atau cara untuk memperoleh sesuatu. Strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai
perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai
tujuan pendidikan tertentu. Strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan
(rangkaian kegiatan) termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber
daya atau kekuatan dalam pembelajaran yang disusun untuk mencapai tujuan tertentu.
Dalam hal ini adalah tujuan pembelajaran.
Pada mulanya istilah strategi banyak digunakan dalam dunia militer yang diartikan
sebagai cara penggunaan seluruh kekuatan militer untuk memenangkan suatu
peperangan. Sekarang, istilah strategi banyak digunakan dalam berbagai bidang kegiatan
yang bertujuan memperoleh kesuksesan atau keberhasilan dalam mencapai tujuan.
Misalnya seorang manajer atau pimpinan perusahaan yang menginginkan keuntungan
dan kesuksesan yang besar akan menerapkan suatu strategi dalam mencapai tujuannya
itu, seorang pelatih tim Sepakbola akan menentukan strategi yang dianggap tepat untuk
dapat memenangkan suatu pertandingan. Begitu juga seorang guru yang mengharapkan
hasil baik dalam proses pembelajaran juga akan menerapkan suatu strategi agar hasil
belajar siswanya mendapat prestasi yang terbaik. Strategi pembelajaran adalah suatu
kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran
dapat dicapai secara efektif dan efisien. Kemp (1995). Dilain pihak Dick & Carey (1985)
menyatakan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu set materi dan prosedur
pembelajaran yang digunakan secara bersama-sama untuk menimbulkan hasil belajar
pada siswa. Strategi pembelajaran merupakan hal yang perlu di perhatikan oleh seorang
instruktur, guru, widyaiswara dalam proses pembelajaran. Paling tidak ada 3 jenis strategi
yang berkaitan dengan pembelajaran, yakni:
(a) strategipengorganisasian pembelajaran
(b) strategi penyampaian pembelajaran
(c) strategi pengelolaan pembelajaran.
Metode Pembelajaran merupakan cara melakukan atau menyajikan, menguraikan,
memberi contoh, dan memberi latihan isi pelajaran kepada siswa untuk mencapai tujuan
tertentu. Dapat dikatakan metode pembelajaran merupakan bagian dari strategi
instruksional. Tetapi tidak semua metode pembelajaran sesuai digunakan untuk
mencapai tujuan pembelajaran tertentu. Penulisan mengenai metode di bawah ini tidak
mengikuti suatu urutan tertentu, tetapi dilakukan secara acak. Diungkapkan pula kapan
baiknya metode tersebut dilaksanakan serta keunggulan dan kekurangan metode
tersebut.
B.DASAR PEMILIHAN STRATEGI PEMBELAJARAN
Beberapa prinsip-prinsip yang mesti dilakukan oleh pengajar dalam memilih strategi
pembelajaran secara tepat dan akurat, pertimbangan tersebut mesti berdasarkan pada
penetapan. Sebelum memutuskan metode mana yang akan dipakai dalam proses belajar
mengajar, maka seorang pengajar perlu memperhatikan beberapa pertimbangan berikut :
1.Tujuan Pembelajaran
Penetapan tujuan pembelajaran merupakan syarat mutlak bagi guru dalam memilih
metode yang akan digunakan di dalam menyajikan materi pengajaran. Tujuan
pembelajaran merupakan sasaran yang hendak dicapai pada akhir pengajaran, serta
kemampuan yang harus dimiliki siswa. Sasaran tersebut dapat terwujud dengan
menggunakan metode-metode pembelajaran. Tujuan pembelajaran adalah kemampuan
(kompetensi) atau keterampilan yang diharapkan dimiliki oleh siswa setelah mereka
melakukan proses pembelajaran tertentu.
Tujuan pembelajaran dapat menentukan suatu strategi yang harus digunakan guru.
Misalnya, seorang guru Olahraga dan Kesehatan menetapkan tujuan pembelajaran agar
siswa dapat mendemontrasikan cara menendang bola dengan baik dan benar. Dalam hal
ini metode yang dapat membantu siswa-siswa mencapai tujuan adalah metode ceramah,
guru memberi instruksi, petunjuk, aba-aba dan dilaksanakan di lapangan, kemudian
metode demonstrasi, siswa-siswa mendemonstrasikan cara menendang bola dengan baik
dan benar, selanjutnya dapat digunakan metode pembagian tugas, siswa-siswa kita
tugasi, bagaimana menjadi keeper, kapten, gelandang, dan apa tugas mereka, dan
bagaimana mereka dapat bekerjasama dan menendang bola. Dalam contoh ini, terdapat
kemampuan siswa pada tingkat kognitif dan psikomotorik. Demikian juga diaplikasikan
kemampuan Afektif, tentang bagaimana kemampuan mereka dalam bekerjasama dalam
bermain bola dari metode pemberian tugas yang diberikan guru kepada setiap individu.
Dalam silabus telah dirumuskan indikator hasil belajar atau hasil yangdiperoleh siswa
setelah mereka mengikuti proses pembelajaran. Terdapat empat komponen pokok dalam
merumuskan indikator hasil belajar yaitu:
a. Penentuan subyek belajar untuk menunjukkan sasaran relajar.
b. Kemampuan atau kompetensi yang dapat diukur atau yang dapat
itampilkan melalui peformance siswa.
c. Keadaan dan situasi dimana siswa dapat mendemonstrasikan performancenya
d. Standar kualitas dan kuantitas hasil belajar.
Berdasarkan indikator dalam penentuan tujuan pembelajaran maka dapat dirumuskan
tujuan pembelajaran mengandung unsur; Audience (peserta didik), Behavior (perilaku
yang harus dimiliki), Condition (kondisi dan situasi)
2.Aktivitas dan Pengetahuan Awal Siswa
Belajar merupakan berbuat, memperoleh pengalaman tertentu sesuai dengan tujuan
yang diharapkan. Karena itu strategi pembelajaran harus dapat mendorong aktivitas
siswa. Aktivitas tidak dimaksudkan hanya terbatas pada aktifitas fisik saja akan tetapi juga
meliputi aktivitas yang bersifat psikis atau aktivitas mental.
Pada awal atau sebelum guru masuk ke kelas memberi materi pengajaran kepada siswa,
ada tugas guru yang tidak boleh dilupakan adalah untuk mengetahui pengetahuan awal
siswa. Sewaktu memberi materi pengajaran kelak guru tidak kecewa dengan hasil yang
dicapai siswa, untuk mendapat pengetahuan awal siswa guru dapat melakukan pretes
tertulis, tanya jawab di awal pelajaran. Dengan mengetahui pengetahuan awal siswa, guru
dapat menyusun strategi memilih metode pembelajaran yang tepat pada siswa-siswa.
Apa metode yang akan kita pergunakan? Sangat tergantung juga pada pengetahuan
awal siswa, guru telah mengidentifikasi pengetahuan awal. Pengetahuan awal dapat
berasal dari pokok bahasan yang akan kita ajarkan, jika siswa tidak memiliki prinsip,
konsep, dan fakta atau memiliki pengalaman, maka kemungkinan besar mereka belum
dapat dipergunakan metode yang bersifat belajar mandiri, hanya metode yang dapat
diterapkan ceramah, demonstrasi, penampilan, latihan dengan teman, sumbang saran,
pratikum, bermain peran dan lain-lain. Sebaliknya jika siswa telah memahami prinsip,
konsep, dan fakta maka guru dapat mempergunakan metode diskusi, studi mandiri, studi
kasus, dan metode insiden, sifat metode ini lebih banyak analisis, dan memecah masalah.
3. Integritas Bidang Studi/Pokok Bahasan
Mengajar merupakan usaha mengembangkan seluruh pribadi siswa. Mengajar bukan
hanya mengembangkan kemampuan kognitif saja, tetapi juga meliputi pengembangan
aspek afektif dan aspek psikomotor. Karena itu strategi pembelajaran harus dapat
mengembangkan seluruh aspek kepribadian secara terintegritas.
Pada sekolah lanjutan tingkat pertama dan sekolah menengah, program studi diatur
dalam tiga kelompok. Pertama, program pendidikan umum. Kedua, program pendidikan
akademik. Ketiga, Program Pendidikan Agama, PKn, Penjas dan Kesenian dikelompokkan
ke dalam program pendidikan umum. Program pendidikan akademik bidang studinya
berkaitan dengan keterampilan. Karena itu metode yang digunakan lebih berorientasi
pada masing-masing ranah (kognitif, afektif, dan psikomotorik) yang terdapat dalam
pokok bahasan. Umpamanya ranah psikomotorik lebih dominant dalam pokok bahasan
tersebut, maka metode demonstrasi yang dibutuhkan, siswa berkesempatan
mendemostrasikan materi secara bergiliran di dalam kelas atau di lapangan. Dengan
demikian metode yang kita pergunakan tidak terlepas dari bentuk dan muatan materi
dalam pokok bahasan yang disampaikan kepada siswa. Dalam pengelolaan pembelajaran
terdapat beberapa prinsip yang harus diketahui di antaranya:
a. Interaktif
Proses pembelajaran merupakan proses interaksi baik antara guru dan siswa, siswa
dengan siswa atau antara siswa dengan lingkungannya. Melalui proses interaksi
memungkinkan kemampuan siswa akan berkembang baik mental maupun intelektual.
b. Inspiratif
Proses pembelajaran merupakan proses yang inspiratif, yang memungkinkan siswa untuk
mencoba dan melakukan sesuatu. Biarkan siswa berbuat dan berpikir sesuai dengan
inspirasinya sndiri, sebab pengetahuan pada dasarnya bersifat subjektif yang bisa
dimaknai oleh setiap subjek belajar.
c. Menyenangkan
Proses pembelajaran merupakan proses yang menyenangkan. Proses pembelajaran
menyenangkan dapat dilakukan dengan menata ruangan yang apik dan menarik dan
pengelolaan pembelajaran yang hidup dan bervariasi, yakni dengan menggunakan pola
dan model pembelajaran, media dan sumber-sumber belajar yang relevan.
d. Menantang
Proses pembelajaran merupakan proses yang menantang siswa untuk mengembangkan
kemampuan berpikir, yakni merangsang kerja otak secara maksimal. Kemampuan itu
dapat ditumbuhkan dengan cara mengembangkan rasa ingin tahu siswa melalui kegiatan
mencobaoba, berpikir intuitif atau bereksplorasi.
e. Motivasi
Motivasi merupakan aspek yang sangat penting untuk membelajarkan siswa. Motivasi
dapat diartikan sebagai dorongan yang memungkinkan siswa untuk bertindak dan
melakukan sesuatu. Seorang guru harus dapat menunjukkan pentingnya pengalaman dan
materi belajar bagi kehidupan siswa, dengan demikian siswa akan belajar bukan hanya
sekadar untuk memperoleh nilai atau pujian akan tetapi didorong oleh keinginan untuk
memenuhi kebutuhannya. Alokasi Waktu dan Sarana Penunjang Waktu yang tersedia
dalam pemberian materi pelajaran satu jam pelajaran 45 menit, maka metode yang
dipergunakan telah dirancang sebelumnya, termasuk di dalamnya perangkat penunjang
pembelajaran, perangkat pembelajaran itu dapat dipergunakan oleh guru secara
berulang-ulang, seperti transparan, chart, video pembelajaran, film, dan sebagainya.
Metode pembelajaran disesuaikan dengan materi, seperti Bidang Studi Biologi, metode
yang akan diterapkan adalah metode praktikum, bukan berarti metode lain tidak kita
pergunakan, metode ceramah sangat perlu yang waktunya dialokasi sekian menit untuk
memberi petunjuk, aba-aba, dan arahan. Kemudian memungkinkan mempergunakan
metode diskusi, karena dari hasil praktikum siswa memerlukan diskusi kelompok untuk
memecah masalah/ problem yang mereka hadapi.
4. Jumlah Siswa
Idealnya metode yang kita terapkan di dalam kelas perlu mempertimbangkan jumlah
siswa yang hadir, rasio guru dan siswa agar proses belajar mengajar efektif, ukuran kelas
menentukan keberhasilan terutama pengelolaan kelas dan penyampaian materi.
Para ahli pendidikan berpendapat bahwa mutu pengajaran akan tercapai apabila
mengurangi besarnya kelas, sebaliknya pengelola pendidikan mengatakan bahwa kelas
yang kecil-kecil cenderung tingginya biaya pendidikan dan latihan. Kedua pendapat ini
bertentangan, manakala kita dihadapkan pada mutu, maka kita membutuhkan biaya yang
sangat besar, bila pendidikan, mempertimbangkan biaya sering mutu pendidikan
terabaikan, apalagi saat ini kondisi masyarakat Indonesia mengalami krisis ekonomi yang
berkepanjangan. Pada sekolah dasar umumnya mereka menerima siswa maksimal 40
orang, dan sekolah lanjutan maksimal 30 orang. Kebanyakan ahli pendidikan
berpendapat idealnya satu kelas pada sekolah dasar dan sekolah lanjutan 24 orang
Ukuran kelas besar dan jumlah siswa yang banyak, metode ceramah lebih efektif, akan
tetapi yang perlu kita ingat metode ceramah memiliki banyak kelemahan dibandingkan
metode lainnya, terutama dalam pengukuran keberhasilan siswa. Disamping metode
ceramah guru dapat melaksanakan Tanya jawab, dan diskusi. Kelas yang kecil dapat
diterapkan metode tutorial karena pemberian umpan balik dapat cepat dilakukan, dan
perhatian terhadap kebutuhan individual lebih dapat dipenuhi.
5. Pengalaman dan Kewibawaan Pengajar
Guru yang baik adalah guru yang berpengalaman, peribahasa mengatakan ”Pengalaman
adalah guru yang baik”, hal ini diakui di lembaga pendidikan, kriteria guru
berpengalaman, dia telah mengajar selama lebih kurang 10 tahun, maka sekarang bagi
calon kepala sekolah boleh mengajukan permohonan menjadi kepala sekolah bila telah
mengajar minimal 5 tahun. Dengan demikian guru harus memahami seluk-beluk
persekolahan.
Strata pendidikan bukan menjadi jaminan utama dalam keberhasilan belajar akan tetapi
pengalaman yang menentukan, umpamanya guru peka terhadap masalah, memecahkan
masalah, memilih metode yang tepat, merumuskan tujuan instruksional, memotivasi
siswa, mengelola siswa, mendapat umpan balik dalam proses belajar mengajar. Jabatan
guru adalah jabatan profesi, membutuhkan pengalaman yang panjang sehingga kelak
menjadi profesional, akan tetapi professional guru belum terakui seperti profesional
lainnya terutama dalam upah (payment), pengakuan (recognize). Sementara guru diminta
memiliki pengetahuan menambah pengetahuan (knowledge esspecialy dan skill)
pelayanan (service) tanggung jawab (responsbility)dan persatuan (unity) (Glend
Langford,1978).
Disamping berpengalaman, guru harus berwibawa. Kewibawaan merupakan syarat
mutlak yang bersifat abstrak bagi guru karena guru harus berhadapan dan mengelola
siswa yang berbeda latar belakang akademik dan sosial, guru merupakan sosok tokoh
yang disegani bukan ditakuti oleh anak-anak didiknya. Kewibawaan ada pada orang
dewasa, ia tumbuh berkembang mengikuti kedewasaan, ia perlu dijaga dan dirawat,
kewibawaan mudah luntur oleh perbuatan-perbuatan yang tercela pada diri sendiri
masing-masing. Jabatan guru adalah jabatan profesi terhomat, tempat orang-orang
bertanya, berkonsultasi, meminta pendapat, menjadi suri tauladan dan sebagainya, ia
mengayomi semua lapisan masyarakat.dan Degree (kualitas dan kuantítas hasil belajar)

Model Pembelajaran Inovatif


Model pembelajaran inovatif merupakan salah satu model pembelajaran yang patut
dipertimbangkan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dalam lingkungan keluarga.
Model pembelajaran inovatif ini berciri antisipasi dan partisipasi, menyeimbangkan antara
kegiatan penyadaran dengan kegiatan pemberdayaan,antara pembentukan otonomi
dengan pembentukan integrasi setiap anak.

Beberapa model pembelajaran inovatif telah dikembangkan untuk memacu siswa


berperan aktif dalam setiap pembelajaran. Siswa diharapkan mampu dan mau meberikan
pendapatnya. Model pembelajaran inovatif menuntut siswa untuk terlibat saling tukar
pikiran, berkolaborasi dan berkomunikasi untuk mencapai tujuan pembelajaran yang
diinginkan sehingga diharapkan siswa mampu mngembangkan kemampuan komunikasi
mereka.

Salah satu contoh penerapan model pembelajaran inovatif adalah dengan cara membuat
cerita digital dalam kegiatan belajar mengajar sehingga dapat memberi kesempatan
kepada siswa untuk mendapatkan ketrampilan , kreativitas dan daya cipta, kecerdasan
ganda, pemikiran tingkat tinggi, literasi informasi, literasi visual, literasi suara, literasi
teknologi, berkomunikasi efektif, bekerja dalam tim dan berkolaborasi serta memperkuat
pemahaman.

Berbagai skenario kegiatan dapat kita rancang untuk membawa penceritaan digital ini ke
dalam kurikulum dan kegiatan belajar mengajar. Penceritaan digital ini juga tidak sekedar
cocok untuk pelajaran seni rupa atau bahasa saja. Namun dapat diintegrasikan dala mata
pelajaran umum ataupun tematis. Guru dapat mengajak siswa membuat presentasi
multimedia yang menjelaskan tentang kondisi ekonomi di lingkungan sekitarnya atau
bisa juga meminta siswa untuk membuat cerita bergambar tentang apa yang mereka
ketahui tentang pemanasan global, atau bahakan membuat video iklan layanan
masyarakat untuk menjaga kebersihan lingkungan.
Model pembelajaran inovatif. Pembelajaran inovatif. Inovasi pembelajaran. Model model
pembelajaran inovatif. Metode pembelajaran inovatif. Pengertian inovatif. Contoh model
pembelajaran.
Makalah model model pembelajaran. Inovatif. Inovatif adalah. Pengertian pembelajaran
inovatif. Pengertian inovasi pembelajaran. Pengertian model pembelajaran inovatif.
Contoh pembelajaran inovatif.
Contoh inovasi pembelajaran. Pembelajaran inovatif adalah. Artikel model pembelajaran.
Contoh inovasi. Model pembelajaran terkini. Makalah inovasi pembelajaran. Metode
pembelajaran yang inovatif.
Makalah model pembelajaran inovatif. Artikel pembelajaran inovatif. Model pembelajaran
seni budaya. Belajar inovatif. Inovasi belajar. Makalah pembelajaran inovatif. Definisi
inovatif.
Metode pembelajaran seni budaya. Contoh inovatif. Model pembelajaran yang inovatif.
Contoh model model pembelajaran. Contoh model pembelajaran inovatif. Model
pembelajaran seni rupa. Definisi inovasi.
Inovasi model pembelajaran. Macam model pembelajaran inovatif. Model pembelajaran
inovatif adalah. Pengertian teknik pembelajaran. Pembelajaran inovasi. Pembelajaran
yang inovatif. Artikel inovasi pembelajaran.
Definisi model. Pengertian inovasi. Inovasi pengertian. Pengertian belajar terbaru. Metode
inovatif. Pengertian inovatif menurut para ahli. Model model pembelajaran seni budaya.
Makalah metode pembelajaran inovatif. Pengertian inovatif adalah. Teknik belajar
inovatif. Metode belajar inovatif. Karya handmade global tv. Model pembelajaran inovatif
seni budaya. Contoh makalah model model pembelajaran.
Makalah macam macam model pembelajaran. Model model pembelajaran yang inovatif.
Contoh metode pembelajaran inovatif. Inovatif pembelajaran. Definisi model
pembelajaran inovatif. Contoh pembelajaran yang inovatif. Inovasi metode pembelajaran.
Contoh makalah model pembelajaran. Pendekatan pembelajaran inovatif. Metode
metode pembelajaran inovatif. Pentingnya metode pembelajaran inovatif. Pengajaran
inovatif. Pengertian metode pembelajaran inovatif. Artikel metode pembelajaran inovatif.
Handmade global tv. Metode inovatif pembelajaran. Manfaat pembelajaran inovatif.
Definisi belajar terbaru. Contoh contoh model pembelajaran. Model pembelajaran
inovasi. Pengertian metode inovatif.
Model pembelajaran inofatif. Model inovasi pembelajaran. Makalah model model
pembelajaran inovatif. Contoh makalah pembelajaran inovatif. Artikel model
pembelajaran inovatif. Inovasi mengajar. Definisi pembelajaran inovatif.
Teknik pembelajaran inovatif. Belajar dan pembelajaran seni rupa. Definisi inovatif
menurut para ahli. Tujuan pembelajaran inovatif. Contoh inovasi dalam pembelajaran.
Metode pembelajaran inovasi. Cara membuat model pembelajaran.
Makalah inovasi pembelajaran baru. Contoh inovasi dalam pendidikan. Model model
belajar inovatif. Penerapan model pembelajaran inovatif. Contoh contoh inovasi.
Pengertian pola pembelajaran. Manfaat model pembelajaran.

MODEL- MODEL PEMBELAJARAN

Pendahuluan
Dalam dunia pendidikan belajar dan pembelajaran tidak hanya terjadi disekolah
saja, tetapi di tiga pusat yang lazim dikenal dengan tri pusat pendidikan. Tripusat
pendidikan adalah tempat di mana anak mendapatkan pengajaran baik
secaralangsung maupun tidak langsung dalam kehidupan keluarga (informal),
sekolah(fomal) maupun masyarakat (non formal). Seseorang dikatakan belajar jika
dalamdirinya terjadi aktifitas yang mengakibatkan perubahan tingkah laku dan
dapatdiamati relatif lama.Dalam proses belajar, setiap siswa harus diupayakan
untuk terlibat secara aktifguna mencapai tujuan pembelajaran. Hal ini memerlukan
bantuan dari guru untukmemotivasi dan mendorong agar siswa dalam proses
belajar terlibat secara totalitas.Guru harus menguasai baik materi maupun strategi
dalam pembelajaran.Slameto (2003: 92-94) menyatakan bahwa guru dalam
mengajar harus efektifbaik untuk dirinya maupun untuk pebelajar. Untuk
melaksanakan pembelajaran yangefektif diperlukan syarat-syarat sebagai berikut:
1. Belajar secara aktif, baik mental maupun fisik.
2. Guru harus mempergunakan banyak metode pada waktu mengajar
3. Motivasi.
4. Kurikulum yang baik dan seimbang
5. Guru perlu mempertimbangkan perbedaan individual.
6. Guru akan mengajar efektif bila selalu membuat perencanaan sebelummengajar.
7. Pengaruh guru yang sugestif perlu diberikan pula kepada siswa.
8. Seorang guru harus memiliki keberanian menghadapi siswa-siswanya.
9. Guru harus mampu menciptakan suasana demokratis di sekolah.
10. Guru perlu memberikan masalah-masalah yang merangsang untuk berfikir
11. Semua pelajaran yang diberikan pada siswa perlu diintegrasikan.
12. Pelajaran di sekolah perlu dihubungkan dengan kehidupan yang nyata dimasyarakat.
13. Dalam interaksi belajar mengajar, guru harus banyak memberi kebebasan pada siswa.
14. Pengajaran remidial
Berdasarkan hal di atas dapat disimpulkan bahwa yang penting dalam prosesbelajar
mengajar, guru sebagai pengajar tidak mendominasi kegiatan, tetapimenciptakan
atmosfer belajar siswa serta memberikan motivasi dan bimbingan agarsiswa
mengembangkan potensi dan kreatifitasnya masing-masing. Perilaku guru
akanberkorelasi positif dengan prestasi siswa jika mampu mengalokasikan
danmenggunakan waktu dalam belajar.
Model-model Pembelajaran
Untuk membelajarkan siswa sesuai dengan cara-gaya belajar mereka
sehinggatujuan pembelajaran dapat dicapai dengan optimal ada berbagai model
pembelajaran.Dalam prakteknya, guru harus ingat bahwa tidak ada model
pembelajaran yang palingtepat untuk segala situasi dan kondisi. Oleh karena itu,
dalam memilih model pembelajaran yang tepat haruslah memperhatikan kondisi
siswa, sifat materi bahanajar, fasilitas-media yang tersedia, dan kondisi guru itu
sendiri. Berikut ini disajikan beberapa model pembelajaran, untuk dipilih dan
dijadikan alternatif sehingga cocok untuk situasi dan kondisi yang dihadapi
1. Kooperatif (Cooperative Learning).
Pembelajaran koperatif sesuai dengan fitrah manusia sebagai makhluq social yang
penuh ketergantungan dengan otrang lain, mempunyai tujuan dan tanggung jawab
bersama, pembegian tugas, dan rasa senasib. Dengan memanfaatkan kenyatan itu,
belajar berkelompok secara koperatif, siswa dilatih dan dibiasakan untuk saling
berbagi (sharing) pengetahuan, pengalaman, tugas, tanggung jawab. Saling
membantu dan berlatih beinteraksi-komunikasi-sosialisasi karena kooperatif adalah
miniature dari hidup bermasyarakat, dan belajar menyadari kekurangan dan
kelebihan masingmasing. Jadi model pembelajaran kooperatif adalah kegiatan
pembelajaran dengan cara berkelompok untuk bekerja sama saling membantu
mengkontruksu konsep, menyelesaikan persoalan, atau inkuiri. Menurut teori dan
pengalaman agar kelompok kohesif (kompak-partisipatif), tiap anggota kelompok
terdiri dari 4 – 5 orang, siawa heterogen (kemampuan, gender, karekter), ada
control dan fasilitasi, dan meminta tanggung jawab hasil kelompok berupa laporan
atau presentasi.
Sintaks pembelajaran koperatif adalah informasi, pengarahan-strategi, membentuk
kelompok heterogen, kerja kelompok, presentasi hasil kelompok, dan pelaporan
2. Pembelajaran Kontektual (Contextual Teaching and Learning)
Pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang dimulai dengan sajian atau
tanya jawab lisan (ramah, terbuka, negosiasi) yang terkait dengan dunia nyata
kehidupan siswa (daily life modeling), sehingga akan terasa manfaat dari materi
yang akan disajkan, motivasi belajar muncul, dunia pikiran siswa menjadi konkret,
dan suasana menjadi kondusif – nyaman dan menyenangkan. Pensip pembelajaran
kontekstual adalah aktivitas siswa, siswa melakukan dan mengalami, tidak hanya
menonton dan mencatat, dan pengembangan kemampuan sosialisasi.
Ada tujuh indikator pembelajaran kontekstual sehingga bisa dibedakan dengan
model lainnya, yaitu modeling (pemusatan perhatian, motivasi, penyampaian
kompetensi-tujuan, pengarahan-petunjuk, rambu-rambu, contoh), questioning
(eksplorasi, membimbing, menuntun, mengarahkan, mengembangkan, evaluasi,
inkuiri, generalisasi), learning community (seluruh siswa partisipatif dalam belajar
kelompok atau individual, minds-on, hands-on, mencoba, mengerjakan), inquiry
(identifikasi, investigasi, hipotesis, konjektur, generalisasi, menemukan),
constructivism (membangun pemahaman sendiri, mengkonstruksi konsep-aturan,
analisis-sintesis), reflection (reviu, rangkuman, tindak lanjut), authentic assessment
(penilaian selama proses dan sesudah pembelajaran, penilaian terhadap setiap
aktvitas-usaha siswa, penilaian portofolio, penilaian seobjektif-objektifnya dari
berbagai aspek dengan berbagai cara).
3. Pembelajaran Berbasis Masalah
Untuk dapat meningkatkan kualitas dalam pembelajaran para ahli pembelajaran
menyarankan penggunaan paradigma pembelajaran konstruktifistik dalam
kegiatan belajar mengajar. Dengan adanya perubahan paradigma belajar tersebut
terjadi perubahan fokus pembelajaran dari berpusat pada guru kepada belajar
berpusat pada siswa. Pembelajaran dengan lebih memberikan nuansa yang
harmonis antara guru dan siswa dengan memberi kesempatan seluas-luasnya
kepada siswa untuk berperan aktif dan mengkonstruksi konsep-konsep yang
dipelajarinya. Pembelajaran yang berpusat pada siswa mempunyai tujuan agar
siswa memiliki motivasi tinggi dan kemampuan belajar mandiri serta
bertanggungjawab untuk selalu memperkaya dan mengembangkan ilmu
pengetahuan, keterampilan dan sikap. Ada beberapa pembelajaran yang berpusat
pada siswa yaitu salah satunya dalah pembelajaran berbasis masalah. Pembelajaran
berbasis masalah merupakan salah satu metode dalam pembelajaran yang
menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan
mengintegrasikan pengetahuan baru. Dalam usaha memecahkan masalah tersebut
mahasiswa akan mendapatkan pengetahuan dan ketrampilan yang dibutuhkan atas
masalah tersebut. Punaji Setyosari (2006: 1) menyatakan bahwa pembelajaran
berbasis masalah adalah suatu metode atau cara pembelajaran yang ditandai oleh
adanya masalah nyata, a real-world problems sebagai konteks bagi mahasiswa
untuk belajar kritis dan ketrampilan memecahkan masalah dan memperoleh
pengetahuan. Gardner (2007) menyatakan bahwa pembelajaran berbasis masalah
merupakan alternatif model pembelajaran yang menarik dalam pembelajaran ruang
kelas yang tradisional. Dengan model pembelajaran berbasis masalah, dosen
menyajikan kepada mahasiswa sebuah masalah, bukan kuliah atau tugas. Sehingga
mahasiswa menjadi lebih aktif belajar untuk menemukan dan menyelesaikan
masalah. Pembelajaran berbasis masalah mempunyai tujuan untuk
mengembangkan dan menerapkan kecakapan yang penting yaitu pemecahan
masalah berdasarkan keterampilan belajar sendiri atau kerjasama kelompok dam
memperoleh pengetahuna yang luas. Dosen mempunyai peran untuk memberikan
inspirasi agar potensi dan kemampuan mahasiswa dimaksimalkan. Pembelajaran
berbasis masalah memiliki karakteristik sebagai berikut:
a.Belajar diawali dengan masalah
b.Masalah yang diberikan berhubungan dengan dunia nyata siswa
c.Mengorganisasikan pelajaran seputar masalah
d.Mahasisawa diberikan tanggungjawab yang besar untuk melakukan
proses belajar secara mandiri
e.Menggunakan kelompok kecil
f.Mahasiswa dituntut untuk mendemonstrasikan apa yang telah dipelajari dalam
bentuk kinerja (I wayan Dasna dan Sutrisno, 2007)
Dari uraian di atas jelas bahwa dalam pembelajaran berbasis masalah dimulai
dengan adanya permasalahan. Masalah yang dijadikan pembelajaran dapat muncul
dari mahasiswa atau dosen. Sehingga mahasiswa dapat memilih masalah yang
dianggap menarik untuk dijadikan pembelajaran.
4. TGT (Teams Games Tournament)
Penerapan model ini dengan cara mengelompokkan siswa heterogen, tugas tiap
kelompok bisa sama bis aberbeda. SDetelah memperoleh tugas, setiap kelompok
bekerja sama dalam bentuk kerja individual dan diskusi. Usahakan dinamikia
kelompok kohesif dan kompak serta tumbuh rasa kompetisi antar kelompok,
suasana diskuisi nyaman dan menyenangkan sepeti dalam kondisi permainan
(games) yaitu dengan cara guru bersikap terbuka, ramah , lembut, santun, dan ada
sajian bodoran. Setelah selesai kerja kelompok sajikan hasil kelompok sehuingga
terjadi diskusi kelas.Jika waktunya memungkinkan TGT bisa dilaksanakan dalam
beberapa pertemuan, atau dalam rangak mengisi waktu sesudah UAS menjelang
pembagian raport.

Anda mungkin juga menyukai