Anda di halaman 1dari 18

PHYLOSOPHY OF

EDUCATION
TEORI
FILSAFAT PENDIDIKAN
EKSISTENSIALISME

KELOMPOK II
IIN RATNASARI
DWI YULIANI
TINI MARYATI
RIDWANULLAH
APA YANG DI MAKSUD DENGAN FILSAFAT?

Pythagomas (572-497 SM)


Dalam tradisi filsafat zaman Yunani Kuno, Phythagoras adalah orang yang pertama-tama
memperkenalkan istilah philosophia, yang kemudian dikenal dengan istilah filsafat.
Pythagoras memberikan definisi filsafat sebagai the love of wisdom. Menurutnya,
manusia yang paling tinggi nilainya adalah manusia pecinta kebijakan (lover of wisdom),
sedangkan yang dimaksud dengan wisdom adalah kegiatan melakukan perenungan
tentang Tuhan. Pythagoras sendiri menganggap dirinya seorang philosophos (pencinta
kebijakan), baginya kebijakan yang sesungguhnya hanyalah dimiliki semata-mata oleh
Tuhan.

Socrates (469-399 SM)


Ia adalah seorang filosof dalam bidang moral yang terkemuka setelah Thales pada
zaman Yunani Kuno. Socrates memahami bahwa filsafat adalah suatu peninjauan diri
yang bersifat reflektif atau perenungan terhadap asas-asas dari kehidupan yang adil dan
bahagia (principles of the just and happy life)
Susanto, 2011. Filsafat Ilmu. Suatu Kajian dalam Dimensi Ontologis,
Epistemologis, dan Aksiologis. Jakarta : Bumi Aksara
Plato (427-347 SM)
Seorang sahabat dan murid Socrates ini telah mengubah pengertian kearifan (sophia) yang semula bertalian
dengan soal-soal praktis dalam kehidupan menjadi pemahaman intelektual. Menurutnya, filsafat adalah
pengetahuan yang berminat mencapai kebenaran yang asli. Dalam karya tulisnya Republika, Plato menegaskan
bahwa para filosof adalah peecinta pandangan tentang kebenaran (vision of thruth). Dalam pencarian terhadap
kebenaran tersebut, hanya filosof yang dapat menemukan dan menangkap pengetahuan mengenai ide yang
abadi dan tak berubah. Dalam konsepsi Plato, filsafat merupakan pencarian yang bersifat spekulatif atau
perekaan terhadap pandangan tentang seluruh kebenaran. Maka filsafat Plato tersebut kemudian dikenal dengan
sebutan Filsafat Spekulatif.

Aristoteles (348-332 SM)


Aristoteles adalah salah seorang murid Plato yang terkemuka. Dalam pandangannya, seringkalo Aristoteles
berseberangan dengan pendapat gurunya, namun pada prinsipnya, Aristoteles mengembangkan paham-paham
yang dikemukakan oleh gurunya tersebut. Berkenaan dengan pengertian filsafat, Aristoteles mengemukakan
bahwa sophia (kearifan) merupakan kebajikan intelektual tertinggi. Sedangkan philosophia merupakan padanan
kata dari episteme dalam arti suatu kumpulan teratur pengetahuan rasional mengenai sesuatu objek yang sesuai.
Adapun pengertian filsafat itu sendiri, nenurut Aristoteles, adalah ilmu pengetahuan yang meliputi kebenaran yang
terkandung didalamnya ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik, dan estetika.

Susanto, 2011. Filsafat Ilmu. Suatu Kajian dalam Dimensi Ontologis,


Epistemologis, dan Aksiologis. Jakarta : Bumi Aksara
APA YANG DI MAKSUD DENGAN
FILSAFAT PENDIDIKAN?
Filsafat pendidikan adalah teori atau ideologi pendidikan yang muncul dari
sifat filsafat seorang pendidik, dari pengalaman-pengalamnnya
dalam pendidikan dan kehidupan dari kajiannya tentang berbagai ilmu yang
berhubungan dengan pendidikan.

Filsafat pendidikan adalah filsafat yang memandang pendidikan sebagai proses


memanusiakan peserta didik sehingga mampu berkembang dan beraktualisasi diri
dengan segenap potensi asli yang ada dalam dirinya. Ilmu pengetahuan berkembang
dari rasa ingin tahu, yang merupakan ciri khas manusia. Ilmu pengetahuan
merupakan upaya khusus manusia untuk menyingkapkan realitas, supaya
memungkinkan manusia berkomunikasi satu sama lain, membangun dialog dengan
mengakui yang lain, dan meningkatkan harkat kemanusiaannya.

Sumber :https://ejournal.iainbengkulu.ac.id/
APA MAKNA FILSAFAT EKSISTENSIALISME ?

Eksistensialisme adalah aliran filsafat yang pahamnya berpusat pada manusia individu yang
bertanggung jawab atas kemauannya yang bebas tanpa memikirkan secara mendalam mana
yang benar dan mana yang tidak benar.
Eksistensialisme biasa dialamatkan sebagai salah satu reaksi dari sebagian terbesar reaksi
terhadap peradaban manusia yang hampir punah akibat perang dunia kedua. Dengan demikian
eksistensialisme pada hakikatnya adalah merupakan aliran filsafat yang bertujuan
mengembalikan keberadaan umat manusia sesuai dengan keadaan hidup asasi yang dimiliki dan
dihadapinya.
Sebagai pendatang baru dalam dunia filsafat, eksistensialisme utamanya memberikan perhatian
pada isu-isu kefilsafatan dan belum begitu gamblang pada praktik-praktik kependidikan.
Hubungan yang masih samar dengan pendidikan yang tak diragukan lagi juga dipengaruhi oleh
besarnya perhatian eksistensialisme terhadap individu daripada terhadap kelompok sosial.
Percikan pemikiran tentang topik-topik kependidikan ditemukan dalam karyakarya para penulis
seperti Martin Buber, Maxin Greene, George Kneller, dan Van Cleve Morris

Sumber :
http://eprints.umg.ac.id/
TUJUAN FILSAFAT
EKSISTENSIALISME ?
Menurut eksistensialisme setiap orang itu adalah individu sendiri-sendiri yang tak akan
mampu berkomunikasi murni dengan individu lainnya, oleh sebab itu tujuan pendidikan
dalam pandangan eksistensialisme adalah menumpuk kemampuan individu menjadi diri
sendiri yang sebaik-baiknya walaupun tak mungkin terbina hubungan murni dalam
komunikasi sesama manusia (Rasyidin, 2007:24), dan untuk mendorong setiap individu
agar mampu mengembangkan semua potensinya untuk pemenuhan diri, serta
memberikan bekal pengalaman yang luas dan komprehensif dalam semua bentuk
kehidupan. Para kaum eksistensialis memercayai bahwa ilmu pengetahuan yang paling
utama adalah pengetahuan tentang kondisi manusia
Tujuan filsafat eksistensialisme dalam pendidikan ialah menjadikan sekolah sebagai
tempat yang memberikan kebebasan serta tidak mengekang dan membelenggu
keinginan atau kebutuhan siswa. Kedudukan guru dalam aliran ini sebagai fasilitator
yang membimbing siswa dalam proses belaja

Sumber :
http://eprints.umg.ac.id/
METODE FILSAFAT
EKSISTENSIALISME ?
Eksistensialisme adalah aliran filsafat yang
memandang segala gejala dengan berpangkal
pada eksistensi. Dalam filsafat istilah eksistensi
memeliki beberapa pengertian yaitu pertama, apa
yang ada. Kedua, apa yang memiliki aktualitas
(ada). Ketiga, segala sesuatu yang dialami
manusia.

Fokus dari Pendidikan eksistensialis adalah


kebebasan manusia. Dalam upaya menekankan
subjektivitas individu, guru eksistensialis harus
mampu menumbuhkan rasa kesadaran diri dan
tanggung jawab siswa. Untuk pembuatan pilihan
pribadi yang signifikan, hanya siswalah yang
mampu menghasilkan definisi dirinya
Eksistensialisme adalah filsafat dan akar metodologi berasal dari metode
fenomologi yang dikembangkan oleh Hussel. Eksistensialisme sangat
berhubungan dengan pendidikan. Ini dikarenakan bahwa pusat pembicaraan
eksistensialisme adalah keberadaan manusia sedangkan pendidikan hanya
dilakukan oleh manusia.

Implikasi filsafat eksistensialisme dalam pendidikan adalah memberikan


bekal pengalaman yang luas dan komprehensif dalam semua bentuk
kehidupan. Dan tujuan pendidikan eksistensial adalah kebebasan manusia.

Eksistensialisme merupakan paham yang menempatkan manusia pada titik


sentrum dari segala relasi kemanusiaan. Eksistensialisme berakar dari upaya
untuk bangkit dari segala hegemoni untuk menemukan eksistensi dan esensi
diri

Dengan demikian eksistensialisme pada hakikatnya adalah merupakan


aliran filsafat yang bertujuan mengembalikan keberadaan umat manusia
sesuai dengan keadaan hidup asasi yang dimiliki dan dihadapinya.
BAGAIMANA PENERAPAN
EKSISTENSIALISME DALAM
PENDIDIKAN ?
Fokus dari Pendidikan eksistensialis adalah kebebasan manusia. Dalam upaya
menekankan subjektivitas individu, guru eksistensialis harus mampu
menumbuhkan rasa kesadaran diri dan tanggung jawab siswa. Untuk
pembuatan pilihan pribadi yang signifikan, hanya siswalah yang mampu
menghasilkan definisi dirinya.
Hakekat pendidikan menurut eksistensialisme dalam pendidikan
adalah menghendaki agar pendidikan selalu melibatkan peseta didik dalam
mencari pilihan untuk memenuhi kebutuhannya masing masing dan
menemukan jati dirinya
Eksistensialisme memberi individu suatu jalan berpikir mengenai
kehidupan, apa maknanya bagi saya, apa yang benar untuk saya.
Epistomologi eksistensialis menganggap bahwa individu bertanggung
jawab akan pengetahuannya sendiri. Sumber pengetahuan yang
utama adalah pengalaman pribadi. Tujuan dari aliran eksistensialisme
adalah untuk mendorong setiap individu agar mampu
mengembangkan semua potensinya untuk pemenuhan diri dengan
memberikan bekal pengalaman yang luas dan komprehensif dalam
semua bentuk kehidupan. Metode penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode kepustakaan, yaitu dengan
mengumpulkan informasi dan data secara mendalam melalui berbagai
literatur, buku, catatan, majalah, referensi lainnya, serta hasil penelitan
sebelumnya yang relevan. Dengan menerapkan aliran eksistensialisme
dalam Pendidikan, harapannya dapat membuat peserta didik tersadar
bahwa dia sendirilah yang memiliki tanggung jawab untuk
menciptakan makna dan definisi dirinya sendir
EVALUASI PENERAPAN
EKSISTENSIALISME DALAM
PENDIDIKAN ?

KELEBIHAN KEKURANGAN
MENGERTI AKAN SEMUA MENGABAIKAN PERINTAH
REALITA TUHAN

MENGETAHUI MENYANGKAL REALITAS DAN


PENGETAHUAN TENTANG KESUNGGUHAN KEHIDUPAN
MANUSIA ANTAR MANUSIA
MORALITAS EKSISTENSIALISME
Perilaku pendidik tersebut dapat terlukis dari konsep Moslow mengenai hierarki kebutuhan
manusia dalam teorinya yakni (1) basic need (2) metaneeds. (Dian, 2015: 145)
Basic need yakni kebutuhan dasar dari masing-masing individu yakni kebutuhan akan
udara, makanan, minuman, rasa aman dan lainnya. Sedangkan Metaneed dalam
pemikiran Moslow lebih dalam dan filosofis dalam aplikasinya, meliputi kebutuhan yang
sifatnya sangat mendasar yang meliputi hubungan antar individu dan kebutuhan untuk
membangkitkan potensi-potensi yang dimiliki. Jika dikaitkan dengan filsafat eksistensialisme
maka metaneed Moslow dapat bersinergi menjadi “aktualisasi diri”. Aktualisasi diri
menurut pemakalah berarti how to be exist. Karena pada dasarnya filsafat eksistensialisme
menurut H.A.R Tilaar adalah bagaimana manusia sebagai individu dapat mengambil
keputusan mengenai keberadaannya, meredaksikan dirinya, sehingga inilah yang dimaksud
dengan “menjadi manusia” (being human) (Tilaar. 2005: 293), yakni manusia yang otonom dan
kreatif, manusia sebagai subyek, pencipta dirinya sendiri secara terus menerus dengan
kemajuan maupun kemerdekaannya sendiri
KURIKULUM PENDIDIKAN
EKSISTENSIALISME
Pelajaran sekolah hanyalah alat untuk realisasi subjektivitas. Tahap pembelajaran
penting yang tidak ditemukan dalam struktur pengetahuan atau dalam organisasi
disiplin belajar, melainkan di apropriasi siswa dari kesediaan subjek-nya untuk
memilih dan memberi makna pada subjek tersebut. Dalam situasi “eksistensialis”
kurikulum, siswa adalah aktor yang memberi makna pada subjek yang ia
merampas, karena ia menggabungkan ke dalam keberadaan sendiri dan
menafsirkannya sesuai dengan proyek sendiri. Seperti Morris mengatakan,
“Apapun pengalaman di sekolah yang paling mungkin untuk membangkitkan
cara pribadi individu dalam memandang hidup akan diangkat ke posisi pertama
dalam segala sesuatu yang suatu hari nanti bisa disebut sekolah eksistensialis
Kurikulum, sebenarnya script yang siswa gunakan sebagai kendaraan interpretasi,
mengandung baik kognitif dan elemen normatif. Tubuh faktual, deskriptif, dan
pengetahuan ilmiah dari dimensi kognitif merupakan kodrat dari urutan
fenomenologis. Normatif atau dimensi sikap terdiri dari daerah-daerah kurikuler
yang terutama etis. Studi humanistik seperti sejarah, seni, sastra, filsafat, dan
agama merupakan sumber sangat kaya nilai-nilai etika.
SOSIAL PENDIDIKAN
EKSISTENSIALISME
●Aliran eksistensialisme tidak mementingkan metafisika (Tuhan). Mereka memandang
bahwa keberadaan manusia tidak diarahkan. Manusia yang menciptakan kehidupannya
sendiri dan oleh sebab itu manusia bertanggung jawab sepenuhnya atas pilihan-pilihan yang
dibuat. Aliran ini memberikan pemahaman kepada individual, kebebasan dan penanggung
jawabannya

●Pengetahuan lebih merupakan suatu keadaan dan kecenderungan seseorang. Karena


manusia tidak tunduk terhadap apa yang ada di luar dirinya, maka nilai-nilai tidak dicari dari
luar diri melainkan dicari dalam diri manusia itu sendiri. Hal ini disebabkan karena nilai itu
hidup dalam dirinya. Oleh karena itu, apa yang disebut baik atau buruk tergantung atas
keyakinan pribadinya

●Aliran eksistensialisme memandang bahwa setiap individu dalam keadaan tunggal selama
hidupnya dan individu hanya mengenal dirinya dalam interaksi dirinya sendiri dengan
kehidupan
Kebijakan EKSISTENSIALISME
Filsafat dalam pendidikan memiliki fungsi spekulatif, fungsi normative, fungsi kritik, dan
fungsi teori. Fungsi spekulatif yaitu berupaya untuk memahami berbagai permasalahan
pendidikan, merumuskan dan mengtahui hubungannya dengan factor-faktor yang
mempengaruhi pendidikan. Fungsi normatif yaitu sebagai arah dan pedoman dalam
menetapkan kebijakan pendidikan, mulai dari tujuan pendidikan, kurikulum pendidikan,
pendidik yang berperan dalam pendidikan, metode dalam pendidikan, dan evaluasi
keberhasilan pendidikan. Fungsi kritik yaitu memberi dasar bagi pengertian kritis-rasional
dalam menafsirkan data-data ilmiah kependidikan. Fungsi teori, yaitu memberikan ide,
konsepsi, analisis dan berbagai teori yang melandasi pelaksanaan pendidikan (Budiman,
2021).
Jadi, dengan filsafat akan memberikan arah dan landasan pemikiran sistematis, radikal dan
universal terhadap berbagai masalah kependidikan untuk mendapatkan jawaban yang
komprehensif.
Salah satu aliran dalam filsafat yaitu aliran eksistensialisme. Pilihan sendiri dan tanggung
jawab pada konsekuensi pilihan sendiri adalah aspek terpenting dalam filsafat
eksistensialisme. Eksistensialisme mengajak individu untuk berpikir mengenai kehidupan,
apa maknanya bagi saya, dan apa yang benar untuk saya. Jadi pengetahuan menurut aliran
eksistensialisme tidak “diajarkan” kepada peserta didik, akan tetapi “ditawarkan” melalui
dialog agar dia mampu berpikir sendiri sampai pengetahuan menjadi miliknya (Mohamad
Ansyar, 2015)
Pelaksanaan Pendidikan
EKSISTENSIALISME
Situasi pendidikan pada masa ini memiliki ciri yaitu ukuran kelas besar, birokrasi yang
impersonal, dan sedikit interaksi antara guru dan siswa. Disinilah aliran eksistensialisme
muncul sebagai upaya dalam mengurangi impersonalisasi yang mempengaruhi
sekolah pada abad ke 20 dan menekankan kembali hubungan “I-THOU” atau “aku-
kamu” antara guru dan siswa. Eksistensialis memiliki komitmen untuk membentuk
kembali situasi manusia agar memiliki kepribadian manusia yang paling tinggi, paling
bebas, dan paling asli.
Eksistensialis melihat kehidupan sangat bervariatif, kompleks, dan sulit diprediksi
dalam kategori filosofi yang tersusun rapi. Eksistensialisme menolak sistem metafisik
arsitektonis yang berkaitan dengan filosofi tradisional seperti idealisme dan realisme,
serta menolak kebergantungan peneliti pada metode ilmiah. Eksistensialisme
menyimpang dari sistem filsafat yang memandang dunia dengan membuat
kategorisasi pengalaman manusia berdasarkan konsep realitas sebelumnya.
Eksistensialis menyangkal universal, absolut, dan kategori.
SEKIAN DAN
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai