B. Kompetensi Awal
Siswa mengetahui Latar Belakang kedatangan kolonial ke Indonesia
Siswa mengetahui proses masuknya kolonial ke Indonesia dan perlawanan bangsa
Indonesia terhadap kolonial
C. Profil Pelajar Pancasila
1. Iman dan Taqwa Kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Berakhlak Mulia: Dilakukan
Melalui kegiatan berdoa sebelum dan sesudah pembelajaran, Mengimani segala
mahluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, mensyukuri segala ciptaan Tuhan Yang
Maha Esa termasuk bersyukur atas nikmat Tuhan saat ini.
2. Mandiri
Dilakukan melalui pertanyaan-pertanyaan yang disampaikan saat melihat sebuah
video maupun membaca sumber, mengerjakan segala tugas individu yang diberikan
dalam upaya menyelesaikan kompetensinya
3. bergotong royong melalui kegiatan diskusi kelompok dan saling bekerjasama dalam
menyelesaikan sebuah permasalahan
4. Kreatif
Dengan menghasilkan karya atau gagasan atau tindakan yang orisinil dalam
pengerjaan tugas-tugas yang diberikan baik dalam bentuk audio, visual, audio visual,
baik digital maupun non digita
5. Bernalar Kritis
Didapaati dengan mampu memproses informasi dan gagasan serta melakukan
evaluasi terhadap prosedur yang dilakukan, mampu mengemukakan pendapat
mengenai informasi maupun gagasan yang muncul setelah mempelajari hubungan
manusia dan sejarah.
F. Model Pembelajaran
Pendekatan : Pendekatan Konstruktivisme
Model : AIR (Auditory, Intellectually, Repetition)
Metode : Diskusi, Tanya jawab dan Projek / Assesment
G. Tujuan Pembelajaran
11.1 Menganalisis dan menelaah peristiwa kolonialisme dan perlawanan bangsa
Indonesia dengan menggunakan sumber primer dan sekunder
Kriteria Ketuntasan Tujuan Pembelajaran
Pertemuan Kriteria Ketercapaian/Indikator/Evidence Assesmen
1. Menganalisis keterkaitan faktor- - Selama proses
faktor lahirnya kolonialisme dan pembelajaran
imperialisme serta kebijakan dinasti
Turki Usmani
Menganalisis pelayaran ke timur dan
eksploitasi wilayah penghasil
rempah-rempah dengan perlawanan
kerajaan-kerajaan lokal terhadap
bangsa-bangsa Eropa seperti
perlawanan rakyat Aceh terhadap
Portugis, kerajaan Demak terhadap
Portugis, dan perlawanan Maluku
terhadap Portugis.
Menganalisis Perkembangan VOC - Selama proses
dan kebijakan-kebijakan VOC di pembelajaran
Indonesia
Menganalisis perlawanan-perlawanan
2. terhadap VOC (perlawanan Sultan
Agung Hanyokrokusumo di
Mataram, perlawanan Sultan
Hasanuddin dari Makassar, dan
perlawanan Sultan Ageng Tirtayasa).
Menganalisis kebijakan Herman - Selama proses
Willem Deandels di Indonesia pembelajaran
Menelaah kebijakan kerja rodi di
3.
Indonesia
Menganalisis Dampak Kebijakan
Deandels di Indonesia
Menganalisis kebijakan Raffles di - Selama proses
Indonesia (bidang Politik, ekonomi, pembelajaran
dan sosial)
Menganalsis kebijakan Gubernur
Jenderal Johannes Van de Bosch di
4.
Indonesia (Sistem Tanam Paksa /
Cultuurstelsel)
Menganalisis Dampak Kebijakan
Raffles dan Johannes Van de Bosch
di Indonesia
Menganalisis tentang perlawanan - Selama proses
rakyat Indonesia menghadapi bangsa pembelajaran
5.
Barat : Perang Paderi, Perang Aceh,
Perang Batak, Perang Diponegoro
Menganalisis dampak kolonialisme
bagi Indonesia dalam bidang politik
dan ekonomi.
Menganalisis kebijakan politik etis di - Selama proses
Indonesia pembelajaran
6. Menganalisis dampak positif dan
negatif dari kebijakan politik etis di
Indonesia
H. Persiapan Pembelajaran
Langkah-langkah yang perlu disiapkan guru adalah:
1. Mempersiapkan bahan ajar terkait ( Buku, PPT, dan bahan ajar lainnya)
2. Mempersiapkan lembar penilaian
3. Mempersiapkan materi pengayaan dan remedial
4. Mempersiapkan perangkat assesmen untuk masing-masing pertemuan
I. Langkah Pembelajaran
1. Pertemuan pertama (2 x 45 Menit)
Kriteria Ketercapaian/Indikator/Evide
Menganalisis keterkaitan faktor-faktor lahirnya kolonialisme dan
imperialisme serta kebijakan dinasti Turki Usmani
Menganalisis pelayaran ke timur dan eksploitasi wilayah penghasil
rempah-rempah dengan perlawanan kerajaan-kerajaan lokal terhadap
bangsa-bangsa Eropa seperti perlawanan rakyat Aceh terhadap Portugis,
kerajaan Demak terhadap Portugis, dan perlawanan Maluku terhadap
Portugis.
Kegiatan Pembelajaran Waktu
Kegiatan Pendahuluan
a. Berdo’a bersama
b. Bersama peserta didik, guru membuat kesepakatan aturan
dalam kegiatan pembelajaran pada hari ini.
c. Guru mempersiapkan kelas agar lebih kondusif untuk
memulai proses KBM (kehadiran,kerapian, kebersihan ruang
kelas, menyediakan media dan alat serta buku yang
diperlukan)
d. Guru mengajukan pertanyaan pemantik, antara lain:
Mengapa orang-orang Eropa berlomba-lomba melakukan pelayaran 15
ke Timur?
e. Apakah Anda mempunyai pengalaman atau peristiwa yang
sangat bersejarah?
f. Apakah Anda pernah menonton film-film dokumenter atau
perjuangan ?
g. Mengkomunikasikan hasil jawaban pertanyaan pemantik dan
diskusi secara lisandan tulisan.
h. Guru dan peserta didik menyimpulkan pemahaman
bermakna bahwa setiap kejadian di masa lalu akan selalu
meninggalkan bukti. Bukti itu yang menjadi kenangan,
kenangan yang dijadikan pelajaran dan prinsip untuk masa
depan.
i. Guru membimbing peserta didik untuk mengkaitkan
pertanyaan pemantik dengan alur pembelajaran hari ini yaitu
perlawanan rakyat terhadap kolonialisme
j. Guru melakukan assesmen awal:
1. faktor-faktor lahirnya kolonialisme dan imperialisme
2. kebijakan dinasti Turki Usmani
Rubik Penilaian:
No Nama Sistematika Sesuai Kreatif Menarik Nilai
Absen Pesdik Presentasi Konsep Predikat
KELOMPOK 1
Keterangan:
4= Sangat Baik Nilai = Jumlah Skor X 100%
3= Baik 33
2= Cukup
1= Kurang
Rubik penialian:
Konsep
perlawanan
faktor-faktor kerajaan-
lahirnya kerajaan
No Nama Siswa Kuis Nilai
kolonialisme lokal
dan terhadap
imperialisme bangsa-
bangsa Eropa
1
2
3
4
dst
Kegiatan Penutup
1. Guru menuntun peserta didik agar membangun karakter dalam
mempelajari perkembangan dan kebijakan VOC, serta perlawanan
yang dilakukan rakyat terhadap VOC, yaitu:
Selalu bersyukur kepada Tuhan YME, yaitu dengan cara
semangat belajar untuk memaksimalkan potensi diri
Bergotong royong, melalui kegiatan diskusi kelompok dan
saling bekerjasama dalam menyelesaikan sebuah
permasalahan. Termasuk bergotong royong dalam
mencapai tujuan bersama
2. Guru melakukan konfirmasi dan penguatan terhadap konsep- 15
konsep yang dipelajari
3. Guru mengajak siswa untuk menyimpulkan hasil pembelajaran
Guru meminta siswa untuk memberikan pendapat tentang
pembelajaran hari ini, dan hal apa yang perlu diperbaiki
kedepannya.
Guru meminta siswa untuk menyimpulkan hasil diskusi
perkelompok yang telah dilakukan
4. Guru memberikan kuis mengenai materi sebelum pulang
5. Guru dan peserta didik sama-sama menutup kegiatan
pembelajaran denagn melakukan doa penutup.
Pertemuan 2
Kriteria Indikator Penilaian Kelompok saat presentasi:
Indikator Penialain Deskripsi
Hasil diskusi
Sesuai Konsep
Kreatif
Menarik
Rubrik Penilaian:
No Nama Sistematika Sesuai Kreatif Menarik Nilai
Absen Pesdik Presentasi Konsep Predikat
KELOMPOK 1
Keterangan:
4= Sangat Baik
3= Baik Nilai = Jumlah Skor X 100%
2= Cukup 33
1= Kurang
Kriterian kesesuaian jawaban konsep:
Konsep Deskripsi
Perkembangan dan Kebijakan VOC 1. Kedatangan VOC di Indonesia
2. Kebijakan VOC (Sosial, Politik, dan
Ekonomi)
3. Akhir VOC
Perlawanan terhadap VOC 1. perlawanan Sultan Agung
Hanyokrokusumo di Mataram
2. perlawanan Sultan Hasanuddin dari
Makassar Budaya
3. perlawanan Sultan Ageng Tirtayasa
Kuis:
1. Apa Tujuan utama kedatangan VOC di Indonesia?
2. Kebijakan-kebijakan apa saja yang dimiliki VOC di Indonesia
3. Kenapa rakyat Indonesia melakukan perlawanan terhadap kebijakan VOC?
Rubrik Penialian:
Konsep
Nama Perkembangan
No Perlawanan Kuis Nilai
Siswa dan kebijakan
terhadap VOC
VOC
1
2
3
4
dst
Kegiatan Penutup
1. Guru menuntun peserta didik agar membangun karakter dalam
mempelajari kebijakan Herman Willem Deandels di Indonesia,
serta dampak dari kebijakannya, yaitu:
Selalu bersyukur kepada Tuhan YME, yaitu dengan cara
semangat belajar untuk memaksimalkan potensi diri
Bergotong royong, melalui kegiatan diskusi kelompok dan
saling bekerjasama dalam menyelesaikan sebuah
permasalahan. Termasuk bergotong royong dalam
mencapai tujuan bersama
2. Guru melakukan konfirmasi dan penguatan terhadap konsep- 15
konsep yang dipelajari
3. Guru mengajak siswa untuk menyimpulkan hasil pembelajaran
Guru meminta siswa untuk memberikan pendapat tentang
pembelajaran hari ini, dan hal apa yang perlu diperbaiki
kedepannya.
Guru meminta siswa untuk menyimpulkan hasil diskusi
perkelompok yang telah dilakukan
4. Guru memberikan kuis mengenai materi sebelum pulang
5. Guru dan peserta didik sama-sama menutup kegiatan
pembelajaran denagn melakukan doa penutup.
Pertemuan 3
Kriteria Indikator Penilaian Kelompok saat presentasi:
Indikator Penialain Deskripsi
Sistematikapresentasi
Sesuai Konsep
Kreatif
Menarik
Rubrik Penialian:
No Nama Sistematika Sesuai Kreatif Menarik Nilai
Absen Pesdik Presentasi Konsep Predikat
KELOMPOK 1
Keterangan:
4= Sangat Baik
Nilai = Jumlah Skor X 100%
33
3= Baik
2= Cukup
1= Kurang
Kuis:
1. Apa saja kebijakan Deandels di Indonesia?
2. Apa dampak dari kerja rodi yang diterapkan Belanda bagi Rakyat Indonesia?
Rubrik Penialaian:
Konsep
Nama Perkembangan Dampak
No Penerapan Kuis Nilai
Siswa dan kebijakan kebijakan
kerja rodi
Deandels Deandels
1
2
3
4
dst
Kegiatan Penutup
1. Guru menuntun peserta didik agar membangun karakter dalam
mempelajari kebijakan Raffles dan Van de Bosch di Indonesia,
serta dampak dari kebijakkan keduanya, yaitu:
Selalu bersyukur kepada Tuhan YME, yaitu dengan cara
semangat belajar untuk memaksimalkan potensi diri
Bergotong royong, melalui kegiatan diskusi kelompok dan
saling bekerjasama dalam menyelesaikan sebuah
permasalahan. Termasuk bergotong royong dalam
mencapai tujuan bersama
2. Guru melakukan konfirmasi dan penguatan terhadap konsep- 15
konsep yang dipelajari
3. Guru mengajak siswa untuk menyimpulkan hasil pembelajaran
Guru meminta siswa untuk memberikan pendapat tentang
pembelajaran hari ini, dan hal apa yang perlu diperbaiki
kedepannya.
Guru meminta siswa untuk menyimpulkan hasil diskusi
perkelompok yang telah dilakukan
4. Guru memberikan kuis mengenai materi sebelum pulang
5. Guru dan peserta didik sama-sama menutup kegiatan
pembelajaran denagn melakukan doa penutup.
Pertemuan 4
Kriteria Indikator Penilaian Kelompok saat presentasi:
Indikator Penialain Deskripsi
Sistematikapresentasi
Sesuai Konsep
Kreatif
Menarik
Rubrik penilaian:
No Nama Sistematika Sesuai Kreatif Menarik Nilai
Absen Pesdik Presentasi Konsep Predikat
KELOMPOK 1
Keterangan:
4= Sangat Baik
3= Baik Nilai = Jumlah Skor X 100%
2= Cukup 33
1= Kurang
Kuis:
1. Apa kebijakan Raffles di Indonesia?
2. Mengapa Pemerintah Kolonial menerapkan sistem Tanam Paksa?
3. Apa dampak dari Sistem Tanam Paksa bagi Rakyat Indonesia ?
Rubrik Penialian:
Konsep
Dampak
Nama Kebijakan Kebijakan kebijakan
No Kuis Nilai
Siswa Raffles di Van de Raffles dan
Indonesia Bosch Van de
Bosch
1
2
3
4
dst
Kegiatan Penutup
Rubrik Penilaian
No Nama Sistematika Penggunaan Kejelasan Kemampuan Nilai
Absen Pesdik Presentasi Bahasa Menanggapi Predikat
Pertanyaan
KELOMPOK 1
Keterangan:
4= Sangat Baik
3= Baik Nilai = Jumlah Skor X 100%
33
2= Cukup
1= Kurang
Konsep
No Nama Siswa Perlawanan Terhadap Dampak Nilai
Kolonialisme Kolonialisme
1
2
3
4
dst
Kegiatan Penutup
1. Guru menuntun peserta didik agar membangun karakter dalam
mempelajari kebijakan politik etis di Indonesia serta dampaknya,
yaitu:
Selalu bersyukur kepada Tuhan YME, yaitu dengan cara 15
semangat belajar untuk memaksimalkan potensi diri
Bergotong royong, melalui kegiatan diskusi kelompok dan
saling bekerjasama dalam menyelesaikan sebuah
permasalahan. Termasuk bergotong royong dalam
mencapai tujuan bersama
2. Guru melakukan konfirmasi dan penguatan terhadap konsep-
konsep yang dipelajari
3. Guru mengajak siswa untuk menyimpulkan hasil pembelajaran
Guru meminta siswa untuk memberikan pendapat tentang
pembelajaran hari ini, dan hal apa yang perlu diperbaiki
kedepannya.
Guru meminta siswa untuk menyimpulkan hasil diskusi
perkelompok yang telah dilakukan
4. Guru memberikan kuis mengenai materi sebelum pulang
5. Guru dan peserta didik sama-sama menutup kegiatan
pembelajaran denagn melakukan doa penutup.
Pertemuan 6
Kriteria Indikator Penilaian Kelompok saat presentasi:
Indikator Penialain Deskripsi
Sistematikapresentasi
Sesuai Konsep
Kreatif
Menarik
Rubik Penilaian:
No Nama Sistematika Sesuai Kreatif Menarik Nilai
Absen Pesdik Presentasi Konsep Predikat
KELOMPOK 1
Keterangan:
4= Sangat Baik Nilai = Jumlah Skor X 100%
3= Baik 33
2= Cukup
1= Kurang
Rubik penialian:
Konsep
No Nama Siswa Kebijakan Dampak Kuis Nilai
politik etis politik etis
1
2
3
4
dst
Asesmen Sumatif
Pilihan Ganda
1. Pada tahun 1511, Portugis berhasil menaklukkan Malaka. Meskipun demikian, Portugis
tidak bisa sepenuhnya menguasai perdagangan di Asia karena beberapa hal berikut,
kecuali…
a. Portugis tidak bisa memenuhi kebutuhannya sendiri di Malaka
b.Portugis mengalami kesulitan finansial dan kekurangan tenaga kerja
c. Tindakan korupsi yang dilakukan oleh pejabat Portugis di Malaka
d.Pedagang-pedagang Asia pindah ke pelabuhan lain yang aman
e. Serangan dan perlawanan balik dari kesultanan Malaka
2. Kepualauan Banda merupakan salah satu penghasil pala terbaik di dunia. Pada tahun
1621, VOC dibawah J.P.Coen membantai penduduk Banda. Salah satu dampak dari
peristiwa tersebut adalah….
a. Penduduk Banda trauma dan tidak lagi menanam pala
b. Berkurangnya petani yang memahami tentang budidaya pala
c. VOC berhasil memonopoli komoditas pala di dunia
d. Timbulnya berbagai perlawanan balas dendam rakyat banda
e. Meningkatnya produksi pala di kepulauan Banda tahun 1622
4. Dampak yang paling terasa dalam pelaksanaan politik etis di Hindia Belanda adalah….
a. Pemerataan pembangunan di berbagai wilayah Hindia Belanda terkait program
Imigrasi Politik Etis
b. Terjaganyan kualitas tanaman perkebunan milik pemerintah maupun pribumi sebagai
dampak dari Irigasi
c. Pendirian sekolah-sekolah umum untuk semua warga Hindia Belanda tanpa
terkecuali
d. Kebebasan berpolitik dalam Volksraad bagi warga Hindia Belanda
e. Lahirnya golongan terpelajar yang mengarahkan pergerakkan bangsa
5. Tanam paksa sangat menyengsarakan bangsa Indonesia, karena….
a. Hasil panen sepenuhnya milik petani
b. Diberi pupuk secara gratis
c. Petani dipaksa menanam semua kebutuhan Belanda
d. Petani bebas bercocok tanam
e. Petani mendapat upah yang tinggi
Essay
1. Sebutkan sebab khusus terjadinya perang di Ponegoro!
2. Jelaskan strategi yang dilakukan pemerintah kolonial untuk menguasai daerah-daerah di
Indonesia!
3. Apa dampak dari perang Padri bagi masyarakat Minangkabau?
4. Apa itu kerja rodi?
5. Apa tujuan dari diterapkannya tanam paksa oleh Van den Bosch?
Essay
1. Sebab khusus perang Dipenogoro, yaitu belanda memasang patok-patok penanda
pembangunan jalan yang melewati tanah leluhur Pangeran Diponegoro di Tegalrejo
2. Pemerintah kolonial menerapkan politik Devide et Impera untuk menguasai daerah-
daerah di Indonesia. Devide et Impera adalah politik adu domba yang dilakukan untuk
memecah persatuan dan kesatuan masyarakat pribumi Nusantara. Pemerintah Kolonial
dan VOC berhasil menaklukan kerajaan-kerajaan besar Nusantara seperti Banjar, Banten,
Mataram Islam, Gowa-Tallo, dan lainnya, dengan menggunakan politik Devide et
Impera. Mereka selalu mampu untuk menemukan celah dan kekurangan dari kerajaan
Nusantara untuk menjadi bahan adu domba.
3. Dampak yang langsung dirasakan setelah Perang Padri adalah jatuhnya Kerajaan
Pagaruyung atau wilayah Sumatera Barat ke tangan Kolonial Belanda. Selain itu, Tuanku
Imam Bonjol yang tak sudi untuk menyerah kepada Belanda harus ditangkap dan dibuang
ke Cianjur, Jawa Barat.
4. Kerja rodi adalah suatu jenis kerja paksa yang diterapkan oleh Pemerintah Kekaisaran
Perancis yang berupa pengerahan rakyat untuk membangun infrastruktur sipil atau militer
demi kepentingan pembekalan pemerintahan kolonial itu sendiri.
5. tujuan tanam paksa yang diberlakukan oleh Van den Bosch pada rakyat Indonesia:
a. Mengisi kembali kas negara Belanda yang kosong karena pengeluaran negara
yang sangat banyak saat Perang Jawa.
b. Membantu menyediakan dana untuk membayar utang negara yang sangat besar
akibat peperangan.
c. Memberi suntikan dana untuk membiayai peperangan yang dilakukan di Eropa
dan di Indonesia.
d. Mendapatkan keuntungan sebesar – besarnya untuk pendapatan negara.
Reflesi Guru
a. Apakah materi dapat diterima dengan baik oleh peserta didik?
b. Apakah peserta didik dapat menjelaskan tentang kolonialisme dengan baik?
c. Apakah peserta didik dapat menjelaskan perlawanan-perlawanan rakyat terhadap
kolonial?
d. Kesulitan apa yang dialami oleh peserta didik selama proses pembelajaran?
e. Apa langkah atau tindakan yang harus dilakukan untuk perbaikan dalam proses
pembelajaran?
Hak-hak istimewa tersebut tercantum dalam Oktrooi (Piagam) pada tanggal 20 Maret
1602, yang meliputi:
Hak monopoli
Untuk berdagang dan melakukan pelayaran di wilayah timur Tanjung Harapan
dan wilayah barat Selat Magelhaens. Selain itu hak tersebut adalah untuk
menguasai perdagangan demi kepentingan sendiri.
Hak kedaulatan (souvereiniteit)
Hak ini membuat anggotanya dapat bertindak sebagai layaknya suatu negara.
Hak memelihara angkatan perang
Hak memaklumkan adanya perang dan mengadakan sebuah perdamaian
Hak merebut dan menduduki daerah-daerah asing di luar negara Belanda
Hak menetapkan atau mengeluarkan mata uang sendiri
Hak memungut pajak
Hak mengadakan perjanjian dengan raja-raja setempat
Hak mendirikan benteng
https://www.gramedia.com/literasi/tujuan-pembentukan-voc/
d. Kompas.com
Berikut ini adalah beberapa kebijakan VOC:
1. Hak Ekstirpasi
Hak Ekstirpasi adalah hak untuk mengurangi jumlah hasil perkebunan (hasil
produksi) untuk mempertahankan supaya harga tetap tinggi. VOC melakukan
penebangan dan memusnahkan rempah-rempah saat hasilnya melebihi ketentuan.
Kabijakan in sangat merugikan rakyat karena tidak ada sistem pengganti dan
hanya menguntungkan VOC.
2. Verplichte Leverantie
Verplichte Leverantie atau penyerahan paksa adalah kebijakan ekonomi yang
menuntut rakyat untuk menyerahkan hasil buminya pada VOC. Baca juga:
Kebijakan-kebijakan VOC di Bidang Ekonomi Hasil bumi yang harus diserahkan,
contohnya adalah kayu, lada, kapas, beras, nila, dan gula. Selain itu, VOC juga
telah menetapkan harga tertentu hasil bumi rakyat dan tidak memperbolehkan
mereka untuk menjual ke pihak lain selain VOC.
3. Hak Octori
VOC membuat dan menerapkan hak octori, yaitu hak istimewa VOC. Isi hak
octori miliki VOC, yakni:
Melakukan monopoli perdagangan di daerah Tanjung Harapan sampai
Selat Magelhaens dan wilayah kepulauan Nusantara.
Membentuk angkatan perang tersendiri.
Melakukan peperangan.
Melakukan perjanjian dengan raja-raja di Nusantara.
Memiliki hak untuk memilih serta mengangkat pegawainya sendiri.
Memiliki hak untuk memerintah di negara jajahan.
4. Contingenten
Contingenten adalah kewajiban rakyat membayar pajak sesuai dengan besaran
pajak ditentukan oleh VOC. Pembayaran pajak dilakukan menggunakan hasil
bumi tanpa sistem ganti rugi. Tujuannya adalah untuk menambah kas keuangan
VOC, namun sistem ini membuat rakyat menderita karena hasilnya harus
disesuaikan dengan ketentuan VOC.
5. Ketentuan Jenis Tanaman
VOC memiliki hak untuk menentukan area lahan yang dapat digunakan untuk
menanam rempah-rempah. VOC juga berhak atas jenis tanaman rempah yang
akan ditanam. Kebijakan ini diikuti dengan kebijakan penyerahan rempah-rempah
dengan jumlah yang sudah ditentukan.
6. Pelayaran Hongi
Pelayaran Hongi merupakan kebijakan ekonomi VOC untuk mengawasi tindakan
monopoli perdagangan rempah-rempah di Maluku. Kebijakan ini juga akan
menghukum pelanggarnya. Tujuan pelayaran hongi adalah mencegah
penyelundupan hasil bumi ke pihak lain yang dilakukan dengan perahu perang.
Alasan kebijakan ini adalah keterbatasan akses masuk ke Malaka yang menjadi
wilayah penghasil rempah-rempah. Sehingga, Belanda memilih berlayar ke
tempat lain untuk mencari rempah-rempah. Pelayaran hongi pertama dilakukaan
pada tahun 1625 di Maluku oleh VOC.
7. Preangerstelsel
Preangerstelsel adalah kebijakan ekonomi VOC yang memaksa serta mewajibkan
rakyat untuk menanam kopi dan memberikan kepada VOC. Kebijakan dilakukan
pada tahun 1720 di Parahyangan. Kebijakan ini juga dikenal sebagai kebijakan
sistem tanam paksa kopi yang berjalan hingga 1916.
https://regional.kompas.com/read/2022/09/21/195640478/mengenal-kebijakan-
voc-dalam-bidang-ekonomi-ada-pelayaran-hongi?page=all
e. Kompas.com
Perlawanan Terhadap VOC di Mataram, Makassar, dan Banten
VOC (Verenigde Oost-Indesche Compagnie) atau Persekutuan Perusahaan Hindia
Timur adalah kongsi dagang bentukan Belanda yang didirikan pada 20 Maret 1602.
Organisasi ini memperoleh hak-hak istimewa dari parlemen Belanda, seperti hak
monopoli dan hak kedaulatan sebagai suatu negara merdeka. Setelah mendapatkan hak
tersebut, VOC berhasil melakukan intervensi dalam pemerintahan dan sedikit demi
sedikit menguasai Indonesia. Tindakan VOC yang sewenang-wenang kemudian
menimbulkan perlawanan dari rakyat indonesia di berbagai daerah. Berikut ini beberapa
perlawanan rakyat Indonesia di berbagai daerah dalam mengusir VOC.
Perlawanan rakyat Mataram
Pada masa pemerintahan Sultan Agung dari Kerajaan Mataram Islam, Belanda
telah mendirikan kantor dagang di Batavia. Perselisihan keduanya tidak dapat dihindari
hingga VOC melancarkan serangan ke Jepara yang menimbulkan kerugian sangat besar
bagi Mataram. Sultan Agung kemudian menyiapkan penyerangan terhadap VOC di
Batavia sebanyak dua kali. Pada 22 Agustus 1628, pasukan Mataram dipimpin oleh
Tumenggung Baurekso tiba di Batavia. Serangan pertama ini gagal dan tidak kurang dari
seribu prajurit Mataram gugur dalam pertempuran. Mataram kemudian menyiapkan
serangan kedua dengan dipimpin Kiai Adipati Juminah, K.A. Puger, dan K.A. Purabaya.
Meski persiapannya telah matang, perlawanan rakyat Mataram terhadap VOC yang
kedua ini kembali menemui kegagalan. Kegagalan ini disebabkan oleh VOC yang
membakar persediaan makanan para tentara Mataram.
Perlawanan rakyat Makassar
Perlawanan rakyat Makasar terhadap VOC dipimpin oleh Sultan Hasanuddin dari
Kerajaan Gowa. Saat terjadi perselisihan antara Arung Palaka dari Kerajaan Bone dengan
raja Gowa, VOC langsung memanfaatkan kesempatan itu. VOC berhasil memanfaatkan
Arung Palaka untuk menyerang Gowa pada 1666. Pada akhirnya, Sultan Hasanuddin dari
Kerajaan Gowa dipaksa untuk menandatangani perjanjian Bongaya pada 18 November
1667. Berikut isi Perjanjian Bongaya antara Sultan Hasanuddin dengan VOC:
VOC mendapatkan wilayah yang direbut selama perang
Bima diserahkan kepada VOC
Kegiatan pelayaran para pedagang Makassar dibatasi di bawah pengawasan VOC
Penutupan Makassar sebagai bandar perdagangan dengan bangsa Eropa, selain
VOC, dan monopoli oleh VOC
Alat tukar/mata uang yang digunakan di Makassar adalah mata uang Belanda
Pembebasan cukai dan penyerahan 1.500 budak kepada VOC
Kendati demikian, Perjanjian Bongaya baru terlaksana pada 1669 karena Sultan
Hasanuddin masih melakukan perlawanan kembali. Perjanjian Bongaya telah memangkas
kekuasaan Kerajaan Gowa sebagai kerajaan terkuat di Sulawesi. Rakyat Makassar,
terutama Bugis, yang tidak menerima Perjanjian Bongaya kemudian mengembara menuju
daerah lain di Indonesia, seperti Jawa dan Sumatera.
Perlawanan rakyat Banten
Perlawanan Banten terhadap VOC terjadi sejak awal Belanda menginjakkan kaki
di Banten. Perlawanan rakyat Banten terhadap VOC dipimpin oleh Sultan Ageng
Tirtayasa pada 1656. Perlawanan Sultan Ageng Tirtayasa terhadap VOC dilakukan
dengan cara merusak kebun tebu, membantu perlawanan Trunojoyo, dan melindungi
pelarian dari Makassar. Kerajaan Banten juga berhasil menguasai sejumlah kapal VOC
dan beberapa pos penting. Pada 1680, Sultan Ageng kembali mengumumkan perang
setelah terjadi penganiayaan terhadap para pedagang Banten oleh VOC. Sayangnya, di
Banten sedang terjadi perselisihan antara Sultan Ageng dengan putranya, Sultan Haji,
sehingga Belanda langsung memanfaatkan momen tersebut. Belanda mendukung Sultan
Haji yang lebih mudah dipengaruhi untuk membantu kepentingan VOC. Akhirnya Sultan
Ageng Tirtayasa digulingkan dan diasingkan, sementara Sultan Haji menjadi Raja
Banten. Pada 1682, Sultan Haji terpaksa menandatangani perjanjian dengan Belanda
yang isinya sebagai berikut.
VOC berhak atas monopoli perdagangan
Banten menanggung semua ganti rugi perang
Banten merelakan Cirebon kepada VOC
VOC berhak ikut campur dalam setiap urusan Kerajaan Banten
Pada 1695, kemerdekaan Kerajaan Banten telah diambil oleh VOC dan
kedudukan Belanda di Jawa semakin kuat.
https://www.kompas.com/stori/read/2021/05/04/181845779/perlawanan-terhadap-voc-di-
maluku-makassar-mataram-dan-banten?page=all
f. Kompas.com
Kebijakan Herman Willian Deandels di Indonesia
Herman William Daendels menjabat sebagai gubernur jendral di Indonesia pada tahun
1808-1811. Pada tahun 1808, Louis Napoleon dari Perancis menunjuk Daendels ke
Batavia untuk menjadi gubernur jendral di Indonesia. Dalam buku Sejarah Indonesia
Modern: 1200-2004 (2005) karya M.C Ricklefs, tugas utama Daendels sebagai gubernur
jendral adalah memperkuat pertahanan Jawa sebagai basis militer Perancis untuk
melawan pasukan Inggris di kawasan Samudra Hindia. Deandels memerintah Indonesia
dengan sistem kediktatoran dan modernitas. Berikut merupakan kebijakan Daendels di
berbagai bidang kehidupan masyarakat Indonesia.
h. Kompas.com
Kebijakan Raffles di Indonesia
Antara 1811-1816, Indonesia terlepas dari tangan Belanda dan jatuh ke pangkuan
Inggris. Inggris resmi berkuasa di Indonesia setelah ditandatanginya Kapitulasi Tuntang
pada 18 September 1811. Seminggu sebelum Kapitulasi Tuntang, Lord Minto yang
berkedudukan di India mengangkat Thomas Stamford Raffles sebagai wakilnya dengan
pangkat Letnan Gubernur di Jawa. Akan tetapi, dalam pelaksanaannya Raffles berkuasa
penuh di nusantara. Ia pun segera mengambil langkah-langkah penting dalam rangka
menciptakan suatu sistem yang bebas dari unsur paksaan seperti yang diterapkan oleh
VOC dan Daendels. Salah satu langkah yang diambil Raffles dalam bidang pemerintahan
adalah menjadikan para bupati sebagai pegawai pemerintahan. Prinsip-prinsip
pemerintahan Raffles sangat dipengaruhi oleh pengalamannya di India. Berikut ini
kebijakan Thomas Stamford Raffles di Indonesia dalam berbagai bidang:
Kebijakan Raffles di bidang politik
Pulau Jawa dibagi menjadi 16 karesidenan (berlangsung hingga 1964), yang
dibagi lagi menjadi beberapa distrik.
Mengubah sistem pemerintahan yang semula dilakukan oleh penguasa pribumi
menjadi sistem pemerintahan kolonial yang bercorak Barat. Sistem pemerintahan
feodal oleh Raffles dianggap dapat mematikan usaha-usaha rakyat.
Penguasa pribumi dilepaskan kedudukannya yang diperoleh secara turun-
temurun. Mereka kemudian dijadikan pegawai pemerintah kolonial yang langsung
di bawah kekuasaan pemerintah pusat.
Politik memecah belah juga menjadi salah satu kebijakan Inggris di Indonesia.
Kebijakan Raffles di bidang ekonomi
Penghapusan pajak hasil bumi (contingenten) dan sistem penyerahan wajib
(Verplichte Leverantie) sejak zaman VOC yang dianggap memberatkan rakyat.
Menetapkan sistem sewa tanah (landrent system).
Pajak dibayarkan kepada kolektor yang dibantu oleh kepala desa tanpa melalui
bupati.
Petani diberikan kebebasan untuk menanam tanaman ekspor, sedangkan
pemerintah membuat pasar untuk merangsang petani menanam tanaman yang
paling menguntungkan.
Mengadakan monopoli garam dan minuman keras.
Kebijakan Raffles di bidang sosial
Penghapusan kerja rodi (kerja paksa).
Penghapusan perbudakan, meskipun pada praktiknya Raffles melanggar undang-
undangnya sendiri dengan melakukan kegiatan sejenis perbudakan.
Peniadaan pynbank, yaitu hukuman kejam dengan melawan harimau.
Kebijakan Raffles di bidang hukum
Sistem peradilan Raffles berorientasi pada besar kecilnya kesalahan, bukan
didasarkan atas warna kulit (ras) seperti Daendels. Berikut ini badan-badan penegak
hukum yang ada pada masa Raffles.
Court of Justice pada setiap residen
Court of Request pada setiap divisi
Police of Magistrate
Raffles juga meniadakan pengadilan yang dilaksanakan oleh para bupati, karena
akan menimbulkan dualisme dalam hukum.
Kebijakan Raffles di bidang ilmu pengetahuan
Ditulisnya buku berjudul History of Java.
Memberikan bantuan kepada John Crawfurd (Residen Yogyakarta) untuk
mengadakan penelitian yang menghasilkan buku berjudul History of the East
Indian Archipelago.
Mendukung Bataviaach Genootschap, sebuah perkumpulan kebudayaan dan ilmu
pengetahuan.
Ditemukannya bunga Rafflesia Arnoldi.
Dirintisnya Kebun Raya Bogor.
https://www.kompas.com/stori/read/2021/08/19/090000579/kebijakan-raffles-di-
indonesia#
i. Kompas.com
Johannes Van de Bosch di Indonesia, penggagas sistem tanam paksa
Menjelang 1830, kondisi perekonomian Belanda, baik di negara induk ataupun wilayah
jajahannya, sangat kacau. Saat itu, kas negara telah kosong, yang salah satunya
diakibatkan oleh biaya perang Belanda melawan rakyat pribumi Indonesia ataupun
dengan negara lain. Perekonomian Belanda yang terpuruk mengharuskan adanya solusi
cepat untuk memulihkan keuangan. Johannes van den Bosch menyarankan tanah jajahan
harus menanam tanaman yang laku dijual di pasar dunia, guna memulihkan
perekonomian Pemerintah Belanda. Gagasan Van den Bosch itulah yang kemudian
dikenal sebagai Sistem Tanam Paksa atau cultuurstelsel. Pemerintah Belanda menerima
usulan itu, sehingga Johannes van den Bosch diangkat sebagai Gubernur Jenderal Hindia
Belanda ke-43 pada 1830.
Sebagai Gubernur Jenderal Hindia Belanda, tugas utama Van den Bosch adalah
melaksanakan Sistem Tanam Paksa guna mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya
untuk mengisi kas Belanda yang kosong. Van den Bosch menjabat sebagai Gubernur
Jenderal Hindia Belanda hingga 1833. Meski Sistem Tanam Paksa pada akhirnya dihapus
setelah menuai banyak kritik karena terlalu menyengsarakan rakyat jajahan, bagi
Belanda, gagasan Van den Bosch tersebut sukses menggemukkan keuangannya.
Aturan Tanam Paksa
Tuntutan kepada setiap rakyat Pribumi agar menyediakan tanah pertanian untuk
cultuurstelsel tidak melebihi 20% atau seperlima bagian dari tanahnya untuk
ditanami jenis tanaman perdagangan.
Pembebasan tanah yang disediakan untuk cultuurstelsel dari pajak, karena hasil
tanamannya dianggap sebagai pembayaran pajak.
Rakyat yang tidak memiliki tanah pertanian dapat menggantinya dengan bekerja
di perkebunan milik pemerintah Belanda atau di pabrik milik pemerintah Belanda
selama 66 hari atau seperlima tahun.
Waktu untuk mengerjakan tanaman pada tanah pertanian untuk Culturstelsel tidak
boleh melebihi waktu tanam padi atau kurang lebih 3 (tiga) bulan
Kelebihan hasil produksi pertanian dari ketentuan akan dikembalikan kepada
rakyat
Kerusakan atau kerugian sebagai akibat gagal panen yang bukan karena kesalahan
petani seperti bencana alam dan terserang hama, akan di tanggung pemerintah
Belanda
Penyerahan teknik pelaksanaan aturan tanam paksa kepada kepala desa
https://www.kompas.com/stori/read/2022/07/27/140000179/johannes-van-den-
bosch-penggagas-sistem-tanam-paksa
https://www.kompas.com/stori/read/2021/05/02/122535879/sistem-tanam-paksa-
latar-belakang-aturan-kritik-dan-dampak?page=3
j. Sejarahkita.com
Dampak kebijakan Raffles:
Pelaksanaan kebijakan sewa tanah memberikan dampak bagi masyarakat di Jawa.
Berdasarkan laporan dari beberapa bupati, dapat disimpulkan bahwa sistem sewa tanah
memberikan dampak di bidang kemajuan pertanian, angka kriminalitas yang menurun,
produksi pertanian yang meningkat, perbaikan infrastruktur (lebih utama pada bidang
transportasi), dan meluasnya lahan garap. Laporan tersebut didapat dari kemajuan yang
terjadi di berbagai kota di Jawa, seperti Tegal, Pekalongan, Cirebon, Kedu, Jepara,
Rembang, Gresik, Pasuruan,dan Surabaya. Diterapkannya kebijakan sistem sewa tanah
ini juga memiliki dampak dalam struktur kehidupan masyarakat Jawa. Sebelumnya di
Jawa berkembang struktur feodal, tanah di Jawa dimiliki oleh para penguasa atau
kerajaan. Para rakyat atau petani diwajibkan menyetorkan hasil buminya kepada
penguasa. Namun setelah kebijakan Raffles diterapkan, sistem feodal yang berkembang
di Jawa mengalami perubahan.
Struktur feodal ini digantikan oleh banyak kebijakan politik baru yang diterapkan
oleh Raffles. Ia menerapkan kebijakan politik baru yang berdasarkan pada ideologi
liberal. Struktur kekuasaan feodal yang bersifat tradisional diganti dengan sistem yang
baru seperti di Eropa berdasarkan prinsip legal-rasionalitas. Para penguasa seperti adipati,
lurah, dan lain-lain yang sebelumnya bertanggungjawab atas petani digantikan oleh
orang-orang Eropa yang menjadi residen. Mereka kemudian menjadi pegawai umum di
bawah pemerintahan Raffles yang digaji dengan uang. Tugas mereka menjadi asisten dan
penasihat yang mendampingi para residen. Para residen ini dibantu collectur dalam
penarikan pajak kepada para petani di Jawa.
Dengan kebijakan baru seperti ini, rakyat Jawa dituntut untuk beradaptasi dengan
peraturan baru yang dibuat oleh pemerintahan Raffles. Para petani juga menjadi banyak
mengenal kebiasaan baru. Mereka mulai mengenal dengan kebebasan dalam menggarap
tanah. Mereka juga dibebaskan dalam menjual hasil pertanian yang tidak harus kepada
pemerintah. Para rakyat atau petani yang membayar pajak menjadi lebih banyak
mengenal dan menggunakan uang. Mereka mengenal kepastian hukum dalam suatu
kontrak sewa tanah.
https://www.sejarahkita.com/2022/03/dampak-kebijakan-sistem-sewa-tanah-masa.html
k. Kompas.com
Dampak Kebijakan Van de Bosch:
Menurut MC Ricklefs dalam bukunya Sejarah Indonesia Modern 1200-2008 (2008),
dampak negatif tanam paksa, yaitu:
Memakan waktu
Waktu yang dibutuhkan dalam penggarapan budidaya tanaman ekspor
sering mengganggu kegiatan tanam padi. Akibatnya rakyat lebih fokus pada
komoditi yang dipaksa untuk ditanam alih-alih untuk memenuhi kebutuhan
mereka sendiri.
Membutuhkan air banyak
Penggarapan tanaman ekspor seperti tebu membutuhkan air yang banyak
sehingga memberatkan petani.
Penggunaan tanah berkualitas
Budidaya tebu dan nila (indigo) menggunakan sebagian besar tanah sawah
petani yang baik dan bernilai paling tinggi. Dalam praktiknya, sistem tanam paksa
juga menyimpang. Bagian tanah yang diminta untuk ditanami tanaman ekspor
melebihi dari seperlima bagian sepertui yang ditentutakan. Misalnya sampai
sepertiga atau setengah bagian, bahkan sering seluruh tanah menjadi tanaman
ekspor.
Kebutuhan hewan ternak
Pelaksanaan sistem tanam paksa ini melipatgandakan kebutuhan akan
hewan ternak petani. Tidak hanya untuk pekerjaan ladang tetapi juga sebagai alat
angkut hasil tanaman ekspor menuju pabrik atau pelabuhan.
Timbul kelaparan
Kegiatan tanam paksa menyebabkan kelaparan dan wabah penyakit di
mana-mana, sehingga angka kematian meningkat tajam. Bahaya kelaparan
menimbulkan korban jiwa yang sangat mengerikan di daerah Cirebon, Demak,
dan Grobogan. Hal ini mengakibatkan menurunnya jumlah penduduk di daerah
tersebut. Selain itu, penyakit busung lapar juga terjadi di banyak daerah. Selain itu
ada kewajiban yang harus dilaksanakan petani yang menjadi beban berat, seperti:
Petani diwajibkan untuk menanam tebu dengan skema rotasi penanaman padi.
Penduduk desa diwajibkan melakukan pekerjaan seperti menanam, memotong,
dan mengangkat tebu ke pabrik-pabrik gula. Seluruh penduduk desa dikerahkan
bekerja untuk kepentingan pemerintah kolonial maupun untuk kepentingan
pejabat dan kepala-kepala daerah.
Dalam buku Sejarah Nasional Indonesia IV (2008) karya Marwati Djoened dan Nugroho,
dijelaskan dampak positif pelaksanaan tanam paksa bagi rakyat Indonesia, di antaranya:
Rakyat Indonesia mengenal berbagai teknik menanam jenis-jenis tanaman baru.
Meningkatnya jumlah uang yang beredar di pedesaan, sehingga memberikan
rangsangan bagi tumbuhnya perdagangan.
Munculnya tenaga kerja yang ahli dalam kegiatan non pertanian yang terkait
dengan perkebunan dan pepabrikan di pedesaan.
Penyempurnaan fasilitas yang digunakan dalam proses tanam paksa, seperti jalan,
jembatan, penyempurnaan fasilitas pelabuhan dan pabrik serta gudang untuk hasil
budidaya.
https://www.kompas.com/skola/read/2021/02/02/142820169/dampak-tanam-paksa-bagi-
rakyat-indonesia?page=2
l. Ruangguru
Perang Padri
Perang Padri diawali dengan konflik antara Kaum Padri dengan Kaum Adat terkait
pemurnian agama Islam di Sumatra Barat. Kaum Adat masih sering melakukan kebiasaan
yang bertentangan dengan Islam, seperti berjudi dan mabuk-mabukan. Kaum Padri yang
terdiri dari para ulama menasehati Kaum Adat untuk menghentikan kebiasaan tersebut,
Kaum Adat menolaknya, sehingga terjadi perang yang berlangsung tahun 1803–1821.
Perang diakhiri dengan kekalahan Kaum Adat.
Kondisi tersebut lalu dimanfaatkan Belanda untuk bekerja sama dengan Kaum Adat guna
melawan Kaum Padri. Belanda memang bertujuan untuk menguasai wilayah Sumatra
Barat. Salah satu tokoh pemimpin Kaum Padri adalah Tuanku Imam Bonjol. Fase perang
ini berlangsung tahun 1821–1838. Sekitar tahun 1833 atau menjelang tahun-tahun
terakhir perang, Tuanku Imam Bonjol mengajak Kaum Adat agar menyadari tipuan
Belanda dan akhirnya bersatu melawan Belanda. Perang diakhiri dengan kekalahan di
pihak Kaum Padri dan Kaum Adat karena militer Belanda yang cukup kuat.
Perang Aceh
Perang Aceh dilatarbelakangi Traktat Sumatra (1871) yang menyebutkan bahwa Belanda
bebas meluaskan wilayah di Sumatra termasuk Aceh. Hal ini ditentang Teuku Cik Ditiro,
Cut Mutia, Teuku Umar, Cut Nyak Dien, dan Panglima Polim. Belanda mendapatkan
perlawanan sengit dari rakyat Aceh. Rakyat Aceh berperang dengan jihad, sehingga
semangatnya untuk melawan Belanda sangat kuat.
Untuk menghadapinya, Belanda mengutus Snouck Hurgronje untuk meneliti budaya dan
karakter rakyat Aceh. Ia menyarankan agar pemerintah Belanda menggempur pertahanan
Aceh bertubi-tubi agar mental rakyat semakin terkikis, memecah belah rakyat Aceh
menjadi beberapa kelompok, dan melemahkan perlawanan rakyat Aceh. Pada tahun
1903, Perang Aceh pun berakhir dan sejumlah tokohnya ditangkap.
https://www.ruangguru.com/blog/strategi-perlawanan-bangsa-indonesia-terhadap-
penjajahan-belanda
m. Kontan.co.id
Dampak Kolonialisme di Indonesia:
Dampak kolonialisme di bidang politik
Bangsa Barat membawa dampak yang cukup besar dalam dunia politik Indonesia
pada masa penjajahan. Pengaruh penjajah perlahan semakin kuat sehingga mampu
melakukan intervensi masalah internal kerajaan-kerajaan di Nusantara. Hal ini membuat
kekuasaan penguasa Indonesia pada masa tersebut semakin melemah bahkan hilang.
Dampak kolonialisme bangsa Barat diantaranya:
Dasar pemerintahan yang modern yang dibuat Daendels atau Raffles membuat
kedudukan Bupati berubah menjadi pegawai negeri dan digaji, yang semula
merupakan kedudukan adalah turun temurun dan mendapat upeti dari rakyat
menurut adat istiadat.
Bupati dijadikan alat kekuasaan pemerintah kolonial. Pamong praja yang dahulu
berdasarkan garis keturunan sekarang menjadi sistem kepegawaian.
Jawa dijadikan tempat pusat pemerintahan dan membaginya menjadi wilayah
perfektuf.
Intervensi terhadap persoalan kerajaan yang dilakukan oleh Belanda dan Inggris,
contohnya tentang pemilihan raja sehingga imperialis mendominasi politik di
Indonesia. Yang mengakibatkan peranan elite kerajaan berkurang dalam politik,
dan kekuasaan pribumi melemah.
Hukum yang dulu menggunakan hukum adat diubah menggunakan sistem hukum
barat modern.
Belanda ikut campur dalam pengambilan kebijakan raja.
Perubahan dalam politik pemerintahan kembali terjadi akibat kebijakan politik
Pax Nederlanica di akhir abad 19 menuju awal abad 20. Jawa menjadi pusat
pemerintahan dan membaginya menjadi wilayah perfektuf.
Dampak kolonialisme di bidang ekonomi
Selain kerja paksa, berikut ini dampak lain dari kolonialisme dan imperialisme di bidang
ekonomi:
Monopoli dan penguasaan suatu daerah atau koloni oleh penjajah yang
menimbulkan situasi yang tidak sehat dalam hal perdagangan.
Perekonomian bergeser dari pertanian pangan menjadi industri perkebunan.
Praktik monopoli perdagangan oleh VOC membuat mundurnya perdagangan
Nusantara dari kancah perdagangan internasional.
VOC memanfaatkan para penguasa tradisional dalam mengeksploitasi tanah
jajahandengan menerapkan sistem indirect rule, dalam penyerahan wajib hasil
bumi dan pemungutan pajak hasil bumi.
Penerapan sistem tanam paksa menyebabkan rakyat Indonesia mengenal jenis
tanaman baru.
Munculnya pedagang-pedagang perantara dalam perdagangan internasional yang
dipegang oleh orang Timur Asing, sedangkan bangsa Indonesia hanya sebagai
pengecer
Munculnya kota-kota baru di sekitar perusahaan-perusahaan Belanda.
Sistem ekonomi uang yang diperkenalkan kepada masyarakat Indonesia. Dampak
yang ditimbulkan salah satunya adalah sistem utang.
Dalam pengerjaan lahan pertanian, penduduk memulai mengenal pinjaman modal.
Namun mereka harus mengembalikan uang dengan sistem bunga yang
memperparah perekonomian
https://lifestyle.kontan.co.id/news/dampak-kolonialisme-dan-imperialisme-pada-
indonesia-di-bidang-politik-dan-
ekonomi#:~:text=Selain%20kerja%20paksa%2C%20berikut%20ini,pertanian%20pangan
%20menjadi%20industri%20perkebunan
n. Gramedia. Blog
Kebijakan politik etis di Indonesia
Pengertian politik etis adalah salah satu kebijakan yang dikeluarkan pemerintah. Politik
etis ini disebut juga sebagai politik balas budi. Politik etis atau politik balas budi adalah
kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah Hindia Belanda. Kebijakan politik etis ini
diterapkan pada tahun 1901. Kebijakan ini adalah gagasan dari Van Deventer.
Pemerintah Belanda memiliki keharusan untuk memajukan kesejahteraan masyarakat.
Caranya adalah dengan melalui 3 program yang diusung. Ketiga program tersebut adalah
irigasi, edukasi dan emigrasi. Dengan demikian, politik etis adalah salah satu kebijakan
yang diterapkan oleh pemerintah Belanda di Indonesia. Politik etis ini menekankan pada
kewajiban moral mensejahterakan masyarakat Hindia Belanda, atau Indonesia.
Program Politik Etis
1. Irigasi
Salah satu program politik etis adalah irigasi. Di dalam program ini, pemerintah
Hindia Belanda melakukan beberapa pembangunan fasilitas. Pembangunan-
pembangunan tersebut digunakan untuk menunjang kesehatan dari rakyat Indonesia.
Diberikan sarana dan dan prasarana untuk mendukung aktivitas pertanian. meliputi
pembuatan waduk, perbaikan dari sanitasi, jalur transportasi untuk mengangkut hasil
tani dan lain sebagainya.
2. Edukasi
Program kedua politik etis adalah edukasi. Melalui program edukasi,
dilakukannya peningkatan kualitas sumber daya manusia atau SDM di Indonesia.
Selain itu, ditingkatkan pula upaya untuk mengurangi angka buta huruf di
masyarakat. Dimulai juga pelaksanaan-pelaksanaan pengadaan sekolah untuk rakyat.
Akan tetapi, berdasarkan penjelasan dari Suhartono di dalam Sejarah Pergerakan
Nasional dari Budi Utomo sampai Proklamasi 1908-1945 (2001:7), hanya kaum
laki-laki saja yang boleh mengenyam pendidikan pada masa itu. Sedangkan kaum
perempuan hanya belajar di rumah saja.
Hollandsche Inlandsche School (HIS), adalah sekolah dasar untuk masyarakat
pribumi.
Europeesche Lagere School (ELS), adalah sekolah dasar untuk anak Eropa dan
para pembesar pribumi.
Hogere Burgerlijk School (HBS), adalah sekolah menengah yang diperuntukkan
bagi siswa lulusan ELS.
Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO), adalah sekolah menengah bagi siswa
lulusan HIS.
Algemeene Middelbare School (AMS), adalah sekolah menengah atas bagi siswa
lulusan HBS dan MULO.
School tot Opleiding van Indische Artsen (STOVIA), adalah sekolah pendidikan
dokter Jawa.
Recht Hoge School, adalah sekolah hukum.
Landbouw School, adalah sekolah pertanian .
Technik Hoghe School, adalah sekolah teknik.
3. Emigrasi
Emigrasi adalah program ketiga dari politik etis. Emigrasi ditetapkan dalam
rangka memeratakan kepadatan penduduk yang terjadi di Indonesia atau Hindia
Belanda, pada saat itu. Pada tahun 1900, Jawa dan Madura sudah dihuni oleh 14 juta
jiwa. Melalui kebijakan ini, didirikanlah sebuah pemukiman baru.