Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN INDIVIDU KGIATAN MAHASISWA

BAKTI SOSIAL MAHASISWA

UNIVERSITAS WARMADEWA 2021

DESA PENDEM

OLEH

I KOMANG ALLAN TRY PURWANTA 202032121084 ( EKONOMI DAN BISNIS )

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS WARMADEWA

DENPASAR

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, karenaa atas rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Program Bakti Sosial Mahasiswa
(BSM) ini yang bertempat di Desa Pendem, Kec. Jembrana, Kab Jembrana.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tanpa adanya dukungan dan bantuan dari berbagai
pihak, maka laporan program kerja ini tidak akan dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena
itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih pada :

1. Prof.dr.I Dewa Putu Widjana,DAPE&E.Sp selaku Rektor Universitas Warmadewa

2. Dr. I Made Sara, SE,MP Selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Warmadewa

3. I Made Setana, SE,M.Age Selaku Wakil Dekan I Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Warmadewa

4. Ni Putu Riasning, S,E,AK,M.MA Selaku Wakil Dekan II Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Warmadewa

5. A.A Ketut Jayawarsa, SE.,M.Si. Selaku Wakil Dekan III Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Warmadewa

6. Ni Ketut Dentri sebagai Pemilik Usaha

7. Teman-teman Kelas C2

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini masih terdapat kekurangan dan
keterbatasan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangan dibutuhkan.
Namun demikian, merupakan harapan besaar bagi penulis bila laporan ini dapat mmmemberikan
sumbangan pengetahuan dan menjadi suatu karya yang bermanfaat.

Pendem, 6 Februari 2021

Penulis
BAB I PENDAHULUAN

A. Dasar

Pemikiran

Bakti Sosiaal Mahasiswa (BSM) adalah suatu kegiaatan intrakulikuler yang memadukan
pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi (pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada
masyarakat) dengan cara memberikan kepada mahasiswa pengalaman belajar dan bekerja dalam
kegiatan pembangunan masyarakat sebagai wahana penerapan dan pengembangan ilmu
teknologi yang dilaksanakan di luar kampus dalam waktu mekanisme kerja dan teknologi
persyaratan tertentu. Bakti Sosial Mahasiswa ini bertujuan untuk memberi kesempatan kepada
mahasiswa untuk menerapkan ilmu yang didapat dari universitas yang akan digunakan untuk
memajukan kesejahtraan suatu wilayah , dalam hal ini yaitu Desa, Mahasiswa diharapkan
mampu menggali sumber potensi baik yang sudah ada dan dapat dikembangkan, maupun yang
belum dilirik untuk dikembangkan menjadi sebuah potensi unggulan, dan juga mahasiswa
mengamalkan Tri Dharma Perguruan Tinggi yaitu pengabdian kepada masyarakat.

Desa Pendem merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Jembrana,
Kabupaten Jembrana. Letak wilayah strategis dan mata pencaharian Penduduk Desa Pendem
yang beranekaa ragam, yang mana mayoritas masyarakatnya adlah pegawai swasta di bidang
pariwisata dan petani, di tengah wabah covid-19 seperti sekarang ini banyak masyarakat yang
dirumahkan bahkan kehilangan pekerjaan serta UKM masih minim pemahaman pencegahan
covid-19 dalam penerapan new normal. dari hal tersebut masalah yang dapat bantu untuk
menyelesaikannya dan potensi nyang dapat kita bantu untuk mengembangkannya. Seperti halnya
dalam melaksanakan kegiatan bakti sosial mahsiswa yang ditempatkan pada desa Pendem,
Jembrana berjumlah 1 orang dan mahasiswa memilih 1 usaha rumahan untuk menjalankan
program BSM ini.
B. Kodisi tempat umum BSM

Desa Pendem termasuk ke dalam wilaayah kecamatan Jembrana, Kabupaten Jembrana,


Provinsi Bali. Desa Pendem berdiri Pada pertengahan abad ke 14 disebelah selatan
Kabupaten Jembrana terletak sebuah desa dipinggir laut yang diperintah oleh seorang raja
yang bernama : I Gusti Rangsasa. Raja ini sangat ketat menjalankan peraturan
pemerintahannya, antara lain barang siapa yang melalui/melewati daerahnya harus
menyembah pada raja. Pada waktu itu turunlah ke Bali seorang brahmana/pendeta dari
majapahit yang beliau diberi nama Danghyang Nirarta/Pedanda Sakti Wawurawuh.
Setibanya beliau didaerah kekuasannya Raja I Gusti Rangsasa, lalu beliau dicegat oleh
para pengawal Raja dan dimohon untuk menyembah rajanya. Beliau menyampaikan
bahwa beliau tidak boleh menyembah manusia, yang mana bila beliau lakukan akan
menimbulkan malapetaka bagi kerajaan itu, tetapi para pengawal bersikeras untuk
memaksa beliau agar mau menyembah dan kalau tidak mengindahkan, maka beliau akan
dibunuh.akhirnya karena beliau di paksa untuk menyembah raja, lalu beliau mengatakan
kepada para pengawal raja, apakah nanti akan berani menanggung resiko/akibatnya, para
pengawal raja menjawabnya, bahwa apapun yang akan terjadi mereka akan berani
menanggung akibatnya.

Oleh karena demikian, maka pada waktu ida pendanda bersiap (ngregepan) akan
melakukan sembah, terjadilah suatu keajaiban yaitu Puri Gusti Rangsasa menjadi hancur
berantakan. Mengetahui hal tersebut bahwa ada seorang sakti datang, akhirnya Raja I
Gusti Rangsasa lari ke arah Utara diiringi oleh rakyat beliau yang masih setia menembus
hutan belantara. Daerah bekas puri I Gusti Rangsasa hancur berantakan itu di sebut
dengan “Puri Encak” yang kemudian berubah ucapan menjadi Purancak dan lumrah di
sebut dengan “Perancak“.

Pelarian I Gusti Rangsasa ke arah utara itu, melalui rawa-rawa (bahasa Jawanya Jember)
dan Hutan (bahasa Jawa Kunonya Wana), sehingga daerah ini disebut dengan Jember
Wana atau Jimbarwana dan berubah ucap menjadi Jembrana.

Kemudian setibanya Beliau di Daerah yang telah dirasakan aman, beliau mendirikan
pemukiman baru dan akhirnya beliau wafat di sana. Tempat beliau wafat itu sekarang di
sebut Banjar Sawe Rangsasa (sawe artinya Mayat). Jadi daerah tersebut bernama “mayat
I Gusti Rangsasa” yang terletak di kelurahan Dauh Waru, yang berbatasan dibagian
Timur dengan Kelurahan Pendem.
Mayat (Sawe) beliau akhirnya dikubur (di Pendem) di Daerah sebelah Baratnya, yang
dewasa ini bernama Daerah Pendem, (karena tempat mengubur/memendem mayat Raja I
Gusti Rangsasa) dan pada tahun 1981 telah di tingkatkan menjadi Kelurahan Pendem.

Sedangkan mengenai nama-nama lingkungan di Kelurahan Pendem dikatakan bahwa,


pengiring Raja I Gusti Rangsasa yang banyak jumlahnya itu karena menempuh hutan
belantara banyak yang kesasar/salah jalan sehingga terpisah dengan Raja dan
rombongannya, lalu tiba pada suatu tempat, disana mereka membuat pemukiman baru
dan oleh karena mereka dalam pelarian itu membawa “Busana Dewa Anak Agung“
dengan demikian daerah baru tersebut mereka beri nama “Dewasana“. Dan untuk
peringatan mereka kemudian mendirikan tempat persembahyangan (Pura) yang disebut
dengan Pura Dewasana dan sampai sekarang masih tetap disungsung oleh warga di
masyarakat di lingkungan Dewasana.

Dilingkungan Dewasana ini terdapat sebuah batu besar dan disekitarnya tumbuh pohon
Enau (Jaka) yang pada suatu ketika salah satu pohon Enau tersebut tumbang dan
menimpa batu terdebut, sehingga batu itu pecah menjadi dua dan sekarang disebut
dengan Batu Belah. Dari belahan batu tersebut keluar air secara menitis yang sangat
jernih mengalir ke arah selatan dan membuat alur sebuah sungai kecil yang diberi nama
tukad titis. Aliran sungai itu sangat kecil, sehingga setibanya pada daerah dibawahnya
tidak dapat menutupi seluruh permukaan dasar sungai, dimana paras yang ada di daerah
itu yang terletak di bagian bawah sungai itu tetap tersimbul keluar ke permukaan air dan
dalam jarak yang panjang. Jadi seolah-olah di tengah sungai tersebut terdapat pulau yang
terdiri dari paras. Oleh penduduk di sebut dengan pancar, karena jaraknya yang panjang
di sebut dawe (Bahasa Bali) lalu daerah itu diberi nama Pancardawa.

Kemudian air sungai tersebut terus mengalir kearah selatan dimana daerah itu merupakan
tempat memendam sawe I Gusti Rangsasa dan sampai sekarang tetap bernama Pendem
dan daerah aliran sungai titis terus dimanfaatkan untuk pertanian.

Sedangkan lingkungan paling selatan yaitu pada waktu pengiring I Gusti Rangsasa
selesai melaksanakan upacara memendem mayat (sawe) rajanya, dengan hati sangat sedih
membuat pemukiman baru dibagian selatan teben dari bekas memendem rajanya, mereka
namakan daerah baru tersebut sebetan, karena mereka dengan hati sebet/sedih
ditinggalkan wafat oleh rajanya. Sejak tahun 1966 nama Banjar Sebetan akhirnya diganti
menjadi Banjar Satria, karena pada tahun 1940 di pinggir selatan dari wilayah Banjar
Sebetan digunakan sebagai Asrama Militer kala Zaman Penjajahan dan untuk
memberikan kesan bahwa penduduk didaerah ini agar suaya tidak lagi dibayangi oleh
perasaan bersedih hati (sebet).

Anda mungkin juga menyukai