Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN KEGIATAN

KEKERINGAN AKIBAT ABSENNYA HUJAN DI INDONESIA

OLEH A. AVIAN HARI KHOLIQUNA (8H)

DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

KABUPATEN PROBOLINGGO

SMPN NEGERI 1 KRAKSAAN


Jl Imam Bonjol 13A Sidomukti Kraksaan Probolinggo
Kata Pengantar
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan
karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan laporan yang terhimpun di hadapan pembaca.
Laporan ini tidak akan lengkap tanpa bimbingan, dukungan, dan motivasi dari berbagai pihak
yang tak terhitung jumlahnya.

Khususnya, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Guru
Pembimbing, MOH MUKHLIS, M.Kom, yang telah memberikan arahan dan pedoman yang
berharga sepanjang proses penulisan laporan ini. Bimbingan yang diberikan tidak hanya
membantu dalam memperoleh pengetahuan baru, tetapi juga membuka wawasan dan
memperkaya pemahaman akan topik yang dibahas.

Dengan segala kerendahan hati, penulis berharap bahwa laporan ini dapat memberikan
kontribusi positif dan bermanfaat bagi pengembangan pengetahuan di bidangnya. Semoga
laporan ini dapat menjadi pijakan bagi penelitian lebih lanjut serta memberikan inspirasi dan
pandangan baru bagi pembaca yang membutuhkan.

Akhir kata, penulis mohon maaf apabila terdapat kekurangan dalam laporan ini, dan
harapannya semoga laporan ini dapat diterima dengan baik oleh semua pihak yang
berkepentingan.

Kraksaan, 12 Oktober 2023


Penulis

A.AVIAN HARI KHOLIQUNA


BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Salah satu penyebab utama kekeringan di Indonesia adalah perubahan iklim, yang
mengakibatkan penurunan curah hujan. Presipitasi yang rendah merupakan hasil dari
produksi uap air yang berkurang dan pembentukan awan yang menurun, menyebabkan
musim kemarau yang lebih panjang dan kondisi kekeringan yang meningkat. Selain itu,
kerusakan hidrologis, seperti sedimentasi di cekungan sungai dan saluran irigasi, lebih
memperburuk masalah kelangkaan air selama musim kemarau.

1.2. Tujuan
Laporan ini bertujuan untuk memberikan gambaran tentang karakteristik, dampak, dan
solusi potensial terhadap musim kemarau yang panjang dan kekeringan di Indonesia.
Dengan memahami penyebab dan efek dari fenomena iklim ini, kita dapat mengembangkan
strategi untuk mengurangi dampak negatifnya dan meningkatkan ketahanan negara
terhadap kejadian kekeringan di masa depan.

1.3. Ruang Lingkup


Laporan ini akan berfokus pada situasi saat ini dan proyeksi musim kemarau yang
panjang dan kekeringan di Indonesia, dengan penekanan pada musim kemarau tahun
2023. Laporan ini akan mencakup wilayah geografis yang paling terpengaruh oleh
fenomena iklim ini, termasuk Sumatra, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Kalimantan,
Sulawesi, dan pulau-pulau sekitarnya. Laporan ini juga akan membahas solusi dan
tindakan potensial yang dapat diambil oleh pemerintah, masyarakat lokal, dan pemangku
kepentingan terkait untuk mengatasi tantangan yang ditimbulkan oleh peristiwa cuaca
ekstrem ini.

1.4. Manfaat
Dengan meningkatkan pengelolaan sumber daya air, mempromosikan praktik pertanian
yang berkelanjutan, dan meningkatkan ketahanan masyarakat, negara dapat lebih baik
mengatasi tantangan yang ditimbulkan oleh musim kemarau yang panjang dan
kekeringan, sehingga menjamin kesejahteraan dan kemakmuran rakyatnya.
BAB II

ISI LAPORAN

2.1. Peristiwa El-Nino

Persiapan Indonesia menghadapi dampak fenomena El Nino yang mengakibatkan musim


kemarau yang lebih panjang dari biasanya. El Nino memengaruhi kondisi menjadi lebih
kering, menurunkan curah hujan, mengurangi tutupan awan, dan meningkatkan suhu.
Indeks El Nino-Southern Oscillation (ENSO) menunjukkan peningkatan intensitas El
Nino, yang diperkirakan mencapai puncak pada Agustus-September 2023.

Menurut BMKG, sekitar 63% wilayah Indonesia telah memasuki musim kemarau, dengan
prediksi bahwa kemarau tahun ini akan lebih kering dari biasanya dan lebih parah
dibandingkan tiga tahun sebelumnya. Daerah yang diperkirakan terdampak parah meliputi
sebagian besar wilayah Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara
Barat, Kalimantan, dan Sulawesi.

Dampaknya sangat dirasakan di sektor pertanian, terutama bagi tanaman pangan yang
membutuhkan air. BMKG dan badan terkait mendorong pemerintah daerah untuk
mengambil langkah-langkah mitigasi, seperti gerakan panen hujan, penghematan air, dan
penyediaan cadangan air.

BAPANAS telah mengantisipasi kondisi kemarau panjang dengan memastikan


ketersediaan stok pangan, terutama beras, dan akan memberikan bantuan kepada
masyarakat yang terdampak El Nino. BNPB juga telah mempersiapkan langkah mitigasi
dalam hal kekeringan dan mewaspadai potensi kebakaran hutan dan lahan. Kerjasama
antar stakeholder dianggap penting untuk mengurangi dampak dari fenomena El Nino
tahun ini.
2.1. Prediksi BMKG Mengenai Musim Hujan

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi berakhirnya


musim kemarau di sebagian besar wilayah Indonesia pada akhir Oktober 2023, dan awal
musim hujan akan dimulai secara bertahap pada awal November 2023. Meskipun
demikian, awal musim hujan tidak akan terjadi secara serentak di seluruh wilayah
Indonesia karena tingginya keragaman iklim di negara ini.

Dalam pernyataan resminya, Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, menjelaskan bahwa


intensitas El Nino diperkirakan akan tetap tinggi hingga tahun depan, dengan puncaknya
pada bulan September. Meskipun demikian, proses peralihan Monsun Australia menjadi
Monsun Asia telah dimulai, dan ini menandakan bahwa musim hujan kemungkinan akan
segera tiba di beberapa wilayah Indonesia pada bulan November.

Dwikorita juga menekankan pentingnya waspada terhadap risiko kebakaran selama bulan
Oktober yang masih relatif kering. Ia memperingatkan masyarakat untuk menghindari
segala aktivitas yang dapat memicu kebakaran, karena kondisi kemarau kering membuat
upaya pemadaman sulit dilakukan.

Dengan demikian, meskipun BMKG memprediksi berakhirnya musim kemarau dan


kedatangan musim hujan, masyarakat diimbau untuk tetap waspada terhadap potensi
kebakaran yang dapat terjadi selama periode transisi tersebut. Hal ini penting guna
menghindari kerugian yang disebabkan oleh bencana kebakaran.
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Musim kemarau diperkirakan akan berakhir di sebagian besar wilayah Indonesia pada
akhir Oktober 2023, dengan awal musim hujan dijadwalkan secara bertahap mulai
November 2023. Meskipun intensitas El Nino diprediksi akan tetap tinggi hingga tahun
depan, proses peralihan Monsun Australia menjadi Monsun Asia menandakan bahwa
musim hujan kemungkinan akan segera tiba di beberapa wilayah Indonesia pada bulan
November.

3.2. Saran
Masyarakat diimbau untuk tetap waspada terhadap risiko kebakaran selama periode
kemarau yang masih berlangsung, karena kemungkinan terjadinya kebakaran masih cukup
tinggi. Semua aktivitas yang berpotensi memicu kebakaran harus dihindari.

3.3. Kesan
Perhatian terhadap kondisi iklim dan perubahan cuaca menjadi sangat penting dalam
menghadapi risiko musim kemarau yang panjang dan potensi bencana kebakaran yang
terkait dengannya. Penting bagi masyarakat untuk memahami situasi dan mengambil
langkah pencegahan yang tepat untuk mengurangi risiko dampak negatif.

3.4. Pesan
Dengan adanya peringatan resmi dari BMKG, penting bagi masyarakat untuk mengikuti
arahan dan saran yang diberikan guna mengurangi risiko terjadinya kebakaran dan dampak
negatif lainnya. Kesadaran dan tindakan pencegahan yang tepat akan membantu
melindungi lingkungan dan komunitas dari bencana yang dapat dihindari.
DAFTAR PUSTAKA

El – Nino (12-10-2023 17.58)

63% Wilayah Sudah Masuk Musim Kemarau, Indonesia Bersiap Hadapi El Nino | BMKG

Prediksi (12-10-2023 18.21)

Kabar Gembira! Kemarau Kering Diprediksi Berakhir di Akhir Oktober Ini | BMKG

Anda mungkin juga menyukai