Anda di halaman 1dari 19

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan (Design) Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan desain penelitian deskriptif

kualitatif. Deskriptif kualitatif merupakan suatu penelitian kualitatif untuk studi yang

memiliki sifat deskriptif. Penelitian deskriptif kualitatif menghasilkan data yang

menggambarkan pertanyaan tentang “siapa, apa, dan di mana peristiwa atau

pengalaman terjadi” dari sudut pandang subjektif mengenai fenonema yang kurang

dipahami (Kim et al., 2016). Deskriptif kualitatif menekankan kepada suatu realitas

di berbagai situasi yang bersifat dinamis dan dirasakan berbeda yang berhubungan

erat dengan subyeknya. Hal ini disimpulkan bahwa realitas itu multiple dan subyektif

(Lincoln et al., 2017).

Deskriptif kualitatif berusaha untuk mengumpulkan deskripsi yang kaya

tentang fenomena dari mereka yang memiliki pengalaman dengan bahasa yang

mudah dimengerti, dan memberikan peluang untuk memperoleh pengetahuan dalam

atau emik, serta belajar bagaimana mereka melihat dunia dari sudut pandangnya

sendiri (Bradshaw et al., 2017). Hal ini senada dengan Sandelowski (2010) bahwa

pendekatan deskriptif kualitatif menjadi pijakan yang dapat digunakan dalam

memberikan deskripsi langsung dari pengalaman dan persepsi seseorang. Dalam

deskriptif kualitatif, peneliti menjadi orang yang peduli dengan penafsiran

pengalaman dan persepsi subyek manusia dalam situasi yang unik (Ritchie et al.,

2014).

Seiring prosesnya, tujuan peneliti dengan pendekatan deskriptif kualitatif

ingin memberikan penjelasan tentang pengalaman, peristiwa, atau proses dimana

44
sebagian besar orang dalam hal ini peneliti dan partisipan setujui adalah akurat

(Sullivan-Bolyai et al, 2005 dalam Bradshaw et al. (2017). Pendekatan deskriptif

kualitatif tidak mengharuskan peneliti untuk bergerak jauh dari data dan tidak

memerlukan penyajian data yang sangat abstrak dibandingkan dengan desain

kualitatif lainnya, tetapi tentunya tetap menghasilkan beberapa interpretasi (Lambert

& Lambert, 2012).

Secara singkat bahwa penelitian deskriptif kualitatif merupakan studi untuk

menemukan fakta dengan interprestasi yang tepat. Oleh karena itu, peneliti

menetapkan deskriptif kualitatif menjadi sangat relevan digunakan dalam penelitian

ini. Hal ini dengan alasan bahwa peneliti ingin mendapatkan dan mendalami suatu

fenomena, proses, perspektif, dan pandangan dunia dari orang-orang yang terlibat

sehingga akhirnya menemukan pola-pola baru dari fenomena tersebut, yang dalam

hal ini kaitannya tentang persepsi orang tua tentang perkembangan sosial emosional

anak prasekolah di masa pandemi Covid-19.

3.2 Setting dan Konteks Penelitian

Tempat penelitian yang awalnya direncanakan dilakukan di empat Taman

Kanak-kanak Kelurahan Paal Merah Kota Jambi yang terdiri dari TK Bahrul Ulul

Nafis, TK Ekadyasa, TK Nur Muhammad, dan TK Bunda Pratiwi, akan tetapi dalam

pelaksanaan terdapat satu TK yang tidak mengizinkan peneliti melakukan penelitian

dengan alasan banyaknya siswa yang ingin pindah ke TK lain dan TK belum siap

menerima mahasiswa penelitian. Penelitian akhirnya dilakukan di tiga TK yaitu TK

Bahrul Ulul Nafis, TK Ekadyasa, dan TK Nur Muhammad. TK Kelurahan Paal

Merah Kota Jambi dipilih dengan alasan berdasarkan hasil studi pendahuluan bahwa

45
TK di Kelurahan Paal Merah Kota Jambi selama pandemi menerapkan metode

pembelajaran konvensionals yang hanya terbatas pada interaksi guru dan orang tua,

dan orang tua merasa bertanggung jawab penuh terhadap perkembangan anak

sehingga perlu digali perkembangan sosial emosional anak berdasarkan persepsi

orang tua di masa pandemi Covid-19.

Tempat pengambilan data dilakukan di rumah partisipan dan ada juga di

lakukan di sekolah berdasarkan persetujuan dan kontrak antara peneliti dan

partisipan agar mendapatkan suasana yang nyaman dan partisipan dapat

mengungkapkan pandangan atau persepsinya secara terbuka. Peneliti menemui

partisipan secara langsung untuk diwawancarai. Pengumpulan data dilakukan mulai

tanggal 14 Oktober 2022 - 29 November 2022.

3.3 Partisipan Penelitian

Partisipan dalam penelitian ini adalah orang tua yang memiliki anak

prasekolah di Taman Kanak-kanak Kelurahan Paal Merah Kota Jambi. Pengambilan

partisipan telah dihentikan setelah peneliti memperoleh informasi yang cukup atau

memadai untuk dilakukan analisa sesuai fenomena yang diteliti. Partisipan telah

dipilih dengan menggunakan teknik purposive sampling. Menurut Sugiyono (2015),

purposive sampling didefinisikan sebagai teknik pengambilan sampel berdasarkan

kriteria tertentu. Purposive sampling menetapkan kepada pemilihan partisipan

penelitian yang dapat berbicara dengan tujuan penelitian dan memiliki pengetahuan

dan pengalaman tentang fenomena yang diteliti (Ritchie et al., 2014). Penggunaan

teknik purposive sampling dalam penelitian ini dengan alasan bahwa sampel yang

46
diambil dalam penelitian ini paling memahami tentang permasalahan yang diteliti

oleh peneliti.

Terkait dengan jumlah partisipan, bahwa dalam penelitian kualitatif, tidak ada

kriteria atau aturan yang tetap dalam menentukan jumlah sampel. Prinsip "saturasi

data" telah menjadi standar yang diterima untuk menentukan ukuran sampel dalam

desain kualitatif (Bradshaw et al., 2017). Kejenuhan data dapat dianggap berlaku

pada titik di mana tidak ada informasi baru yang muncul dari partisipan selama

pengumpulan data, ketika kemampuan untuk memperoleh informasi baru telah

tercapai dan ketika pengkodean tambahan tidak lagi layak, atau ketika informasi

yang cukup dikumpulkan untuk mereplikasi penelitian (Fusch & Ness, 2015).

Pada saat penelitian, peneliti dengan bantuan pembimbing lapangan yaitu

kepala sekolah dan guru untuk mendapatkan calon partisipan. Setiap sekolah

merekomendasikan calon partisipan untuk peneliti wawancarai. Dalam pelaksanaan

penelitian, terdapat 3 partisipan yang menolak dilakukan wawancara, dan ada juga 2

partisipan yang pada awalnya mau diwawancarai tetapi kemudian memutuskan

mundur sebelum dilakukan wawancara dengan alasan masih banyak aktivitas atau

pekerjaan lain walaupun peneliti sudah menyatakan bisa dilakukan wawancara di

waktu partisipan bebas dari aktivitas atau pekerjaannya namun partisipan tetap

menolak untuk menjadi partisipan. Sehingga dalam penelitian pada saat wawancara

telah dilakukan saturasi terjadi pada partisipan ke 9, akan tetapi untuk lebih

menyakinkan peneliti menambah 1 orang partisipan lagi sehingga total menjadi 10

partisipan. Hal ini diketahui berdasarkan jawaban yang diberikan partisipan

merupakan pengulangan dari jawaban partisipan yang sebelumnya.

47
Adapun partisipan yang dipilih berdasarkan karakteristik inklusi yang

ditentukan yakni sebagai berikut :

1) Partisipan adalah Orang tua (Ayah/Ibu sebagai caregiver utama anak) yang

memiliki anak usia prasekolah (4-6 tahun) yang bersekolah di Taman Kanak-

kanak kelurahan Paal Merah Kota Jambi.

2) Partisipan mengasuh anaknya sendiri selama pandemi Covid-19, tanpa bantuan

Asisten.

3) Partisipan dalam kondisi sehat, tidak dalam kondisi yang meyulitkan proses

wawancara.

4) Partisipan tinggal serumah dengan anak.

5) Partisipan mampu berkomunikasi dengan baik dan bisa berbahasa Indonesia atau

bahasa Jambi.

6) Partisipan secara sukarela berpartisipasi dalam penelitian.

Sedangkan kriteria eksklusinya adalah sebagai berikut :

1) Anak partisipan mengalami gangguan mental

2) Anak partisipan mengalami cacat fisik

3.4 Instrumen Penelitian

Alat penelitian atau yang menjadi instrumen dalam penelitian ini adalah :

1. Peneliti sendiri sebagai instrumen utama

Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrument adalah peneliti sendiri

yang dalam ini disebut sebagai human instrument. Menurut Sugiyono (2015:306)

menyatakan bahwa peneliti kualitatif sebagai human instrument, berfungsi

48
menetapkan fokus penelitian, memilih informan sumber data, melakukan

pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data, dan

membuat kesimpulan atas temuannya.

Sebagai instrumen utama maka kesiapan peneliti untuk terjun ke wilayah

penelitian sebagai human instrument penting divalidasi. Validasi bisa dilakukan

dengan melakukan evaluasi hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan. Dalam

arti, dalam studi pendahuluan apakah metode yang dipakai peneliti sudah sesuai

dengan kondisi di lapangan, hal ini dikarenakan akan terkait dengan pemahaman

peneliti sebagai instrumen inti terhadap metode kualitatif. Selanjutnya, penguasaan

wawasan peneliti terhadap temuan yang diperoleh selama studi pendahuluan, apakah

dapat menginformasikan sesuatu untuk penguatan pemahaman terhadap satu konsep

fenomena yang akan digali. Kemudian, dari studi pendahuluan yang dilakukan akan

dapat diketahui apakah dapat memberikan penguatan mental bagi peneliti, agar

peneliti benar-benar siap terjun ke wilayah penelitian, tidak hanya siap secara konsep

akademik akan tetapi juga siap dengan logistik penelitian dalam hal ini adalah alat-

alat pendukung penelitian yaitu panduan wawancara semi-terstruktur, alat perekam,

buku catatan harian dalam bentuk form, dan sebagainya (Sugiyono, 2017:305).

Dengan adanya studi pendahuluan memberikan peluang bagi peneliti untuk

mengevaluasi diri tentang apa yang perlu dan tidak perlu dilakukan sebagai alat

pengumpul data utama (Yin, 2011:37). Hal tersebut perlu dilakukan agar kualitas

penelitian dapat dipertahankan. Aspek penting yang dapat diambil dari studi

pendahuluan adalah melihat kesiapan peneliti untuk bertemu dengan para partisipan.

Sebagai contoh, bagaimana menyapa partisipan dengan santun, bagaimana cara

mendekati partisipan agar mau bercerita lebih dalam mengeksplorasikan

49
pengalamannya, bahasa yang digunakan seperti apa, mengetahui tanda-tanda

kejenuhan partisipan, dan hal-hal yang membuat mereka tidak nyaman. Contoh-

contoh tersebut perlu dicermati dan dicatat, serta mencari solusi agar bisa lebih baik.

2. Pedoman wawancara semi-terstruktur

Meskipun dalam penelitian ini yang menjadi instrumen utama adalah peneliti

sendiri, akan tetapi dalam penelitian ini peneliti tetap menggunakan panduan selama

proses pengumpulan data. Panduan yang digunakan adalah adalah panduan

wawancara semi-terstruktur. Sandelowski (2000) dalam Bradshaw et al. (2017)

menjelaskan bahwa panduan wawancara semi-terstruktur dan terbuka digunakan

untuk menghindari membatasi tanggapan dan mendorong peserta untuk

mengekspresikan diri mereka secara bebas. Dengan menggunakan panduan

wawancara semi-terstruktur, dimungkinkan untuk fokus pada isu-isu yang bermakna

bagi partisipan, memunculkan beragam persepsi diekspresikan. Wawancara semi

terstruktur memungkinkan pewawancara untuk mengimprovisasi pertanyaan tindak

lanjut berdasarkan tanggapan partisipan dan memberikan ruang untuk ekspresi verbal

individu partisipan, dan tidak diikuti secara ketat (Kallio et al., 2016).

Panduan wawancara semi-terstruktur yang disusun peneliti agar siap untuk

digunakan, peneliti terlebih dahulu melakukan konsultasi draft panduan wawancara

semi-terstruktur kepada dosen pembimbing yang expert judgement/ahli untuk

dilakukan review. Perbaikan konten dari dosen pembimbing terhadap item-item

pertanyaan yang perlu dan sebaiknya akan ditanyakan dalam penelitian, diharapkan

membantu peneliti dalam mengeksplor persepsi orang tua terhadap perkembangan

sosial emosional anak prasekolah di masa pandemi Covid-19.

50
3.5 Prosedur dan Pengumpulan Data

3.5.1 Prosedur

Proses pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini, peneliti bagi

ke dalam 3 tahapan yakni :

a. Tahap Persiapan

Dalam tahap persiapan, peneliti mengawali dengan melakukan pendekatan

informal kepada pihak-pihak terkait seperti Dinas Pendidikan Kota Jambi, dan

sekolah Taman Kanak-kanak yang ada di kelurahan Paal Merah Kota Jambi.

Pendekatan ini dilakukan dengan maksud untuk membina hubungan yang baik dan

memperoleh data awal yang dirasakan akan memberikan banyak manfaat untuk

proses penelitian ini.

Dimulainya penelitian telah dilakukan setelah memperoleh kelulusan uji

kelayakan atau uji etik dari Komite Etik Penelitian UNPAD dan meminta izin ke

bagian akademik Program Studi Magister Keperawatan UNPAD. Permohonan izin

selanjutnya diteruskan kepada Dinas Pendidikan Kota Jambi untuk memberikan izin

penelitian ke sekolah TK yang dituju untuk penelitian. Peneliti selanjutnya

melakukan pengambilan data dengan wawancara tatap muka individu semi-

terstruktur.

Pada tahapan ini, kepatuhan protokol kesehatan sebagai pencegahan virus

covid-19 dilakukan oleh peneliti dan partisipan. Selanjutnya peneliti menyiapkan

latar yang dijadikan tempat wawancara, dalam penelitian ini sesuai kesepakatan

tempat wawancara dilakukan di rumah partispan dan ada juga yang dilakukan di

lingkungan sekolah. Peralatan yang mendukung proses penelitian telah peneliti

siapkan sebelum wawancara berlangsung. Recorder (alat perekam) ditempatkan di

51
antara partisipan dan peneliti. Jarak recorder antara peneliti dan partisipan dibuat

kurang lebih 30-40 cm, hal ini bertujuan mempertahankan kualitas hasil rekaman

yang bersih dan jernih.

b. Tahap Pelaksanaan

Pada tahap pelaksanaan, sebelum dilakukannya wawancara tatap muka

individu semi-terstrukur, peneliti membina hubungan baik dan menanyakan

persetujuan dengan inform consent dan melakukan kontrak waktu serta tempat

wawancara sesuai kesepakatan antara partisipan dan peneliti. Wawancara

dilaksanakan selama 30-45 menit. Sementara untuk banyaknya pertemuan dilakukan

berdasarkan kontrak waktu dengan partisipan dan disesuaikan juga dengan

kebutuhan peneliti terhadap informasi/data untuk ketercapaian tujuan penelitian.

Saat melakukan wawancara, peneliti mengawali dengan mengingatkan

partisipan kembali terkait kontrak atau kesepakatan untuk dapat dilakukan

wawancara serta mengisi data demografi partisipan. Proses wawancara dilaksanakan

berdasarkan panduan wawancara semi-terstruktur yang peneliti siapkan. Proses

keberlangsungan wawancara antara peneliti dan partisipan, telah direkam dengan alat

perekam.

Peneliti menggunakan catatan lapangan untuk menuliskan komunikasi

nonverbal dan keadaan lingkungan yang ditampilkan oleh partisipan. Ketika

wawancara berlangsung, peneliti fokus dan konsentrasi penuh mendengarkan

jawaban-jawaban partisipan, menggali secara mendalam atas jawaban yang diberikan

partisipan dan menuliskan komunikasi nonverbal partisipan yang dianggap

mendukung pernyataan partisipan ke dalam catatan lapangan. Sebagai contoh,

intonasi suara, ekspresi wajah, gerakan-gerakan tubuh yang digunakan dan sering

52
dilakukan berulang, serta situasi lingkungan yang ikut berpengaruh selama proses

wawancara berlangsung.

Sebelum mengakhiri wawancara, peneliti menyimpulkan hasil wawancara

yang telah dilaksanakan. Apabila semua pertanyaan telah terjawab, peneliti

memberikan ucapan terima kasih kepada partisipan atas kesediaannya untuk

berpartisipasi. Selanjutnya melakukan terminasi sementara dengan membuat kontrak

berikutnya apabila masih membutuhkan informasi yang dikira masih belum

tereksplor seluruhnya oleh partisipan.

c. Tahap Terminasi

Tahap terminasi merupakan tahap akhir pertemuan peneliti dengan partisipan.

Peneliti memvalidasi gambaran fenomena yang dialami partisipan sebelum

menyatukan data-data yang muncul selama validasi data ke dalam deskripsi akhir.

Kegiatan validasi dilakukan dengan membacakan hasil transkip wawancara kepada

partisipan dan selanjutnya peneliti bertanya kepada partisipan apakah hasil transkip

wawancara yang telah dibuat sudah sesuai dengan apa yang telah disampaikan

partisipan selama wawancara berlangsung.

Lebih lanjut, peneliti melakukan analisis data terhadap data yang akan

diperoleh bersamaan proses bimbingan tesis dengan dosen-dosen pembimbing.

Penelitian terus dilakukan sampai dirasakan tidak ada lagi informasi-informasi yang

ingin diketahui dari partisipan. Informasi-informasi terkait topik yang akan digali

akan terus dilakukan kepada partisipan sesuai prosedur dan akan dihentikan setelah

tercapainya saturasi data. Terakhir, setelah para partisipan melakukan validasi hasil

transkip verbatim dan menyakini hasil record sudah sesuai dengan fakta, peneliti

melakukan terminasi akhir bersama partisipan. Peneliti memberikan ucapan terima

53
kasih kepada partisipan atas kesediaan untuk menjadi partisipan selama proses

penelitian dan memberitahukan bahwa pelaksanaan penelitian sudah selesai.

3.5.2 Metode dan Alat Bantu Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

teknik wawancara semi-terstruktur dan terbuka. Pertanyaan wawancara dapat

berubah dan berkembang sesuai dengan apa yang akan terjadi nanti di lapangan.

Teknik ini digunakan dengan alasan agar partisipan memiliki kesempatan untuk

mengungkapkan pengalaman, pandangan atau persepsinya terkait fenomena yang

akan diteliti, yakni terkait persepsi orang tua terhadap perkembangan sosial

emosional anak prasekolah di masa pandemi Covid-19.

Wawancara tatap muka individu semi-terstruktur yang dilakukan dalam

penelitian ini dilengkapi dengan catatan lapangan guna mengidentifikasi reaksi

verbal ataupun nonverbal dan situasi yang dianggap penting untuk dicatat dan

dianggap berpengaruh selama proses wawancara.

Alat bantu pengumpul data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut :

1. Satu buah alat perekam suara, untuk merekam semua informasi yang

diungkapkan partisipan. Alat perekam digunakan dengan alasan kualitas suara

lebih jernih, jelas, dan mudah pengoperasian, baik ketika proses perekaman

maupun ketika diulang pemutaran hasil wawancaranya untuk dibuatkan naskah

transkip. Sebelum digunakan, alat perekam diuji cobakan terlebih dahulu dengan

merekam suara partisipan peneliti sebelum proses penelitian dilakukan.

54
2. Peneliti menggunakan pedoman wawancara dalam bentuk pertanyaan semi-

terstruktur. Pedoman ini digunakan untuk membantu peneliti supaya pertanyaan

yang diajukan kepada para partisipan tetap mengarah pada tujuan penelitian.

Pedoman terdiri dari kalimat pembuka, kalimat kesepakatan kontrak, dan

pertanyaan pokok yang peneliti kembangkan guna mendapatkan informasi lebih

dalam dan yang dibutuhkan dengan tetap mengarah pada tujuan penelitian, dan

diakhiri dengan kata-kata penutup yakni kalimat terima kasih dan kontrak waktu

untuk pertemuan berikutnya.

3. Penelitian ini menggunakan catatan lapangan untuk menuliskan reaksi verbal dan

nonverbal partisipan dan situasi-situasi yang dianggap penting dan berpengaruh

terhadap proses wawancara, serta peneliti sendiri sebagai instrumen utama

penelitian ini.

3.6 Analisis Data

Analisis data deskriptif kualitatif pada penelitian ini menggunakan analisis

tematik. Analisis tematik merupakan analisis yang memberikan akun kualitatif murni

dari data-data yang lebih kaya, terperinci, dan bernuansa (Vaismoradi et al., 2013).

Analisis tematik sebagai pendekatan deskriptif kualitatif independen terutama

digambarkan sebagai metode yang berguna mengidentifikasi, menganalisis dan

melaporkan pola (tema) dalam data. Braun dan Clark dalam Vaismoradi et al. (2013)

menjelaskan bahwa analisis tematik melibatkan pencarian dan identifikasi benang

merah yang meluas di seluruh wawancara atau serangkaian wawancara. Analisis data

dalam analisis tematik memiliki ciri yakni menggambar peta tematik. Hal ini

55
mengacu pada penyajian visual tema, kode, dan hubungan mereka, yang melibatkan

penjelasan rinci dan deskripsi setiap tema.

Adapun langkah-langkah analisis tematik yang digunakan dalam penelitian

ini berpedoman kepada Braun dan Clark (2006) dalam Vaismoradi et al. (2013) :

1. Familiarising with data

Tahapan ini merupakan tahapan awal peneliti untuk melakukan transkripsi data,

membaca data berulang-ulang, mencatat ide awal, dan membiasakan diri dengan

data.

2. Generating initial

Mengkodekan fitur-fitur menarik dari data secara sistematis di seluruh kumpulan

data. Pada tahapan ini, peneliti menyusun data yang relevan dengan setiap kode.

3. Searching for themes

Pada tahapan ketiga ini, penyusunan kode dimulai untuk dibentuk menjadi tema

potensial, dan mengumpulkan semua data yang relevan dengan masing-masing

tema potensial.

4. Reviewing themes

Pada tahapan keempat, peneliti memeriksa apakah tema berfungsi dalam

kaitannya dengan ekstrak kode dan seluruh kumpulan data, dan menghasilkan

peta tematik.

5. Defining and naming themes

Analisis berkelanjutan dilakukan untuk menyempurnakan spesifikasi setiap tema

dan keseluruhan cerita yang disampaikan oleh analisis, menghasilkan definisi dan

nama jelas untuk setiap tema.

6. Producing the report

56
Tahapan keenam adalah kesempatan terakhir untuk menganalisis. Pilihan yang

sudah jelas, menarik, ekstrak contoh, analisis akhir dari ekstrak yang dipilih,

menghubungkan kembali analisis dengan pertanyaan penelitian dan literature,

sehingga pada akhirnya menghasilkan laporan analisis.

3.7 Trustworthiness of Data/Validitas dan Reliabilitas

Validitas merupakan upaya pemeriksaan terhadap akurasi hasil penelitian

dengan mengupayakan pemeriksaan terhadap akurasi hasil penelitian dengan

memvalidasikan kembali hasil temuan kepada partisipan serta menanyakan kepada

partisipan apakah deskripsi yang mendalam telah menggambarkan persepsi orang

tua. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan validasi komunikatif dimana data

yang sudah ditranskip dikonfimasi ulang pada partisipan untuk mendapatkan

persetujuan. Reliabilitas mengindikasikan bahwa pendekatan yang digunakan oleh

peneliti konsisten jika diterapkan oleh peneliti-peneliti lain dalam penelitian yang

berbeda (Gibs 2007 dalam Creswell, 2016).

Kualitas penelitian kualitatif memperhatikan isu-isu kepercayaan dengan

menggunakan hasil reformulasi yang dilakukan oleh Lincoln dan Guba (1985) yang

menetapkan Trustworthines menjadi empat kriteria untuk meningkatkan kepercayaan

yang mewakili kriteria yang sejajar dengan validitas, reliabilitas, objektifitas dan

eksternal validitas, yakni derajat kepercayaan (credibility), keteralihan

(transferability), kebergantungan (dependability), dan kepastian (confirmability)

(Bradshaw et al., 2017). Prinsip ini bertujuan untuk memfasilitasi deskripsi ketelitian

dalam penelitian kualitatif. Penjelasan masing-masing kriteria diuraikan sebagai

berikut :

57
1. Derajat Kepercayaan (Credibility)

Kriteria credibility membahas kesesuaian antara apa yang dipersepsikan oleh

partisipan dengan apa yang direspresentasikan peneliti. Sejumlah teknik untuk

mengatasi kredibilitas termasuk kegiatan seperti membangun hubungan sebelum

memulai wawancara, mengembangkan hubungan saling percaya yakni kemauan

partisipan untuk bertukar informasi, mengekspresikan belas kasih dan empati

selama wawancara, keterlibatan berkepanjangan, partisipan memverifikasi

keakuratan transkip wawancara (member checking), dan diskusi dengan teman

sejawat. Credibility yang dilakukan peneliti adalah peneliti telah siap dan telah

memiliki pengetahuan yang cukup mengenai metode kualitatif khususnya

deskriptif kualitatif dan fenomena yang diteliti. Selain itu, peneliti melakukan

wawancara sebanyak 2 kali kepada partisipan, merekam hasil wawancara dan

hasil analisa untuk dikonsultasikan kepada pembimbing. Peneliti melakukan

member checking dengan menunjukkan hasil transkip dan tema yang muncul

setelah analisa data kepada setiap partisipan dan meminta partisipan membaca

dan mencek keakuratan transkip tersebut. Selanjutnya peneliti menanyakan

kepada partisipan, apakah ada diantara ungkapan, kata kunci atau tema yang

tidak sesuai dengan persepsi partisipan. Partisipan diberikan hak untuk

mengubah, menambah, atau mengurangi kata kunci atau tema yang sudah

diangkat.

2. Keteralihan (Transferability)

Kriteria transferability mengacu kepada generalisasi penyelidikan, hal ini

menyangkut bagaimana suatu temuan hasil penelitan mampu diterapkan atau

berlaku untuk semua konteks dalam suatu tempat atau populasi yang sama.

58
Dalam hal ini, peneliti bertanggung jawab untuk mendeksripsikan rincian studi

yang kaya, jelas, rinci, sistematis, dan dapat dipercaya sehingga dapat dinilai

apakah penelitian tersebut dapat diaplikasikan ditempat lain. Eksternal chek

dalam penelitian ini, dimana peneliti meminta bantuan dari pembimbing untuk

melakukan validitas. Selain itu, dalam penelitian ini prinsip transferability

dilakukan dengan cara membandingkan hasil penelitian dengan hasil penelitian

lain atau dengan jurnal yang terkait dengan fenomena penelitian dan semua ini

tercantum dalam bab pembahasan.

3. Kebergantungan (Dependability)

Dependability dalam penelitian ini akan dilakukan dengan inqury audit yakni

proses audit yang dilakukan oleh external reviewer untuk mengaudit dengan

cermat keseluruhan aktivitas peneliti, mulai dari menentukan fokus, memasuki

lapangan, memilih partisipan, melakukan analisis data, dan uji keabsahan hingga

pembuatan kesimpulan, serta memperhitungkan setiap proses perubahan yang

terjadi selama penelitian. External reviewer dalam penelitian ini adalah dosen

pembimbing tesis dimana pembimbing mengaudit seluruh aktifitas peneliti dalam

melakukan penelitian mulai dari verbatim wawancara sampai dengan hasil

penelitian.

4. Kepastian (Confirmability)

Confirmability mengacu kepada hasil penelitian telah sampai kepada kesepakatan

atau persetujuan beberapa orang terhadap persepsi, pendapat, dan penemuan dari

penelitian Menurut Guba dan Lincoln (1989), konfirmabilitas terbentuk ketika

kredibilitas, transferabilitas, dan ketergantungan semuanya tercapai. Pada

penelitian ini, peneliti telah melakukan confirmability dengan merekam,

59
mencatat data mentah secara sistematis dan memastikan bahwa temuan mewakili

data yang dikumpulkan dan tidak bias oleh peneliti, dibuktikan dengan

pencantuman kutipan langsung dari partisipan. Selanjutnya menunjukkan

transkripsi, tabel interpretasi pertanyaan penting dan tabel analisa tema kepada

pembimbing. Hal ini bertujuan untuk dilakukan analisis pembanding untuk

menguatkan objektivitas terhadap hasil penelitian. Confirmabiliy juga akan

peneliti lakukan dengan meminta konfirmasi partisipan mengenai hasil transkip

wawancara dan kisi-kisi hasil analisis tema yang telah disusun. Hasil penelitian

telah memenuhi confirmability, bersifat netral, dan memenuhi objektivitas serta

telah disetujui oleh pembimbing tesis.

3.8 Pertimbangan Etika Penelitian

Beberapa prinsip etik yang telah peneliti aplikasikan dalam penelitian ini

menggunakan konsep Streubert dan Carpenter (2003) yang terdiri atas prinsip

autonomy, benificience, non-maleficience, anonimity dan confidentialy, dan prinsip

justice. Penjelasan prinsip etik sebagai berikut :

1. Autonomy

Dalam penelitian ini, peneliti telah menerapkan prinsip etik menghargai hak

partisipan dengan memberikan kebebasan partisipan untuk terlibat atau tidak

terlibat dalam penelitian tanpa adanya tekanan dari siapapun baik dari peneliti

maupun dari tempat penelitian. Sebelum partisipan menyetujui secara sadar

untuk berpartisipasi dalam penelitian ini, peneliti telah menjelaskan terlebih

dahulu tujuan dan manfaat penelitian. Selanjutnya, peneliti menginformasikan

kepada partisipan bahwa partisipan memiliki hak untuk mundur dan menyatakan

60
berhenti apabila dalam proses pengambilan data partisipan tidak ingin lagi

meneruskan perannya sebagai partisipan. Hak partisipan telah peneliti terapkan

dalam form informed consent atau lembar penjelasan penelitian yang didalamnya

berisikan mengenai tujuan penelitian, manfaat, prosedur, batasan keterlibatan

partisipan, hak-hak partisipan, dan jaminan hak-hak partisipan, serta persetujuan

untuk dilakukan perekaman selama proses wawancara berlangsung. Setelah

partisipan memahami maksud dari penelitian yang dilakukan, peneliti meminta

partisipan untuk mengisi dan menandatangani lembar persetujuan mengikuti

penelitian.

2. Benificience dan Non-maleficience

Prinsip ini peneliti terapkan dengan menciptakan rasa nyaman partisipan dengan

peneliti, menumbuhkan rasa saling percaya dari awal perjumpaan, dan terus

memfasilitasi partisipan agar terhindar dari ketidaknyamanan dalam

menyampaikan persepsi serta pengalaman yang disampaikan. Tidak ada trauma

atau efek samping apapun yang ditimbulkan dalam penelitian ini.

3. Anonimity dan Confidentialy

Dalam prinsip ini, peneliti melakukan prosedur anonimity dan confidentialy.

Dalam prosedur anonimity, peneliti menjaga kerahasiaan identitas partisipan

dengan tidak mencantumkan nama jelas ataupun inisial partisipan dalam

verbatim hasil penelitian, melainkan mencantumkan kode yang hanya bisa

dimengerti oleh peneliti. Dalam menjaga kerahasiaan agar semakin terjamin,

peneliti melakukan prosedur confidentiality. Peneliti sebagai pengelola dalam

mengendalikan kapan dan bagaimana informasi terkait persepsi yang

diungkapkan partisipan boleh disampaikan kepada orang lain hanya untuk

61
kepentingan penelitian. Kemudian, proses menyampaikan informasi hanya

melibatkan partisipan dan peneliti, sehingga partisipan memiliki kebebasan dan

keleluasaan menyampaikan informasi sebanyak-banyaknya tanpa kendala dari

pihak diluar partisipan. Terkait hasil rekaman wawancara dan transkip

wawancara, peneliti simpan dengan benar dan hanya dipergunakan untuk

kepentingan penelitian.

4. Justice

Dalam prinsip ini, semua partisipan akan memperoleh perlakuan dan manfaat

yang sama. Peneliti tidak membedakan partisipan dalam hal apapun termasuk

jender, agama, etnis, dan sebagainya. Peneliti memberikan penjelasan yang sama

tentang prosedur penelitian kepada semua partisipan dan memberikan hak

penelitian secara adil.

62

Anda mungkin juga menyukai