Anda di halaman 1dari 52

MODUL AJAR SEJARAH

Nama : Afni Rahmania Putri


Sekolah : SMAN 07 Bengkulu Utara
Fase :F
Waktu : 10 x 45 Menit (5 Pertemuan)
Materi : kolonisasi dan perlawanan bangsa Indonesia
A. Capaian Pembelajaran
Pada akhir Fase F, peserta didik di kelas XI dan XII mampu mengembangkan
konsep-konsep dasar sejarah untuk mengkaji peristiwa sejarah dalam lintasan
lokal, nasional, dan global. Melaluiliterasi, diskusi, kunjungan langsung ke tempat
bersejarah, dan penelitian berbasis proyek kolaboratif peserta didik mampu
menganalisis serta mengevaluasi berbagai peristiwa sejarah yang terjadi di
Indonesia yang dapat dikaitkan atau dihubungkan dengan berbagai peristiwa
lain yang terjadi di dunia pada periode yang sama meliputi Kolonialisme dan
Perlawanan Bangsa Indonesia, Pergerakan Kebangsaan Indonesia, Pendudukan
Jepang di Indonesia, Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, Perjuangan Mempertahankan
Kemerdekaan, Pemerintahan Demokrasi Liberal dan Demokrasi Terpimpin,
Pemerintahan Orde Baru, serta Pemerintahan Reformasi.
Pada akhir Fase E, Peserta didik di Kelas XI mampu menggunakan sumber
primer dan/atau sekunder untuk melakukan penelitian sejarah secara diakronis dan/atau
sinkronis kemudian mengomunikasikannya dalam bentuk lisan, tulisan, dan/atau
media lain. Selain itu mereka juga mampu menggunakan keterampilan sejarah untuk
menjelaskan, menganalisis, dan mengevaluasi peristiwa sejarah, serta memaknai nilai-
nilai yang terkandung di dalamnya.
Peserta didik di Kelas XII mampu menggunakan sumber primer dan sekunder
untuk melakukan penelitian sejarah secara sinkronis dan/atau diakronis kemudian
mengomunikasikannya dalam bentuk lisan, tulisan, dan/atau media lain. Selain itu
mereka juga mampu menggunakan keterampilan sejarah untuk menjelaskan,
menganalisis, dan mengevaluasi peristiwa sejarah dari berbagai perspektif serta
mengaktualisasikan minat bakatnya dalam bidang sejarah melalui studi lanjutan atau
kegiatan kesejarahan di luar sekolah.

B. Kompetensi Awal
 Siswa mengetahui Latar Belakang kedatangan kolonial ke Indonesia
 Siswa mengetahui proses masuknya kolonial ke Indonesia dan perlawanan bangsa
Indonesia terhadap kolonial
C. Profil Pelajar Pancasila
1. Iman dan Taqwa Kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Berakhlak Mulia: Dilakukan
Melalui kegiatan berdoa sebelum dan sesudah pembelajaran, Mengimani segala
mahluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, mensyukuri segala ciptaan Tuhan Yang
Maha Esa termasuk bersyukur atas nikmat Tuhan saat ini.
2. Mandiri
Dilakukan melalui pertanyaan-pertanyaan yang disampaikan saat melihat sebuah
video maupun membaca sumber, mengerjakan segala tugas individu yang diberikan
dalam upaya menyelesaikan kompetensinya
3. bergotong royong melalui kegiatan diskusi kelompok dan saling bekerjasama dalam
menyelesaikan sebuah permasalahan
4. Kreatif
Dengan menghasilkan karya atau gagasan atau tindakan yang orisinil dalam
pengerjaan tugas-tugas yang diberikan baik dalam bentuk audio, visual, audio visual,
baik digital maupun non digita
5. Bernalar Kritis
Didapaati dengan mampu memproses informasi dan gagasan serta melakukan
evaluasi terhadap prosedur yang dilakukan, mampu mengemukakan pendapat
mengenai informasi maupun gagasan yang muncul setelah mempelajari hubungan
manusia dan sejarah.

D. Sarana dan Prasarana


1. Perangkat komputer atau Laptop
2. Proyektor
3. Jaringan Internet
4. Video Pembelajaran
5. Buku Pembelajaran

E. Target Peserta Didik


1. Siswa Reguler
2. Siswa dengan kesulitan belajar Dengan Daya Ingat yang kurang/Kurang cepat
menangkap materi pembelajaran
3. Siswa berpencapaian tinggi
Jumlah Siswa 33 Siswa

F. Model Pembelajaran
Pendekatan : Pendekatan Konstruktivisme
Model : AIR (Auditory, Intellectually, Repetition)
Metode : Diskusi, Tanya jawab dan Projek / Assesment

G. Tujuan Pembelajaran
11.1 Menganalisis dan menelaah peristiwa kolonialisme dan perlawanan bangsa
Indonesia dengan menggunakan sumber primer dan sekunder
Kriteria Ketuntasan Tujuan Pembelajaran
Pertemuan Kriteria Ketercapaian/Indikator/Evidence Assesmen
1.  Menganalisis keterkaitan faktor- - Selama proses
faktor lahirnya kolonialisme dan pembelajaran
imperialisme serta kebijakan dinasti
Turki Usmani
 Menganalisis pelayaran ke timur dan
eksploitasi wilayah penghasil
rempah-rempah dengan perlawanan
kerajaan-kerajaan lokal terhadap
bangsa-bangsa Eropa seperti
perlawanan rakyat Aceh terhadap
Portugis, kerajaan Demak terhadap
Portugis, dan perlawanan Maluku
terhadap Portugis.
 Menganalisis Perkembangan VOC - Selama proses
dan kebijakan-kebijakan VOC di pembelajaran
Indonesia
 Menganalisis perlawanan-perlawanan
2. terhadap VOC (perlawanan Sultan
Agung Hanyokrokusumo di
Mataram, perlawanan Sultan
Hasanuddin dari Makassar, dan
perlawanan Sultan Ageng Tirtayasa).
 Menganalisis kebijakan Herman - Selama proses
Willem Deandels di Indonesia pembelajaran
 Menelaah kebijakan kerja rodi di
3.
Indonesia
 Menganalisis Dampak Kebijakan
Deandels di Indonesia
 Menganalisis kebijakan Raffles di - Selama proses
Indonesia (bidang Politik, ekonomi, pembelajaran
dan sosial)
 Menganalsis kebijakan Gubernur
Jenderal Johannes Van de Bosch di
4.
Indonesia (Sistem Tanam Paksa /
Cultuurstelsel)
 Menganalisis Dampak Kebijakan
Raffles dan Johannes Van de Bosch
di Indonesia
 Menganalisis tentang perlawanan - Selama proses
rakyat Indonesia menghadapi bangsa pembelajaran
5.
Barat : Perang Paderi, Perang Aceh,
Perang Batak, Perang Diponegoro
 Menganalisis dampak kolonialisme
bagi Indonesia dalam bidang politik
dan ekonomi.
 Menganalisis kebijakan politik etis di - Selama proses
Indonesia pembelajaran
6.  Menganalisis dampak positif dan
negatif dari kebijakan politik etis di
Indonesia

H. Persiapan Pembelajaran
Langkah-langkah yang perlu disiapkan guru adalah:
1. Mempersiapkan bahan ajar terkait ( Buku, PPT, dan bahan ajar lainnya)
2. Mempersiapkan lembar penilaian
3. Mempersiapkan materi pengayaan dan remedial
4. Mempersiapkan perangkat assesmen untuk masing-masing pertemuan

I. Langkah Pembelajaran
1. Pertemuan pertama (2 x 45 Menit)
Kriteria Ketercapaian/Indikator/Evide
 Menganalisis keterkaitan faktor-faktor lahirnya kolonialisme dan
imperialisme serta kebijakan dinasti Turki Usmani
 Menganalisis pelayaran ke timur dan eksploitasi wilayah penghasil
rempah-rempah dengan perlawanan kerajaan-kerajaan lokal terhadap
bangsa-bangsa Eropa seperti perlawanan rakyat Aceh terhadap Portugis,
kerajaan Demak terhadap Portugis, dan perlawanan Maluku terhadap
Portugis.
Kegiatan Pembelajaran Waktu
Kegiatan Pendahuluan
a. Berdo’a bersama
b. Bersama peserta didik, guru membuat kesepakatan aturan
dalam kegiatan pembelajaran pada hari ini.
c. Guru mempersiapkan kelas agar lebih kondusif untuk
memulai proses KBM (kehadiran,kerapian, kebersihan ruang
kelas, menyediakan media dan alat serta buku yang
diperlukan)
d. Guru mengajukan pertanyaan pemantik, antara lain:
Mengapa orang-orang Eropa berlomba-lomba melakukan pelayaran 15
ke Timur?
e. Apakah Anda mempunyai pengalaman atau peristiwa yang
sangat bersejarah?
f. Apakah Anda pernah menonton film-film dokumenter atau
perjuangan ?
g. Mengkomunikasikan hasil jawaban pertanyaan pemantik dan
diskusi secara lisandan tulisan.
h. Guru dan peserta didik menyimpulkan pemahaman
bermakna bahwa setiap kejadian di masa lalu akan selalu
meninggalkan bukti. Bukti itu yang menjadi kenangan,
kenangan yang dijadikan pelajaran dan prinsip untuk masa
depan.
i. Guru membimbing peserta didik untuk mengkaitkan
pertanyaan pemantik dengan alur pembelajaran hari ini yaitu
perlawanan rakyat terhadap kolonialisme
j. Guru melakukan assesmen awal:
1. faktor-faktor lahirnya kolonialisme dan imperialisme
2. kebijakan dinasti Turki Usmani

k. Strategi Perbaikan Kegiatan Pembelajaran:


l. Untuk kelompok siswa yang belum memahami mengenai
materi, diberikan video. Setelah itu, peserta didik
mengomunikasikan hasil literasi dalam bentuk tulisan, lisan,
digital atau non digital.
m. Untuk siswa yang memiliki pemahaman yang baik mengenai
materi diminta untuk menganalisis artikel yang berkaitan
dengan materi lalu mengomunikasikannya dalam bentuk
lisan/tulisan/digital/non-digital.
Kegiatan Inti
1. Siswa mendengarkan dan memperhatikan penjelasan dari guru
(auditory) mengenai keterkaitan faktor-faktor lahirnya
kolonialisme dan imperialisme serta kebijakan dinasti Turki
Usmani, pelayaran ke timur dan eksploitasi wilayah penghasil
rempah-rempah dengan perlawanan kerajaan-kerajaan lokal
terhadap bangsa-bangsa Eropa seperti perlawanan rakyat Aceh
terhadap Portugis, kerajaan Demak terhadap Portugis, dan
perlawanan Maluku terhadap Portugis dengan media power
point.
2. Peserta didik melihat tayangan mengenai materi diatas
3. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, masing-masing
kelompok 4-5 anggota. 60
4. Setiap Kelompok mendiskusikan tentang materi yang mereka
pelajari dan video yang mereka tonton serta menuliskan hasil
diskusi tersebut dan selanjutnya untuk dipresentasikan di
depan kelas (auditory).
5. Saat diskusi berlangsung, siswa mendapat soal atau
permasalahan yang berkaitan dengan materi (intellectual).
6. Masing-masing kelompok memikirkan cara menerapkan hasil
diskusi serta dapat meningkatkan kemampuan mereka untuk
menyelesaikan masalah (intellectual).
7. Setelah selesai berdiskusi, siswa mendapat pengulangan materi
dengan cara mendapatkan tugas atau kuis untuk tiap individu
(repetition).
Kegiatan Penutup
1.Guru menuntun peserta didik agar membangun karakter dalam 15
mempelajari faktor-faktor lahirnya kolonialisme dan imperialisme
serta kebijakan dinasti Turki Usmani, yaitu:
 Selalu bersyukur kepada Tuhan YME, yaitu dengan cara
semangat belajar untuk memaksimalkan potensi diri
 Bergotong royong, melalui kegiatan diskusi kelompok dan
saling bekerjasama dalam menyelesaikan sebuah
permasalahan. Termasuk bergotong royong dalam
mencapai tujuan bersama
2. Guru melakukan konfirmasi dan penguatan terhadap konsep-
konsep yang dipelajari
3. Guru mengajak siswa untuk menyimpulkan hasil pembelajaran
 Guru meminta siswa untuk memberikan pendapat tentang
pembelajaran hari ini, dan hal apa yang perlu diperbaiki
kedepannya.
 Guru meminta siswa untuk menyimpulkan hasil diskusi
perkelompok yang telah dilakuka
4. Guru memberikan kuis mengenai materi sebelum pulang
5. Guru dan peserta didik sama-sama menutup kegiatan
pembelajaran denagn melakukan doa penutup.
1. Asesmen Formatif (dalam Pembelajaran)
Pertemuan 1
Kriteria Indikator Penilaian Kelompok saat presentasi:
Indikator Penialain Deskripsi
Sistematikapresentasi
Sesuai Konsep
Kreatif
Menarik

Rubik Penilaian:
No Nama Sistematika Sesuai Kreatif Menarik Nilai
Absen Pesdik Presentasi Konsep Predikat
KELOMPOK 1

Keterangan:
4= Sangat Baik Nilai = Jumlah Skor X 100%
3= Baik 33
2= Cukup
1= Kurang

Kriterian kesesuaian jawaban konsep:


Konsep Deskripsi
faktor-faktor lahirnya kolonialisme dan 1. Gold
imperialisme 2. Glory
3. Gospel
perlawanan kerajaan-kerajaan lokal 1. Perlawanan rakyat aceh
terhadap bangsa-bangsa Eropa 2. Kerajaan demak
3. Perlawanan rakyat maluku

Rubik penialian:
Konsep
perlawanan
faktor-faktor kerajaan-
lahirnya kerajaan
No Nama Siswa Kuis Nilai
kolonialisme lokal
dan terhadap
imperialisme bangsa-
bangsa Eropa
1
2
3
4
dst

2. Pertemuan Kedua (2 x 45 Menit)


Kriteria Ketercapaian/Indikator/Eviden
 Menganalisis Perkembangan VOC dan kebijakan-kebijakan VOC di
Indonesia
 Menganalisis perlawanan-perlawanan terhadap VOC (perlawanan Sultan
Agung Hanyokrokusumo di Mataram, perlawanan Sultan Hasanuddin dari
Makassar, dan perlawanan Sultan Ageng Tirtayasa).
Kegiatan Pembelajaran Waktu
Kegiatan Pendahuluan
n. Berdo’a bersama
o. Bersama peserta didik, guru membuat kesepakatan aturan
dalam kegiatan pembelajaran pada hari ini.
p. Guru mempersiapkan
q. CVF C kelas agar lebih kondusif untuk memulai proses
KBM (kehadiran,kerapian, kebersihan ruang kelas,
menyediakan media dan alat serta buku yang diperlukan) 15
r. Guru mengajukan pertanyaan pemantik, antara lain:
s. Apakah Anda mempunyai pengalaman atau peristiwa yang
sangat bersejarah?
t. Apakah Anda pernah menonton film-film dokumenter atau
perjuangan ?
u. Mengkomunikasikan hasil jawaban pertanyaan pemantik dan
diskusi secara lisandan tulisan.
v. Guru dan peserta didik menyimpulkan pemahaman
bermakna bahwa setiap kejadian di masa lalu akan selalu
meninggalkan bukti. Bukti itu yang menjadi kenangan,
kenangan yang dijadikan pelajaran dan prinsip untuk masa
depan.
w. Guru membimbing peserta didik untuk mengkaitkan
pertanyaan pemantik dengan alur pembelajaran hari ini yaitu
perlawanan rakyat terhadap kolonialisme
x. Guru melakukan assesmen awal:
1. Apa itu VOC?
2. Apa tujuan VOC di Indonesia?
y. Strategi Perbaikan Kegiatan Pembelajaran:
1. Untuk kelompok siswa yang belum memahami
mengenai materi, diberikan video. Setelah itu, peserta
didik mengomunikasikan hasil literasi dalam bentuk
tulisan, lisan, digital atau non digital.
2. Untuk siswa yang memiliki pemahaman yang baik
mengenai materi diminta untuk menganalisis artikel
yang berkaitan dengan materi lalu
mengomunikasikannya dalam bentuk
lisan/tulisan/digital/non-digital.
Kegiatan Inti

a. Siswa mendengarkan dan memperhatikan penjelasan dari


guru (auditory) mengenai perkembangan dan kebijakan
VOC di Indonesia, serta perlawanan yang dilakukan rakyat
terhadap VOC: perlawanan Sultan Agung Hanyokrokusumo
di Mataram, perlawanan Sultan Hasanuddin dari Makassar,
dan perlawanan Sultan Ageng Tirtayasa
b. Peserta didik melihat tayangan mengenai VOC (audio
Visual) https://youtu.be/bfj3cm01r_
c. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, masing-masing
kelompok 4-5 anggota. 60
d. Setiap Kelompok mendiskusikan tentang materi yang
mereka pelajari dan video yang mereka tonton serta
menuliskan hasil diskusi tersebut dan selanjutnya untuk
dipresentasikan di depan kelas (auditory).
e. Saat diskusi berlangsung, siswa mendapat soal atau
permasalahan yang berkaitan dengan materi (intellectual).
f. Masing-masing kelompok memikirkan cara menerapkan
hasil diskusi serta dapat meningkatkan kemampuan mereka
untuk menyelesaikan masalah (intellectual).
g. Setelah selesai berdiskusi, siswa mendapat pengulangan
materi dengan cara mendapatkan tugas atau kuis untuk tiap
individu (repetition).

Kegiatan Penutup
1. Guru menuntun peserta didik agar membangun karakter dalam
mempelajari perkembangan dan kebijakan VOC, serta perlawanan
yang dilakukan rakyat terhadap VOC, yaitu:
 Selalu bersyukur kepada Tuhan YME, yaitu dengan cara
semangat belajar untuk memaksimalkan potensi diri
 Bergotong royong, melalui kegiatan diskusi kelompok dan
saling bekerjasama dalam menyelesaikan sebuah
permasalahan. Termasuk bergotong royong dalam
mencapai tujuan bersama
2. Guru melakukan konfirmasi dan penguatan terhadap konsep- 15
konsep yang dipelajari
3. Guru mengajak siswa untuk menyimpulkan hasil pembelajaran
 Guru meminta siswa untuk memberikan pendapat tentang
pembelajaran hari ini, dan hal apa yang perlu diperbaiki
kedepannya.
 Guru meminta siswa untuk menyimpulkan hasil diskusi
perkelompok yang telah dilakukan
4. Guru memberikan kuis mengenai materi sebelum pulang
5. Guru dan peserta didik sama-sama menutup kegiatan
pembelajaran denagn melakukan doa penutup.
Pertemuan 2
Kriteria Indikator Penilaian Kelompok saat presentasi:
Indikator Penialain Deskripsi
Hasil diskusi
Sesuai Konsep
Kreatif
Menarik

Rubrik Penilaian:
No Nama Sistematika Sesuai Kreatif Menarik Nilai
Absen Pesdik Presentasi Konsep Predikat
KELOMPOK 1

Keterangan:
4= Sangat Baik
3= Baik Nilai = Jumlah Skor X 100%
2= Cukup 33
1= Kurang
Kriterian kesesuaian jawaban konsep:
Konsep Deskripsi
Perkembangan dan Kebijakan VOC 1. Kedatangan VOC di Indonesia
2. Kebijakan VOC (Sosial, Politik, dan
Ekonomi)
3. Akhir VOC
Perlawanan terhadap VOC 1. perlawanan Sultan Agung
Hanyokrokusumo di Mataram
2. perlawanan Sultan Hasanuddin dari
Makassar Budaya
3. perlawanan Sultan Ageng Tirtayasa

Kuis:
1. Apa Tujuan utama kedatangan VOC di Indonesia?
2. Kebijakan-kebijakan apa saja yang dimiliki VOC di Indonesia
3. Kenapa rakyat Indonesia melakukan perlawanan terhadap kebijakan VOC?

Rubrik Penialian:
Konsep
Nama Perkembangan
No Perlawanan Kuis Nilai
Siswa dan kebijakan
terhadap VOC
VOC
1
2
3
4
dst

3. Pertemuan Ketiga (2 x 45 Menit)


Kriteria Ketercapaian/Indikator/Eviden
 Menganalisis kebijakan Herman Willem Deandels di Indonesia
 Menelaah kebijakan kerja rodi di Indonesia
 Menganalisis Dampak Kebijakan Deandels di Indonesia
Kegiatan Pembelajaran Waktu
Kegiatan Pendahuluan
a. Berdo’a bersama
b. Bersama peserta didik, guru membuat kesepakatan aturan
dalam kegiatan pembelajaran pada hari ini. 15
c. Guru mempersiapkan kelas agar lebih kondusif untuk
memulai proses KBM (kehadiran,kerapian, kebersihan ruang
kelas, menyediakan media dan alat serta buku yang
diperlukan)
d. Guru mengajukan pertanyaan pemantik, antara lain:
 Apakah Anda Pernah ke Belanda?
 Apakah Anda pernah menonton film-film documenter
pada masa Kolonial?
e. Mengkomunikasikan hasil jawaban pertanyaan pemantik dan
diskusi secara lisandan tulisan.
f. Guru dan peserta didik menyimpulkan pemahaman
bermakna bahwa setiap kejadian di masa lalu memiliki
pembelajaran penting untuk kita dimasa sekarang maupun
dimasa depan.
g. Guru membimbing peserta didik untuk mengkaitkan
pertanyaan pemantik dengan alur pembelajaran hari ini yaitu
perlawanan rakyat terhadap kolonialisme
h. Guru melakukan assesmen awal:
1. Siapa itu Herman Willem Deandels?
2. Apa itu Kerja rodi?
i. Strategi Perbaikan Kegiatan Pembelajaran:
1. Untuk kelompok siswa yang belum memahami
mengenai materi, diberikan video. Setelah itu, peserta
didik mengomunikasikan hasil literasi dalam bentuk
tulisan, lisan, digital atau non digital.
2. Untuk siswa yang memiliki pemahaman yang baik
mengenai materi diminta untuk menganalisis artikel
yang berkaitan dengan materi lalu
mengomunikasikannya dalam bentuk
lisan/tulisan/digital/non-digital.
Kegiatan Inti

a. Siswa mendengarkan dan memerhatikan penjelasan dari


guru (auditory) mengenai kebijakan Herman Willem
Deandels di Indonesia, serta dampak dari kebijakannya
(Sosial, Politik, dan ekonomi)
b. Peserta didik melihat tayangan mengenai kerja paksa atau
kerja rodi masa pemerintahan Herman William Deandels
(audio Visual) https://youtu.be/6z1eDPIVhQg
c. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, masing-masing 60
kelompok 4-5 anggota.
d. Setiap Kelompok mendiskusikan tentang materi yang
mereka pelajari dan menuliskan hasil diskusi tersebut dan
selanjutnya untuk dipresentasikan di depan kelas
(auditory).
e. Saat diskusi berlangsung, siswa mendapat soal atau
permasalahan yang berkaitan dengan materi (intellectual).
f. Masing-masing kelompok memikirkan cara menerapkan
hasil diskusi serta dapat meningkatkan kemampuan mereka
untuk menyelesaikan masalah (intellectual).
g. Setelah selesai berdiskusi, siswa mendapat pengulangan
materi dengan cara mendapatkan tugas atau kuis untuk tiap
individu (repetition).

Kegiatan Penutup
1. Guru menuntun peserta didik agar membangun karakter dalam
mempelajari kebijakan Herman Willem Deandels di Indonesia,
serta dampak dari kebijakannya, yaitu:
 Selalu bersyukur kepada Tuhan YME, yaitu dengan cara
semangat belajar untuk memaksimalkan potensi diri
 Bergotong royong, melalui kegiatan diskusi kelompok dan
saling bekerjasama dalam menyelesaikan sebuah
permasalahan. Termasuk bergotong royong dalam
mencapai tujuan bersama
2. Guru melakukan konfirmasi dan penguatan terhadap konsep- 15
konsep yang dipelajari
3. Guru mengajak siswa untuk menyimpulkan hasil pembelajaran
 Guru meminta siswa untuk memberikan pendapat tentang
pembelajaran hari ini, dan hal apa yang perlu diperbaiki
kedepannya.
 Guru meminta siswa untuk menyimpulkan hasil diskusi
perkelompok yang telah dilakukan
4. Guru memberikan kuis mengenai materi sebelum pulang
5. Guru dan peserta didik sama-sama menutup kegiatan
pembelajaran denagn melakukan doa penutup.
Pertemuan 3
Kriteria Indikator Penilaian Kelompok saat presentasi:
Indikator Penialain Deskripsi
Sistematikapresentasi
Sesuai Konsep
Kreatif
Menarik

Rubrik Penialian:
No Nama Sistematika Sesuai Kreatif Menarik Nilai
Absen Pesdik Presentasi Konsep Predikat
KELOMPOK 1

Keterangan:
4= Sangat Baik
Nilai = Jumlah Skor X 100%
33
3= Baik
2= Cukup
1= Kurang

Kriterian kesesuaian jawaban konsep:


Konsep Deskripsi
Perkembangan dan Kebijakan Herman 1. Awal kedatangan Deandels di
Willem Deandels di Indonesia Indonesia
2. Kebijakan Deandels (Sosial, politik,
dan ekonomi)
3. Akhir pemerintahan Deandels
Penerapan kerja rodi masa pemerintahan 1. Tujuan Kebijakan Kerja Rodi
Deandels 2. Proses pemberlakuan kebijakan
kerja Rodi
3. Dampak Kerja Rodi bagi masyarakat
Indonesia (Sosial, Ekonomi)
Dampak Kebijakan Deandels di Indonesia 1. Sosial
2. Politik
3. Ekonnmi

Kuis:
1. Apa saja kebijakan Deandels di Indonesia?
2. Apa dampak dari kerja rodi yang diterapkan Belanda bagi Rakyat Indonesia?

Rubrik Penialaian:
Konsep
Nama Perkembangan Dampak
No Penerapan Kuis Nilai
Siswa dan kebijakan kebijakan
kerja rodi
Deandels Deandels
1
2
3
4
dst

4. Pertemuan Keempat (2 x 45 Menit)


Kriteria Ketercapaian/Indikator/Eviden
 Menganalisis kebijakan Raffles di Indonesia (bidang Politik, ekonomi,
dan sosial)
 Menganalsis kebijakan Gubernur Jenderal Johannes Van de Bosch di
Indonesia (Sistem Tanam Paksa / Cultuurstelsel)
 Menganalisis Dampak Kebijakan Raffles dan Johannes Van de Bosch di
Indonesia

Kegiatan Pembelajaran Waktu


Kegiatan Pendahuluan
a. Berdo’a bersama
b. Bersama peserta didik, guru membuat kesepakatan aturan
dalam kegiatan pembelajaran pada hari ini.
c. Guru mempersiapkan kelas agar lebih kondusif untuk
memulai proses KBM (kehadiran,kerapian, kebersihan ruang
kelas, menyediakan media dan alat serta buku yang
diperlukan)
d. Guru mengajukan pertanyaan pemantik, antara lain:
 Apakah Anda pernah pergi berkebun?
 Apakah Anda pernah mendengarkan cerita tentang
bagaimana orang zaman dahulu berkebun pada masa
penjajahan?
e. Mengkomunikasikan hasil jawaban pertanyaan pemantik dan
diskusi secara lisandan tulisan.
f. Guru dan peserta didik menyimpulkan pemahaman
bermakna bahwa setiap kejadian di masa lalu memiliki
pembelajaran yang sangat berharga, dan kita sebagai generasi
yang hidup di masa Indonesia sudah merdeka tidak boleh
melupkan jasa-jasa para pahlawan yang telah berjuang 15
memerdekakan Indonesia
g. Guru membimbing peserta didik untuk mengkaitkan
pertanyaan pemantik dengan alur pembelajaran hari ini yaitu
perlawanan rakyat terhadap kolonialisme
h. Guru melakukan assesmen awal:
1. Siapa itu Raffles?
2. Siapa itu Johannes Van de Bosch
3. Apa itu sistem tanam paksa?
i. Strategi Perbaikan Kegiatan Pembelajaran:
3. Untuk kelompok siswa yang belum memahami
mengenai materi, diberikan video. Setelah itu, peserta
didik mengomunikasikan hasil literasi dalam bentuk
tulisan, lisan, digital atau non digital.
4. Untuk siswa yang memiliki pemahaman yang baik
mengenai materi diminta untuk menganalisis artikel
yang berkaitan dengan materi lalu
mengomunikasikannya dalam bentuk
lisan/tulisan/digital/non-digital.
Kegiatan Inti

a. Siswa mendengarkan dan memerhatikan penjelasan dari 60


guru (auditory) mengenai kebijakan Raffles dan Van de
Bosch di Indonesia, serta dampak dari kebijakkan keduanya
b. Peserta didik melihat tayangan mengenai sistem tanam
paksa (audio Visual) https://youtu.be/R6XSTJ1SOmQ
c. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, masing-masing
kelompok 4-5 anggota.
d. Setiap Kelompok mendiskusikan tentang materi yang
mereka pelajari dan menuliskan hasil diskusi tersebut dan
selanjutnya untuk dipresentasikan di depan kelas (auditory).
e. Saat diskusi berlangsung, siswa mendapat soal atau
permasalahan yang berkaitan dengan materi (intellectual).
f. Masing-masing kelompok memikirkan cara menerapkan
hasil diskusi serta dapat meningkatkan kemampuan mereka
untuk menyelesaikan masalah (intellectual).
g. Setelah selesai berdiskusi, siswa mendapat pengulangan
materi dengan cara mendapatkan tugas atau kuis untuk tiap
individu (repetition).

Kegiatan Penutup
1. Guru menuntun peserta didik agar membangun karakter dalam
mempelajari kebijakan Raffles dan Van de Bosch di Indonesia,
serta dampak dari kebijakkan keduanya, yaitu:
 Selalu bersyukur kepada Tuhan YME, yaitu dengan cara
semangat belajar untuk memaksimalkan potensi diri
 Bergotong royong, melalui kegiatan diskusi kelompok dan
saling bekerjasama dalam menyelesaikan sebuah
permasalahan. Termasuk bergotong royong dalam
mencapai tujuan bersama
2. Guru melakukan konfirmasi dan penguatan terhadap konsep- 15
konsep yang dipelajari
3. Guru mengajak siswa untuk menyimpulkan hasil pembelajaran
 Guru meminta siswa untuk memberikan pendapat tentang
pembelajaran hari ini, dan hal apa yang perlu diperbaiki
kedepannya.
 Guru meminta siswa untuk menyimpulkan hasil diskusi
perkelompok yang telah dilakukan
4. Guru memberikan kuis mengenai materi sebelum pulang
5. Guru dan peserta didik sama-sama menutup kegiatan
pembelajaran denagn melakukan doa penutup.

Pertemuan 4
Kriteria Indikator Penilaian Kelompok saat presentasi:
Indikator Penialain Deskripsi
Sistematikapresentasi
Sesuai Konsep
Kreatif
Menarik

Rubrik penilaian:
No Nama Sistematika Sesuai Kreatif Menarik Nilai
Absen Pesdik Presentasi Konsep Predikat
KELOMPOK 1

Keterangan:
4= Sangat Baik
3= Baik Nilai = Jumlah Skor X 100%
2= Cukup 33
1= Kurang

Kriterian kesesuaian jawaban konsep:


Konsep Deskripsi
Kebijakan Raffles di Indonesia 1. Politik
2. Ekonomi
3. Sosial
kebijakan Gubernur Jenderal Johannes 1. Tujuan Kebijakan Tanam Paksa
Van de Bosch di Indonesia (Sistem 2. Proses pemberlakuan kebijakan
Tanam Paksa / Cultuurstelsel) Tanam Paksa
3. Dampak Kebijakan Tanam Paksa
bagi masyarakat Indonesia (Sosial,
Ekonomi)
Dampak Kebijakan Raffles dan Van de 1. Sosial
Bosch di Indonesia 2. Politik
3. Ekonnmi

Kuis:
1. Apa kebijakan Raffles di Indonesia?
2. Mengapa Pemerintah Kolonial menerapkan sistem Tanam Paksa?
3. Apa dampak dari Sistem Tanam Paksa bagi Rakyat Indonesia ?

Rubrik Penialian:
Konsep
Dampak
Nama Kebijakan Kebijakan kebijakan
No Kuis Nilai
Siswa Raffles di Van de Raffles dan
Indonesia Bosch Van de
Bosch
1
2
3
4
dst

5. Pertemuan Kelima (2 x 45 Menit)


Kriteria Ketercapaian/Indikator/Eviden
 Menganalisis tentang perlawanan rakyat menghadapi bangsa Barat
:Perang Paderi, Perang Aceh, Perang Batak, Perang Diponegoro
 Menganalisis dampak kolonialisme bagi Indonesia dalam bidang politik
dan ekonomi.

Kegiatan Pembelajaran Waktu


Kegiatan Pendahuluan
a. Berdo’a bersama
b. Bersama peserta didik, guru membuat kesepakatan aturan
dalam kegiatan pembelajaran pada hari ini.
c. Guru mempersiapkan kelas agar lebih kondusif untuk
memulai proses KBM (kehadiran,kerapian, kebersihan ruang
kelas, menyediakan media dan alat serta buku yang
diperlukan)
d. Guru mengajukan pertanyaan pemantik, antara lain:
 Apakah Anda pernah mendengarkan cerita tentang
perlawanan yang dilakukan rakyat pada masa
penjajahan?
 Apakah Anda pernah menonton film-film perang atau
action?
e. Mengkomunikasikan hasil jawaban pertanyaan pemantik dan
15
diskusi secara lisandan tulisan.
f. Guru dan peserta didik menyimpulkan pemahaman
bermakna bahwa setiap kejadian di masa lalu akan selalu
meninggalkan pembelajaran yang berharga, kita sebgaai
generasi penerus bangsa harus menerapkan nilai-nilai positif
dari sejarah bangsa di masa lalu, untuk dijadikan
pembelajaran di masa sekarang dan masa yang akan datang
g. Guru membimbing peserta didik untuk mengkaitkan
pertanyaan pemantik dengan alur pembelajaran hari ini yaitu
perlawanan rakyat terhadap kolonialisme
h. Guru melakukan assesmen awal:
1. Apa latar belakang kedatangan kolonialisme ke
Indonesia?
2. Bagaimana respon masyarakat terhadap kedatangan
kolonial ke Indonesia?
i. Strategi Perbaikan Kegiatan Pembelajaran:
1. Untuk kelompok siswa yang belum memahami
mengenai materi, diberikan video. Setelah itu, peserta
didik mengomunikasikan dan mendiskusikan hasil
literasi dalam bentuk tulisan, lisan, digital atau non
digital.
2. Untuk siswa yang memiliki pemahaman yang baik
mengenai materi diminta untuk menganalisis artikel
lalu mengomunikasikannya dalam bentuk
lisan/tulisan/digital/non-digital.
Kegiatan Inti

a. Siswa mendengarkan dan memerhatikan penjelasan dari


guru (auditory) mengenai Perlawanan Rakyat Menghadapi
Bangsa Barat : Perang Padri, Perang Aceh, Perang Batak,
Perang Diponegoro
b. Peserta didik melihat tayangan mengenai perlawanan rakyat
menghadapi bangsa barat, slaah satu contohnya pada perang
Paderi (audio Visual) https://youtu.be/a509tpIUVFY
c. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, masing-masing
kelompok 4-5 anggota.
d. Setiap Kelompok mendiskusikan tentang materi yang
mereka pelajari serta memberikan pendapat tentang video 60
yang ditonton dan menuliskan hasil diskusi tersebut dan
selanjutnya untuk dipresentasikan di depan kelas
(auditory).
e. Saat diskusi berlangsung, siswa mendapat soal atau
permasalahan yang berkaitan dengan materi (intellectual).
f. Masing-masing kelompok memikirkan cara menerapkan
hasil diskusi serta dapat meningkatkan kemampuan mereka
untuk menyelesaikan masalah (intellectual).
g. Setelah selesai berdiskusi, siswa mendapat pengulangan
materi dengan cara mendapatkan tugas untuk tiap individu
(repetition).

Kegiatan Penutup

1. Guru menuntun peserta didik agar membangun karakter dalam


mempelajari Perlawanan rakyat menghadapi kolonialisme dan
dampaknya bagi Indonesia, yaitu:
 Selalu bersyukur kepada Tuhan YME, yaitu dengan cara 15
semangat belajar untuk memaksimalkan potensi diri
 Bergotong royong, melalui kegiatan diskusi kelompok dan
saling bekerjasama dalam menyelesaikan sebuah
permasalahan. Termasuk bergotong royong dalam
mencapai tujuan bersama
2. Guru melakukan konfirmasi dan penguatan terhadap konsep-
konsep yang dipelajari
3. Guru mengajak siswa untuk menyimpulkan hasil pembelajaran
 Guru meminta siswa untuk memberikan pendapat tentang
pembelajaran hari ini, dan hal apa yang perlu diperbaiki
kedepannya.
 Guru meminta siswa untuk menyimpulkan hasil diskusi
perkelompok yang telah dilakukan
4. Guru dan peserta didik sama-sama menutup kegiatan
pembelajaran denagn melakukan doa penutup.
Pertemuan 5
Kriteria Indikator Penilaian Kelompok saat presentasi:
Indikator Penialain Deskripsi
Hasil diskusi
Penggunaan Bahasa
Kejelasan
Menanggapi pertanyaan

Rubrik Penilaian
No Nama Sistematika Penggunaan Kejelasan Kemampuan Nilai
Absen Pesdik Presentasi Bahasa Menanggapi Predikat
Pertanyaan
KELOMPOK 1

Keterangan:
4= Sangat Baik
3= Baik Nilai = Jumlah Skor X 100%
33
2= Cukup
1= Kurang

Kriterian kesesuaian jawaban konsep:


Konsep Deskripsi
Perlawanan terhadap Kolonialisme 1. Perang Paderi
2. Perang Batak
3. Perang Aceh
4. Perang Diponegoro
Dampak Kolonialisme 1. Politik
2. ekonomi
Rubrik Penialain:

Konsep
No Nama Siswa Perlawanan Terhadap Dampak Nilai
Kolonialisme Kolonialisme
1
2
3
4
dst

6. Pertemuan Keenam(2 x 45 Menit)


Kriteria Ketercapaian/Indikator/Eviden
 Menganalisis kebijakan politik etis di Indonesia (Edukasi, Irigasi,
Transmigrasi)
 Menganalisis dampak positif dan negatif dari kebijakan politik etis di
Indonesia

Kegiatan Pembelajaran Waktu


Kegiatan Pendahuluan
a. Berdo’a bersama
b. Bersama peserta didik, guru membuat kesepakatan aturan
dalam kegiatan pembelajaran pada hari ini.
c. Guru mempersiapkan kelas agar lebih kondusif untuk
memulai proses KBM (kehadiran,kerapian, kebersihan ruang
kelas, menyediakan media dan alat serta buku yang
diperlukan)
d. Guru mengajukan pertanyaan pemantik, antara lain:
 Apakah Anda perna merasa mempunyai utang budi
kepadang orang lain?
 Apa yang anda lakukan jika merasa memiliki utang
15
budi pada orang lain?
e. Mengkomunikasikan hasil jawaban pertanyaan pemantik dan
diskusi secara lisandan tulisan.
f. Guru dan peserta didik menyimpulkan pemahaman
bermakna bahwa setiap pertolongan yang diberikan
seseorang kepada kita, harus kita hargai. Dan sebisa mungkin
kita juga harus membantunya disaat dia membutuhkan
pertolongan, tentunya dengan tidak mengharapkan balasan
dan ikhlas melakukannya
g. Guru membimbing peserta didik untuk mengkaitkan
pertanyaan pemantik dengan alur pembelajaran hari ini yaitu
perlawanan rakyat terhadap kolonialisme
h. Guru melakukan assesmen awal:
1. Apa itu politik etis
2. Kebijakan politik etis terbagi di 3 bidang, bidang apa
saja itu?
i. Strategi Perbaikan Kegiatan Pembelajaran:
1. Untuk kelompok siswa yang belum memahami
mengenai materi, diberikan video. Setelah itu, peserta
didik mengomunikasikan hasil literasi dalam bentuk
tulisan, lisan, digital atau non digital.
2. Untuk siswa yang memiliki pemahaman yang baik
mengenai materi diminta untuk menganalisis artikel
yang berkaitan dengan materi lalu
mengomunikasikannya dalam bentuk
lisan/tulisan/digital/non-digital.
Kegiatan Inti

a. Siswa mendengarkan dan memerhatikan penjelasan dari


guru (auditory) mengenai kebijakan politik etis di Indonesia
serta dampaknya
b. Peserta didik melihat tayangan mengenai kebijakan politis
Etis di Indonesia (Audio Visual)
https://youtu.be/_qTDmlfErbs
c. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, masing-masing
kelompok 4-5 anggota.
d. Setiap Kelompok mendiskusikan tentang materi yang
mereka pelajari baik dari penjelasan guru maupun video 60
lalu menuliskan hasil diskusi tersebut dan selanjutnya untuk
dipresentasikan di depan kelas (auditory).
e. Saat diskusi berlangsung, siswa mendapat soal atau
permasalahan yang berkaitan dengan materi (intellectual).
f. Masing-masing kelompok memikirkan cara menerapkan
hasil diskusi serta dapat meningkatkan kemampuan mereka
untuk menyelesaikan masalah (intellectual).
g. Setelah selesai berdiskusi, siswa mendapat pengulangan
materi dengan cara mendapatkan tugas atau kuis untuk tiap
individu (repetition).

Kegiatan Penutup
1. Guru menuntun peserta didik agar membangun karakter dalam
mempelajari kebijakan politik etis di Indonesia serta dampaknya,
yaitu:
 Selalu bersyukur kepada Tuhan YME, yaitu dengan cara 15
semangat belajar untuk memaksimalkan potensi diri
 Bergotong royong, melalui kegiatan diskusi kelompok dan
saling bekerjasama dalam menyelesaikan sebuah
permasalahan. Termasuk bergotong royong dalam
mencapai tujuan bersama
2. Guru melakukan konfirmasi dan penguatan terhadap konsep-
konsep yang dipelajari
3. Guru mengajak siswa untuk menyimpulkan hasil pembelajaran
 Guru meminta siswa untuk memberikan pendapat tentang
pembelajaran hari ini, dan hal apa yang perlu diperbaiki
kedepannya.
 Guru meminta siswa untuk menyimpulkan hasil diskusi
perkelompok yang telah dilakukan
4. Guru memberikan kuis mengenai materi sebelum pulang
5. Guru dan peserta didik sama-sama menutup kegiatan
pembelajaran denagn melakukan doa penutup.

Pertemuan 6
Kriteria Indikator Penilaian Kelompok saat presentasi:
Indikator Penialain Deskripsi
Sistematikapresentasi
Sesuai Konsep
Kreatif
Menarik

Rubik Penilaian:
No Nama Sistematika Sesuai Kreatif Menarik Nilai
Absen Pesdik Presentasi Konsep Predikat
KELOMPOK 1

Keterangan:
4= Sangat Baik Nilai = Jumlah Skor X 100%
3= Baik 33
2= Cukup
1= Kurang

Kriterian kesesuaian jawaban konsep:


Konsep Deskripsi
Kebijakan politik etis di Indonesia 4. Edukasi/Pendidikan
5. Irigasi/Pengairan
6. Transmigrasi
Dampak positif dan negatife kebijakan 7. Edukasi/Pendidikan
politik etis 8. Irigasi/Pengairan
9. Transmigrasi
Kuis:
1. Apa tujuan dari politis etis?
2. Bagaimana sistem politik etis?
3. Kapan diterapkannya politis etis?
4. Apa dampak positif dan negative dari penerapan politik etis?

Rubik penialian:
Konsep
No Nama Siswa Kebijakan Dampak Kuis Nilai
politik etis politik etis
1
2
3
4
dst

Asesmen Sumatif
Pilihan Ganda
1. Pada tahun 1511, Portugis berhasil menaklukkan Malaka. Meskipun demikian, Portugis
tidak bisa sepenuhnya menguasai perdagangan di Asia karena beberapa hal berikut,
kecuali…
a. Portugis tidak bisa memenuhi kebutuhannya sendiri di Malaka
b.Portugis mengalami kesulitan finansial dan kekurangan tenaga kerja
c. Tindakan korupsi yang dilakukan oleh pejabat Portugis di Malaka
d.Pedagang-pedagang Asia pindah ke pelabuhan lain yang aman
e. Serangan dan perlawanan balik dari kesultanan Malaka

2. Kepualauan Banda merupakan salah satu penghasil pala terbaik di dunia. Pada tahun
1621, VOC dibawah J.P.Coen membantai penduduk Banda. Salah satu dampak dari
peristiwa tersebut adalah….
a. Penduduk Banda trauma dan tidak lagi menanam pala
b. Berkurangnya petani yang memahami tentang budidaya pala
c. VOC berhasil memonopoli komoditas pala di dunia
d. Timbulnya berbagai perlawanan balas dendam rakyat banda
e. Meningkatnya produksi pala di kepulauan Banda tahun 1622

3. salah satu latar belakang dari perang Diponegoro adalah….


a. Penderitaan rakyat dengan berbagai pajak dan pungutan yang tinggi
b. Serangan dari pemerintah kolonial
c. Perbedaan antara kaum bangsawan dan para ulama
d. Memonopoli perdagangan
e. Diskriminasi ras

4. Dampak yang paling terasa dalam pelaksanaan politik etis di Hindia Belanda adalah….
a. Pemerataan pembangunan di berbagai wilayah Hindia Belanda terkait program
Imigrasi Politik Etis
b. Terjaganyan kualitas tanaman perkebunan milik pemerintah maupun pribumi sebagai
dampak dari Irigasi
c. Pendirian sekolah-sekolah umum untuk semua warga Hindia Belanda tanpa
terkecuali
d. Kebebasan berpolitik dalam Volksraad bagi warga Hindia Belanda
e. Lahirnya golongan terpelajar yang mengarahkan pergerakkan bangsa
5. Tanam paksa sangat menyengsarakan bangsa Indonesia, karena….
a. Hasil panen sepenuhnya milik petani
b. Diberi pupuk secara gratis
c. Petani dipaksa menanam semua kebutuhan Belanda
d. Petani bebas bercocok tanam
e. Petani mendapat upah yang tinggi

Essay
1. Sebutkan sebab khusus terjadinya perang di Ponegoro!
2. Jelaskan strategi yang dilakukan pemerintah kolonial untuk menguasai daerah-daerah di
Indonesia!
3. Apa dampak dari perang Padri bagi masyarakat Minangkabau?
4. Apa itu kerja rodi?
5. Apa tujuan dari diterapkannya tanam paksa oleh Van den Bosch?

Kunci Jawaban asesmen sumatif


Pilihan Ganda
1. E
2. B
3. A
4. E
5. C

Essay
1. Sebab khusus perang Dipenogoro, yaitu belanda memasang patok-patok penanda
pembangunan jalan yang melewati tanah leluhur Pangeran Diponegoro di Tegalrejo
2. Pemerintah kolonial menerapkan politik Devide et Impera untuk menguasai daerah-
daerah di Indonesia. Devide et Impera adalah politik adu domba yang dilakukan untuk
memecah persatuan dan kesatuan masyarakat pribumi Nusantara. Pemerintah Kolonial
dan VOC berhasil menaklukan kerajaan-kerajaan besar Nusantara seperti Banjar, Banten,
Mataram Islam, Gowa-Tallo, dan lainnya, dengan menggunakan politik Devide et
Impera. Mereka selalu mampu untuk menemukan celah dan kekurangan dari kerajaan
Nusantara untuk menjadi bahan adu domba.
3. Dampak yang langsung dirasakan setelah Perang Padri adalah jatuhnya Kerajaan
Pagaruyung atau wilayah Sumatera Barat ke tangan Kolonial Belanda. Selain itu, Tuanku
Imam Bonjol yang tak sudi untuk menyerah kepada Belanda harus ditangkap dan dibuang
ke Cianjur, Jawa Barat.
4. Kerja rodi adalah suatu jenis kerja paksa yang diterapkan oleh Pemerintah Kekaisaran
Perancis yang berupa pengerahan rakyat untuk membangun infrastruktur sipil atau militer
demi kepentingan pembekalan pemerintahan kolonial itu sendiri.
5. tujuan tanam paksa yang diberlakukan oleh Van den Bosch pada rakyat Indonesia:
a. Mengisi kembali kas negara Belanda yang kosong karena pengeluaran negara
yang sangat banyak saat Perang Jawa.
b. Membantu menyediakan dana untuk membayar utang negara yang sangat besar
akibat peperangan.
c. Memberi suntikan dana untuk membiayai peperangan yang dilakukan di Eropa
dan di Indonesia.
d. Mendapatkan keuntungan sebesar – besarnya untuk pendapatan negara.

Reflesi Guru
a. Apakah materi dapat diterima dengan baik oleh peserta didik?
b. Apakah peserta didik dapat menjelaskan tentang kolonialisme dengan baik?
c. Apakah peserta didik dapat menjelaskan perlawanan-perlawanan rakyat terhadap
kolonial?
d. Kesulitan apa yang dialami oleh peserta didik selama proses pembelajaran?
e. Apa langkah atau tindakan yang harus dilakukan untuk perbaikan dalam proses
pembelajaran?

Refleksi peserta didik


a. Apakah saya berusaha belajar tentang bagaimana proses kolonialisme di Indonesia dan
perlawanan yang dilakukan rakyat di Indoenesia dengan baik?
b. Apakah saya mengikuti pembelajaran dengan sungguh-sungguh
c. Apakah saya mendengarkan penjelasan dari guru dengan seksama?
d. Apakah saya mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru dengan sungguh-sungguh dan
tepat waktu?
e. Apakah saya mengajukan pertanyaan tentang materi yang tidak saya pahami?
f. Apakah saya aktif selama proses diskusi dan presentasi?
g. Apakah saya menghargai pendapat teman ketika sedang berdiskusi?
h. Apakah saya menghargai laporan hasil diskusi kelompok lain?
2. BAHAN BACAAN
Peserta Didik
a. Faktor-faktor Penyebab Lahirnya Kolonialisme dan Imperialisme dan Keebijakan
Tuki Ustmani
1. Faktor Utama
a. Gold (Kekayaan)
Keinginan bangsa Eropa untuk berdagang secara langsung dengan dunia Timur
adalah merengkuh kekayaan sebanyak banyaknya. Usaha mencari kekayaan ini semakin
tajam setelah di Eropa saat itu merebak semangat merkantilisme. Paham merkantilisme
adalah teori ekonomi yang menyatakan bahwa kesejahteraan suatu negara ditentukan oleh
banyaknya aset atau modal yang dimiliki serta besarnya volume perdagangan suatu
negara. Modal negara itu dapat berupa emas, perak, dan komoditas lain yang dimiliki
negara.
b. Gospel (Menyebarkan Agama)
Portugis dan Spanyol adalah negara yang dilandasi agama Katolik. Dengan
mematuhi seruan Paus sebagai pemimpin Katolik dunia agar menyebarkan iman Kristiani
ke wilayah jajahan, maka mereka merasa telah mengemban tugas sebagai orang Katolik
yang taat.
c. Glory (Kejayaan)
Di tempat-tempat yang baru didudukinya, bangsa Portugis selalu menancapkan
Padrao. Padrao adalah suatu batu prasasti besar yang bergambar lambang kerajaan
Portugis (sekarang Portugal). Selain sebagai simbol tercapainya perjanjian kerja dengan
penguasa lokal, Padrao dianggap sebagai simbol kejayaan bangsa Portugis.
2. Faktor-faktor Pendukung
a. Adanya penemuan baru dalam teknologi maritim, misalnya kompas, navigasi,
kartografi (pembuatan peta).
b. Adanya semangat dan idealisme pribadi. Sejak Galileo Galilei mengatakan bahwa
bumi itu bulat, mereka tertantang untuk membuktikan teori itu. Rasa penasaran dan
idealisme pribadi ini kemudian banyak ditulis oleh mereka sebagai kisah perjalanan.
3. Faktor Pemicu
Konstantinopel (Turki) merupakan tempat bertemunya pedagang Eropa dengan
pedagang dari dunia Timur. Dagangan yang dijual misalnya emas, perak, rempah-
rempah, tembikar, karpet, batu mulia, dan lain-lain. Mereka membeli barang-barang itu
kemudian dijual di Eropa dengan harga mahal. Dari sinilah mereka secara perlahan-lahan
mengenal kekayaan dari dunia Timur. Konstantinopel dikuasai oleh Sultan Mehmed II,
penguasa Ottoman. Tahun 1453, Sultan Mehmed II melarang keras bangsa Barat
berdagang di Konstantinopel sehingga satu-satunya akses Eropa menikmati komoditas
perdagangan Asia tertutup. Untuk itu, mereka berusaha keras untuk menuju ke Asia
dalam usaha berdagang lewat jalan lain. Dalam perkembangannya, bangsa Barat,
terutama bangsa Portugis, merasa keuntungan akan bertambah besar bila berdagang
secara langsung dengan sumbernya dengan tidak melalui pedagang perantara di
Konstantinopel. Mereka ingin datang sendiri ke India, Cina, Indonesia, dan lain-lain.
Untuk itulah bangsa-bangsa Barat mulai melakukan penjelajahan ke dunia Timur.
b. Perlawanan Raja-raja Lokal menghadapi Bangsa Eropa
a. Perlawanan Terhadap Portugis
Portugis merupakan salah satu negara pelopor penjelajahan samudra. Pada
awalnya kedatangan Bangsa Portugis adalah untuk mencari tempat penghasil rempah-
rempah. Dari berbagai penjelajah Portugis, pada tahun 1511 Alfonso de Albuquerque
berhasil menguasai Malaka yang menjadi tempat penting bagi perdagangan rempah-
rempah. Penguasaan Portugis terhadap Malaka kemudian memunculkan berbagai
perlawanan rakyat Indonesia.
1. Perlawanan Rakyat Aceh Terhadap Portugis Sejak kedatangan orang Portugis di
Malaka pada tahun 1511, telah terjadi persaingan yang berbuntut permusuhan antara
Portugis dan Kesultanan Aceh yang pada waktu itu diperintah oleh Sultan Ali Mughayat
Syah (1514-1528). Sultan menganggap bahwa orang Portugis merupakan saingan dalam
politik, ekonomi, dan penyebaran agama. Berikut latar belakang perlawanan rakyat Aceh
terhadap Portugis.
a. Adanya monopoli perdagangan oleh Portugis.
b. Pelarangan terhadap orang-orang Aceh untuk berdagang dan berlayar ke Laut
Merah.
c. Penangkapan kapal-kapal Aceh oleh Portugis. Oleh sebab itulah Kesultanan
Aceh tetap pada pendiriannya bahwa Portugis harus segera diusir dari Malaka. Tindakan
kapal-kapal Portugis telah mendorong munculnya perlawanan rakyat Aceh. Sebagai
persiapan, Aceh melakukan langkah-langkah antara lain sebagai berikut.
d. Melengkapi kapal-kapal dagang Aceh dengan persenjataan, meriam, dan
prajurit.
e. Mendatangkan bantuan persenjataan, sejumlah tentara, dan beberapa ahli dari
Turki pada tahun 1567.
f. Mendatangkan bantuan persenjataan dari Kalikut dan Jepara. Setelah berbagai
bantuan berdatangan, Aceh segera melancarkan serangan terhadap Portugis di Malaka.
Portugis harus bertahan mati matian di Formosa/Benteng. Portugis harus mengerahkan
semua kekuatannya sehingga serangan Aceh ini dapat digagalkan. Sebagai tindakan
balasan, pada tahun 1569 Portugis balik menyerang Aceh, tetapi serangan Portugis di
Aceh ini juga dapat digagalkan oleh pasukan Aceh.
Sejak Kesultanan Aceh diperintah oleh Sultan Iskandar Muda (1607-1636),
perjuangan mengusir Portugis mencapai puncaknya. Untuk mencapai tujuannya, Sultan
Iskandar Muda menempuh beberapa cara untuk melumpuhkan kekuatan Portugis, seperti
blokade perdagangan. Sultan Aceh melarang daerah-daerah yang dikuasai Aceh menjual
lada dan timah kepada Portugis. Cara ini dimaksudkan agar kekuatan Portugis benar-
benar lumpuh karena tidak memiliki barang yang harus dijual di Eropa.
Upaya ini ternyata tidak berhasil sepenuhnya, karena raja-raja kecil yang merasa
membutuhkan uang secara sembunyi-sembunyi menjual barang dagangannya kepada
Portugis. Gagal dengan taktik blokade ekonomi, Sultan Iskandar Muda menyerang
kedudukan Portugis di Malaka pada tahun 1629. Seluruh kekuatan tentara Aceh
dikerahkan. Namun, upaya itu mengalami kegagalan. Pasukan Kesultanan Aceh dapat
dipukul mundur oleh pasukan Portugis. Faktor penyebab kegagalan serangan Aceh
terhadap Portugis di Malaka adalah sebagai berikut.
a. Tidak dipersiapkan dengan baik.
b. Perlengkapan senjata yang digunakan masih sederhana.
c. Terjadi konflik internal di kalangan pejabat Kerajaan Aceh.
2. Perlawanan Kerajaan Demak Terhadap Portugis
Dikuasainya Malaka pada tahun 1511 oleh orang-orang Portugis merupakan
ancaman tersendiri bagi Kerajaan Demak. Pada tahun 1512, Kerajaan Demak di bawah
pimpinan Pati Unus (Pangeran Sabrang Lor) dengan bantuan Kerajaan Aceh menyerang
Portugis di Malaka. Namun, serbuan Demak tersebut mengalami kegagalan. Berikut ini
penyebab kegagalan serangan Demak ke Portugis di Malaka.
a. Serangan tersebut tidak dilakukan dengan persiapan yang matang.
b. Jarak yang terlalu jauh.
c. Kalah persenjataan.
Penyerangan dilakukan sekali lagi bersama Aceh dan Kerajaan Johor, tetapi tetap
berhasil dipatahkan oleh Portugis. Perjuangan Kerajaan Demak terhadap orang-orang
Portugis tidak berhenti sampai di situ. Kerajaan Demak selalu menyerang dan
membinasakan setiap kapal dagang Portugis yang melewati jalur Laut Jawa. Oleh sebab
itulah kapal dagang Portugis yang membawa rempah-rempah dari Maluku (Ambon) tidak
melalui Laut Jawa, tetapi melalui Kalimantan Utara. Upaya Demak untuk mengusir
Portugis diwujudkan dengan ditaklukkannya Kerajaan Pajajaran oleh Fatahilah pada
tahun 1527. Penaklukkan Pajajaran ini disebabkan Kerajaan Pajajaran mengadakan
perjanjian perdagangan dengan Portugis, sehingga Portugis diperbolehkan mendirikan
benteng di Sunda Kelapa. Ketika orang orang Portugis mendatangi Sunda Kelapa
(sekarang Jakarta), terjadilah perang antara Kerajaan Demak di bawah pimpinan
Fatahilah dengan tentara Portugis. Dalam peperangan itu, orang-orang Portugis berhasil
dipukul mundur pada 22 Juni 1527. Kemudian, pelabuhan Sunda Kelapa diganti namanya
oleh Fatahilah menjadi Jayakarta yang berarti kejayaan yang sempurna.
3. Perlawanan Maluku Terhadap Portugis
Pada tahun 1512, bangsa Portugis berhasil menemukan kepulauan
rempah rempah, Maluku. Saat itu, bangsa Portugis yang dipimpin oleh Antonio de
Abreau mendarat di Ternate. Kedatangan Portugis semula diterima dengan baik oleh
rakyat Ternate. Sultan Bayanull (1500-1521) mengizinkan Portugis mendirikan pos
dagang di Ternate. Sultan dan rakyat Ternate berharap Portugis dapat menjadi pembeli
tetap rempah rempah dengan harga tinggi. Portugis juga diharapkan dapat membantu
Ternate untuk mengalahkan Tidore yang menjadi saingan dalam perdagangan
rempah rempah di Maluku. Setelah mengetahui Ternate menjadi pusat utama
perdagangan rempah-rempah di Maluku, Portugis berniat memonopoli perdagangan
rempah-rempah di Ternate.
Bahkan, Portugis ikut campur dalam urusan pemerintahan di Ternate. Tindakan
Portugis tersebut akhirnya memancing kemarahan rakyat Ternate. Pada masa
pemerintahan Sultan Hairun (1534-1570), rakyat Ternate bangkit melakukan perlawanan
terhadap Portugis. Sultan Hairun mengobarkan perang mengusir Portugis dari Ternate.
Perlawanan itu telah mengancam kedudukan Portugis di Maluku. Keberadaan Aceh dan
Demak yang terus mengancam kedudukan Portugis di Malaka telah menyebabkan
Portugis di Maluku kesulitan mendapat bantuan.
Oleh karena itu, Gubernur Portugis di Maluku, Lopez de Mesquita, mengajukan
perundingan damai kepada Sultan Hairun. Selanjutnya, Lopez de Mesquita mengundang
Sultan Hairun ke Benteng Sao Paulo. Dengan cara tersebut, Sultan Hairun berhasil
ditangkap dan dibunuh oleh Lopez de Mesquita. Peristiwa itu semakin memicu
kemarahan rakyat. Bahkan, seluruh rakyat Maluku dapat bersatu melawan Portugis. Di
bawah kepemimpinan Sultan Baabullah (1570- 1583), rakyat menyerang pos-pos
perdagangan dan pertahanan Portugis di Maluku. Benteng Sao Paulo dikepung selama
lima tahun. Strategi tersebut berhasil mengalahkan Portugis. Pada tahun 1575, Portugis
meninggalkan Maluku.
Setelah kepergian Portugis, Ternate berkembang menjadi kerajaan Islam terkuat
di Maluku. Sultan Baabullah berhasil membawa Ternate mencapai puncak kejayaan.
Wilayah kekuasaan Ternate membentang dari Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, dan
Sulawesi Timur di bagian barat hingga Kepulauan Marshall di bagian timur, dari Filipina
Selatan di bagian utara hingga Kepulauan Kai dan Nusa Tenggara di bagian selatan.
Setiap wilayah atau daerah ditempatkan wakil sultan yang disebut sangaji. Sultan
Baabullah diberi gelar “Heer van twee en zeventig eilanden” atau “Penguasa atas 72”
pulau berpenghuni yang meliputi pulau-pulau di Nusantara bagian timur, Mindanao
Selatan, dan Kepulauan Marshall. Pulau-pulau tersebut semuanya berpenghuni dan
memiliki raja yang tunduk kepada Sultan Baabullah.
c. Gramedia Blog
Sejarah singkat pembentukan VOC

Awalnya, tujuan utama bangsa Eropa terutama Belanda melakukan perjalanan


menuju Asia termasuk Nusantara adalah untuk melakukan jual-beli saja. Misi dagang
tersebut kemudian berkembang dengan keinginan bangsa Belanda untuk membentuk
pemukiman (kolonisasi) di Nusantara supaya perdagangan menjadi lebih mudah. Pada
awal abad 16, perdagangan rempah-rempah Nusantara didominasi oleh Portugis dan
Spanyol. Namun, perdagangan tersebut tidak efisien karena tidak mampu menyuplai
permintaan yang terus meningkat, terutama pada rempah-rempah jenis lada, hingga
menyebabkan harga menjadi meroket. Selain itu, pihak Portugis dan Spanyol saat itu
(1580) sedang dalam keadaan perang dengan Belanda, sehingga menyebabkan
kekhawatiran bagi pihak Belanda. Akhirnya, dari adanya beberapa faktor tersebut,
mendorong Belanda untuk memasuki Nusantara demi perdagangan rempah-rempah. Jan
Huyghen Van Linschoten dan Cornelis de Houtman menemukan “jalur rahasia” dari
pelayaran Portugis yang akhirnya dapat membawa mereka menuju Banten, yang menjadi
pelabuhan utama di pulau Jawa pada tahun 1595-1597. Ekspedisi yang dipimpin oleh
Cornelis de Houtman akhirnya sampai ke Banten, tetapi mereka terlibat dalam
perseteruan pihak Portugis dan penduduk lokal. Perseturuan tersebut menyebabkannya
kehilangan beberapa awak kapalnya.

Akhirnya Belanda resmi mendirikan Veredigne Oost-Indische Compagnie (VOC)


yang berarti Perserikatan Dagang Hindia Timur di Amsterdam. Lalu, pada 1602, Belanda
kembali ke Nusantara dan mendirikan kongsi dagang bernama VOC tersebut dan
bersaing sengit dengan beberapa negara seperti Portugis, Spanyol, Inggris, dan Perancis.
Kongsi dagang tersebut mendirikan markasnya di Batavia (sekarang menjadi Jakarta).
Kemudian, para anggotanya ikut mendirikan tempat di Indonesia, terutama di Maluku
karena kaya akan rempah-rempahnya. Metode yang digunakan untuk mempertahankan
monopoli dagang adalah menggunakan kekerasan, pemerasan, hingga pembunuhan
terhadap penduduk lokal. Hingga pada 1603, VOC memperoleh izin di Banten untuk
mendirikan kantor perwakilannya, lalu pada 1610, Pieter Both diangkat menjadi
Gubernur Jenderal VOC yang pertama. Pieter Both memilih Jayakarta (Jakarta) sebagai
kantor administrasi VOC. Sementara itu, VOC cabang Ambon memilih Frederik de
Houtman sebagai Gubernur Jenderalnya pada 1605 hingga 1611.

Hak dan Wewenang VOC

Hak-hak istimewa tersebut tercantum dalam Oktrooi (Piagam) pada tanggal 20 Maret
1602, yang meliputi:
 Hak monopoli
Untuk berdagang dan melakukan pelayaran di wilayah timur Tanjung Harapan
dan wilayah barat Selat Magelhaens. Selain itu hak tersebut adalah untuk
menguasai perdagangan demi kepentingan sendiri.
 Hak kedaulatan (souvereiniteit)
Hak ini membuat anggotanya dapat bertindak sebagai layaknya suatu negara.
 Hak memelihara angkatan perang
 Hak memaklumkan adanya perang dan mengadakan sebuah perdamaian
 Hak merebut dan menduduki daerah-daerah asing di luar negara Belanda
 Hak menetapkan atau mengeluarkan mata uang sendiri
 Hak memungut pajak
 Hak mengadakan perjanjian dengan raja-raja setempat
 Hak mendirikan benteng
https://www.gramedia.com/literasi/tujuan-pembentukan-voc/

d. Kompas.com
Berikut ini adalah beberapa kebijakan VOC:
1. Hak Ekstirpasi
Hak Ekstirpasi adalah hak untuk mengurangi jumlah hasil perkebunan (hasil
produksi) untuk mempertahankan supaya harga tetap tinggi. VOC melakukan
penebangan dan memusnahkan rempah-rempah saat hasilnya melebihi ketentuan.
Kabijakan in sangat merugikan rakyat karena tidak ada sistem pengganti dan
hanya menguntungkan VOC.
2. Verplichte Leverantie
Verplichte Leverantie atau penyerahan paksa adalah kebijakan ekonomi yang
menuntut rakyat untuk menyerahkan hasil buminya pada VOC. Baca juga:
Kebijakan-kebijakan VOC di Bidang Ekonomi Hasil bumi yang harus diserahkan,
contohnya adalah kayu, lada, kapas, beras, nila, dan gula. Selain itu, VOC juga
telah menetapkan harga tertentu hasil bumi rakyat dan tidak memperbolehkan
mereka untuk menjual ke pihak lain selain VOC.
3. Hak Octori
VOC membuat dan menerapkan hak octori, yaitu hak istimewa VOC. Isi hak
octori miliki VOC, yakni:
 Melakukan monopoli perdagangan di daerah Tanjung Harapan sampai
Selat Magelhaens dan wilayah kepulauan Nusantara.
 Membentuk angkatan perang tersendiri.
 Melakukan peperangan.
 Melakukan perjanjian dengan raja-raja di Nusantara.
 Memiliki hak untuk memilih serta mengangkat pegawainya sendiri.
 Memiliki hak untuk memerintah di negara jajahan.
4. Contingenten
Contingenten adalah kewajiban rakyat membayar pajak sesuai dengan besaran
pajak ditentukan oleh VOC. Pembayaran pajak dilakukan menggunakan hasil
bumi tanpa sistem ganti rugi. Tujuannya adalah untuk menambah kas keuangan
VOC, namun sistem ini membuat rakyat menderita karena hasilnya harus
disesuaikan dengan ketentuan VOC.
5. Ketentuan Jenis Tanaman
VOC memiliki hak untuk menentukan area lahan yang dapat digunakan untuk
menanam rempah-rempah. VOC juga berhak atas jenis tanaman rempah yang
akan ditanam. Kebijakan ini diikuti dengan kebijakan penyerahan rempah-rempah
dengan jumlah yang sudah ditentukan.
6. Pelayaran Hongi
Pelayaran Hongi merupakan kebijakan ekonomi VOC untuk mengawasi tindakan
monopoli perdagangan rempah-rempah di Maluku. Kebijakan ini juga akan
menghukum pelanggarnya. Tujuan pelayaran hongi adalah mencegah
penyelundupan hasil bumi ke pihak lain yang dilakukan dengan perahu perang.
Alasan kebijakan ini adalah keterbatasan akses masuk ke Malaka yang menjadi
wilayah penghasil rempah-rempah. Sehingga, Belanda memilih berlayar ke
tempat lain untuk mencari rempah-rempah. Pelayaran hongi pertama dilakukaan
pada tahun 1625 di Maluku oleh VOC.
7. Preangerstelsel
Preangerstelsel adalah kebijakan ekonomi VOC yang memaksa serta mewajibkan
rakyat untuk menanam kopi dan memberikan kepada VOC. Kebijakan dilakukan
pada tahun 1720 di Parahyangan. Kebijakan ini juga dikenal sebagai kebijakan
sistem tanam paksa kopi yang berjalan hingga 1916.
https://regional.kompas.com/read/2022/09/21/195640478/mengenal-kebijakan-
voc-dalam-bidang-ekonomi-ada-pelayaran-hongi?page=all

e. Kompas.com
Perlawanan Terhadap VOC di Mataram, Makassar, dan Banten
VOC (Verenigde Oost-Indesche Compagnie) atau Persekutuan Perusahaan Hindia
Timur adalah kongsi dagang bentukan Belanda yang didirikan pada 20 Maret 1602.
Organisasi ini memperoleh hak-hak istimewa dari parlemen Belanda, seperti hak
monopoli dan hak kedaulatan sebagai suatu negara merdeka. Setelah mendapatkan hak
tersebut, VOC berhasil melakukan intervensi dalam pemerintahan dan sedikit demi
sedikit menguasai Indonesia. Tindakan VOC yang sewenang-wenang kemudian
menimbulkan perlawanan dari rakyat indonesia di berbagai daerah. Berikut ini beberapa
perlawanan rakyat Indonesia di berbagai daerah dalam mengusir VOC.
Perlawanan rakyat Mataram
Pada masa pemerintahan Sultan Agung dari Kerajaan Mataram Islam, Belanda
telah mendirikan kantor dagang di Batavia. Perselisihan keduanya tidak dapat dihindari
hingga VOC melancarkan serangan ke Jepara yang menimbulkan kerugian sangat besar
bagi Mataram. Sultan Agung kemudian menyiapkan penyerangan terhadap VOC di
Batavia sebanyak dua kali. Pada 22 Agustus 1628, pasukan Mataram dipimpin oleh
Tumenggung Baurekso tiba di Batavia. Serangan pertama ini gagal dan tidak kurang dari
seribu prajurit Mataram gugur dalam pertempuran. Mataram kemudian menyiapkan
serangan kedua dengan dipimpin Kiai Adipati Juminah, K.A. Puger, dan K.A. Purabaya.
Meski persiapannya telah matang, perlawanan rakyat Mataram terhadap VOC yang
kedua ini kembali menemui kegagalan. Kegagalan ini disebabkan oleh VOC yang
membakar persediaan makanan para tentara Mataram.
Perlawanan rakyat Makassar
Perlawanan rakyat Makasar terhadap VOC dipimpin oleh Sultan Hasanuddin dari
Kerajaan Gowa. Saat terjadi perselisihan antara Arung Palaka dari Kerajaan Bone dengan
raja Gowa, VOC langsung memanfaatkan kesempatan itu. VOC berhasil memanfaatkan
Arung Palaka untuk menyerang Gowa pada 1666. Pada akhirnya, Sultan Hasanuddin dari
Kerajaan Gowa dipaksa untuk menandatangani perjanjian Bongaya pada 18 November
1667. Berikut isi Perjanjian Bongaya antara Sultan Hasanuddin dengan VOC:
 VOC mendapatkan wilayah yang direbut selama perang
 Bima diserahkan kepada VOC
 Kegiatan pelayaran para pedagang Makassar dibatasi di bawah pengawasan VOC
 Penutupan Makassar sebagai bandar perdagangan dengan bangsa Eropa, selain
VOC, dan monopoli oleh VOC
 Alat tukar/mata uang yang digunakan di Makassar adalah mata uang Belanda
 Pembebasan cukai dan penyerahan 1.500 budak kepada VOC
Kendati demikian, Perjanjian Bongaya baru terlaksana pada 1669 karena Sultan
Hasanuddin masih melakukan perlawanan kembali. Perjanjian Bongaya telah memangkas
kekuasaan Kerajaan Gowa sebagai kerajaan terkuat di Sulawesi. Rakyat Makassar,
terutama Bugis, yang tidak menerima Perjanjian Bongaya kemudian mengembara menuju
daerah lain di Indonesia, seperti Jawa dan Sumatera.
Perlawanan rakyat Banten
Perlawanan Banten terhadap VOC terjadi sejak awal Belanda menginjakkan kaki
di Banten. Perlawanan rakyat Banten terhadap VOC dipimpin oleh Sultan Ageng
Tirtayasa pada 1656. Perlawanan Sultan Ageng Tirtayasa terhadap VOC dilakukan
dengan cara merusak kebun tebu, membantu perlawanan Trunojoyo, dan melindungi
pelarian dari Makassar. Kerajaan Banten juga berhasil menguasai sejumlah kapal VOC
dan beberapa pos penting. Pada 1680, Sultan Ageng kembali mengumumkan perang
setelah terjadi penganiayaan terhadap para pedagang Banten oleh VOC. Sayangnya, di
Banten sedang terjadi perselisihan antara Sultan Ageng dengan putranya, Sultan Haji,
sehingga Belanda langsung memanfaatkan momen tersebut. Belanda mendukung Sultan
Haji yang lebih mudah dipengaruhi untuk membantu kepentingan VOC. Akhirnya Sultan
Ageng Tirtayasa digulingkan dan diasingkan, sementara Sultan Haji menjadi Raja
Banten. Pada 1682, Sultan Haji terpaksa menandatangani perjanjian dengan Belanda
yang isinya sebagai berikut.
 VOC berhak atas monopoli perdagangan
 Banten menanggung semua ganti rugi perang
 Banten merelakan Cirebon kepada VOC
 VOC berhak ikut campur dalam setiap urusan Kerajaan Banten
Pada 1695, kemerdekaan Kerajaan Banten telah diambil oleh VOC dan
kedudukan Belanda di Jawa semakin kuat.
https://www.kompas.com/stori/read/2021/05/04/181845779/perlawanan-terhadap-voc-di-
maluku-makassar-mataram-dan-banten?page=all
f. Kompas.com
Kebijakan Herman Willian Deandels di Indonesia
Herman William Daendels menjabat sebagai gubernur jendral di Indonesia pada tahun
1808-1811. Pada tahun 1808, Louis Napoleon dari Perancis menunjuk Daendels ke
Batavia untuk menjadi gubernur jendral di Indonesia. Dalam buku Sejarah Indonesia
Modern: 1200-2004 (2005) karya M.C Ricklefs, tugas utama Daendels sebagai gubernur
jendral adalah memperkuat pertahanan Jawa sebagai basis militer Perancis untuk
melawan pasukan Inggris di kawasan Samudra Hindia. Deandels memerintah Indonesia
dengan sistem kediktatoran dan modernitas. Berikut merupakan kebijakan Daendels di
berbagai bidang kehidupan masyarakat Indonesia.

Kebijakan Politik dan Pemerintahan


Daendels melakukan perubahan yang mendasar dan menyeluruh pada sistem politik dan
pemerintahan Indonesia. Pada awal pemerintahan, Daendels melakukan reorganisasi
sistem pemerintahan dan birokrasi di Jawa. Daendels menerapkan sistem pemerintahan
sentralisasi kekuasaan dan menjadikan Batavia sebagai pusat kekuasaan. Berikut
merupakan kebijakan Daendels dalam bidang politik dan pemerintahan :
 Membatasi pengaruh kekuasaan kerajaan-kerajaan tradisional Indonesia terhadap
aspek-aspek kehidupan masyarakat
 Membagi pulau Jawa menjadi 23 karisidenan
 Kedudukan Bupati sebagai penguasa tradisional daerah diubah menjadi pegawai
dibawah pemerintah kolonial
 Membagai wilayah Jawa bagian timur menjadi 5 prefektur (setingkat provinsi)
yaitu Surabaya, Sumenep, Rembang, Pasuruan, Gresik
Kebijakan Sosial dan Ekonomi
Dalam bidang sosial dan ekonomi, Daendels menerapkan berbagai perubahan
kebijakan terkait cara eksploitasi tanah jajahan. Upaya eksploitasi sosial dan ekonomi
tersebut bertujuan untuk membiayai kebutuhan perang Perancis dalam menghadapi
pasukan Inggris pada awal abad ke-19 Masehi. Dalam buku Daendels and the Sacred
Space of Java (1808-1811) (2013) karya Peter Carey, berikut merupakan kebijakan sosial
dan ekonomi Daendels di Indonesia:
 Mengharuskan rakyat pribumi untuk melaksanakan penyerahan wajib atas hasil
pertaniannya
 Menjual tanah-tanah Indonesia kepada pihak swasta
 Menanam tanaman komoditas yang laku di pasar internasional
 Memungut pajak kepada rakyat pribumi
 Menggabungkan wilayah Kasunanan dan Kasultanan ke dalam wilayah
pemerintah kolonial

Kebijakan Militer dan Pertahanan


Bidang militer dan pertahanan merupakan prioritas utama pemerintahan Daendels
selama di Indonesia. Seluruh kebijakan di bidang militer dan pertahanan ditujukan untuk
mempertahankan Jawa dari serangan Inggris. Berikut merupakan kebijakan-kebijakan
Daendels dalam bidang militer dan pertahanan :
 Membangun benteng-benteng baru di sekitar pesisir pulau Jawa
 Membangun pangkalan angkatan laut di perlabuhan Anyer dan Ujung Kulon
 Membangun jalan raya Anyer-Panaurkan untuk memudahkan mobilisasi pasukan
dan logistik perang
 Menjadikan penduduk pribumi sebagai tentara pemerintah kolonial
 Membangun pabrik senjata di Surabaya dan Semarang
https://www.kompas.com/skola/read/2020/12/25/194840369/kebijakan-daendels-
di-
indonesia?page=all#:~:text=Berikut%20merupakan%20kebijakan%2Dkebijakan
%20Daendels,mobilisasi%20pasukan%20dan%20logistik%20perang
g. Kompas.com
Kebijakan kerja rodi
Pengerahan paksa tenaga manusia dalam pembangunan sarana dan prasarana
umum pada masa pemerintahan Hindia Belanda disebut kerja rodi. Kerja rodi adalah
sistem kerja paksa yang diterapkan oleh pemerintah kolonial Belanda kepada rakyat
Indonesia. Pada masa pemerintahan kolonial Belanda, kerja rodi bertujuan untuk
membangun infrastruktur demi menunjang pergerakan ekonomi maupun militer. Sistem
kerja rodi juga disebut kerja budak, dilakukan di bawah tekanan oleh kelompok yang
relatif besar atau pemerintah. Sistem kerja rodi terjadi pada masa penjajahan Hindia
Belanda, yang membuat rakyat Indonesia sengsara hingga merenggut korban jiwa.

Penerapan Kerja Rodi


Kerja rodi atau kerja paksa di Indonesia dipimpin oleh Gubernur Hindia Belanda
Herman Willem Daendels. Daendels datang ke Indonesia pada 1808, setelah diberi tugas
oleh Raja Perancis, Louis Napoleon. Saat itu Belanda berada di bawah kekuasaan
Perancis. Di Indonesia, Daendels diberi tugas untuk mempertahankan Pulau Jawa dari
serangan Inggris. Beberapa usaha yang diterapkan Daendels adalah membangun pabrik
senjata di Semarang dan Surabaya. Daendels juga membangun jalan raya dari Anyer
hingga Panarukan dan mendirikan benteng-benteng untuk pertahanan. Semua usaha
Daendels tersebut dilaksanakan dengan kerja rodi atau kerja paksa. Selain kerja paksa,
Daendels mengumpulkan uang dari rakyat dengan cara menjual hasil bumi dengan harga
murah dan melakukan kebijakan-kebijakan yang memberatkan rakyat.

Dampak Kerja Rodi


Kerja rodi yang dilakukan pemerintah kolonial Belanda membuat rakyat sengsara.
Salah satu contohnya pada saat pembangunan jalan raya pos Anyer-Panarukan. Kerja rodi
dilaksanakan setelah Belanda kehabisan biaya untuk membayar tentara dan pekerja
profesional. Alhasil, para pekerja yang berasal dari masyarakat Jawa tidak dibayar,
bahkan mendapatkan tindakan di luar batas perikemanusian. Konon, proses
pembangunan jalan raya Anyer-Panarukan memakan korban jiwa mencapai 12.000 jiwa.
https://www.kompas.com/stori/read/2022/04/23/090000979/penerapan-kerja-rodi-zaman-
daendels?page=all#:~:text=Kerja%20rodi%20adalah%20sistem%20kerja,menunjang%20
pergerakan%20ekonomi%20maupun%20militer

h. Kompas.com
Kebijakan Raffles di Indonesia
Antara 1811-1816, Indonesia terlepas dari tangan Belanda dan jatuh ke pangkuan
Inggris. Inggris resmi berkuasa di Indonesia setelah ditandatanginya Kapitulasi Tuntang
pada 18 September 1811. Seminggu sebelum Kapitulasi Tuntang, Lord Minto yang
berkedudukan di India mengangkat Thomas Stamford Raffles sebagai wakilnya dengan
pangkat Letnan Gubernur di Jawa. Akan tetapi, dalam pelaksanaannya Raffles berkuasa
penuh di nusantara. Ia pun segera mengambil langkah-langkah penting dalam rangka
menciptakan suatu sistem yang bebas dari unsur paksaan seperti yang diterapkan oleh
VOC dan Daendels. Salah satu langkah yang diambil Raffles dalam bidang pemerintahan
adalah menjadikan para bupati sebagai pegawai pemerintahan. Prinsip-prinsip
pemerintahan Raffles sangat dipengaruhi oleh pengalamannya di India. Berikut ini
kebijakan Thomas Stamford Raffles di Indonesia dalam berbagai bidang:
Kebijakan Raffles di bidang politik
 Pulau Jawa dibagi menjadi 16 karesidenan (berlangsung hingga 1964), yang
dibagi lagi menjadi beberapa distrik.
 Mengubah sistem pemerintahan yang semula dilakukan oleh penguasa pribumi
menjadi sistem pemerintahan kolonial yang bercorak Barat. Sistem pemerintahan
feodal oleh Raffles dianggap dapat mematikan usaha-usaha rakyat.
 Penguasa pribumi dilepaskan kedudukannya yang diperoleh secara turun-
temurun. Mereka kemudian dijadikan pegawai pemerintah kolonial yang langsung
di bawah kekuasaan pemerintah pusat.
 Politik memecah belah juga menjadi salah satu kebijakan Inggris di Indonesia.
Kebijakan Raffles di bidang ekonomi
 Penghapusan pajak hasil bumi (contingenten) dan sistem penyerahan wajib
(Verplichte Leverantie) sejak zaman VOC yang dianggap memberatkan rakyat.
 Menetapkan sistem sewa tanah (landrent system).
 Pajak dibayarkan kepada kolektor yang dibantu oleh kepala desa tanpa melalui
bupati.
 Petani diberikan kebebasan untuk menanam tanaman ekspor, sedangkan
pemerintah membuat pasar untuk merangsang petani menanam tanaman yang
paling menguntungkan.
 Mengadakan monopoli garam dan minuman keras.
Kebijakan Raffles di bidang sosial
 Penghapusan kerja rodi (kerja paksa).
 Penghapusan perbudakan, meskipun pada praktiknya Raffles melanggar undang-
undangnya sendiri dengan melakukan kegiatan sejenis perbudakan.
 Peniadaan pynbank, yaitu hukuman kejam dengan melawan harimau.
Kebijakan Raffles di bidang hukum
Sistem peradilan Raffles berorientasi pada besar kecilnya kesalahan, bukan
didasarkan atas warna kulit (ras) seperti Daendels. Berikut ini badan-badan penegak
hukum yang ada pada masa Raffles.
 Court of Justice pada setiap residen
 Court of Request pada setiap divisi
 Police of Magistrate
Raffles juga meniadakan pengadilan yang dilaksanakan oleh para bupati, karena
akan menimbulkan dualisme dalam hukum.
Kebijakan Raffles di bidang ilmu pengetahuan
 Ditulisnya buku berjudul History of Java.
 Memberikan bantuan kepada John Crawfurd (Residen Yogyakarta) untuk
mengadakan penelitian yang menghasilkan buku berjudul History of the East
Indian Archipelago.
 Mendukung Bataviaach Genootschap, sebuah perkumpulan kebudayaan dan ilmu
pengetahuan.
 Ditemukannya bunga Rafflesia Arnoldi.
 Dirintisnya Kebun Raya Bogor.
https://www.kompas.com/stori/read/2021/08/19/090000579/kebijakan-raffles-di-
indonesia#
i. Kompas.com
Johannes Van de Bosch di Indonesia, penggagas sistem tanam paksa
Menjelang 1830, kondisi perekonomian Belanda, baik di negara induk ataupun wilayah
jajahannya, sangat kacau. Saat itu, kas negara telah kosong, yang salah satunya
diakibatkan oleh biaya perang Belanda melawan rakyat pribumi Indonesia ataupun
dengan negara lain. Perekonomian Belanda yang terpuruk mengharuskan adanya solusi
cepat untuk memulihkan keuangan. Johannes van den Bosch menyarankan tanah jajahan
harus menanam tanaman yang laku dijual di pasar dunia, guna memulihkan
perekonomian Pemerintah Belanda. Gagasan Van den Bosch itulah yang kemudian
dikenal sebagai Sistem Tanam Paksa atau cultuurstelsel. Pemerintah Belanda menerima
usulan itu, sehingga Johannes van den Bosch diangkat sebagai Gubernur Jenderal Hindia
Belanda ke-43 pada 1830.
Sebagai Gubernur Jenderal Hindia Belanda, tugas utama Van den Bosch adalah
melaksanakan Sistem Tanam Paksa guna mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya
untuk mengisi kas Belanda yang kosong. Van den Bosch menjabat sebagai Gubernur
Jenderal Hindia Belanda hingga 1833. Meski Sistem Tanam Paksa pada akhirnya dihapus
setelah menuai banyak kritik karena terlalu menyengsarakan rakyat jajahan, bagi
Belanda, gagasan Van den Bosch tersebut sukses menggemukkan keuangannya.
Aturan Tanam Paksa
 Tuntutan kepada setiap rakyat Pribumi agar menyediakan tanah pertanian untuk
cultuurstelsel tidak melebihi 20% atau seperlima bagian dari tanahnya untuk
ditanami jenis tanaman perdagangan.
 Pembebasan tanah yang disediakan untuk cultuurstelsel dari pajak, karena hasil
tanamannya dianggap sebagai pembayaran pajak.
 Rakyat yang tidak memiliki tanah pertanian dapat menggantinya dengan bekerja
di perkebunan milik pemerintah Belanda atau di pabrik milik pemerintah Belanda
selama 66 hari atau seperlima tahun.
 Waktu untuk mengerjakan tanaman pada tanah pertanian untuk Culturstelsel tidak
boleh melebihi waktu tanam padi atau kurang lebih 3 (tiga) bulan
 Kelebihan hasil produksi pertanian dari ketentuan akan dikembalikan kepada
rakyat
 Kerusakan atau kerugian sebagai akibat gagal panen yang bukan karena kesalahan
petani seperti bencana alam dan terserang hama, akan di tanggung pemerintah
Belanda
 Penyerahan teknik pelaksanaan aturan tanam paksa kepada kepala desa
https://www.kompas.com/stori/read/2022/07/27/140000179/johannes-van-den-
bosch-penggagas-sistem-tanam-paksa
https://www.kompas.com/stori/read/2021/05/02/122535879/sistem-tanam-paksa-
latar-belakang-aturan-kritik-dan-dampak?page=3

j. Sejarahkita.com
Dampak kebijakan Raffles:
Pelaksanaan kebijakan sewa tanah memberikan dampak bagi masyarakat di Jawa.
Berdasarkan laporan dari beberapa bupati, dapat disimpulkan bahwa sistem sewa tanah
memberikan dampak di bidang kemajuan pertanian, angka kriminalitas yang menurun,
produksi pertanian yang meningkat, perbaikan infrastruktur (lebih utama pada bidang
transportasi), dan meluasnya lahan garap. Laporan tersebut didapat dari kemajuan yang
terjadi di berbagai kota di Jawa, seperti Tegal, Pekalongan, Cirebon, Kedu, Jepara,
Rembang, Gresik, Pasuruan,dan Surabaya. Diterapkannya kebijakan sistem sewa tanah
ini juga memiliki dampak dalam struktur kehidupan masyarakat Jawa. Sebelumnya di
Jawa berkembang struktur feodal, tanah di Jawa dimiliki oleh para penguasa atau
kerajaan. Para rakyat atau petani diwajibkan menyetorkan hasil buminya kepada
penguasa. Namun setelah kebijakan Raffles diterapkan, sistem feodal yang berkembang
di Jawa mengalami perubahan.
Struktur feodal ini digantikan oleh banyak kebijakan politik baru yang diterapkan
oleh Raffles. Ia menerapkan kebijakan politik baru yang berdasarkan pada ideologi
liberal. Struktur kekuasaan feodal yang bersifat tradisional diganti dengan sistem yang
baru seperti di Eropa berdasarkan prinsip legal-rasionalitas. Para penguasa seperti adipati,
lurah, dan lain-lain yang sebelumnya bertanggungjawab atas petani digantikan oleh
orang-orang Eropa yang menjadi residen. Mereka kemudian menjadi pegawai umum di
bawah pemerintahan Raffles yang digaji dengan uang. Tugas mereka menjadi asisten dan
penasihat yang mendampingi para residen. Para residen ini dibantu collectur dalam
penarikan pajak kepada para petani di Jawa.
Dengan kebijakan baru seperti ini, rakyat Jawa dituntut untuk beradaptasi dengan
peraturan baru yang dibuat oleh pemerintahan Raffles. Para petani juga menjadi banyak
mengenal kebiasaan baru. Mereka mulai mengenal dengan kebebasan dalam menggarap
tanah. Mereka juga dibebaskan dalam menjual hasil pertanian yang tidak harus kepada
pemerintah. Para rakyat atau petani yang membayar pajak menjadi lebih banyak
mengenal dan menggunakan uang. Mereka mengenal kepastian hukum dalam suatu
kontrak sewa tanah.
https://www.sejarahkita.com/2022/03/dampak-kebijakan-sistem-sewa-tanah-masa.html
k. Kompas.com
Dampak Kebijakan Van de Bosch:
Menurut MC Ricklefs dalam bukunya Sejarah Indonesia Modern 1200-2008 (2008),
dampak negatif tanam paksa, yaitu:
 Memakan waktu
Waktu yang dibutuhkan dalam penggarapan budidaya tanaman ekspor
sering mengganggu kegiatan tanam padi. Akibatnya rakyat lebih fokus pada
komoditi yang dipaksa untuk ditanam alih-alih untuk memenuhi kebutuhan
mereka sendiri.
 Membutuhkan air banyak
Penggarapan tanaman ekspor seperti tebu membutuhkan air yang banyak
sehingga memberatkan petani.
 Penggunaan tanah berkualitas
Budidaya tebu dan nila (indigo) menggunakan sebagian besar tanah sawah
petani yang baik dan bernilai paling tinggi. Dalam praktiknya, sistem tanam paksa
juga menyimpang. Bagian tanah yang diminta untuk ditanami tanaman ekspor
melebihi dari seperlima bagian sepertui yang ditentutakan. Misalnya sampai
sepertiga atau setengah bagian, bahkan sering seluruh tanah menjadi tanaman
ekspor.
 Kebutuhan hewan ternak
Pelaksanaan sistem tanam paksa ini melipatgandakan kebutuhan akan
hewan ternak petani. Tidak hanya untuk pekerjaan ladang tetapi juga sebagai alat
angkut hasil tanaman ekspor menuju pabrik atau pelabuhan.
 Timbul kelaparan
Kegiatan tanam paksa menyebabkan kelaparan dan wabah penyakit di
mana-mana, sehingga angka kematian meningkat tajam. Bahaya kelaparan
menimbulkan korban jiwa yang sangat mengerikan di daerah Cirebon, Demak,
dan Grobogan. Hal ini mengakibatkan menurunnya jumlah penduduk di daerah
tersebut. Selain itu, penyakit busung lapar juga terjadi di banyak daerah. Selain itu
ada kewajiban yang harus dilaksanakan petani yang menjadi beban berat, seperti:
Petani diwajibkan untuk menanam tebu dengan skema rotasi penanaman padi.
Penduduk desa diwajibkan melakukan pekerjaan seperti menanam, memotong,
dan mengangkat tebu ke pabrik-pabrik gula. Seluruh penduduk desa dikerahkan
bekerja untuk kepentingan pemerintah kolonial maupun untuk kepentingan
pejabat dan kepala-kepala daerah.

Dalam buku Sejarah Nasional Indonesia IV (2008) karya Marwati Djoened dan Nugroho,
dijelaskan dampak positif pelaksanaan tanam paksa bagi rakyat Indonesia, di antaranya:
 Rakyat Indonesia mengenal berbagai teknik menanam jenis-jenis tanaman baru.
 Meningkatnya jumlah uang yang beredar di pedesaan, sehingga memberikan
rangsangan bagi tumbuhnya perdagangan.
 Munculnya tenaga kerja yang ahli dalam kegiatan non pertanian yang terkait
dengan perkebunan dan pepabrikan di pedesaan.
 Penyempurnaan fasilitas yang digunakan dalam proses tanam paksa, seperti jalan,
jembatan, penyempurnaan fasilitas pelabuhan dan pabrik serta gudang untuk hasil
budidaya.
https://www.kompas.com/skola/read/2021/02/02/142820169/dampak-tanam-paksa-bagi-
rakyat-indonesia?page=2

l. Ruangguru
Perang Padri
Perang Padri diawali dengan konflik antara Kaum Padri dengan Kaum Adat terkait
pemurnian agama Islam di Sumatra Barat. Kaum Adat masih sering melakukan kebiasaan
yang bertentangan dengan Islam, seperti berjudi dan mabuk-mabukan. Kaum Padri yang
terdiri dari para ulama menasehati Kaum Adat untuk menghentikan kebiasaan tersebut,
Kaum Adat menolaknya, sehingga terjadi perang yang berlangsung tahun 1803–1821.
Perang diakhiri dengan kekalahan Kaum Adat.
Kondisi tersebut lalu dimanfaatkan Belanda untuk bekerja sama dengan Kaum Adat guna
melawan Kaum Padri. Belanda memang bertujuan untuk menguasai wilayah Sumatra
Barat. Salah satu tokoh pemimpin Kaum Padri adalah Tuanku Imam Bonjol. Fase perang
ini berlangsung tahun 1821–1838. Sekitar tahun 1833 atau menjelang tahun-tahun
terakhir perang, Tuanku Imam Bonjol mengajak Kaum Adat agar menyadari tipuan
Belanda dan akhirnya bersatu melawan Belanda. Perang diakhiri dengan kekalahan di
pihak Kaum Padri dan Kaum Adat karena militer Belanda yang cukup kuat.

Perang Aceh
Perang Aceh dilatarbelakangi Traktat Sumatra (1871) yang menyebutkan bahwa Belanda
bebas meluaskan wilayah di Sumatra termasuk Aceh. Hal ini ditentang Teuku Cik Ditiro,
Cut Mutia, Teuku Umar, Cut Nyak Dien, dan Panglima Polim. Belanda mendapatkan
perlawanan sengit dari rakyat Aceh. Rakyat Aceh berperang dengan jihad, sehingga
semangatnya untuk melawan Belanda sangat kuat.
Untuk menghadapinya, Belanda mengutus Snouck Hurgronje untuk meneliti budaya dan
karakter rakyat Aceh. Ia menyarankan agar pemerintah Belanda menggempur pertahanan
Aceh bertubi-tubi agar mental rakyat semakin terkikis, memecah belah rakyat Aceh
menjadi beberapa kelompok, dan melemahkan perlawanan rakyat Aceh. Pada tahun
1903, Perang Aceh pun berakhir dan sejumlah tokohnya ditangkap.

Perlawanan Rakyat Batak


Perlawanan rakyat Batak dipimpin Sisingamangaraja XII. Latar belakang perlawanan ini
adalah bangsa Belanda berusaha menguasai seluruh tanah Batak dan disertai dengan
penyebaran agama Kristen. Sisingamangaraja XII masih melawan Belanda sampai akhir
abad ke-19. Namun, gerak pasukan Sisingamangaraja XII semakin menyempit. Pada
akhirnya, Sisingamangaraja XII wafat ditembak serdadu Marsose, dan Belanda
menguasai tanah Batak.
Perang Diponegoro
Perang Diponegoro adalah perang terbesar yang dialami Belanda. Perlawanan ini
dipimpin Pangeran Diponegoro yang didukung pihak istana, kaum ulama, dan rakyat
Yogyakarta. Perang ini terjadi karena Belanda memasang patok-patok jalan yang melalui
makam leluhur Pangeran Diponegoro. Perang ini terjadi tahun 1825–1830. Pada tahun
1827, Belanda memakai siasat perang bernama Benteng Stelsel, yaitu mendirikan
benteng di setiap daerah yang dikuasai untuk mengawasi daerah sekitarnya. Antara satu
benteng dan benteng lainnya dihubungkan pasukan gerak cepat, sehingga ruang gerak
pasukan Diponegoro dipersempit.
Benteng Stelsel belum mampu mematahkan serangan pasukan Diponegoro. Belanda
akhirnya menggunakan tipu muslihat dengan cara mengajak berunding Pangeran
Diponegoro, padahal sebenarnya itu berupa penangkapan. Setelah penangkapan,
perlawanan pasukan Diponegoro mulai melemah. Pada akhirnya, Belanda dapat
memenangkan perang tersebut, namun dengan kerugian yang besar karena perang
tersebut menguras biaya dan tenaga yang banyak.

https://www.ruangguru.com/blog/strategi-perlawanan-bangsa-indonesia-terhadap-
penjajahan-belanda

m. Kontan.co.id
Dampak Kolonialisme di Indonesia:
Dampak kolonialisme di bidang politik
Bangsa Barat membawa dampak yang cukup besar dalam dunia politik Indonesia
pada masa penjajahan. Pengaruh penjajah perlahan semakin kuat sehingga mampu
melakukan intervensi masalah internal kerajaan-kerajaan di Nusantara. Hal ini membuat
kekuasaan penguasa Indonesia pada masa tersebut semakin melemah bahkan hilang.
Dampak kolonialisme bangsa Barat diantaranya:
 Dasar pemerintahan yang modern yang dibuat Daendels atau Raffles membuat
kedudukan Bupati berubah menjadi pegawai negeri dan digaji, yang semula
merupakan kedudukan adalah turun temurun dan mendapat upeti dari rakyat
menurut adat istiadat.
 Bupati dijadikan alat kekuasaan pemerintah kolonial. Pamong praja yang dahulu
berdasarkan garis keturunan sekarang menjadi sistem kepegawaian.
 Jawa dijadikan tempat pusat pemerintahan dan membaginya menjadi wilayah
perfektuf.
 Intervensi terhadap persoalan kerajaan yang dilakukan oleh Belanda dan Inggris,
contohnya tentang pemilihan raja sehingga imperialis mendominasi politik di
Indonesia. Yang mengakibatkan peranan elite kerajaan berkurang dalam politik,
dan kekuasaan pribumi melemah.
 Hukum yang dulu menggunakan hukum adat diubah menggunakan sistem hukum
barat modern.
 Belanda ikut campur dalam pengambilan kebijakan raja.
 Perubahan dalam politik pemerintahan kembali terjadi akibat kebijakan politik
Pax Nederlanica di akhir abad 19 menuju awal abad 20. Jawa menjadi pusat
pemerintahan dan membaginya menjadi wilayah perfektuf.
Dampak kolonialisme di bidang ekonomi
Selain kerja paksa, berikut ini dampak lain dari kolonialisme dan imperialisme di bidang
ekonomi:
 Monopoli dan penguasaan suatu daerah atau koloni oleh penjajah yang
menimbulkan situasi yang tidak sehat dalam hal perdagangan.
 Perekonomian bergeser dari pertanian pangan menjadi industri perkebunan.
 Praktik monopoli perdagangan oleh VOC membuat mundurnya perdagangan
Nusantara dari kancah perdagangan internasional.
 VOC memanfaatkan para penguasa tradisional dalam mengeksploitasi tanah
jajahandengan menerapkan sistem indirect rule, dalam penyerahan wajib hasil
bumi dan pemungutan pajak hasil bumi.
 Penerapan sistem tanam paksa menyebabkan rakyat Indonesia mengenal jenis
tanaman baru.
 Munculnya pedagang-pedagang perantara dalam perdagangan internasional yang
dipegang oleh orang Timur Asing, sedangkan bangsa Indonesia hanya sebagai
pengecer
 Munculnya kota-kota baru di sekitar perusahaan-perusahaan Belanda.
 Sistem ekonomi uang yang diperkenalkan kepada masyarakat Indonesia. Dampak
yang ditimbulkan salah satunya adalah sistem utang.
 Dalam pengerjaan lahan pertanian, penduduk memulai mengenal pinjaman modal.
Namun mereka harus mengembalikan uang dengan sistem bunga yang
memperparah perekonomian
https://lifestyle.kontan.co.id/news/dampak-kolonialisme-dan-imperialisme-pada-
indonesia-di-bidang-politik-dan-
ekonomi#:~:text=Selain%20kerja%20paksa%2C%20berikut%20ini,pertanian%20pangan
%20menjadi%20industri%20perkebunan

n. Gramedia. Blog
Kebijakan politik etis di Indonesia
Pengertian politik etis adalah salah satu kebijakan yang dikeluarkan pemerintah. Politik
etis ini disebut juga sebagai politik balas budi. Politik etis atau politik balas budi adalah
kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah Hindia Belanda. Kebijakan politik etis ini
diterapkan pada tahun 1901. Kebijakan ini adalah gagasan dari Van Deventer.
Pemerintah Belanda memiliki keharusan untuk memajukan kesejahteraan masyarakat.
Caranya adalah dengan melalui 3 program yang diusung. Ketiga program tersebut adalah
irigasi, edukasi dan emigrasi. Dengan demikian, politik etis adalah salah satu kebijakan
yang diterapkan oleh pemerintah Belanda di Indonesia. Politik etis ini menekankan pada
kewajiban moral mensejahterakan masyarakat Hindia Belanda, atau Indonesia.
Program Politik Etis
1. Irigasi
Salah satu program politik etis adalah irigasi. Di dalam program ini, pemerintah
Hindia Belanda melakukan beberapa pembangunan fasilitas. Pembangunan-
pembangunan tersebut digunakan untuk menunjang kesehatan dari rakyat Indonesia.
Diberikan sarana dan dan prasarana untuk mendukung aktivitas pertanian. meliputi
pembuatan waduk, perbaikan dari sanitasi, jalur transportasi untuk mengangkut hasil
tani dan lain sebagainya.
2. Edukasi
Program kedua politik etis adalah edukasi. Melalui program edukasi,
dilakukannya peningkatan kualitas sumber daya manusia atau SDM di Indonesia.
Selain itu, ditingkatkan pula upaya untuk mengurangi angka buta huruf di
masyarakat. Dimulai juga pelaksanaan-pelaksanaan pengadaan sekolah untuk rakyat.
Akan tetapi, berdasarkan penjelasan dari Suhartono di dalam Sejarah Pergerakan
Nasional dari Budi Utomo sampai Proklamasi 1908-1945 (2001:7), hanya kaum
laki-laki saja yang boleh mengenyam pendidikan pada masa itu. Sedangkan kaum
perempuan hanya belajar di rumah saja.
 Hollandsche Inlandsche School (HIS), adalah sekolah dasar untuk masyarakat
pribumi.
 Europeesche Lagere School (ELS), adalah sekolah dasar untuk anak Eropa dan
para pembesar pribumi.
 Hogere Burgerlijk School (HBS), adalah sekolah menengah yang diperuntukkan
bagi siswa lulusan ELS.
 Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO), adalah sekolah menengah bagi siswa
lulusan HIS.
 Algemeene Middelbare School (AMS), adalah sekolah menengah atas bagi siswa
lulusan HBS dan MULO.
 School tot Opleiding van Indische Artsen (STOVIA), adalah sekolah pendidikan
dokter Jawa.
 Recht Hoge School, adalah sekolah hukum.
 Landbouw School, adalah sekolah pertanian .
 Technik Hoghe School, adalah sekolah teknik.
3. Emigrasi
Emigrasi adalah program ketiga dari politik etis. Emigrasi ditetapkan dalam
rangka memeratakan kepadatan penduduk yang terjadi di Indonesia atau Hindia
Belanda, pada saat itu. Pada tahun 1900, Jawa dan Madura sudah dihuni oleh 14 juta
jiwa. Melalui kebijakan ini, didirikanlah sebuah pemukiman baru.

Pemukiman-pemukiman tersebut dibuat di Sumatera. Hal ini disediakan untuk


tempat perpindahan rakyat dari wilayah-wilayah yang memiliki penduduk yang padat.
Kebijakan ini mulai aktif pada tahun 1901.
https://www.gramedia.com/literasi/pengertian-politik-etis/
o. Kompas
Dampak dari kebijakan politik etis di Indonesia
Sistem Tanam Paksa telah memberikan penderitaan cukup besar, khususnya bagi
rakyat Indonesia. Dari penderitaan tersebut, muncullah rasa simpati bagi rakyat
Indonesia, yang akhirnya beberapa tokoh Belanda menerapkan Politik Etis atau Politik
Balas Budi. Dalam Politik Etis, Belanda membangun sekolah bagi kaum pribumi sebagai
bentuk kompensasi atas keuntungan yang didapat Belanda selama Tanam Paksa. Selain
pendidikan,
Politik Etis juga membangun irigasi yang memungkinan pengairan di tanah
pertanian dan perkebunan, sehingga dapat ditanami meskipun saat musim kering. Irigasi
ini pun membuat produksi pertanian dan perkebunan meningkat. Kemudian,
transmigrasi, memindahkan penduduk dari wilayah yang padat di Jawa ke Sumatera.
Akan tetapi, perpindahan penduduk ini hanya dilakukan untuk memberikan
tenaga kerja mereka kepada perkebunan Belanda. Akibatnya, para pekerja yang dipindah
ini dijadikan sebagai buruh yang harus bekerja keras dan menderita. Tiga kebijakan
utama yang dijalankan dalam Politik Etis adalah edukasi, irigasi, dan transmigrasi. Dari
tiga kebijakan tersebut, dampak positif dari Politik Etis yang dirasakan pihak Indonesia
adalah:
 Munculnya kalangan terdidik dari rakyat Indonesia
 Terbangunnya saluran irigasi pertanian dan perkebunan
 Terjadinya perpindahan penduduk dalam proses transmigrasi

Namun, meskipun Politik Etis memberikan dampak positif yang cukup


berpengaruh, pada praktiknya disalahgunakan untuk kepentingan dan keuntungan
pemerintah Belanda. Terjadi beberapa penyimpangan dalam Politik Etis yang
memberikan dampak negatif, seperti berikut:
Irigasi
Seharusnya untuk mengairi lahan pertanian atau perkebunan rakyat, tetapi nyatanya tidak.
Irigasi yang sudah diperbaiki dan dibangun ditujukan untuk mengairi sawah dan ladang
milik swasta dan pemerintah Belanda. Dampaknya, terdapat jurang pemisah antara
perekonomian, perkebunan milik swasta atau pemerintah dengan rakyat.
Emigrasi
Pada program ini, rakyat ditempatkan di daerah-daerah perkebunan yang dikembangkan
Belanda. Mereka ditunjuk untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja pada perkebunan.
Edukasi
Meskipun pemerintah Belanda telah mendirikan sekolah-sekolah untuk kaum pribumi,
terjadi diskriminasi di dalamnya. Pendidikan yang dibuka hanya diperuntukkan untuk
anak pegawai dan orang berada saja, sementara yang berpendapatan sangat rendah tidak
diperbolehkan sekolah.
https://www.kompas.com/stori/read/2021/09/07/120000979/dampak-penerapan-politik-
etis?page=all

BAHAN PENUNJANAG GURU


Armelia. 2008. Sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia. Semarang: ALPRIN
Azza, Afra Nur. 2017. Ensiklopedia Sejarah Indonesia. Yogyakarta: Khazanah-Pedia.
Breman, Jan. 2010. Keuntungan Kolonial dari Kerja Paksa: Sistem Priangan dari Tanam
Paksa Kopi di Jawa, 1720-1870. Jakarta: Pustaka Obor.
Goenawan, Mohammad. 2006. Catatan Pinggir. Jakarta: Grafiti Pers
Notosusanto, Nugroho dan Marwati Djoened Poesponegoro. 2019. Sejarah Nasional
Indonesia V Zaman Kebangkitan Nasional dan Masa Akhir Hindia Belanda
(1900-1942). Jakarta: Balai Pustaka.
Poesponegoro, Marwati Djoened dan Nugroho Notosusanto (Eds). 2008. Sejarah
Nasional Indonesia IV: Kemunculan Penjajahan di Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka.
DAFTAR PUSTAKA

Armelia. 2008. Sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia. Semarang: ALPRIN


Azza, Afra Nur. 2017. Ensiklopedia Sejarah Indonesia. Yogyakarta: Khazanah-Pedia.
Breman, Jan. 2010. Keuntungan Kolonial dari Kerja Paksa: Sistem Priangan dari Tanam Paksa
Kopi di Jawa, 1720-1870. Jakarta: Pustaka Obor.
Goenawan, Mohammad. 2006. Catatan Pinggir. Jakarta: Grafiti Pers
Notosusanto, Nugroho dan Marwati Djoened Poesponegoro. 2019. Sejarah Nasional Indonesia V
Zaman Kebangkitan Nasional dan Masa Akhir Hindia Belanda (1900-1942). Jakarta:
Balai Pustaka.
Poesponegoro, Marwati Djoened dan Nugroho Notosusanto (Eds). 2008. Sejarah Nasional
Indonesia IV: Kemunculan Penjajahan di Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai