yang digagas Misman dan Bachtiar ”Iyau Tupang” karena keadaan Sungai
Misman dan Iyau tergerak untuk melakukan aksi merawat Sungai Karangmumus.
GMSS-SKM berpendapat bahwa air adalah sumber kehidupan untuk semua mahluk
hidup maka perlu adanya aksi tegas untuk memulai upaya pemulihan Sungai
pada siapapun, tetapi bekerjasama dengan siapapun” inilah yang selalu diucapkan
misman sebagai founder gerakan. GMSS-SKM ingin menjadi wadah untuk mengajak
memunguti sampah. Misman dan Iyau menganggap salah satu permasalahan di Sunga
pah ke Sungai. Maka dari itu misman dan Iyau melakukan hal sebaliknya yaitu
sampah berada di sekitaran jembatan jalan Abdul Muthalib Kota Samarinda. Namun
yang ada di sungai tapi memungut sampah sebagai tindakan perlawanan dan edukasi
pemungutan sampah di jalan Abdul Muthalib. Setelah penentuan lokasi Misman dan
Iyau menamakan aksi ini dengan nama Gerakan Memungut Sehelai Sampah Sungai
menjadi lembaga swadya masyarakat. Pada tahun 2016 GMSS-SKM resmi menjadi
badan hukum lewat akta pendirian lembaga swadaya masyarakat disahkan oleh
notaris dengan nomor akta 19, pada tanggal 27 januari 2016 dan nama-nama yang
menjadi pendirinya : 1.) Misman 2.) Bachtiar (Iyau tupang) 3.) Safrudin Zuhri 4.)
Abdul Basyith 5.) Moh. Ghofar 6.) Intoniswan 7.) Moh. Roghrib 8.) Endro Surip
Efendi
Gambar 1.1
Akta Pembentukan GMSS-SKM
Gambar 1.2
Peserta Musyawarah Pendiri LSM GMSS-SKM Samarinda
hanya sebagai pelengkap untuk syarat pembentukan akta. Namun beberapa anggota
1. Misman
2. Iyau tupang
5. Naniek Harjanie
6. Akhyar
Dari Trajektori dapat terlihat asal usul perjalanan kepemilikan modal dan terbentukny
1. Misman tinggal dan lahir di Samarinda, tinggal dekat dengan sungai Misman
membawa misman menjadi pegiat lingkungan dengan fokus ke dalam ranah sungai
sungai, karena di situ ada ikan, udang yang hidup juga” sampai sekarang misman
dua PTN Universitas Mulawarman dengan jurusan administrasi negara dan IKIP
studinya di 2 PTN ini. Misman mempunyai ketertarikan dengan seni khususnya seni
teater, Kesukaannya pada seni teater menjadikannya pengajar seni drama sebagai
seniman teater dan Wartawan pendidikan yang tergabung dalam PWI (Persatuan
dasar Kota Samarinda. Ini menjadi langkah awal asal-usul terbentuknya GMSS-SKM.
dengan misman karena tinggal di bantaran sungai karangmumus dari kecil hingga
Martapura, Iyau lebih menghabiskan waktu di Sungai saat masih muda dengan
berperahu atau “bejukung” yang selalu iyau katakan. Pendidikan terakhir yang di
tempuh adalah SMA tepatnya SMA Negeri 1 Kota Samarinda salah satu sekolah
terfavorit di Samarinda, iyau yang dipertemukan dengan Misman oleh basyith yaitu
teman satu angkatannya saat SMA niat mempertemukan basyith karena Misman dan
Iyau punya ketertarikan yang sama dengan Sungai Karangmumus dan posko
3. Yustinus sapto hardjanto salah satu pegiat lingkungan dan lulusan sekolah tinggi
filsafat dan teologi Minahasa Sulawesi Utara. Perjalanan sebagai pegiat lingkungan
organisasi yang bergerak di bidang lingkungan dan kemanusiaan (Pokja 30, BUMI)
ikut karena memiliki perhatian yang sama tentang Sungai Karangmumus. Yustinus
bentuk artikel.
rumah neneknya yang berdekatan dengan sungai, dan juga suka aktif di perkumpulan
krisdiyanto adalah lulusan Agroteknologi bidang Ilmu hama dan penyakit tumbuhan
Universitas Mulawarman ketertarikan pada tanaman dan fungsi sungai membuatnya
5. Naniek harjanie pensiunan PNS yang menjabat sebagai mantan Kepala Instalasi
GMSS-SKM beraksi dan memiliki misi yang sama dengan GMSS-SKM mengajak
postingan dari Misman namun tidak untuk memungut sampah namun membantu
misman dengan gagasan dan sebagai pembicara GMSS-SKM saat ada kunjungan dari
buku ihram di mana dikatakan “janganlah engkau membunuh mahluk hidup saat
berihram” kata-kata ini tertanam pada akhyar diaplikasikan lewat GMSS-SKM untuk
7. Khairil Marzuki tanjung adalah pendatang dari Kota Medan Provinsi Sumatera
membuatnya merasa memiliki tanggung jawab untuk ikut serta aktif melakukan
kegiatan sosial. Khairil membuat komunitas bernama Warkop care yang aktif dalam
melakukan aksi sosial dan lingkungan. Bergabungnya anggota karena dasar yang
sama yaitu kepedulian dalam bentuk relawan aktif secara penuh disetiap kegiatan di
Sungai Karangmumus.
4.3 Pengumpulan, pertukaran, dan pemanfaatan berbagai macam modal oleh
GMSS-SKM
Meskipun memiliki modal material yang relatif sedikit, namun modal material terseb
ut digunakan semaksimal mungkin oleh GMSS-SKM. Selain modal material, juga ter
dapat modal-modal lain seperti modal budaya, modal sosial, dan modal simbolik. Car
i modal lain agar modal dapat terus memproduksi dan mereproduksi. Berikut ini adala
h tabel bentuk modal dan pengumpulan, penggunaan dan pertukaran modal oleh
GMSS-SKM :
Tabel 4.1
Materi Uang, perahu mesin, arit, - Uang didapatkan Modal Uang digunakan untuk
al palu, cangkul, pengait dari pemberian material membangun SeSuKaMu
sampah, gerobak motor, pribadi ke (Sekolah Sungai
parang, kebun bibit, masyarakat dalam modal Karangmumus),
Pangkalan Pungut, bentuk bantuan simbolik Pangkalan pungut dan
SeSuKaMu (Sekolah Sungai dan patungan dari . melengkapi alat-alat yang
Karangmumus) anggota GMSS- kurang.
SKM -Alat-alat digunakan untuk
- alat-alat operasional lapangan
didapatkan GMSS-SKM sehari-hari
bantuan dari - SeSuKaMu (Sekolah
pemerintah, Sungai Karangmumus) dan
masyarakat, pangkalan pungut menjadi
komunitas, dan ikon karena kegiatan
swasta diskusi, seminar,
Serta membelinya sosialisasi semua
dari hasil uang dilaksanakan di sini
patungan yang
tersisa
dimiliki GMSS-SKM
Modal budaya yang dimiliki anggota GMSS-SKM diadopsi dan dibentuk melalui
hingga dewasa dan menjadi ingatan ketika sungai Karangmumus menjadi tempat
berenang, memancing ikan, menjaring udang, perahu yang berlalu-lalang dan bebas
dari sampah plastik. Dari semua pengalaman nyata yang dialami anggota GMSS-
Karangmumus yang dulu dengan keadaan Karangmumus pada saat ini yang kotor
karna sampah. Hal ini sesuai dengan kajian teori praktik Pierre Bourdieu yang mengg
ambarkan modal budaya sebagai modal yang melekat pada diri aktor melalui proses d
ari waktu ke waktu. Dalam hal ini proses tersebut adalah ketika aktor yaitu anggota
pada masyarakat Samarinda lewat media sosial Facebook dan pengalaman digunakan
saat berada di lapangan menyusuri sungai dan mengoperasikan perahu motor dan
Hubungan yang baik dengan komunitas, swasta, masyarakat dan pemerintah, alat-alat
kegiatan, ciri khas atau simbol yang didapatkan GMSS-SKM dengan modal budaya
mereka.
Hasil penelitian ini sesuai dengan apa yang dikemukakan Pierre Bourdieu dalam
penjelasannya tentang modal budaya yang digunakan untuk berinteraksi. Pada lokasi
penelitian modal budaya digunakan anggota GMSS-SKM sebagai alat untuk berintera
ksi dan menyampaikan perhatian mereka pada sungai Karangmumus dengan berbagai
komunitas, swasta, masyarakat dan pemerintah. Hal ini terbukti usaha interaksi
tanggapan dan apresiasi positif dalam bentuk postingan pujian di media sosial untuk
GMSS-SKM
bangun hubungan sosial dengan komunitas, swasta, masyarakat dan pemerintah. Mod
al budaya juga dipertukarkan atau dikonversi menjadi modal lain. Berikut adalah pert
untuk membentuk modal sosial. Modal sosial tersebut berupa hubungan-hubungan sos
ial pada berbagai pihak komunitas, swasta, masyarakat dan pemerintah demi upaya
aul yang baik melalui memposting keadaan sungai Karangmumus dan berdiskusi di
pat berjalan dengan lancar. Hubungan-hubungan yang terjalin dengna baik berkat pert
Modal Sosial salah satu modal yang paling domiman di GMSS-SKM, yaitu
pengumpulan modal sosial oleh GMSS-SKM dengan berinteraksi lewat sosial media
pemerintah, akademis dan menjaga kepercayaan pihak yang terlibat dengan komitmen
yang kuat. Dari interaksi dan hal-hal tersebut dapat tercipta hubungan-hubungan sosia
l baik dan harmonis dengan berbagai pihak yang terlibat. Pada wawancara di lokasi pe
“tanggapan masyarakat sangat positif dan ingin ikut serta dalam kegiatan kami yang
setiap hari dilakukan di sepanjang Sungai karangmumus itu salah satu poin kami
Abdul muthalib yang berada di tengah Kota samarinda dengan begini GMSS-SKM
postingan yang berisikan ajakan untuk peduli dan menjaga Sungai Karangmumus.
semakin besar karena mempostingan kegiatan di Facebook secara intens lewat akun
Misman dengan ini terbentuknya hubungan baik yang mendatangkan anggota baru
GMSS-SKM mengajak lewat media sosial melalui postingan ajakan lewat Facebook
diikutin relawan dari berbagai kalangan mulai dari mahasiswa, seperti mahasiswa
Samarinda. Alumni SMP dan SMA di Samarinda. Ormas seperti Pemuda Pancasila,
GEPAK dan lain-lain. Institusi Pemerintah seperti Dinas PUPR Kota Samarinda,
massa koran antara lain Tempo, Kaltimpost, Tribun Kaltim, Kumparan, dan lain-lain.
liputan lewat Media Televisi antara lain TvOne, SCTV, Indosiar, TVRI Kaltim,
memperluas wilayah kerja dari bagian hilir Karangmumus di Jalan Abdul Muthalib
hingga ke hulu Karangmumus di Jalan Muang dalam. Ide ini dicetuskan oleh yustinus
dengan mengajak misman dan iyau untuk melebarkan fokus kegiatan untuk tidak
hanya mengajak untuk memungut sampah tapi juga mengajak peduli sungai
tujuan GMSS-SKM menjadi lebih besar menjadi : 1.) menumbuhkan kepedulian mer
awat sungai dengan membentuk komunitas peduli sungai 2.) pemulihan sungai
terorganisir dengan memungut sehelai sampah menjadi okupasi lahan dan edukasi
Karangmumus.
Karangmumus. hubungan baik juga lebih mudah dalam mendapatkan bantuan berupa
Alat-alat untuk bekerja di sungai Karangmumus ataupun dana untuk kegiatan. Modal
sosial juga dipertukarkan GMSS-SKM agar dapat memproduksi modal lain. Berikut p
aterial lewat Hubungan sosial yang dibentuk dengan masyarakat, institusi pendidikan,
swasta, komunitas, dan pemerintah akan membuat GMSS-SKM memiliki ikatan kerja
sama yang baik dengan landasan kepercayaan akan komitmen GMSS-SKM untuk
Karangmumus. Dengan hal tersebut, pihak-pihak yang sudah terlibat menjadi tidak se
gan untuk memberikan bantuan berupa alat atau dana kegiatan kepada GMSS-SKM.
Selain itu, yang menjadi hal utama adalah GMSS-SKM membentuk hubungan sosial
dengan instansi pemerintahan membuat kegiatan aksi serta edukasi dan bantuan alat-
alat yang lebih besar dapat diwujudkan sehingga bisa bersinergi bersama untuk upaya
institusi pendidikan mulai dari sekolah dasar, menengah pertama, menengah atas,
pohon bersama GMSS-SKM dan memberikan sumbangan bibit pohon untuk GMSS-
SKM.
kegiatan dan aktivitas gerakan. pengumpulannya juga beragam antara lain dalam
hasil dari hubungan serta komunikasi yang baik dengan pihak kelompok masyarakat
dan pemerintah, kesadaran kolektif dan juga jejaring yang luas dengan berbagai
antara lain:
Kelompok Pemerintah
2. BWS Kalimantan III : Dua unit perahu mesin, life jacket satu set pada tahun 2016
3. DLH Kota Samarinda : Dua unit perahu mesin, gerobak sampah pada tahun 2016
5. Dinas PUPR Kota Samarinda : Satu unit perahu mesin pada tahun 2016
Kelompok Masyarakat
3. Awang faroek ishak : Satu unit Perahu mesin pada tahun 2016
6. Khairil marzuki tanjung : Satu unit perahu mesin pada tahun 2016
7. Alumni SMK 1 angkatan 79 : Satu unit perahu mesin pada tahun 2016
Dalam teori praktik Pierre Bourdieu modal material menjati modal utama yang
mencapai tujuan para aktor. Dari modal material yang didapatkan di atas
dipergunakan untuk seluruh aktivitas gerakan, dan kegiatan lapangan. Tidak hanya
alat tetapi dana juga termasuk Modal material yang didapatkan oleh aktor GMSS-
SKM dan cenderung digunakan untuk melengkapi alat-alat yang kurang saat kegiatan
contohnya Arit, Parang, Kerangjang, pengait, cangkul, ember dan konsumsi ketika
kegiatan di Karangmumus berupa Gorengan, kopi, nasi bungkus, teh, air mineral
Sebelas unit perahu yang di dapatkan oleh GMSS-SKM dalam bentuk pemberian
posko lebih kondusif untuk digunakan berkegiatan dan diskusi dengan berbagai
SeSuKaMu di Muang Ilir dengan dana urunan dari anggota GMSS-SKM sebesar Rp
atan mereka. Selain digunakan, modal-modal material pun dapat dipertukarkan. Tujua
n dari pertukaran atau konversi modal adalah agar modal dapat terus memproduksi da
n mereproduksi menjadi modal lainnya. Dalam hal ini merupakan salah satu permaina
n yang dilakukan oleh aktor. Berikut adalah bentuk pertukaran modal material.
Modal simbolik bagi GMSS-SKM adalah berupa suatu nilai simbol yang mem
buat GMSS-SKM menjadi ciri khas agar mudah dikenali. Beberapa modal simbolik y
ang dimiliki oleh GMSS-SKM yang berupa alat-alat kegiatan dan dana kegiatan adala
Alat-alat hasil dari pemberian bantuan dari berbagai pihak digunakan saat
kegiatan memungut sampah di sungai Karang mumus dengan ciri khas saat kegiatan
sarung tangan serta pengait sampah dan keranjang untuk memungut sampah di
Karang mumus sekitar jalan Abdul Muthalib sampai menuju daerah pasar segiri.
GMSS-SKM juga menggunakan armada perahu hasil dari bantuan dari pihak-pihak
yang terlibat untuk memungut sampah yang berada di tengah sungai secara beramai -
ramai dengan ini kegiatan terlihat mencolok mata untuk menunjukan komitmen dan id
Dana yang didapat dari hasil bantuan digunakan membuat posko berkumpul di
jalan Abdul Muthalib untuk digunakan sebagai tempat diskusi atau FGD (Focus
kegiatan menjadi sebuah nilai simbolik. Nilai masyarakat samarinda yang melihat
GMSS-SKM melakukan aksi dapat mengingat identitas dari gerakan ini. Sesederhana
itu nilai simbolik yang melekat pada GMSS-SKM, hal-hal tersebut dapat membuat me
kegiatan yang membentuk identitas diri. Nilai kekhasan dan identitas itu diperoleh
GMSS-SKM dari peralatan yang digunakan, aksi kegiatan yang biasa dilakukan di
Karang mumus. Berikut ini adalah bentuk modal simbolik yang dimiliki oleh informa
perahu GMSS-SKM yang didapatkan dari hasil pemberian dari berbagai pihak
yang menjadi ciri khas tersendiri dimana setiap perahu yang berisikan sampai 4
orang yang menggunakan pengait, parang, sarung tangan dan membawa plastik
armada perahu ini menguatkan identitas GMSS-SKM agar lebih mudah dikenal
postingan anggota GMSS-SKM di Facebook tertarik untuk ikut serta turun ke sungai
cara sadar atau tidak sadar oleh GMSS-SKM tersebut, membentuk kekhasan yang
berbeda dari gerakan lain atau identitas yang membuat GMSS-SK dapat selalu diing
Modal simbolik digunakan GMSS-SKM selaku aktor sebagai ciri khas atau id
entitas yang membedakan mereka dari gerakan dan organisasi lainnya. Modal simboli
k berupa kegiatan yang berbeda dengan mengguakan perahu yang menyusuri sungai
kegiatan yang berubah menjadi kebiasaan penggunaan perlengkapan dan alat-alat atau
apa yang dipakai GMSS-SKM dan pemilihan tempat untuk membangun posko memp
unyai nilai simbol. Posko di jalan Abdul Muthalib khusus digunakan untuk kegiatan
memungut sampah di daerah hilir sungai Karang mumus sedangkan di bagian hulu
dibangun posko dan jalur hijau didekat bendungan Benanga. Pemilihan tempat
sampah dan di hulu melakukan penghijauan dengan menanam pohon tersebut membe
ntuk nilai-nilai simbolik yang menjadi suatu yang khas dan dapat menarik perhatian d
an modal simbolik menurut Pierre Bourdieu. Dalam teori Praktik Pierre Bourdieu, mo
dal simbolik digambarakan sebagai modal yang berupa kekhasan dan bentuk identitas
dari aktor-aktor agar mudah diingat dan ditemukan. Pada hasil penelitian ditemukan b
ahwa modal-modal yang berbentuk simbolik seperti pada penjelasan diatas menunjan
Karangmumus didukung juga oleh Habitus atau kebiasaan yang menjadi penunjang
melalui pengalaman atau pembelajaraan dari praktik perjuangan di ranah mereka yaitu
sebagai aktor dan Sungai Karangmumus sebagai ranah dengan aktor-aktor yang
bebas kapan saja datang jika kesibukan atau pekerjaan mereka selesai dan melakukan
kegiatan GMSS-SKM pada jam 12 siang atau jam 2 siang sampai jam 6 sore di
Misman pada pagi hari jam 10 bekerja sebagai wartawan dengan menyunting
beberapa artikel dan kadang menjadi pembicara seminar tentang lingkungan. Setelah
pada jam 12.00 WITA menyiapkam perlengkapan untuk menanam dan memungut
perahu, 14.10 WITA memulai merawat pohon dengan arit dan parang dengan
memotong tumbuhan yang menutupi pohon yang baru ditanam. Jam 17.30 WITA
di Sekolah Sungai Karangmumus jam 18.00 WITA pulang kembali ke rumah. Seluruh
GMSS-SKM adalah organisasi yang terbuka bagi siapa saja yang ingin ikut turun
Jadi tidak keterikatan dengan GMSS-SKM setiap kelompok atau perorangan datang
menjadi diri mereka sendiri Persetujuan kegiatan selalu dilakukan lewat obrolan
mereka buat sesuai kelompok atau individu yang datang untuk beraktivitas bersama.
Sungai Kalimantan III, Kepala Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Hutan
Dari kelompok mahasiswa dan masyarakat umum lebih kepada diskusi bersama
tentang kondisi Karangmumus dari hulu ke hilir dan turun ke Karangmumus untuk
memungut sampah. Setiap harinya selalu ada mahasiswa yang ikut bersama GMSS-
SKM untuk memungut sampah, menanam dan merawat pohon dari prodi dan bidang
bapak Akhyar selaku konsultan lingkungan dan bapak Yustinus sapto hardjanto
sungai dan saat di lapangan akan bersama dengan Misman dan Iyau untuk merawat
telah menanam sepuluh ribu pohon dengan enam puluh satu jenis pohon, berikut
beberapa jenis tumbuhan native spesies di sungai Karangmumus dari enam puluh satu
tumbuhan yang ditanam 1.) Bungur 2.) Kademba 3.) Putat 3.) Rengas 4.) Singkuang
membutuhkan banyak alat mulai dari sepatu boot, parang, arit, cangkul, linggis,
perahu, dayung, karung, pengait, dan gerobak motor. Semua alat memiliki fungsi
masing saat berkegiatan sepatu boot dipakai ketika memasuki Karangmumus untuk
menghindari sampah kaca dan paku yang berada di Sungai Karangmumus. Parang
dan arit digunakan untuk memotong rumput disekitar pohon yang ditanam. Linggis
dan cangkul digunakan untuk membuat lubang pembibitan dan penanaman pohon.
Gerobak motor digunakan untuk mengangkut bibit pohon, sampah, dan batu-batuan.
Karangmumus.
Untuk parang dan arit diasah setiap hari agar tetap tajam ketika memotong
rumput. Sepatu boot dibersihkan setiap hari sebelum dan sesudah turun ke sungai
Karangmumus. Untuk cangkul dan linggis dibersihkan setiap hari setelah digunakan
berkegiatan. Pengait dibersihkan juga setiap harinya berbeda dengan perahu yang
hanya dibersihkan seminggu sekali sedangkan gerobak motor diganti olinya setiap
bulan dan bensin yang selalu diisi full dari dana operasional GMSS-SKM.
Dana operasional GMSS-SKM berasal dari donatur pribadi dan uang pribadi dari
anggota. Donatur pribadi dari Sugeng Chairudin dan Keinan Harjanie dengan total Rp
bulannya dan uang pribadi dari anggota salah satunya misman menggunakan uang
pribadi dari gaji wartawan serta hasil menjual tanah dan mobil pribadinya untuk
Muang Ilir dengan membeli tanah warga dengan total harga Rp 60.000.000 rupiah
langsung saat di lapangan dari beberapa masyarakat Samarinda yang skeptis terhadap
gerakan GMSS-SKM beberapa perkataan “Mana mungkin kamu bisa habisin sampah
dulu” “Mungut sampah di Karangmumus tu nang kaya nge cat langit ikam” Perkataan
di Jalan Muang Ilir. Datangnya GMSS-SKM mendapatkan pro dan kontra. Beberapa
warga senang dengan datangnya GMSS-SKM karna kampung muang menjadi ramai
Masyarakat yang kontra pada GMSS-SKM takut lahan pinggir sungai tidak bisa
ditanamin lagi oleh mereka. Respon warga yang menolak GMSS-SKM dengan cara
menebang pohon dan membakar lahan okupasi yang ditanamin pohon yang dibibitkan
oleh GMSS-SKM dan alat- alat GMSS-SKM dicuri mulai dari parang, gerobak,
linggis, lampu, arit, pompa air, dan sepatu bot. Cara anggota GMSS-SKM
Facebook Save Karangmumus dan Whatsapp dengan caption penyemangat agar tidak
putus asa.
membakarnya dengan melihat singkong yang bisa dikonsumsi dan menjadi nilai
Mengontrol emosi dan menanggapinya dengan tenang menjadi hal yang wajib
ilir selalu saja ada hal-hal yang membuat perasaan anggota menjadi emosi, namun
Penutup:
Praktik GMSS-SKM yang telah berjalan selama kurang lebih 6 tahun di Kota
an memulai gerakan modal minim atau terbatas maka dibutuhkan strategi-strategi unt
uk menggerakan GMSS-SKM agar kegiatan tetap bisa terus berjalan sampai hari ini.
dal-modal. Adapun modal-modal tersebut adalah berupa modal material, modal buday
a, modal sosial, dan modal simbolik. Dalam kajian teori praktik Pierre Bourdieu, mod
al-modal tersebut merupakan alat yang mampu menunjang aktivitas aktor di dalam ra
Dengan modal material, GMSS-SKM bisa menjalankan kegiatan dengan lebih efektif
namun diperlukan lebih dari itu modal budaya yang merupakan adopsi dari pengalam
bermain, berenang, memancing serta berperahu. dari modal budaya tersebut dapat terb
entuk modal lain yaitu modal sosial yang berupa hubungan-hubungan sosial yang terj
Karang mumus yang sekarang terlihat banyak sampah. Selain itu juga terdapat modal
simbolik sebagai sebuah ciri khas serta nilai identitas dari GMSS-SKM yang berfung
si sebagai pembeda gerakan tersebut dengan gerakan yang lainnya. Strategi Modal-m
odal tersebut juga dipertukarkan menjadi modal lain agar modal terus memproduksi. S
elain itu, setiap kegiatan anggota GMSS-SKM lakukan juga membentuk habitus-habit
rategi ini mampu mempertahankan eksistensi aktor-aktornya didalam ranah. Ini terbuk
ti dari eksistensi GMSS-SKM yang mampu bertahan hingga saat ini dengan menggun
BAB V
5.1 Kesimpulan
mumus) di dalam upaya pemulihan sungai Karang mumus Kota Samarinda, penulis d
s yang dimiliki tersebut diciptakan dan diatur sendiri oleh anggota GMSS-SKM
sebagai wujud dari kegiatan dan usaha perjuangan dalam upaya pemulihan
3. Selain modal budaya, modal-modal lain yang dikumpulkan dan digunakan oleh
GMSS-SKM adalah modal sosial, modal material dan modal simbolik. Modal b
Sungai Karangmumus, Modal sosial berupa hubungan yang dijalin dengan baik
datang karena kepedulian yang sama dengan sungai Karangmumus. Modal simb
olik berupa ciri khas dan identitas yang terbentuk pada GMSS-SKM agar muda
jalur hijau bagian hulu Karang mumus. Modal-modal tersebut pun dapat dipertu
karkan menjadi bentuk-bentuk modal lain agar modal dapat terus berproduksi d
an mereproduksi.
5.2 Saran
Berikut ini adalah beberapa saran yang dapat penulis kemukakan mengenai pe
nelitian ini:
berkegiatan harus menjadi anggota tidak hanya menjadi relawan yang datang
2. Untuk menjaga jalur hijau yang dibangun di Hulu Sungai Karang mumus
SKM bersinergi bersama BWS atau BPDAS-HL untuk menjaga jalur hijau