Anda di halaman 1dari 2

Menanti Dengan Tekun, Sehati Dalam Doa –

Kisah Para Rasul 1:12-26


Kehidupan kita manusia diperhadapkan dengan banyak hal. Salah satunya
adalah menanti atau menunggu. Salah satu ungkapan yang sering kita dengar
atau katakan, yaitu “Menunggu adalah hal yang membosankan”. Mengapa
muncul ungkapan ini? dikarenakan kebiasaan tidak disiplin, tidak tepat waktu
atau juga karena ketidaksabaran dalam hal menunggu sesuatu. Namun sadarkah
kita, ketika kita ada dalam proses menunggu sesuatu yang kita harapkan,
meskipun terkadang ada waktu yang cukup panjang harus dilewati, tetapi pada
akhirnya buah dari kesetiaan kita adalah suatu kegembiraan, kerena yang
ditunggu adalah apa yang kita harapkan.

Peristiwa antara Kenaikan Tuhan Yesus ke surga dan Ketuangan Roh Kudus,
membuat para murid ada dalam suatu masa penantian. Digambarkan oleh dokter
Lukas sebagai penulis kitab Kisah Para Rasul, dalam Kisah Para Rasul 1:12-26
adalah masa di mana mereka hidup dalam penantian tentang apa yang sudah di
janjikan oleh Tuhan Yesus. Janji tentang menerima kuasa Roh Kudus (ayat 8)
dan janji tentang kedatangan Tuhan Yesus kembali (ayat 11). Mereka tetap
tinggal di Kota Yerusalem ketika menanti janji-Nya (ayat 12).

Mengapa harus Yerusalem? Mengapa mereka tidak kembali ke tempat asal


mereka? sebab, para murid juga taat dengan perintah Yesus yaitu tetap tinggal
di Yerusalem dan melarang mereka meninggalkan kota itu (1:4). Meski di
tengah situasi yang sulit, ketika masih ada dalam tekanan orang-orang Yahudi,
para murid tetap ada dalam suasana kebersamaan dalam masa penantian itu,
yang walaupun sempat terhenti saat proses penangkapan Tuhan Yesus di taman
Getsemani ketika mereka lari meninggalkan Tuhan Yesus (Mrk 14:50). Bentuk
kebersamaan ini juga diungkapkan dengan bertekun dan sehati dalam doa
bersama (ayat 14).

Hal itu menunjukkan bahwa doa memiliki kuasa yang besar dalam pengharapan
akan janji Tuhan. Suasana penantian akan janji Tuhan juga digunakkan oleh
para murid untuk memilih siapa yang harus menggantikan Yudas yang telah
mengkhianati Yesus. Rasul Petrus bersaksi bahwa kitab suci adalah Firman
kebenaran Allah. Janji-janji serta nubuat yang terkandung di dalamnya selalu
dan pasti digenapi-Nya. Sebab Firman Allah adalah ya dan amin ( ayat 16).
Rasul Petrus sebagai pemimpin di antara mereka (Mat 16:18), memimpin proses
pemilihan tersebut.

Para murid yang terkumpul melakukan pemilihan tersebut dengan cara


membuang undi. Diantara kedua orang yang diusulkan yaitu Yusuf yang disebut
Barsabas dan yang juga bernama Yustus dan Matias, maka terpilihlah Matias.
Dalam proses pemilian lewat membuang undi , kembali kita melihat bahwa
mereka bersatu dalam doa sebagai bentuk permohonan kepada Tuhan (ayat 24).
Karena dalam doa mereka dipersatukan oleh Allah dan mendapatkan pilihan
yang terbaik.

Bukan hanya sekedar para murid yang ada dalam masa pengharapan akan janji
Tuhan pada saat itu. Tetapi, kita juga saat ini ada dalam masa-masa penantian
janji akan kedatangan Tuhan Yesus kembali sebagai hakim yang adil.
Ketekunan diperlukan kepada setiap orang percaya yang menanti janji-
Nya.Tidak jarang dalam waktu menunggu janji Tuhan, kita diperhadapkan
dengan pergumulan dan tantangan kehidupan. Banyak orang yang gagal ketika
harus diperhadapkan dengan tantangan dan pergumulan, bahkan meninggalkan
Tuhan Yesus hanya untuk terhindar dari pergumulan, untuk harta, tahta,
popularitas, dan nikmat dunia.

Belajar dari para murid, yang tetap tekun dalam imannya meski ada ketakutan
penindasan dari orang-orang Yahudi.Jemaat yang dikasihi Tuhan Perselisihan
dan perpecahan banyak terjadi saat ini, bukan hanya di luar gereja, tetapi tak
jarang juga hal itu terjadi dalam ruang lingkup orang percaya (gereja).
Terkadang hanya karena berbeda pemahaman maka menimbulkan masalah
besar dalam Keluarga, Jemaat dan Masyarakat. Apalagi dalam waktu yang
dekat di Tahun 2024 kita akan terlibat dalam pemilihan umum. Orang percaya
harus sehati di dalam Tuhan agar terhindar dari perpecahan.

Dari bacaan Alkitab saat ini tidak ditemukan perselisihan dan perpecahan di
antara murid, mengapa? Karena mereka hidup sehati di dalam doa. Orang
percaya terkadang melupakan doa. Tak jarang dalam ibadah doa hanya di buat-
buat. Contohnya ketika hendak berdoa makan ada yang mengatakan “singkat jo
ne, kar’na torang so lapar”. Ungkapan mengatakan doa adalah nafas hidup
orang percaya adalah benar adanya. Karena itu jika kita sudah tidak berdoa,
maka bisa dikatakan rohani kita sudah mati.

Selanjutnya, kita harus bergumul dengan Tuhan tentang apa dan siapa yang
hendak kita pilih. Jangan pernah mengandalkan hikmat manusia dalam memilih
sesuatu. Karena pasti Tuhan akan memberikan jawaban yang terbaik. Hiduplah
menanti janji Tuhan dengan tekun, sehatilah dalam doa bersama, karena doa
mengubah segala sesuatu. Yakinlah bahwa waktu Tuhan pasti yang terbaik dan
janji-Nya Tuhan adalah ya dan amin bagi setiap orang yang percaya. Amin

Anda mungkin juga menyukai