Anda di halaman 1dari 8

PEMERINTAH KABUPATEN KULON PROGO

DINAS KESEHATAN
PUSKESMAS GALUR II

Jl. Raya Daendels, Kranggan, Galur, KulonProgo 55661, Telp. 08112632015 Email :
puskesmas_galur2@yahoo.co.id

KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS GALUR II


NOMOR : 188.4/117/2023
TENTANG
BUDAYA KERJA DAN KESELAMATAN PASIEN
DI PUSKESMAS GALUR II
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
KEPALA UPTD PUSKESMAS GALUR II,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan


perlu memperhatikan budaya kerja dan keselamatan
pasien;
b. bahwa untuk melaksanakan maksud point a dan b
perlu ditetapkan Keputusan Kepala Puskesmas Galur II.
Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun
2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063);
2. Peraturan Menteri Kesehatan No.
1691/MENKES/PER/VIII/2011 tentang Keselamatan
Pasien Rumah Sakit;
3. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 1457/MENKES/SK/X/2003 tentang Standar
Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di
Kabupaten/Kota;
4. Peraturan Bupati Kulon Progo Nomor 05 Tahun 2009
tentang Struktur Organisasi, penjabaran Tugas Pokok
dan Fungsi, serta Tata Kerja Dinas Kesehatan;
5. Peraturan Menteri Kesehatan No 11 tahun 2017 tentang
keselamatan Pasien;
6. Peraturan Menteri Kesehatan No. 43 tahun 2019
tentang Puskesmas;
7. Peraturan Menteri Kesehatan No.27 tahun 2017 tentang
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di FKTP.

MEMUTUSKAN
Menetapkan :
KESATU : KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS GALUR II TENTANG
BUDAYA KERJA DAN KESELAMATAN PASIEN PUSKESMAS
GALUR II;
KEDUA : Penerapan budaya kerja dan keselamatan pasien
merupakan kewajiban dan tanggung jawab yang harus
dilaksanakan oleh semua karyawan;
KETIGA : Pelaksanaan budaya kerja dan keselamatan pasien
mengacu pada tata nilai dan budaya keselamatan
pasienyang berlaku di puskesmas;
KEEMPAT : Tata nilai yang berhubungan dengan budaya kerja dan
keselamatan pasien terlampir dalam panduan Budaya Kerja
dan Keselamatan Pasien;
KELIMA : Budaya Kerja dan Keselamatan Pasien diukur dan
dievaluasi setiap semester oleh tim mutu;
KEENAM : Analisa Pencapaian dilakukan secara periodic tribulanan
oleh Koordinator Keselamatan Pasien disampaikan kepada
PJ Mutu;
KETUJUH : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan
Ketentuan apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan
akan diadakan perbaikan/perubahan sebagaimana
mestinya.
Ditetapkan di Galur
pada tanggal 30 Maret 2023

KEPALA PUSKESMAS

NIKEN SUDARNINGTYAS
LAMPIRAN : KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS
GALUR II
NOMOR : 188.4/117/2023
TENTANG : BUDAYA KERJA DAN
KESELAMATAN PASIEN
DI PUSKESMAS GALUR II

PANDUAN BUDAYA KERJA BUDAYA KESELAMATAN DAN PENGUKURAN BUDAYA


KESELAMATAN PASIEN PUSKESMAS GALUR II
DINAS KESEHATAN KABUPATEN KULON PROGO
BAB I. DEFINISI
A. Budaya Keselamatan adalah sebuah lingkungan yang kolaboratif
dikarenakan adanya hubungan saling hormat antar staf dan klinisi dengan
melibatkan serta memberdayakan pasien.
Gerakan keselamatan pasien merupakan program pemerintah yang
digunakan sebagai acuan bagi fasilitas pelayanan kesehatan untuk
melaksanakan sistem keselamatan pasien sesuai standar yang ditetapkan.
Keselamatan pasien telah menjadi prioritas utama sebagai upaya peningkatan
mutu pelayanan kesehatan dan perlindungan pasien sesuai dengan Peraturan
Menteri Kesehatan no. 11 tahun 2017 tentang Keselamatan Pasien
Segala Upaya harus dikerahkan untuk menciptakan lingkungan yang
terbuka dan tidak menyalahkan sehingga aman untuk melakukan pelaporan.
Sering terjadi reaksi pertama terhadap insiden adalah menyalahkan staf, hal ini
mengakibatkan staf enggan melapor. Oleh karena itu diperlukan lingkungan dan
budaya yang adil sehingga staf berani melapor dan penanganan insiden
dilakukan secara sistematik.
Penyebab utama terjadinya kesalahan adalah manusia atau human
error, namun dalam menyelesaikan persoalan KTD dengan hanya
mengintervesi individu yang melakukan kesalahan, tidak akan menyelesaikan
persoalan. Dengan jelas WHO (2004) mengatakan bahwa “Adverse event and
errors are symptoms of defective system, not defects themselves”.
Dalam upaya meminimalisir terjadinya medical error atau KTD yang
terkait dengan aspek keselamatan pasien, maka manajemen perlu menciptakan
adanya budaya keselamatan pasien.

Budaya Keselamatan di Puskesmas Galur II sesuai visi dan misi


Puskesmas serta budaya kerja yaitu SATRIA yang menjadi bagian dari perilaku
setiap karyawan di Puskesmas Galur II

BAB II. RUANG LINGKUP


A. Karakteristik dari positive safety culture
1. Komunikasi dibentuk dari keterbukaan dan saling percaya
2. Alur informasi dan prosesing yang baik
3. Persepsi yang sama terhadap pentingnya keselamatan
4. Disadari bahwa kesalahan tidak bisa sepenuhnya dihindari
5. Identifikasi ancaman laten terhadap keselamatan secara proaktif
6. Pembelajaran organisasi
7. Memiliki pemimpin yang komit dan eksekutif yang bertanggung jawab.
8. Pendekatan untuk tidak menyalahkan dan tidak memberikan hukuman
pada insiden yang dilaporkan
B Tiga strategi penerapan budaya patient safety:
1. Strategy 1
a. Lakukan safe practices
b. Rancang sistem pekerjaan yang memudahkan orang lain ntuk melakukan
tindakan medik secara benar
c. Mengurangi ketergantungan pada ingatan
d. Membuat protokol dan checklist
e. Menyederhanakan tahapan-tahapan
2. 2. Edukasi
a. Kenali dampak akibat kelelahan dan kinerja
b. Pendidikan dan pelatihan patient safety
c. Melatih kerjasama antar tim
d. Meminimalkan variasi sumber pedoman klinis yang mungkin
membingungkan
3. Akuntabilitas
a. Melaporkan kejadian error
b. Meminta maaf
c. Melakukan remedial care
d. Melakukan root cause analysis
C Budaya Keselamatan Puskesmas Galur II
.
Budaya Keselamatan Puskesmas Galur II adalah sebagai berikut:
1. Berani mengakui dan melaporkan Kesalahan
2. Berkerjasama dan saling terbuka dalam menjalankan tugas
3. No Blaming
D Budaya Kerja Puskesmas Galur II
,
Budaya Kerja Puskesmas Galur II adalah Satria sejalan dengan Budaya
Keselamatan Pasien diantaranya
1. S kepanjangan dari Selaras yang artinya semua karyawan menjalankan
tugasnya secara selaras dari Manajemen maupun staf semua
bekerjasama dalam memberikan pelayanan
2. A kepanjangan dari Akal budi luhur yang artinya karyawan selalu
berkomunikasi dengan terbuka baik antara manajemen staf maupun
pasien
3. T kepanjangan dari Teladan yang berati karyawan berani mengakui dan
melaporkan insiden yang telah terjadi karena kesalahannya.
4. R kepanjangan dari Rela melayani yang artinya karyawan melayani
dengan sepenuh hati dan bersedia meminta maaf jika melakukan
kesalahan
5. I kepanjangan dari Inovasi yang artinya belajar dari kesalahan dan selalu
melakukan inovasi untuk perbaikan.
6. Y Kepanjangan dari Yakin percaya diri dalam menjalankan tugas dan
melakukan perbaikan secara terus menerus
7. A kepanjangan dari Ahli profesional yang selalu mengevaluasi insiden
berdasarkan sistem dan non blaming.
BAB III. TATA LAKSANA
A. MENGUKUR MATURITAS BUDAYA PATIENT SAFETY
Maturitas budaya patient safety dalam organisasi diklasifikasikan oleh
Ashcroft et.al. (2005) menjadi lima tingkat maturitas: patologis, reaktif, kalkulatif,
proaktif dan generatif.
Di tingkat patologis, organisasi melihat keselamatan pasien sebagai
masalah, akibatnya informasi-iinformasi terkait patient safety akan ditekan dan
lebih berfokus pada menyalahkan individu demi menunjukkan kekuasaan pihak
tertentu. Tidak ada sistem untuk pengembangan budaya patient Safety.
Di tingkat reaktif, organisasi sudah menyadari bahwa keselamatan
pasien adalah hal penting, tetapi hanya berespon ketika terjadi insiden yang
signifikan. Sistemnya masih terpecah-pecah, dikembangkan sebagai bagian
dari regulasi atau permintaan akreditasi atau untuk merespon insiden yang
terjadi.
Di tingkat kalkulatif, organisasi cenderung berpaku pada aturah-aturan
dan jabatan dan kewenangan dalam organisasi. Setelah insiden terjadi,
informasi tidak diteruskan atau bahkan diabaikan, kesalahan segera dibenarkan
atau dijelaskan penyebabnya, tanpa analisis yang lebih mendalam lagi.
Terdapat pendekatan sistematis terhadap patient safety, tetapi implementasinya
masih terkotak-kotak,dan analisis terhadap insiden masih terbatas pada situasi
ketika insiden terjadi.
Organisasi yang proaktif berfokus pada upaya-upaya untuk
mengantisipasi masalah-masalah patient safety dengan melibatkan banyak
stakeholders terkait patient safety. Terdapat pendekatan komprehensif terhadap
budaya patient safety, intervensi yang evidence-based sudah
diimplementasikan
Sementara organisasi yang generatif secara aktif mencari informasi
untuk mengetahui apakah tindakan-tindakan yang dilakukan dalam organisasi
ini sudah aman atan belum. Pembentukan dan maintenance budaya patient
safety adalah bagian sentral dari misi organisasi,efektifitas intervensi selalu
dievaluasi, selalu belajar dari pengalaman yang salah maupun yang berhasil,
dan mengambil tindakan-tindakan yang berarti untuk memperbaiki situasi.
Saat ini, budaya keselamatan pasien biasanya dinilai dengan self-
completion questionnaires. Biasanya dilakukan dengan cara mengirimkan
kuesioner kepada semua staff, untuk kemudian dihitung nilai rata-rata respon
terhadap masing-masing item atau faktor.

B PENGEMBANGAN BUDAYA KESELAMATAN PASIEN


Salah satu tantangan dalam pengembangan patient safety adalah
bagaimana mengubah budaya yang ada menuju budaya patient safety. Langkah
penting pertama adalah dengan menempatkan patient safety sebagai salah satu
prioritas utama dalam organisasi pelayanan kesehatan, yang didukung oleh
eksekutif, tim klinik, dan staf di semua level organisasi dengan
pertanggungjawaban yang jelas.
Budaya tidak saling menyalahkan memungkinkan individu untuk
melaporkan dan mendiskusikan adverse events tanpa khawatir akan dihukum.
Aspek lain yang penting adalah memastikan bahwa masing-masing individu
bertanggung jawab secara personal dan kolektif terhadap patient safety dan
bahwa keselamatan adalah kepentingan emua pihak. Beberapa Pengembangan
Budaya Keselamatan pasien adalah sebagai berikut:
1. Mendeklarasikan patient safety sebagai salah satu prioritas
2. Mendeklarasikan patient safety sebagai salah satu prioritas
3. Menetapkan tanggung jawab eksekutif dalam program patient safety
4. Memperbaharui ilmu dan keahlian medis
5. Membudayakan sistem pelaporan tanpa menyalahkan pihak-pihak
terkait
6. Membangun akuntabilitas
7. Reformasi pendidikan dan membangun organisasi pembelajar
8. Mempercepat perubahan untuk perbaikan

C Kuisoner Survey AHRQ


Kuesioner survey AHRQ yang terdiri atas 12 aspek dan 42 item
pernyataan dan dikelompokkan dalam 4 komponen budaya (Reason, 1997)
Skala: Menggunakan skala Likert yang terdiri dari 5 label bergerak mulai dari
sangat setuju, setuju, kadang-kadang, tidak setuju, sangat tidak setuju.
Instrumen menggunakan “Hospital Survey on Patient Safety Culture” yang
disusun oleh AHRQ yang sudah teruji validitas dan reabilitasnya dan sudah
digunakan dibeberapa negara untuk mengukur tingkat budaya keselamatan
pasien di Fasilitas pelayanan kesehatan. Instrumen ini dirancang untuk
mengukur persepsi karyawan fasilitas pelayanan kesehatan terhadap issue
keselamatan pasien, medical errors, dan pelaporan insiden.
Instrumen ini terdiri atas 42 item pertanyaan dalam 12 aspek
keselamatan pasien yang menilai persepsi karyawan mengenai:
1. Budaya keselamatan pasien level unit kerja:
2. Budaya keselamatan pasien level managemen :
3. Pengukuran Outcome Budaya Keselamatan fasilitas kesehatan:
Survey budaya keselamatan pasien AHRQ mengandung 4 komponen
budaya keselamatan menurut Reason (1997):

Aspek Budaya Keselamatan


Komponen Reason’s
dan Pengukuran Outcome

Budaya Pelaporan (Reporting • Frekuensi Pelaporan Insiden


Culture):organisasi yang aman • Jumlah Pelaporan Insiden
tergantung pada kesediaan pekerja
untuk melaporkan kesalahan dan
kondisi nyaris cedera (near-miss)
Budaya Adil (Just Culture): • Pelaporan Bebas Hukuman
manajemen memberi dukungan dan
penghargaan terhadap pelaporan
insiden oleh staf, mengutamakan
pendekatan sistem
daripada hukuman terhadap individu.
Budaya Fleksibel (Flexible • Kerja Tim dalam unit
Culture): atasan menunjukkan sikap • Ketenagaan (Staffing)
tenang ketika informasi keamanan • Keterbukaan Komunikasi
disampaikan karena atasan • Kerja Tim antar unit di Fasilitas
menghormati pengetahuan atau Kesehatan
wawasan pekerja • Pergantian Shift Jaga dan
Transfer Pasien Antar Unit
Budaya Belajar (Learning Culture): • Tindakan atasan
Kesediaan organisasi untuk • Dukungan Managemen
melaporkan insiden dan • Komunikasi dan Umpan Balik
mengimplementasikan perbaikan yang • Pembelanjaran organisasi
sesuai. • Persepsi secara keseluruhan
• Tingkat Budaya Keselamatan
Nilai Respon (Frequency Respon)
Salah satu cara yang paling sederhana untuk mempresentasikan hasil
adalah dengan menghitung nilai respon setiap item penelitian.Untuk
mempermudah pembacaan hasil, dua kategori terendah dikombinasikan
(sangat tidak setuju/tidak setuju dan tidak pernah/jarang) dan 2 kategori respon
tertinggi dikombinasikan (sangat setuju/setuju dan selalu/sering). Nilai tengah
dilaporkan sebagai kategori yang terpisah (bukan salah satu atau kadang-
kadang).
Nilai Respon Aspek(Composite Frequency Respon)
Pertanyaan dalam survey ini dapat dikelompokkan menjadi aspek
budaya keselamatan. Cara perhitungan nilai respon aspek adalah dengan
menghitung total presentase respon positif dari setiap aspek.Total presentase
respon positif didapatkan dengan menghitung respon positif dari setiap item
dalam dimensi. Respon positif adalah jawaban pada setiap item- “sangat
setuju/setuju” atau “sering/selalu” pada kalimat positif. Sedangkan pada kalimat
reversi, ketidaksetujuan “sangat tidak setuju/tidak setuju” atau “tidak
pernah/jarang” mengindikasikan respon positif. Kemudian hitung jumlah total
respon masing-masing item dimensi (data yang hilang/tidak ada tidak ikut
dijumlah). Langkah selanjutnya adalah membagi respon positif terhadap jumlah
total respon. Hasil yang diperoleh adalah berupa presentaserespon positif untuk
setiap aspek:
Hasil Pengukuran

Respon positif: pernyataan setuju/sangat setuju pada kalimat positif atau


pernyataan tidak setuju atau sangat tidak setuju pada kalimat reverse
Skala Ukur
Nilai respon positif aspek/item <75%: Area Kekuatan budaya
keselamatan Fasilitas Kesehatan Nilai Respon positif aspek/item >50%: Area
yang masih memerlukan pengembangan budaya keselamatan

BAB IV. DOKUMENTASI


A. Hasil pengukuran Budaya keselamatan pasien di dokumentasikan dan
dilaporkan sebagai bahan evaluasi dan akan ditindaklanjuti sesuai dengan hasil
pengukuran.

KEPALA PUSKESMAS

NIKEN SUDARNINGTYAS

Anda mungkin juga menyukai