Anda di halaman 1dari 4

1.a.

Proses pencarian kebenaran non-ilmiah


Berdasarkan uraian pada soal, proses pencarian kebenaran adalah melalui cara
Non ilmiah melalui otoritas. Pendekatan otoritas hanya cocok untuk menemukan
Kebenaran dogmatis bagi kepentingan tertentu seperti dalam kehidupan beragama.

b. Contoh rangkaian proses pencarian kebenaran non-ilmiah melalui proses


mencoba-coba (trial and error)
Mencoba sesuatu secara berulang-ulang, walaupun selalu menemukan kegagalan
dan akhirnya menemukan suatu kebenaran disebut cara kerja trial and error.
Dengan cara ini seseorang telah aktif melakukan usaha untuk menemukan
sesuatu, meskipun sebenarnya tidak mengetahui dengan pasti tentang sesuatu
yang ingin dicapainya sebagai tujuan dalam melakukan percobaan itu.
Penemuan coba-coba (trial and error) diperoleh tanpa kepastian akan
diperolehnya sesuatu kondisi tertentu atau pemecahan sesuatu masalah.
Pemecahan terjadi secara kebetulan setelah dilakukan serangkaian usaha; usaha
yang berikut biasanya agak lain, yaitu lebih maju, daripada yang
mendahuluinya.
salah satu contoh yang dicobakan oleh Robert Kock dengan mengasah kaca
hingga terbentuk sebagai lensa, yang mampu memperbesar benda-benda yang
tidak dapat dilihat dengan mata telanjang, kaca-kaca itu diasah tanpa
mengetahui tujuannya. Akhirnya ternyata lensa yang ditemukannya itu telah
mendasari pembuatan mikroskop, yang pada giliran berikutnya melalui trial and
error telah mengantarkan yang bersangkutan pada keberhasilan menemukan
basil atau kuman penyakit Tuberculose (TBC).

2.a. teori Hans Kelsen dalam pendekatan perundang-undangan (statute approach)


Dalam metode pendekatan perundang-undangan peneliti perlu memahami hierarki
Peraturan perundang-undangan. Konsep hierarki norma hukum merujuk pada
Pandangan Hans Kelsen dengan teori hierarki norma hukum. Menurut Hank
Kelsen, tatanan hukum merupakan suatu tatanan urutan norma-norma dari
Tingkatan-tingkatan yang berbeda. Kesatuan norma-norma ini ditunjukkan oleh
Fakta bahwa pembentukan norma yang lebih rendah ditentukan oleh norma lain
Yang lebih tinggi. Rangkaian proses pembentukan hukum ini diakhiri oleh suatu
Norma dasar tertinggi (Hans Kelsen, 1971:179).
Teori hierarki norma hukum oleh Hans Kelsen tersebut diacu oleh pasal 7 ayat 2
Undang-Undang No 12 Tahun 2011 yang menegaskan kekuatan hukum
Peraturan perundang-undangan sesuai dengan hierarki tersebut dalam ayat 1 ,
Sebagai berikut :
1. UUD 1945
2. TAP MPR
3. UU/PERPU
4. PP
5. PERPRES
6. PERDA PROVINSI
7. PERDA KABUPATEN/KOTA

b. Pendekatan perundang-undangan dapat digunakan dalam penelitian hukum


Bagi penelitian untuk kegiatan praktis, pendekatan perundang-undangan ini akan
Mengkaji adakah konsistensi dan kesesuaian antara suatu UU dengan UU lainnya
Atau antara UU dengan UUD atau antara regulasi dan UU. Hasil dari telaah
Tersebut merupakan suatu argument untuk memecahkan masalah/isu hukum yang
Di hadapi.
Bagi penelitian untuk kegiatan akademis, peneliti perlu mencari ratio legis dan
Dasar ontologis lahirnya UU tersebut. Dengan mempelajari ratio legis dan dasar
Ontologis suatu UU peneliti sebenarnya mampu menangkap kandungan filosofi
Yang ada di belakang UU itu. Memahami kandungan filosofi yang ada dibelakang
UU itu, peneliti tersebut akan dapat menyimpulkan mengenai ada tidaknya
Benturan filosofis antara UU dengan isu yang dihadapi.

3.a sifat analitik dari proses berpikir


sifat analitik dari proses berpikir merupakan salah satu ciri dari penalaran dalam
kegiatan berpikir ilimiah karena
Penalaran merupakan suatu kegiatan berpikir yang menyandarkan diri kepada
Suatu analisis dan kerangka berpikir yang dipergunakan untuk analisis tersebut
Adalah logika penalaran yang bersangkutan. Artinya penalaran ilmiah merupakan
Suatu kegiatan analisis yang mempergunakan logika ilmiah dan demikian juga
Penalaran lainnya yang mempergunakan logikanya sendiripula. Sifat analitik ini
Merupakan konsekuensi dari adanya suatu pola berpikir tertentu. Tanpa adanya
Pola berpikir tersebut, maka tidak akan ada kegiatan analisis, sebab analisis pada
Hakikatnya merupakan suatu kegiatan berpikir berdasarkan langkah-langkah
Tertentu.

b. Contoh proses penarikan kesimpulan dengan menggunakan penalaran induktif


Logika induktif adalah penarikan kesimpulan yang dimulai atau diawali dari hal-
Hal yang bersifat khusus untuk ditarik ke hal yang bersifat umum atau dari kasus
Kasus individual nyata untuk menjadi kesimpulan yang bersifat umum.
Langkah-langkah atau cara berpikir dengan menggunakan logika induksi adalah
Pertama, merumuskan fakta. Langkah kedua adalah mencari hubungan sebab
Akibat. Kemudian, langkah berikutnya, mengembangkan penalaran berdasarkan
Kasus-kasus terdahulu atau sebelumnya yang telah diputus oleh hakim, untuk
Selanjutnya membandingkan dengan kasus factual yang dihadapi atau yang sedang
Diperiksanya. Berdasarkan temuan tersebut ditarik kesimpulan yang menyatakan
Penalaran dengan menggunakan logika induksi.

4.a Analisis judul penelitian “Pengawasan Penyelenggaraan Terhadap


Kewenangan Pemerintahan Daerah dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia
Menurut UUD 1945 Dihubungkan dengan Kekuasaan Kepala Daerah dalam
Penyelenggaraan Pemerintahan di Daerah Masing-masing”.
Judul penelitian yang baik harus memenuhi kriteria sebagai berikut :
1. Menunjukkan dengan tepat masalah hukum yang diteliti
2. Singkat (tidak lebih dari 20 kata), jelas dan tidak memberi ruang bagi
Penafsiran yang bermacam-macam.
3. Bahasa yang dipergunakan bahasa ilmiah, yaitu mengandung pengertian-
Pengertian hukum maupun konsep hukum .
Untuk dapat membuat judul dengan baik haris memahami masalah hukum.
Masalah atau isu hukum berintikan pertanyaan tentang apa hukumnya, apa yang
Menjadi hak dan kewajiban orang dalam situasi kemasyarakatan tertentu dan
Berdasarkan itu apa yang seharusnya dilakukan orang yang kepatuhannya tidak
Diserahkan pada kemauan bebas yang bersangkutan.
Masalah/isu hukum timbul karena adanya dua proposisi hukum yang mempunyai
Hubungan yang bersifat fungsional, kausalitas maupun yang satu menegaskan
Yang lain. Masalah/isu hukum yang timbul karena hubungan fungsional memuat
Proposisi yang pertama bersifat fungsional terhadap yang kedua. Masalah/isu
Hukum yang timbul karena hubungan kausalitas memuat proposisi yang satu
Dipikirkan sebagai penyebab yang lain. Masalah/isu hukum yang timbul karena
Hubungan diterangkan menerangkan memuat preposisi yang satu dipikirkan
Sebagai menerangkan makna yang lain .
Menurut saya judul penelitian “Pengawasan Penyelenggaraan Terhadap
Kewenangan Pemerintahan Daerah dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia
Menurut UUD 1945 Dihubungkan dengan Kekuasaan Kepala Daerah dalam
Penyelenggaraan Pemerintahan di Daerah Masing-masing” tidak sesuai dengan
Kriteria judul yang baik yaitu :
1. Tidak menunjukkan dengan tepat masalah hukum yang diteliti
2. Judul lebih dari 20 kata, kurang jelas dan memberi ruang bagi
Penafsiran yang bermacam-macam.

b. Rencana judul penelitian sesuai dengan kriteria judul yang baik dalam penelitian
Hukum
“ Implikasi Yuridis Undang-Undang Administrasi Kependudukan Terhadap
Legalitas Perkawinan Beda Agama”
Dalam judul tersebut terdaoat dua kalimat yang masing-masing terkandung konsep
Hukum yaitu pertama pencatatan perkawinan beda agama dalam UU Administrasi
Kependudukan dan Kedua, sahnya perkawinan beda agama
Judul tersebut juga dengan tepat menunjukkan masalah yang akan diteliti yaitu
Masalah pengaruh UU Administrasi Kependudukan terhadap legalistas Perkawinan
beda agama
Judul juga singkat (tidak lebih dari 20 kata), jelas dan tidak menimbulkan
Banyak penafsiran
Selanjutnya judul juga menggunakan bahasa ilmiah dan konsep hukum.

Anda mungkin juga menyukai