ABSTRAK
PT. Indobara Bahana adalah sebuah perusahaan yang bergerak di bidang
Distribution, Trading, dan Contracting, dengan produk yang dihasilkan adalah
pompa air. Perusahaan mempunyai armada internal untuk mendistribusika
barangnya ke konsumen yang terdiri dari Dealer dan End User di seluruh
Jabodetabek.
Permasalahan yang terjadi adalah pendistribusian barang seringkali tidak tepat
waktu dan menyebabkan penumpukan distribusi sehingga harus dilanjutkan
keesokan harinya. Hal ini menyebabkan beberapa komplain hingga pembatalan
permintaan. Saat ini perusahaan menyewasa jasa ekspedisi di keesokan harinya
yang membuat biaya distribusi menjadi tinggi.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, perlu dilakukan perencanaan rute
distribusi yang efisien dengan menggunakan metode Saving Matrix dan Travelling
Salesman Problem agar bisa meminimalkan biaya distribusi dari perusahaan.
Dengan penerapan dan perbandingan dari kedua metode ini dihasilkan metode
Travelling Salesman Problem memiliki biaya distribusi lebih kecil yaitu Rp
43,746,097,- dibandingkan dengan Saving Matrix sebesar Rp 43,940,377,-. dan
kebutuhan permintaan dari Dealer /End User dapat terpenuhi tanpa menggunakan
jasa ekspedisi. Biaya ini bahkan lebih kecil dibandingkan dengan biaya distribusi
perusahaan dengan rute distribusi saat ini yaitu sebesar Rp 53,334,084,- sehingga
perusahaan bisa menghemat biaya sebesar Rp 9,587,987,-
1
ABSTRACT
PT. Indobara Bahana is a company engaged in Distribution, Trading, and
Contracting with water pump as its product. The company has internal fleets to
distribute its goods to customers consisting of dealers and end-users throughout
Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, and Bekasi areas.
The problem that occurs is the distribution of goods is often later than the time it
should take and causes congestion of distribution so that it must be continued on
the next day. This led to several complaints to cancellations of the request.
According to the congestion, the company has to hire another expedition service to
deliver goods on the next day which makes the distribution costs high.
To overcome these problems, it is necessary to plan an efficient distribution route
using the ‘Saving Matrix’ and ‘Traveling Salesman Problem’ methods in order to
minimize distribution costs from the company. With the application and comparison
of these two methods, the ‘Traveling Salesman Problem’ method has a smaller
distribution cost of Rp43,746,097,- compared to the ‘Saving Matrix’ of
Rp43,940,377,-. Also, demands from the dealers / end-users can be fulfilled without
using another expedition service on the next day.
2
1. PENDAHULUAN tahun 2018 perusahaan dalam proses
pendistribusiannya untuk masing-masing
Latar Belakang Masalah truk internal diberikan jadwal 4 dealer / end
user dengan jarak terdekat tanpa melihat
Distribusi merupakan proses penyaluran dahulu kapasitas angkut yang bisa
produk dari produsen sampai ke konsumen. dimaksimalkan dan jarak antara dealer / end
Sistem distribusi dalam suatu perusahaan user yang lain, sehingga dalam proses
memiliki peranan penting untuk pendistribusiannya sering tidak tepat waktu
menyalurkan barang atau jasa yang yang menyebabkan complain hingga
dihasilkan kepada konsumen. Kemudahan pembatalan PO (Purchase Order) dari
konsumen dalam mendapatkan produk beberapa dealer / end user. Saat ini untuk
yang diinginkan menjadi prioritas utama mengatasi hal tersebut perusahaan
dari setiap perusahaan untuk memberikan menyewa jasa ekspedisi yang membuat
kepuasan kepada konsumen terutama biaya distribusi menjadi tinggi, sehingga
dalam hal penerimaan barang di tempat perusahaan harus mengeluarkan tambahan
konsumen tepat waktu. biaya untuk jasa ekspedisi. Di tahun 2022
yang akan datang PT. Indobara Bahana
Perencanaan rute distribusi menjadi hal juga berencana memindahkan gudang ke
yang penting agar produk yang daerah Sentul – Bogor, yang jaraknya lebih
didistribusikan bisa sampai di tujuan tepat jauh dari gudang di Pancoran, dan
waktu tanpa harus menambah biaya dalam rencananya menggunakan jasa ekspedisi
pendistribusiannya. Biaya tersebut untuk mendistribusikan pompa ke semua
dipengaruhi oleh beberapa faktor salah konsumennya. Oleh karena itu penelitian
satunya adalah jarak yang akan ditempuh ini akan membahas mengenai penerapan
dalam rute distribusi. Permasalahan dalam metode dalam perencanaan distribusi
menentukan rute, termasuk dalam vehicle pompa dari gudang, sehingga nantinya bisa
routing problem (“VRP”) yaitu dihasilkan rute distribusi yang lebih baik
permasalahan optimasi penentuan rute dari sebelumnya dan tidak ada complain
dengan keterbatasan kapasitas kendaraan. atau pembatalan pesanan dari konsumen,
Pada permasalahan ini, ada sebuah depot juga bisa meminimalkan biaya distribusi
awal dengan sejumlah tujuan untuk dan meningkatkan pendapatan perusahaan.
dikunjungi dan demand yang berbeda-beda, Metode yang akan digunakan pada
dengan bertujuan untuk meminimumkan penelitian ini adalah metode Saving Matrix
total jarak yang ditempuh kendaraan dan Travelling Salesman Problem.
dengan mengatur urut-urutan tempat yang
harus dikunjungi beserta kapan kembalinya Tujuan Penelitian
kendaraan untuk mengisi kapasitasnya lagi.
Tujuan dari penelitian ini adalah :
PT. Indobara Bahana adalah sebuah
perusahaan yang bergerak di bidang 1. Menentukan rute distribusi yang efisien
Distribution, Trading, Contracting. Produk dari perbandingan penerapan metode
yang didistribusikan adalah pompa air yang saving matrix dengan metode
di-supply dari Pabrik Ebara Indonesia. Travelling Salesman Problem.
Konsumen dari perusahaan terbagi atas 2. Mengetahui besar biaya distribusi
beberapa kategori yaitu dealer perusahaan, antara penerapan metode Saving Matrix
sub contractor dan end user (customer dengan metode Travelling Salesman
langsung). Saat ini perusahaan Problem sehingga bisa ditentukan
menggunakan truk internal untuk metode yang paling optimal.
mendistribusikan produknya ke dealer 3. Mengetahui besar penghematan biaya
perusahaan dan semua konsumen (end dari perbandingan biaya distribusi
user) yang berada di JABODETABEK. Di
3
menggunakan metode perusahaan saat - Kegiatan melakukan produksi
ini dengan metode yang paling optimal. (Production)
- Kegiatan melakukan pengiriman
(Distribution)
2. LANDASAN TEORI - Kegiatan pengelolaan pengembalian
produk (Return).
Supply Chain Management
Istilah SCM pertama kali dikemukakan Peramalan
oleh Oliver & Webber pada tahun 1982
Peramalan merupakan suatu perkiraan
bahwa SCM adalah jaringan fisik dari
tingkat permintaan yang diharapkan untuk
beberapa perusahaan yang terlibat dalam
suatu produk dalam periode waktu tertentu
memasok bahan baku, memproduksi
di masa yang akan datang. Hal ini dapat
barang, maupun mendistribusikan barang
dilakukan dengan melibatkan pengambilan
ke konsumen akhir. Sedangkan menurut
data historis dan memproyeksikannya ke
Pires, (2001) Supply Chain Management
masa mendatang dengan suatu bentu model
(Manajemen Rantai Pasokan) sebagai
matematis. Peramalan biasanya
sebuah jaringan supplier, manufaktur,
dikateogirkan berdasarkan horizon waktu
perakitan, distribusi, dan fasilitas logistik
masa depan yang dilingkupinya, Tiga
yang membentuk fungsi pembelian dari
kategori peramalan adalah :
material, transformasi material menjadi
barang setengah jadi maupun produk jadi, 1. Peramalan Jangka Pendek
dan proses distribusi dari produk-produk 2. Peramalan Jangka Menengah
tersebut ke konsumen. 3. Peramalan Jangka Panjang
Ada tiga macam aliran yang harus dikelola
pada Supply Chain terdiri dari :
Klasifikasi Peramalan
1. Aliran barang / material yang
mengalir dari hulu ke hilir. Terdapat dua metode pendekatan untuk
2. Aliran uang / financial yang peramalan, diantaranya adalah
mengalir dari hulu ke hilir.
3. Aliran informasi yang mengalir dari 1. Metode Subyektif / Metode Kualitatif
hulu ke hilir atau sebaliknya.
Suatu metode peramalan yang
sangat dipengaruhi oleh orang yang
Ruang Lingkup SCM membuat peramalan tersebut.
Diantaranya adalah :
Secara umum ruang lingkup kegiatan
dalam SCM adalah kegiatan yang terkait a. Individual Opinion
dengan aliran material, informasi dan uang, b. Expert Opinion
jika mengacu pada perusahaan manufaktur c. Metode Delphi
maka kegiatan-kegiatan utama yang masuk d. Survei Pasar
dalam SCM adalah :
2. Metode Kuantitafif
- Kegiatan merancang produk baru
(Product Development) Dalam metode kuantitaf terbagi
- Kegiatan mendapatkan bahan baku menjadi dua kategori yaitu :
(Procurement, Purchasing)
- Kegiatan merencanakan produksi dan 1. Metode Time Series (Deret Waktu)
persediaan (Planning & Control). 2. Metode Casual (Sebab Akibat)
Prosedur Peramalan
4
1. Tentukan pola permintaan dengan cara j (1,2) = √(X1 – X2)² + (Y1 – Y2)²
memplotkan data secara grafis dan
menyimpulkan pola data tersebut.
2. Mengidenfitikasi matrix penghematan
2. Mencoba beberapa metode yang sesuai
dengan pola permintaan tersebut untuk Setelah mengetahui jarak keseluruhan
melakukan peramalan. antar lokasi konsumen, dalam hal ini
kita asumsikan bahwa setiap konsumen
3. Mengevaluasi tingkat kesalahan akan dikunjungi oleh satu truk, artinya
masing-masing metode yang telah akan ada beberapa rute yang berbeda
dicoba. Tingkat kesalahan diukur yang dilewati untuk tujuan masing-
dengan kriteria MAD, MSE, MAPE. masing.
4. Memilih metode peramalan terbaik Untuk memperoleh matrix
diantara metode yang dicoba, metode penghematan dapat digunakan rumus
yang terbaik adalah metode yang sebagai berikut :
memiliki tingkat kesalahan terkecil.
S (1,2) = (j (DC, 1) + j (DC, 2)) – j (1,2)
5. Melakukan peramalan permintaan
dengan metode terbaik yang telah 3. Mengalokasikan konsumen ke
terpilih. kendaraan atau rute
6. Melakukan verifikasi peramalan untuk
Setelah matrix penghematan sudah
memastikan apakah metode peramalan
diketahui, maka langkah selanjutnya
yang terpilih telah valid untuk
adalah pengalokasian lokasi ke dalam
digunakan.
rute dan kendaraan
Saving Matrix
4. Mengurutkan konsumen (tujuan) dalam
Saving matrix merupakan metode yang rute yang sudah terdefinisi
digunakan untuk menentukan jarak, rute,
waktu dan ongkos dalam pelaksanaan Ada beberapa metode dalam
pengiriman barang perusahaan kepada mengurutkan konsumen (tujuan),
konsumen. Saving matrix adalah salah satu diantaranya adalah :
metode heuristik yang sering digunakan a. Metode Nearest Insert
dalam permasalahan VRP (Vehicle Routing b. Metode Nearest Neighbour
Problem) dengan bertujuan agar c. Metode Sweep
pengiriman barang bisa lebih efektif dan
efisien sehingga perusahaan dapat Travelling Salesman Problem
menghemat biaya distribusi, tenaga dan Metode travelling salesman problem
waktu pengiriman (Istantiningrum, 2010). adalah sebuah metode yang digunakan
Langkah-langkah yang harus dilakukan untuk meminimasi biaya distribusi dengan
sebagai berikut : cara mencari jarak dan rute terdekat, waktu
tercepat dan biaya yang minimal et. Al,
1. Mengidentifikasi matrix jarak
Utomo, 2011. Permasalahan Travelling
Pada penentuan matrix jarak ini, data salesman problem dikemukakan pada tahun
jarak antara perusahaan dengan lokasi 1800 oleh matematikawan Irlandia William
konsumen satu dan yang lainnya sangat Rowan Hamilton dan matematikawan
diperlukan untuk mengetahui koordinat Inggris Thomas Penyngton, sedangkan
dari masing-masing lokasi, maka jarak bentuk umum dari TSP pertama dipelajari
antar lokasi bisa dihitung dengan rumus oleh para matematikawan mulai tahun
: 1930. Diawali oleh Karl Manger di Viena
5
dan Harvard. Setelah itu permasalahan TSP
dipublikasikan oleh Hassler Whitney dan
Merril Flood di Princeton. Selanjutnya TSP Pengolahan Data
menjadi popular untuk dipakai sebagai
Peramalan
model produksi, transportasi dan
komunikasi (Lestari, 2010). Dari data permintaan yang sudah
didapatkan dilakukan plotting data ke 10
Travelling salesman problem dikenal
Dealer / End User untuk menentukan
sebagai suatu permasalah optimasi yang
metode yang akan digunakan dari pola data
bersifat klasik, dimana tidak ada
yang tergambar. Dan didapatkan hasil
penyelesaian paling optimal selain
peramalan yang akan dijadikan pengolahan
mencoba seluruh kemungkinan
data untuk penerapan Metode Saving
penyelesaian yang ada.
Matrix dan Metode Travelling Salesman
Metode Branch and Bound Problem terlihat pada tabel berikut ini :
6
Setelah mendapatkan identifikasi jarak dari demand yang diangkut adalah 26 + 15 =
gudang (DC) dan Dealer / End User (DE), 41 unit, penghematan kedua yaitu 26.1
maka dihitung penghematan jaraknya km, rute DE2 – DE4, karena demand
dengan menggabungkan dua atau lebih rute dari DE2 sudah teralokasi, maka
menjadi satu, dengan rumus : demand tambahannya adalah 10 unit,
total demand sudah hampir maksimal
S (1,2) = (j (DC, 1) + j (DC, 2)) – j (1,2) dan hanya tersisa 2 DE yang belum
dialokasikan, maka dipilih rute yang
Dimana :
demandnya tidak lebih dari 4 unit yaitu
S : Hasil penghematan jarak DE7.
(Saving)
- Kendaraan 3
J (DC,1) : Jarak (km) dari gudang ke Rute yang tersisia hanya di DE1, maka
konsumen 1 kendaraan 1 hanya mendistribusikan ke
DE1.
J (DC,2) : Jarak (km) dari gudang ke
konsumen 2 Alokasi DE dalam Urutan Rute
J (1,2) : Jarak (km) dari konsumen a. Metode Nearest Insert
1 ke konsumen 2 Metode ini menggunakan prinsip
memilih Dealer / End User yang kalau
Tabel 3.3 Hasil Penghematan Jarak (Km) dimasukan ke dalam rute yang sudah
DE1 DE2 DE3 DE4 DE5 DE6 DE7 DE8 DE9 DE10 ada menghasilkan jarak yang minimum,
DE1 0 dengan menggunakan tabel 3.2.
DE2 27.6 0 Langkah yang dilakukan adalah sebagai
DE3 30.7 33.1 0
DE4 6.3 26.1 31.4 0 berikut :
DE5 28.8 39.2 30.5 21.7 0 1. Kendaraan 1
DE6 18 10.7 20.3 38.1 11.4 0 Iterasi 1 :
DE7 46.1 6.9 5.1 -8.4 17.8 0.4 0
DE8 -3.3 2.2 13.2 16.6 4.3 67.5 -2.3 0 DC-DE5-DC = 41.2 Km
DE9 29 39.7 27.3 28.2 41.2 12.7 16.8 10.7 0 DC-DE6-DC = 82.4 Km
DE10 -5.3 1.2 10.8 28.6 -0.1 63.1 -7 103.2 7.6 0
DC-DE8-DC = 122.4 Km
Alokasi Permintaan Ke Kendaraan dan DC-DE9-DC = 41.4 Km
Rute DC-DE10-DC = 147 Km
Dari iterasi 1, hasil jarak yang
- Kendaraan 1 paling pendek adalah 41.2 Km,
Langkah pertama yaitu menentukan maka rute pertama dari kendaraan 1
penghematan terbesar dari Tabel 3.3 adalah DE5, selanjutnya dilakukan
yaitu 103.2 km, rute DE8 – DE10 perhitungan yang sama seperti
dengan demand yang diangkut adalah 2 iterasi 1 sampai didapatkan rute
+ 3 = 5 unit, penghematan kedua yaitu yang total jarak tempuhnya
67.5 km, rute DE6 – DE8, karena minimal. Maka rute dari kendaraan
demand dari DE8 sudah teralokasi, 1 dari hasil iterasi adalah DC-DE5-
maka demand tambahannya adalah 4 DE9-DE8-DE10-DC, dengan total
unit, penghematan ketiga yaitu 41.2 km, jarak tempuh 209.8 Km.
rute DE5 – DE9, tambahan demandnya 2. Kendaraan 2
adalah 9 unit. Iterasi 1 :
DC-DE2-DC = 39.2 Km
- Kendaraan 2 DC-DE3-DC = 37.2 Km
Langkah pertama yaitu menentukan DC-DE4-DC = 50.8 Km
penghematan terbesar dari Tabel 3.3 DC-DE7-DC = 101 Km
yaitu 33.1 km, rute DE2 – DE3 dengan
7
Dari iterasi 1, hasil jarak yang maka rute pertama dari kendaraan 1
paling pendek adalah 37.2 Km, adalah DE3, selanjutnya dilakukan
maka rute pertama dari kendaraan 1 perhitungan yang sama seperti
adalah DE3, selanjutnya dilakukan iterasi 1 sampai didapatkan rute
perhitungan yang sama seperti yang total jarak tempuhnya
iterasi 1 sampai didapatkan rute minimal. Maka rute dari kendaraan
yang total jarak tempuhnya 1 dari hasil iterasi adalah DC-DE3-
minimal. Maka rute dari kendaraan DE2-DE4-DE7-DC, dengan total
1 dari hasil iterasi adalah DC-DE3- jarak tempuh 171.1 km.
DE2-DE4-DE7-DC, dengan total 3. Kendaraan 3
jerak tempuh 171.1 km. Kendaraan 3 hanya melakukan
3. Kendaraan 3 distribusi ke DE1 dengan rute DC –
Kendaraan 3 hanya melakukan DE1 – DC, total jarak tempuh yaitu
distribusi ke DE1 dengan rute DC – 68.4 km.
DE1 – DC, total jarak tempuh yaitu
68.4 km. c. Metode Sweep
Metode ini adalah pengelompokan yang
b. Metode Nearest Neigbour dilakukan dengan konsep garis
Metode ini prinsipnya menambahkan menyapu dari titik (DE) yang ada
Dealer / End User yang jaraknya paling disekitar gudang (DC) dari sudut
dekat dengan Dealer / End User yang terkecil sampai sudut terbesar dengan
dikunjungi terakhir. Dengan searah jarum jam sampai semua Dealer
menggunakan tabel 3.2, langkah yang / End User masuk dalam rute
dilakukan adalah sebagai berikut : perjalanan.
1. Kendaraan 1 1. Kendaraan 1
Iterasi 1 :
DC-DE5 = 20.6 km
DC-DE6 = 41.2 km
DC-DE8 = 61.2 km
DC-DE9 = 20.7 km
DC-DE10 = 73.5 km
Dari iterasi 1, hasil jarak yang
paling pendek adalah 20.6 Km, Gambar 3.1 Metode Sweep
maka rute pertama dari kendaraan 1 Urutan rutenya adalah DC – DE5 –
adalah DE5, selanjutnya dilakukan DE9 – DE6 – DE8 - DE10 – DC,
perhitungan yang sama seperti dengan total jarak tempuh adalah
iterasi 1 sampai didapatkan rute 209.8 km.
yang total jarak tempuhnya 2. Kendaraan 2
minimal. Maka rute dari kendaraan
1 dari hasil iterasi adalah DC-DE5-
DE9-DE6-DE8-DE10-DC, dengan
total jarak tempuh 209.8 km.
2. Kendaraan 2
Iterasi 1 :
DC-DE2 = 19.6 km
DC-DE3 = 18.6 km Gambar 3.2 Metode Sweep
DC-DE4 = 25.4 km Urutan rutenya adalah DC – DE7 –
DC-DE7 = 50.5 km DE3 – DE2 – DE4 – DC, dengan
Dari iterasi 1, hasil jarak yang total jarak tempuh adalah 135.9 km.
paling pendek adalah 18.6 Km, 3. Kendaraan 3
8
Contoh perhitungan :
DC,DE5 = 20.6-20.6 = 0
DE5,DC = 20.6-0.1 = 20.5
Dengan hasil perhitungan sebagai
berikut :
Iterasi 1 :
Reduksi baris dihitung untuk
mencari nilai 0 dari masing-masing
baris, dengan mencari nilai terkecil.
Tersaji pada tabel berikut :
9
Dari hasil perhitungan Q, Biaya distribusi meliputi biaya transportasi
didapatkan rute yang nilainya dan biaya tenaga kerja, perhitungan
terbesar adalah DE10 dan DE8. dilakukan berdasarkan jarak tempuh dan
Rute tersebut dihilangkan dari baris frekuensi pengiriman.
dan kolom. Dikarenakan masih ada Kendaraan 1 :
baris dan kolom yang masih bisa Frekuensi pengiriman berdasarkan iterasi
direduksi, maka baris dan kolom yang dilakukan, kendaraan 1 melakukan
yang tersisa pada iterasi 1, pengiriman sebanyak 21 hari kerja dengan
dilanjutkan untuk melakukan total jerak tempuh adalah 3,757.7 km,
perhitungan iterasi 2 dan dengan total biaya distribusinya adalah Rp.
selanjutnya sampai sudah tidak bisa 16,064,576,-.
direduksi lagi. Perhitungan yang Kendaraan 2 :
dijadikan contoh adalah iterasi 1. Frekuensi pengiriman berdasarkan iterasi
Dari iterasi yang sudah dilakukan yang dilakukan, kendaraan 2 melakukan
maka telah dipilih nilai Q paling pengiriman sebanyak 21 hari kerja dengan
besar yaitu DE10 – DE8, DE6 – total jerak tempuh adalah 3,203.3 km,
DE10, DE8 – DE6, DE9 – DE5, dengan total biaya distribusinya adalah Rp.
DE5 – DC dan DC – DE6. Dari rute 15,285,619,-.
terpilih tersebut terbentuklah rute Kendaraan 3 :
kendaraan 1 yaitu DC – DE6 – Frekuensi pengiriman berdasarkan iterasi
DE10 – DE8 – DE9 – DE5 – DC yang dilakukan, kendaraan 3 melakukan
dengan total jarak tempuh adalah pengiriman sebanyak 22 hari kerja dengan
216.2 Km. total jerak tempuh adalah 1,504.8 km,
dengan total biaya distribusinya adalah Rp.
2. Kendaraan 2 12,590,182,-.
Perhitungan untuk kendaraan 2 Maka total biaya distribusi dengan
sama seperti kendaraan 1, menggunakan Saving Matrix adalah Rp.
dengan melalukan reduksi pada 43,996,514,-
kolom dan baris, dan mencari
nilai Q terbesar. Dari iterasi Biaya Distribusi Travelling Salesman
yang sudah dilakukan maka Problem
telah dipilih nilai Q paling besar
yaitu DE2 – DE3, DC – DE7, Biaya distribusi meliputi biaya transportasi
DE3 – DE4, DE7 - DE2 dan dan biaya tenaga kerja, perhitungan
DE4 – DC. Dari rute terpilih dilakukan berdasarkan jarak tempuh dan
tersebut terbentuklah rute frekuensi pengiriman.
kendaraan 1 yaitu DC – DE7 – Kendaraan 1 :
DE2 – DE3 – DE4 – DC, Frekuensi pengiriman berdasarkan iterasi
dengan total jarak tempuh yang dilakukan, kendaraan 1 melakukan
adalah 156.8 Km. pengiriman sebanyak 21 hari kerja dengan
total jerak tempuh adalah 3,896.2 km,
3. Kendaraan 3 dengan total biaya distribusinya adalah Rp.
Kendaraan 3 hanya melakukan 16,105,619,-.
distribusi ke DE1 dengan rute Kendaraan 2 :
DC – DE1 – DC, total jarak Frekuensi pengiriman berdasarkan iterasi
tempuh yaitu 68.4 km. Maka yang dilakukan, kendaraan 2 melakukan
tidak ada perhitungan metode. pengiriman sebanyak 22 hari kerja dengan
total jerak tempuh adalah 3,053.8 km,
Biaya Distribusi Saving Matrix dengan total biaya distribusinya adalah Rp.
15,050,296,-.
10
Kendaraan 3 :
Frekuensi pengiriman berdasarkan iterasi Kesimpulan
yang dilakukan, kendaraan 3 melakukan
pengiriman sebanyak 22 hari kerja dengan 1. Rute distribusi untuk pengiriman
total jerak tempuh adalah 1,504.8 km, pompa perusahaan sehingga
dengan total biaya distribusinya adalah Rp. menjadi lebih baik atau efisien
12,590,182,-. setelah diteliti dengan perbandingan
Maka total biaya distribusi dengan penerapan Metode Saving Matrix
menggunakan Travelling Salesman dan Metode Travelling Salesman
Problem adalah Rp. 43,746,097,- Problem untuk mendapatkan jarak
tempuh yang paling pendek
Biaya Distribusi Perusahaan Saat Ini didapatkan hasil metode TSP yang
paling pendek jarak tempuhnya,
Biaya distribusi yang dikeluarkan dengan 3 rute distribusi untuk 3
perusahaan saat ini meliputi biaya kendaraan internal perusahaan,
transportasi, biaya tenaga kerja dan biaya yaitu :
sewa ekspedisi untuk memenuhi a. Rute untuk kendaraan 1 adalah
permintaan pengiriman, yaitu : DC – DE6 – DE8 – DE9 – DE10
Kendaraan 1 : – DC.
Frekuensi pengiriman berdasarkan iterasi b. Rute untuk kendaraan 2 adalah
yang dilakukan, kendaraan 1 melakukan DC – DE7 – DE3 – DE2 – DE4
pengiriman sebanyak 22 hari kerja dengan – DC.
total jerak tempuh adalah 1,395.4 km, c. Rute untuk kendaraan 3 adalah
dengan total biaya distribusinya adalah Rp. DC – DE1 – DC.
12,735,970,-. 2. Biaya yang dikeluarkan untuk
Kendaraan 2 : mendistribusikan pompa
Frekuensi pengiriman berdasarkan iterasi perusahaan dengan menggunakan
yang dilakukan, kendaraan 2 melakukan metode Travelling Salesman
pengiriman sebanyak 22 hari kerja dengan Problem terbukti lebih rendah
total jerak tempuh adalah 4,315.6 km, dibandingkan jika menggunakan
dengan total biaya distribusinya adalah Rp. metode Saving Matrix dengan
17,652,249,-. mempunyai nilai selisih sebesar Rp.
Kendaraan 3 : 194.280,-. Walaupun nilai
Frekuensi pengiriman berdasarkan iterasi selisihnya kecil karena ini adalah
yang dilakukan, kendaraan 1 melakukan biaya yang harus dikeluarkan maka
pengiriman sebanyak 22 hari kerja dengan menguntungkan perusahaan.
total jerak tempuh adalah 2,493 km, dengan 3. Besarnya biaya distribusi yang bisa
total biaya distribusinya adalah Rp. di hemat oleh perusahaan jika
14,145,864,-. menggunakan metode TSP ini
Sewa Ekspedisi : adalah Rp. 9.587.987,- ,
Ekspedisi yang digunakan untuk memenuhi dibandingkan dengan
permintaan pengiriman adalah 8 unit menggunakan metode perusahaan
kendaraan dengan biaya Rp. 1,100,000 per saat ini. Dan permasalahan yang
kendaraan, dan total biaya yang terjadi bisa terselesaikan dengan
dikeluarkan adalah Rp. 8,800,000,-. menggunakan metode TSP, tidak
Maka total biaya perusahaan saat ini adalah adanya keterlambatan pengiriman
Rp. 53,334,084,-. dan penggunaan jasa ekspedisi,
bahkan bisa lebih cepat
terselesaikan untuk kendaraan 1
4. KESIMPULAN DAN SARAN karena hari kerja yang dibutuhkan
11
untuk mendistribusikan
permintaaan yang dialokasikan ke
kendaraan 1 hanya 21 hari kerja. DAFTAR PUSTAKA
12