Anda di halaman 1dari 13

MODUL PERKULIAHAN

KESELAMATAN &
KESEHATAN KERJA
3 SKS
RAMBU-RAMBU & APD

Fakultas : Teknik E-learing Kode Mata Kuliah : F10119001

Program Studi : Teknik Mesin


09 Disusun Oleh : Komarudin
ABSTRAK
RAMBU-RAMBU adalah tanda-tanda yang diberikan kepada seluruh pekerja
dalam mengetahui peringatan bahaya di tempat kerja. Beberapa peringatan
dapat berupa tulisan, bunyi, maupun visual media elektronik.
Alat Pelindung Diri (APD) adalah seperangkat alat yang digunakan oleh tenaga
kerja untuk melindungi seluruh/sebagian tubuhnya terhadap kemungkinan
adanya potensi bahaya/kecelakaan kerja.

TUJUAN
Rambu-rambu bertujuan untuk memberi tanda peringatan tentang adanya
bahaya ditempat kerja.
APD dipakai sebagai upaya terakhir dalam usaha melindungi tenaga kerja apabila
usaha rekayasa (engineering) dan administratif tidak dapat dilakukan dengan
baik. Namun pemakaian APD bukanlah pengganti dari kedua usaha tersebut,
namun sebagai usaha akhir

2020 Keselamatan & Kesehatan Kerja (K3) Pusat Bahan Ajar dan eLearning
2 Komarudin http://www.undira.ac.id
PEMBAHASAN
RAMBU & APD

1. Umum
1. Definisi Alat Pelindung Diri (APD)
Alat pelindung diri atau APD dapat didefinisikan sebagai alat yang mempunyai
kemampuan melindungi seseorang dalam pekerjaannya, yang fungsinya mengisolasi
pekerja dari bahaya di tempat kerja.

Pada beberapa perusahaan APD mungkin sebagai jalan keluar yang efektif dalam
mengendalikan resiko. Sebagai contohnya, dengan banyaknya bahaya-bahaya fisik
dalam pengelasan seperti kilatan dan percikan, maka digunakan kacamata gelap
karena tidak ada kemungkinan cara lain pengendalian perlindungan terhadap
penglihatan. Pada lokasi konstruksi sebagi contohnya, topi pengaman / helm dan
sepatu keselamatan (safety shoes) diperlukan untuk melindungi pekerja yang terpapar
oleh bahaya dari benda-benda yang jatuh, atau dari benda-benda yang dapat
menghantam kaki. Tetapi, terhadap risiko yang sedemikian, seperti juga halnya
bahaya kimia, maka praktek kesehatan industri yang baik mengatakan bahwa APD
digunakan hanya bila pengendalian rekayasa / teknik dan administratif tidak
mememungkinkan. Saat pengendalian rekayasa dan administratif sedang diterapkan,
maka APD dianggap sebagai metoda pengendalian sementara atau sebagai
perlindungan tambahan.

Gambar 1. Pakaian Kerja Lengkap dengan Alat Pelindung Diri (APD)

Untuk jelasnya, manajemen harus merancang suatu lingkungan kerja yang aman
dengan mengevaluasi semua bahaya di dalam lingkungan kerja, menilai kebutuhan
untuk pengendalian, dan mengendalikan atau menghilangkan bahaya-bahaya untuk
melindungi pekerja. Untuk bahaya-bahaya di lingkungan kerja yang tidak dapat
dihilangkan melalui pengendalian rekayasa dan administratif, maka metoda yang
terbaik adalah dengan menggunakan APD. Penting bagi manajemen untuk
mengambil sikap tegas dan positif terhadap penggunaan APD dengan benar.
2020 Keselamatan & Kesehatan Kerja (K3) Pusat Bahan Ajar dan eLearning
3 Komarudin http://www.undira.ac.id
2. Undang-Undang tentang APD
Undang-undang yang mengatur tentang APD adalah Undang-undang No. 1 Tahun
1970, tentang keselamatan dan kesehatan kerja, yang terdiri dari beberapa bab,
antara lain :
a. Bab VIII, Pasal 12 ayat b
Tenaga kerja berkewajiban untuk memakai alat pelindung diri
b. Bab VIII, Pasal 12 ayat c
Tenaga kerja berhak menyatakan keberatan kerja pada pekerjaan dimana syarat
kesehatan dan keselamatan kerja serta alat-alat pelindung diri yang diwajibkan
diragukan olehnya, kecuali dalam hal-hal khusus yang ditentukan lain oleh
pegawai pengawas dalam batas-batas yang masih dapat dipertanggung
jawabkan.
c. Bab IX, Pasal 13
Barang siapa yang akan memasuki suatu tempat kerja, diwajibkan menaati semua
petunjuk keselamatan kerja tersebut, disertai dengan petujuk-petunjuk yang
diperlukan.
d. Bab X, Pasal 14 ayat c
Pengurus diwajibkan menyediakan secara cuma-cuma semua alat perlindungan
diri yang diwajibkan pada tenaga kerja di bawah pimpinannya dan menyediakan
bagi setiap orang lain yang memasuki tempat kerja tersebut, disertai dengan
petunjuk-petunjuk yang diperlukan.

3. Program Pengenalan APD


Begitu manajemen memutuskan untuk menggunakan APD maka langkah-langkah
yang harus dilakukan adalah sebagai berikut ini :
a. Buat kebijakan tertulis tentang pemakaian APD dan mensosialisasikan kepada
pekerja dan tamu
b. Pilih jenis APD yang sesuai
c. Laksanakan suatu program pelatihan agar pekerja mengetahui cara pemakaian
dan perawatan yang benar APD yang digunakannya
d. Terapkan dan kontrol penggunaan APD

4. Kebijakan
Kebijakan harus tertulis, secara jelas menyatakan kebutuhan dan pemakaian APD.
Juga memuat tentang pengecualian atau pembatasan penggunaan APD. Kebijakan
perusahaan tentang APD merupakan pedoman dalam pembuatan peraturan dan
prosedur tentang APD.

2. Karakteristik APD
Alat pelindung diri (APD) harus mempunyai karakteristik sebagai berikut :
a. Alat pelindung diri mempunyai keterbatasan yang umum yaitu tidak dapat
menghilangkan bahaya pada sumbernya.
b. Apabila alat pelindung diri tidak berfungsi dan kelemahannya tidak diketahui, maka
resiko bahaya yang timbul dapat menjadi lebih besar.
c. Saat digunakan, alat pelindung diri harus sudah dipilih dengan tepat dan harus selalu
dimonitor.
d. Pekerja yang menggunakannya harus sudah terlatih.

2020 Keselamatan & Kesehatan Kerja (K3) Pusat Bahan Ajar dan eLearning
4 Komarudin http://www.undira.ac.id
3. Jenis-Jenis APD
Jenis-jenis alat pelindung diri (APD) berdasarkan penggunaannya dikategorikan dalam
beberapa jenis, yaitu :

a. Pelindung Kepala
Pelindung kepala atau yang biasa disebut dengan topi/helm pengaman dirancang
untuk menahan kepala dari benturan atau tusukan benda-benda yang jatuh atau
partikel-partikel dan pada beberapa kasus, dari sengatan listrik tegangan tinggi dan
terbakar. Topi/helm pelindung juga dapat melindungi kepala dan rambut dari jeratan
mesin, atau terpapar pada lingkungan berbahaya.

Gambar 2. Alat Pelindung Kepala

American National Standard Institute (ANSI) Z89.1-1986 mendefinisikan topi/helm


pengaman sebagai suatu alat yang dipakai untuk memberikan perlindungan untuk
kepala, atau bagian-bagiannya terhadap benturan, benda-benda kecil/partikel-
partikel berterbangan, sengatan listrik, atau kombinasi diantaranya. Topi/helm
pengaman dapat diklasifikasikan menjadi :
1. Kelas A : Topi/helm pengaman yang dimaksudkan untuk melindungi kepala dari
kekuatan benturan benda-benda yang jatuh, dan dari sengatan listrik akibat
kontak dengan konduktor listrik tegangan rendah/terbatas.
2. Kelas B : Topi/helm pengaman yang dimaksudkan untuk melindungi kepala dari
kekuatan benturan benda-benda yang jatuh, dan dari sengatan listrik akibat
kontak dengan konduktor listrik tegangan tinggi.
3. Kelas C : Topi/helm pengaman yang dimaksudkan untuk melindungi kepala dari
kekuatan benturan benda-benda yang jatuh, tanpa pengaman terhadap listrik,
sengatan listrik akibat kontak dengan konduktor listrik.

Persyaratan umum dari alat pelindung kepala yaitu :


1. Bagian luarnya harus kuat dan tahan terhadap benturan atau tusukan benda-
benda runcing. Cara pengujiannya adalah dengan menjatuhkan benda seberat 3
kg dari ketinggian 1 meter, topi/helm tidak boleh pecah atau benda tidak boleh
menyentuh kepala.
2. Jarak antara lapisan luar dan lapisan dalam dibagian puncak : 4-5 cm
3. Tidak menyerap air. Cara pengujiannya ialah dengan direndam didalam air
selama 24 jam, berat air yang diserap harus < 5%.
4. Tahan terhadap api. Cara pengujiannya yaitu dengan cara topi/helm dibakar
selama 10 detik dengan bahan bakar propan, dengan nyala api bergaris tengah
1cm. Api harus padam setelah 5 detik.

2020 Keselamatan & Kesehatan Kerja (K3) Pusat Bahan Ajar dan eLearning
5 Komarudin http://www.undira.ac.id
Persyaratan khusus dari alat pelindung kepala adalah :
1. Tahan terhadap tegangan listrik tinggi
Cara pengujiannya :
Dengan dialiri listrik arus bolak-balik 20.000 volt dan 60 Hz selama 3 menit,
kebocoran arus < 1 mA. Tidak boleh ada lubang. Tidak menggunakan bagian-
bagian dari logam. Setelah direndam air selama 24 jam, berat air yang diserap <
0,5%.
2. Tahan terhadap tegangan listrik rendah
Cara pengujiannya :
Dengan dialiri listrik arus bolak-balik 2.200 volt dan 60 Hz selama 1 menit,
kebocoran listrik harus < 9 mA.

b. Pelindung Telinga
Pelindung telinga dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu :
1. Sumbat Telinga (Ear Plug)
Sumbat telinga yang baik adalah yang dapat menahan frekuensi tertentu saja,
sedangkan frekuensi untuk bicara biasa (komunikasi) tidak terganggu. Sumbat
telinga biasanya terbuat dari bahan karet, plastik keras, plastik lunak, lilin dan
kapas.

Gambar 3. Sumbat Telinga (Ear Plug)

Kelemahan dari sumbat telinga adalah tidak tepat ukurannya dengan lubang
telinga pemakai, kadang-kadang lubang telinga kanan tidak sama dengan yang
kiri.
Kemampuan atenuasi (daya lindung) sekitar 25-30 dB (decibel). Apabila ada
kebocoran sedikit saja dapat mengurangi atenuasi sampai 15 dB. Daya atenuasi
yang paling kecil adalah yang terbuat dari kapas, antara 2-12 dB.

2. Tutup Telinga (Ear Muff)


Tutup telinga terdiri atas dua jenis yaitu :
a) Atenuasinya pada frekuensi biasa yaitu 25-30 dB
b) Atenuasinya pada frekuensi 2800 – 400 Hz pada 35-45 dB

Gambar 4. Tutup Telinga (Ear Muff)

2020 Keselamatan & Kesehatan Kerja (K3) Pusat Bahan Ajar dan eLearning
6 Komarudin http://www.undira.ac.id
Untuk kondisi khusus dikombinasikan antara sumbat dan tutup telinga sehingga
diperoleh atenuasi yang lebih tinggi, tetapi tidak lebih dari 50 dB, karena hantaran
suara melalui tulang masih ada.

c. Pelindung Muka dan Mata


Fungsi dari alat pelindung muka dan mata antara lain :
1. Melindungi dari lemparan benda-benda kecil
2. Melindungi dari benda-benda panas
3. Melindungi dari pengaruh cahaya
4. Melindungi dari radiasi tertentu

Bahan pembuat pelindung muka dan mata adalah :


1. Gelas / kaca biasa
Bahan pembuatnya ialah gelas yang ditempa secara panas, bila pecah tidak
menimbulkan bagian-bagian yang tajam dan gelas dengan laminasi aluminium.
2. Plastik
Biasanya bahan pembuatnya berupa selulosa asetat, akrilik, polikarbonat dan
CR-39 (allyl-diglycol carbonate).

Gambar 5. Alat Pelindung Muka

Syarat-syarat dari alat pelindung muka dan mata yaitu :


1. Ketahanan terhadap api sama dengan topi/helm pengaman
2. Ketahanan terhadap lemparan benda-benda
Cara pengujiannya :
Dijatuhkan bola besi dengan diameter 1 inchi secara bebas jatuh dari ketinggian
125 cm, mengenai lensa pada titik pusat geometris lensa, lensa tidak boleh
pecah dan tergeser dari rangkanya.

Gambar 6. Alat Pelindung Mata

1. Syarat optis tertentu


Lensa tidak boleh mempunyai efek distorsi/prisma lebih dari 1/16 prisma
dioptri (perbedaan refraksi harus < 1/16 dioptri).
2020 Keselamatan & Kesehatan Kerja (K3) Pusat Bahan Ajar dan eLearning
7 Komarudin http://www.undira.ac.id
2. Alat pelindung mata terhadap radiasi
Prinsipnya adalah kaca mata yang hanya tahan terhadap panjang
gelombang tertentu.

d. Pelindung Pernafasan

Alat pelindung pernafasan berfungsi untuk memberikan perlindungan terhadap


sumber-sumber bahaya di udara tempat kerja, seperti :
1. Kekurangan oksigen
2. Pencemaran oleh partikel (debu, kabut, asap dan uap logam)
3. Pencemaran oleh gas atau uap

Gambar 7. Alat Pelindung Pernafasan

Ada tiga jenis alat pelindung pernafasan, antara lain :


1. Respirator yang bersifat memurnikan udara
– Mengandung bahan kimia
Ada dua jenis yaitu :
1) Topeng dengan kanister yang sesuai untuk bahan-bahan kimia tertentu
Harus dipilih kanister dengan yang sesuai dengan zat pencemar, misalnya
untuk HCl, H2SO4, dan lain-lain. Harus diperhatikan batas waktu dari
kanister tersebut yang tergantung dari isi kanister, konsentrasi zat
pencemar dan aktifitas pemakaiannya.
2) Respirator dengan patrum (catridge) kimia
Biasanya menutup sebagian muka, dengan satu atau dua patrum yang
mengandung bahan kimia tertentu, tidak bisa digunakan untuk keadaan
darurat, dan berfungsi untuk satu macam atau golongan gas/uap.
– Dengan filter mekanis
Bentuknya hampir sama dengan respirator patrum kimia tetapi pemurni
udaranya berupa oksigen. Biasanya digunakan untuk pencegahan terhadap
debu.
– Gabungan
Mempunyai filter mekanis dan bahan kimia.

2. Respirator dengan suplai udara bersih


Sumber udaranya berasal dari saluran udara bersih atau kompressor udara dan
dari tabung bertekanan (pada breathing apparatus). Bentuk dari respirator ini
berupa tabung gas yang berisi udara yang dimampatkan, oksigen yang
dimampatkan dan oksigen yang dicairkan.

3. Respirator dengan suplai oksigen


Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memilih respirator dengan suplai oksigen
adalah :
– Pemilihan yang tepat sesuai dengan jenis bahayanya.
2020 Keselamatan & Kesehatan Kerja (K3) Pusat Bahan Ajar dan eLearning
8 Komarudin http://www.undira.ac.id
– Pemakaian yang tepat
– Pemeliharaan dan pencegahan terhadap penularan penyakit

Sebelum memilih suatu alat pelindung pernafasan harus memperhatikan :


– Sifat bahaya (partikulat, gas, uap, dan lain-lainnya)
– Tanda-tanda zat pencemar
– Kadar zat pencemar
– Tingkat bahaya (bila alat tidak berfungsi)
– Lama penggunaan (dalam lingkungan yang tercemar)
– Lokasi (sehubungan dengan sumber udara segar)
– Jalan (ke dan dari tempat yang tercemar)
– Aktifitas pemakai yang diperkirakan (kekuatan fisik)
– Mobilitas pemakai
– Faktor kenyamanan dalam pemakaian

e. Pakaian Kerja
Syarat umum dari pakaian kerja adalah :
1. Pakaian kerja pria yang bekerja melayani mesin-mesin harus berlengan pendek,
pas (tidak longgar) pada bagian dada atau punggung, tidak ada lipatan-lipatan
yang mungkin menimbulkan bahaya.
2. Pakaian kerja perempuan sebaiknya memakai celana panjang, baju yang pas,
tutup rambut dan tidak mengenakan perhiasan-perhiasan

Gambar 8. Pakaian Kerja

Sedangkan untuk pakaian kerja yang khusus harus mempunyai kriteria-kriteria


sebagai berikut :
1. Pekerjaan terhadap radiasi panas :
– Dilapisi bahan yang dapat merefleksikan panas, biasanya aluminium dan
berkilat
– Terbuat dari katun yang mudah menyerap keringat dan agak longgar
– Bahan-bahan pakaian lain yang bersifat isolasi terhadap panas adalah wool,
katun, asbes (tahan sampai 5000 C) dan bahan sintesis lainnya.
2. Pekerjaan terhadap radiasi mengion :
Dilapisi dengan timbal (timah hitam), biasanya berupa appron (celemek).
3. Pekerjaan terhadap cairan dan bahan kimia :
Terbuat dari plastik atau karet.

2020 Keselamatan & Kesehatan Kerja (K3) Pusat Bahan Ajar dan eLearning
9 Komarudin http://www.undira.ac.id
f. Pelindung Tangan
Fungsi dari alat pelindung tangan adalah :
 Melindungi dari api
 Melindungi dari panas
 Melindungi dari dingin
 Melindungi dari radiasi elektromagnetik
 Melindungi dari radiasi mengion
 Melindungi dari listrik
 Melindungi dari bahan kimia
 Melindungi dari benturan dan pukulan
 Melindungi dari luka
 Melindungi dari lecet dan infeksi dan kotoran

Gambar 9. Alat Pelindung Tangan

Jenis-jenis dari alat pelindung tangan yaitu :


 Sarung tangan (gloves)
 Mitten
Sarung tangan dengan ibu jari terpisah sedangkan jari lainnya menjadi satu.
 Hand pad
Melindungi telapak tangan.
 Sleeve
Melindungi pergelangan tangan sampai lengan, biasanya digabung dengan
sarung tangan.

Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan sarung tangan meliputi :


 Asbes, katun, wool
Untuk sarung tangan yang tahan panas dan api.
 Kulit
Untuk sarung tangan yang tahan terhadap panas, listrik, luka, dan lecet.
 Karet alam atau sintetis
Untuk sarung tangan yang tahan kelembaban air, bahan kimia.
 Poly Vinyl Chloride (PVC)
Untuk sarung tangan yang tahan terhadap zat kimia, asam kuat, oksidator.

g. Pelindung Kaki
Fungsi dari alat pelindung kaki adalah untuk melindungi pekerja dari :
 Tertimpa benda-benda berat atau keras
 Tumpahan atau genangan logam cair, bahan kimia korosif atau iritatif
 Dermatitis/eksim karena bahan-bahan kimia
 Kemungkinan tersandung
2020 Keselamatan & Kesehatan Kerja (K3) Pusat Bahan Ajar dan eLearning
10 Komarudin http://www.undira.ac.id
 Kemungkinan tergelincir
 Kemungkinan tertusuk telapak kakinya
 Pengaruh air panas, dingin, kotor, dan lain-lain

Gambar 10. Alat Pelindung Kaki

Sepatu yang digunakan disesuaikan dengan jenis resikonya :


 Pada industri ringan atau tempat kerja biasa
Cukup memakai sepatu yang baik. Untuk wanita tidak boleh memakai sepatu
brertumit tinggi atau sepatu dengan telapak yang datar dan licin.
 Sepatu pelindung (safety shoes) atau sepatu boot
Dapat terbuat dari kulit, karet sintetis atau plastik. Untuk melindungi jari-jari kaki
terhadap kejatuhan atau benturan benda-benda keras, sepatu dilengkapi dengan
penutup jari dari baja atau campuran baja dengan karbon.
 Untuk mencegah tergelincir, digunakan sol anti slip luar dari karet alam atau
sintetis dengan permukaannya kasar.
 Untuk mencegah tusukan pada telapak kaki dari benda-benda runcing, sol dilapisi
dengan logam.
 Terhadap bahaya listrik, sepatu seluruhnya harus dijahit atau direkat, tidak boleh
menggunakan paku.
 Sepatu atau sandal yang beralaskan kayu baik dipakai pada tempat kerja yang
lembab dan lantai yang panas.
 Sepatu boot dari karet sintetis, untuk perlindungan terhadap bahan-bahan kimia.
 Kadang-kadang diperlukan bantalan lutut, pelindung tungkai bawah dan tungkai
atas, yang terbuat dari karet, asbes, logam, dan lain-lain sesuai dengan resiko
bahayanya.
 Untuk bekerja dengan logam cair atau benda panas, ujung celana tidak boleh
dimasukkan ke dalam sepatu karena cairan logam atau bahan panas dapat
masuk ke dalam sepatu.

h. Pelindung Kejatuhan
Pekerja kadang perlu bekerja di tempat tinggi, dari pekerjaan yang sederhana seperti
mengganti bola lampu sampai pekerjaan yang sulit seperti mengecat cerobong asap,
atau bekerja di pembangunan bangunan bertingkat.

Kejatuhan seseorang akan mencapai jarak sebagai berikut :

Waktu (detik) Ketinggian (meter)


0.5 1.3
1.0 5.3
1.5 12.0
2.0 21.0

2020 Keselamatan & Kesehatan Kerja (K3) Pusat Bahan Ajar dan eLearning
11 Komarudin http://www.undira.ac.id
Kejatuhan, meskipun pada jarak 1.3 meter, dapat menyebabkan codera serius.
Perlindungan kejatuhan adalah suatu cara untuk mencegah kecelakaan terjatuh yang
fatal. Bentuk perlindungannya biasanya bersiafat pasif dan aktif.
 Perlindungan Pasif
Terdiri atas komponen dan sistem, seperti jaring yang tidak memerlukan suatu
tindakan dari pekerjanya. Begitu terpasang, perlindungan pasif digunakan untuk
perlindungan sepanjang waktu.

Gambar 11. Pelindung Kejatuhan

 Perlindungan Aktif
Dibuat beberapa komponen dan sistem yang membutuhkan beberapa gerakan
dari pekerja agar perlindungannya berfungsi. Sistem ini di antaranya adalah
sabuk pengaman, harness, tali tambatan dan perlengkapannya, dan
komponennya seperti alat penahan tali, tali penggantung, dan sebagainya.
Peralatan aktif tidak berdiri sendiri dan harus dihubungkan atau dikenakan oleh
orang yang akan dilindunginya.

2020 Keselamatan & Kesehatan Kerja (K3) Pusat Bahan Ajar dan eLearning
12 Komarudin http://www.undira.ac.id
DAFTAR PUSTAKA
Rijanto, B. 2011. Pedoman Pencegahan Kecelakaan di Industri. Mitra Wacana Media . Jakarta

. 2011 . Modul Kuliah Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)

http://www.artikelk3.com/pengertian-prosedur-kerja-k3.html

http://www.artikelk3.com/

http://www.artikelk3.com/topik/artikel+keselamatan+dan+kesehatan+kerja.html

http://www.Kesehatan-Dan-Keselamatan-Kerja-Di-Lingkungan-Industri.htm

2020 Keselamatan & Kesehatan Kerja (K3) Pusat Bahan Ajar dan eLearning
13 Komarudin http://www.undira.ac.id

Anda mungkin juga menyukai