Anda di halaman 1dari 6

FAKULTAS ILMU KESEHATAN Nomor :

UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI MALANG Tanggal :


GUGUS JAMINAN MUTU (GJM) Revisi :

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) MANAJEMEN NYERI


DI LABORATORIUM PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

PENANGGUNG JAWAB
PROSES TANDA TANGGAL
NAMA JABATAN
TANGAN
Koordinator
Arie Jefry Ka’arayeno, M.Kep., Departemen
1. Perumusan
Ns.Sp.Kep.MB Keperawatan Medikal
Bedah
Wahyu Dini Metrikayanto, S.Kep.,
2. Pemeriksaan KPS Ilmu Keperawatan
Ns., M.Kep
Wakil Dekan Fakultas
3. Persetujuan Neni Maemunah, S.Kp., M.MRS
Ilmu Kesehatan
Dekan Fakultas Ilmu
4. Penetapan Drs. Sugeng Rusmiwari, M.Si
Kesehatan
GJM Fakultas Ilmu
5. Pengendalian Supriyadi, S.Kep.,Ns.,M.Kep
Kesehatan

Sebagai acuan untuk meringankan atau mengurangi nyeri sampai


TUJUAN
tingkat kenyamanan yang dapat diterima pasien.
LUAS Melingkupi pelayanan keperawatan yang terkait dengan pemberian
LINGKUP SOP asuhan keperawatan medical bedah
DAN
PENGGUNA
 Cara meringankan atau mengurangi nyeri sampai tingkat
kenyamanan yang dapat diterima pasien.
 Pelaksana adalah perawat, dokter jaga, dokter penanggung
jawab, tim manajemen nyeri
PENGERTIAN
 Manajemen nyeri meliputi :
1. Penilaian nyeri
2. Penanganan nyeri
3. Evaluasi keefektifan kontrol nyeri

1. Penilaian, penanganan dan evaluasi nyeri dilakukan oleh


perawat, dokter jaga, DPJP
KEBIJAKAN 2. Penanggungjawab kegiatan ini Ketua Tim Manajemen Nyeri

DILAKUKAN
TAHAP KERJA INDIKATOR KERJA
YA TIDAK
PROSEDUR FASE ORIENTASI :
1. Memberikan salam terapeutik dan berkenalan :
a. Memberikan salam.
b. Memperkenalkan nama Perawat dan pasien.
c. Memanggil nama panggilan yang disukai.
d. Menyampaikan tujuan interaksi.
2. Melakukan validasi data :
a. Menanyakan perasaan pasien hari ini.
b. Memvalidasi masalah pasien.
3. Melakukan kontrak :
a. Waktu.
b.Tempat.
c. Topik.

FASE KERJA :
1. ANAMNESIS
a. Riwayat penyakit sekarang
b. Pengkajian dilakukan berdasarkan P, Q, R, S, T yaitu :
P (Provokes/ Point ) : Faktor yang mempengaruhi gawat atau
ringannya nyeri
Q (Quality) : Bagaimana rasa nyerinya
R (Radiation/Relief) : Melacak daerah nyeri dari titik yang
paling nyeri
S (Severity) : Keparahan atau intensitas nyeri
T (Time/On set) : Waktu atau lama serangan atau frekuensi nyeri
c. Riwayat pembedahan/penyakit dahulu
d. Riwayat psiko-sosial
 Riwayat pola hidup dan aktifitas pasien sehari-hari
 Masalah psikiatri (misalnya depresi, cemas, ide ingin bunuh diri)
e. Obat-obatan dan alergi
Daftar obat-obatan yang dikonsumsi pasien untuk mengurangi nyeri
f. Riwayat keluarga
Evaluasi riwayat medis keluarga terutama penyakit genetik.
g. Asesmen sistem organ yang komprehensif, evaluasi gejala
kardiovaskular, pulmoner, gastrointestinal, neurologi, reumatologi,
genitourinaria, endokrin dan muskuloskeletal, psikiatri dan penyakit
penyerta yang lain.

2. ASESMEN NYERI
Asesmen nyeri dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain
yaitu :
a. Numeric Rating Scale digunakan untuk pasien dewasa dan anak
yang usianya lebih 8 tahun.
Instruksi : pasien ditanya mengenai intensitas nyeri yang dirasakan
dan dilambangkan dengan angka antara 0 – 10.
0 = tidak nyeri
1 – 3 = nyeri ringan (sedikit mengganggu aktivitas sehari-hari)
4 – 6 = nyeri sedang (gangguan nyata terhadap aktivitas sehari-hari)
7 – 10 = nyeri berat (tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari)

Numeric Rating Scale3

b. Wong Baker Faces Pain Scale digunakan untuk pasien (dewasa dan
anak lebih 3 tahun) yang tidak dapat menggambarkan intensitas
nyerinya dengan angka.
Instruksi : petugas menyesuaikan / memilih gambar mana yang
paling sesuai dengan keadaan pasien.
0 = ekspresi rilek, tidak merasa nyeri sama sekali
2 = sedikit nyeri
4= cukup nyeri
6= lumayan nyeri
8= sangat nyeri
10= amat sangat nyeri (tak tertahankan)

Dikatakan nyeri ringan (skala nyeri 1-3) apabila : hasil pengkajian


menunjukkan gambar 2 dan 4.
Dikatakan nyeri Sedang (skala nyeri 4-6 )apabila : hasil pengkajian
menunjukkan gambar 6.
Dikatakan nyeri Berat (skala nyeri 7-10 ) apabila: hasil pengkajian
menunjukkan gambar 8 dan 10.
Wong Baker Faces Pain Scale

c. FLACC Behavioral Pain Scale


Digunakan pada bayi dan pasien tidak sadar yang tidak dapat dinilai
dengan Numeric Scale dan Wong Baker Faces Pain Scale.
Cara menilai :
Skor dari kelima item dijumlahkan
Nilai 1 - 3 termasuk nyeri ringan
Nilai 4 - 6 termasuk nyeri sedang
Nilai 7 - 10 termasuk nyeri berat
Kategori Nilai 0 Nilai 1 Nilai 2
Smile/ceria (tidak ada Perubahan Ekspresi wajah
Face ekspresi sedih) ekspresi/sedih, stress, dagu
sesekali mengatup rapat,
menyeringai/meringis gemetar
Legs Normal posisi/rileks Sulit, tegang, kaku Menendang-
nendang, tidak
kooperatif
Activity Tiduran normal, Posisi tidak nyaman, Tidak kooperatif
posisi nyaman, (menggeliat, geser,ke
pindah posisi belakang dan ke
depan,kaku)
Cry Tidak menangis saat Merengek,sesekali Melenguh, series
bangun tidur/sadar menangis/nampak menangis,
tidak nyaman, komplain, suara
merintih tidak jelas berteriak
Consolability Perasaan nyaman dan nampak rileks bila Sangat sulit untuk
(emosional) relaksasi disentuh / nyeri menjadi nyaman
berkurang dengan
sentuhan / masage
d. Visual Analog Scale (VAS)
VAS adalah alat ukur lainnya yang digunakan untuk memeriksa
intensitas nyeri dan secara khusus meliputi 10-15 cm garis, dengan
setiap ujungnya ditandai dengan level intensitas nyeri (ujung kiri diberi
tanda “no pain” dan ujung kanan diberi tanda “bad pain”(nyeri hebat).
Pasien diminta untuk menandai disepanjang garis tersebut sesuai
dengan level intensitas nyeri yang dirasakan pasien. Kemudian
jaraknya diukur dari batas kiri sampai pada tanda yang diberi oleh
pasien (ukuran mm), dan itulah skornya yang menunjukkan level
intensitas nyeri. Kemudian skor tersebut dicatat untuk melihat
kemajuan pengobatan/terapi selanjutnya.
PENATALAKS 1. INTERVENSI KEPERAWATAN
ANAAN NIC : Manajemen Nyeri (1400)
1) Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
2) Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
3) Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui
pengalaman nyeri pasien
4) Kaji budaya yang mempengaruhi respon nyeri
5) Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
6) Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang
ketidakefektifan kontrol nyeri masa lampau
7) Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan
dukungan
8) Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu
ruangan, pencahayaan dan kebisingan
9) Kurangi faktor presipitasi nyeri
10) Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non
farmakologi dan interpersonal)
11) Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi
12) Berikan Posisi nyaman
13) Ajarkan tentang teknik non farmakologi (Distraksi, Stimulasi,
relaksasi antisipatori)
14) Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
15) Tingkatkan istirahat
16) Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan
nyeri tidak berhasil
17) Obsevasi respon penerimaan pasien tentang manajemen nyeri
Pemberian Analgetik (2210)
1) Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat nyeri sebelum
pemberian obat
2) Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis, dan frekuensi
3) Cek riwayat alergi
4) Pilih analgesik yang diperlukan atau kombinasi dari analgesik
ketika pemberian lebih dari satu
5) Tentukan pilihan analgesik tergantung tipe dan beratnya nyeri
6) Tentukan analgesik pilihan, rute, pemberian, dan dosis optimal
7) Pilih rute pemberian secara IV, IM untuk pengobatan nyeri secara
teratur
8) Monitor tanda-tanda vital sebelum dan sesudah pemberian
analgesik pertama kali
9) Berikan analgesik tepat waktu terutama saat nyeri hebat
10) Evaluasi efektivitas analgesik, tanda dan gejala (efek samping)

2. PENATALAKSANAAN MEDIS (TIM KOLABORATIF)


a. Pasien yang mengalami nyeri derajat ringan(skala 1-3) dilakukan
edukasi untuk relaksasi dan distraksi.
b. Apabila dengan tehnik relaksasi dan distraksi, keluhan nyeri tidak
berkurang dilakukan kolaborasi medis untuk pemberian terapi
jenis NSAID.
c. Pasien yang mengalami nyeri derajat sedang (skala 4-6)
dilakukan kolaborasi medis untuk pemberian terapi jenis
NSAID/opioid dosis ringan.
d. Pasien yang mengalami nyeri derajat berat (skala 7- 10)
dilakukan kolaborasi medis untuk pemberian terapi jenis opioid.
e. Apabila dengan pemberian terapi farmasi jenis opioid, tetapi
keluhan nyeri belum teratasi maka, bila diperlukan DPJP akan
merujuk kepada Tim Nyeri Intervensi
f. Asesmen ulang nyeri dilakukan pada :
1. Semua pasien dirawat inap dilakukan re-asesmen terhadap
nyeri tiap 4 jam
2. 15–30 menit setelah dilakukan tindakan keperawatan
distraksi/relaksasi
3. 1 jam setelah pasien mendapatkan therapi analgetik oral dan
injeksi analgetik.
4. 5 menit setelah pemberian nitrat dan obat intra vena pada
pasien nyeri jantung/cardiac.
5. 5 menit setelah pasien yang mendapatkan terapi injeksi
opioid.
Ahles, T. A., Blanchard, E. B., & Ruckdeschel, J. C. (1983). The multidimensional nature of
cancerrelated pain, Pain, 17, 272-288.
REFERENSI Barkwell, D. (2005). Cancer pain: Voice of Ojibway people. Journal of Pain and Symptom
Management, 30, 454-464.
Davis, M. P. (2003). Cancer pain. The Cleveland Clinic Foundation.

Anda mungkin juga menyukai