Anda di halaman 1dari 2

Nama : Yuvania Andi Ivada

NIM : 212026
Prodi : D3 Kebidanan
Asuhan Kebidanan Komunitas
Analisa Hasil Jurnal

EVALUASI PELAKSANAAN SISTEM RUJUKAN BERJENJANG


DALAM PROGRAM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL

Menurut saya sistem rujukan di Indonesia masih banyak permasalahan/kekurangan dan


kurang efisien. Berikut adalah beberapa contoh kurang efisiennya sistem rujukan yang terjadi
di Indonesia :
1. Belum optimalnya pelaksanaan sistem rujukan dan belum efisiensinya pemanfaatan
sumber daya
2. Belum optimalnya peran pemda : penetapan kebutuhan tempat tidur, pelaksanaan
kewenangan penetapan kelas RS (dikaitkan dengan ketentuan kerjasama dengan
BPJS) contoh permasalahan keterbatasan perawatan intensive care (ICU, HCU,
NICU, PICU)
3. Sosialisasi yang belum optimal kepada masyarakat oleh BPJS tentang sistem rujukan
4. Kesiapan Fasyakes dalam pemenuhan standar sarana dan prasarana serta ketersediaan
obat obatan / alat kesehatan.
5. Penyebaran dan jumlah Yankes belum merata
Dengan begitu, untuk menjamin berjalannya sistem rujukan berjenjang dengan baik, maka
perlu dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :
- Sosialisasi yang terus-menerus,
- Proses pertemuan lintas sektor secara proaktif serta monitoring
- Evaluasi yang juga terus menerus harus dilakukan antar seluruh stakeholders guna
menamankan kesadaran masyarakat tentang sistem rujukan berjenjang dan
Sinkronisasi berbagai kebijakan.
Sistem Pelayanan Rujukan akan terkait berbagai elemen yang secara sistematik terlihat pada
Man, Money, Machine, Material dan Method/Management.
Ada beberapa contoh penyelewengan/kurang efisiensinya sistem rujukan di Indonesia :
1. kelengkapan surat rujukan, masih banyak pasien yang dirujuk tidak lengkap diisi
keterangan rujukan oleh petugas pelayanan. Dari sepuluh indikator yang wajib diisi,
hanya dua indikator yang terisi semuanya, yaitu identitas pasien dan nama rumah
sakit atau fasilitas kesehatan rujukan. Namun delapan indikator lainnya banyak yang
tidak diisi.
2. Audit mutu terhadap kelengkapan surat rujukan masih bermasalah. Meskinya surat
rujukan diisi semua, namun banyak yang tidak terisi. Ini mengakibatkan data dan
informasi yang diterima di FKTL jadi tidak lengkap.
3. Data yang paling krusial seperti hasil diagnosa, pemeriksaan fisik, anamnesa, dan
terapi yang sudah diberikan merupakan informasi yang seharusnya diisi dalam surat
rujukan. Namun data dan informasi itu yang paling banyak tidak diisi.
4. FKTP jadi fasilitas kesehatan pertama yang melakukan pelayanan, sebelum nanti
dirujuk secara berjenjang. Akibatnya, jumlah pasien menjadi meningkat. Peningkatan
itu tidak diimbangi oleh peningkatan pelayanan di FKTP, karena infrastrukturnya
masih terbatas.
5. Tidak seimbangnya antara jumlah pasien yang dilayani dan petugas dan infrastruktur
pelayanan kesehatan.
Maka dari itu perlu diperhatikan bahwa pelaksanaan sistem rujukan berjenjang belum
berjalan optimal dan masih bermasalah. Oleh karena itu, perbaikan perlu dilakukan di
FKTP. Tingginya tingkat kunjungan pasien di FKTP harus diimbangi dengan perbaikan
sumber daya manusia dan infrastruktur pelayanan.
Sosialisasi juga perlu terus dilakukan untuk memperkuat pengetahuan masyarakat
terhadap sistem pelayanan rujukan berjenjang. Melakukan pertemuan lintas sektor secara
proaktif serta monitoring dan evaluasi.

Anda mungkin juga menyukai