TAHUN 2022
Disusun Oleh:
Dosen Pembimbing
Lapangan: Dr. Komaruddin,
M.Si
TAHUN 2022
ASAL MULA DESA SUNGAI MEDANG
Ria wardani1*, Dr. Komaruddin, M.Si2, Budiman, M.Psi., Ph.D., Psy.3 1Prodi
pendidikan guru madrasah ibtidaiyah, UIN Raden Fatah Palembang
2
Prodi PMI UIN Raden Fatah Palembang
3
LP2M UIN Raden Fatah Palembang
Email: riawardani0@gmail.com
ABSTRAK
Menyatakan bahwa:
Artikel ini adalah karya penulis sendiri, bukan contekan/plagiat, dan belum pernah
dipublikasikan di jurnal manapun.
Di setiap nama pasti mempunyai makna dan arti tersendiri, baik nama, Negara, Kota,
daerah dan nama kita sendiri. Dari cerita yang saya ambil adalah nama daerah saya sendiri
yaitu nama Kelurahan Sungai Medang salah satu daerah bagian dari Kota Prabumulih.
pemerintah berusaha agar masyarakat lebih maju serta penduduk yang makmur dan
merupakan cita-cita masyarakat secara umum.
Dalam mewujudkan hal tersebut, maka perlu diketahui potensi-potensi Kelurahan
yang dapat digali serta dikembangkan. Perkembangan kependudukan merupakan salah satu
contoh potensi Kelurahan yang berkaitan erat dengan perubahan keadaan penduduk baik
kuantitas maupun kualitas. Dengan mengetahui keadaan kuantitas maupun kualitas
penduduk, maka akan lebih mudah dalam menentukan langkah menuju keberhasilan
membangun masyarakat yang lebih maju.
Masyarakat yang maju diharapkan dapat mendukung terwujudnya kesejahteraan
bersama. Perkembangan kependudukan dapat berhasil jika pengelolaan dan penyajian data
kependudukan berskala Nasional atau daerah berjalan dengan baik. Data kependudukan yang
diolah dengan baik dan sistematis akan menjadi informasi bagi pembangunan kependudukan.
Selain data kependudukan, perlu diketahui potensi-potensi lain misalnya potensi budaya,
kekayaan alam, sosial, agama, dan sebagainya yang menjadi ciri khusus suatu desa.
Data yang digunakan dalam penulisan sejarah dan profil Kelurahan ini bersumber dari
data wawancara dengan tokoh-tokoh masyarakat kelahiran tahun 60 sampai dengan 80-an
yang sekarang masih sehat wal'afiat dan survei ke lapangan dan pemberian informasi terkait
potensi kelurahan dan data kependudukan. Buku ini disusun oleh Pemerintah Kelurahan
Sungai Medang bersama segenap perangkat Kelurahan dan tim. sebagai tindak lanjut atas
perintah dari Lurah Kelurahan Sungai Medang untuk membuat dan Penyusunan sejarah dan
Profil Tahun 2019. Mengingat kebutuhan informasi dan sejarah tersebut sangat penting untuk
mendukung kelengkapan administrasi desa dan mendukung pembangunan Kelurahan Sungai
Medang.
Yang tidak kalah pentingnya agar tradisi tersebut selalu di ingat bahkan dilestarikan
bagi masyarakat Kelurahan Sungai Medang. maka penyusunan Buku sejarah dan Profil ini
diharapkan dapat memberikan wawasan tetang keadaan Sungai Medang terdahulu dan
sejarahnya.
METODE
Setiap nama pasti mempunyai makna dan arti tersendiri, baik nama: negara, kota,
daerah dan nama kita sendiri, dan tersebutlah nama desa Sungai Medang sekarang Kelurahan
daerah bagian dari kota Prabumulih. Menurut wawancara yang kami wawancarai dari
beberapa tokoh kebudayaan Kelurahan Sungai Medang yang nama Sungai Medang bukan
merupakan nama pertama kali saat didirikan saat didirikan nama Sungai Medang adalah
“TALANG KERATING DIWA".
Alkisah sekitar pada tahun 1800 dikisahkan bahwa ada seorang lelaki yang bernama
Leman (patih Liman) pergi menggembara setelah disuruh Oleh Pangeran Malia Jaman Hindia
Belanda untuk berjalan ke Matahari terbenam, Menurut penuturan beberapa Tokoh yang
Kami wawancarai Pateh Leman berasal dari Desa Muara Sungai dia Mempunyai seorang
Kakak yang bernama Patih Ciduk, yang saat itu berada didesa Petanang. Karena diantara
mereka selalu ada konflik maka mengalahlah sang Pateh Leman Pergi menuju Arah matahari
terbenam Setelah medapat saran dari Pangeran Malia (desa Kartamula adalah desa tertua
Saku Belida). Dalam perjalanan tersebut Patih Leman mendapati Talang Orang Pandan Kala
itu, dia berniat tinggal disitu tanpa menggangu Talang orang Pandan tersebut dan singgah di
Sungai Gile (sekarang daerah Sungai Saberang).
Hari berganti hari Sang Pateh Leman ingin mencari pengikut dan menunggu di tengah
jalan dan menghadang orang yang lewat, Apabila Pateh Leman kalah dalam sebuah adu
tanding maka orang tersebut diperbolehkan lewat walau dari mana saja, dan yang kalah harus
menjadi rakyatnya, dan terus terjadi hingga puluhan tahun. Jumlah yang menepati talang
Kerating Diwa tersebut kala itu hanya 8 kepala keluarga dan Pemabatu (asisten) Pateh Leman
adalah Puyang Buluh Hitam yang mendirikan Talang Sanyuroh.
Sementara Talang adalah orang pandan yang tidak jauh dari tempat tersebut pindah
meninggalkan talang tersebut, pada saat itu Pateh Leman berencana untuk menyeberang
sungai Seberang ke arah hulu untuk memperluas wilayah pemukiman maka para rakyat pateh
leman menyebarang sungai yang kala itu sudah Puluhan warga yang ikut untuk menyecar
(merentes) menuju ke hulu, pada akhirnya mereka berhenti tepatnya di dekat balai yang pada
saat itu masih merupakan hutan belantara.
Saat pembersihan dan pembesaran pemukiman rakyat Pateh Leman selalu pulang
pergi melewati sungai Seberang sampai bertahun-tahun. Karena rakyat Pateh Leman sudah
merasa sudah kesulitan untuk selalu menyeberangi sungai tiap hari, maka salah satu warga
tersebut mengusulkan untuk menebang pohon Medang yang sudah sangat besar tepat ditepi
sungai seberang tersebut, dan setujulah Patch Leman dan warga Untuk menebang pohon
Medang itu.
Warga yang ikut untuk menyecar (merentes) menuju ke hulu, pada akhirnya berhenti
tepatnya di dekat Balai saat itu masih hutan belantara. Saat pembersihan tempat pembesaran
pemukiman rakyat Pateh Leman selalu pulang pergi melewati sungai Seberang sampai
bertahun-tahun. Karena rakyat Pateh Leman sudah merasa sudah kesulitan untuk selalu
menyeberangi sungai tiap hari, maka salah satu warga tersebut mengusulkan untuk menebang
pohon Medang yang sudah sangat besar tepat ditepi sungai seberang tersebut, dan setujulah
Pateh Leman dan warga Untuk menebang pohon Medang itu.
Maka seluruh rakyat Keranting Diwa bergotong royong menumbangkan pohon
medang tersebut, karna pohon medang itu besar sekali saat roboh batang pohon itu sampai
melanggar sungai Seberang, sehingga para rakyat Pateh Leman menjadikan pohon tersebut
sebagai Lambian (Jembatan) untuk menyebrang ke pemukiman baru. Sejak saat itu diubahlah
nama Talang Kerating Diwa menjadi Desa Sungai Medang.
Sungai Medang berasal dari kata Sungai yang berfungsi sebagai sumber kehidupan,
mata pencarian, dan untuk memenuhi kebutuhan hidup, sedangkan kata Medang berasal dari
kayu besar, kuat dan kokoh yang melintang di sungai dimana kayu tersebut menghubungkan
pemukiman satu dan pemukiman seberangnya sehingga terjalinlah hubungan yang baik
Dikisahkan pula dahulu kala Pateh Liman (orang yang pertama sekali mendirikan
desa Sungai Medang) mulai menyemberang dan menelusuri setiap hutan hutan, kemudian
ditengah hutan bertemulah seekor kijang bertanduk cabang tujuh, Kijang itu mati biregan
(matinya karena umur kijang sudah sangat tua). Kemudian dijadikanlah tempat tersebut pusat
desa yang berdiri sampai saut ini yang disebut balai desa dan Pasebian. Usang Puyang Pateh
Leman menemukan akar kambesawan itam (akar yang biasa ada dibubu tempat mencari ikan)
yang melilit seekor kijang bertanduk tujuh akar itu ternyata berkhasiat bisa menyembuhkan
penyakit contohnya untuk mengobati obat batuk.
Dengan adanya pengobatan mengunakan akar tersebut, sehingga banyak orang-orang
dari berbagai gologan datang ke desa Sungai Medang untuk berobat, Usang Puyang Patch
Liman berjanji bahwa barang siapa yang berobat di desa Sungai Medang dengan
menggunakan air dari akar kayu tersebut, maka mereka harus tinggal di desa Sungai Medang
untuk selama-lamannya sebagai imbalan-Nya, dari situlah banyak sekali orang-orang yang
berdatangan ke desa Sungai Medang. dan menurut Penuturan tokoh Masyarakat Sungai
Medang Bapak Saiyful Anwar (alm), bapak Ahmadal, bupak Abustan, dan bapak Edi Arhab
(Ode) Penduduk Asli Sungai Medang adalah Pendatang.
Dan kisahkan juga bahwa Sang Patch Leman mempunyai 2 Istri, istri tuanya tinggal
di Desa Muara Sungai dan Istri mudanya ada di Desa Sungai Medang dan kuburannya ada
didekat kuburan Sinasiam. dan dikarenakan kisah 2 Istri Patch Leman tersebut timbulah
kepercayaan apablia rakyat Sungai Medang ingin berkarang (mencari) ikan disungai dan
ikutlah orang Muara Sungai Maka Ikan disungai itu akan menghilang. Sinasiam Merupakan
orang pandan yang meninggal Gadis.
Foto Dokumentasi di Desa Sungai Medang