Anda di halaman 1dari 7

1.

Batik Parang Kusumo

• Motif batik Parang Kusumo berasal dari daerah Yogyakarta ini memiliki motif seperti huruf ‘S’ yang
memiliki bulatan dan memiliki pola permata pada ujungnya.

• Berdasarkan huruf “S” maka hal tersebut menggambarkan ombak yang memiliki makna semangat
yang tidak pernah padam. Batik ini memiliki filosofi sekaligus memberikan petuah bagaimana agar
untuk tidak pantang menyerah layaknya ombak yang tidak pernah berhenti bergerak.

• - Siapkan kain mori/ sutra, kemudian dibuat motif diatas kain tersebut dengan menggunakan
pensil.

- Setelah motif selesai dibuat, sampirkan atau letakkan kain pada gawangan.

- Nyalakan kompor/ anglo, letakkan malam/ lilin ke dalam wajan/ nyamplung, dan panaskan wajan
dengan api kecil sampai malam/ lilin mencair.

- Menutupi kain dengan malam/ lilin pada bagian-bagian yang akan tetap berwarna putih.

- Selanjutnya dilakukan proses pewarnaan. Siapkan bahan pewarna di dalam ember, kemudian
celupkan kainnya ke dalam larutan pewarna. Proses pewarnaan pertama pada bagian yang tidak
tertutup oleh malam/ lilin. Pewarnaan dilakukan dengan cara mencelupkan kain pada warna
tertentu. Kain dicelup dengan warna yang dimulai dengan warna-warna muda, dilanjutkan dengan
warna lebih tua.

- Setelah dicelupkan dalam pewarna, kain tersebut di jemur dan dikeringkan. Setelah kering
dilakukan proses pelorodan.

- Setelah kain bersih dari malam/ lilin dan dikeringkan, dapat dilakukan kembali proses pembatikan
dengan penutupan malam/ lilin menggunakan alat canting untuk menahan warna berikutnya.

- Setelah beberapa kali proses pewarnaan, kain yang telah dibatik dicelupkan ke campuran air dan
soda ash untuk mematikan warna yang menempel pada batik, dan menghindari kelunturan.

Proses terakhir adalah mencuci /direndam air dingin dan dijemur.

__________________________________

2. Batik Ceplokan

• Batik ceplok berasal dari Yogyakarta, Jawa Tengah. Batik ceplok atau ceplokan merupakan jenis
batik yang memiliki pola atau motif dengan bentuk dasar geometri, seperti persegi, oval maupun
bintang yang disusun melingkar sehingga menyerupai sekuntum bunga dengan pola simetris. Bentuk
tersebut terinsirasi dari buah kawung atau buah aren yang dibelah empat.

• Motif batik ceplok ini menggambarkan suratan takdir dan keteraturan kehidupan, bawah dalam
kehidupan di dunia sudah ada aturan dan garisnya. Sehingga dharapkan sipemakai batik ini dapat
menjalani hidup secara teratur.

• - Kain putih yang akan dibatik dapat diberi warna dasar sesuai selera kita atau tetap berwarna
putih sebelum kemudian di beri malam. Proses pemberian malam ini dapat menggunakan proses
batik tulis dengan canting tangan atau dengan proses cap.

- Setelah diberi malam, batik dicelup dengan warna. Proses pewarnaan ini dapat dilakukan beberapa
kali sesuai keinginan, berapa warna yang diinginkan.
- Proses menghilangkan lilin yang melekat pada permukaan kain. Menghilangkan lilin dilakukan pada
tempat-tempat tertentu dengan cara ngerok (ngerik) atau “melorod” yakni menghilangkan secara
keseluruhan

__________________________________

3. Batik Sekar Jagad

• Batik Sekar Jagad berasal dari Solo dan Yogyakarta. Motif Sekar Jagad yang digambarkan sebagai
peta terlihat pada adanya garis-garis lengkung menyerupai bentuk pulau yang berdampingan satu
sama lain. Motif ini tergolong unik karena terlihat seperti tidak beraturan sebagaimana halnya batik
lain yang memiliki pola berulang dan teratur. Batik Sekar jagad sendiri pun ditandai dengan adanya
isen-isen beraneka ragam motif misalnya kawung, truntum, lereng, flora fauna dan lain lain.

• Sekar Jagad berasal dari kata "sekar" (bunga) dan "jagad" (dunia). Keindahan Batik Sekar Jagad itu
ditandai dengan beranekargaman bunga yang tersebar di atas bumi. Bunga dalam arti kembang
ataupun bunga kehidupan.

• Alat/Bahan : Kain putih, Lilin, Canting, Kemplongan, Wajan, Bangku, Taplak, Gawangan, Kompor,
Tepas / Ilir, Pewarna, Soda Abu.

__________________________________

4. Batik Tujuh Rupa

• Batik Tujuh Rupa berasal dari Pekalongan, Jawa Tengah. Batik Tujuh Rupa menjadi salah satu
andalan wisata budaya karena memiliki warna dan motif yang memukau. Merupakan perpaduan
kebudayaan lokal dengan etnis Tiongkok. Motif yang dituangkan ke atas kain batik tujuh rupa
merupakan nuansa alam. Bisa saja itu merupakan hewan atau tumbuhan. Motif ini mengadopsi pada
motif tumbuhan yang ada pada keramik dari Tiongkok. Motif tumbuhan tersebut dipadukan dengan
ragam binatang.

• Batik Tujuh Rupa mengandung makna kefasihan dan kelembutan. Selain itu ada yang ingin
disampaikan melalui motif batik tujuh rupa, berupa kehidupan orang pesisir jawa yang mudah
beradaptasi dengan kebudayaan luar.

• - Langkah pertama adalah membuat desain batik di atas kain mori/sutra, yang biasa disebut
molani.

- Langkah kedua adalah melukis dengan (lilin) malam menggunakan canting (dikandangi/dicantangi)
dengan mengikuti pola tersebut.

- Tahap selanjutnya, menutupi dengan lilin malam bagian-bagian yang akan tetap berwarna putih
(tidak berwarna). Canting untuk bagian halus, atau kuas untuk bagian berukuran besar.

- Proses pewarnaan pertama pada bagian yang tidak tertutup oleh lilin dengan mencelupkan kain
tersebut pada warna tertentu. Setelah dicelupkan, kain tersebut di jemur dan dikeringkan.

- Setelah kering, kembali melakukan proses pembatikan yaitu melukis dengan lilin malam
menggunakan canting untuk menutup bagian yang akan tetap dipertahankan pada pewarnaan yang
pertama.

- Kemudian, dilanjutkan dengan proses pencelupan warna yang kedua.


- Proses berikutnya, menghilangkan lilin malam dari kain tersebut dengan cara meletakkan kain
tersebut dengan air panas diatas tungku.

- Proses membuka dan menutup lilin malam dapat dilakukan berulangkali sesuai dengan banyaknya
warna dan kompleksitas motif yang diinginkan.

- Proses selanjutnya adalah nglorot, dimana kain yang telah berubah warna direbus air panas.
Tujuannya adalah untuk menghilangkan lapisan lilin.

___________________________________

5. Batik Hokokai

• Batik Hokokai berasal dari Pekalongan, Jawa Tengah. Motif batik modern Jawa Hokokai
dipengaruhi penjajahan Jepang. Ragam hias yang biasanya ada pada batik Jawa Hokokai adalah
bunga sakura, krisant, dahlia dan anggrek dalam bentuk buketan atau lung-lungan dan ditambah
ragam hias kupu-kupu, penampilan
kupu-kupu merupakan simbol keabadian cinta. Selain itu ada pula ragam hias burung merak yang
memiliki arti keindahan dan keagungan. Pada umumnya, motif batik Hokokai berwarna cerah
seperti kuning, merah, merah muda, lembayung, dan hijau turquoise (Ramelan, 2010).

• Dalam bukunya Batik, A Play of Light and Shades, Iwan Tirta menyebutkan para juragan batik
memperkenalkan Batik Jawa Hokokai sebagai tanda penyesuaian kepada penguasa baru supaya
mereka mendapat tempat dan untuk mengambil hati penguasa Jepang. Batik Hokokai mengingatkan
pada sehelai kanvas, di mana setiap bidangnya diisi dengan rapat oleh ragam hias. Menurut Iwan,
batik Hokokai tampak sebagai evolusi alamiah seperti banyak batik lain di pantai utara Jawa yang
dipengaruhi oleh Cina dan Eropa.

• Batik Hokokai menggunakan teknik cap.

- Kain mori diletakkan di atas meja dengan alas di bawahnya menggunakan bahan yang empuk.

- Malam direbus hingga suhu 60 – 70 derajat Celsius.

- Cap dicelupkan ke malam yang telah mencair tadi tetapi hanya 2 cm saja dari bagian bawah cap.

- Kemudian kain mori dicap dengan tekanan yang cukup supaya rapi.

- Selanjutnya adalah proses pewarnaan dengan cara mencelupkan kain mori yang sudah dicap tadi
ke dalam tangki yang berisi cairan pewarna.

- Kain mori direbus supaya cairan malam yang menempel hilang dari kain.

- Setelah itu, proses pembersihan dan pencerahan warna dengan menggunakan soda.

- Penjemuran kemudian disetrika supaya rapih.

___________________________________

6. Batik Kawung

• Batik Kawung adalah sebuah kain motif batik Kawung yang berasal dari kota Jogja. Bentuknya
berupa bulatan mirip buah kawung (sejenis kelapa atau kadang juga dianggap sebagai aren atau
kolang-kaling) yang ditata rapi secara geometris. Kadang, motif ini juga ditafsirkan sebagai gambar
bunga lotus (teratai) dengan empat lembar mahkota bunga yang merekah.
• Pada motif batik Kawung memiliki pola berbentuk irisan buah kawung atau kolang-kaling. Buah
yang didapat dari pohon aren ini bermakna bahwa dalam masyarakat Jawa sebaiknya melakukan
kebaikan tidak perlu diketahui orang lain.

Selain itu bunga teratai juga menjadi intrepretasi lain dalam menggambarkan motif batik ini. Empat
lembar kelopak bunga teratai ini mengisyaratkan kesucian dan umur yang panjang.

Lebih dari itu, motif Kawung ini juga bermakna supaya manusia yang mengenakan motif Kawung ini
bisa menjadi sosok manusia ideal dan unggul.

__________________________________

6. Batik Semen Rante

• Batik Semen Rante berasal dari Solo, Jawa Tengah. Batik ini berupa bentuk gambar non-geometris
(motif rantai) dan memiliki corak warna-warna cerah klasik. Yaitu coklat dengan kombinasi warna
merah untuk menghiasi motif ornamennya.

Selain rantai, terdapat ornamen gunung dan unsur dari tiga dunia yang dipercaya dalam tribuwana.
Gunung merupakan tempat berseminya tumbuh-tumbuhan. Adapun tiga unsur yang sesuai dengan
kepercayaan dalam tribuwana adalah udara, bumi dan air. Unsur udara biasa dilambangkan dengan
ornamen garuda, burung, dan awan. Unsur daratan biasa digambarkan dalam ornamen binatang
berkaki empat. Sedangkan air biasa terdapat ornamen air, ular, katak, dan ikan.

• Motif Batik Semen Rante pada zaman dahulu adalah perwakilan sebuah ungkapan. Saat lamaran,
mempelai wanita akan mengenakannya sebagai tanda ia akan setia dirantai untuk menumbuhkan
kasih sayang dengan suaminya. Motif rantai dalam batik semen rante diharapkan mampu mengikat
perasaan pihak perempuan. Perempuan yang memakai batik ini diharap dapat menjaga sebuah
ikatan agar menjadi kokoh sehingga tidak dapat dipisahkan dengan pihak laki-laki. Rantai diharapkan
mampu mengikat rasa cinta perempuan agar tidak diberikan kepada orang lain.

__________________________________________________

Batik Geblek Renteng

• Batik Geblek adalah motif batik khas Kabupaten Kulon Progo. Motif yang sudah menjadi ikon
Kulon Progo tersebut terdiri dari gambar geblek sebagai motif utama dan berbagai simbol yang
menunjukkkan kekayaan alam dan Kondisi Kabupaten Kulon Progo. Geblek dijadikan motif utama
karena merupakan makanan asli khas Kulon Progo. Di antara motif geblek tersebut, ditorehkan
lambang Binangun yang digambarkan sebagai kuncup bunga yang akan mekar, memiliki makna
bahwa Kulon progo merupakan daerah yang sebentar lagi akan mekar menjadi permata indah dari
pulau jawa. Di sampingnya terdapat motif buah manggis yang merupakan flora khas Kulon Progo.

• Di antara motif geblek tersebut, ditorehkan lambang Binangun yang digambarkan sebagai kuncup
bunga yang akan mekar, memiliki makna bahwa Kulon progo merupakan daerah yang sebentar lagi
akan mekar menjadi permata indah dari pulau jawa. Di sampingnya terdapat motif buah manggis
yang merupakan flora khas Kulon Progo. Ketiga motif tersebut dibuat dengan pola naik turun sebagai
perlambang bahwa kenampakan alam di Kulon Progo yang sangat bervariasi, mulai dari pegunungan,
dataran tinggi, hingga dataran rendah dan pantai.

Untuk bagian kain bawah, motif binangun sedikit dimodifikasi dengan menambahkan hiasan yang
menyerupai sayap yang melambangkan bahwa sebentar lagi di Kabupaten Kulon Progo akan
dibangun Bandar Udara yang diharapakan mampu meningkatkan kemajuan masyarakat Kulon Progo.
Selain itu juga ada gambar burung kacer yang terbang ke atas, sebagaimana diketahui bahwa
burung kacer merupakan salah satu fauna identitas Kulon Progo.

• Proses atau tahapan pembuatan Batik Geblek Renteng secara umum sama dengan batik-batik
lainnya.

Alat dan bahan yang dibutuhkan untuk membuat batik ini adalah:

1 Malam

2. Canting atau cetakan

3. Kain putih

4. Pemanas malam.

5. Pewarna kain

Langkah-langkah membuat batik:

1 Menggambar motif

2. Motif diberi malam menggunakan canting atau cap 3. Kain didiamkan hingga kering

4. Kain diberi warna

5. Ulangi proses pemberian malam dan pewarnaan jika ingin motif dan warna lebih

6. Kain direbus di air panas untuk meluruhkan malam

7. Kain dijemur

_______________________________

Batik Sidomukti
•Batik sidomukti merupakan salah satu batik yang berkembang di Keraton Surakarta. Sidomukti
berasal dari kata sido dan mukti. Kata sido merupakan bahasa Jawa yang memiliki arti jadi atau
menjadi. Sedangkan kata mukti merupakan bahasa Jawa yang mempunyai arti kebahagiaan,
kekuasaan, dan tidak kekurangan sesuatu.

• Banyak ornamen dalam batik sidomukti yang berisi doa dan harapan baik bagi pemakainya.
Ornamen kupu-kupu dalam batik sidomukti memiliki makna pembebasan, pencerahan, ataupun
puncak dari kesempurnaan.

• Ornamen singgasana dalam batik ini menggambarkan sebuah tempat yang tinggi. Singgasana
memiliki makna harapan manusia untuk dapat meningkatkan derajatnya, menjadi mulia, dan
dihormati orang lain.

• Meru alias gunung seringkali dihubungkan dengan kedudukan Sang Pencipta. Gunung dalam batik
merupakan tingkatan atas di mana dewa dan para suci berkumpul.

• Bunga selain berarti kecantikan, dan keindahan ternyata memiliki makna yang dalam. Bunga
merupakan sumber segala kehidupan. Bunga mampu menghasilkan biji yang menjadi cikal bakal
kehidupan.

• Selain ornamen utama, batik sidomukti juga memiliki motif pelengkap isen-isen. Isen-isen dalam
batik ini berupa titik-titik dan garis yang berfungsi sebagai pengisi ruang kosong.

• - Menganji. Menganji adalah memberi kanji pada kain mori yang sudah bersih. Maksud dari
menganji ini adalah untuk memudahkan menggambar motif batik dengan menggunakan lilin atau
malam.

- Pengemplongan. Pengemplongan dilakukan dengan maksud agar kain tidak terlalu kaku atau
lemas. Kain yang akan dikemplong, digulung dan dilipat, kemudian diratakan.

- Nembok adalah proses menutup bagian-bagian kain mori yang nantinya berwarna putih.

- Medel adalah proses pewarnaan terhadap kain yang telah dibatik.

- Menyoga, adalah proses memberi warna cokelat. Warna cokelat ini diperoleh dari sejenis kulit
pohon soga yang direbus bersama ramuan lainya.

- Proses ngelorod adalah membuang seluruh malam yang menempel pada kain mori.

___________________________________

Batik Truntum

• Batik Truntum berasal dari Surakarta, Jawa Tengah. Motif batik Truntum digambarkan seperti
bintang-bintang yang bertaburan di langit malam yang cerah. Sedangkan bagi sebagian orang, motif
itu terlihat seperti taburan bunga-bunga abstrak kecil, atau menyerupai kuntum bunga melati yang
bertebaran.

• Motif Truntum melambangkan romantika cinta antara dua manusia. Secara etimologi, Truntum
atau taruntum (Jawa) berasal dari istilah, “teruntum-tuntum” artinya tumbuh lagi. Taruntum
memiliki makna senantiasa bersemi kembali atau semarak lagi. Sebagai simbol cinta dan kasih
sayang, batik Truntum kerap mewarnai pernikahan adat Jawa. Dalam konteks pernikahan, motif
batik Truntum membawa nilai filosofi pengharapan akan kesetiaan dan kelanggengan kedua
mempelai, ketika menjalani kehidupan rumah tangga.
• Kain mori (bisa terbuat dari sutra atau katun)

• Canting sebagai alat pembentuk motif,

• Gawangan (tempat untuk m enyampirkan kain)

• Lilin (malam) yang dicairkan

• Panci dan kompor kecil untuk memanaskan

• Larutan pewarna

Adapun tahapan-tahapan dalam proses pembutan batik tulis ini:

• Langkah pertama adalah membuat desain batik yang biasa disebut molani. Membuat design atau
motif ini dapat menggunakan pensil.

• Setelah selesai melakukan molani, langkah kedua adalah melukis dengan lilin malam menggunakan
canting dengan mengikuti pola tersebut.

• Tahap selanjutnya, menutupi dengan lilin malam pada bagian yang akan tetap berwarna putih
(tidak berwarna). Canting untuk bagian halus, atau kuas untuk bagian berukuran besar.

• Tahap berikutnya, proses pewarnaan pertama pada bagian yang tidak tertutup olehlilin dengan
mencelupkan kain tersebut pada warna tertentu .

• Setelah dicelupkan, kain tersebut dijemur dan dikeringkan.

• Setelah kering, kembali melakukan proses pembatikan yaitu melukis dengan lilin malam
menggunakan canting untuk menutup bagian yang akan tetap dipertahankan pada pewarnaan yang
pertama.

Anda mungkin juga menyukai