Anda di halaman 1dari 4

Adab Mencari Ilmu dalam Kitab

Bidayatul Hidayah (PDF) - Terjemah


Jawa

Cover Kitab Bidayatul Hidayah Terjemah Bahasa Jawa. Foto: dutaislam.com.

Dutaislam.com - Kitab Bidayatul Hidayah ditulis oleh ulama' besar bergelar hujjatul


Islam sebab kealimannya itu masyhur di kalangan para alim ulama zamannya, dengan
karyanya yang sangat membantu peradaban keilmuan hingga sekarang. Beliau adalah
Imam Al Ghazali (Abu Hamid Bin Muhammad Bin Muhammad Bin Muhammad Al Ghazali
At Thusiy Asy Syafi'i.
Imam Al-Ghazali berhasil meletakkan karyanya sebagai kitab yang sangat dianjurkan untuk
dipelajari. Utamannya di pondok-pondok pesantren Indonesia, lebih-lebih kitabnya yang
sangat populer yakni Ihya' Ulumiddin. Selain itu, salah satu kitabnya dari banyak kitab
lainnya adalah Bidayatul Hidayah.

Kitab Bidayatul Hidayah berisi tentang segala hal yang harus dilakukan oleh para santri,
agar mereka mendapatkan buahnya ilmu (hidayah). Diterangkan ke dalam beberapa bentuk
untuk mempermudah pengkajiannya yakni; bagian (‫ )القسم‬ada satu, fasal (‫ )الفصل‬ada satu,
dan bab (‫ )الباب‬ada lima belas. Secara keseluruhan ada tujuh belas pembahasan dalam
kitab ini.

Sebagaimana yang dituturkan oleh Imam Ghazali di halaman ketiga kitab ini, "Hidayah
merupakan buahnya ilmu pengetahuan. Ia mempunyai permulaan dan akhir serta lahir dan
batin. Tidak akan bisa sampai kepada akhir kecuali setelah mengetahui titik awal. Begitu
juga aspek batin, yang tidak akan bisa diketahui kecuali setelah mengetahui  aspek
lahirnya".

Intinya, tanpa hidayah (buahnya ilmu), seorang pencari ilmu tidak akan menemukan titik
awal. Jika tidak bisa menemukan titik awal, maka otomatis tujuan (titik akhir) mustahil untuk
didapatkan.

Lalu muncul pertanyaan, bagaimana cara memperoleh hidayah tersebut? Imam Al-Ghazali
tidak hanya menyodorkan sebuah masalah tetapi juga solusi, seperti judul dari kitab ini
"Bidayatul Hidayah" yang berarti langkah awal agar mendapat petunjuk (hidayah). Tentu
kehadiran kitab ini memberikan kita alternatif menjemput hidayah Allah Swt.

Sebelumnya, untuk membaca kitab ini peserta didik atau santri harus memiliki bekal ilmu
gramatika bahasa Arab (nahwu dan shorof) yang mumpuni, karena selain kosakata yang
agak pelik, di dalam Bidayatul Hidayah terdapat syair-syair yang ditulis menggunakan
bahasa sastrawi.

Sumber kitab ini tidak hanya diambil dari Al-Qur'an, tetapi juga hadist serta maqalah para
shahabat Nabi Muhammad Saw. Jika pembaca kesulitan untuk mengkajinya secara
otodidak, alangkah sangat baik untuk meminta diajarkan oleh seorang guru yang
memahaminya agar tidak salah kaprah. Atau, melalui penerjemahan dari KH Abdurrahman
ini, sangat bisa membantu santri mempelajari kitab ini.

Bagian awal kitab ini membahas tentang taat, yakni taat kepada segala yang diperintah
Allah. Tetapi, ada satu hal harus diperhatikan dan ditunaikan oleh para pencari ilmu terlebih
dahulu, yakni memperbaiki niat.

========
IDENTITAS KITAB:
Judul Kitab: Tarjamah Matan Bidayatul Hidayah (PDF)
Penulis: Syaikh Al 'Alim Al Fadhil Abu Hamid Bin Muhammad bin Muhammad bin
Muhammad Al Ghazali At Thusiy
Penerbit: Al Maktabah Al ‘Ashriyah, Surabaya, Indonesia
Tahqiq : KH Abdurrahman Bin KH Abdul Aziz
Tebal: 144 halaman (PDF)
Space: 126 MB
Link download PDF:
1. Kitab Bidayatul Hidayah Terjemah Jawa
2. Bidayatul Hidayah PDF Cet. Beirut
========

Seperti yang telah ditegaskan Imam Al-Ghazali dalam muqaddimah (pengantar) kitab ini,
"Bahwa jika engkau berniat mencari ilmu guna bersaing, berbangga-bangga, mengalahkan
teman, menarik simpati orang lain, dan mengharapkan dunia, maka sesungguhnya engkau
sedang berjalan untuk merobohkan agama (Islam), membunuh diri sendiri, dan menjual
akhirat dengan dunia".

Jadi tidak bisa tidak (wajib) bagi para santri atau peserta didik harus benar-benar niat
karena Allah supaya tidak termasuk ke dalam pesan dari shahibul kitab di atas.
Setelah memberikan penegesan yang menurut hemat saya sangat menakutkan di atas,
semata-mata merupakan bentuk dorongan bagi pencari ilmu, agar mereka memiliki hati dan
jiwa yang bersih akibat dari niat yang Lillahi Ta'ala.

Bilamana hati seseorang sudah jauh dari pikiran-pikiran nafsu dunia, ia tak akan mudah
melakukan perbuatan-perbuatan buruk atau maksiat serta dengan lapang dada mematuhi
dan menunaikan segala perintah Allah, baik yang fardhu (wajib) maupun sunnah
(dianjurkan).

Setelah itu, Imam Al-Ghazali mengajarkan pelajaran yang dianggapnya penting, yaitu:

1. Adab bangun dari tidur, 


2. Adab ketika masuk kamar mandi atau toilet, 
3. Adab berwudlu, 
4. Adab mandi, 
5. Adab Tayamum, 
6. Adab ketika keluar masjid, 
7. Adab ketika masuk masjid, 
8. Adab setelah terbitnya matahari hingga bergesernya Matahari, 
9. Adab yang dipersiapkan sebelum mengerjakan sholat, 
10. Adab tidur, 
11. Tentang sholat, 
12. Imam dan ma'mum, 
13. Adab shalat Jum’at, dan 
14. Adab berpuasa. 

Bagian selanjutnya menerangkan ucapan untuk menjauhkan diri dari maksiat lahir dan
batin, yang dilanjutkan ucapan-ucapan tergolong maksiat hati, dan terakhir kitab ini yaitu
menerangkan tentang ucapan-ucapan di dalam adab pertemanan dan berkumpul bersama
Allah Swt. serta kepada sesama makhluk.
Bila diperhatikan dengan seksama, kitab ini tidak hanya mengajari tentang adab semata,
namun juga fiqih, tasawuf, dan tauhid. Kemudian perbuatan-perbuatan yang harus
diaplikasikan dalam kehidupan masyarakat.

Meskipun terdiri dari beberapa bagian dan pasal yang sedikit, agaknya, kualitas kitab ini
sudah bisa membawa pembaca kepada jalan awal memperoleh hidayah Tuhan.

Sebuah lukisan ditangan pelukis akan tampak indah dan penuh makna, meskipun beberapa
orang tidak bisa menerima. Begitupula sebuah tulisan, seperti kitab ini, yang lahir di tangan
ulama besar yang benar-benar alim, sangat wajar bila isinya sangat jelas dan menyimpan
kekayaan harta karun keilmuan.

Manusia memang memiliki sifat dasar yang tidak pernah merasa kenyang terhadap ilmu
pengetahuan. Maka dari itu mereka terus melakukan pencarian-pencarian terhadap apa
yang tidak mereka ketahui.

Setelah mempelajari Kitab Bidayatul Hidayah ini, tentu langkah selanjutnya mengkaji kitab-
kitab beliau yang lainnya agar mereka sadar bahwa dirinya masih benar-benar kosong
seperti botol yang tidak berisi. Dengan begitu, mereka akan membawa dirinya supaya tetap
taat dan tawadhu' meskipun memiliki ilmu banyak mereka tidak menjadi seorang yang
sombong.

Akhirulkalam, semua pelajaran yang terdapat dalam Kitab Bidayatul Hidayah ini akan
menjadi kompas dan peta bagi peserta didik, dalam membersamai masa-masa pencarian
ilmu. Apabila ada titik akhir, maka sebelumnya pasti ada titik awal.

Logika tersebut sangat mudah diterima bagi siapapun yang merdeka akalnya. Karena tidak
mungkin terjadi, misalnya seseorang tiba-tiba sampai pada tujuan akhir tanpa melewati titik
awal, sedangkan ia tidak tahu harus berjalan ke arah mana dan melakukan apa.

Begitu juga bagi seorang pencari ilmu, melalui Kitab Bidayatul Hidayah ini, ia akan
mendapat ilmu yang bermanfaat dan berkah (sebagai tujuan akhir), karena sudah
mengetahui segala sesuatu yang harus persiapkan untuk dikerjakan sebelum ia melangkah
lebih jauh dalam rangka mengkaji suatu bidang keilmuan utamanya ilmu agama
Islam. Wallahu a'lam.

Anda mungkin juga menyukai