Anda di halaman 1dari 9

Face Negotiation dalam Komunikasi Antar Budaya dalam Film: Analisis Isi

Film “Anna and The King”

Nabila Desta Purnamasari

Program Studi Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas
Muhammadiyah Pr. DR. HAMKA

Abstraksi

Komunikasi antar budaya penting dipelajari, mengingat banyak budaya, suku angsa dan ras yang
berbeda. Latar belakang daerah, pendidikan dan sebagainya. Film merupakan sebuah media
komunikasi yang menyajikan audio visual untuk menyampaikan sebuah pesan kepada
sekelompok orang ataupun khalayak. Film membawa pesan-pesan komunikasi untuk
diperlihatkan pada penonton, sesuai yang ingin dibuat dan di realisasikan oleh sutradara.
Komunikasi antar budaya akan berhasil ketika penanganan konflik pada suatu masalah ditangani
dengan tepat.

Kata Kunci : Komunikasi Antar budaya, Film, Face Negotiation

Pendahuluan

Latar Belakang

Sebagai makhluk sosial, manusia selalu hidup bersama dan tidak dapat hidup secara individual
dalam memenuhi kebutuhannya. Hal itu dapat dilihat dari kehidupan sehari hari. Kegiatan yang
dilakukan berhubungan dengan orang lain, seperti ibu dengan bayinya, interaksi manusia dengan
manusia lainnya.

Dalam komunikasi, manusia menyesuaikan diri dan berkomunikasi lewat respon respon
komunikasi terhadap rangsangan dari lingkungan serta mendapat keanggotaan dan rasa memiliki
dalam berbagai kelompok sosial yang mempengaruhi.

Komunikasi antar budaya penting dipelajari, mengingat banyak budaya, suku angsa dan ras yang
berbeda. Latar belakang daerah, pendidikan dan sebagainya juga mencakup komunikasi antar
budaya. Penting bagi kita untuk mengetahui komunikasi antar budaya dan hal hal seputarnya.
Film merupakan sebuah media komunikasi yang menyajikan audio visual untuk menyampaikan
sebuah pesan kepada sekelompok orang ataupun khalayak. Film dianggap sebagai komunikasi
massa yang cocok terhadap massa sasarannya, karena menyajikan media komunikasi melalui
audio visual.

Satu diantara judul film yang menarik untuk dikupas lebih dalam mengenai Komunikasi antar
budaya yaitu Anna and The King tahun 1999 yang di sutradarai Andy Tennant. Anna and The
King merupakan sebuah film yang diadaptasi dari buku yang berjudul “Anna and The King of
Siam” Film ini diperankan oleh Jodie Foster yang berperan menjadi Anna Leonowens sebagai
seorang Ibu tunggal yang memiliki seorang anak yang berasal dari Inggris, dimana Ia adalah
seorang Guru privat yang ditunjuk untuk mengajarkan bahasa Inggris dan beberapa kemampuan
pada anak anak Raja dari Siam, Raja Mongkut. Raja Mongkut diperankan oleh Chow Yun Fat,
seorang raja yang bertindak semaunya yang suka mengingkari janji pada Anna dan Tuptim. Raja
Mongkut dianggap sebagai raja yang mempunyai kekuasaan yang luar biasa, dan tidak bisa di
tentang. Raja Mongkut juga seorang Raja yang tegas, cerdas dan berani. Ia mengedepankan
kecerdasan pada anak anaknya. Maka dari itu ia meminta Anna untuk mengajar 68 anaknya.

Pada awalnya, kisah mereka berlangsung dengan indah, Anna membantu kerajaan siam untuk
mengajar anak anak Raja, namun, konflik mulai terjadi saat Tuptim dan kekasihnya atas
pengkhianatan Tuptim ke Raja Mongkut. Serta peperangan yang melawan pasukan Inggris yang
dimenangkan Raja Mongkut memukul mundur pihak pemberontak. Dari sanalah Anna memiliki
perasaan Jatuh cinta pada sang Raja hingga ia selalu berada di sisi raja.

Rumusan Masalah

Bagaimana Face Negotiation dalam Komunikasi Antar Budaya dalam Film: Analisis Isi Film
“Anna and The King” ?

Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui bentuk Face Negotiation dalam Komunikasi Antar Budaya dalam Film:
Analisis Isi Film “Anna and The King” .
Kerangka Teori

1. Film

Menurut Ayoana (2010), film merupakan gambar-hidup, juga sering disebut movie. Film, secara
kolektif, sering disebut sinema. Film banyak yang telah beredar hingga saat ini, dengan berbagai jenis,
isi, makna dan lain-lain. Menurut Rayya Makarim (2009) yang menjelaskan juga bahwa film
adalah salah satu sarana bagi komunikasi massa, selain jaringan radio, televisi dan
telekomunikasi. Film membawa pesan-pesan komunikasi untuk diperlihatkan pada penonton,
sesuai yang ingin dibuat dan di realisasikan oleh sutradara entah dalam drama, horor, komedi,
dan action.

2. Komunikasi Antar Budaya

Menurut Lusting dan Koester, Komunikasi antar budaya adalah sebuah proses komunikasi
simbolik interpretatif, transaksional, kontekstual, yang mana dilakukan oleh sejumlah orang
karena memiliki perbedaan derajar, kepentingan, dan mereka memberikan interpretasi dan
harapan secara berbeda terhadap apa yang disampaikan melalui bentuk perilaku sebagai makna
yang dipertukarkan. Sedangkan menurut Chaley H. Dood, yang menjelaskan bahwa komunikasi
antar budaya meliputi komunikasi yang didalamnya terlibat peserta yang mewakili pribadi,
antarpribadi, kelompok dengan latar belakang kebudayaan yang mempengaruhi perilaku
komunikasi para peserta.

3. Face Negotiation (Negosiasi Muka)

Teori negosiasi muka atau Face Negotiation dikembangkan oleh Stella Ting- Toomey, Menurut
Stella Ting- Toomey Face Negotiation merupakan perbedaan-perbedaan dari berbagai budaya
dalam merespon berbagai konflik yang dihadapi. Ia berpendapat bahwa orang-orang dalam setiap
budaya akan selalu mencitrakan dirinya didepan publik, hal tersebut merupakan cara baginya
agar orang lain melihat dan memperlakukannya.

Teori ini merujuk pada pesan verbal dan non verbal yang mampu membantu menyimpan rasa
malu, dan menegakkan muka terhormat. Dalam hal ini, identitas selalu dipertanyakan,
kecemasan dan ketidakpastian yang disebabkan konflik membuat kita tak berdaya dan harus
menerima.
Model pengelolaan konflik antar budaya yang ada didalam Teori Face Negotiation adalah
Avoiding (penghindaran), yaitu berkaitan dengan sebuah upaya untuk menghindari berbagai
macam konflik yang dimungkinkan terjadi nantinya. Obliging (keharusan), yaitu berkaitan
dengan keharusan untuk menyerahkan keputusan pada kesepakatan bersama. Comproming,
berkaitan dengan saling memberi dan menerima segala sesuatu agar sebuah kompromi dapat
tercapai. Dominating, berkaitan dengan dominasi salah satu pihak dalam penanganan suatu
masalah. Integrating, berkaitan dengan penanganan secara bersama-sama pada suatu masalah.

Secara sederhana, face negotiation dapat diartikan sebagai sebuah cara untuk memperkirakan
bagaimana orang lain melakukan kerja muka ketika dihadapkan dalam berbagai budaya yang
berbeda.

Metode Penelitian

Metode analisis isi merupakan teknik penelitian untuk membuat replikan dan terjemahan valid
dari teks kepada konteks yang perlu diteliti dalam hal ini film Anna and The King. Metode
analisis isi menyediakan pandangan baru, dan meningkatkan pemahaman peneliti untuk
fenomena tertentu atau menginformasikan sebuah aktivitas praktikal.

Hasil dan Pembahasan

Dalam Film Anna and The King menceritakan kisah Anna Leonowens sebagai seorang Ibu
tunggal yang memiliki seorang anak yang berasal dari Inggris, dimana Ia adalah seorang Guru
privat yang ditunjuk untuk mengajarkan bahasa Inggris dan beberapa kemampuan pada anak
anak Raja dari Siam, Raja Mongkut. Ia bertandang ke Siam bersama dengan anaknya Louis
Leonowens masuk kedalam Istana untuk memulai pengajaran pada enam puluh delapan anak
dari Raja Mongkut.
( Gambar 1 Adegan Anna dan Louis ingin bertemu Raja Mongkut untuk pertama kalinya)

Dalam scene ini, dimana Anna dan Louis ingin bertemu sang raja untuk meminta janjinya untuk
memberikan mereka rumah diluar Istana. Anna merasa tidak nyaman dan kesulitan ketika harus
tinggal di Istana dengan segala macam protokoler dan adat yang sangat berbeda dari negara
asalnya. Saat ia mendatangi sang Raja yang saat itu sedang menerima tamu terkait dengan
konflik di dalam Istananya, Anna diminta untuk menunggu saat ingin menemui Raja di hari lain.
Dalam model penangan konflik dalam antar budaya, disini Anna melakukan Comproming,
dimana berkaitan dengan saling memberi dan menerima segala sesuatu agar sebuah kompromi
dapat tercapai.

Dimana anna berani menghampiri Raja dan tidak takut akan seruan tersebut yang mengharuskan
ia berkomunikasi dengan sang Raja. Mereka berdua berkomunikasi dalam bahasa Inggris dimana
menjadi bahasa yang dimengerti keduanya. Dimana Anna yang memiliki kebudayaan dengan
mengatakan sesuatu dengan lantang bertemu dengan kebudayaan sang raja siam yang memiliki
tradisi kental pula. Dalam hal ini Anna berhasil melakukan Comproming dimana keduanya
saling memberi dan menerima budaya masing masing.
( Gambar 2 Adegan Anna dan Raja Mongkut beradu argumen dalam komunikasinya karena
perbedaan budaya)

Dalam scene ini, Anna dan Raja Mongkut terlibat dalam komunikasi, dimana awalnya sang Raja
berbicara menggunakan bahasa Thailand pada bawahannya, dan menggantinya ke bahasa inggris
saat berbicara pada Anna. Dalam hal ini terlihat model penanganan konflik komunikasi antar
budaya dalam teori face negotiation yaitu Avoiding (penghindaran), dimana berkaitan dengan
sebuah upaya untuk menghindari berbagai macam konflik yang dimungkinkan terjadi nantinya.

Raja mongkut mengubah bahasanya dalam bahasa Inggris untuk memudahkan ia berkomunikasi
pada Anna dan menghindari konflik yang akan terjadi misalnya perbedaan bahasa dan makna.

Dalam scene ini juga terlihat model Obliging (keharusan), yaitu berkaitan dengan keharusan
untuk menyerahkan keputusan pada kesepakatan bersama. Dimana saat berkomunikasi meskipun
memiliki perbedaan budaya antara keduanya. Raja Mongkut menerima Anna sebagai guru privat
bagi anak anaknya dan terus membuka komunikasi pada Anna.
( Gambar 3 Adegan dimana Anna mengejar Raja Mongkut saat komunikasi mereka terputus
tanpa sebab)

Pada Scene ini di menit ke empat belas, Anna terlihat mengejar Raja untuk memperjelas
komunikasi mereka. Terlihat bahwa komunikasinya terputus sebelah pihak, dalam teori Face
negotiation, penangana konflik komunikasi antar budaya yang cocok adalah Dominating, dimana
berkaitan dengan dominasi salah satu pihak dalam penanganan suatu masalah. Dimana anna
mendominasi untuk menanyakan prihal kelanjutan dirinya untuk mengajar di Istana serta rumah
yang dijanjikan oleh Raja Siam tersebut.

Dalam scene tersebut juga terdapat Integrating, berkaitan dengan penanganan secara bersama-
sama terhadap suatu masalah. Terlihat pada potongan film tersebut, pada akhirnya komunikasi
antarbudaya yang terjalin antara Anna dan Raja mendapatkan penanganan secara bersama sama
terhadap suatu masalahnya. Dimulai dari perbedaan tradisi, budaya , lingkungan hingga bahasa.
Kesimpulan

Komunikasi antar budaya adalah sebuah proses komunikasi simbolik interpretatif, transaksional,
kontekstual, yang mana dilakukan oleh sejumlah orang karena memiliki perbedaan derajar,
kepentingan, dan mereka memberikan interpretasi dan harapan secara berbeda terhadap apa yang
disampaikan melalui bentuk perilaku sebagai makna yang dipertukarkan. Komunikasi antar
budaya penting dipelajari, mengingat banyak budaya, suku angsa dan ras yang berbeda. Latar
belakang daerah, pendidikan dan sebagainya juga mencakup komunikasi antar budaya. Penting
bagi kita untuk mengetahui komunikasi antar budaya dan hal hal seputarnya.

Model pengelolaan konflik antar budaya yang ada didalam Teori Face Negotiation adalah
Avoiding (penghindaran), yaitu berkaitan dengan sebuah upaya untuk menghindari berbagai
macam konflik yang dimungkinkan terjadi nantinya. Obliging (keharusan), yaitu berkaitan
dengan keharusan untuk menyerahkan keputusan pada kesepakatan bersama. Comproming,
berkaitan dengan saling memberi dan menerima segala sesuatu agar sebuah kompromi dapat
tercapai. Dominating, berkaitan dengan dominasi salah satu pihak dalam penanganan suatu
masalah. Integrating, berkaitan dengan penanganan secara bersama-sama pada suatu masalah.
DAFTAR PUSTAKA

Ayoana. 2010. Definisi Film. (http://ayoana.tumblr.com/post/post/390644418/defisifilm).


Diakses pada 1 Desember 2021.
Charley, H. Dood, Dynamics of Intercultural Communcaition, USA: Wm. C. Brown, 1991.
Lustig, M.W., & Koester, J. (1999). Intercultural competence: Interpersonal communication
across cultures. New York: Addison Wesley Longman, Inc.

Makarim, Rayya. 2003. Membuat Film Indie Itu Gampang. Jakarta: Katarsis.
Nuraflah, Cut 2017. Hambatan Komunikasi Antar Budaya, Medan

Sari, Maduma Yanti. 2017. Komunikasi Antarbudaya Studi Negosiasi Wajah dalam Interaksi
Etnik Batak dan Etnik Minang di Duri Kelurahab Gajah Sakti Kecamatan Mandau Kabupaten
Bengkalis. Universitas Riau.

Anda mungkin juga menyukai