Tlp / WA : 081358944410 Email : teguhkaryapamungkas@gmail.com
Facebook / Instagram / Youtube
Teguh Karya Pamungkas KETAHANAN KELUARGA Keluarga merupakan unit/institusi/sistem sosial terkecil dalam masyarakat yang beranggotakan sekelompok orang atas dasar hubungan perkawinan, pertalian darah, atau adopsi yang tinggal bersama dalam sebuah rumah tangga 4 (empat) karakteristik ketahanan keluarga yaitu: 1. Keluarga tersusun oleh beberapa orang yang disatukan dalam suatu ikatan seperti perkawinan, hubungan darah, atau adopsi. 2. Anggota keluarga hidup dan menetap secara bersama-sama di suatu tempat atau bangunan di bawah satu atap dalam susunanan umum di komunitas satu rumah tangga 3. Setiap anggota keluarga saling berinteraksi, berkomunikasi, dan menciptakan peran sosial bagi setiap anggota seperti: suami dan isteri, ayah dan ibu, putera dan puteri, saudara laki- laki dan saudara perempuan, dan sebagainya 4. Hubungan antar anggota keluarga merupakan representasi upaya pemeliharaan pola pola kebudayaan bersama yang diperoleh dari kebudayaan umum di komunitas. (BPS, 2016). Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009 mendefinisikan ketahanan keluarga sebagai kondisi keluarga yang memiliki keuletan dan ketangguhan serta mengandung kemampuan fisik materil guna hidup mandiri dan mengembangkan diri dan keluarganya untuk hidup harmonis dalam meningkatkan kesejahteraan kebahagiaan lahir dan batin. Menurut Badan Pusat Statistik (2016), terdapat 5 (lima) indikasi yang menggambarkan ketahanan suatu keluarga yaitu:
1. Adanya sikap saling melayani sebagai tanda
kemuliaan. 2. Adanya keakraban antara suami dan istri menuju kualitas perkawinan yang baik. 3. Adanya orang tua yang mengajar dan melatih anak- anaknya dengan berbagai tantangan kreatif, pelatihan yang konsisten, dan mengembangkan keterampilan. 4. Adanya suami dan istri yang memimpin seluruh anggota keluarganya dengan penuh kasih saying. 5. Adanya anak-anak yang menaati dan menghormati orang tuanya. Tujuan Ketahanan Keluarga Ketahanan keluarga diatur sedemikian rupa oleh negara sehingga diharapkan dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera menyebutkan bahwa “Ketahanan keluarga berfungsi sebagai alat untuk mengukur seberapa jauh keluarga telah melaksanakan peranan, fungsi, tugas-tugas, dan tanggung jawabnya dalam mewujudkan kesejahteraan anggotanya”. Selanjutnya, Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga menyatakan bahwa upaya peningkatan ketahanan dan kesejahteraan keluarga perlu dipertimbangkan untuk mewujudkan pertumbuhan penduduk yang seimbang dan keluarga berkualitas. Dimensi dan Variabel Ketahanan Keluarga Ketahanan keluarga diukur berdasarkan dimensi dan varibel-variabel berikut yaitu: Landasan legalitas dan keutuhan keluarga. Dimensi ini terdiri dari variabel legalitas dengan indikator legalitas perkawinan dan legalitas kelahiran, variabel keutuhan keluarga dengan indikator kebeadaan pasangan suami istri yang tinggal bersama dalam satu rumah, serta variabel kemitraan gender dengan indikator kebersamaan dalam keluarga, kemitraan suami istri, keterbukaan pengelolaan keuangan dan pengambilan keputusan keluarga. Ketahanan Fisik Dimensi ini terdiri dari variabel kecukupan pangan dan gizi dengan indikator kecukupan pangan dan kecukupan gizi, variabel kesehatan keluarga dengan indikator keterbatasan dari penyakit kronis dan disabilitas, variabel ketersediaan tempat/lokasi tetap untuk tidur dengan indikator ketersediaan lokasi tetap untuk tidur. Ketahanan Ekonomi Dimensi ini terdiri dari variabel tempat tinggal keluarga dengan indiator kepemilikan rumah, variabel pendapatan keluarga yang diukur dengan indikator pendapatan perkapita keluarga dan kecukupan pendapatan keluarga, variabel pembiayaan pendidikan anak yang diukur dengan indikator kemampuan pembiayaan pendidikan anak dan keberlangsungan pendidikan anak, serta variabel jaminan keuangan keluarga yang diukur dengan indikator tabungan keluarga dan jaminan kesehatan keluarga Ketahanan Sosial Psikologis Dimensi ini memiliki variabel tingkat keharmonisan keluarga dengan indikator sikap anti kekerasan terhadap perempuan dan sikap anti kekerasan terhadap anak dan variabel kepatuhan terhadap hukum dengan indikator penghormatan terhadap hukum. Ketahanan Sosial Budaya Dimensi ini terdiri dari variabel kepedulian sosial dengan indikator penghormatan terhadap lansia, variabel keeratan sosial dengan indikator partisipasi dalam kegiatan sosial di lingkungan dan variabel ketaatan agama dengan indikator partisipasi terhadap kegiatan agama di lingkungan sekitar. Pengukuran Tingkat Ketahanan Keluarga Tingkat ketahanan keluarga diukur secara komposit yang mencakup berbagai indikator dari berbagai data hasil survey yang relevan dan menghasilkan gambaran tentang tingkat ketahanan keluarga secara sederhana, sehingga indeks komposit ini disebut sevagat “Rintisan Indeks Ketahanan Keluarga” atau “R- IKK”. SELESAI