Anda di halaman 1dari 70

SIDE STORY OF DROPBOX: DAVA AARAI

Nerosalt | 1
SIDE STORY OF DROPBOX: DAVA AARAI

foreword
Kalau.
Semuanya berawal dari Kalau.
Perandaian yang terdengar sia-sia belaka.
Kalau saja dia lebih dulu mengatakannya…
Kalau saja dia lebih cepat mengungkapkan isi hatinya…
Kalau saja ada sedikit keberanian untuknya berkata
jujur…
Kalau saja….

Nerosalt | 2
SIDE STORY OF DROPBOX: DAVA AARAI

2013

I’m in love with


my best friend
“Rai! Dava Aarai!” Sabrina Kosa, gadis

bertubuh semampai dengan rambut tergerai indah


selayaknya permaisuri surga itu baru saja men-
jentikkan jari. Indah parasnya menendang nalar Dava
membumbung ke awang-awang dan menciptakan
erupsi kupu-kupu di lambung.
Agaknya Dava mulai hiperbolis pada semua yang
berhubungan dengan Sabrina Kosa. Tetapi ia sama

Nerosalt | 3
SIDE STORY OF DROPBOX: DAVA AARAI

sekali tidak bercanda saat menjuluki Sabrina intan


permata yang lebih berkilau dari dua koleksi cincin
berlian ibunya yang disembunyikan di brankas ruang
rahasia.
Jentikan jari Sabrina di depan wajahnya juga telak
menggugurkan puing-puing perandaian soal ‘Kalau’
yang terbentuk di kepala Dava setiap kali melihat
gadis itu bermesraan dengan sepupunya, Gaska
Uthaa.
Benar! Kalau-nya tadi belum diucapkan sampai
tuntas.
Kalau saja tak pernah ada Gaska Uthaa di antara
mereka, apakah mungkin Sabrina akan jadi miliknya?
Kadang kala Dava merasa dirinya sudah gila. Atau
memang semenjak jatuh hati pada sahabatnya yang ia
pupuk sejak Sekolah Dasar dirinya sudah bisa dicap
gila?
Masalahnya, Dava bukan hanya meleleh pada
sahabatnya, nahasnya juga, ia telah melabuhkan cinta
pada kekasih sepupunya terhitung lebih dari sepuluh
tahun tanpa seorang pun tahu.

Nerosalt | 4
SIDE STORY OF DROPBOX: DAVA AARAI

Lupa kapan tepatnya hati Dava tertawan pada satu


gadis—sahabatnya sejak kecil, kekasih sepupunya,
pada perempuan yang persentase jatuh cintanya nol
persen dan akhirnya berlabuh pada Gaska Uthaa.
Dava lupa perasaan tanpa cemas menanyakan
bagaimana kabar Sabrina setiap malam pada langit-
langit kamar. Mempertanyakan segala bentuk cinta
yang ditanamnya seorang sendiri, dipupuknya penuh
kasih, dan disiramnya setiap hari hingga cinta itu
tumbuh layaknya bugenvil yang mereguk setiap inci
tubuhnya hingga tenggelam. Sampai-sampai Dava
pernah berharap Gaska Uthaa mati aja sekalian
supaya dia bisa berkencan dengan Sabrina Kosa.
Bercanda. Bagian terakhir hanya lelucon belaka.
Gaska memang agak menyebalkan tetapi tidak
seberapa buruk. Bagaimanapun, Dava hanya ingin
Sabrina menjadi miliknya tanpa harus kehilangan
sepupunya.
Lalu, pertanyaan terakhir soal “Kalau”

Nerosalt | 5
SIDE STORY OF DROPBOX: DAVA AARAI

Kalau saja kisah kasihnya yang tak pernah sampai


dicetak dalam sebuah buku, kira-kira apa judul yang
cocok untuk memperolok nasibnya.
Serta jangan lupakan juga Dava pernah memiliki
rencana yang ditulisannya dalam buku catatan
sewindu lalu hanya demi bisa mendapatkan hati sang
dewi. Begini isinya:

Nerosalt | 6
SIDE STORY OF DROPBOX: DAVA AARAI

Dava Aarai

Dava Aarai tak sepantasnya cemburu.


Perihal Sabrina maupun hubungan sepupunya.
Terlebih pada segala aspek yang bertalian dengan
Gaska Uthaa. Walau terkadang rasa cemburu itu
kerap datang tanpa dipinta, tanpa diundang,
menelusup di lubuk hatinya yang lantas menciptakan
sedikit demi sedikit kedengkian.
Ia tidak boleh begini.
Hidupnya sudah terjamin. Bukan hanya terjamin.
Tetapi dijamin. Orangtuanya lengkap. Keluarganya

Nerosalt | 7
SIDE STORY OF DROPBOX: DAVA AARAI

memiliki satu rumah mewah di Semarang dan


Yogyakarta. Ayahnya merupakan satu dari beberapa
pemiliki perusahaan real estate terbesar di Surabaya.
Belum lagi ibunya yang menduduki jabatan penting
di Bank swasta nomer satu Indonesia.
Tak tanggung, hingga kini mereka memiliki tiga
unit perumahan yang tersebar Surabaya, Jakarta, dan
Semarang. Belum lagi superblok di Kemayoran yang
rencananya akan selesai dua tahun mendatang.
Mereka hidup lebih dari berkecukupan.
Tidak pernah terpikiran di benak Dava besok harus
makan apa atau bagaimana cara mendapat beasiswa
agar bisa kuliah ke luar negeri, karena ayahnya sudah
menjamin itu semua. Hidupnya bisa terbilang serba
instan. Tidak perlu repot memikirkan mimpi. Sebab,
ia ikut mempelajari bagaimana mengelola bisnis
keluarga. Sehingga apabila ayahnya tiada, bisnis yang
dibangun ayahnya belasan tahun bisa tetap berjalan
sebagaimana mestinya.
Lantas apa yang membuatnya merasa demikian
cemburu pada sosok Gaska Uthaa?

Nerosalt | 8
SIDE STORY OF DROPBOX: DAVA AARAI

Dava tidak mengerti mengapa memandang


kehidupan Gaska terasa menyiksa. Poros mereka jelas
berbeda, langkah mereka tak sama, garis awal
berlarinya pun terpaut ratusan depa.
Jikalau mungkin hanya ada satu jawabnya,
mungkin saja Sabrina Kosa. Cemburunya berasaskan
masalah cinta. Dan semuanya terasa masuk akal.
Gelegak tawa yang saling bersahutan itu mengetuk
rungu Dava, dan lagi-lagi harus membuatnya ber-
jibaku dengan perasaan cemburu yang nyaris loncat
keluar apabila ia tidak memiliki pondasi emosi yang
kokoh. Kesabarannya bisa jadi setipis tisu satu lapis
setiap kali berurusan dengan Gaska dan segala
ocehannya yang dirasa tak masuk akal atau terkesan
mengada-ada. Tetapi soal menyembunyikan hati,
Dava merasa menjadi orang paling jago sealam raya.
Merasa dialah juaranya.
Sementara dua orang yang tengah duduk santai di
ujung pendopo sejak satu jam lalu itu seolah tidak
menganggap keberadaannya yang sedari tadi duduk
memainkan ponsel atau kadang pula membunuh

Nerosalt | 9
SIDE STORY OF DROPBOX: DAVA AARAI

waktu dengan cara mengobrol dengan Simbah yang


mengurus kediaman Eyang sejak mereka kecil.
Sesekali Manggala Wijaya, adiknya ikut menawari
istirahat di dalam alih-alih duduk di luar sebelum ia
kembali ke Semarang malam nanti.
“Mas, masuk dulu,” ujar Odi, nama akrab
Manggala dalam keluarga besar, masih berusaha
membujuk.
Namun Dava bersikeras tidak ingin masuk. Dari
jarak lima meter ini ia ingin tahu apa saja yang
dibicarakan Gaska dan Sabrina setelah satu tahun tak
jumpa. Sepertinya sepasang kekasih itu pun belum
berniat mengakhiri perbincangan meski langit sudah
berubah warna dan lampu-lampu di sekitar rumah
telah dinyalakan.
“Udah panjang rambut kamu.”
Dava mengangkat pandangannya dari ponsel
ketika mendengar Sabrina berucap demikian.
Matanya mengintai Sabrina yang menggenggam
sejumput rambut Gaska yang mulai tumbuh ikal
mencapai pangkal hidung melebihi alis.

Nerosalt | 10
SIDE STORY OF DROPBOX: DAVA AARAI

Gaska meringis. “Panjang banget kah?”


“Agak panjang, tapi jadi ganteng.” Sabrina
memberi ujung kalimatnya dengan sentuhan senyum
manis. “Awas banyak yang naksir di kampus baru.”
Gaska mengusak rambut Sabrina, dan seakan
belum cukup, kedua jarinya mencubit pipi Sabrina
yang agak berisi hingga gadis itu meringis. “Ada
kamu yang jagain.”
“Pede,” olok Sabrina.
“Soalnya kamu nyusul. Aku jadi aman nggak ada
yang gangguin.”
Sabrina tergelak. “Kalo gitu you should wait for me
up there, okay.”
“Of course, I’ll stay there and wait for you.”
Dalam beberapa waktu ke depan keduanya saling
terdiam, seakan-akan berbicara melalui tatapan.
“Thanks ya, Ka. You helped me a lot. Kamu bantu aku
banyak banget, bantu aku dapet beasiswa di luar,
bantu aku ambil keputusan untuk berani kuliah ke
luar negeri yang tadinya aku pikir cuma mimpi. You
encourage me to always make the right decisions dan

Nerosalt | 11
SIDE STORY OF DROPBOX: DAVA AARAI

selalu yakinin aku untuk banyak hal bahkan di saat


aku ragu sama diri aku. Thank you.”
Cemburu.
Tidak ada perasaan lain yang menguliti sanubari
Dava kecuali satu emosi itu. Bukankah seharusnya ia
yang ada di sana sekarang. Berdua. Hanya ada dirinya
dan Sabrina. Bukan sepupunya.
Dava bisa memberikan apa pun yang Sabrina mau
termasuk tunjangan pendidikan tanpa perlu repot
memperhitungkan biaya dan beasiswa. Tanpa harus
susah payah gadis itu mendaki hingga lelah. Dava
bisa menjamin dan mengupayakan segala sesuatu
untuk kebahagiaan dan mimpi Sabrina. Hanya saja
Sabrina memang tak pernah melihatnya seperti ia
memandang sosok Gaska Uthaa yang terasa di atas
segalanya padahal tidak banyak punya.
Sepuluh tahun lebih berteman, Dava ingin menjadi
orang yang disebutkan Sabrina tadi. Tetapi mungkin
kesempatan itu takkan pernah ia dapatkan. Dan kalau
dia ingat-ingat lagi sepertinya ini merupakan tahun
pertama Gaska dan Sabrina menjalin kasih. Tidak

Nerosalt | 12
SIDE STORY OF DROPBOX: DAVA AARAI

tahu bagaimana awal mulanya, tetapi mereka baru


memberitahunya satu bulan setelah resmi berkencan.
Tepatnya satu tahun sebelum kelulusan SMA. Entah
lupa, entah sengaja, entah… atau apakah ia tidak
begitu penting dalam hubungan mereka berdua.
“No problem. It’s a good thing to be able to do that,
Bri.” Gaska membalas dengan kedua sudut bibir
tersungging lembut. “Just remember that there are
people who care about you, and I did.”
Termasuk dirinya. I did, too. Dava ingin berteriak
jika bukan hanya Gaska yang bisa peduli dengan
Sabrina. Dirinya bahkan sanggup memberikan jutaan
bahagia jika Sabrina meminta.
Namun alih-alih berteriak lantang untuk
membebaskan jerat hatinya, Dava lebih memilih
mengasihani dirinya karena tidak memiliki
keberanian sebesar Gaska. Terus dibelenggu oleh
perasaan kalut yang belum sampai pada titiknya.
Kalau saja dia yang berada di posisi Gaska
sekarang, entah seberapa besarnya perasaan bahagia
yang ditanggungnya saat ini.

Nerosalt | 13
SIDE STORY OF DROPBOX: DAVA AARAI

Kalau saja dia yang ada di sana, mungkin Dava


benar-benar akan menjadi orang paling bahagia
seantero semesta. Ia berani jamin untuk itu.
Namun lagi dan lagi, semuanya hanya tentang
“Kalau” yang semakin lama terasa memuakkan.
“Dava Aarai!” Sabrina menjentikkan jari dan
menggoyangkan tangan di depan wajah Dava,
barulah setelah itu Dava tersadar dari lamunannya.
Kepala Dava menengadah. Saat itulah ia melihat
Gaska dan Sabrina berdiri di dekatnya.
“Bengong terus nih.” Kaki Sabrina dengan sengaja
menyenggol ujung sepatu Nike putih miliknya yang
baru dicuci dua hari lalu. “Jadi temenin ke stasiun?
Kereta aku berangkat abis Magrib.”
Respon yang Dava berikan tidak banyak. Hanya
anggukan samar yang tampak lugas.
“Sorry, aku nggak bisa nganter kamu ya.”
“No worries. Ada Dava. Kamu tenang aja, Mas
Aka.”

Nerosalt | 14
SIDE STORY OF DROPBOX: DAVA AARAI

Gaska terbahak puas. Panggilan Mas dari Sabrina


terasa menggelitik. “Siapa yang ngajarin manggil
begitu?”
“Bunda. Lagian agak jijik ya manggil kamu pake
Mas.” Sabrina bergidik geli.
Sekali lagi Gaska tertawa, bersahutan dengan
Sabrina. Sementara Dava menjadi satu-satunya orang
yang bungkam di antara mereka.
Luapan rasa cemburu lagi-lagi mengendap di dasar
tubuh dan menciptakan satu lagi lapisan kedengkian
yang entah kapan musnah.

Nerosalt | 15
SIDE STORY OF DROPBOX: DAVA AARAI

2013

Yogyakarta

Embusan napas putus asa dari bibirnya sesekali


beradu dengan pengeras suara di stasiun.
Membuktikan betapa raganya saat ini tersiksa.
Duduk berdua saja dengan Sabrina ternyata masih
menimbulkan debaran yang tak biasa. Rasanya masih
sama seperti saat ia jatuh cinta untuk kali pertama.
Jika biasanya ada Gaska sebagai penghalang,
sekarang tidak lagi. Namun terkadang, hal kecil
seperti ini membuat Dava ingin hidup selamanya.

Nerosalt | 16
SIDE STORY OF DROPBOX: DAVA AARAI

Meski hanya duduk berdua dalam bungkam. Bisu.


Tanpa adanya percakapan. Akan tetapi terasa tidak
seberapa menyiksa ketika melihat Sabrina duduk
bersama Gaska Uthaa.
“Hari ini kamu banyak bengong, Rai.”
Dava hanya menoleh sedikit pada celana jin sobek
Sabrina di bagian lutut dan kembali menyandarkan
diri pada kursi stasiun, lalu memandang ke sekitar
yang kala itu tidak terlalu ramai.
“Sakit perut,” dalihnya.
Sabrina langsung tertawa dan menempukkan
tangan ke atas kepala Dava. “Bilang dari tadi, Boss.”
Tangannya merogoh tas selempang hitam yang
berada di atas pangkuan. Mengambil sebotol minyak
kayu putih kecil dan menyodorkannya pada Dava.
Ternyata hanya sebatas ini Sabrina memperlaku-
kannya. Bukan seperti caranya memperlakukan
Gaska Uthaa dan tidak pernah melihatnya sebagai
pria yang beranjak matang. Sebentar lagi usianya
genap 18 tahun. Tetapi Sabrina kian menganggapnya
sama seperti ketika usianya 10 tahun. Masih

Nerosalt | 17
SIDE STORY OF DROPBOX: DAVA AARAI

menjaganya sepertinya seorang kakak. Bukan seperti


wanita kepada pria yang membutuhkan cinta.
“I’m over the minyak kayu putih, Sab.”
Sabrina menarik tangannya kembali dan
memandangi minyak kayu yang tak berdosa di
telapak tangannya. Lho? “Maksudnya apaan?”
tanyanya skeptis memandangi wajah Dava yang tidak
ikut menatapnya. “Maksudnya udah nggak mau pake
minyak kayu putih lagi?”
“You can give eucalyptus oil to the kids instead of
me.”
“Kenapa nggak mau pake?”
“Rubbing oil sounds like a baby after a bath to
me.”
Sabrina sempat kehilangan kata-kata hingga
kemudian dirinya dibuat tertawa. “To the best of my
knowledge, essential oils bisa dipake semua kalangan
kecuali children under the age of two, Mr. Big Boy.
So, now you consider yourself mature enough and
using oil sound like baby buat kamu, gitu?” Alis
Sabrina berjingkat sembari tangannya menyelipkan

Nerosalt | 18
SIDE STORY OF DROPBOX: DAVA AARAI

kembali minyak kayu putih di antara buku catatannya


di dalam tas. Batal memberikannya pada Dava.
“Berarti sekarang Aarai udah gede? Nggak butuh
minyak telon lagi?”
Godaan itu membuat Dava menoleh dengan raut
tak senang. Namun bukannya berhenti sampai di
sana, Sabrina menambahkan separuh meledek. “Dulu
tiap kita jalan jauh atau pas study tour SMP kamu
nyium bau minyak telon kayak orang sakau. Masih
suka minyak telon masih suka kan, Rai?”
“Kamu begini juga sama Gaska?”
Mendengar nada tajam yang keluar dari bibir Dava
sontak membuat Sabrina terdiam dan kembali
mengerutkan kening. “Eh, kok tiba-tiba nyambung ke
Gaska?”
“I mean, you think Gaska is a baby just like you
treated me? Nggak, kan? Yaudah, maksud aku mulai
sekarang jangan gitu. Stop babying me, Sab. I don’t
need any oil. This cramps will heal by itself.”
Membaca segala jenis suasana hati Dava sejak
kemarin berkunjung ke Yogyakarta, Sabrina memilih

Nerosalt | 19
SIDE STORY OF DROPBOX: DAVA AARAI

mengunci suara (meskpin ada sekian ribu tanya yang


menumpuk setelah berbulan-bulan tidak bertemu
pemuda itu).
Berbeda dengan Gaska, sejak masuk Sekolah
Menengah Atas, Sabrina hanya bisa bertemu Dava di
waktu tertentu—ketika Hari Raya, libur Nasional,
atau sewaktu Dava mampir ke Jogja. Paling lama
sekitar dua minggu. Keterbatasan waktu dan jarak
membuat Sabrina banyak memendam tanya. Disadari
juga mulai ada banyak ruang kosong di kolom chat
mereka. Basa-basi seputar “Udah makan?”, “Bangun,
udah siang”, atau konversasi Haha-Hehe bodoh yang
menjadi penolong agar percakapan via telepon
mereka tidak berakhir lebih awal lambat-laun mulai
sirna. Pesan yang dikirim nyaris setiap satu jam sekali
berubah menjadi hitungan hari, lalu menjadi satu
minggu tanpa kata.

Nerosalt | 20
SIDE STORY OF DROPBOX: DAVA AARAI

Dari yang awalnya pesan acak tanpa memerlukan


logika...
DAVA AARAI
ONLINE

9 Oct 2008

Pilih ayam/babi?

Capek sekolah, Rai. Kyk lgi dijajah kolonial

Sabarin

Enakan jadi kucing. Cuma makan, tidur,


poop

Salah. Ulangi dari A

Dih
Duh ribet

Nerosalt | 21
SIDE STORY OF DROPBOX: DAVA AARAI

DAVA AARAI
ONLINE

Yang bener
Bales

Mls ngtk

A stand for Asu

B for Babi
C stand for Cacing pita

Adanya di Babi

Babi kawannya Asu

Ke doktrin babi. Jadilah Asu ngepet


Terus duitnya jadi 3x lipat soalnya mereka
collab jadi babi featuring anjing & tuyul

Nerosalt | 22
SIDE STORY OF DROPBOX: DAVA AARAI

Menjadi pesan yang diketik tanpa ada kesalahan


makna…

DAVA AARAI
ONLINE
26 Aug 2013

Jadi ke Jogja kan, Rai?

Ofc

Dan berujung pada layar yang dibiarkan kosong


tanpa huruf beberapa hari lamanya.

DAVA AARAI

29 Aug 2014

Nerosalt | 23
SIDE STORY OF DROPBOX: DAVA AARAI

Sejujurnya, banyak yang ingin Sabrina tanyakan.


Gimana kehidupan kamu di Semarang?
Kondisi Papa dan Mama kamu gimana?
Sekarang lagi suka ngerjain apa?
Denger-denger dari Gaska kamu udah punya
pacar?
Aku mau tau, boleh?
“What will you do after graduating, Rai?” Satu
pertanyaan yang sejak satu tahun lalu ingin sekali
Sabrina tanyakan tetapi segan dan sungkan
mengingat akan keterbatasan hubungan mereka
sekarang.
“Kuliah, and after graduation I’ll be working for
my dad’s company.”
Sabrina menganggukkan kepala. “Is there any
reason why you want to work for your dad’s
company?”
“Nerusin bisnis keluarga biar nggak mati.”
“Then what kind of work are you going to do, Rai?”
Dava mengedik singkat. “I don’t know yet. Yang
pasti masih seputar properti. I will take advantage of

Nerosalt | 24
SIDE STORY OF DROPBOX: DAVA AARAI

an opportunity sebanyak mungkin, supaya pas keluar


dari sana bisa bangun perusahaan sendiri di masa
depan.”
“Glad to know that. Cucu eyang Ambar emang
penuh perhitungan semua ya. Hidupnya tertata.
Punya banyak rencana.”
“I’ll take that as a compliment.”
Malam itu Dava hanya memakai kaus putih polos
yang sedikit ternodai bumbu sate klatak santap malam
mereka, dirangkap jaket Adidas biru laut lengan
panjang, serta kaki panjangnya mengenakan celana
jin biru ketat dan rambut yang tidak seberapa rapi.
Agak panjang, tetapi tentu ia tahu Sabrina takkan
berkomentar seperti caranya memperlakukan Gaska.
Dirinya tidak sepenting itu untuk mendapatkan
perhatian Sabrina. Masih ada batas tebal yang sulit
diterabas oleh dirinya yang hanya punya titel sahabat.
“Jam berapa kamu flight?” Sabrina bertanya
setelah kekosongan panjang.
“I took a redeye. Around ten.”

Nerosalt | 25
SIDE STORY OF DROPBOX: DAVA AARAI

“Lumayan lama ternyata,” gumam gadis itu.


“Terus kenapa bela-belain ikut ke stasiun? Kamu kan
nggak pernah suka suasana stasiun,” katanya diakhiri
kekehan.
“I just don’t like the station, but doesn’t mean I’m
allergic to be here, Sab.”
“Paham, paham. You’d rather be alone than in a
crowd. Beda sama Gaska yang extrovert padahal he’s
the complete opposite of you yang keliatannya aja
extrovert. Aslinya introver parah. Tapi kadang Gaska
juga nggak beda sih.”
Dava menghela napas dalam dan mengembus-
kannya dengan berat. Deru napasnya tumpang tindih
dengan pengeras suara yang baru saja mengabarkan
tujuan Yogyakarta-Banyuwangi. “Can we please stop
talking about Gaska? At this moment. Please.”
Sabrina segera membasahi bibir dan menutup
mulutnya rapat. Setelahnya tidak ada lagi yang
berbicara. Keduanya termenung dengan pikiran
masing-masing.

Nerosalt | 26
SIDE STORY OF DROPBOX: DAVA AARAI

“You’re kind of quite, Rai,” ujarnya tak tahan.


“Jadi lebih diem.” Sabrina menjulurkan kedua
kakinya ke depan. Tidak menoleh dan memilih
menunduk pada sepasang celana jin model ripped di
bagian lutut.
“I’ve always been quite like this.”
“Tapi jadi kerasa jauh.”
“Jauh dari apa?” Kali ini Dava menoleh.
Pengeras suara kembali berbunyi. Santer terdengar
pengumuman tujuan Yogyakarta-Bandung. Tanda
bahwa Sabrina harus pamit sekarang. Sekaligus
penyelamat karena ia tidak mesti menjelaskan rinci
apa yang dimaksudnya dengan terasa jauh.
Sabrina beranjak bangun, menahan lengan Dava
yang nyaris menyentuh gagang kopernya untuk
sekadar membantu menaikkan koper miliknya ke atas
gerbong kereta.
Dava lupa. Memangnya sejak kapan Sabrina butuh
bantuannya? Sabrina selalu menerima bantuan dari
Gaska tetapi tidak dengannya.

Nerosalt | 27
SIDE STORY OF DROPBOX: DAVA AARAI

“Salam buat Mama-Papa kamu, okay. Bilangin,


makasih buat hadiah tasnya kemarin.” Gadis itu
berkata sambil tersenyum lebar (tanpa tahu soal tas
itu bukan pemberian ibunya, melainkan inisiatif Dava
sendiri yang terlalu malu mengakui bila ia telah jatuh
hati pada sahabat cantiknya). “Kalau nggak ada
halangan atau kendala, enam bulan lagi kita ketemu.”
Dava meneguk ludah. Tentu saja untuk menekan
rasa nyeri yang hadir diam-diam. Tiga bulan lagi
bertemu untuk melepas kepergian Gaska ke luar
negeri.
Kapan Sabrina pernah melihatnya sebagai pria?
Kapan Sabrina pernah mengutamakanna di atas
Gaska?
Lagi pula sejak kapan Sabrina mengajaknya
bertemu hanya untuk mereka? Berdua saja. Tanpa
adanya Gaska Uthaa.
Beberapa orang yang hendak masuk membuat
Dava mundur memberi jalan. Sama halnya dengan
Sabrina yang ikut menempelkan tubuh ke sisi pintu

Nerosalt | 28
SIDE STORY OF DROPBOX: DAVA AARAI

gerbong setelah seorang wanita paruh baya


memarahinya karena menghalangi jalur masuk.
“Aku masuk sekarang, ya. Harus jaga diri sampai
kita ketemu nanti. Kalo udah sampai Bandung aku
kabarin.”
Dava mengangkat wajah lurus memandangi
Sabrina dengan iris sulit didefinisikan. Matanya
mengedip sebentar dan muncul keseriusan di sana.
Sabrina bisa melihat ada tatapan yang tidak biasa dari
temannya.
“Do you really like Gaska Uthaa?” Suaranya
tertutup bunyi pengumuman kedua yang loncat dari
speaker stasiun.
“Apa?” tanya Sabrina memastikan karena seorang
pria tambun yang baru menaiki gerbong membuatnya
tanpa sengaja melangkah masuk. “Tadi ngomong
apa?”
“How much do you love Gaska?” Tatapan Dava
stagnan, penuh kesungguhan.
Sabrina sudah mendengarnya. Namun bertepatan
dengan itu, beberapa orang lagi berebut naik. Mau

Nerosalt | 29
SIDE STORY OF DROPBOX: DAVA AARAI

tidak mau tubuhnya mengikuti arus dan mesti


kembali ke muka pintu.
“Ngobrolnya jangan di pintu, Mbak,” tegur
seorang pria muda.
Sabrina terdorong masuk beberapa langkah.
“Aduh, iya. Sabar dulu dong.”
Tetapi ketika ia kembali ke tempat semula, Dava
justru melangkah mundur. Memberi batas yang tak
tanggung.
“Nanti lewat chat aja ya, Rai.”
Sesungguhnya Sabrina tidak memiliki jawaban
pasti atas pertanyaan itu. Sabrina sendiri tidak tahu
sebanyak apa dia menyukai Gaska. Semuanya
mengalir begitu saja.
Pengumuman terakhir keberangkatan kereta tujuan
Yogyakarta-Bandung sudah disuarakan. Gadis itu
menarik tuas kopernya mundur, namun matanya tak
sedikit pun lepas dari eksistensi Dava.
Dava terus terdiam di sana. Satu detik berselang
Sabrina bisa melihat bibir Dava bergerak mengurai
tiga kata seperti merapal mantra.

Nerosalt | 30
SIDE STORY OF DROPBOX: DAVA AARAI

“Be mine, Sabrina.”


Dan ketika itu pula tubuhnya dipaksa mundur oleh
satu petugas yang hendak menutup pintu kereta. Alih-
alih duduk di kursinya, Sabrina memilih menyeborot
ke salah satu kursi penumpang lain untuk melihat
Dava dari balik jendela kereta. Lalu menunjuk
sebotol minyak kayu putih di tempat mereka duduk
tadi. Dava yang mengerti, lantas berputar melihat apa
yang dimaksud Sabrina, dan matanya membola
melihat benda hijau mungil yang barusan ditolaknya
berada di sana.
Buat jaga-jaga. Bibirnya melisankan. Matanya
terus menatap Dava yang berdiri di tempatnya dan
perlahan menjadi kecil lalu menghilang seiring kereta
melaju.
Di tempatnya, Dava terus mematung. Kalau saja
ia berani bicara lebih lantang…
Kalau.

Nerosalt | 31
SIDE STORY OF DROPBOX: DAVA AARAI

2021

His fear

“There are many reasons why someone might fall


in love with their childhood friend, Rai.” Sabrina
menjelaskan pelan-pelan selagi tangannya mengemas
beberapa pakaian Dava ke koper kosong yang akan
dibawa pria itu ke Milan lusa.
Tidak disangka ia mendapat pertanyaan terkait
mengapa sahabat bisa saling jatuh cinta yang lahir
dari mulut Dava Aarai.

Nerosalt | 32
SIDE STORY OF DROPBOX: DAVA AARAI

“Misalnya?” Sementara Dava memilih duduk di


tepi ranjang, menjulurkan dua tangan ke belakang
untuk menopang bobot tubuhnya sembari menikmati
wajah jelita Sabrina Kosa yang sudah satu jam
mondar-mandir di kamar untuk membantunya
mengemas pakaian dan memastikan tidak ada satu
pun barangnya yang tertinggal. Bukan rahasia umum
jika Dava payah soal menata dan merapikan isi koper.
Itulah fungsi Sabrina Kosa di saat-saat ia harus
melakukan perjalanan bisnis ke luar negeri. Dava
akan selalu membutuhkan bantuan sahabat kecilnya.
Paling tidak sampai ia memiliki seorang istri.
Tetapi memiliki Sabrina di sisinya saja terasa
seperti ia memiliki istri sungguhan. Beberapa pelayan
di rumah pun malah terasa tak becus merapikan
segala yang berhubungan dengannya. Sebab yang
Dava mau hanya lah Sabrina Kosa.
Sabrina menggigit bibir bawah yang dipulas
pewarna merah merona sambil mengeluarkan suara
“Ummm” kecil. Kedengaran seperti bunyi merayu
daripada berpikir.

Nerosalt | 33
SIDE STORY OF DROPBOX: DAVA AARAI

Tangannya yang baru selesai mendapat perawatan


salon mesti berhenti pada botol parfum dan memilih
duduk di sudut meja yang menghadap ranjang
sembari bersidekap serius, melupakan segala
kegiatannya tadi.
“For example, they may feel that their friendship
was based on something special. Or maybe…” Mata
cemerlangnya berputar ke ceiling kamar Dava yang
tinggi dan mewah, “There was some sort of trauma
between them. Or maybe…”
“Atau...? Apa lagi?” Dava menantikan kelanjutan-
nya. Selalu senang mendengar suara riang Sabrina, di
kamarnya, berdua. Terlebih setelah beberapa tahun
lalu ia mengetahui hubungan Gaska dan wanita itu
kandas sesuai pintanya pada Tuhan, dan setelahnya
Sabrina memutuskan untuk fokus pada pendidikan,
juga karir tanpa peduli pada segelintir pria yang
mencoba menjalin hubungan serius dengannya.
Sepertinya Sabrina memang berpegang teguh
dengan ucapannya, mengetahui hingga hari ini belum

Nerosalt | 34
SIDE STORY OF DROPBOX: DAVA AARAI

ada lagi pria yang dekat dengan wanita itu sejak


berpisah dari sepupunya.
“Atau…” Kini telunjuk Sabrina mengetuk-ngetuk
permukaan mabel seirima dengan tarikan dan
embusan napas Dava.
Ada pancaran cinta dan kasih di balik mata pria itu
setiap kali memandang ke arah Sabrina. Tulus, dalam,
dan penuh damba.
“The most common reason is simply because they
grew up together. Iya nggak sih? Kayaknya gitu deh.
Make sense. Iya kan?”
Dava membenahi letak duduknya menjadi tegap
dan menyimpan tautan tangannya di antara dua kaki
yang terbuka lebar. Lalu mengendik apatis. “Nggak
tau. Kan kamu yang pernah ngerasain pacaran sama
sahabat.”
“Oh! Atau gini, gini, they shared so much of
themselves with each other.” Telunjuknya mengarah
lurus semringah pada Dava antusias. “Mereka jadi
kayak semacam over-sharing dan jadiin temennya
kayak buku catatan, atau kita jadi pendengar podcast

Nerosalt | 35
SIDE STORY OF DROPBOX: DAVA AARAI

mereka. Terus lama-lama feel comfortable around


each other sampai di tahap mereka saling jatuh cinta.”
“So, is that a reasonable reason kenapa bisa jatuh
cinta sama sahabat sendiri? Sama Gaska Uthaa.”
“Yaaa… nggak bisa dibenerin juga sih, Rai.
Tergantung orangnya. Kan kapasitas baper orang
beda-beda.”
“Artinya semua orang yang sahabatan sah-sah aja
kalau punya perasaan sama sahabatnya sendiri?
Gimana kalau sahabatnya udah punya pasangan?
Atau udah menikah? Masih tetep mau diembat juga?”
“No. I suppose not.” Wanita itu menggeleng.
Menyebabkan rambutnya yang dikuncir kuda
mengikuti irama gelengan kepala. “Gimana ya
jelasinnya biar ringkas dan mudah dipahami.”
Jangan dibuat ringkas.
Dalih percakapan ini hanyalah agar Dava bisa
mendengar suara jernih Sabrina lebih lama alih-alih
membiarkan wanita itu pulang cepat. “Coba jelasin
yang bener. Panjang juga nggak papa. Sampai besok
aku dengerin.”

Nerosalt | 36
SIDE STORY OF DROPBOX: DAVA AARAI

Sabrina sempat terkekeh. Lalu mengusap belakang


telinga yang memiliki lebih dari empat tindikan.
“Special bond juga bisa jadi alesannya. Or maybe
they saved you, or maybe you were both really lonely
atau yaudah mengalir aja. Saling suka terus ujungnya
jadian.”
“Which one are you sampe dulu bisa jadian?”
Kali ini hadir jeda dua kali lebih lama dari
sebelumnya. Sabrina perlu memerah isi kepala untuk
menuturkan sepenggal jawab mengapa dulu ia sampai
menjalin hubungan dengan Gaska.
“Feel comfortable around each other sih
kayaknya,” ujarnya skeptis sambil mengendik.
“Berarti jawabannya jelas, kamu nggak nyaman
sama aku selama ini.”
“No, no, no. I don’t mean to, Rai. Kamu masih jadi
yang utama dalam pertemanan kita. Dan seandainya
aku disuruh pilih kamu atau Gaska dalam hal ini,
jawabannya masih sama. I can’t choose between the
two of you.”
“Terus kenapa akhirnya kalian jadian?”

Nerosalt | 37
SIDE STORY OF DROPBOX: DAVA AARAI

“We had no other choice.”


Kening Dava mengerut. “Maksudnya?”
“Simbiosis mutualisme. Sebut aja gitu,” jawabnya
ringkas. “Gaska nggak mau sendiri, sementara aku
harus kasih ucapan terima kasih karena selama ini dia
banyak bantu aku, almost-in every-aspect. Now you
get it, Rai?”
Dava menggeleng polos. “Nah. I still don’t get it.”
“We grew up together, Rai,” katanya memulai.
“Setelah pindah ke Jogja, kamu kan tau orang tuaku
lebih banyak punya waktu di Bandung. Aku sering
ditinggal sama tante dan om. Itu buat aku sedikit
kesepian apalagi di lingkungan baru yang mana aku
belum punya temen satu pun. Sampai kemudian
Gaska yang nawarin diri lebih dulu. Kebetulan jarak
rumah kita juga cuma seratus meter. So we shared
everything mulai dari hal kecil sampai masalah
mendalam. I felt safe with him, tapi bukan berarti aku
nggak aman didekat kamu,” jelasnya sebelum Dava
kembali menarik kesimpulan yang salah. “Jarak kita
jauh. Aku kenal kamu pas kelas 3 SD sampai SMP

Nerosalt | 38
SIDE STORY OF DROPBOX: DAVA AARAI

dan setelahnya kamu pindah, terus stay di Semarang.


Dan abis ngomong gini aku jadi tau, special bond
kayaknya lebih cocok buat hubungan aku sama Gaska
dulu. Jadi gitu. That’s all there is to it.”
Dava tidak mengeluarkan sepatah kata mendengar
semua penjelasan itu. Bisa dibilang hatinya sedikit
lebih tenang. “How far?” gumamnya tiba-tiba setelah
jeda mereka yang cukup panjang.
Sabrina mendesah culas. “Mulai lagi,” katanya
sembari memutar bola mata dan berpaling pada
setumpuk baju yang belum disusun dalam koper.
“Jawab dulu. Aku masih penasaran sama sesuatu
yang kamu bilang di stasiun hari itu ‘Jadi kerasa
jauh’, what do you mean by “far”? Far from what?”
“Nggak tau. Pikir sendiri, Rai.”
“Aku nggak akan tanya lagi setelah ini. Tapi
jelasin maksud kata-kata dari ‘Jadi kerasa jauh’ yang
kamu bilang hari itu, Sab.”
“Iya, jaraknya jauh. Semarang ke Jogja.”
“Semarang to Jogja not that far, Sab. 130 kilo. It
only takes two hours lewat jalur tol Semarang-Solo.”

Nerosalt | 39
SIDE STORY OF DROPBOX: DAVA AARAI

“Kalau ngantuk pas perjalanan artinya jauh.”


“Tapi aku nggak pernah ngantuk setiap ke Jogja,”
bantah Dava kilat. Tangannya segera merebut celana
dalam maroon miliknya dari genggaman Sabrina
menutut penjelasan. “It’s my favorite trunk, anyway.”
“Nggak nanya.” Sabrina merebut kembali secara
paksa celana dalam itu dan melipatnya bergabung
dengan pakaian dalam lain di pojok koper. “You’re
just wasting my time, Mr. Big Boy.”
“I know what you mean about “feels far” not about
distance, right?”
“I’m tired. Ini belum kelar. Kalau digangguin terus
lama-lama kamu yang aku pack ke koper, Rai.”
Sabrina beranjak bangun menuju kamar mandi untuk
mengambil odol. “Lagian kamu juga masih utang
penjelasan.”
“Soal?”
“Be mine, what you said a couple years ago. You
still owe me tau, Rai.” Sabrina mengulum senyum
kemenangan saat mendengar Dava berdeham di luar

Nerosalt | 40
SIDE STORY OF DROPBOX: DAVA AARAI

sana. Ia sudah bisa membayangkan wajah tersipu


Dava yang membuatnya mirip bayi.
“Don’t you want to pay it, Boss?” tanya Sabrina
lagi sembari memasukkan sikat gigi ke dalam tas
kemas kecil. “Sama itu, minyak kayu putih aku yang
masih penuh.” Teringat akan botol minyak kayu putih
sembilan tahun simlam yang ia berikan di stasiun
Lempuyangan dan masih tersimpan apik di kamar
Dava tanpa berkurang setetes pun. Sayangnya Dava
tidak sempat menyembunyikan botol mungil itu
sebelum Sabrina menemukannya sendiri.
“Astaga, Rai. Kayaknya cuma kamu deh yang
punya minyak kayu putih kemasan legend. Sampe
segitunya simpen minyak kayu putih dari aku.”
Dava berdeham lagi. Malu sendiri. “Ok. Let’s just
leave it this way. Sama-sama utang. Impas.”
Dava hanya bisa mendesah pasrah. Masih tidak
bernyali untuk sekadar bilang dia jatuh cinta pada
sahabatnya.

Nerosalt | 41
SIDE STORY OF DROPBOX: DAVA AARAI

Kalau saja hati dan pikirannya sanggup diajak


berkompromi untuk menjelaskan maksud dari
ucapannya terdahulu... kalau.
Tetapi nyatanya Dava Aarai masih seorang
penakut.

Nerosalt | 42
SIDE STORY OF DROPBOX: DAVA AARAI

2021

Bandara Soekarno-Hatta

“Kowe dadi arep nang Singapore minggu depan,


Su1?”
Dua pria dewasa, berusia menjelang 28 tahun,
saling duduk berhadapan di salah satu meja Starbucks
bandara. Membahas satu dan lain hal yang terkadang
begitu kontras atau cocok bagi keduanya. Sama-sama

1
Kamu jadi ke Singapura minggu depan, Njing?

Nerosalt | 43
SIDE STORY OF DROPBOX: DAVA AARAI

memesan segelas kopi getir untuk memapas waktu


hingga tiba saat keberangkatan Dava nanti.
“Mboh. Bingung atiku, Dav.” Gaska menyisir
rambutnya ke belakang dengan dorongan kelima jari.
“Rasane abot arep ninggalke Jakarta2.”
“Udah nggak ada harapan tah?” tanya Dava,
terdengar persis seperti cara ibunya setiap kali bicara
menggunakan dialek Jawa yang dituturkan di
Surabaya.
“Selesai.” Gaska menyahut Gamblang. Sudah
tidak bisa lagi menyembunyikan kekalutan yang
dideritanya selama berminggu-minggu akibat satu
wanita.
Dava Aarai tahu persis apa yang tengah dihadapi
dan dialami sepupunya. Hubungan pria itu yang tidak
berjalan mulus dengan satu wanita pujaan di kantor
menjadi penyebab utama mengapa sepupunya
belakangan terlihat mirip pasien ODGJ, dan luntang-
lantung di jalan dengan kantung mata menghitam

2
Nggak tau. Bingung hatiku. Rasanya berat meninggalkan Jakarta

Nerosalt | 44
SIDE STORY OF DROPBOX: DAVA AARAI

seperti habis ditinju. Belum kemulusan kisah


pecintaannya mesti terhambat restu Eyang.
“Dikejar lagi sana sampai dapet,” saran Dava.
Yang Gaska yakini tidak menolong.
“Udah nggak mau dikejar.”
“Terus nyerah kowe, Su?”
“Apa lagi? Orangnya udah nggak mau sama aku.”
“Udah bilang kamu ke Diska mau dimutasi ke
kantor Singapore?”
Gaska menggeleng apa adanya, melecut api di
sanubari Dava. “Yen koyo ngono jenengmu pancen
asu, Su! Mestinya kowe ngomong. Ojo tiba-tiba
ngilang koyo memedi. Gaska asu.”
“Nggak sanggup aku, Dav. Jangan kan pamit.
Tatap matanya pun aku nggak berani.”
“Angel wes angel. Bebal kamu itu. Aku akui kamu
pintar dalam banyak hal tapi sorry, kamu bodoh soal
cinta. Dungu.”
Yang dihina hanya bisa diam. Gaska merasa benar
adanya. Fakta bahwa dirinya bisa melakukan banyak
hal, paham soal karir, pengembangan diri, finansial,

Nerosalt | 45
SIDE STORY OF DROPBOX: DAVA AARAI

atau pengatahuan umum ddan cepat dalam berhitung,


tapi sialnya lambat soal cinta.
Dava mengakui beberapa tahun silam dirinya juga
bodoh soal cinta. Tetapi sekarang ia hanya sedang
menunda karena si wanita sedang tidak ingin
dimabuk asmara. Maka ia membutuhkan waktu
sedikit lebih lama untuk menunggu Sabrina.
Namun, dalam kasus Gaska ini, entah bagaimana
Dava harus merangkainya. Bukan kasus rumit. Tetapi
tidak juga bisa dikatakan mudah.
Meski demikian, ujung dari pembahasan mereka
hanya akan ditutup dengan kata “Sia-Sia Belaka”. Si
wanita tidak ingin dikejar. Sementara si pria
memutuskan tidak ingin mengejar. Apalagi yang
diharapkan dari hubungan semacam itu yang tidak
sepatutnya diperjuangkan?
Fondasi dari kelekatan hubungan adalah rasa
saling percaya dan menjaga apa yang telah disepakati
bersama. Kalau kedua hal tersebut saja sudah sirna,
apa yang diharapkan selain mengkaramkan diri
mereka sendiri?

Nerosalt | 46
SIDE STORY OF DROPBOX: DAVA AARAI

Perjuangan mereka terasa seperti menabrakkan


bahtera bocor ke batu karang ketika sudah memulai
setengah perjalanan di laut lepas. Alih-alih memper-
baiki lubangnya, mereka malah merusaknya sekalian
dan membiarkan air terus menggenang hingga kedua-
nya tenggelam dalam penyesalan.
Dava menyesap kembali kopinya yang mulai
terasa dingin. “Aku nggak akan ikut campur lebih
jauh. Kamu pasti tau harus gimana ke depannya.”
Gaska menunduk separuh termenung.
“Kapan-kapan, aku mampir ke tempatmu karo3
Sabrina.”
Gaska mengangkat kepala dan mengangguk.
Serunya percakapan antar sepupu itu terhenti kala
seorang perempuan datang menghampiri.
Sabrina Kosa langsung meletakkan ke atas meja
dompet yang Dava bilang tertinggal di hotel, dan
membuat ia yang semestinya langsung berangkat ke
bandara dari kantor harus putar arah. Utung saja

3
(Bhs. Jawa) Dengan

Nerosalt | 47
SIDE STORY OF DROPBOX: DAVA AARAI

dompet Dava disimpan oleh pegawai hotel jujur tanpa


ada satu pun yang kurang.
“Kebiasaan.” Sabrina memandang Dava sengit.
“Sorry, Sab. Hehe.”
“Hehe hehe. Cek sekali lagi ada yang ilang
nggak?”
“Nope.” Dava menggeleng usai memastikan isinya
tetap utuh.
Telunjuk Sabrina mengacung lurus searah hidung
Dava yang masih duduk. “Awas aja kalo udah di
Milan terus laporan ada yang ketinggalan. Sekarang
di mana barang-barang kamu?”
“At Baggage Solutions. Dititip di sana.”
“Harus diambil sekarang atau nanti?”
“Nanti aja.”
Penuh khidmat, Gaska memerhatikan cuplikan
sepasang insan yang masih belum juga saling
mengatakan cinta. Alisnya mengerut tetapi bibirnya
memulas senyum.

Nerosalt | 48
SIDE STORY OF DROPBOX: DAVA AARAI

“Ini lagi, kenapa senyam-senyum sendiri.” Mata


tajam Sabrina membidik Gaska yang belum berhenti
tersenyum.
“Nope. I’m okay.”
“Lagi ngeledek, kan?”
“As I recall, you never did to me what you did to
Dava.”
Sabrina mendelik pada Gaska. “Sorry? What do
you mean?”
“Point a finger at someone sambil bengok-bengok4
gitu.”
“Hey, denger ya. Aku ra bakal nesu yen Dava could
take care of himself5. Itu namanya bentuk perhatian
sama temen.”
“Yakin Dava mung dianggep kanca? Mosok cuma
dadi kanca6?”
“Kamu arep meneng atau tak sumpel tutukmu7,
Ka?”
“Hooh. Sorry.”

4
Marah-marah
5
Aku nggak akan marah kalau Dava bisa jaga dirinya sendiri
6
Yakin Dava cuma dianggap teman? Masa cuma jadi temen?
7
Kamu mau diam atau aku sumpal mulutmu?

Nerosalt | 49
SIDE STORY OF DROPBOX: DAVA AARAI

“Just shut your mouth, Gaska Uthaa.”


Bibir Dava bergetar menahan tawa yang nyaris
meledak tumpah. Melihat Sabrina yang ternyata bisa
marah pada Gaska karena dirinya membuat Dava
merasa dibela dan terbang menuju angkasa.
“Bri, Aku mikir gini…” Gaska kembali berkomen-
tar. “Yen, semisal, kowe pacaran karo Dava….”
“Masih berani ngomong?”
Gaska melipat bibir sekejap. Nyalinya meredup
mendapat tatapan garang Sabrina yang jarang bahkan
hampir tidak pernah ditunjukkan oleh wanita itu.
Sabrina mendengkus bengis. Matanya menatap
silih berganti pada kedua sepupu yang saling terdiam
menatap gelas kopi masing-masing, tapi jelas dari
raut wajah keduanya menyimpan sejuta makna. Satu
yang paling terlihat jelas adalah betapa usilnya dua
sepupu yang diam-diam menyembunyikan senyum
menggoda atas tingkahnya tadi.
Laki-laki tetap laki-laki. Hobi menggoda wanita.

Nerosalt | 50
SIDE STORY OF DROPBOX: DAVA AARAI

“Satu jam lagi kamu harus berangkat. Aku mau


keliling dulu,” katanya pada Dava dan berjalan
meninggalkan Starbucks.
Sisanya adalah gelegak tawa dari kedua pria itu
ketika Sabrina sudah lenyap dari jangkauan.
Gila. Sungguh gila. Jantung Dava bahkan bisa
berdebar sekeras ini karena melihat kemarahan
Sabrina tadi. “Gas, kamu tau yang aku pikirin
sekarang?”
“Opo?”
“She’s so damn cute when she’s mad.”
Gaska mengangguk setuju. “I know.” Kemudian
menjadi lesu kembali. “Just like I saw from Diska.”
Seketika suasana berubah total. Mereka
menghentikan sisa tawa dan Dava tidak bisa berkata
apa-apa, kecuali memandangi wajah muram Gaska
penuh iba.

Nerosalt | 51
SIDE STORY OF DROPBOX: DAVA AARAI

One Hour Left

I found your journal

Nama mantan Dava ketika SMA adalah Manda.


Lalu ada pula dua mantan Dava sewaktu lelaki itu
kuliah di Semarang. Satu, Jesica, gadis yang berbeda
keyakinan dengan Dava, dan satu lagi seniornya,
Ayunda, yang ternyata memiliki lebih dari selusin
pria. Dava bilang hanya untuk koleksi dan coba-coba.
Dan sialnya, ia termasuk salah satunya. Sabrina tidak
bisa menahan tawanya ketika mendengar cerita itu.

Nerosalt | 52
SIDE STORY OF DROPBOX: DAVA AARAI

Ia memang tidak begitu banyak tahu soal


perkembangan Dava. Selain karena dibatasi jarak
ribuan mil, juga segala kesibukan studi membuatnya
tidak bisa bertukar kabar dengan Dava sesering yang
dia inginkan. Kalaupun brcengekeraman, paling
hanya sebatas bertukar kabar dan bertanya masalah
kuliah.
“Buat di pesawat.” Sabrina mengasongkan botol
minyak kayu putih yang baru dibelinya di dalam
bandara saat bilang hendak berkeliling tadi.
Gaska sudah pergi lebih dulu. Ada sisa pekerjaan
di kantor yang mesti diselesaikannya. Sekarang
tersisa mereka berdua.
“Aku tau minyak kayu putih yang dulu nggak akan
kamu pake. Aneh. Kenapa nggak sekalian dimuseum-
in aja, Rai.”
Dava tertawa. Mungkin ini yang dirasakan
sepupunya setiap kali bicara tidak jelas soal Diska via
pesan. Mungkin begini rasanya orang kasmaran
sungguhan yang apa-apa tidak tenang dan membuat

Nerosalt | 53
SIDE STORY OF DROPBOX: DAVA AARAI

hatinya kerap memberontak meski si gadis idaman


hanya mengeluarkan satu-dua patah kata.
Mungkin efek cinta memang bisa semengerikan ini
bagi Dava Aarai si pria “yang katanya” sudah dewasa.
Padahal mengemas koper sendiri saja tidak bisa.
“Ngomong-ngomong, Rai,” Sabrina membuka
suara ketika mereka duduk di kursi panjang besi dan
menarik sesuatu dari tas oren keluaran Chanel.
Hadiah dari Dava enam bulan lalu di hari ulang
tahunnya. “Kamu ninggalin ini di mobilku dua hari
lalu,” katanya menyerahkan buku bersampul beludru
ungu tua.
Tersemat senyum kecil saat Dava menerima
jurnalnya dari tangan Sabrina. Ia terus memandangi
buku itu yang memang sengaja ia tinggalkan di sana.
Akhirnya tiba juga hari ini. Bagaimanapun
keputusan Sabrina nanti, apa pun jawaban yang akan
diberikan oleh perempuan itu setelah ini, Dava sudah
mempersiapkan segalanya. Termasuk hatinya yang
kemungkinan bisa kembali meradang bilamana
jawabannya tak sesuai asa.

Nerosalt | 54
SIDE STORY OF DROPBOX: DAVA AARAI

“You have read them, I suppose?” Senyum kecil


terbit di pangkal bibirnya.
“It was really interesting reading all those things
written by someone who had lived through such an
eventually time.” Sabrina tertawa kecil yang menular
pada Dava. “Soal aku, rambut aku, mataku, hobi aku,
makanan kesukaan. You’ve described me more that I
know myself, Rai.”
“I think it was good to write down everything about
you in my journal.”
“Kenapa bisa aku yang jadi tokoh utama jurnal
kamu? Kenapa subjeknya harus Sabrina Kosa?”
Dava terdiam mengais jawaban dengan gurat
wajah tenang. “You are my Muse every time I design
in my work.”
“Makasih lho, Rai, udah jadiin aku Muse kamu di
bidang properti. Tapi kok bisa ya aku jadi Muse kamu
bertahun-tahun?”
“Because you are a wonderful person. You’re easy
to get along with. You care about others. You’re
intelligent, strong, brave, kind. Then, I wanted to

Nerosalt | 55
SIDE STORY OF DROPBOX: DAVA AARAI

know how you were doing after going through that


horrible experience. How did you feel? How did you
change much? Cuma itu aja sih. Selebihnya boleh
kamu simpulkan sendiri.”
“Wait, “Horrible experience” yang kamu maksud
itu apa?”
“Dated with bestfriend you didn’t love. Gaska udah
cerita semua. Sama seperti yang kamu bilang
kemarin. Simbiosis mutualisme. Kasarnya, friends
with benefits. FWB.”
Sabrina otomatis tertawa. Puas sekali sampai
perutnya tegang. “You know that. I suffered greatly,
Mr. Big Boy. Tapi nulis “Singkirkan Gaska Uthaa”
dari bucket list kamu juga keteraluan sih. Itu kan
sepupu kamu.”
“Itu tulisan jaman bocah.” Dava membela diri.
“2014 berarti pas kita kuliah dong. Berarti secara
nggak langsung kamu anggep diri kamu masih anak-
anak di umur 19 tahun. Really, Rai?”
“Gaska told me you like me, too,” cibir Dava tidak
ingin kalah. “Since when?”

Nerosalt | 56
SIDE STORY OF DROPBOX: DAVA AARAI

“I don’t know exactly. Mungkin saat SMA, atau


saat di stasiun Lempuyangan waktu kamu anter aku.”
Dava menarik napas dan membuangnya kasar.
“terus nggak pernah bilang apa-apa sama aku?”
“Kamu juga nggak pernah bilang apa-apa. Selalu
mikir aku susah dipacarin and I’m a tall woman who
slouches for no one. Terlalu mandiri. Terlalu terbiasa
semua sendiri. Yang kamu bilang sering nolak ajakan
jalan laki-laki karena mau fokus sama diri aku
sendiri.”
“Because it’s you, Sabrina.”
“And you never asked me why I did it to a dozen
men. Kamu nggak pernah tanya alasan kenapa aku
cuekin semua laki-laki kecuali Gaska Uthaa.”
Dava meneguk ludahnya yang sudah terasa sekeras
batu. “Emangnya kenapa?”
Mereka bertapapan. Dava menyadari dirinya mulai
kesulitan mengalihkan pandangan dari Sabrina
barang satu detik. Menyelami seberapa serius Sabrina
saat ini.
“Kamu tau kenapa?”

Nerosalt | 57
SIDE STORY OF DROPBOX: DAVA AARAI

Dava menggeleng atas pertanyaan itu. Jantungnya


berdebar begitu keras.
Sabrina langsung menunjuk tepat ke dada Dava.
“Because of you, Dava Aarai. It’s you. God. Ya
Tuhanku. Orang paling nggak peka yang aku kenal
itu emang kamu, Rai,” tuturnya jengkel. “Aku cuma
mau kamu bilang itu ke aku. Bilang langsung, Rai.
Aku nungguin kamu. Dari dulu. Dari kita SMA. Aku
jelas nggak mau bilang pertama kali karena kamu tau
aku nggak pernah mau jadi orang pertama yang
confess, kamu tau, I’ve never been—”
Ucapan Sabrina terpenggal manakala Dava
menggenggam tangannya dan langsung menariknya
keluar bandara. Mata Dava mengitar ke beberapa area
lalu membawa mereka berhadapan pada satu supir
taksi yang saat itu sedang berdiri di dekat mobilnya.
“Pak, saya pinjem mobilnya,” ucap Dava seraya
mengeluarkan dan memberikan supir dua lembar
seratus ribu dari dompet. “Nggak usah nyalahin
mesin.”

Nerosalt | 58
SIDE STORY OF DROPBOX: DAVA AARAI

“Ini maksudnya gimana, Mas?” Supir itu meng-


goyangkan lembaran uang di tangannya.
“Saya butuh ruang privasi buat bicara sama temen
saya. Sepuluh menit paling lama.”
“Oh begitu. Nggak aneh-aneh, kan, tapi Masnya?”
“Nggak.”
Mendapati penampilan Dava dan Sabrina yang
terlihat meyakinkan, supir itu lekas membukakan
pintu mobil. Sabrina masuk lebih dulu ke kursi
belakang. Dava menyusul, dan sebelum menutup
pintu, kepalanya menyembul keluar. “Pak, jangan
nguping atau ngintip. Abis ini saya tambahin charge-
nya.”
“Siap, Boss.” Supir itu melakukan salam hormat
nan patuh. “Ngomong-ngomong makasih, Boss.”
Pintu tertutup rapat.
“Kurang dari satu jam. Kita bahas sekarang,” ucap
Dava teramat serius. Benar-benar serius sampai
Sabrina dibuat tak berkutik.

Nerosalt | 59
SIDE STORY OF DROPBOX: DAVA AARAI

One Hour Left

What’s in your journal

Dava membunuhnya. Dengan sebentuk ciuman. Tanpa


peringatan. Tanpa antisipasi.
Sabrina bisa merasakan bibir Dava mengejar bibirnya
seperti orang yang ingin balas dendam akan sesuatu. Tetapi
detik berikutnya Dava merubah irama ciuman mereka menjadi
lembut. Sabrina tak pernah mengira berciuman dengan Dava
terasa seperti terbang ke awang-awang. Lupa diri, lupa pada
kondisi riuh bandara.
Keduanya tidak ingin menerka-nerka siapa yang lebih
membutuhkan ciuman ini.

Nerosalt | 60
SIDE STORY OF DROPBOX: DAVA AARAI

Semuanya masih terasa surreal. Terutama untuk Sabrina.


Menikmati perasaan baru yang asing. Bagaimana darahnya
mendidih setiap kali Dava mengembuskan napas halus ke celah
bibirnya yang terbuka. Mengambil jeda dalam pangutan, dan
kembali pada bibirnya yang seakan mengucapkan janji tersirat
bahwa sekarang dia miliknya. Milik Dava Aarai, pemuda yang
dulu ia pikir sulit berkencan dengan sahabatnya sendiri dan
mustahil mau bersamanya.
“Sabrina.” Suara Dava baru mengalir sejak mereka
memasuki mobil. Lembut tekanan napasnya terasa dingin di
bibir Sabrina yang masih lembab.
Sebut saja Dava gila. Tetapi bibir Sabrina terlalu menggoda.
Masih sangat menggoda hingga ia menjatuhkan kecupan tipis
sekali lagi.
“Aku gila, kan?”
Sabrina tidak perlu menjawab ya. Mata dan merdu tawanya
sudah lebih dulu setuju. “Nope. Aku cuma nggak nyangka Dava
Aarai punya sisi liar gini.”
Senyum merekah di bibir Dava. “You must be surprised.”
“I love it. It wasn’t surprising.” Sabrina memiringkan letak
duduknya sehingga bisa berhadapan dengan Dava leluasa.
Tatapannya mengandung adiksi.
“Kenapa bisa nggak kaget.”
“Udah ketebak. We are both adults here. We know how
things work. And we both wanted to do it,” ungkapnya. “Kamu

Nerosalt | 61
SIDE STORY OF DROPBOX: DAVA AARAI

juga tulis semua di journal. The beautiful eyes. The fucking lips,
I want to kiss every second.”
Dan puluhan halaman yang dituliskan Dava hanya tentang-
nya seorang. Sabrina masih ingat beberapa halaman yang
menyentil hatinya untuk tidak tersenyum.

I was hopeless...
I was helpless…

That day I could do nothing when I watched her reading a


book. It was sunny outside. There were no clouds in the sky
but the breeze was gentle, and my eyes glued to her.

She wore a light green sweatshirt and she had a short


pants on. It was white. The hemline was low enough that it
showed off her thighs—beautiful thighs.

Every time her finger were moving quickly, like… I could


hear the sound of the pages flipping.

Sometimes she smiled to herself and made me wonder what


was in the book. Sometimes she would pause. Sometimes she
would lean forward and rest her chin on her hand. And
sometimes she would turn her head toward the sun and squint.

Pretty Sabrina.

Nerosalt | 62
SIDE STORY OF DROPBOX: DAVA AARAI

Then her hair…

It flowed down over her shoulders. I thought it was


beautiful. Oh, God. I want to touched that deep brown hair.
I want to fix that every time I see the wind blows softly in
her hair.

Ethereal.

She was silent but sometimes her mouth was open and
I was watching her lips move, like I was waiting for her to say
something to me.

Her lips… they were soft like silk. Full and inviting. Damn.
I wanted to kiss her so badly. I wanted to press my lips againts
hers slowly.

Don’t forget about her skin… I took out my phone and


started taking pictures of her. Every picture seemed to be a
masterpiece.

Jancok. Cantiknya kebangetan.

Ayune ra masuk di akal.

I told myself that if I kept doing this, I might get caught.


But I couldn’t stop. Until she came looking for me.

SHIT.

Nerosalt | 63
SIDE STORY OF DROPBOX: DAVA AARAI

Shit.
Shit.
Shit.

She suddenly turned towards me. Our eyes met. That day I
realized my heart was beating faster than usual. My pulse was
racing when she smiled at me. It looked even prettier.

Much prettier.

But my body instantly froze. I couldn’t do nothing. I could


stare at her face and only watch her from afar
like a foolish man.

Hey, Nona Kosa…


you are in trouble for making me ecstatic.

So, I wonder.

What if… I had the courage to smile back that day.

Would she still be my cousin?

Or everything just end up being “What if”

“Paling suka kalau rambut Nona Kosa ketiup angin


waktu lagi serius baca buku. Suka liat Nona Kosa

Nerosalt | 64
SIDE STORY OF DROPBOX: DAVA AARAI

pakai beanie hat, hot pants, sweatshirt. Apalagi pas


pake sweatshirt kamu.”
Demi Tuhan, Dava tidak bisa berpaling. Matanya
naik-turun silih berganti pada sepasang iris Sabrina,
lalu turun pada bibir penuh wanita itu, dan kembali
pada sepasang bulu mata lentik yang bagaikan
mahakarya agung setiap kali berayun naik dan turun.
Jelita, parasnya.
Indah, senyumnya.
Elok, hidungnya.
Dan segala yang ada pada Sabrina terasa benar.
Terasa pas diciptakan untuk wanita itu.
“Kamu deskripsiin aku too much. Kebanyakan.
Terlalu banyak. Bahkan sampai hal kecil yang pernah
aku lupa, kamu catet di sana. Tanggal kucing aku
mati. Makanan kesukaan mamaku. Even hal kecil
kayak sepatu Converse aku yang jebol pun kamu
jadiin tulisan, Rai. That’s too much. Really.”
“You don’t like it?”
“Edan!” Sabrina menggerakan tangannya di
samping kepala seperti ledakan besar. “That’s a very

Nerosalt | 65
SIDE STORY OF DROPBOX: DAVA AARAI

romantic thing I’ve ever had, Rai. I swear to God.


Gilanya ada banget. Aku baca itu semaleman.
Begadang. Senyam-senyum kayak orgil sambil
mukulin bantal dan tulisan kamu jauh, jauh, jauh
lebih romantis daripada novel Nicholas Sparks. Jurnal
kamu is a masterpiece,” tutup wanita itu sambil
membuat gerakan mencium jari ala koki
Bolehkah Dava berharap penerbangannya di-
delay?
“Jadi apa alasan dibalik Tuan Muda Aarai nggak
pernah confess langsung?”
“I thought you would be mad at me if I did.”
“Mana mungkin, Rai!”
“I was afraid, Nona Kosa. I think I’m not good
enough for you.”
Sabrina mencubit bibir bawah Dava, kemudian
merangkum wajah pria itu dengan kedua tangan dan
menjatuhkan ciuman gemas. “Nggak ada alesan
kayak gitu, Rai.”
“I just couldn’t bear the idea of losing you as a
friend. Selain itu aku takut ditolak karena kamu nggak

Nerosalt | 66
SIDE STORY OF DROPBOX: DAVA AARAI

pernah tunjukin tanda-tanda tertarik dengan


seseorang.”
Sabrina mengeluarkan raut tersentuh. Bibirnya
bawahnya maju dengan tampang sedih. Dua
tangannya di bawah sana menggenggam satu tangan
Dava yang terasa dingin
“Salah total,” respon Sabrina cepat. “Kamu salah
sangka. Aku nggak pernah mau confess lebih dulu
doesn’t mean aku nggak mau. Aku cuma bingung
gimana cara nembak orang dan lama-lama jadi males
ngomong. Entah gimana hari itu Gaska ngajak jadian.
Tapi kamu tau sendiri Eyang nggak pernah setuju dia
sama aku karena terhalang adat, budaya, apalah itu.
Sekarang satu cucunya lagi malah ciuman sama aku.
Kalau Eyang kamu tau gimana kira-kira responnya?”
“Siapa yang peduli. Sejak kecil aku nggak tinggal
bareng Eyang. Restu buat kita cukup dari keluarga
kamu dan orang-tuaku. Urusan Eyang setuju atau
nggak, sama sekali bukan tanggung jawabku.
Kebahagiaan aku nggak ada di tangan dia.”

Nerosalt | 67
SIDE STORY OF DROPBOX: DAVA AARAI

Sabrina tertawa. Dava orang gila. Sabrina pikir


Dava dan Gaska akan sama. Sulit membangkang
ucapan Eyang. Ternyata pria ini nekat juga.
“Gaska terlalu patuh,” katanya pelan. “Kadang-
kadang dia harus ngerti soal bahagia yang perlu
diperjuangin. Bahagia yang nggak selalu terikat dan
dijerat pihak lain.”
Sabrina tersenyum mengerti. “Tapi aku liat satu
kesamaan kamu dan Gaska.”
“What?”
“Sama-sama manis. Bedanya Gaska langsung
ceplas-ceplos, kamu cuma bisa lewat tulisan. Belajar
dari mana sih? Jangan-jangan Eyang dulunya
romantis.”
Dava mengernyitkan hidung tidak terima
mendengar pertanyaan tersebut. Mana sudi dia
disamakan dengan Eyang.
“Kenapa nggak jadi penulis aja, Rai. Daripada
mondar-mandir buat cari materi properti sampai
Milan.”
“Nggak tertarik.”

Nerosalt | 68
SIDE STORY OF DROPBOX: DAVA AARAI

Sejenak, Dava mengangkat lengan. Menilik arloji


perak yang melingkari pergelangan tangan.
“Telat, kan?” tebak Sabrina.
“Seratus persen terlambat.”
“Not my fault.”
“Rather be late daripada kehilangan kesempatan
dapet ciuman kamu.”
Untuk kali terakhir sebelum mereka berpisah hari
ini, Dava melemparkan pandangan hangat. Menjamin
Sabrina dengan banyak janji yang sengaja tidak
diucapkan lantang. Perandaian dan pertanyaan
seputar “Kalau” yang bertahun-tahun membusuk di
kepalanya hilang tanpa bekas.
Selanjutnya ia menarik Sabrina ke dalam dekapan,
dan wanita itu hanya bisa memejamkan mata saat
merasakan bibir Dava hinggap di lekuk leher.
Mendaratkan ciuman lembut di sana sebelum kembali
memangut bibir tebal yang ia idam-idamkan sejak
lama.
“Sabrina Kosa?”
“Saya.”

Nerosalt | 69
SIDE STORY OF DROPBOX: DAVA AARAI

“Be mine, ya. Jadi Nyonya Aarai.”


Tentu saja, itu bukanlah pertanyaan, melainkan
bujuk rayu agar Nona manisnya tidak berpaling ke
mana-mana, dan membuat lubang tanya “Kalau” di
kepalanya tertutup sempurna.
“Rai,” panggil Sabrina dalam dekapan mereka.
“Ya? Kenapa? Mau keluar sekarang?”
“Bukan. Cuma mau bilang, teknik ciuman kamu
tadi kurang enak. Kapan-kapan aku ajarin yang
bener.”

The End

Nerosalt | 70

Anda mungkin juga menyukai