Anda di halaman 1dari 4

Nama : Steffani Sarah Pratiwi

NPM : 3014210416
MATKUL : Logika Hukum
KELAS : G

Penelitian hukum adalah seluruh upaya untuk mencari dan menemukan jawaban yang
benar (right answer) dan/atau jawaban yang tidak sekali-kali keliru (true answer) mengenai
suatu permasalahan, untuk menjawab segala macam permasalahan hukum diperlukan hasil
penelitian yang cermat dan sahih untuk menjelaskan dan menjawab permasalahan yang ada.
Penelitian yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder belaka
dinamakan penelitian normatif. Tujuan penelitian hukum adalah melahirkan kesimpulan dan
rekomendasi penelitian bila diterapkan akan dapat menghilangkan masalah hukum tersebut
sehingga tercipta efektivitas hukum (law in books = law in actions). Penelitian hukum
normatif bermula dari das solen (law in books) menuju das sein (law in action). Dikatakan
normative karena hukum itu diasumsikan sebagai sesuatu yang otonom sehingga
keberlakuannya ditentukan oleh hukum itu sendiri bukan oleh faktor-faktor di luar hukum.
Berdasarkan asumsi ini, hukum dikatakan sempurna dan final sehingga tinggal dilaksanakan.
Karena hukum itu adalah pedoman tingkah laku yang tidak boleh disampingi karena ia
merupakan perintah dari yang berdaulat, maka apabila tidak dilaksanakan akan dikenakan
sanksi.

Logika Mayor mempelajari langsung pekerjaan akal serta menilai hasil-hasil logika
formal dan mengujinya dengan kenyataan praktis yang sesungguhnya, mempelajari sumber-
sumber dan asalnya pengetahuan, alat-alat pengetahuan, proses terjadinya pengetahuan, dan
akhirnya merumuskan metode ilmu pengetahuan itu. Logika formal adalah metodologi
berpikir yang berkenaan dengan struktur atau bentuk logika melalui abstraksi isi pemikiran
yang merumuskan hukum dan asas yang disyaratkan untuk mencapai hasil yang berlaku
dalam mendapatkan pengetahuan melalui penarikan kesimpulan yang bagian-bagiannya
dipertalikan dengan isi tersebut. Logika formal berasal dari kata dasar logika. (keterkaitan
antara logika formal dengan jurnal ini dikarenakan analisa dalam penerapan penelitian hukum
normative tersebut, sedangkan dalam logika formal merumuskan hukum berupa syarat untuk
mencapai hasil )
Penalaran deduktif merupakan salah satu cara berfikir logis dan analistik, yang
tumbuh dan berkembang dengan adanya pengamatan yang semakin intens, sistematis, dan
kritis. Juga didukung oleh pertambahan pengetahuan yang diperoleh manusia, yang akhirnya
akan bermuara pada suatu usaha untuk menjawab permasalahan secara rasional sehingga
dapat dipertanggung jawabkan kandungannya, tentunya dengan mengesampingkan hal-hal
yang irasional. Adapun penyelesaian masalah secara rasional bermakna adanya tumpuan pada
rasio manusia dalam usaha memperoleh pengetahuan yang benar. Dan paham yang
mendasarkan dirinya pada proses tersebut dikenal dengan istilah paham rasionalisme. Metode
deduktif dan paham ini saling memiliki keterikatan yang saling mewarnai, karena dalam
menyusun logika suatu pengetahuan para ilmuan rasionalis cenderung menggunakan
penalaran deduktif.
Lebih jauh lagi deduksi sering lahir dari sebuah persangkaan mayoritas orang.
Sehingga hampir bisa dikatakan bahwa setiap keputusan adalah deduksi, Dan setiap deduksi
diambil dari suatu generalisasi yang berupa generalisasi induktif yang berdasar hal-hal
khusus yang diamati. Generalisasi ini terjadi karena adanya kesalahan dalam penafsiran
terhadap bukti yang ada. Generalisasi induktif sering terjadi dari banyaknya tumpuan pada
pengamatan terhadap hal-hal khusus yang kenyataanya tidak demikian. seperti halnya
kesalahan dokter dalam mendiagnosis penyakit pasien, hal ini terjadi karena tanda-tandanya
sama namun bisa jadi ada penyakit lain dengan tanda-tanda seperti itu, ataupun kasus polisi
yang menyelidiki barang bukti di tempat tindakan kriminal.
Ada beberapa teori yang sering dikaitkan dengan penalaran deduktif. Di antaranya
“teori koherensi”, serta “teori kebenaran pragmatis.” Hal yang disebut terakhir merupakan
sebuah proses pembuktian secara empiris dalam bentuk pengumpulan fakta-fakta real yang
mendukung semua pernyataan sebelumnya. Adapun pencetus teori ini adalah Charles S.
Pierce dalam sebuah makalah dengan judul “how to make our ideas clear?” yang terbit pada
tahun 1878. Bagi seorang penggiat pragmatisme, kebenaran suatu pernyataan diukur dengan
ada tidaknya fungsional hal tersebut dalam kehidupan praktis. Dengan kata lain, sebuah
pernyataan bernilai benar jika berkonsekuensi dengan adanya kegunaan praktis dalam
kehidupan manusia. Sehingga penalaran deduktif juga sering diartikan sebagai sebuah
metode eksperimen.

Kepastian hukum secara normatif adalah ketika suatu peraturan dibuat dan
diundangkan secara pasti karena mengatur secara jelas dan logis. Jelas dalam artian tidak
menimbulkan keragu-raguan (multi tafsir) dan logis. Jelas dalam artian ia menjadi suatu
sistem norma dengan norma lain sehingga tidak berbenturan atau menimbulkan konflik
norma. Kepastian hukum menunjuk kepada pemberlakuan hukum yang jelas, tetap, konsisten
dan konsekuen yang pelaksanaannya tidak dapat dipengaruhi oleh keadaan-keadaan yang
sifatnya subjektif. Kepastian dan keadilan bukanlah sekedar tuntutan moral, melainkan secara
factual mencirikan hukum. Suatu hukum yang tidak pasti dan tidak mau adil bukan sekedar
hukum yang buruk

Penelitian hukum normatif atau penelitian perpustakaan ini merupakan penelitian


yang mengkaji studi dokumen, yakni menggunakan berbagai data sekunder seperti peraturan
perundang-undangan, keputusan pengadilan, teori hukum, dan dapat berupa pendapat para
sarjana. Penelitian jenis normatif ini menggunakan analisis kualitatif yakni dengan
menjelaskan data-data yang ada dengan kata-kata atau pernyataan bukan dengan angka-
angka. Pengertian lainnya yaitu penelitian hukum normative adalah penelitian yang
menganalisis hubungan timbal balik antara fakta sosial dimana hukum dilihat sebagai
Independent variable dan fakta sosial dapat dilihat sebagai dependent variable.
Penelitian yang dilakukan dengan menggunakan data primer disebut dengan
penelitian sosiologis. Hukum dalam pendekatan sosiologis diasumsikan sebagai sesuatu yang
tidak otonom sehingga keberlakuannya ditentukan oleh faktor-faktor non yuridis. Itulah
sebabnya hukum dilihat sebagai produk interaksi sosial. Artinya hukum itu dipatuhi oleh
masyarakat sehingga efektif berlaku karena hukum tersebut dianggap telah merupakan
representasi dari rasa keadilan yang tumbuh dan berkembang di masyarakat tersebut.

Logika Minor mempelajari asas, aturan atau hukum-hukum berfikir yang harus
ditaati, agar orang dapat berfikir dengan benar dan mencapai kebenaran. (terkait dengan
penelitian hukum sosiologis, logika minor termasuk kedalam strategi penemuan hukum yg
Generalisasi karena adanya aturan yang harus di taati). Logika Material mempelajari
langsung pekerjaan akal serta menilai hasil-hasil logika formal dan mengujinya dengan
kenyataan praktis yang sesungguhnya, mempelajari sumber-sumber dan asalnya pengetahuan,
alat-alat pengetahuan, proses terjadinya pengetahuan, dan akhirnya merumuskan metode ilmu
pengetahuan itu. (logika material tersebut dikatakan terkait dengan penelitian hukum
sosiologis karena metode penelitiannya menggunkan field research yang berarti secara
langsung dengan sumber)
Objektivitas atau objektif dalam keilmuan berarti upaya-upaya untuk menangkap sifat
alamiah (empiris) sebuah objek yang sedang diteliti/ dipelajari dengan suatu cara di mana
tidak tergantung pada fasilitas apapun dari subjek yang menyelidikinya. Keobjektifan pada
dasarnya tidak berpihak, di mana sesuatu secara ideal dapat diterima oleh semua pihak,
karena pernyataan yang diberikan terhadapnya bukan merupakan hasil dari asumsi (kira-
kira), prasangka, ataupun nilai-nilai yang dianut oleh subjek tertentu. (Objektivitas termasuk
kedalam strategi penemuan hukum atas penelitian hukum sosiologis). Induksi adalah cara
mempelajari sesuatu yang bertolak dari hal-hal atau peristiwa khusus untuk menemukan
hukum. Induksi adalah ilmu eksakta mengumpulkan data – data dalam jumlah tertentu, dan
atas dasar itu menyusun suatu ucapan umum. Observasi dan eksperimen dilakukan untuk
mengenai gejala-gejala dengan tepat dan saksama, sedang hipotesis dan induksi membuat
rumusan dari hukum-hukumnya. (Induksi termasuk kedalam strategi penemuan hukum atas
penelitian hukum sosiologis yang akan menciptakan perubahan hukum)

Keadilan hukum yaitu suatu tindakan hukum yang tidak memberatkan salah satu
pihak. Dengan kata lain ketika ingin memutuskan sesuatu, harus dilakukan tinjauan terlebih
dahulu agar tidak salah dalam mengambil keputusan sehingga dianggap berat sebelah atau
memihak antara salah satu pihak. Dalam keadilan ini, mereka dituntut berpegang teguh pada
kebenaran yang ada.

Penelitian sosiologi hukum adalah penelitian berupa studi-studi empiris untuk


menemukan teori-teori mengenai proses terjadinya dan mengenai proses bekerjanya hukum
di dalam masyarakat. Penelitian sosiologi hukum membutuhkan kombinasi yang integral
dalam pengambilan kesimpulan dari berbagai disiplin ilmu. Penelitian seperti ini biasa
dikenal dengan penelitian multidisipliner atau penelitian interdisipliner atau penelitian
transdisipliner.

Anda mungkin juga menyukai