Anda di halaman 1dari 32

REFRIGATOR

NAMA : Niko Bony Wirayudha


NIT : 21.57.2035
KELAS : Teknika Bravo
A. COMPRESOR
Kompresor adalah suatu alat atau mesin yang menempatkan atau
meningkatkan tekanan udara atau fluida gas. Agar kompresor bisa bekerja,
biasanya alat ini menggunakan mesin bensin atau mesin diesel sebagai tenaga
penggeraknya.

Fungsi Kompresor
Secara sederhana, fungsi dari kompresor adalah mengambil gas atau udara dari
sekitar, untuk kemudian diberi tekanan di dalam tabung dan disalurkan kembali
sebagai udara bertekanan. Nah, dalam penerapannya, kompresor dimanfaatkan
untuk berbagai macam keperluan. Beberapa fungsi kompresor lainnya untuk
keperluan sehari-hari:
1. Mengisi udara pada ban
2. Menyuplai udara pada penyelam
3. Menyuplai udara bersih dengan tekanan tinggi untuk mengisi silinder atau
tabung gas
4. Menyuplai udara untuk alat-alat spray atau air brush
5. Menyuplai udara bersih bertekanan pada sistem kontrol Heating, Ventilaiton,
dan Air Conditioning (HVAC) pneumatic di bangunan-bangunan perkantoran
atau sekolah
6. Menghasilkan udara bertekanan dalam volume besar untuk keperluan proses
industri skala besar, contohnya sistem purge pada pabrik semen

Jenis-Jenis Kompresor yang Tersedia di Pasaran


Di pasaran, kompresor tersedia dalam beberapa jenis. Untuk membantu Anda
lebih memahami pemanfaatan kompresor dalam kehidupan sehari-hari, berikut
beberapa di antaranya:
1. Air compressor direct driven
Sesuai namanya, air compressor direct driven adalah kompresor dengan
penggerak yang terhubung langsung pada pompa udara. Keunggulan utama
dari kompresor adalah kecepatan pengisian yang cukup tinggi. Hal ini bisa
terjadi karena air compressor direct driven mampu berputar hingga
kecepatan 2.850 rpm.
2. Air compressor belt driven
Pernah melihat mesin atau alat yang digunakan di tambal ban? Air
compressor belt driven inilah yang menjadi penggeraknya. Kompresor jenis
ini memanfaatkan sistem koneksi antara pompa udara dan tenaga penggerak
dengan menggunakan vanbelt atau v-belt. Sebagai tenaga penggerak, motor
listrik atau bahan bakar bensin biasanya digunakan.
3. Air compressor mini
Karena tidak menggunakan tabung tekanan, maka ukurannya pun cenderung
lebih kecil. Itulah kenapa disebut juga dengan air compressor mini, yang
fungsinya hanya menghasilkan tiupan udara. Salah satu bentuk pemanfaatan
air compressor mini bisa Anda temukan pada air brush yang digunakan
untuk kebutuhan pengecatan sederhana.
4. Air compressor screw
Jika Anda membutuhkan tekanan udara untuk disuplai nonstop selama 24
jam, atau Anda membutuhkan debit udara yang tinggi, maka air compressor
screw inilah yang dapat membantu Anda. Keunggulan kompresor adalah
hasil udara yang tidak mengandung banyak uap air serta tidak memiliki
suara yang bising.

Bagaimana Cara Kerja Kompresor


Coba bayangkan ketika Anda hendak meniup api pada lilin ulang tahun.
Idealnya, Anda akan menarik napas dalam-dalam. Nah, ketika ini dilakukan,
tekanan udara di dalam paru-paru akan meningkat. Alhasil, terbentuklah udara
bertekanan yang digunakan untuk meniup api pada lilin tersebut. Proses ini
mirip seperti prinsip kerja kompresor pada umumnya.
Prinsipnya juga tidak jauh berbeda dari pompa ban mobil atau sepeda. Saat
piston kompresor ditarik ke atas, tekanan silinder di bagian bawah akan
menurun hingga di bawah tekanan atmosfer. Alhasil, udara luar pun bisa masuk
melalui celah katup hisap. Dari sini, udara masuk ke pompa untuk kemudian
dimampatkan oleh piston yang didorong ke bawah. Karena udara dimampatkan,
maka volumenya menjadi lebih kecil dan mengalir ke tempat tempat yang
tekanan udaranya lebih rendah.

B. Evaporator
Evaporator adalah alat untuk mengevaporasi larutan. Evaporasi
merupakan suatu proses penguapan sebagian dari pelarut sehingga didapatkan
larutan zat cair pekat yang konsentrasinya lebih tinggi. Tujuan evaporasi yaitu
untuk memekatkan larutan yang terdiri dari zat terlarut yang tak mudah
menguap dan pelarut yang mudah menguap. Dalam kebanyakan proses
evaporasi , pelarutnya adalah air. Evaporasi tidak sama dengan pengeringan,
dalam evaporasi sisa penguapan adalah zat cair, kadang-kadang zat cair yang
sangat viskos, dan bukan zat padat. Begitu pula, evaporasi berbeda dengan
distilasi, karena disini uapnya biasanya komponen tunggal, dan walaupun uap
itu merupakan campuran, dalam proses evaporasi ini tidak ada usaha untuk
memisahkannya menjadi fraksi-fraksi. Biasanya dalam evaporasi, zat cair pekat
itulah yang merupakan produk yang berharga dan uapnya biasanya
dikondensasikan dan dibuang.
Proses evaporasi terdiri dari dua peristiwa yang berlangsung :
1. Interface evaporation, yaitu transformasi air menjadi uap air di
2. permukaan tanah. Nilai ini tergantung dari tenaga yang tersimpan.
3. Vertical vapour transfers, yaitu perpindahan lapisan yang kenyang dengan
uap air dari interface ke uap (atmosfer bebas).
Besar kecilnya penguapan dari permukaan air bebas dipengaruhi oleh beberapa
faktor yaitu:
1. Kelembaban udara (semakin lembab semakin kecil penguapannya)
2. Tekanan udara
3. Kedalaman dan luas permukaan, semakin luas semakin besar penguapannya
4. Kualitas air, semakin banyak unsur kimia, biologi dan fisika, penguapan
semakin kecil.
5. Kecepatan angin
6. Topografi,
7. Sinar matahari
8. Temparatur

Fungsi Evaporator
Evaporator adalah sebuah alat yang berfungsi mengubah sebagian atau
keseluruhan sebuah pelarut dari sebuah larutan dari bentuk cair menjadi uap.
Evaporator mempunyai dua prinsip dasar, yaitu untuk menukar panas dan untuk
memisahkan uap yang terbentuk dari cairan. Evaporator umumnya terdiri dari
tiga bagian, yaitu penukar panas, bagian evaporasi (tempat di mana cairan
mendidih lalu menguap), dan pemisah untuk memisahkan uap dari cairan lalu
dimasukkan ke dalam kondensor (untuk diembunkan/kondensasi) atau ke
peralatan lainnya. Hasil dari evaporator (produk yang diinginkan) biasanya dapat
berupa padatan atau larutan berkonsentrasi.
Larutan yang sudah dievaporasi bisa saja terdiri dari beberapa komponen
volatile (mudah menguap). Evaporator biasanya digunakan dalam industri kimia
dan industri makanan. Pada industri kimia, contohnya garam diperoleh dari air
asin jenuh (merupakan contoh dari proses pemurnian) dalam evaporator.
Evaporator mengubah air menjadi uap, menyisakan residu mineral di dalam
evaporator. Uap dikondensasikan menjadi air yang sudah dihilangkan garamnya.
Pada sistem pendinginan, efek pendinginan diperoleh dari penyerapan panas
oleh cairan pendingin yang menguap dengan cepat (penguapan membutuhkan
energi panas). Evaporator juga digunakan untuk memproduksi air minum,
memisahkannya dari air laut atau zat kontaminasi lain.

Prinsip Kerja
Evaporator adalah alat untuk mengevaporasi larutan. Prinsip kerjanya
dengan penambahan kalor atau panas untuk memekatkan suatu larutan yang
terdiri dari zat terlarut yang memiliki titik didih tinggi dan zat pelarut yang
memiliki titik didih lebih rendah sehingga dihasilkan larutan yang lebih pekat
serta memiliki konsentrasi yang tinggi.
Proses evaporasi dengan skala komersial di dalam industri kimia dilakukan
dengan peralatan yang namanya evaporator. Ada empat komponen dasar yang
dibutuhkan dalam evaporasi yaitu : Evaporator, kondensor , injeksi uap, dan
perangkap uap.
1. Evaporator.
2. Kondensor adalah salah satu jenis mesin penukar kalor (heat exchanger)
yang berfungsi untuk mengkondensasikan fluida
3. Injeksi uap.
4. Perangkap uap
Evaporasi dilaksanakan dengan cara menguapkan sebagian dari pelarut pada
titik didihnya, sehingga diperoleh larutan zat cair pekat yang konsentrasinya
lebih tinggi. Uap yang terbentuk pada evaporasi biasanya hanya terdiri dari satu
komponen, dan jika uapnya berupa campuran umumnya tidak diadakan usaha
untuk memisahkan komponen-komponennya.

Tipe evaporator berdasarkan banyak proses


1. Evaporator efek tunggal (single effect)
Yang dimaksud dengan single effect adalah bahwa produk hanya melalui
satu buah ruang penguapan dan panas diberikan oleh satu luas permukaan
pindah panas.
2. Evaporator efek ganda
Di dalam proses penguapan bahan dapat digunakan dua, tiga, empat atau
lebih dalam sekali proses, inilah yang disebut dengan evaporator efek
majemuk. Penggunaan evaporator efek majemuk berprinsip pada
penggunaan uap yang dihasilkan dari evaporator sebelumnya.
Tujuan penggunaan evaporator efek majemuk adalah untuk menghemat
panas secara keseluruhan, hingga akhirnya dapat mengurangi ongkos
produksi. Keuntungan evaporator efek majemuk adalah merupakan
penghematan yaitu dengan menggunakan uap yang dihasilkan dari alat
penguapan untuk memberikan panas pada alat penguapan lain dan dengan
memadatkan kembali uap tersebut.
Pada evaporator efek majemuk ada 3 macam penguapan, yaitu :
a. Evaporator Pengumpan Muka (Forward-feed)
b. Evaporator Pengumpan Belakang (Backward-feed)
c. Evaporator Pengumpan Sejajar (Parallel-feed)

Tipe evaporator berdasarkan bentuknya


1. Evaporator Sirkulasi Alami/paksa
Evaporator sirkulasi alami bekerja dengan memanfaatkan sirkulasi yang
terjadi akibat perbedaan densitas yang terjadi akibat pemanasan. Pada
evaporator tabung, saat air mulai mendidih, maka buih air akan naik ke
permukaan dan memulai sirkulasi yang mengakibatkan pemisahan liquid
dan uap air di bagian atas dari tabung pemanas.Jumlah evaporasi bergantung
dari perbedaan temperatur uap dengan larutan. Sering kali pendidihan
mengakibatkan sistem kering, Untuk menghidari hal ini dapat digunakan
sirkulasi paksa, yaitu dengan manambahkan pompa untuk meningkatkan
tekanan dan sirkulasi sehingga pendidihan tidak terjadi.
2. Falling Film Evaporator
Evaporator ini berbentuk tabung panjang (4-8 meter) yang dilapisi dengan
jaket uap (steam jacket). Distribusi larutan yang seragam sangat penting.
Larutan masuk dan memperoleh gaya gerak karena arah larutan yang
menurun. Kecepatan gerakan larutan akan mempengaruhi karakteristik
medium pemanas yag juga mengalir menurun. Tipe ini cocok untuk
menangani larutan kental sehingga sering digunakan untuk industri kimia,
makanan, dan fermentasi.
3. Rising Film (Long Tube Vertical) Evaporator
Pada evaporator tipe ini, pendidihan berlangsung di dalam tabung dengan
sumber panas berasal dari luar tabung (biasanya uap). Buih air akan timbul
dan menimbulkan sirkulasi.

4. Plate Evaporator
Mempunyai luas permukaan yang besar, Plate biasanya tidak rata dan
ditopangoleh bingkai (frame). Uap mengalir melalui ruang-ruang di antara
plate. Uap mengalir secara co-current dan counter current terhadap larutan.
Larutan dan uap masuk ke separasi yang nantinya uap akan disalurkan ke
condenser. Eveporator jenis ini sering dipakai pada industri susu dan
fermntasi karena fleksibilitas ruangan. Tidak efektif untuk larutan kental
dan padatan
5. Multi-effect Evaporator
Menggunakan uap pada tahap untuk dipakai pada tahap berikutnya.
Semakin banyak tahap maka semakin rendah konsumsi energinya. Biasanya
maksimal terdiri dari tujuh tahap, bila lebih seringkali ditemui biaya
pembuatan melebihi penghematan energi. Ada dua tipe aliran, aliran maju
dimana larutan masuk dari tahap paling panas ke yang lebih rendah, dan
aliran mundur yang merupakan kebalikan dari aliran maju.
6. Horizontal-tabung Evaporator
Evaporator horisontal-tabung merupakan pengembangan dari panci terbuka,
di mana panci tertutup dalam, umumnya dalam silinder vertikal. Tabung
pemanas disusun dalam bundel horisontal direndam dalam cairan di bagian
bawah silinder. Sirkulasi cairan agak miskin dalam jenis evaporator.
7. Vertikal-tabung Evaporator
Dengan menggunakan tabung vertikal, bukan horizontal, sirkulasi alami dari
cairan dipanaskan dapat dibuat untuk memberikan transfer panas yang baik.

Tipe evaporator berdasarkan metode pemanasan:


1. Submerged combustion evaporator adalah evaporator yang dipanaskan oleh
api yang menyala di bawah permukaan cairan, dimana gas yang panas
bergelembung melewati cairan.
2. Direct fired evaporator adalah evaporator dengan pengapian langsung
dimana api dan pembakaran gas dipisahkan dari cairan mendidih lewat
dinding besi atau permukaan untuk memanaskan.
3. Steam heated evaporator adalah evaporator dengan pemanasan stem dimana
uap atau uap lain yang dapat dikondensasi adalah sumber panas dimana uap
terkondensasi di satu sisi dari permukaan pemanas dan panas ditranmisi
lewat dinding ke cairan yang mendidih.

Aplikasi
Pengaplikasian evaporator di berbagai industri antrara lain: pada pabrik
gula, pabrik garam, industri bahan kimia, industri makanan dan minuman, dan
kilang minyak. Proses evaporasi telah dikenal sejak dahulu, yaitu untuk
membuat garam dengan cara menguapkan air dengan bantuan energi matahari
dan angin. Kegunaan utama dari evaporator adalah menguapkan air pada larutan
sehingga larutan memiliki konsentrasi tertentu. Pada industri makanan dan
minuman, agar memiliki mutu yang sama pada jangka waktu yang lama,
dibutuhkan evaporasi. Misalnya untuk pengawetan adalah pembuatan susu
kental manis.
Evaporasi merupakan satu unit operasi yang penting dan biasa dipakai
dalam industri kimia dan mineral, misalnya industri aluminium dan gula.
Evaporator juga digunakan untuk mengolah limbah radioaktif cair. Kegunaan
lainnya adalah mendaur ulang pelarut mahal seperti hexane ataupun sodium
hydroxide pada kraft pulping bisa juga untuk menguapkan limbah agar proses
penanganan limbah lebih murah. Contoh-contoh Operasi Evaporasi dalam
Industri Kimia lainnya yaitu : Pemekatan larutan NaOH, Pemekatan larutan
KNO3, Pemekatan larutan NaCL, Pemekatan larutan nitrat dan lain-lain.

Jenis-Jenis Alat Penguap (Evaporator).


A. Jenis-Jenis Evaporator (Bagian 1)

Gambar 1: Jenis-Jenis Evaporator (Bagian 1)

1. Horizontal Tube Evaporator


Jenis ini merupakan evaporator yang paling klasik dan banyak diaplikasikan
pada berbagai bidang industri. Umumnya, jenis ini digunakan untuk
keperluan-keperluan skala kecil dengan penggunaan teknologi sederhana.
2. Standard Vertical-Tube Evaporator
Prinsip kerja pada standard vertical-tube evaporator yakni, cairan akan
mengalir di dalam pipa sementara uap (steam) mengalir di dalam shell. Di
dalam tabung, cairan akan mendidih dan uap yang timbul bergerak
membawa cairan ke atas. Pada tahap ini, akan terjadi sirkulasi cairan yang
disebabkan oleh perbedaan fasa antara fluida yang terdiri dari campuran
uap-cair dengan cairan yang berada di bagian luar pipa. Pada bagian atas
pipa terdapat ruang (bejana uap) yang berperan memisahkan cairan dengan
uap. Proses pemisahan antar uap dengan cairan dalam ruang uap dimana uap
akan keluar melalui saluran atas sementara cairan akan keluar melalui
saluran di bagian bawah bejana, selanjutnya akan bersirkulasi kembali
melalui pipa-pipa.
3. Basket Evaporator
Sirkulasi cairan berlangsung natural (natural circulation) dan terjadi dengan
baik sehingga transfer panas secara konveksi akan berlangsung secara
efektif dalam jumlah besar. Natural circulation disebabkan oleh adanya
perbedaan rapat massa karena pebedaan fasa antara cairan yang terdapat di
dalam pipa dengan cairan yang berada di luar pipa. Selain itu, kerak yang
terbentuk di bagian luar pipa mempersulit proses pembersihan, jenis ini
hampir mirip dengan horizontal tube evaporator.

4. Vertical Tube Evaporator With Forced Circulation


Evaporator jenis ini menggunakan pompa untuk membantu proses sirkulasi
sehingga memperbesar koefisien perpindahan panas. Perpindahan panas
dilakukan secara paksa atau konveksi paksa, tujuannya untuk mempercepat
laju perpindahan panas antar fluida. Selain itu, penggunaan pompa juga
bertujuan untuk mencegah terjadinya penyumbatan di dalam pipa, mengapa
demikian? karena dengan menggunakan pompa maka tentu arus aliran akan
tinggi sehingga meminimalkan timbulnya endapan penyebab kerak. Selain
itu, aliran yang cepat akan membuat larutan lerutan menjadi/lebih homogen.
Jenis evaporator ini masih digolongkan dalam dua jenis sesuai dengan jenis
tube yang digunakan, yakni submerged tube type dan boiling tube type.
Cara kerja dari submerged tube tipe yaitu, keseluruhan pipa pemanas berada
di bawah cairan (tercelub), cairan akan masuk melalui suatu saluran ke
dalam bejana pemisah uap-cair.
5. Long Tube Vertical Evaporator
Long tube vertical evaporator memiliki ukuran tube transfer panas yang
lebih panjang bila dibandingkan dengan ukuran tube pada jenis evaporator
lainnya. Tujuannya yakni untuk memperbesar serta mempercepat sirkulasi
cairan agar proses perpindahan panas lebih besar. Setelah aliran memasuki
ruang uap untuk dipisahkan dari uap yang telah terbentuk, selanjutnya akan
mengalir ke bawah melalui pipa luar evaporator.

B. Jenis-Jenis Evaporator (Bagian 2)


Gamabar 2: Jenis-Jenis Evaporator (Bagian 2)
1. Forced Circulation Evaporator With External Heater
Jenis evaporator ini merupakan hasil rangkaian untuk keperluan tertentu,
dimana heat exchanger, pompa dan unit pemisah cairan-uap merupakan unit
yang terpisah.

2. Falling Film Evaporator


Cara kerja falling film evaporator yakni cairan akan mengalir ke bawah
kemudian membentuk film pada sekeliling dinding dalam pipa. Aliran yang
terjadi disebabkan oleh adanya gaya berat serta gesekan uap. Uap yang telah
terbentuk akan turun ke bawah, walaupun ΔT kecil tapi siklus aliran tetap
berjalan baik karena adanya gaya gravitasi. Luas permanasan jauh lebih
besar dari volume cairan di dalamnya.

3. Climbing Film, Long Tube Vertical Evaporator With External Heater


Prinsip kerja jenis evaporator ini sebenarnya hampir mirip dengan Long
Tube Vertical Evaporator. hanya dibedakan dari alat pemanas dan pemisah
uap yang letaknya terpisah.

4. Agitated Film Evaporator


Jenis evaporator ini berbentuk tabung vertikal dan ada juga yang berbentuk
horizontal, dengan sistem pemanas berada di luar tabung. Pada sumbu
tabung terdapat suatu alat berbentuk batangan yang dapat diputar serta
dilengkapi sirip-sirip. Fungsi dari batangan tadi yaitu untuk mengalirkan
cairan, dimana saat batangan tersebut berputar maka cairan akan bergerak
ke bawah dan kemudian terlempar ke bagian tepi tabung yang panas.

5. Direct Contact Evaporator


Pada jenis evaporator ini akan terjadi kontak langsung antara cairan
dengan gas pemanas sehingga koefisien perpindahan panas sangat besar. Di
dalam bagian tengah tabung terdapat ruang yang berfumgsi sebagai ruang
pembakaran (lihat gambar di atas). Secara umum, penggunaan evaporator
ini ditujukan untuk larutan kental, atau bahkan sluriy.

6. Stirred, Discontinuous Evaporator


Jenis dari evaporator ini digunakan memadatkan larutan atau dengan
kata lain yakni untuk memperoleh produk bersifat padat. pemanasannya
terdiri dari dua jenis, yakni internal heating dan external heating. Untuk
pemanasan internal, pemanas akan dialirkan melalui koil, sementara untuk
pemanasan extenal, pemanas akan melalui jaket pada shell.

C. KONDENSOR
Kondensor adalah suatu komponen yang terdiri dari jaringan pipa dan
berfungsi untuk mengubah uap menjadi zat cair (air). Selain itu, kondensor
merupakan salah satu jenis mesin penukar kalor (heat exchanger) yang
berfungsi untuk mengkondensasikan fluida kerja.
Kondensor adalah suatu alat yang digunakan untuk mengubah uap dari
turbin uap hingga menjadi air dengan bantuan air pendingin utama. Uap bekas
dari turbin uap yang panas dimasukkan ke dalam kondensor yang memperoleh
pendingingan dari air pendingin utama. Sehingga terjadilah perpindahan panas,
untuk itu alat ini disebut penukar kalor.
Uap yang panas bersinggungan dengan pendinginan akan terkondensasi,
dan air hasil dari proses kondensasi disebut air kondensat.
Pada penggunaannya, kondensor berada di luar ruangan yang akan didinginkan
agar panas (kalor) yang keluar saat pengoperasiannya dapat dibuang keluar
sehingga tidak mengganggu proses pendinginan.
Fungsi Kondensor
Pada dasarnya, fungsi utama kondensor adalah untuk membuang kalor ke
lingkungan luar dan mengkondensasikan uap dari turbin menjadi air kondensat.
Kondensor akan mengubah fasa zat gas menjadi menjadi zar cair dari
temperature tinggi keluar melalui dinding-dinding kondensor dan melewati
kondensasi, sehingga uap akan menjadi dingin dan fasanya berubah menjadi
fasa cair pada temperatur rendah.

Bagian dan Konstruksi Kondensor


Secara umum, kondensor terdiri dari bagian-bagian utama yakni shell
water box, tube plat, tube support, hotwell dan sebagainya.
1. Selongsong (Shell)
2. Ruang Air (Water Box) – Ruang-ruang air pada sisi masuk dan keluar
terbuat dari baja karbon dan masing-masing memiliki lubang.
3. Pipa dan Pemegang Pipa (tube Plats dan tubes) – Pipa terbuat dari
aluminium brass dan pemegang pipa terbuat dari naval brass.
4. Ruang Kondensat (Hotwheel)
Pada konstruksi kondensor, aliran air pendingin terbagi menjadi dua
macam, yaitu satu lintasan (single pass) atau dua lintasan (double pass). Untuk
mengeluarkan udara yang terdapat pada water box (ruang air pendingin), maka
dipasang venting pump atau priming pump. Udara dan non condensable gas
pada sisi uap dikeluarkan dari kondensor dengan ejector atau pompa vakum.

Cara Kerja Kondensor


Prinsip kerja sebuah kondensor berbeda-beda tergantung dari type kondensor
itu sendiri. Berikut ini adalah klasifikasi kondensor secara umum beserja
dengan prinsip kerjanya.
1. Surface Kondensor
Prinsip kerja surface condenser yaitu uap mengalir menuju ke dalam
ruangan yang berisi susunan pipa yang menjadi uap tersebut memenuhi
permukaan luar pipa. Sementara air yang berfungsi sebagai pendingin akan
mengalir menuju ke dalam pipa (tube side).
Maka akan terjadi kontak antara keduanya, dimana uap yang
bertemperature tinggi (panas) akan bersinggungan dengan tube kondensor
bertemperature rendah yang berfungsi sebagai penyerap kalor dari uap tersebut.
Sehingga temperatur uap (steam) akan turun dan terkondensasi.
Surface condenser sendiri dapat dibedakan menjadi dua jenis berdasarkan cara
masuknya uap dan air pendingin, antara lain :

a. Horizontal Condenser
Pada Horizontal Kondensor, air pendingin masuk melewati bagian bawah
kemudian mengalir ke dalam pipa-pipa pendingin (tube) dan keluar dari
bagian atas. Sementara uap akan masuk pada bagian tengah kondensor dan
akan keluar sebagai kondensat pada bagian bawah kondensor
b. Vertikal Condenser
Pada vertikal kondensor, air pendingin memasuki kondensor melewati
bagian bawah, kemudian mengalir ke dalam pipa-pipa pendingin (tube)
dan keluar pada bagian atas. Sementara uap akan masuk pada bagian atas
dan air kondesat akan keluar pada bagian bawah kondensor.
2. Direct Contact Kondensor

Prinsip kerja dari kondensor ini yaitu dengan mengkondensasikan uap


dengan cara mencampur langsung dengan air pendingin. Direct Contact
Kondensor banyak digunakan pada industri khusus seperti geothermal
powerplant.
Direct Contact Kondensor juga terbagi menjadi dua macam, antara lain :
a. Spray Kondensor
Pada spray kondensor, proses pencampuran keduanya dilakukan
dengan cara menyemprotkan air pendingin ke uap (steam). Sehingga
steam akan menempel pada butiran-butiran air pendingin tersebut dan
akan mengalami kontak temperature. Maka kemudian uap akan
terkondensasi dan tercampur dengan air pendingin yang mendekati
fase saturated (basah). Kemudian kondesat dipompakan kembali ke
cooling tower, dan sebagian kondesat dikembalikan ke boiler sebagai
feedwater. Sisanya didinginkan di dalam cooling tower, dan air yang
didinginkan ini disemprotkan ke uap (steam) dan proses berulang.
b. Barometric dan Jet Kondensor
Kondensor jenis ini merupakan kondensor jenis awal. Sebenarnya
prinsip kerja dari kondensor ini tidak jauh berbeda dengan jenis spray
kondensor, hanya saja tidak membutuhkan pompa.

Pendinginan dan Jenis Kondensor


Media / Zat pendingin dalam kondensor memiliki peran penting dalam proses
kondensasi uap menjadi kondesat water. Media pendingin atau zat yang
digunakan untuk mendinginkan kondensor disebut Condensing Medium.
Jenis – Jenis Kondensor berdasarkan media atau zat pendingin dapat dibedakan
menjadi tiga macam, antara lain :
1. Water Cooled Condenser ( Kondensor Berpendingin Air)
2. Air Cooled Condenser (Kondensor Berpendingin Udara)
3. Evaporative Condensor (Kondensor Evaporator)
Jenis Kondensor menurut arah alirannya terbagi menjadi dua jenis, yaitu :
1. Single Flow ( aliran tunggal / satu arah)
2. Double Floe (aliran ganda / dua arah)
Jenis Kondensor menurut desain dan kontruksinya antara lain :
1. Berbelit – Belit
Jenis kondensor yang tersusun dari satu tabung panjang yang digulung
berakhir dan kembali pada dirinya sendiri dengan dilengkapi sirip pendingin
di antara tabung.
2. Arus Paralel
Kondensor dengan desain yang menyerupai dengan radiator aliran silang.
Penyebab Penurunan Kinerja Kondensor
Kondensor sangat mudah sekali terhadap gangguan- gangguan yang mampu
menghambat kinerjanya.
Beberapa masalah yang sering terjadi pada kondensor adalah :
1. Non Condensable Gases ( Gas tidak dapat terkondensasi)
Gas ini dapat mengakibatkan kenaikan tekanan (pressure) terhadap
kondensor dan menyelimuti permukaan pipa (tube) yang mampu
menghambat transfer panas antara uap dengan cooling water, sehigga gas ini
harus dikeluarkan atau dibuang dari dalam kondensor. Untuk mengeluarkan
gas tersebut dapat dilakukan dengan memanfaatkan bantuan venting pump
dan priming pump yang merupakan pompa vakum.
2. Terjadi Fouling Terhadap Kondensor
Fouling atau endapan dapat dengan mudah terjadi pada kondensor, endapan
yang mengotori tube-tube kondensor ini berasal dari sumber pengambilan
bahan baku air pendingin. Karena bahan baku air pendingin ini berasal dari
air laut dan kemungkinan besar air tersebut mengandung endapan-endapan
kotoran yang ikut masuk dan mengendap pada tube-tube kondensor.
Hal tersebut akan mengakibatkan penurunan laju perpindahan panas pada
kondensor, sehingga kualitas air pendingin sangat dibutuhkan agar mengurangi
penyebab fouling pada kondensor.
Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengeluarkan kotoran-kotoran
tersebut antara lain :
1. Backwash kondensor, – Dengan membalikkan arah aliran air pendingin
dengan tujuan membuang kotoran yang masuk ke dalam waterbox inlet yang
menghalangi proses perpindahan panas pada kondensor. Proses pembersihan
ini dilakukan dengan cara membalikkan arah aliran inlet dan outlet.
2. Ball Cleaning , – Dengan cara memanfaatkan bahan berbentuk bulat
menyerupai bola sebagai media untuk membersihkan tube kondensor. Prinsip
kerja dari cara ini yaitu bola dimasukkan pada inlet mengikuti aliran
kondensor dan keluar pada waterbox outlet.
Laju perpindahan panas ditentukan beberapa hal seperti aliran air pendingin,
kebersihan pipa-pipa dan perbedaan temperatur antara uap dan air pendingin.
Proses perubahan uap menjadi air terjadi pada tekanan dan temperatur jenuh.
Dalam proses ini kondensor berada pada kondisi vakum.
Karena temperatur air pendingin sama dengan temperatur udara luar, maka
temperatur air kondensarnya maksimal mendekati temperatur udara luar. Bila
laju perpindahan panas terganggu, maka akan berpengaruh terhadap tekanan
dan temperatur.

D. Exspansion valve
Pengertian katup ekspansi
Fungsi AC di dalam kendaraan sama dengan AC di dalam ruangan. Komponen
sistem AC meliputi kompresor, kondensor, receiver/dryer, katup ekspansi dan
evaporator, dll. Pada pembahasan artikel kali ini akan membahas mengenai
komponen expansion valve atau katup ekspansi. Katup ekspansi atau ekspansi
valve merupakan komponen AC mobil yang berfungsi untuk menurunkan suhu
dan tekanan refrigerant atau freon AC mobil pada sirkulasi AC mobil.

Fungsi Katup Ekspansi (Exspansion Valve)


Katup ekspansi adalah komponen yang berfungsi untuk menghambat aliran
fluida sehingga tekanan sebelum katup ekspansi menjadi tinggi dan setelah
katup ekspansi menjadi rendah. Katup ekspansi biasanya digunakan dalam
sistem refrigerasi kompresi uap (SRKU). Secara teknis katup ekspansi yang
umum digunakan pada AC dan lemari es adalah berupa pipa kapiler, yaitu pipa
yang memiliki luas penampang yang sangat kecil. Refrigeran pada SRKU
dapat mengalir di pipa karena adanya kompresor. Kemudian, pipa ini
disambungkan ke katup ekspansi sehingga aliran refrigeran ini menjadi
terhambat. Tekanan tinggi pada refrigeran terjadi sebelum melewati katup
ekspasi. Sebaliknya tekanan rendah terjadi setelah melewati katup ekspansi.

Karena menurunkan tekanan zat pendingin (refrigerant) menyebabkan


refrigerant berubah wujud dari cair menjadi uap jenuh sehingga refrigerant
mudah menyerap panas dan menguap di sekeliling evaporator. Katup ekspansi
ini dipasangkan pada saluran masuk evaporator (menjadi satu unit).

Macam-Macam Katup Ekspansi (Exspansion Valve)


Katup ekspansi terdiri dari beberapa macam, antara lain :
1. Katup Ekspansi Tipe Pipa Kapiler
Merupakan salah satu jenis katup ekspansi yang mana terdapat heat sensing
tube untuk mengukur suhu atau temperatur freon yang keluar dari
evaporator. Cara kerjanya adalah panas yang diterima oleh heat sensing tube
akan digunakan untuk mengatur banyak sedikitnya freon yang disalurkan
oleh katup ekspansi menuju ke evaporator.
2. Katup Ekspansi
Merupakan salah satu jenis katup ekspansi yang menggunakan orrifice
untuk mengatur freon yang disalurkan dari katup ekspansi ke evaporator
dalam kerjanya. Seberapa banyaknya refrigerant atau freon yang mengalir
tetap sesuai dengan ukuran orrifice yang ada.
3. Katup Ekspansi Tipe Box
Merupakan salah satu jenis katup ekspansi yang banyak digunakan
dikendaraan modern saat ini. Katup ekspansi tipe box menggunakan sensor
suhu dan tekanan dalam mengatur banyak sedikitnya refrigerant atau freon
yang mengalir dari katup ekspansi menuju evaporator.

Komponen Katup Ekspansi (Exspansion Valve)


Komponen Katup Ekspansi (Expansion Valve) Katup ekspansi terdiri dari
beberapa komponen. Komponen-komponen katup ekspansi bertugas agar katup
ekspansi berfungsi sebagaimana mestinya. Berikut merupakan komponen katup
ekspansi.

1. Saluran Inlet
Berfungsi sebagai saluran masuknya (in) cairan refrigerant atau freon yang
mengalir dari receiver/ dryer.
2. Saluran Outlet
Berfungsi sebagai saluran keluarnya (out) cairan refrigerant atau freon dari
katup ekspansi menuju ke komponen evaporator.
3. Diafragma (Membran)
Berfungsi sebagai penerus panas yang dideteksi oleh heat sensing tube,
untuk melawan pegas agar katup dapat membuka sesuai dengan kerja
sirkulasi AC. Kerja dari diafragma atau membran akan melengkung
sehingga akan mendorong pegas dan jarum membuka. Semakin besar
beban kerja AC maka diafragma akan melengkung lebih dalam sehingga
katup akan membuka lebih lebar.
4. Pressure spring (Pegas Penekan)
Berfungsi sebagai pengembali posisi diafragma agar katup dapat tertutup
sempurna ketika katup ekspansi tidak bekerja.
5. Jarum dan Katup
Berfungsi untuk mengatur volume refrigerant atau freon yang disalurkan
menuju evaporator. Jika semakin besar katup membuka maka freon yang
disalurkan semakin banyak. Dan apabila semakin kecil katup membuka
maka freon yang disalurkan semakin sedikit.
6. Bodi
Berfungsi sebagai wadah dan pelindung komponen katup ekspansi yang
berada dalamnya.
7. Heat Sensing Tube
Berfungsi sebagai sensor temperatur pada saluran yang keluar dari
evaporator. JIka semakin tinggi suhu maka mengakibatkan heat sensing
tube meneruskan panas yang diterima untuk membuka membran semakin
besar. Dan apabila semakin kecil panas yang diterima maka semakin kecil
pula membran untuk membuka katup.
8. Capiler Tube (Pipa Kapiler)
Berfungsi menyalurkan panas dari heat sensing tube ke membran.

Cara Kerja Katup Ekspansi (Exspansion Valve)


Pada cara kerja katup ekspansi dibedakan sesuai dengan macam tipe katup
ekspansi yang digunakan pada kendaraan. Untuk kali ini kita akan membahas
cara kerja katup ekspansi tipe pipa kapiler yang masih cukup banyak
digunakan untuk mobil. Untuk jenis yang lain kinerjanya juga hampir sama
dengan tipe pipa kapiler. Mari kita simak penjelasan berikut ini:
1. Cairan refrigerant atau freon bertekanan akan mengalir dari receiver dryer
ke katup ekspansi akibat penekanan dari kompresor. Namun freon atau
refrigerant belum diteruskan ke evaporator karena katup masih dalam
kondisi tertutup.
2. Heat sensing tube akan mendeteksi panas yang dihasilkan oleh freon yang
keluar dari saluran outlet evaporator.
3. Panas yang diterima akan diteruskan melalui pipa kapiler ke membran
didalam katup ekspansi. Semakin banyak panas yang diterima maka
membran akan semakin melengkung.
4. Lengkungan pada membran akan mendorong jarum untuk melawan pegas.
5. Jarum atau ball yang terdorong akan membuka katup ekspansi.

Banyak dan sedikitnya pembukaan pada katup tergantung oleh lengkungan


membran diafraghma. Apabila semakin besar lengkungan maka gaya dorong
terhadap jarum atau ball dan pegas akan semakin besar sehingga menyebabkan
katup akan membuka semakin lebar. Jika semakin kecil lengkungan maka
gaya dorong terhadap jarum atau ball dan pegas semakin kecil. Sehingga katup
akan membuka sedikit. Jika katup membuka sedikit maka refrigerant atau
freon yang disalurkan juga akan sedikit karena beban AC yang kecil sehingga
tidak membutuhkan banyak freon. Sementara itu ketika katup membuka
banyak maka refrigerant atau freon yang disalurkan akan semakin banyak
dikarenakan beban AC yang besar sehingga membutuhkan freon yang banyak
untuk mendinginkan udara yang diteruskan ke ruang kabin dalam kendaraan.
E. Oil separator
Fungsi dan cara kerja oil water separator di kapal
Oil Water Separator (OWS) di kapal merupakan suatu alat kapal dimana
fluida yang tidak saling larut dipisahkan satu sama lainnya karena perbedaan
masa jenis (densitas), dalam hal ini fluida yang dimaksud adalah air dan
minyak, yang mana berat jenis air lebih besar dari pada berat jenis minyak
sehingga saat proses pemisahan terjadi air akan berada di bagian bawah dan
minyak akan berada dibagian atas. prinsip kerja pemisahan oil water separator
dilakukan dengan mengubah kecepatan dan arah fluida dari sumur (well),
sehingga fluida tersebut dapat terpisah. fungsi Oil water Separator yaitu
digunakan dalam penanganan air yang berasal dari bilga dimana air tersebut
masih bercampur dengan minyak dan harus dipisahkan sebelum dibuang
kelaut. Oil water Separator menggunakan Hukum Stokes untuk
mendefinisikan kecepatan terapungya sebuat benda/partikel berdasarkan berat
jenis dan ukuranya. Dalam alat ini, minyak akan terakumulasi diatas
permukaan air.

Bagin-bagian dan fungsi oil water separator yaitu :


1. Blige Pump, berfungsi sebagai penghisap air got.
2. Bilge Separator ( Stage I ), berfungsi sebagai tabung pemisah air got
dengan minyak.
3. Coaliser ( Stage II ), berfungsi sebagai penampungan air got yang di
pisah oleh bilge separator dari endapan minyak.
4. Disk ( Lempengan-lempengan ), berfungssi sebagai alat pemisah air got
dengan minyak karena perbedaan berat jenis
5. Piston valve, berfungsi sebagai katup untuk mengalirkan air isap yang
terpisah yang dimana minyak air kotor masuk ke Sludge tank.
6. Selenoide Valve, berfungsi sebgai pengatur aliranair got, bekerja atas
dasar kiriman sinyal dari minyak air kotor ( centra unit )
7. Sludge Oil Tank ( tangki minyak air kotor ), berfungsi sebagai
penampungan minyak air kotor.
8. Filter, berfungsi sebagai penyaringan yang berada di coaliser ( stage II ).

Prinsip dasar dan cara kerja OWS yaitu pemisahannya berdasarkan berat jenis
dari unsur – unsur yang terkandung di dalam air got yang di proses. Dimana
unsur yang memiliki berat jenis paling besar (lumpur) akan berada paling
bawah dan keluar lewat sludge out, kemudian air yang berat jenis lebih berat
dari minyak dan lebih ringan dari lumpur akan berada dibawah minyak di
ruang pemisah. Sehingga minyak yang berada dipermukaan akan dialirkan ke
Waste Oil Tank, sedangkan air yang telah melalui proses penyaringan yang
kedua akan keluar dari OWS dengan tingkat kandungan dibawah 15 ppm.
Spesifikasi Komponen Teknis, Filter Komponen berupa kawat kasa
penyaring dimana partikel – partikel besar akan terpisah pada saat proses
penghisapan air limbah got kapal maka hanya media cair saja yang masuk
kedalam pesawat OWS sebelum proses pemisahan :
a. Plunger pump Komponen berupa pompa plunger, pemindah media cair
dengan kekentalan (viskositas) yang cukup tinggi dari kolom got menuju
kedalam tabung pemisah hingga menekan cairan keluar.
b. Plat Pemisah Utama dan Kedua (Primary and Secondary Separating
Section) Plat ini membentuk susunan – susunan plat yang horizontal
yang air got yang masuk ke ruang pemisah ini melalui proses
penyaringan/pemisah pada tiap-tiap plat. Dimana unsur yang memiliki
berat jenis paling besar (air) akan berada paling bawah kemudian minyak
yang berat jenis lebih kecil berada diatasnya akan terkumpul diruang
pengumpulan minyak (Oil Collecting Chamber) dengan demikian
kandungan minyak air got akan berkurang.
c. Ruang Pengumpulan Air (Water Collecting Chamber) Ruang ini terletak
di bagian sisi kanan tabung pemisah yang mana berfungsi sebagai tempat
pengumpulan air laut yang telah dipisahkan berdasarkan berat jenisnya.
Dan selanjutnya air tersebut akan dikeluarkan ke laut melalui pipa
pembuangan air.
d. Pipa Pengeluaran Minyak (Oil Outlet) Pipa ini berfungsi sebagai saluran
pengeluaran minyak dari ruang pengumpul minyak ke Waste Oil Tank.
e. Pipa Pengeluaran Air (Water Outlet) Pipa ini berfungsi sebagai saluran
pengeluaran air dari ruang pengumpul air keluar kapal.

Implementasi Pesawat Oil Water Separator


a. Oil Water Separator Diatas Kapal Ikan :
Dalam penempatan pesawat OWS diatas kapal masih perlu adanya kajian
terkait dengan dimensi ruang kerja kamar mesin serta debit limbah
minyak yang dihasilkan oleh kapal. Untuk ukuran kapal dari 50 – 100 GT
masih memungkinkan pesawat OWS dipasang didalam ruang mesin,
namun untuk kapal berukuran 10 – 50 GT dapat mengganggu mobilitas
para ABK dalam bekerja.
b. Oil Water Separator Di Atas Dermaga Pelabuhan Perikanan :
Kemungkinan adanya kendala pemasangan pesawat OWS pada kapal 10
– 50 GT, maka dapat disiasati dengan penempatannya diatas dermaga.
Dimana, kapal-kapal berukuran 50 GT kebawah dapat membuang dan
mengumpulkan limbah air got tersebut kedalam tangki penampung dan
selanjutnya akan diproses oleh pesawat OWS yang telah tersedia di
dermaga.
Berikut adalah contoh produk Oil Water Separator :

Oily Water Separators Type CS0500 Lite


SPECIFICATION
Capacity 0.5 m3/hr (132 US gal/hr)
Dimensions
Width (inc. 1041mm (1655mm)
Maint.)
Depth (inc. 655mm (1080mm)
Maint.)
Height (inc. 1474mm (1700mm)
Maint.)
Weight
Dry 170kg
Wet 320kg
Power
50 Hz (60Hz) 0.55kW (0.55kW)
inc. heater 1.55kW (1.55kW)
Connections
Inlet Suction 32mm (1 1/4″)
Overboard 25mm (1″)
Return to 25mm (1″)
bilge
Recovered 25mm (1″)
Oil
Flush Valve 15mm (1/2″)
Pressure 15mm (1/2″)
Relief
Pressure
Operating 1.38 Bar (20 psi)
Maximum 3.45 Bar (50 psi)
Water No back-washing required. Clean water
Requirement required for oil content monitor and
commissioning. Recommended
pressure 0.5 – 4 bar.
Air No back-washing required. Clean water
Requirement required for oil content monitor and
commissioning. Recommended
pressure 0.5 – 4 bar.

Anda mungkin juga menyukai