Anda di halaman 1dari 29

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Profil GMSS-SKM

GMSS-SKM adalah lembaga masyarakat yang bergerak di bidang lingkungan,

yang digagas Misman dan Bachtiar ”Iyau Tupang” karena keadaan Sungai

Karangmumus yang kondisinya kian memburuk. Memiliki keprihatinan yang sama,

Misman dan Iyau tergerak untuk melakukan aksi merawat Sungai Karangmumus.

Aksi sederhana dengan memungut sampah yang berada di pinggir Sungai

mengumpulkannya dan membuangnya ke TPU (tempat pembuangan umum) terdekat.

GMSS-SKM berpendapat bahwa air adalah sumber kehidupan untuk semua mahluk

hidup maka perlu adanya aksi tegas untuk memulai upaya pemulihan Sungai

Karangmumus. Adapun tagline GMSS-SKM yaitu “GMSS-SKM tidak bergantung ke

pada siapapun, tetapi bekerjasama dengan siapapun” inilah yang selalu diucapkan

misman sebagai founder gerakan. GMSS-SKM ingin menjadi wadah untuk mengajak

masyarakat, institusi pendidikan, swasta, komunitas, dan pemerintah dengan

memunguti sampah. Misman dan Iyau menganggap salah satu permasalahan di Sunga

i Karangmumus adalah kebiasaan masyarakat Samarinda yang masih membuang sam

pah ke Sungai. Maka dari itu misman dan Iyau melakukan hal sebaliknya yaitu

dengan memungut sampah di sungai Karangmumus. Titik lokasi pertama memungut

sampah berada di sekitaran jembatan jalan Abdul Muthalib Kota Samarinda. Namun

memungutin sampah di Karangmumus bukan artinya mengangkat seluruh sampah

yang ada di sungai tapi memungut sampah sebagai tindakan perlawanan dan edukasi

untuk menghilangkan kebiasaan membuang sampah di sungai Karangmumus.

Posko pangkalan pungut GMSS-SKM didirikan tepat di lokasi pertama

pemungutan sampah di jalan Abdul Muthalib. Setelah penentuan lokasi Misman dan
Iyau menamakan aksi ini dengan nama Gerakan Memungut Sehelai Sampah Sungai

Karangmumus (GMSS-SKM). Semakin dikenal warga Samarinda. Berbagai

kelompok dan komunitas Kota Samarinda mulai dari Pelajar/Mahasiswa, aktivis

pecinta alam, Lembaga pemerintah, Organisasi masyarakat, Peneliti lingkungan ikut

langsung dalam kegiatan bersama GMSS-SKM. Melihat respon positif dari

masyarakat teman-teman pak Misman berinisiatif untuk mengesahkan GMSS-SKM

menjadi lembaga swadya masyarakat. Pada tahun 2016 GMSS-SKM resmi menjadi

badan hukum lewat akta pendirian lembaga swadaya masyarakat disahkan oleh

notaris dengan nomor akta 19, pada tanggal 27 januari 2016 dan nama-nama yang

menjadi pendirinya : 1.) Misman 2.) Bachtiar (Iyau tupang) 3.) Safrudin Zuhri 4.)

Abdul Basyith 5.) Moh. Ghofar 6.) Intoniswan 7.) Moh. Roghrib 8.) Endro Surip

Efendi
Gambar 1.1
Akta Pembentukan GMSS-SKM

Gambar 1.2
Peserta Musyawarah Pendiri LSM GMSS-SKM Samarinda

Anggota-anggota yang berada di dalam struktur beberapa tidak aktif karena

hanya sebagai pelengkap untuk syarat pembentukan akta. Namun beberapa anggota

juga aktif disetiap kegiatan lapangan, berikut anggota aktif GMSS-SKM

1. Misman

2. Iyau tupang

3. Yustinus Sapto Hardjanto


4. Krisdiyanto

5. Naniek Harjanie

6. Akhyar

7. Khairil Marzuki Tanjung

4.2 Trajektori anggota GMSS-SKM

Dari Trajektori dapat terlihat asal usul perjalanan kepemilikan modal dan terbentukny

a ranah perjuangan aktor. Berikut trajektori Pengalaman hidup, pendidikan, dan

profesi yang dijalanin 7 anggota GMSS-SKM yang beragam hingga mengantarkan

mereka sampai ke ranah Sungai Karangmumus:

1. Misman tinggal dan lahir di Samarinda, tinggal dekat dengan sungai Misman

melihat Sungai Karangmumus dulunya sebagai tempat bermainnya dimasa kecil.

Memancing, berenang, berperahu, menjaring udang pengalaman-pengalaman ini

membawa misman menjadi pegiat lingkungan dengan fokus ke dalam ranah sungai

Karangmumus. Sosok inspirasi yang membuat misman mencintai lingkungan adalah

kakeknya, Misman selalu mengingat pesan kakeknya “jangan membuang sampah di

sungai, karena di situ ada ikan, udang yang hidup juga” sampai sekarang misman

selalu menjalankan pesan kakeknya. Perjalananan pendidikan misman ditempuh di

dua PTN Universitas Mulawarman dengan jurusan administrasi negara dan IKIP

PGRI jurusan Kurikulim teknik pendidikan namun Misman tidak menyelesaikan

studinya di 2 PTN ini. Misman mempunyai ketertarikan dengan seni khususnya seni

teater, Kesukaannya pada seni teater menjadikannya pengajar seni drama sebagai

seniman teater dan Wartawan pendidikan yang tergabung dalam PWI (Persatuan

Wartawan Indonesia) Kalimantan Timur. Masuknya misman ke dalam PWI menjadi

wadah untuk mengsalurkan pikiran kritis pada perubahan Karangmumus dalam


bentuk artikel yang dimuat di majalah pendidikan disebarkan kepada sekolah-sekolah

dasar Kota Samarinda. Ini menjadi langkah awal asal-usul terbentuknya GMSS-SKM.

2. Bachtiar (Iyau Tupang) memiliki pengalaman bermain di karangmumus yang sama

dengan misman karena tinggal di bantaran sungai karangmumus dari kecil hingga

sekarang di umurnya 50 tahun menjabat sebagai ketua RT di Jalan Abdul muthalib

dan juga pengalaman hidup di kampung halamannya Banjarmasin tepatnya di Kota

Martapura, Iyau lebih menghabiskan waktu di Sungai saat masih muda dengan

berperahu atau “bejukung” yang selalu iyau katakan. Pendidikan terakhir yang di

tempuh adalah SMA tepatnya SMA Negeri 1 Kota Samarinda salah satu sekolah

terfavorit di Samarinda, iyau yang dipertemukan dengan Misman oleh basyith yaitu

teman satu angkatannya saat SMA niat mempertemukan basyith karena Misman dan

Iyau punya ketertarikan yang sama dengan Sungai Karangmumus dan posko

pangkalan pungut dibuat pertama kali di Jalan Abdul Muthalib

3. Yustinus sapto hardjanto salah satu pegiat lingkungan dan lulusan sekolah tinggi

filsafat dan teologi Minahasa Sulawesi Utara. Perjalanan sebagai pegiat lingkungan

membawa yustinus menjadi penulis diberbagai website (Mongabay, ceritakota.id),

organisasi yang bergerak di bidang lingkungan dan kemanusiaan (Pokja 30, BUMI)

ikut karena memiliki perhatian yang sama tentang Sungai Karangmumus. Yustinus

sebagai penasehat di dalam GMSS-SKM dan menarasikan setiap kegiatan dalam

bentuk artikel.

4. Krisdiyanto juga memiliki pengalaman dengan SKM yaitu sering mengunjungi

rumah neneknya yang berdekatan dengan sungai, dan juga suka aktif di perkumpulan

komunitas salah satunya komunitas wirausaha Samarinda. Pendidikan terakhir

krisdiyanto adalah lulusan Agroteknologi bidang Ilmu hama dan penyakit tumbuhan
Universitas Mulawarman ketertarikan pada tanaman dan fungsi sungai membuatnya

lebih termotivasi menjadi anggota GMSS-SKM setelah bertemu misman lewat

Facebook dan ikut memungut sampah bersama GMSS-SKM untuk memberikan

contoh peduli karangmumus.

5. Naniek harjanie pensiunan PNS yang menjabat sebagai mantan Kepala Instalasi

Farmasi Kota Samarinda bergabung dengan GMSS-SKM setelah melihat langsung

GMSS-SKM beraksi dan memiliki misi yang sama dengan GMSS-SKM mengajak

masyarakat sadar lingkungan dan peduli pada sungai Karangmumus.

6. Akhyar konsultan lingkungan juga lulusan survey dan pemetaan Universitas

Lambung mangkurat Banjarmasin ikut bergabung GMSS-SKM karena melihat

postingan dari Misman namun tidak untuk memungut sampah namun membantu

misman dengan gagasan dan sebagai pembicara GMSS-SKM saat ada kunjungan dari

perguruan tinggi negeri ataupun swasta. Akhyar juga termotivasi untuk

mengupayakan pemulihan Sungai Karangmumus, setelah pergi haji akhyar melihat

buku ihram di mana dikatakan “janganlah engkau membunuh mahluk hidup saat

berihram” kata-kata ini tertanam pada akhyar diaplikasikan lewat GMSS-SKM untuk

memulihkan Karangmumus untuk semua mahluk hidup.

7. Khairil Marzuki tanjung adalah pendatang dari Kota Medan Provinsi Sumatera

Utara. Menetap puluhan tahun di Samarinda. Mencari uang di Samarinda

membuatnya merasa memiliki tanggung jawab untuk ikut serta aktif melakukan

kegiatan sosial. Khairil membuat komunitas bernama Warkop care yang aktif dalam

melakukan aksi sosial dan lingkungan. Bergabungnya anggota karena dasar yang

sama yaitu kepedulian dalam bentuk relawan aktif secara penuh disetiap kegiatan di

Sungai Karangmumus.
4.3 Pengumpulan, pertukaran, dan pemanfaatan berbagai macam modal oleh

GMSS-SKM

GMSS-SKM memerlukan modal-modal demi keberlanjutan kegiatan gerakan.

Meskipun memiliki modal material yang relatif sedikit, namun modal material terseb

ut digunakan semaksimal mungkin oleh GMSS-SKM. Selain modal material, juga ter

dapat modal-modal lain seperti modal budaya, modal sosial, dan modal simbolik. Car

a mengumpulkan modal-modal tersebut sangat bermacam-macam. Tidak hanya diku

mpulkan dan dipergunakan, modal-modal tersebut pun dipertukarkan kembali menjad

i modal lain agar modal dapat terus memproduksi dan mereproduksi. Berikut ini adala

h tabel bentuk modal dan pengumpulan, penggunaan dan pertukaran modal oleh

GMSS-SKM :

Tabel 4.1

Pengumpulan, pertukaran dan penggunaan modal GMSS-SKM


jenis Pertuka
Bentuk Modal Pengumpulan penggunaan
Modal ran
Buday Pengetahuan tentang Di bentuk dari Modal Digunakan untuk
a sungai, keterampilan dalam mengadopsi budaya menyampaikan dan
menjalankan transportasi air melalui ke memperjelas tujuan dan
pengalaman modal komitmen dari GMSS-
bermain di Sungai sosial. SKM untuk membangun
Karangmumus hubungan dan komunikasi
(menjadi tempat yang baik dengan berbagai
berenang, elemen masyarakat,
memancing ikan, pemerintah, swasta, dan
menjaring udang, komunitas di Kota
berperahu tanpa Samarinda
sampah yang
mengapung) saat
kecil.

Sosial Hubungan dan komunikasi GMSS-SKM Modal Digunakan untuk


yang baik dengan melakukan FGD sosial ke memperluas kegiatan
masyarakat, komunitas, (Focus group modal bersama para relawan
swasta, dan pemerintah discussion), material. dari elemen masyarakat,
publikasi lewat institusi pendidikan,
facebook, artikel swasta, komunitas, dan
website/koran, pemerintah. Dengan
seminar adanya hubungan yang
pengenalan baik dengan pihak terkait
kegiatan, dialog membuat GMSS-SKM
bersama tokoh- mendapatkan bantuan
tokoh masyarakat berupa alat-alat kegiatan
dan komunitas dan dana bantuan
dan pejabat kegiatan.
pemerintah.

Materi Uang, perahu mesin, arit, - Uang didapatkan Modal Uang digunakan untuk
al palu, cangkul, pengait dari pemberian material membangun SeSuKaMu
sampah, gerobak motor, pribadi ke (Sekolah Sungai
parang, kebun bibit, masyarakat dalam modal Karangmumus),
Pangkalan Pungut, bentuk bantuan simbolik Pangkalan pungut dan
SeSuKaMu (Sekolah Sungai dan patungan dari . melengkapi alat-alat yang
Karangmumus) anggota GMSS- kurang.
SKM -Alat-alat digunakan untuk
- alat-alat operasional lapangan
didapatkan GMSS-SKM sehari-hari
bantuan dari - SeSuKaMu (Sekolah
pemerintah, Sungai Karangmumus) dan
masyarakat, pangkalan pungut menjadi
komunitas, dan ikon karena kegiatan
swasta diskusi, seminar,
Serta membelinya sosialisasi semua
dari hasil uang dilaksanakan di sini
patungan yang
tersisa

Simboli - Kegiatan GMSS-SKM di - Berasal dari moda -Digunakan GMSS-SKM


k Sungai Karangmumus l material GMSS- sebagai identitas
- peralatan dan properti SKM Didapatkan pembeda dengan gerakan
yang digunakan GMSS- dari pemberian lingkungan lain.
SKM. bantuan dan - digunakan agar mudah
membeli alat diingat oleh masyarakat
- Berasal dari Samarinda yang melintasi
-
kegiatan GMSS- Sungai Karangmumus
SKM yang sengaja
atau tidak sengaja d
ilakukan.

4.3.1 Strategi pengumpulan, pertukaran dan penggunaan Modal-modal yang

dimiliki GMSS-SKM

4.3.1.1 Modal Budaya


1. Pengumpulan Modal Budaya

Modal budaya yang dimiliki anggota GMSS-SKM diadopsi dan dibentuk melalui

pengalaman mereka tinggal di sekitar karang mumus dan pengalaman bermain di

Sungai Karangmumus sejak kecil. Pengalaman bermain di Karangmumus melekat

hingga dewasa dan menjadi ingatan ketika sungai Karangmumus menjadi tempat

berenang, memancing ikan, menjaring udang, perahu yang berlalu-lalang dan bebas

dari sampah plastik. Dari semua pengalaman nyata yang dialami anggota GMSS-

SKM ini menjadi pengetahuan dasar untuk membandingkan keadaan Sungai

Karangmumus yang dulu dengan keadaan Karangmumus pada saat ini yang kotor

karna sampah. Hal ini sesuai dengan kajian teori praktik Pierre Bourdieu yang mengg

ambarkan modal budaya sebagai modal yang melekat pada diri aktor melalui proses d

ari waktu ke waktu. Dalam hal ini proses tersebut adalah ketika aktor yaitu anggota

GMSS-SKM menjalankan kegiatannya dengan turun langsung ke Sungai

Karangmumus. Membuat anggota GMSS-SKM mengadopsi modal budaya berupa

menjalankan perahu motor dan jukung (perahu dayung), serta menggunakan

pengetahuan tentang Sungai Karangmumus untuk berusaha mengubah keadaan

sungai Karangmumus yang identik dengan sampah.

2. Penggunaan Modal Budaya

Modal budaya yang dimiliki GMSS-SKM adalah pengetahuan dan pengalaman

bermain di Karangmumus pada masa kecil inilah yang membuat GMSS-SKM

konsisten bergerak agar Karangmumus berlahan-lahan membaik. Tujuan dari


Pengetahuan ini digunakan untuk memberi penjelasan dasar gerakan GMSS-SKM

pada masyarakat Samarinda lewat media sosial Facebook dan pengalaman digunakan

saat berada di lapangan menyusuri sungai dan mengoperasikan perahu motor dan

perahu dayung (jukung). Pengetahuan dan pengalaman tentang Karangmumus jadi

modal pertama GMSS-SKM untuk mendapatkan berbagai macam modal lainnya.

Hubungan yang baik dengan komunitas, swasta, masyarakat dan pemerintah, alat-alat

kegiatan, ciri khas atau simbol yang didapatkan GMSS-SKM dengan modal budaya

mereka.

Hasil penelitian ini sesuai dengan apa yang dikemukakan Pierre Bourdieu dalam

penjelasannya tentang modal budaya yang digunakan untuk berinteraksi. Pada lokasi

penelitian modal budaya digunakan anggota GMSS-SKM sebagai alat untuk berintera

ksi dan menyampaikan perhatian mereka pada sungai Karangmumus dengan berbagai

komunitas, swasta, masyarakat dan pemerintah. Hal ini terbukti usaha interaksi

dengan cara baik menyampaikan perbedaan keadaan Karangmumus mendapatkan

tanggapan dan apresiasi positif dalam bentuk postingan pujian di media sosial untuk

GMSS-SKM

3. Pertukaran Modal Budaya

Modal budaya tersebut digunakan anggota GMSS-SKM berinteraksi dan mem

bangun hubungan sosial dengan komunitas, swasta, masyarakat dan pemerintah. Mod

al budaya juga dipertukarkan atau dikonversi menjadi modal lain. Berikut adalah pert

ukaran modal budaya pada lokasi penelitian.

a. Modal Budaya ke Modal Sosial

Dari bentuk modal budaya tersebut, GMSS-SKM dapat mempertukarkannya

untuk membentuk modal sosial. Modal sosial tersebut berupa hubungan-hubungan sos
ial pada berbagai pihak komunitas, swasta, masyarakat dan pemerintah demi upaya

pemulihan Sungai Karangmumus.

Anggota GMSS-SKM membentuk hubungan-hubungan baik dengan cara berg

aul yang baik melalui memposting keadaan sungai Karangmumus dan berdiskusi di

kolom komentar grup Facebook save Karangmumus serta mengajak menyusuri

sungai Karangmumus dari hilir ke hulu. Anggota GMSS-SKM membentuk hubungan-

hubungan tersebut agar kegiatannya dalam upaya pemulihan sungai Karangmumus da

pat berjalan dengan lancar. Hubungan-hubungan yang terjalin dengna baik berkat pert

ukaran modal budaya tersebut memperlancar kegiatan GMSS-SKM untuk menunjang

keberhasilannya dalam mencapai tujuan-tujuannya.

4.3.1.2 Modal Sosial

1. Pengumpulan Modal Sosial

Modal Sosial salah satu modal yang paling domiman di GMSS-SKM, yaitu

jejaring dari komunitas/LSM, masyarakat, akademisi, dan pemerintah. Cara

pengumpulan modal sosial oleh GMSS-SKM dengan berinteraksi lewat sosial media

dan diskusi mengenai Sungai Karangmumus bersama masyarakat, komunitas,

pemerintah, akademis dan menjaga kepercayaan pihak yang terlibat dengan komitmen

yang kuat. Dari interaksi dan hal-hal tersebut dapat tercipta hubungan-hubungan sosia

l baik dan harmonis dengan berbagai pihak yang terlibat. Pada wawancara di lokasi pe

nelitian, Misman sebagai ketua GMSS-SKM informan mengatakan:

“tanggapan masyarakat sangat positif dan ingin ikut serta dalam kegiatan kami yang

setiap hari dilakukan di sepanjang Sungai karangmumus itu salah satu poin kami

untuk tetap mengajak dan mengedukasi masyarakat Samarinda untuk mengupayakan

membersihkan bahkan ikut membantu memulihkan Karangmumus”.


Berkegiatan memungut sampah di sungai karangmumus tepatnya di daerah

Abdul muthalib yang berada di tengah Kota samarinda dengan begini GMSS-SKM

mudah mendapat perhatian ditambah berkomunikasi lewat Facebook dengan

postingan yang berisikan ajakan untuk peduli dan menjaga Sungai Karangmumus.

Dari hal tersebut memperluas hubungan GMSS-SKM dengan berbagai kelompok

masyarakat dan pemerintah. Dalam waktu beberapa bulan jejaring GMSS-SKM

semakin besar karena mempostingan kegiatan di Facebook secara intens lewat akun

Misman dengan ini terbentuknya hubungan baik yang mendatangkan anggota baru

dan relawan untuk ikut serta bersama GMSS-SKM

GMSS-SKM mengajak lewat media sosial melalui postingan ajakan lewat Facebook

diikutin relawan dari berbagai kalangan mulai dari mahasiswa, seperti mahasiswa

Pembangunan Sosial, Maplofa, KHOPI. Komunitas sosial antara lain Komunitas

Wirausaha Samarinda, Sahabat Samarinda, Jelajah, Jejak Budaya, Komunitas Drone

Samarinda. Alumni SMP dan SMA di Samarinda. Ormas seperti Pemuda Pancasila,

GEPAK dan lain-lain. Institusi Pemerintah seperti Dinas PUPR Kota Samarinda,

DLH Kota Samarinda

Setelah berjalan selama satu semester GMSS-SKM mulai menggunakan media

massa koran antara lain Tempo, Kaltimpost, Tribun Kaltim, Kumparan, dan lain-lain.

liputan lewat Media Televisi antara lain TvOne, SCTV, Indosiar, TVRI Kaltim,

Samarinda TV untuk memperluas hubungan dan memperluas kegiatan.

2. Penggunaan Modal Sosial

Semakin banyak yang ikut berkegiatan bersama, jejaring GMSS-SKM mulai

memperluas wilayah kerja dari bagian hilir Karangmumus di Jalan Abdul Muthalib

hingga ke hulu Karangmumus di Jalan Muang dalam. Ide ini dicetuskan oleh yustinus
dengan mengajak misman dan iyau untuk melebarkan fokus kegiatan untuk tidak

hanya mengajak untuk memungut sampah tapi juga mengajak peduli sungai

Karangmumus dengan berupaya untuk merestorasi sungai Karangmumus. Dengan

tujuan GMSS-SKM menjadi lebih besar menjadi : 1.) menumbuhkan kepedulian mer

awat sungai dengan membentuk komunitas peduli sungai 2.) pemulihan sungai

dengan berbasis partisipasi masyarakat. Maka dibutuhkan kegiatan yang lebih

terorganisir dengan memungut sehelai sampah menjadi okupasi lahan dan edukasi

secara intensif tentang Sungai Karangmumus dengan susur Sungai Karangmumus

untuk melihat kondisi sungai, mengenali tumbuhan yang berada di pinggir

Karangmumus.

3. Pertukaran Modal sosial

Modal-modal sosial digunakan GMSS-SKM untuk memperbesar gerakan dan

memperluas fokus kegiatan dengan menumbuhkan kepedulian lewat edukasi dan

mendapatkan atensi lebih banyak untuk memaksimalkan upaya pemulihan sungai

Karangmumus. hubungan baik juga lebih mudah dalam mendapatkan bantuan berupa

Alat-alat untuk bekerja di sungai Karangmumus ataupun dana untuk kegiatan. Modal

sosial juga dipertukarkan GMSS-SKM agar dapat memproduksi modal lain. Berikut p

ertukaran modal sosial tersebut.

a. Modal sosial ke modal material

Modal sosial yang dibentuk oleh GMSS-SKM dipertukarkan menjadi modal m

aterial lewat Hubungan sosial yang dibentuk dengan masyarakat, institusi pendidikan,

swasta, komunitas, dan pemerintah akan membuat GMSS-SKM memiliki ikatan kerja

sama yang baik dengan landasan kepercayaan akan komitmen GMSS-SKM untuk

Karangmumus. Dengan hal tersebut, pihak-pihak yang sudah terlibat menjadi tidak se
gan untuk memberikan bantuan berupa alat atau dana kegiatan kepada GMSS-SKM.

Selain itu, yang menjadi hal utama adalah GMSS-SKM membentuk hubungan sosial

dengan instansi pemerintahan membuat kegiatan aksi serta edukasi dan bantuan alat-

alat yang lebih besar dapat diwujudkan sehingga bisa bersinergi bersama untuk upaya

sungai Karangmumus. GMSS-SKM juga membentuk hubungan sosial dengan

institusi pendidikan mulai dari sekolah dasar, menengah pertama, menengah atas,

sampai tingkat universitas membuat mereka sering melakukan kegiatan menanam

pohon bersama GMSS-SKM dan memberikan sumbangan bibit pohon untuk GMSS-

SKM.

4.3.1.3 Modal Material

1. Pengumpulan Modal Material

Modal material sangat dibutuhkan oleh GMSS-SKM untuk menjalankan seluruh

kegiatan dan aktivitas gerakan. pengumpulannya juga beragam antara lain dalam

bentuk Pemberian pribadi, bantuan pemerintah dan urunan masing-masing anggota

GMSS-SKM untuk keperluan. Alat-alat yang didapatkan GMSS-SKM merupakan

hasil dari hubungan serta komunikasi yang baik dengan pihak kelompok masyarakat

dan pemerintah, kesadaran kolektif dan juga jejaring yang luas dengan berbagai

kelompok masyarakat dan pemerintah, adapun alat-alat perlengkapan yang didapatkan

antara lain:

Kelompok Pemerintah

1. PMI : Kantong plastik, sarung tangan pada tahun 2016

2. BWS Kalimantan III : Dua unit perahu mesin, life jacket satu set pada tahun 2016
3. DLH Kota Samarinda : Dua unit perahu mesin, gerobak sampah pada tahun 2016

4. BPDAS HL Mahakam Berau : Kebun bibit pada tahun 2016

5. Dinas PUPR Kota Samarinda : Satu unit perahu mesin pada tahun 2016

Kelompok Masyarakat

1. Naniek Harjanie : Dua unit perahu mesin pada tahun 2016

2. Safruddin Zuhri : Satu unit perahu mesin pada tahun 2016

3. Awang faroek ishak : Satu unit Perahu mesin pada tahun 2016

4. Ros pandanwangi : Dana pembangunan posko GMSS-SKM sebesar Rp

18.000.000 juta rupiah pada tahun 2016

5. Aswi mulyadin : Gerobak Sampah pada tahun 2016

6. Khairil marzuki tanjung : Satu unit perahu mesin pada tahun 2016

7. Alumni SMK 1 angkatan 79 : Satu unit perahu mesin pada tahun 2016

2. Penggunaan Modal Material

Dalam teori praktik Pierre Bourdieu modal material menjati modal utama yang

digunakan untuk menjalankan kegiatan dan dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk

mencapai tujuan para aktor. Dari modal material yang didapatkan di atas

dipergunakan untuk seluruh aktivitas gerakan, dan kegiatan lapangan. Tidak hanya

alat tetapi dana juga termasuk Modal material yang didapatkan oleh aktor GMSS-
SKM dan cenderung digunakan untuk melengkapi alat-alat yang kurang saat kegiatan

contohnya Arit, Parang, Kerangjang, pengait, cangkul, ember dan konsumsi ketika

kegiatan di Karangmumus berupa Gorengan, kopi, nasi bungkus, teh, air mineral

gelas yang dibagikan untuk anggota GMSS-SKM dan kelompok-kelompok yang

sedang berkegiatan bersama GMSS-SKM di sungai Karangmumus

Sebelas unit perahu yang di dapatkan oleh GMSS-SKM dalam bentuk pemberian

dan bantuan digunakan untuk mempermudah memungut sampah di tengah

Karangmumus dan digunakan juga untuk susur Sungai Karangmumus yang

menjadikan ciri khas tersendiri di GMSS-SKM. Pembangunan posko ditujukan agar

posko lebih kondusif untuk digunakan berkegiatan dan diskusi dengan berbagai

kelompok. Dua gerobak sampah untuk menampung hasil memungut sampah di

Sungai Karangmumus. Sedangkan kebun bibit dipergunakan setelah membangun

SeSuKaMu di Muang Ilir dengan dana urunan dari anggota GMSS-SKM sebesar Rp

40.000.000 Juta Rupiah.

3. Pertukaran Modal Material

Modal-modal material tersebut digunakan GMSS-SKM untuk menunjang kegi

atan mereka. Selain digunakan, modal-modal material pun dapat dipertukarkan. Tujua

n dari pertukaran atau konversi modal adalah agar modal dapat terus memproduksi da

n mereproduksi menjadi modal lainnya. Dalam hal ini merupakan salah satu permaina

n yang dilakukan oleh aktor. Berikut adalah bentuk pertukaran modal material.

a. Modal Material ke Modal Simbolik

Modal simbolik bagi GMSS-SKM adalah berupa suatu nilai simbol yang mem

buat GMSS-SKM menjadi ciri khas agar mudah dikenali. Beberapa modal simbolik y
ang dimiliki oleh GMSS-SKM yang berupa alat-alat kegiatan dan dana kegiatan adala

h hasil dari konversi modal material.

Alat-alat hasil dari pemberian bantuan dari berbagai pihak digunakan saat

kegiatan memungut sampah di sungai Karang mumus dengan ciri khas saat kegiatan

menggunakan baju berwarna hijau yang bertuliskan GMSS-SKM dan menggunakan

sarung tangan serta pengait sampah dan keranjang untuk memungut sampah di

Karang mumus sekitar jalan Abdul Muthalib sampai menuju daerah pasar segiri.

GMSS-SKM juga menggunakan armada perahu hasil dari bantuan dari pihak-pihak

yang terlibat untuk memungut sampah yang berada di tengah sungai secara beramai -

ramai dengan ini kegiatan terlihat mencolok mata untuk menunjukan komitmen dan id

entitas gerakan agar masyarakat Samarinda yang melihat kegiatan GMSS-SKM di

sungai Karang mumus dapat mengingatnya.

Dana yang didapat dari hasil bantuan digunakan membuat posko berkumpul di

jalan Abdul Muthalib untuk digunakan sebagai tempat diskusi atau FGD (Focus

group discussion) dengan berbagai pihak

membentuk dan melakukan pertukaran modal material berupa peralatan

kegiatan menjadi sebuah nilai simbolik. Nilai masyarakat samarinda yang melihat

GMSS-SKM melakukan aksi dapat mengingat identitas dari gerakan ini. Sesederhana

itu nilai simbolik yang melekat pada GMSS-SKM, hal-hal tersebut dapat membuat me

reka mudah diingat dan mudah ditemukan untuk diajak bekerjasama.

4.3.1.4 Modal Simbolik

1. Pengumpulan Modal Simbolik

Modal simbolik pada aktor yaitu GMSS-SKM berupa kekhasan perbedaan

kegiatan yang membentuk identitas diri. Nilai kekhasan dan identitas itu diperoleh
GMSS-SKM dari peralatan yang digunakan, aksi kegiatan yang biasa dilakukan di

Karang mumus. Berikut ini adalah bentuk modal simbolik yang dimiliki oleh informa

n-informan di lokasi penelitian.

a) Setiap melakukan kegiatan GMSS-SKM selalu memposting di Facebook

b) kegiatan memungut sampah di sungai Karangmumus yang menggunakan arrmada

perahu GMSS-SKM yang didapatkan dari hasil pemberian dari berbagai pihak

yang menjadi ciri khas tersendiri dimana setiap perahu yang berisikan sampai 4

orang yang menggunakan pengait, parang, sarung tangan dan membawa plastik

untuk memungut sampah

armada perahu ini menguatkan identitas GMSS-SKM agar lebih mudah dikenal

masyarakat Samarinda. Secara tidak langsung setiap masyarakat Samarinda yang

melihat kegiatan GMSS-SKM di sungai Karangmumus atau melihat postinga-

postingan anggota GMSS-SKM di Facebook tertarik untuk ikut serta turun ke sungai

Karangmumus. Tanpa disadari Modal-modal simbolik yang dimiliki dan digunakan se

cara sadar atau tidak sadar oleh GMSS-SKM tersebut, membentuk kekhasan yang

berbeda dari gerakan lain atau identitas yang membuat GMSS-SK dapat selalu diing

at oleh masyarakat Samarinda yang melihat kegiatan GMSS-SKM di Karang mumus

2. Penggunaan Modal Simbolik

Modal simbolik digunakan GMSS-SKM selaku aktor sebagai ciri khas atau id

entitas yang membedakan mereka dari gerakan dan organisasi lainnya. Modal simboli

k berupa kegiatan yang berbeda dengan mengguakan perahu yang menyusuri sungai

sambil mengumpulkan sampah sepanjang jalur sungai Karang mumus Selain

kegiatan yang berubah menjadi kebiasaan penggunaan perlengkapan dan alat-alat atau

apa yang dipakai GMSS-SKM dan pemilihan tempat untuk membangun posko memp
unyai nilai simbol. Posko di jalan Abdul Muthalib khusus digunakan untuk kegiatan

memungut sampah di daerah hilir sungai Karang mumus sedangkan di bagian hulu

dibangun posko dan jalur hijau didekat bendungan Benanga. Pemilihan tempat

disesuaikan dengan fokus kegiatan GMSS-SKM yaitu dibagian hilir memungut

sampah dan di hulu melakukan penghijauan dengan menanam pohon tersebut membe

ntuk nilai-nilai simbolik yang menjadi suatu yang khas dan dapat menarik perhatian d

an mudah diingat oleh masyarakat Samarinda

Penjelasan tentang penggunaan modal simbolik diatas sejalan dengan penjelas

an modal simbolik menurut Pierre Bourdieu. Dalam teori Praktik Pierre Bourdieu, mo

dal simbolik digambarakan sebagai modal yang berupa kekhasan dan bentuk identitas

dari aktor-aktor agar mudah diingat dan ditemukan. Pada hasil penelitian ditemukan b

ahwa modal-modal yang berbentuk simbolik seperti pada penjelasan diatas menunjan

g keberadaan Gerakan GMSS-SKM tersebut agar mudah diingat oleh masyarakat

Samarinda dan mudah ditemukan oleh langgannnya.

4.4 Habitus GMSS-SKM

Modal-modal GMSS-SKM yang digunakan untuk upaya pemulihan Sungai

Karangmumus didukung juga oleh Habitus atau kebiasaan yang menjadi penunjang

gerakan GMSS-SKM. Habitus-habitus ini diciptakan oleh anggota GMSS-SKM

melalui pengalaman atau pembelajaraan dari praktik perjuangan di ranah mereka yaitu

Sungai Karangmumus. Beragam habitus ini menjadi pembeda GMSS-SKM yang

sebagai aktor dan Sungai Karangmumus sebagai ranah dengan aktor-aktor yang

berada diranah lain yang memiliki habitus berbeda.

Berikut berbagai macam habitus GMSS-SKM:

4.1 Manajemen waktu anggota GMSS-SKM


GMSS-SKM sebagai LSM memiliki keterbukaan anggota, jadi setiap anggota

bebas kapan saja datang jika kesibukan atau pekerjaan mereka selesai dan melakukan

kegiatan GMSS-SKM pada jam 12 siang atau jam 2 siang sampai jam 6 sore di

Sungai Karangmumus. Anggota yang aktif salah satunya

Misman pada pagi hari jam 10 bekerja sebagai wartawan dengan menyunting

beberapa artikel dan kadang menjadi pembicara seminar tentang lingkungan. Setelah

semua kegiatan misman ke Sekolah Sungai Karangmumus di Jalan Muang dalam

pada jam 12.00 WITA menyiapkam perlengkapan untuk menanam dan memungut

sampah di sungai. Jam 14.00 WITA turun ke Sungai Karangmumus menggunakan

perahu, 14.10 WITA memulai merawat pohon dengan arit dan parang dengan

memotong tumbuhan yang menutupi pohon yang baru ditanam. Jam 17.30 WITA

kembali ke Sekolah Sungai Karangmumus menggunakan perahu. Setelah beraktivitas

di Sekolah Sungai Karangmumus jam 18.00 WITA pulang kembali ke rumah. Seluruh

kegiatan ini dilakukan setiap harinya oleh misman

4.2 Pengelolaan Kegiatan GMSS-SKM

GMSS-SKM adalah organisasi yang terbuka bagi siapa saja yang ingin ikut turun

ke Karangmumus untuk memungut sampah dan merawat pohon di sempadan sungai.

Jadi tidak keterikatan dengan GMSS-SKM setiap kelompok atau perorangan datang

menjadi diri mereka sendiri Persetujuan kegiatan selalu dilakukan lewat obrolan

Whatsapp dan Facebook Messenger.

GMSS-SKM sebagai wadah pengembangan untuk menumbuhkan kepedulian

pada Karangmumus melalui pembelajaraan tentang sungai dengan kegiatan yang

mereka buat sesuai kelompok atau individu yang datang untuk beraktivitas bersama.

Dari kelompok pemerintah dengan GMSS-SKM melakukan kegiatan yang ceremonial


seperti penanaman pohon bersama Kementerian Lingkungan Hidup, Balai wilayah

Sungai Kalimantan III, Kepala Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Hutan

Lindung Mahakam Berau (BPDASHL). Kegiatan bersama kelompok pemerintah

selalu ada disetiap bulannya dengan agenda yang berbeda-beda.

Dari kelompok mahasiswa dan masyarakat umum lebih kepada diskusi bersama

tentang kondisi Karangmumus dari hulu ke hilir dan turun ke Karangmumus untuk

memungut sampah. Setiap harinya selalu ada mahasiswa yang ikut bersama GMSS-

SKM untuk memungut sampah, menanam dan merawat pohon dari prodi dan bidang

disiplin ilmu yang bermacam-macam. Setiap pertemuan dengan kelompok pemerintah

maupun mahasiswa dan masyarakat umum dilakukan di Sekolah Sungai

Karangmumus karna kondisinya mendukung untuk diskusi, seminar, atau acara

ceremonial lainnya. Setiap diskusi dengan mahasiswa GMSS-SKM menghadirkan

bapak Akhyar selaku konsultan lingkungan dan bapak Yustinus sapto hardjanto

selaku pengelola Sekolah Sungai Karangmumus yang lebih mengerti ekosistem

sungai dan saat di lapangan akan bersama dengan Misman dan Iyau untuk merawat

menanam pohon, merawat pohon, dan memungut sampah.

Selama berjalannya kegiatan di Sekolah Sungai Karangmumus. GMSS-SKM

telah menanam sepuluh ribu pohon dengan enam puluh satu jenis pohon, berikut

beberapa jenis tumbuhan native spesies di sungai Karangmumus dari enam puluh satu

tumbuhan yang ditanam 1.) Bungur 2.) Kademba 3.) Putat 3.) Rengas 4.) Singkuang

5.)Bengalon 6.)Bayur 7.)Ipil 8.) Bengkal 9.) Rambai Padi.

4.3 Pengelolaan Alat kegiatan dan dana operasional GMSS-SKM


Untuk gerakan yang lebih banyak melakukan kegiatan dilapangan GMSS-SKM

membutuhkan banyak alat mulai dari sepatu boot, parang, arit, cangkul, linggis,

perahu, dayung, karung, pengait, dan gerobak motor. Semua alat memiliki fungsi

masing saat berkegiatan sepatu boot dipakai ketika memasuki Karangmumus untuk

menghindari sampah kaca dan paku yang berada di Sungai Karangmumus. Parang

dan arit digunakan untuk memotong rumput disekitar pohon yang ditanam. Linggis

dan cangkul digunakan untuk membuat lubang pembibitan dan penanaman pohon.

Perahu dan dayung digunakan untuk menyusuri sungai Karangmumus sedangkan

Gerobak motor digunakan untuk mengangkut bibit pohon, sampah, dan batu-batuan.

Pengait untuk mengambil sampah dibersihkan setelah selesai berkegiatan di

Karangmumus.

Untuk parang dan arit diasah setiap hari agar tetap tajam ketika memotong

rumput. Sepatu boot dibersihkan setiap hari sebelum dan sesudah turun ke sungai

Karangmumus. Untuk cangkul dan linggis dibersihkan setiap hari setelah digunakan

berkegiatan. Pengait dibersihkan juga setiap harinya berbeda dengan perahu yang

hanya dibersihkan seminggu sekali sedangkan gerobak motor diganti olinya setiap

bulan dan bensin yang selalu diisi full dari dana operasional GMSS-SKM.

Dana operasional GMSS-SKM berasal dari donatur pribadi dan uang pribadi dari

anggota. Donatur pribadi dari Sugeng Chairudin dan Keinan Harjanie dengan total Rp

500.000 rupiah digunakan untuk pemeliharaan gerobak motor GMSS-SKM setiap

bulannya dan uang pribadi dari anggota salah satunya misman menggunakan uang

pribadi dari gaji wartawan serta hasil menjual tanah dan mobil pribadinya untuk

okupasi lahan. Okupasi lahan dilakukan di sempadan Sungai Karangmumus jalan

Muang Ilir dengan membeli tanah warga dengan total harga Rp 60.000.000 rupiah

untuk dikembalikan menjadi sempadan sungai yang penuh pohon.


4.4 Bentuk pengelolaan emosi anggota GMSS-SKM

Setiap memungut sampah di bagian hilir GMSS-SKM selalu mendapat cibiran

langsung saat di lapangan dari beberapa masyarakat Samarinda yang skeptis terhadap

gerakan GMSS-SKM beberapa perkataan “Mana mungkin kamu bisa habisin sampah

di Sungai Karangmumus” “Sudahlah kada mungkin Karangmumus bisa kembali kaya

dulu” “Mungut sampah di Karangmumus tu nang kaya nge cat langit ikam” Perkataan

ini selalu terdengar ketika GMSS-SKM memungut sampah di Karangmumus. Berikut

uraian Cara anggota GMSS-SKM dalam menghadapi cibiran ini dengan

1. Mendiamkan mereka dengan tetap memungut sampah

2. Menjaga emosi dengan mengingat komitmen pada Sungai Karangmumus

3. Memberikan pemahaman tentang Sungai Karangmumus dengan obrolan ringan

saat selang waktu kegiatan

4. Tetap ramah kepada orang yang mencemooh dan memakluminya

Di bagian hulu GMSS-SKM yaitu area SeSuKaMu (Sekolah Sungai Karangmumus)

di Jalan Muang Ilir. Datangnya GMSS-SKM mendapatkan pro dan kontra. Beberapa

warga senang dengan datangnya GMSS-SKM karna kampung muang menjadi ramai

dengan berbagai kunjungan Mahasiswa, Komunitas, LSM, dan Pemerintah.

Masyarakat yang kontra pada GMSS-SKM takut lahan pinggir sungai tidak bisa

ditanamin lagi oleh mereka. Respon warga yang menolak GMSS-SKM dengan cara

menebang pohon dan membakar lahan okupasi yang ditanamin pohon yang dibibitkan

oleh GMSS-SKM dan alat- alat GMSS-SKM dicuri mulai dari parang, gerobak,

linggis, lampu, arit, pompa air, dan sepatu bot. Cara anggota GMSS-SKM

mengkontrol emosi dari kejadian ini dengan:


1. Memposting pohon yang ditebang dan lahan okupasi yang terbakar di grup

Facebook Save Karangmumus dan Whatsapp dengan caption penyemangat agar tidak

putus asa.

2. Menanami kembali pohon yang ditebang dan lahan yang dibakar.

3. Lahan yang dibakar ditanamin dengan singkong agar warga tidak

membakarnya dengan melihat singkong yang bisa dikonsumsi dan menjadi nilai

ekonomi untuk warga sekitar.

4. Memasang plang GMSS-SKM di area okupasi

5. Pencurian alat-alat ditanggapinya dengan tenang agar tidak menimbulkan

keributan di Muang ilir

6. Memindahkan beberapa Alat di pos GMSS-SKM Gunung lingai Gang

Masyarakat Perum Griya Mukti.

7. Membuat barikade di pintu dengan kayu ulin serta menambahkan gembok

besar agar tidak dicuri kembali

Mengontrol emosi dan menanggapinya dengan tenang menjadi hal yang wajib

untuk GMSS-SKM mengingat GMSS-SKM menjadi pendatang di kampung muang

ilir selalu saja ada hal-hal yang membuat perasaan anggota menjadi emosi, namun

GMSS-SKM harus tetap mengontrol emosinya agar mendapatkan hati orang-orang

yang menolak dan mencibir GMSS-SKM agar tujuan pemulihan Sungai

Karangmumus berjalan dengan baik.

Penutup:
Praktik GMSS-SKM yang telah berjalan selama kurang lebih 6 tahun di Kota

Samarinda membuktikan bahwa mampu mempertahankan eksistensinya. Tiap-tiap

kegiatan dilakukan dengan sukarela bersama pihak-pihak pemerintah, institusi

pendidikan, swasta, komunitas, maupun perorangan dari masyarakat Samarinda. Deng

an memulai gerakan modal minim atau terbatas maka dibutuhkan strategi-strategi unt

uk menggerakan GMSS-SKM agar kegiatan tetap bisa terus berjalan sampai hari ini.

Strategi-strategi yang dimaksud adalah pengumpulan, penggunaan, dan pertukaran mo

dal-modal. Adapun modal-modal tersebut adalah berupa modal material, modal buday

a, modal sosial, dan modal simbolik. Dalam kajian teori praktik Pierre Bourdieu, mod

al-modal tersebut merupakan alat yang mampu menunjang aktivitas aktor di dalam ra

nahnya. Modal-modal tersebut memiliki fungsi masing-masing sesuai kegunaannya.

Dengan modal material, GMSS-SKM bisa menjalankan kegiatan dengan lebih efektif

namun diperlukan lebih dari itu modal budaya yang merupakan adopsi dari pengalam

an anggota GMSS-SKM mereka berinteraksi di sungai Karangmumus dengan

bermain, berenang, memancing serta berperahu. dari modal budaya tersebut dapat terb

entuk modal lain yaitu modal sosial yang berupa hubungan-hubungan sosial yang terj

alin berkat interaksi-interaksi yang dilakukan dengan menyampaikan perubahan

Karang mumus yang sekarang terlihat banyak sampah. Selain itu juga terdapat modal

simbolik sebagai sebuah ciri khas serta nilai identitas dari GMSS-SKM yang berfung

si sebagai pembeda gerakan tersebut dengan gerakan yang lainnya. Strategi Modal-m

odal tersebut juga dipertukarkan menjadi modal lain agar modal terus memproduksi. S

elain itu, setiap kegiatan anggota GMSS-SKM lakukan juga membentuk habitus-habit

us mereka masing-masing. Jadi di dalam GMSS-SKM terdapat keberagaman modal-

modal dan habitus-habitus.


Strategi pengumpulan, penggunaan, dan pertukaran modal yang dikemukakan

Pierre Bourdieu merupakan strategi yang saling melengkapi dalam penggunaannya. St

rategi ini mampu mempertahankan eksistensi aktor-aktornya didalam ranah. Ini terbuk

ti dari eksistensi GMSS-SKM yang mampu bertahan hingga saat ini dengan menggun

akan strategi ini. Dengan habitus-habitus, modal-modal, dan strategi pengumpulan, pe

nggunaan, pertukaran modal tersebut, GMSS-SKM berjuang untuk eksistensinya

demi upaya pemulihan sungai Karang mumus

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan dan penelitian di lapangan mengenai Stategi dan

Perjuangan oleh GMSS-SKM (Gerakan memungut sehelai sampah sungai Karang

mumus) di dalam upaya pemulihan sungai Karang mumus Kota Samarinda, penulis d

apat menarik kesimpulan-kesimpulan berikut:


1. GMSS-SKM memiliki habitus yang beraneka ragam. keragaman habitus-habitu

s yang dimiliki tersebut diciptakan dan diatur sendiri oleh anggota GMSS-SKM

sebagai wujud dari kegiatan dan usaha perjuangan dalam upaya pemulihan

Sungai Karang mumus.

2. Langkah awal GMSS-SKM bermodal material yang sangat minim dengan

hanya memiliki modal budaya yaitu pengetahuan dan pengalaman bermain di

sungai Karangmumus sebagai untuk menunjang kegiatan upaya pemulihan

Karangmumus, GMSS-SKM menggunakan strategi-strategi pengumpulan, peng

gunaan, dan pertukaran modal-modal.

3. Selain modal budaya, modal-modal lain yang dikumpulkan dan digunakan oleh

GMSS-SKM adalah modal sosial, modal material dan modal simbolik. Modal b

udaya berupa pengetahuan dan pengalaman bermain anggota GMSS-SKM di

Sungai Karangmumus, Modal sosial berupa hubungan yang dijalin dengan baik

antara GMSS-SKM dengan pihak-pihak yang sukarela terlibat dari institusi

pendidikan, pemerintahan, swasta, komunitas, serta relawan perorangan yang

datang karena kepedulian yang sama dengan sungai Karangmumus. Modal simb

olik berupa ciri khas dan identitas yang terbentuk pada GMSS-SKM agar muda

h diingat dan mudah ditemukan masyarakat Samarinda yang ingin juga

melakukan aksi memungut sampah di Karang mumus atau menanam pohon di

jalur hijau bagian hulu Karang mumus. Modal-modal tersebut pun dapat dipertu

karkan menjadi bentuk-bentuk modal lain agar modal dapat terus berproduksi d

an mereproduksi.

4. Strategi pengumpulan, penggunaan, dan pertukaran modal merupakan strategi y

ang saling melengkapi dan mampu mendistribusikan modal serta menjaga


keberlangsungan gerakan dalam melakukan upaya pemulihan Sungai Karang

mumus oleh GMSS-SKM.

5.2 Saran

Berikut ini adalah beberapa saran yang dapat penulis kemukakan mengenai pe

nelitian ini:

1. Kelemahan GMSS-SKM dalam pengelolaan kegiatan karena tidak adanya

keterikatan. Dalam hal ini harusnya GMSS-SKM menegaskan kalau ingin

berkegiatan harus menjadi anggota tidak hanya menjadi relawan yang datang

sesaat membantu. Agar ada kejelasan anggota GMSS-SKM

2. Untuk menjaga jalur hijau yang dibangun di Hulu Sungai Karang mumus

semestinya Dalam hal ini dibutuhkan perhatian khusus semestinya GMSS-

SKM bersinergi bersama BWS atau BPDAS-HL untuk menjaga jalur hijau

agar tidak terbakar dengan mempekerjakan masyarakat sekitar muang untuk

menjaga jalur hijau dan membangun pembatas .

Anda mungkin juga menyukai