Anda di halaman 1dari 59

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Kehamilan (ANC)

1. Definisi

a. Kehamilan adalah masa mulai dari hasil konsepsi sampai lahirnya

bayi lamanya 280 hari (40 minggu) atau 9 bulan 7 hari dihitung dari

hari pertama haid terakhir.

(Abdul Bari, Saifudin, 2002: 90).

b. Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin.

Lamanya 280 hari (40 minggu atau 9 hari 10 hari) dihitung dari haid

pertama haid terakhir

(Prawirohadjo, 2006: 213).

2. Klasifikasi

Menurut usia kehamilan dibagi menjadi :

a. Kehamilan per trimester :

1) Trimester pertama : 0 – 14 Minggu

2) Trimester kedua : 14 – 28 Minggu

3) Trimester ketiga : 28 – 42 Minggu

b. Menurut lama kehamilan

1) Kehamilan matur : 40 Minggu

2) Kehamilan prematur : 28 – 36 Minggu

3) Kehamilan post matur : > 42 Minggu


3. Perubahan fisiologis ibu hamil

a. Uterus

Uterus terus bertambah besar disebabkan hipotermia dari otot – otot

rahim, berat uterus naik secara luar biasa dari 30 gram menjadi 1000

gram. Peredaran darah rahim bertambah sesuai dengan bertambah

besarnya rahim terjadi perlunakan serviks karena pembuluh darah

dalam serviks bertambah.

b. Vagina

Pembuluh darah dinding vagina bertambah, hingga warna selaput

lendirnya membiru (tanda chatwick). Reaksi asam PH 3,5 – 6,0

mempunyai sifat bakterisida.

c. Ovarium

Ovulasi terhenti, masih terdapat korpus luteum graviditis sampai

terbentuknya uri yang mengambil alih pengeluaran estrogen dan

progesteron.

d. Dinding perut

Pembesaran rahim menimbulkan peregangan dan menyebabkan

robekan serabut elastis dibawah kulit, sehingga timbul striae

gravidarum. Bila terjadi peregangan yang hebat misalnya pada

hidramnion dan kehamilan ganda dapat terjadi diastasis rekti bahkan

hernia. Kulit perut pada linea alba bertambah pigmentasinya dan

disebut linea nigra.

e. Kulit
Pada daerah kulit tertentu terjadi hiperpigmentasi, muka, Cloasma

Gravidarum, payudara, puting susu dan areola mamae, perut, linea

nigra.

f. Payudara

Membesar menyebabkan hipertrofi, sering menyebabkan

hipersensitivitas pada mamae. dibawah kulit payudara sering tampak

gambaran – gambaran dari vena yang meluas. putting susu biasanya

membesar dan lebih tua warnanya dan sering kali mengeluarkan

kolostrum.

g. Sistem Pernapasan

Kadang – kadang mengeluh sesak napas dan pendek napas. Hal ini

disebabkan oleh usus yang tertekan kebawah diafragama akibat

pembesaran rahim. Kapasitas paru meningkat sedikit selama

kehamilan seorang wanita selalu bernapas lebih dalam.

h. Saluran penceranaan

Salivasi meningkat pada trimester I, mengeluh mual dan muntah.

Tonus otot – otot saluran pencernaan melemah sehingga motilitas

dan makan akan berada lebih lama dalam saluran makanan.

i. Tulang dan gigi

Persendian panggul akan terasa lebih longgar, karena ligamen –

ligamen melunak juga terjadi sedikit pelebaran pada ruang

persendian. Apabila pemberian makanan tidak dapat memenuhi

kebutuhan kalsium janin, kalsium maternal akan berkurang untuk


memenuhi kebutuhan ini. Bila konsumsi cukup, gigi tidak akan

kekurangan kalsium. Apa yang disebut gingivitis kehamilan adalah

gangguan yang disebabkan oleh faktor lain, misalnya higiene yang

buruk di sekitar mulut.

j. Darah

Volume darah akan bertambah, baik plasma maupun eritrositnya,

tetapi penambahan volume plasma disebabkan oleh hidremia lebih

menonjol hingga biasanya kadar Hb menurun. Batas normal Hb 10

gr%, eritrosit 3,5 juta/mm3, leukosit 8000 – 10.000mm3.

k. Metabolisme

Berat badan wanita hamil akan naik sekitar 6,5 – 16,5 kg. Kebutuhan

kalori meningkat selama kehamilan dan laktasi.

(Sarwono Prawirohardjo, 2009 : 175 - 186).

4. Ketidaknyamanan Pada Hamil Trimester III

a. Sakit Punggung

Karena meningkatnya beban berat yang dibawah dalam rahim,

punggung ibu bisa menjadi sakit.

Penatalaksanaan :

1) Pakailah sepatu yang bertumit rendah

2) Hindari mengangkat benda yang berat

3) Gunakanlah kasur yang nyaman

4) Berdiri dan berjalanlah dengan punggung dan bahu yang tegak


5) Jangan terlalu sering membungkuk, mintalah pertolongan orang

lain untuk melakukan pekerjaan rumah.

b. Sering Buang Air Kecil (BAK )

Karena adanya pembesaran rahim dan kepala bayi yang turun ke

rongga panggul membuat tekanan pada kandung kencing. Ibu hamil

jadinya ingin buang air kecil terus – menerus.

Penatalaksanaan :

1) Kosongkan kandung kemih sebelum tidur

2) Jangan mengurangi kebutuhan air minum yaitu 8 gelas sehari

dan perbanyak di siang hari.

3) Lakukan senam kegel paling tidak lima kali sehari.

c. Konstipasi (Sulit buang air besar)

Karena adanya tekanan rahim yang membesar ke daerah usus

membuat ibu mengalami konstipasi.

d. Varises

Peningkatan volume darah dan alirannya selama kehamilan serta

adanya perubahan elatisitas pembuluh darah menyebabkan dinding

vena menonjol. Di akhir kehamilan, kepala bayi juga akan menekan

vena daerah panggul.

Penatalaksanaan :

1) Jika sedang beristrahat atau berbaring, angkatlah kaki ke atas.


2) Hindari berdiri atau duduk dalam waktu yang lama. Jika

diharuskan duduk lama, kadang – kadang berdirilah dan

berjalanlah sebentar.

3) Olahraga secara rutin, berjalan dan berenang sangat baik untuk

memperlancar peredaran darah.

4) Hindari pakaian terlalu ketat seperti stoking setinggi lutut atau

legging karena pakaian ketat bisa menurunkan sirkulasi darah.

5) Pada saat duduk, jangan menyilangkan kaki karena bisa

menurunkan sirkulasi darah.

e. Kram pada kaki

Perubahan sirkulasi darah, tekanan darah pada saraf di kaki atau

karena rendahnya kalsium bisa menyebabkan kram otot.

Penatalaksanaan:

1) Atasi kram dengan menaikkan kaki ke atas serta banyak –

banyaklah mengkonsumsi kalsium.

2) Jika kram menyerang pada saat duduk atau tidur, cobalah gerak –

gerakkan jari – jari kaki ke atas.

3) Siram air hangat atau menggunakan botol berisi air panas/handuk

hangat pada otot yang kram.

f. Bengkak

Adanya perubahan hormonal yang menyebabkan retensi cairan dan

menyebabkan bengkak pada kaki ibu hamil.

Penatalaksanaan :
1) Kurangi asupan makanan yang mengandung garam

2) Hindari duduk dengan kaki bersilang. Gunakanlah bangku kecil

untuk menopang kaki ketika sedang duduk. Memutar pergelangan

kaki juga perlu dilakukan.

3) Ibu hamil pun perlu memperhatikan gejala – gejala yang sering di

alami seperti bengkak pada kelopak mata, wajah dan jari yang

disertai tekanan darah tinggi, sakit kepala, pandangan kabur, atau

titik - titik pada pandangan mata. Jika gejala – gejala tersebut

muncul, segerala berkonsultasi dengan dokter karena merupakan

tanda penyakit yang disebut pre eklamsia.

g. Sesak Napas

Di usia kehamilan 33 – 36 minggu, banyak ibu hamil merasa susah

bernapas.

Penatalaksanaan :

1) Cobalah untuk mengikuti senam hamil demi latihan pernapasan

2) Pegang kedua tangan di atas kepala, hal ini bisa memberikan anda

ruang bernapas yang lebih lega.

h. Masalah tidur

Bayi yang sering menendang bisa membuat si ibu susah untuk tidur

nyenyak pada malam hari.

Penatalaksanaan :
1) Ubahlah suhu dan suasana kamar menjadi lebih sejuk dengan cara

mengurangi sinar yang masuk maupun mengurangi kegaduhan

yang membuat ibu hamil terjaga.

2) Sebaiknya tidur miring ke kiri atau ke kanan, beri ganjalan pada

kaki dengan menggunakan bantal.

3) Mandilah dengan air hangat sebelum tidur, hal ini dapat

membantu menjadi lebih santai dan ngantuk.

i. Mudah lelah

Perubahan emosi maupun fisik pada kehamilan menyebabkan ibu

cepat merasa lelah.

Penatalaksanaan :

1) Cari waktu untuk beristrahat sedapat mungkin

2) Jika merasa lelah pada siang hari, tidurlah. Atau duduk dan

naikkan kaki anda ke bantal.

3) Hindari tugas dan tanggung jawab ekstra selama hamil.

4) Cukuplah mengkonsumsi kalori, zat besi dan asam folat.

j. Kontraksi perut

Trimester ini ibu hamil juga terkadang mengalami braxton Hicks

kontraksi atau kontraksi palsu. Kontraksi ini berupa rasa sakit yang

ringan dan tidak teratur.

Penatalaksanaan :

1) Kontraksi akan hilang jika duduk atau beristrahat.


2) Hubungi dokter atau petugas kesehatan terdekat jika kontraksi

terjadi lebih sering.

B. Konsep Persalinan (INC)

1. Definisi

a. Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan jalan

turun ke dalam jalan lahir

(Abdul Bahri Saifudin, 2002:100).

b. Persalinan adalah proses dimana bayi, placenta dan selaput ketuban

keluar dari rahim

(APN, 2006:37).

c. Persalinan adalah proses pengeluaran hasil kontrasepsi (janin dan

plasenta ) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar

kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain dengan

bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri)

(Salemba Medika, 2010 : 4).

d. Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang

dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar

(Sarwono, 2002:334).

2. Jenis – jenis Persalinan


a. Menurut Cara :

1) Persalinan Spontan

Persalinan yang berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri dan

melalui jalan lahir.

2) Persalinan Buatan

Persalinan yang dibantu oleh tenaga kesehatan dari luar misalnya

ektraksi dengan forcep atau dilakukan operasi sesaria.

3) Persalinan Anjuran

Persalinan yang tidak mulai dengan sendirinya tetapi baru

berlangsung setelah pemecahan ketuban, pemberian pitocyn atau

prostaglandin.

b. Menurut umur kehamilan dan BB bayi

a) Abortus

Pengeluaran buah kehamilan sebelum 22 minggu atau bayi BB

< 500 gram.

b) Partus Prematurus

Pengeluaran buah kehamilan antara 28 – 37 minggu atau bayi

dengan BB antara 1000 – 2499 gram

c) Partus Maturus atau Partus Aterm

Pengeluaran buah kehamilan antara 37 – 42 minggu atau bayi

dengan BB antara 2500 gram atau lebih.


d) Partus Post Maturus atau Partus Serotinus

Pengeluaran buah kehamilan setelah kehamilan 42 minggu.

(Rustam Mochtar, 2002 : 99).

3. Mekanisme Persalinan

Proses persalinan terdiri dari 4 kala, yaitu :

a. Kala 1 (kala pembukaan sampai 10 cm)

Partus dimulai jika timbul his dan wanita tersebut mengeluarkan

lendir bercampur darah. Lendir yang bercampur darah ini berasal

dari lendir kanalis servikalis karena serviks membuka/mendatar.

Sedangkan darahnya berasal dari pembuluh. Pembuluh kapiler yang

berada disekitar kanalis sevikalis itu pecah karena pergeseran –

pergeseran karena serviks membuka. Proses membukanya serviks

sebagai akibat his dibagi dalam 2 fase :

1) Fase laten : Berlangsung selama 8 jam. Pembukaan terjadi sangat

lambat sampai mencapai ukuran diameter 3 cm

2) Fase aktif

a) Fase akselaris : dalam waktu 2 jam, pembukaan 3 cm,

mencapai 4 cm.

b) Fase dilatasi maksimal : dalam waktu 2 jam pembukaan

berlangsung sangat cepat dari 4 menjadi pembukaan 9 cm.


c) Fase deselarasi pembukaan menjadi lambat sekali. Dalam

waktu 2 jam pembukaan dari 9 menjadi pembukaan lengkap.

b. Kala II (Pengeluaran)

Pada kala II his menjadi lebih kuat dan lebih cepat, kira – kira 2 – 3

menit sekali karena biasanya, dalam hal ini kepala janin sudah

masuk diruang panggul, maka pada his dirasakan tekanan pada otot –

otot dasar panggul, yang secara refleks toris menimbulkan rasa

mengedan.Wanita merasakan pula tekanan pada rectum dan hendak

BAB. Perineum menonjol dan melebar dengan anus membuka.

Labia mulai membuka dan tidak lama kemudian kepala janin tampak

dalam vulva pada waktu his. Jika dasar panggul sudah lebih

berelaksasi kepala janin tidak masuk lagi diluar his dan dengan his

dan kekuatan mengedan maksimal kepala janin dilahirkan dengan

sub – oksiput di bawah symfisis dan dahi. Muka dan dagu melawan

perineum. Setelah istirahat sebentar his mulai lagi untuk

mengeluarkan badan dan anggota bayi. Pada primigravida kala II

berlangsung ± 1,5 jam pada multigravida ± 0,5 jam.

c. Kala III (Kala uri, plasenta terlepas dari dinding utreus dan

dilahirkan)

Setelah bayi lahir, uterus teraba keras dengan fundus uteri agak ke

atas pusat. Beberapa menit kemudian uterus berkontraksi lagi untuk

melepaskan plasenta dari dindingnya. Biasanya plasenta lepas dalam

6 sampai 15 menit setelah bayi lahir dan keluar spontan atau dengan
tekanan pada fundus uteri. Pengeluaran plasenta disertai dengan

pengeluaran darah.

d. Kala IV (Mulai dari Lahirnya plasenta dan lamanya 1 jam)

Dua jam pertama setela persalinan merupakan saat yang paling kritis

bagi pasien dan bayinya

(Salemba Medika ,2010:177)

4. Penatalaksanaan Fisiologi Kala II Persalinan

Gambar 2.1. penatalaksanaan Kala II Persalinan


a. Mulai mengedan

sudah di dapatkan tanda pasti kala dua tunggu ibu sampai merasakan

ada dorongan spontan untuk meneran. Meneruskan pemantauan ibu

dan bayi.

b. Memantau selama pelaksanaan kala dua persalinan

Melanjutkan penilaian kondisi ibu dan janin serta kemajuan

persalinan selama kala dua persalinan secara berkala. Memeriksa dan

mencatat nadi ibu setiap 30 menit, frekuensi dan lama kontraksi

selama 30 menit, denyut jantung janin setiap selesai meneran,

penurunan kepala melalui pemeriksaan abdomen, warna cairan

ketuban, apakah ada presentasi majemuk, putaran paksi luar, adanya

kehamilan kembar dan semua pemeriksaan dan intervensi yang

dilakukan pada catatan persalinan.

c. Posisi ibu saat meneran

Membantu ibu untuk memperoleh posisi yang paling nyaman

baginya. Ibu dapat berganti posisi secara teratur selama kala dua

persalinan karena hal ini sering kali mempercepat kemajuan

persalinan.
Gambar 2.2. Posisi duduk atau setengah duduk

Gambar 2.3. Posisi jongkok atau berdiri

Gambar 2.4.Posisi merangkak atau berbaring miring ke

kiri

d. Melahirkan kepala

Bimbing ibu untuk meneran. Saat kepala janin terlihat pada vulva 5

– 6 cm, memasang handuk bersih untuk mengeringkan janin pada

perut ibu. Saat sub occiput tampak dibawah simfisis, tangan kanan

melindungi perineum dengan dialas lipatan kain dibawah bokong

ibu, sementara tangan kiri ibu menahan puncak kepala agar tidak
terjadi defleksi yang terlalu cepat pada saat kepala lahir,

mengusapkan kasa/kain untuk membersihkan muka janin dari lendir

darah.

Gambar 2.5. Melahirkan kepala.

e. Memeriksa tali pusat

Setelah kepala bayi lahir, minta ibu untuk berhenti meneran dan

bernapas cepat. Raba leher bayi, apakah ada lilitan tali pusat, jika

ada lilitan longgar lepaskan melalui kepala bayi.

Gambar 2.6. Memeriksa tali pusat.


f. Melahirkan bahu

Setelah menyeka mulut dan hidung bayi hingga bersih dan

memeriksa tali pusat, tunggu hingga terjadi kontraksi berikutnya dan

awasi rotasi spontan kepala bayi. Setelah rotasi eksternal, letakan

satu tangan pada setiap sisi kepala bayi dan beritahukan pada ibu

untuk meneran pada kontraksi berikutnya. Lakukan tarikan perlahan

kearah bawah dan luar secara lembut (ke arah tulang punggung ibu

hingga bahu bawah tampak kebawah arkus pubis). Angkat kepala

bayi kearah atas dan luar (mengarah ke langit – langit) untuk

melahirkan bahu posterior bayi.

Gambar 2.7. Melahirkan bahu

g. Melahirkan sisa tubuh bayi

Setelah bahu bayi lahir, tangan kanan menyangga kepala, leher dan

bahu janin bagian posterior dengan ibu jari pada leher (bagian bawah

kepala) dan keempat jari pada bahu dan dada/punggung janin,

sementara tangan kiri memegang lengan dan bahu janin bagian

anterior saat badan dan lengan lahir.


Setelah badan dan lengan lahir, tangan kiri menyusuri punggung ke

daerah bokong dan tungkai bawah janin untuk memegang tungkai

bawah (selipkan jari telunjuk tangan kiri diantara kedua lutut janin).

Setelah seluruh badan lahir pegang bayi bertumpuh pada lengan

kanan sedemikian rupa sehingga bayi menghadap kearah penolong.

Nilai bayi, kemudian letakan bayi diatas perut ibu dengan posisi

kepala lebih rendah dari badan (bila tali pusat terlalu pendek, letakan

bayi di tempat yang memungkinkan).

Gambar 2.8. Melahirkan tubuh bayi

h. Memotong tali pusat

Segera mengeringkan bayi, membungkus kepala dan badan bayi

kecuali tali pusat. Menjepit tali pusat menggunakan klem kira – kira

3 cm dari umbilikus bayi. Melakukan urutan pada tali pusat kearah

ibu dan memasang klem kedua 2 cm dari klem pertama. Memegang


tali pusat diantara kedua klem menggunakan tangan kiri, dan

perlindungan jari tangan kiri, memotong tali pusat diantara dua klem.

Gambar 2.9.Memotong tali pusat.

5. Partograf

Partograf adalah alat bantu yang digunakan selama fase aktif persalinan.

Tujuan dari penggunaan partograf adalah untuk :

a. Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai

pembukaan serviks melalui pembukaan dalam.

b. Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan normal. Dengan

demikian juga dapat melakukan deteksi secara dini setiap

kemungkinan terjadinya partus lama.

Pencatatan pada partograf yaitu :

1) Informasi tentang ibu

Lengkapi bagian awal (atas) partograf secara teliti pada saat

memulai asuhan persalinan. Waktu kedatangan (tertulis sebagai


”jam” pada partograf) dan perhatikan kemungkinan ibu datang

dalam fase laten persalinan. Catat waktu pecahnya ketuban.

2) Kesehatan dan kenyamanan janin.

a) Denyut jantung janin

Nilai dan catat denyut jantung janin (DJJ) Setiap 30 menit dan

lebih sering jika ada tanda – tanda gawat janin.

b) Warna dan adanya air ketuban

Nilai air ketuban setiap kali dilakukan pemeriksaan dalam

yaitu :

U : Ketuban utuh

J : Ketuban sudah pecah dan jernih

M : Air ketuban bercampur mekonium

D : Air ketuban bercampur darah

K : Tidak ada cairan ketuban/kering

Mekonium dalam cairan ketuban tidak selalu menunjukan

adanya gawat janin. Jika terdapat mekonium, pantau denyut

jantung janin secara seksama untuk mengenali tanda-tanda

gawat janin yaitu jika denyut jantung janin < 100 atau > 180

kali/ menit.

c) Molase (Penyusupan kepala janin)

Penyusupan adalah indikator penting tentang seberapa jauh

kepala bayi dapat menyesuaikan diri dengan bagian keras


panggul ibu. Setiap kali melakukan pemeriksaan dalam nilai

dan catat menggunakan lambang – lambang :

0 : Sutura dengan mudah dapat di palpasi

1 : Tulang kepala janin saling bersentuhan

2 : Tulang kepala janin saling tumpang tindih masih dapat

dipisahkan

3 : Tulang kepala janin saling tumpang tindih dan tidak dapat

dipisah.

3) Kemajuan Persalinan

a) Pembukaan serviks

Dinilai setiap 4 jam (lebih sering jika tanda – tanda penyulit)

catat dengan tanda silang (X) saat ibu berada dalam fase aktif.

b) Penurunan bagian terbawah atau presentasi janin

Mengacu pada bagian kepala (dibagi menjadi 5 bagian) yang

teraba (pada pemeriksaan abdomen atau luar) diatas symfisis

pubis, catat dengan tanda lingkaran( O ) pada setiap

pemeriksaan dalam.

c) Garis waspada dan garis bertindak

Jika pembukaan serviks berada di sebelah kanan garis

bertindak, maka tindakan untuk menyelesaikan persalinan

yang harus dilakukan.

d) Jam dan waktu


Menyatakan waktu mulainya fase aktif persalinan dan waktu

aktual saat pemeriksaan dalam.

e) Kontaksi Uterus

Catat frekuensi dan lamanya kontraksi uterus selama 30 menit

dalam fase aktif persalinan, lakukan palpasi untuk menghitung

banyaknya kontraksi dalam 10 menit dan lamanya kontraksi

dalam hitungan detik.

: < 20 detik

: > 20 – 40 detik

: > 40 detik

f) Oksitosin

Jika memakai oksitosin, catatlah banyaknya oksitosin per

volume cairan infus dalam tetesan menit.

g) Obat yang diberikan

Catat semua obat lain yang diberikan

h) Nadi

Catat setiap 30 menit dan tandai dengan sebuah tanda titik

besar (•)

i) Tekanan darah

( )

j) Suhu badan dicatat setiap 2 jam.


k) Protein, aseton, dan volume urine dicatat setiap kali ibu

berkemih Jika temuan-temuan berada dibawah garis waspada,

petugas kesehatan harus melakukan penilaian terhadap kondisi

ibu dan janin dan segera mencari rujukan yang tepat

(Depkes RI, 2004 :2-18 ).

C. Konsep Nifas (PNC)

1. Definisi

a. Masa nifas adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan

selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra hamil,

lama masa nifas ini 6 – 8 minggu

(Nuha Medika ,2010:1).

b. Masa puerperium atau masa nifas adalah mulai setelah partus

selesai dan berakhir setelah kira – kira 6 minggu. Akan tetapi

seluruh alat genetalia baru akan pulih kembali seperti sebelum ada

kehamilan dalam waktu 3 bulan

(Sarwono, 2005: 356).

c. Masa nifas ( puerperium ) dimulai setelah plasenta lahir dan

berakhir ketika alat – alat kandungan kembali seperti keadaan

seperti sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira – kira

6 minggu
(Abdul Bari Saifudin; 2002: 122)

d. Masa puerperium atau masa nifas setelah partus selesai, dan

berakhir kira – kira 6 minggu. Akan tetapi, seluruh alat genitalia

baru pulih kembali seperti sebelum ada kehamilan dalam waktu 3

bulan

(Winkjosastro, hanifa, 2002: 237).

e. Masa nifas (puerperium) adalah dimulai setelah kelahiran

placenta dan berakhir ketika alat – alat kandungan kembali seperti

keadaan sebelum hamil, masa nifas kira – kira 6 minggu

(Prawirohardjo, 2002:357).

2. Periode Nifas

a. Puerperium dini adalah kepulihan dimana ibu telah diperbolehksn

berdiri dan berjalan – jalan. Dalam agama islam dianggap telah

bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari.

b. Puerperium Intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat – alat

genetalia yang lamanya 6 – 8 minggu.

c. Remote Puerperium yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan

sempat sempurna terutama bila selama hamil atau waktu

persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna

bisa berminggu-minggu, bulanan atau tahunan.

(Nuha Medika, 2010:3).

3. Adaptasi Psikologi Nifas

a. Taking In
1) Suatu periode dimana tingkah laku ibu bergantung pada orang

lain data terfokus pada dirinya sendri sebelum kepada bayinya.

2) Ibu sangat membutuhkan bantuan untuk memenuhi kebutuhan

hidupnya.

3) Berlangsung pada hari 1 dan hari ke – 2.

b. Taking Hold

1) Suatu periode perpindahan dari keadaan ketergantungan

menjadi individu.

2) Saat tepat pemberian pendidikan kesehatan.

3) Fokus pada diri ibu dan bayinya.

4) Berlangsung dari hari ke 3 dan hari ke 6.

c. Letting – go

1) Suatu periode dimana terjadi perpindahan dari keadaan

mandiri ke baru.

2) Dimulai akhir minggu ke 1 post partum.

3) Ibu merasa sudah terpisah dari dirinya, dan memerlukan

bantuannya.

4. Involusi alat – alat Kandunga

a. Uterus

Secara berangsur – angsur menjadi kecil (involusi) sehingga

akhirnya menjadi kembali seperti sebelum hamil.

b. Bekas Implantasi
Placenta mengecil karena kontraksi dan menonjol ke kavum uteri

dengan diameter 7,5 cm, sesudah 2 minggu 3,5 cm, pada minggu

ke enam 2,4 cm, dan akhirnya pulih.

c. Luka-luka

Pada jalan lahir jika tidak disertai infeksi akan sembuh dalam 6 –

7 hari.

d. Rasa sakit

Yang disebut after pains (meriang atau mules – mules)

disebabkan kontaksi rahim, biasanya berlangsung 2 – 4 hari

pasca persalinan. Perlu diberikan pengertian pada ibu mengenai

hal ini dan bila terlalu mengganggu dapat diberikan obat – obat

anti sakit atau mules.

e. Lochea

Adalah cairan secret yang berasal dari cavum uteri dalam masa

nifas :

1) Lochea Rubra (cruenta) beisi darah segar sisa – sisa selaput

ketuban, sel – sel desidua, vernik kaseosa, lanugo dan

mekonium, selama 2 hari pasca persalinan.

2) Lochea Sanguinolenta berwarnah merah kuning berisi darah

dan lendir, hari ke 3 – 7 pasca persalinan

3) Lochea alba yaitu cairan putih setelah 2 minggu.

f. Serviks
Setelah persalinan, bentuk serviks menganga seperti corong

warna merah kehitaman, konsistensinya lunak, kadang terdapat

perlukaan – perlukaan kecil. Setelah bayi lahir tangan masih bisa

masuk rongga rahim, setelah dua jam dapat dilalui 2 – jari dan

setelah 7 hari hanya dapat dilalui 1 jari.

g. Ligament – ligament

Ligament, fasia dan diafragma perut yang meregang pada waktu

persalinan setelah bayi lahir, secara berangsur-angsur menjadi

ciut dan pulih kembali sehingga tidak jarang uterus jatuh ke

belakang dan menjadi retrofleksi. Karena ligamentum retondum

menjadi kendor setelah melahirkan, kebiasaan wanita indonesia

melakukan ”berkusuk” atau “berurut” dimana waktu dikusuk

tekanan abdomen menjadi tinggi, karena setelah melahirkan

ligament, fasia dan jaringan penunjang menjadi kendor, jika

dilakukan urut banyak wanita akan mengeluh kandungannya

menjadi turun atau terbalik. Untuk memulihkan kembali

sebaiknya dilakukan latihan – latihan pasca persalinan.

(Nuha Medika, 2010 :81).

5. Peran dan Dukungan Bidan Dalam Masa Nifas

a. Bidan mengadakan evaluasi terhadap segala perkembangan

selama post partum secara periodik.

b. Bidan mengevaluasi respon orang tua terhadap bayi dan

perawatannya.
c. Mengevaluasi segala perubahan perilaku dan respon psikologis

terhadap kemampuan melahirkan.

d. Memberikan dukungan mental kepada ibu terhadap psikologis

yang sedang dihadapi saat ini.

6. Perawatan Pasca Persalinan

a. Mobilisasi

Karena lelah setelah bersalin, ibu harus beristrahat, tidur

terlentang selama 8 jam pasca persalinan, kemudian miring –

miring ke kana atau ke kiri untuk mencegah terjadinya trombosis

dan tromboli. Pada hari ke 2 diperbolehkan duduk, hari ke 2 jalan

– jalan dan hari ke 4 atau hari ke 5 sudah diperbolehkan pulang.

Mobilisasi diatas mempunyai variasi bergantung pada komplikasi

persalinan, nifas, dan sembuhnya luka – luka.

b. Diet

Makanan harus bermutu, bergizi dan cukup kalori, sebaiknya

makan makanan yang mengandung protein banyak sayur –

sayuran, dan buah – buahan.

c. Miksi

Hendaknya kencing dapat dilakukan sendiri secepatnya, kadang

wanita mengalami sulit kencing karena sfingter uretra ditekan

oleh kepala janin dan spasme oleh inhalasi melalui spingter ani
selama persalinan. Oleh karena adanya odema kandung kemih

yang terjadi selama persalinan. Bila kandung kemih penuh dan

wanita sulit kencing, sebaiknya dilakukan katerisasi.

d. Defekasi

Buang air besar harus dilakukan 3 – 4 pasca persalinan. Bila

masih sulit buang air besar dan terjadi konstipasi apalagi berak

keras dapat diberikan obat langsung per oral atau per rectal jika

masih belum bisa dilakukan klisma.

e. Perawatan payudara

Perawatan payudara telah dimulai sejak wanita hamil supaya

puting susu lemas, tidak keras dan kering, sebagai persiapan

untuk menyusui bayinya. Bila bayinya meninggal makan laktasi

dapat dihentikan dengan cara :

1) Pembalutan mamae sampai sembuh.

2) Pemberian obat estrogen untuk supisi LH seperti tablet lynoral

atau pariodel.

f. Laktasi

1) Untuk menghadapi masa laktasi (menyusui) sejak dari

kehamilan telah terjadi perubahan – perubahan pada kelenjar

mamae yaitu : proferasi jaringan pada kelenjar – kelenjar

alveoli dan jaringan lemas bertambah.

2) Keluaran cairan susu jarang dari duktus laktiferus disebut

colustrum berwarna kuning putih susu.


3) Hiperoskularisasi pada permukaan dan bagian dalam dimana

vena berdilatasi sehingga tampak jelas.

4) Setelah persalinan,pengaruh supresi estrogen dan progesteron

hilang,maka timbul pengaruh hormon laktogenik atau prolaktin

yang akan merangsang air susu ibu, Disamping ini pengaruh

oksitosin menyebabkan mioepisel kelenjar susu berkontraksi

sehingga air susu keluar produksi akan banyak terjadi pada 2 –

3 hari persalinan.

5) Psikososial

a) Stabilkan distres saat persalinan dengan menunjukan

simpati, menghargai.

b) Menemani ibu bila bepergian.

c) Menghibur ibu bila bersedih

6) Nasehat untuk ibu post natal

a) Fisioterapi post natal sangat baik bila diberikan

b) Sebaiknya bayi disusui

c) Kerjakan gimnastik sehabis bersalin

d) Untuk kesehatan bayi, ibu dan keluarga sebaiknya

melakukan KB

e) Bawalah bayi untuk diberikan imunisasi.

(Nuha Medika ,2010 : 91).

7. Tujuan Asuhan Masa Nifas


a. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya baik fisik maupun psikologik

b. Melakukan asuhan dan skrining yang komprehensif, mendeteksi

masalah, mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi lebih

lanjut pada ibu dan bayinya.

c. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan

nutrisi sendiri.

d. Memberikan pelayanan keluarga berencana.

(Sarwono Prawirohardjo, 2005:122).

8. Kunjungan Masa Nifas

Kunjungan sedikit 4 kali untuk menilai status ibu dan bayi :

a. Kunjungan I (6 – 8 jam post partum)

Tujuannya :

1) Mencegah perdarahan masa nifas karena atoni uteri

2) Mendeteksi dan merawat penyebab dari perdarahan, rujuk bila

perdarahan berlanjut.

3) Memberi konseling pada ibu dan atau salah satu anggota

keluarga bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena

atoni uteri.

4) Pemberian ASI awal

5) Melakukan hubungan awal antara ibu dan bayi baru lahir.

6) Menjaga bayi tetap sehat dan menjaga dari hipotermi.

b. Kunjungan II (6 hari persalinan)

Tujuan :
1) Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus

berkontraksi, fundus dibawah umbilikus, tidak ada perdarahan

abnormal.

2) Menilai adanya tanda – tanda demam, infeksi atau perdarahan

abnormal.

3) Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan dan istrahat.

4) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak

memperlihatkan tanda – tanda penyulit.

c. Kunjungan III (2 minggu post partum)

Tujuan :

1) Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus

berkontraksi, fundus dibawah umbilikus, tidak ada perdarahan

abnormal dan tidak bau.

2) Menilai adanya tanda – tanda demam, infeksi dan perdarahan

abnormal.

3) Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi

tetap hangat dan merawat bayi tetap sehat.

d. Kunjungan IV (6 minggu setelah post partum)

Tujuan :

1) Menanyakan ibu pada ibu tentang penyulit yang ia alami dan

bayinya.

2) Memberikan konseling untuk KB secara dini.

(Saifudin, 2002:123).
D. Bayi Baru Lahir

1. Definisi

a. Bayi baru lahir adalah bayi yang baru lahir dari kehamilan cukup

bulan yaitu dari kehamilan 37 – 42 minggu dengan berat badan pada

saat lahir 2500 – 4000 gram

(Depkes RI BBL, 2001).

b. Bayi baru lahir normal adalah bayi baru lahir dari kehamilan cukup

bulan (37 – 42 minggu) dengan berat badan lahir 2500 – 4000 gram

yang menunjukan usaha pernapasan normal serta spontan dengan

sedikit bantuan atau gangguan

(Sarwono, 2006:115).

2. Ciri-Ciri Bayi Baru Lahir Normal ( BBLN )

Bayi lahir normal dalam waktu 30 detik akan menangis dan bernapas

spontan

BBL : 2500 – 4000 gram

Panjang badan : 48 – 52 cm

Lingkar Kepala : 33 – 35 cm

Denyut jantung : Normal antara 100 – 160x/menit

Frekuensi napas : Antara 30 – 60x/menit, tanpa retraksi dada

dan tanpa suara merintih pada fase

ekspirasi.

Kulit : Kemerahan dan licin karena sub cutan

cukup
terbentuk dan lipat vernik kaseosa

Rambut : Lanugo tidak terlihat, rambut kepala

biasanya

terlihat sempurna

Kuku : Panjang dan lurus

Genetalia : Genetalia wanita labia mayora sudah

menutupi labia minora, dan genetalia

testis sudah turun

Suhu axila : 36,5 – 37,5 oC

Bayi normal biasanya BAB cair antara 6 – 8x/hari.

(Prawirohardjo, 2003:36).

3. Penanganan BBL

Aspek – aspek penting dari asuhan segera bayi baru lahir

a. Mempertahankan Suhu Tubuh

Mekanisme pengaturan suhu tubuh pada bayi baru lahir belum

berfungsi sempurna. Oleh karena itu jika tidak segera dilakukan

upaya pencegahan panas tubuh maka bayi baru lahir dapat

mengalami hipotermi. Bayi dengan hipotermi sangat beresiko tinggi

untuk mengalami kesakitan berat atau bahkan kematian. Hipotermi

mudah terjadi pada bayi yang kulitnya basah atau tidak segera

dikeringkan dan diselimuti walaupun berada dalam ruangan yang

relatif hangat.

Cara mencegah hipotermi antara lain :


1) Jagalah bayi tetap hangat dan kering

2) Usahakan adanya kontak kulit ibu segera setelah bayi lahir

3) Ganti handuk atau kain yang basah dan bungkus bayi tersebut

dengan selimut dan jangan lupa memastikan bahwa kepala telah

terlindungi dengan baik untuk mencegah keluarnya panas tubuh.

4) Jangan memandikan bayi setidaknya 6 jam pertama persalinan.

(JHPIEGO, 2003:233)

b. Membersihkan Jalan Napas

Persiapan kebutuhan resusitasi untuk setiap bayi, terutama bila ibu

memiliki riwayat eklamsia, perdarahan, persalinan lama, atau macet,

persalinan dini, atau infeksi.

c. Menilai Apgar Score Menit Pertama

Score 0 1 2

Aperence/Warna Pucat Badan merah, Seluruh

kulit ekstremitas tubuh

kebiruan kemerahan

Pulse/ Frekuensi Tidak ada Dibawah 100 Diatas 100

jantung

Grimace/Reaksi Lumpuh Ekstremitas Gerakan

terhadap rangsangan dalam fleksi aktif

sedikit
Activity/Tonus otot Lembek Sebagian Bergerak

ektremitas aktif

lemas

Respirasi/Pernapasan Tidak ada Lemah/tidak Kuat

teratur

Nilai 7 – 10 : Adaptasi baik

Nilai 4 – 6 : Asfiksia ringan-sedang

Nilai 0 – 3 : Asfiksia Berat.

(Aziz Alimul Hidayat, 2006:152).

d. Perawatan Bayi Baru Lahir

1) Beri ASI sesuai dengan kebutuhan setiap 2 – 3 jam (minimal 4

jam) Mulai dari hari pertama.

2) Pastikan bayi selalu bersama ibu, keluarga, perawat.

3) Jaga bayi dalam keadaan bersih, hangat dan kering dan mengganti

popok dan selimut sesuai dengan kebutuhan. Pastikan bayi tidak

terlalu panas (menyebabkan dehidrasi) dan terlalu dingin (ingat

bahwa pengaturan suhu bayi masih dalam perkembangan)

Apapun yang dimasukan dalam mulut bayi harus bersih.

4) Jaga tali pusat bayi selalu dalam keadaan bersih dan kering

5) Awasi masalah dan kesulitan pada bayi, dan minta bantuan jika

diperlukan.
6) Peganglah dan sayangilah bayi dalam kehidupan bersama

7) Ukur suhu bayi jika tampak sakit atau menyusui kurang baik.

(JHPIEGO, 2003:101).

E. Partus lama

1. Definisi

Partus lama : persalinan yang berlangsung lebih dari 24 jam pada

primi, dan lebih dari 18 jam pada multi.

Partus kasep : menurut Harjono adalah merupakan fase terakhir

dari suatu partus yang macet dan berlangsung terlalu lama sehingga timbul

gejala-gejala seperti dehidrasi, infeksi, kelelahan ibu, serta asfiksi dan

kematian janin dalam kandungan. Harus pula kita bedakan dengan partus

tak maju yaitu suatu persalinan dengan his yang adekuat yang tidak

menunjukkan kemajuan pada pembukaan serviks, turunnya kepala dan

putar paksi selama 2 jam terakhir. Persalinan pada primi tua biasanya lebih

lama. Pendapat umum ada yang mengatakan bahwa persalinan banyak

terjadi pada malam hari, ini disebabkan kenyataan bahwa biasanya

persalinan berlangsung selama 12 jam/ lebih, jadi permulaan dan

berakhirnya partus biasanya malam hari. Insiden partus lama menurut

penelitian adalah 2,8-4,9%.

Persalinan Lama, di sebut” juga “distosia”,didefenisikan sebagai

persalinan yang abnormal/sulit.sebab-sebabnya dapat dibagi dalam 3

golongan berikut ini.


1. kelainan tenaga (kelainan his). His yang tidak normal dalam kekuatan

atau sifatnya menyebabkan kerintangan pada jalan lahir yang lazim

terdapat pada setiap persalinan tidak dapat diatas sehingga perslinan

mengalami hambatan atau kemacetan.

2. kelainan janin, persalinan dapat mengalami gangguan atau kemacetan

karena kelainan dalam letak atau dalam bentuk janin.

3. Kelainan jalan lahir, kelainan dalam ukuran atau bentuk jalan lahir bisa

menghalangi kemajuan persalinan atau menyebabkan kemacetan.

Prawirohardjo,Sarwono.2011.Ilmu Kebidanan. Jakarta:YBP-SP

2. Etiologi

Sebab-sebab terjadinya partus kasep ini adalah multikomplek dan tentu

saja bergantung pada pengawasan selagi hamil, pertolongan persalinan

yang baik, dan penatalaksanaannya.

Faktor-faktor penyebab adalah antara lain :

a. Kelainan letak janin

b. Kelainan-kelainan panggul

c. Kelainan his

d. Pimpinan partus yang salah

e. Janin besar/ ada kelainan kongenital

f. primi tua

g. perut gantung, grande multi


h. KPD

Kelainan his terutama ditemukan pada primigravida, khususnya

primigravida tua. Pada multipara lebih banyak ditemukan kelainan yang

bersifat inersia uteri. Faktor hereditar mungkin memegang peranan pula

dalam kelainan his, sampai seberapa jauh faktor emosi ( ketakutan dll ),

mempengaruh kelainan his, khususnya inersia uteri, ialah apabila bagian

janin tidak berhubungan rapat dengan segmen bawah uterus seperti pada

kelainan letak janin.

3. Gejala klinik :

a. pada ibu gelisah, letih, suhu badan meningkat, berkeringat, nadi cepat,

pernafasan cepat, dan meteorismus.di daerah lokal sering dijumpai :

ring v/d Bandl, edema vulva, edema serviks, cairan ketuban berbau,

terdapat mekonium.

b. pada janin.

c. DJJ cepat/ hebat/ tidak teratur bahkan negatif : air ketuban terdapat

mekonium,kental kehijau-hijauan berbau.

d. Caput succadenum yang besar.

e. Molase kepala yang hebat.

f. Kematian janin dalam kandungan.

g. Kematian janin intra partal


4. Penanganan

a. perawatan pendahuluan:

penatalaksanaan penderita dengan partus kasep (lama) adalah

sbb:

1. suntikkan cortone asetate: 100-200 mg IM.

2. penisilin rokain : 1 juta IU IM

3. streptomisin : 1g IM

4. infus cairan : larutan garam fisiologis, larutan glukosa 5-10%

pada cairan pertama : 1 liter/ jam.

5. Istirahat 1 jam untuk observasi, kecuali untuk keadaan

mengharuskan untuk segera bertindak.

b. Pertolongan

Dapat dilakukan partus spontan, ekstraksi vakum, ekstraksi forseps,

manual aid pada letak sungsang, embriotomi bilajanin meninggal,

SC, dll.

Dalam menghadapi persalinan lama oleh sebab apapun, keadaan ibu

yang bersangkutan harus diawasi dengan saksama.

Prawirohardjo,Sarwono.2011.Ilmu Kebidanan. Jakarta:YBP-SP

5. Faktor Predisposisi

a. Anemia

a) Ibu bertubuh kecil

b) Diabetes maternal
c) Bayi makrosomi

d) Panggul sempit, kelainan servik, vagina, tumor

E. Tinjauan Asuhan kebidanan

1. Asuhan kebidanan pada ibu hamil

a. Trimester pertama

Dalam melakukan asuhan kebidanan menganut pada

management varney, dimulai dari tanggal pengkajian, jam

pengkajian, dignosa kasus yang diambil. Pengkajian yang diambil

dimuali dari data subyektif yang meliputi biodata ibu dan suami.

Nama ibu/suami untuk mengetahui identitas, memudahkan

memanggil dan menghindari kekeliruan. Umur untuk menentukan

konseling dan apakah kehamilan ibu tergolong resiko tinggi atau

rendah. Pendidikan untuk mengetahui tingkat pengetahuan yang

digunakan sebagai dasar dalam memberikan asuhan. Pekerjaan untuk

mengetahui status ekonomi dan aktivitas ibu apakah membahayakan

untuk kesehatan ibu dan janinnya. Agama untuk memberikan

pengarahan dan bimbingan mental. Pendidikan untuk memudahkan

pemberian KIE, suku berhubungan dengan adat-istiadat. Kebangsaan

untuk memudahkan dalam berkomunikasi. Alamat untuk mengetahui

tempat tinggal pasien sehingga untuk memudahkan dalam

melakukan kunjungan rumah.

Selanjutnya yaitu menanyakan alasan ibu datang ke bidan,

keluhan utama untuk mengetahui keluhanya yang dirasakan ibu saat


pengkajian seperti mual muntah, riwayat kesehatan yang lalu untuk

mengetahui apakah ibu pernah menderita penyakit mmenular,

menahun, maupun turunan, riwayat kesehatan sekarang untuk

mengetahui apakah ibu menderita suatu penyakit menular pada saat

itu, riwayat kesehatan keluarga untuk mengetahui apakah anggota

keluarga dari pasien ada yang menderita penyakit menular seperti

hepatitis dan penyakit keturunan, riwayat menstruasi seperti

menarche/berapa umur waktu pertama kali haid, siklus dan hari

pertama haid terakhir (HPHT) untuk memperkirakan masa subur dan

mempermudan penghitungan HPL, lama haid untuk memperkirakan

lamanya termasuk haid normal atau tidak, banyaknya haid untuk

memperkirakan banyaknya termasuk haid normal atau dismenorhea

untuk memperkirakan termasuk haid normal atau tidak, warna darah

haid untuk menentukan darah yang keluar termasuk patologis atau

tidak, flour albus untuk menentukan keputihan yang patologis dan

fisiologis. Keluhan saat haid untuk mendiagnosa termasuk bahaya

atau tidak.

Riwayat pernikahan meliputi berapa kali ibu menikah untuk

mengetahui resiko terjadinya penyakit menular seksual, lama

menikah dan umur pertama kali menikah untuk mengetahui apakah

ibu tergolong resoki tinggi atau rendah. Riwayat kehamilan,

persalinan dan nifas serta apakah ibu menyusui atau tidak. KB apa

yang dipakai ibu. Kebiasaan ibu sehari-hari membahayakan ibu dan


janin atau tidak seperti merokok, minum minuman keras, dan minum

jamu – jamuan karena akan membahayakan janin dan air ketuban

menjadi keruh dan berbau.

Menanyakan riwayat psikologi ibu terhadap kelahiran,

misalnya ibu menolak, menerima dengan senang hati atau cemas.

Riwayat spritual berisi tentang uraian hubungan ibu dan keluarga

dengan sang pencipta. Riwayat sosial untuk mengetahui kehidupan

sosial ibu baik terhadap suami maupun keluarga, Riwayat adat –

istiadat untuk mengetahui kepercayaan dan kebiasaan dalam

keluarga seperti selamatan 7 bulanan.

Setelah data subyektif dikaji selanjutnya yaitu mengkaji data

obyektif yang meliputi pemeriksaan umum dan pemeriksaan khusus.

Pemeriksaan umum meliputi keadaan umum baik, cukup, kurang.

Kesadaran composmentis/ somnolen/ apatis/koma, tanda-tanda vital

seperti tekanan darah untuk mengetahui apakah ibu hipertensi atau

tidak, karena tekanan darah tinggi merupakan tanda pre – eklamsia,

nadi, pernapasan dan suhu untuk mengetahui tanda – tanda infeksi.

Pengukuran antropometri meliputi BB untuk mengetahui

pertumbuhan dan perkembangan janin, TB untuk mengetahui apakah

ibu termasuk resiko tinggi/rendah, LILA untuk mengetahui status

gizi ibu.

Pemeriksaan fisik meliputi : inspeksi yaitu rambut

bersih/tidak, untuk mengetahui kebersihan diri ibu, muka pucat/tidak


berhubungan dengan anemia, mata simetris/tidak, konjungtiva

pucat/tidak berhubungan dengan anemia yang menyebabkan

perdarahan pada saat hamil, bersalin dan nifas, sklera ikterus/tidak

berhubungan dengan penyakit hepatitis B, pernapasan cuping

hidung/tidak, bibir pucat/kering berhubungan dengan anemia dan

kekurangan vitamin C. Gigi berlubang/tidak berhubungan dengan

kekurangan kalsium dan potensial terjadi infeksi, telinga terdapat

serumen/tidak berhubungan dengan kebersihan diri, payudara

simetris/tidak berhubungan dengan tumor/kanker, abdomen untuk

melihat perut membesar sesuai dengan usia kehamilan, ada bekas

operasi/tidak berhubungan dengan persalinan karena akan

mengakibatkan ruptur uteri, perdarahan banyak.

(Saifudin, 2002: 84).

Genetalia terdapat tanda – tanda penyakit per – eklampsia.

Palpasi meliputi : leher teraba pembesaran kelenjar thyroid

berhubungan dengan persalinan karena akan menyebabkan

pembengkakan pada jantung pada waktu meneran. Dan berhubungan

dengan berkurangnya kecerdasan pada bayi karena kurangnya

mengkonsumsi iodium, dan vena jugularis atau tidak berhubungan

dengan infeksi.

Mammae ada benjolan atau tidak, ada nyeri tekan atau tidak

berhubungan dengan tumor/kanker, abdomen atau tidak, abdomen

ada nyeri tekan atau tidak, ada benjolan abnormal atau tidak, TFU,
kontraksi, lika bekas operasi, ekstremitas oedema/tidak berhubungan

dengan pre – eklamsia. Auskultasi meliputi: dada apakah ada ronchi

atau wheezing. Perkusi meliputi reflek patela +/- berhubungan

dengan kekurangan kalsium dan vitamin B1. Pemeriksaan panggul

untuk mengetahui ukuran panggul sempit/tidak berhubungan dengan

proses kelahiran bayi

(Prawirohardjo,2006: 175).

Setelah melakukan pengkajian data lalu dilakukan

assasement yang meliputi diagnosa pada ibu hamil trimester I.

Diagnosa ditegakan berdasarkan hasil pemeriksaan subyektif dan

obyektif yaitu: G...P...Ab...UK dengan...

Selain menentukan diagnosa/masalah juga ditetapkan

diagnosa potensial berdasarkan masalah yang ditemukan. Pada

kehamilan TM I

potensial terjadi hiperemesis gravidarum, abortus, kehamilan

ektopik, molahidatidosa, identifikasi kebutuhan segera berdasarkan

diagnosa potensial.

Setelah ditemukan masalahnya lalu melakukan perencanaan

atau intervensi yang dilakukan berisi rencana tindakan yang akan

kita berikan sesuai dengan kebutuhan yang mendasar pada ibu

selama hamil trimester I.

Setelah itu dilakukan implementasi dari intervensi yang

diberikan kepada ibu selama hamil trimester I berdasarkan diagnosa


atau masalah. Setelah itu dilakukan evaluasi yaitu langkah terakhir

dari semua manajemen kebidanan yaitu mengevaluasi semua

tindakan yang telah diberikan.

b. Trimester II

Dalam melakukan asuhan kebidanan pada manajemen

varney, dimulai dari tanggal pengkajian, jam pengkajian, tempat

pengkajian, diagnosa kasus yang diambil. Pengkajian yang dilakukan

dimulai dari data subyektif yang lebih ditekankan pada keluhan

utama ibu.

Pemeriksaan obyektif hampir sama seperti trimester

pertama,pada pemeriksaan obstetrik yang didapatkan perut

membesar dengan arah memanjang/ lintang sesuai dengan usia

kehamilan/tidak, kontraksi ada/tidak ada, Leopold I TFU...cm,

fundus uteri teraba bulat, lunak/ keras, melenting/tidak melenting,

Leopold II teraba bagian-bagian kecil janin/memanjang keras dan

melebar, Leopold III teraba bulat, lunak/ keras, melenting/tidak

melenting, Leopold IV kepala divergen/ konvergen, DJJ punktum

maksimum terdengar jelas pada satu titik, tempat sebelah kanan/kiri

ibu, frekuensi...kali /menit, pemeriksaan laboratorium darah Hb...gr

%, golongan darah, urin, proteun dan reduksi (Prawirohardjo,

2006:186).

Setelah melakukan pengkajian data lalu dilakukan

asassement yang meliputi diagnosa pada ibu hamil trimester II.


Diagnosa ditegakan berdasarkan hasil pemeriksaan subyektif dan

obyektif yaitu G...P...Ab...UK... minggu janin tunggal/ganda,

hidup/mati, intrauterin /ekstrauterin, letak bokong/kepala/lintang

dengan...

Selain menentukan diagnosa/masalah juga ditetapkan

diagnosa potensial berdasarkan masalah yang ditemukan. Identifikasi

kebutuhan segera berdasarkan diagnosa potensial.

Setelah ditemukan masalahnya lalu melakukan perencanaan

atau intervensi yang dilakukan berisi rencana tindakan yang akan

kita berikan sesuai dengan kebutuhan yang mendasar pada ibu

selama hamil trimester II.

Setelah itu dilakukan implementasi dari intervensi yaitu

tindakan yang akan kita berikan kepada ibu selama hamil trimester II

berdasarkan diagnosa dan masalah. Setelah itu dilakukan evaluasi

yaitu langkah terakhir dari semua manajemen kebidanan yaitu

mengevaluasi semua tindakan yang telah diberikan.

c. Trimester III

Dalam melakukan asuhan kebidanan menganut pada

manajemen varney, dimulai dari tanggal pengkajian, jam pengkajian,

tempat pengkajian, diagnosa kasus yang diambil. Pengkajian yang

dilakukan dimulai dari data subyektif dan yang lebih ditekankan

pada keluhan utama.


Pemeriksaan obyektif hampir sama seperti trimester I dan II,

pada pemeriksaan obstetrik didapatkan perut membesar dengan arah

memanjang/melintang, sesuai dengan usia kehamilan/tidak,

kontraksi ada/ tidak ada, Leopold I TFU...cm, fundus uteri teraba

bulat, lunak/ keras, melenting, Leopold II teraba bagian-bagian kecil

janin/ memanjang keras dan melebar, Leopold III teraba bulat, lunak/

keras, melenting/tidak melenting, Leopold IV kepala

divergen/konvergen, DJJ punktum maksimum terdengar jelas pada

satu titik, tempat sebelah kiri/kanan ibu, frekuensi... kali per menit

(Prawirohardjo, 2006:187).

Setelah melakukan pengkajian data lalu dilakukan

assassement yang meliputi diagnosa ibu hamil trimester III.

Diagnosa ditegakan berdasarkan hasil pemeriksaan subyektif dan

obyektif yaitu G...P...Ab...UK...minggu janin tunggal/ganda,

hidup/mati, intrauterin/ekstrauterin, letak bokong/kepala/lintang

dengan...

Masalah – masalah yang biasa tejadi pada trimester III adalah

payudara teraba penuh dan lunak, sering kencing, sakit pinggang,

susah tidur karena perut terasa penuh dan gerakan janin yang

semakin sering, kontraksi Braxton Hicks meningkat. Selain

menentukan diagnosa/masalah juga ditetapkan diagnosa diagnosa

potensial berdasarkan masalah yang ditentukan. Pada kehamilan TM

III potensial perdarahan karena solusio uteri, dan placenta previa,


ketuban pecah dini, pre-eklamsia, polihidramnion. Identifikasi

kebutuhan segera berdasarkan diagnosa potensial. Setelah ditemukan

masalahnya lalu melakukan perencanaan atau intervensi yang

dilakukan berisi rencana tindakan yang akan kita berikan sesuai

dengan kebutuhan yang mendasar pada ibu hamil selama trimester

III.

Setelah itu dilakukan implementasi dari intervensi yaitu

tindakan yang akan kita berikan kepada ibu hamil selama hamil

trimester III berdasarkan diagnosa dan masalah. Setelah itu

dilakukan evaluasi yaitu langkah terakhir dari semua manajemen

kebidanan yaitu mengevaluasi semua tindakan yang telah diberikan.

F. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin

1. Kala I

Dalam melakukan asuhan kebidanan menggunakan manajemen

varney, dimulai dari tanggal pengkajian, jam pengkajian, tempat

pengkajian, diagnosa kasus yang diambil. Pengkajian yang dilakukan

dimulai dari data subyektif yang lebih ditekankan pada keluhan utama

ibu.

Keluhan utama yang biasa terjadi pada ibu inpartu adalah terasa mules,

keluar lendir darah

(Prawiroharjo; 2006).

Pemeriksaan obyektif meliputi kontaksi yang adekuat, keluar

lendir bercampur darah, DJJ teratur/tidak, pada pemeriksaan dalam


terdapat pembukaan berapa cm, efficement berapa persen, ketuban

utuh/tidak, apa bagian terbawah janin, UUK mengarah pada jam berapa,

moulage/tidak, berada pada hodge berapa. Setelah melakukan

pengkajian data lalu dilakukan assasement yang meliputi diagnosa pada

ibu inpartu kala I. Diagnosa ditegakan berdasarkan hasil pemeriksaan

subyektif dan obyektif yaitu G...P...Ab...UK...minggu janin

tunggal/ganda, hidup/mati, intrauterin/ ekstrauterin, letak

bokong/kepala/melintang dengan inpartu kala fase...

Selain menentukan diagnosa/masalah juga ditetapkan diagnosa

potensial berdasarkan masalah yang ditemukan. Pada kala I persalinan

potensial terjadi kala I memanjang, ketuban pecah sebelum waktunya.

Identifikasi kebutuhan segera berdasarkan diagnosa potensial.

Setelah ditemukan masalahnya lalu melakukan perencanaan atau

intervensi yang berisi rencana tindakan yang akan kita berikan sesuai

dengan kebutuhan yang mendasar pada ibu selama kala I seperti

menghadirkan pendamping, pembimbing ibu untuk rileks saat his,

memberi makan/minum, menjelaskan tentang kondisi ibu atau janin.

Melakukan observasi sesuai dengan partograf seperti : Kemajuan

persalinan yaitu kontraksi uterus, periksa dalam untuk mengetahui

pembukaan serviks dan penurunan bagian terendah janin setiap 4 jam,

memantau kesejahteraan janin,denyut jantung setiap 30 menit, dan

pemeriksaan dalam.... molage setiap 4 jam, memantau kondisi ibu yaitu

nadi setiap 30 menit, suhu badan setiap 2 jam, produksi urin setiap 2
jam, tekanan darah setiap 4 jam, memasukan hasil – hasil temuan dalam

partograf.

Menginformasikan hasil pemeriksaan, menganjurkan ibu untuk

berjalan – jalan, menganjurkan pada ibu untuk makan dan minum,

menganjurkan ibu untuk buang air besar/kecil, memberikan dukungan

emosional, mengajarkan tentang cara bernapas pada saat kontraksi,

memijat punggung, kaki atau kepala ibu, menyeka muka ibu denagn

lembut dengan menggunakan kain yang di basahi air hangat atau

dengan menganjurkan keluarga/suami untuk mendampingi ibu,

menciptakan suasana kekeluargaan yang nyaman, membantu mengatur

posisi yang nyaman bagi ibu, menyiapkan perlengkapan, bahan – bahan

dan obat essensial.

Setelah itu dilakukan implementasi sesuai intervensi yaitu

tindakan yang akan kita berikan kepada ibu selama kala I berdasarkan

diagnosa dan masalah. Setelah itu dilakukan evaluasi yaitu langkah

terakhir dari semua manajemen kebidanan yaitu mengevaluasi semua

tindakan yang telah diberikan (APN revisi 2007:105).

2. Kala II

Dalam melakukan asuhan kebidanan menggunakan

manajemen varney, dimulai dari tanggal pengkajian, jam pengkajian,

tempat pengkajian, diagnosa kasus yang diambil. Pengkajian yang

diambil dimulai dari data subyektif yang ditekankan pada keluhan

utama ibu. Keluhan utama yang biasa terjadi pada ibu kala II adalah
terasa kencang-kencang yang semakin kuat dan sering, keluar lendir

dan darah. Pemeriksaan obyektif ditemukan adanya dorongan meneran,

tekanan anus, perineum menonjol, dan vulva membuka. Pemeriksaan

dalam pembukaan servik telah lengkap (10 cm) APN revisi 2007:105).

Setelah melakukan pengkajian data lalu dilakukan

assasement yang meliputi diagnosa diagnosa pada ibu inpartu kala II.

Diagnosa ditegakan berdasarkan hasil pemeriksaan subyektif dan

obyektif yaitu G...P...Ab...UK... minggu janin tunggal/ganda,

hidup/mati, intrauterin/ektrauterin, presentasi bokong/kepala/lintang

dengan inpartu kala II.

Setelah ditemukan masalahnya lalu melakukan perencanaan

atau intervensi yang dilakukan berisi rencana tindakan yang akan kita

berikan kepada ibu sesuai dengan kebutuhan yang mendasar pada ibu

selama kala II seperti dilakukan pertolongan persalinan yang terlebih

dahulu mendekatkan alat – alat, bahan – bahan, dan obat – obat

essensial, penolong mencuci tangan dan memakai perlindungan pribadi

(celemek, masker, kaca mata, sepatu booth). Menganjurkan keluarga

untuk mendampingi ibu dan ikut terlibat dalam asuhan ibu, bantu ibu

untuk memilih posisi yang nyaman saat meneran, menganjurkan ibu

banyak minum.

Bila pembukaan sudah lengkap tapi ketuban belum pecah

maka lakukan amniotomi, lalu perhatikan jumlah, warna dan bau air

ketuban yang keluar, pimpin meneran saat ada his, pantau denyut
jantung bayi setiap selesai meneran, pantau kontraksi setiap 30 menit,

penurunan kepala bayi, pantau apakah ada presentasi majemuk atau tali

pusat ada disamping atau diatas kepala bayi, pantau apakah ada

presentasi majemuk atau tali pusat ada disamping atau diatas kepala,

setelah bayi keluar lakukan palpasi abdomen untuk memastikan apakah

ada kehamilan kembar atau tidak. Kemudian mencatat hasil

pemeriksaan pada partograf.

3. Kala III

Dalam melakukan asuhan kebidanan menggunakan

manajemen varney, dimulai dari tanggal pengkajian, jam pengkajian,

tempat pengkajian, diagnos kasus yang diambil. Pengkajian yang

dilakukan dimulai dari data subyektif sperti pada keluhan utama

ibu.keluhan utama yang biasa terjadi pada ibu kala III adalah terasa

mules pada perut bagian bawah.

Data obyektif seperti terjadi perubahan bentuk dan tinggi

fundus dimana uterus menjadi bulat dan fundus teraba dipusat, tali

pusat telihat keluar memanjang atau terjulur melalui vulva dan vagina.

Tampak semburan darah yang tiba – tiba, menandakan bahwa darah

yang terkumpul diantara tempat melekatnya placenta dan permukaan

maternal placenta keluar melalui tepi placenta yang terlepas

(Prawirohardjo, 2006:349).

Setelah melakukan pengkajian data dilakukan assasement

yang meliputi diagnosa pada inpartu kala III. Diagnosa ditegakan


berdasarkan hasil pemeriksaan subyektif dan obyektif yaitu P...Ab...

partus kala III.

Setelah ditemukan masalahnya lalu melakukan perencanaan

atau intervensi yang dilakukan berisi rencana tindakan yang akan kita

berikan sesuai dengan kebutuhan yang mendasar pada ibu sealam kala

II seperti melakukan manajemen aktif kala III yaitu memberikan

suntikan oksitosin 10 unit intramuskuler pada 1/3 paha atas paha kanan

bagian luar selambat-lambatnya dalam 2 menit setelah bayi lahir.

Setelah itu melakukan peregangan tali pusat terkendali dengan cara

pindahkan klem kedua yang telah dijepit sewaktu kala II persalinan

pada tali pusat sekitar 5 – 10 cm dari vulva, letakan tangan yang lain

pada abdomen ibu tepat diatas tulang pubis, gunakan tangan kiri untuk

meraba kontraksi uterus kemudian tangan pada abdomen menekan

korpus uteri bawah dan keatas (dorso cranial) korpus.

Lakukan secara hati – hati untuk mencegah terjadinya

inversio uteri. Segera setelah placenta lahir dilakukan pemijatan fundus

uteri gerakan tangan secara memutar pada fundus uteri sehingga uterus

berkontraksi. Kemudian memeriksa placenta dan selaputnya untuk

memastikan keduanya lengkap dan utuh (Prawirohardjo, 2006:350).

4. Kala IV

Dalam melakukan asuhan kebidanan menggunakan

manajement varney, dimulai dari tanggal pengkajian, jam pengkajian,


tempat pengkajian, diagnosa kasus yang diambil. Pengkajian yang

dilakukan dimulai dari subyektif ibu mengatakan perut bagian bawah

terasa mules.

Pemeriksaan data subyektif seperti keadaan umum....,

kesadaran..., TTV..., kontraksi uterus..., fundus uteri..., kandung kemih

kosong/penuh, laserasi jalan lahir ada/tidak, perdarahan...

Assasement P... Ab...partus kala IV. Dilakukan pemeriksaan

pada perineum untuk mengevaluasi dan perdarahan aktif pada perineum

atau vagina, bila terdapat laserasi perineum segera lakukan penjahitan,

setelah itu bersihkan badan ibu dari cairan dan darah, lalu lakukan

dekontaminasi pada tempat dan alat – alat direndam dala larutan klorin

0.5 % selama 10 menit. Kemudian pantau keadaan ibu selama 2 jam

pertama pasca persalinan yang meliputi pemantauan tekanan darah,

nadi, tinggi fundus uteri, kandung kemih dan perdarahan setiap 15

menit dalam 1 jam pertama dan setiap 30 menit dalam 1 jam kedua.

Ajarkan pada ibu dan keluarga bagaimana menilai tonus dan

perdarahan uterus juga bagaimana melakukan pemijatan jika uterus

menjadi lembek. Sebelum meninggalkan ibu, pastikan bahwa ibu bisa

berkemih sendiri, ibu dan keluarganya mengetahui bagaimana cara

menilai tonus dan perdarahan uterus. Ajarkan pada mereka bagaimana

mencari pertolongan ada tanda-tanda bahaya seperti demam,

perdarahan aktif, bekuan darah yang banyak, pusing, lemas yang luar
biasa, penyulit dalam menyusui serta nyeri panggul/abdomen yang

hebat dan kram uterus.

G. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas.

Dalam melakukan asuhan kebidanan menggunakan manajemen

varney, dimulai dari tanggal pengkajian, jam pengkajian, tempat

pengkajian, diagnosa kasus yang diambil. Pengkajian yang dilakukan

dimulai dari Data subyektif ibu mengatakan telah melahirkan yang ke...

melahirkan normal/tidak berhubungan dengan mobilisasi, proses involusi,

penyulit dan komplikasi nifas. Cemas/tidak berhubungan dengan

psikologi ibu terhadap bayinya.

Konjungtiva pucat/tidak berhubungan dengan anemia,sclera

kuning/tidak berhubungan dengan kekurangan kalsium dan potensial

terjadi infeksi, putting menonjol/tidak, kolostrum sudah keluar/belum,

berhubungan dengan proses menyusui, payudara bengkak/tidak

berhubungan bendungan ASI dan tanda gejala infeksi, TFU sesuai dengan

lama kehamilan/tidak berhubungan dengan proses involusi normalnya

tinggi fundus uteri placenta lahir 2 jari dibawah pusat, 1 minggu

pertengahan pusat symfisis, 2 minggu tidak teraba diatas symfisis, 6

minggu bertambah kecil, 8 minggu sebesar normal seperti sebelum hamil,

kontraksi uterus baik/tidak, kandung kemih kosong/tidak berhubungan

dengan kontraksi, lochea rubra/sanguinolenta/serosa/alba, perineum

oedema/tidak, ada jahitan/tidak, tidak ada nanah/tidak ektremitas


oedema/tidak, tanda hotman positif/negatif, berhubungan dengan

tromboflebitis. Assasement berupa diagnosa berdasarkan data dan masalah

yaitu P...Ab...Post partum...

Masalah – masalah yang biasa terjadi pada masa nifas adalah

bendungan ASI, abses mamae, puting susu lecet, nyeri bekas luka

episiotomi, sulit BAB. Diagnosa potensial yang mungkin terjadi adalah

HPP karena atonia uteri, Pemberian ASI awal, melakukan hubungan antara

ibu dan bayi baru lahir, menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah

terjadinya hipotermi, memberikan jadwal kontrol ulang dan kunjungan

masa nifas. Setelah itu dilakukan implementasi sesuai intervensi dan

langkah terakhir adalah melakukan evaluasi dari hasil yang sudah

diberikan.

H. Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir

Dalam melakukan asuhan kebidanan menggunakan manajemen

varney, dimulai dari tanggal pengkajian, jam pengkajian, tempat

pengkajian, diagnosa kasus yang diambil. Pengkajian yang dilakukan

dimulai dari data subyektif ibu mengatakan telah melahirkan bayinya di...

normal/ tidak, jenis kelamin..., berat badan...

Data obyektif meliputi pemeriksaan umum..., suhu...0C

normal/tidak, berhubungan dengan hipotermi, pernapasan...x/menit,

keaktifan aktif/tidak, tangisan kuat/lemah berhubungan dengan asfiksia,

kepala ada caput/tidak ada, mulut ada labioskisis/tidak ada berhubungan


dengan pernapasan, tali pusat basah /tidak, bersih/tidak, keluar darah/ tidak

berhubungan dengan infeksi, ekstremitas pergerakan bebas/tidak, genetalia

kedua labia mayora/ kedua skrotum sudah turun, anus positif/negatif,

reflex moro, rooting, sucking, lingkar kepala 33 – 35 cm, lingkar dada 30,5

– 33 cm, lingkar lengan atas 9 – 10 cm, berat badan 2500 – 4000 gram,

panjang badan 50 cm, Neonatus cukup bulan/kurang bulan, sesuai masa

kehamilan/kurang masa kehamilan/masa kehamilan, berhubungan dengan

perawatan bayi sehari.

Assasement berdasarkan data subyektif dan obyektif adalah bayi

Ny... Usia... dengan...

Masalah pada bayi baru lahir adalah bayi tidak bisa menyusui.

Diagnosa potensial yang mungkin terjadi adalah hipotermi, asfiksia,

tetanus neonatorum. Identifikasi kebutuhan segera berdasarkan masalah

yang ada.

Perencanaan/intervensi berdasarkan diagnosa dan masalah seperti

tindakan yang diberikan pada klien adalah mencuci tangan sebelum dan

sesudah merawat bayi, gunakan sarung tangan steril/ DTT berhubungan

dengan pencegahan infeksi, bebaskan napas segera, mempertahankan bayi

tetap hangat untuk menghindari hipotermi, lakukan penilaian apgar skor

pada menit ke – 1 dan ke – 5 untuk mengetahui bayi asfiksia/tidak, berikan

vitamin K untuk mencegah perdarahan bayi baru lahir, berikan obat tetes

mata atau salep mata pada 1 jam pertama persalinan untuk mencegah

infeksi mata akibat penyakit menular seksual, perlihatkan bayi pada ibu
dan keluarga lain, lakukan kontak dini dengan ibu, perhatikan eliminasi

urine dan mekonium dalam 24 jam pertama, bila tidak ada lakukan

kolaborasi dengan dokter spesialis anak, upayakan bayi mendapat

kolostrum/ASI segera mungkin bila tidak ada kontra indikasi, pantau

kondisi 2 jam pertama menghisap, tanda – tanda vital, aktivitas, warna

kulit, sebelum penolong meninggalkan ibu dan bayinya yang memerlukan

tindakan lanjut, perawatan tali pusat, setiap bayi yang akan dipulangkan

disertakan keterangan tentang identitas dan ibunya, memberikan jadwal

kontrol ulang dan kunjungan neonatal. Kemudian intervensi tersebut

diimplementasikan dan dievaluasi hasilnya.

Anda mungkin juga menyukai