Anda di halaman 1dari 5

Tugas Musyrif Oktober 2023

Ringkasan Kitab “Adab dan Kiat Dalam Menggapai Ilmu”


Ditulis oleh Syaikh Abdul Aziz ibn Muhammad ibn Abdullah As-Sadhan
Diringkas oleh: M. Samsu Radja Efendi
@sr_efendi
Bab XIII :
Penuntut Ilmu Ketika Membeli Kitab dan Memilikinya
Hasrat siswa untuk memperoleh buku adalah sesuatu yang lumrah dan bermanfaat, terutama
dalam era di mana fasilitas percetakan dan penerbitan melimpah. Saat ini, penerbit dan
penulis bersaing untuk menyediakan sumber-sumber ilmu yang berkualitas. Namun, penting
untuk diingat bahwa tidak semua buku yang diterbitkan bebas dari cacat, dan para ahli ilmu
serta murid-murid yang terampil seringkali dapat mengidentifikasi kekurangan dalam karya-
karya tersebut.
Berikut dicantumkan beberapa perkara yang dapat membantu para penuntut ilmu Ketika
hendak membeli dan memiliki kitab:
• Konsultasi dengan syekh atau ustadz sebelum membeli buku.
• Apabila berupa kitab syarah, Periksa apakah ada syarah lain yang lebih
lengkap untuk buku tersebut.
• Periksa penerbit kitab tersebut dan mencari tahu perihal penerbit yang paling
baik.
• Pastikan membeli buku yang ditahqiq dengan tahqiq terbaik
• Cocokkan urutan Juz buku apabila bukunya berjilid.
• Periksa keadaan fisik buku.
• Teliti jilid demi jilid dan bentuk tulisan yang jelas.
• Telusuri daftar isi buku untuk mengetahui isinya secara umum.
• Memperhatikan adab terhadap kitabnya dan tidak meremehkannya.
• Kontak perpustakaan dan penerbit untuk informasi dan harga.
• Menjaga niat yang benar: Perhatian harus pada ilmu, bukan sekadar
pengumpulan buku untuk tujuan sombong atau tampilan semata.
Contoh kisah dari Ulama dalam pembelian kitab:
a- Abdullah bin Ahmed Al-Khashab: Dia membeli buku dengan harga lima ratus dinar
meskipun awalnya tidak memiliki uang. Setelah menyimpan buku tersebut selama
tiga hari, dia menjualnya dengan harga yang sama dan memenuhi kewajibannya.

b- Al-Hassan bin Ahmed Al-Hamdani: Al-Hamdani melihat dalam mimpi sebuah kota
yang penuh dengan buku dan menyatakan bahwa dia memohon kepada Tuhan agar
diberi kesibukan dengan membaca buku di dunia ini.
c- Ibnu Qumair al-Mawsili: Seorang penjilid buku yang mengalami petualangan saat
mengikat buku catatan yang jatuh ke dalam sungai Tigris. Meskipun menghadapi
sejumlah masalah, dia berhasil menyelamatkan buku tersebut dan memenuhi
kewajibannya.
Bab XIV :
Penuntut Ilmu dan Meminjam Buku
Peminjaman buku adalah cara yang efektif untuk menyebarkan ilmu. Banyak manfaat yang
diperoleh dari peminjaman buku dan semua yang terlibat, termasuk penulis, pemberi
pinjaman, peminjam, pencetak, dan penerbit, berpotensi mendapatkan pahala jika tujuannya
adalah untuk menyebarkan pengetahuan.
Peminjaman buku adalah tindakan yang penuh berkah dalam menyebarkan ilmu. Namun, ada
pedoman yang perlu diikuti sebagaimana yang dikatakan Muhammad ibn Muzahim, “Awal
keberkahan ilmu adalah meminjamkan kitab.”
Berikut adalah beberapa ketentuan pinjam meminjam kitab:
1. Meminjamkan buku yang bermanfaat dan tidak merugikan, kecuali jika peminjam
menyadari Mudharat buku tersebut.
2. Pastikan pemilik buku tidak membutuhkannya saat dipinjam.
3. Peminjam harus memahami nilai buku dan memiliki kepercayaan dan amanah untuk
meminjamnya.
4. Jika buku punya terdapat cetakan lain, berikan cetakan lama kepada peminjam.
5. Salin ta’liq (catatan penulis) dalam buku pada kertas terpisah sebelum buku
dipinjamkan jika perlu.
6. Jika peminjam mengabaikan buku atau menunda pengembalian, hindari
meminjamkannya untuk kali berikutnya.
7. Bagi yang meminjamkan buku hendaknya membuat catatan peminjaman dengan
nama peminjam, judul buku, tanggal peminjaman, serta nomor telpon untuk
mempermudah kontak dengan peminjam.
8. Peminjam harus merawat buku dan mengembalikannya sesegera mungkin, tanpa
merusaknya.
Peminjaman buku adalah tindakan yang baik, tapi harus dilakukan dengan adab. Sebagai
peminjam, kita harus menghargai buku yang kita pinjam dan selalu menjaga kebersihannya.
Mengembalikan buku dalam kondisi rusak atau terlambat harus dihindari. Kehilangan buku
pinjaman dianggap sebagai kesalahan serius, dan orang yang melakukan hal itu mungkin
tidak akan diberi kesempatan untuk meminjam lagi. Pengembalian buku adalah bagian
penting dari kesepakatan peminjaman, dan ada ungkapan yang mengatakan bahwa jika kita
mematuhi kewajiban ini, kita akan diberi kesempatan untuk meminjam buku lainnya. Maka
penting Ketika melakukan pinjam-meminjam kitab agar selalu memperhatikan adab,
ketentuan, dan aturan yang berlaku.
Bab XV :
Penuntut Ilmu dan Hafalan Al-Qur’an
Menghafal Al-Qur'an adalah sebuah tindakan mulia yang dihargai di kalangan ulama dan para
pelajar ilmu. Tidak wajib bagi pembelajar ilmu untuk menghafal seluruh Al-Qur'an, tetapi
menghafal sebagian dari Al-Qur'an merupakan dasar yang penting dalam perjalanan belajar
ilmu. Menghafal Al-Qur'an tidak hanya membantu dalam memahami teks suci, tetapi juga
meningkatkan derajat dan keagungan seseorang di dunia, di alam kubur, hingga diakhirat
kelak sebagaimana terdapat dalam banyak Hadits-Hadits Nabi Shalalllahu Alaihi Wasallam.

Terdapat beberapa Langkah danperkara yang membantu seseorang menghafal Al-Qur’an


diantaranya:
1. Niat Ikhlas: Memiliki niat ikhlas karena Allah, dengan hafalan yang ditujukan untuk
meraih keridhaan-Nya dan sebagai sarana dalam menaati Tuhan serta memperoleh
ilmu. Ini melibatkan memperbaiki niat dan berusaha membaca Al-Qur'an secara rutin,
termasuk di malam dan di penghujung hari.
2. Membaca Tafsir: Penting untuk membaca tafsir ayat-ayat yang akan dihafal.
Kesalahan umum adalah menghafal tanpa pemahaman maknanya. Padahal memahami
konteks yang lebih dalam dan membantu dalam hafalan.
3. Shalat Malam dan Pengulangan: Praktik shalat malam membantu mengingat
hafalan dan membantu menguatkan hafalan. Kata-kata Nabi tentang membaca Al-
Qur'an saat berdiri dan mengulanginya siang dan malam menjadi motivasi dalam
proses hafalan.
4. Mengulang Bacaan di luar sholat: Sebagaimana Mengulang-ulang bacaan pada
sholat malam. Demikian juga mengulang hafalan di luar waktu sholat.
5. Talaqqi: Penting untuk memeriksa dan mengulang bacaan dengan teliti. Kesalahan
dalam membaca dan menghafal ayat-ayat Al-Qur'an harus diatasi. Belajar dari syekh
atau perawi yang kompeten dapat membantu dalam mengurangi kesalahan.
6. Bersandar pada satu Nuskhah: Hafalan atau bacaan harus didasarkan pada satu
naskah Al-Qur'an tertentu. Ini membantu dalam mempertahankan hafalan yang kuat
dan mencegah penyimpangan yang mungkin terjadi karena perbedaan versi Al-
Qur'an.
Terdapat contoh-contoh kisah para Salaf dan praktik mereka dalam menghafal Al-Qur'an juga
menunjukkan pentingnya ketekunan, keikhlasan, dan kesabaran dalam mencari dan
melestarikan ilmu. Dalam banyak kasus, para pendahulu menghabiskan waktu yang lama
untuk hafalan dan pembacaan Al-Qur'an tanpa merasa putus asa, dan hal ini menjadi landasan
keberhasilan mereka dalam pencarian ilmu. Yang dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Berdoa dan Meminta Pertolongan Kepada Allah: Berdoa dengan ikhlas kepada
Allah dan bertujuan untuk meraih keridhaan-Nya dalam ilmu dan amal.
2. Manajemen Waktu: Mengatur waktu harian secara efektif, dan jika memungkinkan,
mengabdikan waktu khusus untuk membaca hafalan Al-Qur'an.
3. Bimbingan Seorang Qari: Membaca hafalan kepada seorang qari yang
berpengalaman untuk koreksi dan perbaikan.
4. Muraja'ah Rutin: Melakukan revisi rutin atas hafalan pada waktu-waktu yang
ditetapkan dan berusaha keras untuk tidak melewatkan sesi muraja'ah.
5. Satu Cetakan Mushaf: Menyimpan hanya satu cetakan Mushaf atau edisi Al-Qur'an
untuk memperkuat hafalan.
6. Mengulangi Berulang-ulang: Berulang kali mengulangi hafalan, termasuk sambil
berdiri, duduk, dan berjalan, sesuai dengan kemampuan.
7. Membaca Tafsir: Membaca tafsir ayat-ayat yang dihafal untuk pemahaman lebih
dalam tentang maknanya.
8. Waspada terhadap Dosa: Menghindari dosa karena dosa dapat mempengaruhi
hafalan. Para ulama mengingatkan bahwa lupa Al-Qur'an dapat disebabkan oleh dosa.
Para hafiz Al-Qur'an diingatkan untuk tidak hanya menghafal Al-Qur'an, tetapi juga untuk
mengamalkannya. Al-Qur'an adalah pedoman hidup yang harus dihayati dan diamalkan
dalam kehidupan sehari-hari. Hindari menjadikan pekerjaan atau alasan lain sebagai
penghalang dalam mengamalkan hafalan Al-Qur'an. Jadikan mengamalkan Al-Qur'an sebagai
prinsip utama dan pekerjaan sebagai sesuatu yang bersifat insidental.
Terakhir, penting untuk mengingat bahwa jumlah hafalan yang sedikit seringkali lebih dapat
diandalkan. Ini adalah prinsip yang dianjurkan oleh Abu Bakar bin Ayyash, yang menjelaskan
bahwa kualitas dan konsistensi lebih penting daripada jumlah besar dalam menghafal Al-
Qur'an.
Dengan menjalani prinsip-prinsip ini, seseorang dapat menghafal dan mengamalkan Al-
Qur'an dengan baik, dan melibatkan diri dalam pembelajaran dan praktik agama dengan
kesungguhan dan komitmen.

Anda mungkin juga menyukai