Anda di halaman 1dari 12

Akuntansi Modal Bank

Bank didirikan untuk jangka waktu tak terbatas, artinya manajemen bank akan
berusaha untuk menjaga keberlangsungan operasi bank. Untuk dapat mempertahankan dan
mengembangkan lembaga perbankan diperlukan daya saing yang memadai. Untuk dapat
bersaing sebuah bank harus bekerja pada tingkat efisiensi yang mampu mengelola risiko,
mampu menciptakan mengembangkan sistem dan prosedur pelayanan serta sistem informasi
yang memungkinkan terselenggaranya kegiatan operasional bank serta memiliki modal yang
cukup dan sehat sebagai penggerak aktivitas. Modal bank adalah dana yang diinvestasikan
oleh pemilik dalam rangka pendirian badan usaha yang dimaksudkan untuk membiayai
kegiatan usaha bank di samping untuk memenuhi regulasi yang ditetapkan oleh otoritas
moneter. Menurut Peraturan Bank Indonesia no.7/15/PBI/2004 yang disempurnakan dengan
Peraturan Bank Indonesia nomor 9/16/PBI/2007 mengenai modal Inti Minimum Bank Umum
bahwa Bank Umum wajib memenuhi jumlah Modal Inti paling kurang sebesar
Rp80,000,000.000,00 (delapan puluh miliar rupiah) pada tanggal 31 Desember 2007. Bank
Umum yang telah memenuhi jumlah Modal Inti ini, selanjutnya wajib memenuhi jumlah
Modal Inti paling kurang sebesar Rp100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah) pada tanggal
31 Desember 2010. Sedangkan untuk persyaratan Modal Bank Perkreditan Rakyat yang
wajib disetor adalah:

1) Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah), bagi BPR yang didirikan di wilayah Daerah
Khusus Ibukota Jakarta:
2) Rp2.000.000.000.00(dua miliar rupiah), bagi BPR yang didirikan di ibukota provinsi
di pulau Jawa dan Bali dan di wilayah Kabupaten a tau Kota Bogor, Depok.
Tangerang dan Bekasi,
3) Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupih), bagi BPR yang didirikan di ibukota provinsi
di luar pulau Jawa dan Bali dan di wilayah pulau Jawa dan Bali di luar wilayah
sebagaimana disebut dalam huruf a dan huruf b;
4) Rp500.000.000.00(lima ratus juta rupiah), bagi BPR yang didirikan di wilayah lain
diluar wilayah sebagaimana disebut dalam huruf a, huruf b dan huruf c.

Perlu diketahui bahwa Modal disetor bagi BPR yang berbentuk hukum Koperasi
adalah simpanan pokok, simpanan wajib, dan hibah sebagaimana diatur dalam Undang-
Undang tentang Perkoperasian. Paling sedikit 50% (lima puluh perseratus) dari modal disetor
BPR wajib digunakan untuk modal kerja.
Ketentuan jumlah modal inti minimum di Bank Umum maupun modal disetor di BPR
bisa berbeda, namun untuk rasio kecukupan modal adalah 8% dari Aktiva Tertimbang
Menurut Risiko baik di BPR maupun Bank Umum Dalam perkembangannya, rasio
kecukupan modal di Bank Umum harus memperhitungkan risiko pasar

Klasifikasi Modal Bank

Pembagian jenis modal di Indonesia dapat diklasifikasikan sesuai Standart Bank for
International Settlements, yaitu: Modal Inti terdiri dari modal disetor, modal sumbangan,
Cadangan-cadangan yang

a. Modal Inti

Modal Inti terdiri dari modal disetor, modal sumbangan, Cadangan-cadangan yang
dibentuk dari laba setelah pajak dan laba yang diperoleh seteah perhitungan pajak.

a) Modal inti yaitu modal yang disetor secara efektif.


b) Modal sumbahangan (modal donasi), yaitu modal yang diperoleh kembali dari
sumbangan saham, selisih antara nilai harga jual apabila saham tersebut dijual.
c) Cadangan umum, yaitu dibentuk dari penyisihan laba yang ditahan atau laba
bersih setelah dikurangi pajak dan disetujui saat RUPS (Rapat Umum pemegang
Saham).
d) Cadangan Tujuan, yaitu bagian laba yang dikurangi pajak yang disisihkan untuk
tujuan tertentu dan telah mendapat persetujuan Rapat Umum pemegang Saham.
e) Laba ditahan dimaksudkan adalah saldo laba bersih setelah dikurangi pajak, yang
pada saat Rapat Umum pemegang Saham diputuskan untuk tidak dibagikan.
f) Laba tahun lalu adalag laba tahun lalu setelah dikurangipajak yang belum
ditetapkan penggunaannya oleh Rapat Umum pemegang Saham.
g) Laba tahun berjalan setelah dikurangi dengan taksiran hutang pajak, laba tahun
berjalan ini hanya diperhitungkan modal inti sebesar 50%.

Modal inti merupakan modal yang disetor + modal cadangan + laba ditahan. Porsi
terbesar berada pada modal saham. Pencatatan modal saham dilakukan sebesar harga
nominal. Selisih harga saham diatas nilai nominal dicatat sebagaia agio saham. Selisih
harga saham dibawah nilai nominal dicatat sebagai disagio saham. Agio saham akan
diamortisasi setiap akhir periode dan disagio saaham akan diakumulasi setiap akhir
period.
Harga saham atau nilai modal disetor (Paid in capital) merupakan total yang
dibayar oleh pemegang saham kepada bank emiten untuk ditujukan dengan sahan
preferen atau saham biasa.

- Nilai Modal disetor = Nilai nominal + Aigo saham/ - Disaigo saham


- Nilai Nominal = Nilai kewajiban yang ditetapkan

Contoh:

a) Tanggal 2 Januari 2017 telah diterima setoran awal dana dari bapak surya Dharma
untuk modal bank berupa uang tunai Rp500.000.000, aktiva tetap berupa tanah
senilai Rp600.000.000. kendaraan baru dan belum disusutkan senilai
Rp200.000.000. setoran ini dicatat dalam bentuk saham biasa untuk 150.000
lembar dengan nilai nominal Rp10.000 per lembar, kurs 103%
b) Tanggal 10 Januari dijual saham biasa 10.000 lembar dengan nominal Rp5.000,
kurs 97%. Pembayaran diterima tunai.

Jurnal:

Tanggal Rekening Debit Kredit


02/01/2017 Dr. Kas 545.000.000
Dr. AT. Tanah 600.000.000
Dr. AT. Kendaraan 200.000.000
Dr. AT. Investasi Kantor 200.000.000
Cr. Modal disetor - saham 1.500.000.000
Cr. Agio Saham 45.000.

Dr. Kas
Cr. Disagio Saham
Cr. Modal Disetor - Saham

Contoh Transaksi Pemesanan Saham:

1. Tanggal 15 Juni 2017 Bank Mitra Buana menerima pesanan saham 100.000
lembar saham biasa dari PT Mirana dengan kurs 102%. Harga nominal per lembar
Rp 10.000. uang muka pesanan saham diterima 60% tunai.
2. Tanggal 30 Juni 2017 pesanan tersebut dilunasi secara tunai.
Jurnal (dalam Rp)

Tanggal Rekening Debit Kredit


15/06/2017 Dr. Kas 612.000.000
Dr. Piutang – PT Mirana 408.000.000
Cr. Modal Saham Dipesan 1.000.000.000
Cr. Agio saham 20.000.000

30/06/2017 Dr. Kas 408.000.000


Dr. Modal Saham Dipesan 1.000.000.000
Cr. Piutang PT Mirana 408.000.000
Cr. Modal Disetor - 1.000.000.000
Saham

Apabila di kemudian hari pemesanan saham tidak mampu menulasi kekurangannya


dan bank selaku emiten harus mencatatnya sesuai perjanjian yang disepakati awal.

Contoh:

Bila pesanan saham yang dilakukan PT Mirana tidak dilunasi, dan Bank Mitra Buana
mengembalikannnya sebesar 80% dari nilai yang telat dibayar, maka jurnalnya
adalah:

Tanggal Rekening Debit Kredt


15/06/2017 Dr. Agio Saham 20.000.000
Dr. Modal Saham Dipesan 1.000.000.000
Cr. Piutang PT Mirana 408.000.000
Cr. Kas 489.600.000
Cr. Pendapatan Lain-lain 122.400.000

 Pembelian Kembali Saham


Saham yang dibeli kembali disebut saham treasuri. Perlakuan Akuntansi untuk
saham treasuri terdiri dari dua macam, yaitu:
- Dicatat Berdasarkan hara perolehan
Selisih pada jumblah yang dibayarkan pada saat perolehan kembali dengan
jumblah yang diterima pada saat pengeluaran saham tidak diakui sebagai laba
atau rugi suatu bank. Oleh karena itu saham treasuri tidak boleh diperlakukan
sebagai aktiva bank, namun hanya sebagai pengurang terhadap modal saham.
- Saham yang diperoleh kembali yang dicatat sebesar harga perolehan, maka
saat dijual juga dikreditkn sebesar harga perolehannya. Bila pembelian saham
treasuri dilakukan lebih dari satu kali, maka dapat digunakan metode Masuk
Terakhir Keluar Pertama (MTKP) dn disajikan sebagai pengurang modal
saham.selissih harga jual kembali dengan harga perolehannya jika berkurang
diauki sebagai pengurangan modal, dan sebaliknya jika bertambah diakui
sebagai penambah modal. Bila modal saham tambahan tidak cukup untuk
menanggung kerugian penjualan saham treasuri, maka selanjutnya bisa
dibebankan pada laba ditahan.
- Dicatat Sebesar harga nominal
Dicatat sebesar harga nominal dan disajikan sebagai pengurangan terhadap
modal saham. Bila harga perolehan kembali saham treasuri semula
dikeluarkan dengan harga diatas harga nominal (harga pari), maka agio saham
harus di debit. Jika jumlah yang dibayar lebih besar daripada saat pengeluaran
saham, maka bank dapat mendebet rekening laba ditahan dan sebaliknya, jika
Jika jumlah yang dibayar lebih sedikit daripada saat pengeluaran saham, maka
bank dapat mengkredit rekening tambahan modal treasuri.
Contoh:
a) Tanggal 1 Juni 2017 Bank ABC melakukan emisi saham biasa 100.000
lembar dengan nominal Rp 5.000 per lembar, kurs 106
b) Tanggal 30 Juni 2017 Bank ABC membeli Kembali 10.000 lembar saham
dengan kurs 103
c) Tanggal 30 Juli 2017 Bank ABC menjual Kembali saham treasuri
sebanyak 10.000 lembar dengan kurs 104
d) Tanggal 1 Agustus 2017 Bank ABC menjual Kembali 10.000 saham
treasuri dengan kurs 96

Jurnalnya:

- Metode Harga Perolehan


Metode Harga Perolehan
Tanggal Rekening Debit Kredit
01/06/2017 Dr. Kas 530.000.000
Cr. Modal Saham 500.000.000
Cr. Aigo Saham 30.000.000

30/06/2017 Dr. Saham Treasuri 51.500.000


Cr. Kas 51.500.000

30/07/2017 Dr. Kas 52.000.000


Cr. Saham Treasuri 51.500.000
Cr. Tambahan Modal - ST 500.000

01/08/2017 Dr. Kas 48.000.000


Dr. Tambahan Modal - ST 3.500.000
Cr. Saham Treasuri 51.500.000

- Metode Harga Nominal

Metode Harga Nominal


Tanggal Rekening Debit Kredit
01/06/2017 Dr. Kas 530.000.000
Cr. Modal Saham 500.000.000
Cr. Aigo Saham 30.000.000

30/06/2017 Dr. Saham Treasuri 50.000.000


Dr. Aigo Saham 1.500.000
Cr. Kas 51.500.000

30/07/2017 Dr. Kas 52.000.000


Cr. Saham Treasuri 50.000.000
Cr. Tambahan Modal - 2.000.000
ST

01/08/2017 Dr. Kas 48.000.000


Dr. Tambahan Modal - ST 2.000.000
Cr. Saham Treasuri 50.000.000

 Penarikan Kembali Saham Treasuri


Perlakuan Akuntansi untuk saham treasuri yang dikembalikan, yaitu:
- Berdasarkan Harga Perolehan Kenaikan atau penurunan sahan trasuri harus
diakui pada saat saham tersebut ditarik kembali. Jika sebelumnya diketahui
harga perolehan saham trasuri diketahui lebih kecil dari emisi, maka kenaikan
ini dicatat dengan mengkredit rekening tambahan modal saham trasuri. Bila
terjadi sebaliknya, maka bank dapat mendebit rekening tambahan modal (aigo
saham) atau laba ditahan
- Berdasarkan harga nominal
Berdasarkan harga nominal, maka bank akan mengakui kenaikan atau
penurunannya, sehingga pada saat penarikannya tidak perlu mengakui selisih
atau kenaikan/penurunan tersebut.
Contoh:
Misalkan setelah terjadi transaksi pembelian kembali saham treasuri di Bank ABC
pada tanggal 30 Juni 2017, Bank ABC menyatakan menarik 10.000 lembar saham
trasuri tersebut pada tanggal 15 Juli 2017. Maka pencatatannya adalah:
Jurnalnya:
- Berdasarkan Harga Perolehan

Metode Harga Perolehan


Tanggal Rekening Debit Kredit
15/06/2017 Dr. Modal Saham 50.000.000
Dr. Aigo Saham 3.000.000
Cr. Tambahan Modal-Sh 1.500.000
Cr. Saham Treasuri 51,500.000
- Berdasarkan Harga Nominal

Metode Harga Nominal


Tanggal Rekening Debit Kredit
15/07/2017 Dr. Modal Saham 50.000.000
Cr. Saham Treasuri 50,000.000

b. Modal Perlengkapan
Modal perlengkapan terdiri dari cadangan-cadangan yang dibentuk tidak berasal dari
laba, modal pinjaman, serta pinjaman subornasi. Secara rinci modal pelengkap dapat
dijelaskan sebagai berikut:
a. Cadangan reavaluasi aktiva tetap, yaitu cadangan yang dibentuk dari selisih
penilaian kembaliaktiva tetap yang telah mendapat persetujuan dari direktorat
Jendral Pajak
b. Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif yang dibentuk dengan cara
membebani laba rugi tahun berjalan, dengan maskud untuk menampung kerugian
yang mungkin timbul sebagai akibat dari tidak diterimanya kembali sebagian atau
seluruh aktiva produktifnya.
c. Modal pinjaman, yaitu utang yang didukung oleh instrument atau warkat yang
memiliki sifat-sifat seperti modal dan memiliki ciri-ciri tidak dijamin oleh bank
yang bersangkutan, tidak dapat ditarik atau dilunasi atas intensif pemilik tanpa
persetujuan BI, mempunyai kedudukan yang sama dengan modal dalam hal jum
lah kerugian bank melebihi laba ditahan dan cadangan-cadanagn yang temasuk
modal inti, meskipun bank belum dilikuidasi dan pembayaran bunga dapat
ditangguhkan apabila bank dalam keadaan rugi atau labanya tidak mendukung
untuk membayar bunga tersebut.
Modal Pinjaman dulunya disebut modal kuasi (hybrid debt/equity capital
instrument). Dalam perhitungan CAR modal pinjaman termasuk modal pelengkap.
Untuk itu sifat modal pinjaman memiliki kedudukan yang sama dengan modal
pada umumnya. Pencatatan modal pinjaman dimulai saat penerbitan atau
penjualan warkat pinjaman. Modal pinjaman dicatat sebesar nilai nominal. Biaya-
biaya penerbitan warkat modal pinjaman dapat ditangguhkan dan diamortiasasi
secara sistematis selama taksiran jangka waktunya, selama-lamanya 5 tahun.
Jurnalnya:

Rekening Debit Kredit


Tanggal/ Keterangan

Dr. Giro Bank-Bank Lain


Saat Dr. Biaya Penerbitan Modal Pinjaman
penerbitan/Penjualan dibayar dimuka
Warkat
Cr. Modal Pinjaman

Dr. Biaya penerbitan modal pinjaman


Saat Amortisasi biaya Cr. Biaya penerbitan MP dibayar
penerbitan dimuka

Saat penyesuaian Dr. Biaya Bunga


Bunga Cr. Bunga MP masih harus dibayar

Dr. Bunga MP masih harus dibayar


Saat pembayaran
Bunga Cr. Kas/Giro Bank-Bank Lain/Giro
Bi

Dr. Modal Pinjaman


Saat Pelunasan Pokok
Pinjaman Cr. Kas/Giro Bank-Bank Lain/Giro
Bi

d. Pinjaman Subordinasi, yaitu pinjaman memenuhi syarat-syarat adanya


perjanjian tertulis, mendapat persetujuan BI dan tidak dijamin oleh bank yang
bersangkutan dan telah disetor penuh dengan minimal jangka waktu 5 tahun,
pelunasan sebelum jatuh tempo harus mendapatkan persetujuan BI serta hak tagih
berada pada urutan paling akhir dalam hal bank dilikuidasi.
Dengan kata lain pinjaman subordinasi adalah pinjaman yang hak tagihnya
dalam hal terjadi likuidasi berlaku paling akhir dari segala pinjaman yang ada.
Pinjaman subordinasi ini diperhitungkan dalam komponen Capital Adecuacy
Ratio sebesar 50% dari modal inti.
 Akuntansi Pinjaman Subordinasi
Akuntansi untuk pos ini prinsipnya sama dengan akuntansi pinjaman diterima.
Pencatatannya dimulai dari komitmen disepakati, kemudian pada saat realisasi,
pencatatan selama periode pinjaman subordinasi berupa angsuran pokok dan
bunga.
Jurnalnya:
c. Modal Pelengkap Tambahan
1) Bank dapat memperhitungkan modal pelengkap tambahan (tier 3) untuk tujuan
penghitungan Kebutuhan Penyediaan Modal Minimum (KPMM) atau Capital
Adecuacy Ratio (CAR) secara individual dan/atau secara konsolidasi dengan
perusahaan anak.
2) Modal pelengkap tambahan (tier 3) dalam perhitungan KPMM hanya dapat
dipergunakan untuk memperhitungkan resiko pasar.
3) Pos yang dapat diperhitungan sebagai modal pelengkap tambahan (tier 3) adalah
pinjaman subordinasi jangka pendek yang memenuhi kriteria sebagai berikut:
a) Tidak dijamin oleh bank atau perusahaan anak yang bersangkutan dan telah
disetor penuh;
b) Memiliki jangka waktu perjanjian sekurang kurangnya 2 (dua tahun);
c) Tidak dapat dibayar sebelum jadwal waktu yang telah ditetapkan dalam
perjanjian pinjaman kecuali dengan persetujuan BI;
d) Terdapat klausa yang mengikat (lock in clause) yang menyatakan bahwa tidak
dapat dilakukan pembayaran pokok atau bunga, termasuk pembayaran pada
saat jatuh tempo, apabila pembayaran yang dimaksud dapat menyebabkan
KPMM secara individual atau secara konsolidasi dengan perusahaan anak
tidak memenuhi ketentuan yang berlaku:
e) Terdapat perjanjian pinjaman yang jelas termasuk jadwal pelunasannya dan
f) Memperoleh peretujuan terlebih dahulu dari BI..
4) Modal pelengkap tambahan (tier 3) memperhitungkan resiko pasar hanya dapat
digunakan dengan memenuhi kriteria:
a) Tidak melebihi 250% dari bagian modal inti yang dialokasikan untuk
menghitung resiko pasar;
b) Jumblah modal pelengkap (tier 2) dan modal pelengkap tambahan (tier 3)
paling tinggi sebesar 100% dari modal inti.
5) Modal pelegkap (tier 2) yang tidak digunakan dapat ditambahkan untuk modal
pelengkap tambahan (tier 3) dengan memenuhi persyaratan pada point 4.
6) Pinjaman subordinasi sebagaimana diatur dalam ketentuan yang berlaku dan
melebihi 50% modal inti, dapat digunakan sebagai komponen modal pelengkap
tambahan (tier 3) dengan tetap memenuhi persyaratan sebagaimana simaksud
pada point 4.

Ismail. (2010). AKUNTANSI BANK Teori dan Aplikasi dalam Rupiah. Jakarta:
KENCANA PRENADA MEDIA GROUP
Taswan. (2008). Akuntansi Perbankan. Yogyakarta: UPP STIM YKPN

Anda mungkin juga menyukai