Anda di halaman 1dari 6

Pendapatan Usaha Hotel

Penjualan merupakan satu aspek yang krusial bagi perusahaan yang berorientasi pada
keuntungan karena keuntungan tersebut menjadi urat nadu kehidupan usaha tersebut.
Eksistensi dan keberlanjutan usaha suatu perusahaan sangat tergantung pada kemampuannya
dalam menghasilkan arus kas dari penjualan produk yang dihasilkan. Produk dari suatu
perusahaan dapat berupa barang, jasa, atau kombinasi barang dan jasa. Berdasarkan fakta
tersebut tentunya manajemen harus mampu merencanakan dan mengendalikan aktivitas ini.
Tujuan dari adanya manajemen ini adalah agar aset perusahaan yang dihasilkan dari aktivitas
penjualan dapat dijaga keamanannya.
Perusahaan perhotelan memiliki berbagai macam sumber pendapatan utama yang
berasal dari penjualan kamar (Rooms Revenue), penjualan makanan dan penjualan minuman
(Food and Beverage Revenue). Kegiatan usaha hotel menjual kombinasi produk yakni jasa
dan barang. Berbeda dengan usaha-usaha lainnya, penjualan pada usaha hotel mempunyai
keunikan tersendiri, yaitu:
1. Produk yang dijual merupakan kombinasi antara barang dan jasa.
2. Penjualan pada usaha hotel biasanya mempunyai volume yang tinggi dengan harga
individual yang relatif rendah, hampir sama dengan usaha retail.
3. Produk berbentuk barang yang dijual dihasilkan melalui proses produksi seperti yang
dilakukan oleh perusahaan manufaktur. Akuntansi Perhotelan.
4. Perusahaan harus mempunyai persediaan kapasitas (capacity stocks) untuk dapat menjual
produk berupa jasa.
5. Penjualan atas produk dan jasa dibebani pajak dan servis (Tax and service).
Pada siklus penjualan dalam perusahaan perhotekan tentu akan melibatkan akun
piutang usaha (city ledger, guest ledger, credit card), akun kas dan setara kas, akun penjualan,
akun hutang pajak PHR (Goverment Tax), dan akun hutang servis (service charge). Hutang
jasa pelayanan (service charge) ini timbul karena hotel memungut uang jasa pelayanan
kepada para konsumen atas nama karyawan. Uang servis (service charge) pada usaha hotel,
restoran dan usaha pariwisata lainnya diperuntukkan bagi karyawan yang bekerja disana.
Pembagian uang servis ini belum ada keseragaman di dalam pelaksanaannya sehingga
menimbulkan permasalahan dalam bentuk berbagai tuntutan dan perselisihan dalam
hubungan industrial. Untuk mengatasi hal tersebut, pemerintah melalui Peraturan Menteri
Tenaga Kerja Republik Indonesia No.Per.02/MEN/1999 mengeluarkan aturan tentang
pembagian uang service pada usaha hotel, restoran, dan usaha pariwisata lainnya.
Sebelum pembagian uang servis ada beberapa definisi dari Peraturan Menteri Tenaga
Kerja Republik Indonesia No.Per-02/MEN/1999 yang harus dipahami sehinga mudah untuk
pengaplikasian peraturan tersebut, berikut adalah aturan dari uang servis berdasarkan
peraturan tersebut:
a) Uang service adalah tambahan dari tarif yang sudah ditetapkan sebelumnya dalam rangka
jasa pelayanan pada usaha hotel, restoran dan usaha pariwisata lainya.
b) Resiko kehilangan dan kerusakan (loss and breakage) adalah bagian uang servis yang
disisihkan sebelu m uan g service dibagikan kepada para pekerja dan diperuntukkan bagi
pengusaha untuk menanggung kerugian atau kerusakan alat perlengkapan hotel, restoran,
dan usaha pariwisata lainnya yang berhubungan dengan tamu.
Pengumpulan dan pengelolaan administrasi uang servis sebelum dilakukan pembagian
oleh pengusaha yang terpisah dari operasional perusahaan. Setiap bulan menjelang usang
service dibagikan, pengusaha sebagai pengelola uang service mengumumkan secara tertulis
hasil perolehan uang servis. Hasil perolehan uang servis selama 1 (satu) bulan kalender
setelah dikurangi untuk resiko kehilangan atau kerusakan dan pendayagunaan peningkatan
kualitas sumber daya manusia wajib dibagi habis kepada pekerja yang berhak, paling lambat
selama 30 hari bulan berikutnya.
Berdasarkan pasal 8 peraturan Peraturan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia
No.Per.02/MEN/1999, uang servis yang dikumpulkan dapat dipotong oleh pengusaha yang
besarnya sebagai berikut:
1) Hotel berbintang 3 ke atas:
a. 5% untuk resiko kehilangan dan kerusakan (loss and breakage).
b. 2% untuk pendayagunaan peningkatan kualitas sumber daya manusia.
c. 93% dibagi habis untuk para pekerja
2) Hotel berbintang 2 kebawah, restoran dan usaha pariwisata lainnya:
a. 8% untuk resiko kelangan dan kerusakan (loss and breakage).
b. 2% untuk pendayagunaan peningkatan kualitas sumber daya manusia.
c. 90% dibagi habis untuk para pekerja
Cara pembagian uang servis yang tersedia untuk dibagikan kepada pekerja diserahkan
kepada pengusaha dengan mempertimbangkan azas pemerataaan dan azas senioritas, yaitu
separuh dibagi sama besar dan sisanya berdasarkan senioritas atau point kerajinan dan
absensi karyawan. Sedangkan, pemanfaatan uang servis 2% untuk pendayagunaan
peningkatan kualitas sumber daya manusia diserahkan kepada Lembaga Kerjasama Bipartit
usaha hotel yang bersangkutan.
Pekerja yang berhak mendapat pembagian uang servis adalah pekerja dengan
kualifiikasi sebagai berikut:
1) Pekerja yang telah melewati masa percobaan.
2) Pekerja yang terikat pada kerja kesepakatan waktu terntentu.
3) Pekerja yang sedang menjalani cuti tahunan, cuti melahirkan, atau gugur kandungan.
4) Pekerja yang sedang ijin pengusaha sedang menjalankan tugas negara, seperti
kepramukaan, organisasi pekerja dan atau ibadah keagamaan.
5) Pekerja yang putus hubungan kerjanya sebelum saat pembagian uang servis berhak
mendapat uang servis terakhir secara prorate.
6) Pekerja lainnya sesuai kesepakatan antara pengusaha dan pekerja.
Pajak penghasilan atas uang servis yang diterima masing-masing pekerja ditanggung
sepenuhnya oleh pekerja yang bersangkutan. Pemotongan pajak penghasilan atas uang servis
dilakukan bersamaan pada saat pembagian uang service oleh pengusaha dan bukti setoran
pembayaran pajak ke Kas Negara disampaikan kepada pekerja sesuai dengan peraturan
perpajakan yang berlaku.
Hutang PHR (Goverment Tax) timbul karena usaha hotel diberikan kewajiban oleh
pemerintah daerah untuk memungut PHR kepada konsumen hotel sebagai pembeli dan
penikmati barang dan jasa dijual oleh perusahaan. Dalam hal ini, manajemen hotel berfungsi
sebagai withholder, yaitu pemungut pajak yang mempunyai kewajiban untuk menyetorkan
pungutannya kepada kas daerah.
Penyetoran ini dilakukan secara berkala mengikuti ketentuan yang diatur oleh
pemerintah daerah. Pungutan PHR ini diperkuat oleh peraturan menteri keuangan nomor
43/PMK.010/2015 tentang kriteria dan / atau rincian jasa perhotelan yang tidak dikenai pajak
pertambahan nilai. Kelompok jasa perhotelan yang tidak dikenai PPN meliputi :
1. Jasa penyewaan kamar, termasuk tambahannya di hotel, rumah penginapan, motel,
losmen, dan hostel (room service, air conditioning, laundry and dry cleaning,
extrabed, furniture & fixture, telepon, safety box, internet, TV kabel/satelit, dan
minibar) serta fasilitas yang terkait dengan kegiatan perhotelan untuk tamu yang
menginap (fasilitas olah raga & hiburan, fotocopy, teleks, faksimile, dan transportasi
hotel/antar jemput).
2. Jasa penyewaan ruangan untuk kegiatan acara atau pertemuan di hotel, rumah
penginapan, motel, losmen, dan hostel.
Jasa perhotelan yang tidak termasuk kelompok tidak dikenai PPN (kena PPN) antara lain :
1. Penyewaan ruangan untuk anjungan tunai mandiri (ATM), Kantor, restoran, tempat
hiburan, karaoke, apotek, toko retail, dan klinik.
2. Jasa penyewaan unit dan/atau ruangan, termasuk tambahanya, di apartemen,
kondominium, dan sejenisnya serta fasilitas penunjang terkait lainnya.
3. Jasa biro perjalanan atau perjalanan wisata yang diselenggarakan oleh pengelola jasa
perhotelan.
Pengecualian jasa penyewaan unit dan/atau ruangan termasuk tambahannya, di
apartemen, kondominium, dan sejenisnya, serta fasilitas penunjang terkait lainnya dari
kelompok jasa perhotelan yang tidak dikenai PPN didasarkan atas izin usahanya.
Secara sederhana, kaitan antara akun-akun dalam siklus penjualan hotel digambarkan
dalam bagan T-account (gambar 6.1).
Contoh:
The Legend Hotel adalah sebuah hotel yang terletak di Denpasar . Hotel ini menjual kamar
jenis super deluxe dengan harga Rp1.000.000,- per malam. Setiap tamu yang menginap sudah
mendapatkan breakfast dengan harga Rp100.000,-. Harga tersebut (include) sudah termasuk
service charge dan government tax (PHR) sebesar 21%.
Jurnal atas transaksi tersebut dengan menggunakan kode rekening yang ada di bab
sebelumnya (Bab 5-USALI) adalah:
Penyelesaian:
10401 AR Guest Ledger Rp 1.000.000,-
40101 Room revenue Rp 743.801,-
41105 Food revenue meal coupon Rp 82.645,-
20304 Service Charge Rp 82.645,-
20301 Government tax Rp 90.909,-
Tugas berikutnya:
Jurnal transaksi tersebut jika service charge dan PHR diluar tarif kamar (exclude)!
Dalam industri hotel akun piutang usaha dibedakan antara tamu yang masih aktif
(masih menginap) dan tamu yang sudah keluar (check out). Untuk tamu yang masih aktif
akan dicatat dalam akun Guest Ledger, dan setelah tamu keluar dari hotel dan tagihannya
menjadi tanggungan pihak travel agen, maka tagihan tersebut akan dipindahkan ke akun City
Ledger.
Dalam industri perhotelan, khususnya pada penjualan makanan dan minuman dikenal
adanya suatu sistem penjualan yang menggunakan teknologi komputer, yang disebut dengan
point of sale systems (POSS). POSS adalah sebuah sistem yang memungkinkan diadakannya
transaksi yang di dalamnya termasuk juga penggunaan mesin kasir. Dalam lingkup POSS,
sebuah mesin kasir tidak berdiri sendiri, namun sudah termasuk di dalamnya software
penunjang dan piranti lain.
POSS menggunakan kombinasi terminal computer client atau server dan printer yang
berfungsi sebagai input dan output. Secara khusus, POSS pada usaha perhotelan dan
restaurant berfokus pada 3 tujuan, yaitu:
1. Ketepatan atas order
2. Pencatatan penjualan
3. Pemberian kepuasan kepelanggan
Laporan yang dihasilakan POSS memberikan informasi tentang:
1. Analisa pendapatan, memberikan rincian per jenis penjualan dan per outlet, yang bisa
digunakan sebagai sumber data untuk daily of sales.
2. Produktivitas karyawan, memberikan informasi jumlah covers, rata-rata penjualan dan
total penjualan, yang bisa digunakan untuk mengevaluasi produktivitas karyawan
secara individual.
3. Kontrol persediaan, dengan membandingkan antara jumlah porsi tercatat dengan
jumlah porsi yang dikonsumsi (portion control).
POSS juga membantu Cost Control dalam pengukuran kos yang dikeluarkan dengan tingkat
penjualan yang diperoleh (diharapkan akan diperoleh).

Anda mungkin juga menyukai