Anda di halaman 1dari 13

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM

PERSARAFAN “ MENINGITIS”
Tugas ini dibuat sebagai bahan penilaian Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah
III yang diampuh oleh :
1. Dian Kartikasari, S.Kep., Ns., M.Kep.
2. Dafid Arifiyanto, M.kep., Ns., Sp.Kep.MB
3. Trina Kurniawati, S.Kep., Ns., M.Kep.

Disusun Oleh :
Ranggita Yuni Hidayati (201902030052)
Tiara Septi Putri Sari (201902030047)
Sarjana Keperawatan / 2B

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN PEKALONGAN
TAHUN AJARAN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke Hadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga penulisan makalah yang berjudul “ASUHAN
KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM
PERSARAFAN ( MENINGITIS )” yang diajukan untuk memenuhi salah satu tugas
mata kuliah KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH III di Universitas
Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan.
Makalah ini diselesaikan tentu tidak lepas dari bantuan teman-teman
perjuangan, orang tua kami, dan pihak lain yang telah membantu. Oleh karena itu
dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih yang sebesar-
besarnya atas doa dan dukungannya.

Pekalongan,14 September 2021

Penulis

2
Daftar Isi
KATA PENGANTAR .......................................................................................................... 2
Daftar isi ............................................................................................................................... 3
A. Pengertian ..................................................................................................................... 4
B. Etiologi.......................................................................................................................... 4
C. Patofisiologi .................................................................................................................. 4
D. Manifestasi Klinis ......................................................................................................... 6
E. Pemeriksaan Penunjang ................................................................................................ 7
F. Penatalaksanaan ............................................................................................................ 8
G. Komplikasi .................................................................................................................... 8
H. Pengkajian fokus ........................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 13

3
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM
PERSARAFAN “ MENINGITIS”

A. Pengertian
Meningitis adalah radang pada meninges (membran yang mengelilingi otak
dan medula spinalis) dan disebabkan oleh virus, bakteri atau jamur, (Bruner and
Suddarth, 2001). Meningitis merupakan infeksi akut dari meninges, biasanya
ditimbulkan oleh salah satu dari mikroorganisme pneumokok, Meningokok,
Stafilokok, Streptokok, Hemophilus influenza dan bahan aseptis (virus) (Long,
1996). team Metings Meningitis adalah peradangan pada selaput meningen,
cairan serebrospinal dan spinal column yang menyebabkan proses infeksi pada
sistem saraf pusat (Suriadi & Rita, 2001).

B. Etiologi
1. Bakteri; Mycobacterium tuberculosa, Dura Diplococcus pneumonia
(pneumokok), Neisseria meningitis (meningokok), Streptococus
haemolyticuss, Staphylo- coccus aureus, Haemophilus influenzae, Skull.
2. Penyebab lainnya lues, Virus, Toxoplasma gondhii dan Ricketsia
3. Faktor predisposisi : jenis kelamin lakillaki lebih sering dibandingkan dengan
wanita
4. Faktor maternal : ruptur membran fetal, infeksi maternal pada minggu terakhir
kehamilan
5. Faktor imunologi : defisiensi mekanisme imun, defisiensi imunoglobulin.
6. Kelainan sistem saraf pusat, pembedahan atau injury yang berhubungan
dengan sistem persaratan

C. Patofisiologi
Meningitis bakteri dimulai sebagai infeksi dari oroaring dan dilkuti dengan
septikernia,vang menyebar ke meningen otak dan medula spinalis bagian atas.
Faktor predisposisi mencakup infeksi jalan nafas bagian atas, otitis media,

4
mastoiditis, anemia sel sabit dan hemoglobinopatis lain, prosedur bedah sarat bar,
trauma kepala dan pengaruh imunologis. Saluran vena yang melalui nasofaring
posterior, telinga bagian tengah dan saluran mastoid menuju otak dan dekat
saluran vena-vena meningen; semuanya ini penghubung yang menyokong
perkembangan bakteri.
Organisme masuk ke dalam aliran darah dan menyebabkan reaksi radang di
dalam meningen dan di bawah korteks, yang dapat menyebabkan trombus dan
penurunan aliran darah serebral. Jaringan serebral mengalami gangguan
metabolisme akibat eksudat meningen, vaskulitis dan hipoperfusi. Eksudat
purulen dapat menyebar sampai dasar otak dan medula spinalis. Radang juga
menyebar ke dinding membran ventrikel serebral. Meningitis bakteri
dihubungkan dengan perubahan fisiologis intrakranial, yang terdiri dari
peningkatan permeabilitas pada darah, daerah pertahanan otak (barier oak),
edema serebral dan peningkatan TIK.
Pada infeksi akut pasien meninggal akibat toksin bakteri sebelum terjadi
meningitis. Infeksi terbanyak dari pasien ini dengan kerusakan adrenal, kolaps
sirkulasi dan dihubungkan dengan meluasnya hemoragi (pada
sindromWaterhouse-Friderichssen) sebagai akibat terjadinya kerusakan endotel
dan nekrosis pembuluh darah yang disebabkan oleh meningokokus.
Adanya faktor predisposisi
1. Organisme masuk kedalam aliran darah dan menyebabkan reaksi radang di
dalam meningen dan dibawah daerah korteks, yang menyebabkan trombus
dan penurunan aliran darah serebral. Jaringan serebral mengalami gangguan
metabolisme akibat eksudat meningen, vaskulitis, dan hipoperfusi. Eksudat
purulen dapat menyebar sampai dasar otak dan M.spinalis yang dapat
menyebabkan kemunduran neurologis, sumbatan aliran darah normal otak dan
dapat menyebabkan hydrocephalus, dan peningkatan TIK.
2. Akibat peningkatan dalam waktu yang lama, aliran darah otak akan terganggu
mengakibatkan gg metabolisme jaringan otak seperti hipoksia dan iskemia
jaringan otak -›lama-lama kerusakan pada otak Iskeria merangsang pusat

5
vasomotor dan TD sistemik akan meningkat sebanding dengan peningkatan
TIK. Jika TIK melebihi tek arteri -›sirkulasi otak terhenti ->kematian otak
(infark cerebri)

D. Manifestasi Klinis
1. Gejala infeksi akut > lesu, kelelahan,skit pada otot, panas, nausea, vomitus,
sakit kepala, dan mudah terangsang.
2. Gejala peningkatan TIK ->) nyeri kepala, kesadaran menurun, muntah
proyektil, papilla edema, kejang, vocal twicing, photofobia, disfungsi saraf Ill,
IV, dan VI
3. Gejala rangsang meningeal- > rigiditas nukal (kaku leher), tanda kernig (+),
brudzinski
4. Rum pada kulit (pada meningokokus)
Gejala meningitis diakibatkan dari infeksi dan peningkatan TIK:
1. Sakit kepala dan demam (gejala awal yang sering).
2. Perubahan pada tingkat kesadaran dapat terjadi letargik, tidak responsif, dan
koma.
3. Iritasi meningen mengakibatkan sejumlah tanda sbb:
a. Rigiditas nukal (kaku leher). Upaya untuk fleksi kepala mengalami
kesukaran karena adanya spasme otot-otot leher.
b. Tanda kernik positip: ketika pasien dibaringkan dengan paha dalam keadan
fleksi kearah abdomen, kaki tidak dapat di ekstensikan sempurna.
c. Tana brudzinki : bila leher pasien di fleksikan maka dihasilkan fleksi lutut
dan pinggul. Bila dilakukan fleksi pasif pada ekstremitas bawah pada salah
satu sisi maka gerakan yang sama terlihat peda sisi ektremita yang
berlawanan.
4. Mengalami foto fobia, atau sensitif yang berlebihan pada cahaya.
5. Kejang akibat area fokal kortikal yang peka dan peningkatan TIK akibat
eksudat purulen dan edema serebral dengan tanda-tanda perubahan
karakteristik tanda-tanda vital (melebarnya tekanan pulsa dan bradikardi),

6
pernafasan tidak teratur, sakit kepala, muntah dan penurunan tingkat
kesadaran.
6. Adanya ruam merupakan ciri menyolok pada meningitis meningokokal.
7. Infeksi fulminating dengan tanda-tanda septikimia : demam tinggi tiba-tiba
muncul, lesi purpura yang menyebar, syok dan tanda koagulopati
intravaskuler diseminata

E. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan cairan otak
a. Bakteri
1) Cek cairan otak meningkat > 180 mmH20
2) Warna : keruh sampai purulent
3) Sel: leukosit meningkat, 95 % PMN
4) Protein : meningkat > 75 mg/ 100 ml
5) Gula: menurun < 40 mg% -›normal 2/3 dari glukosa darah
b. Virus
1) Warna : jernih
2) Sel : jumlah sel meningkat
3) Protein : normal
4) Gula: normal
5) Cl-: normal
2. Pemeriksaan darah tepi -›leukosit meningkat
3. LDH serum : meningkat (meningitis bakteri)
4. Sel darah putih : sedikit meningkat dengan peningkatan neutrofil (infeksi
bakteri).
5. Elektrolit darah : Abnormal .
6. ESR/LED : meningkat pada meningitis
7. Kultur darah/ hidung/ tenggorokan/ urine : dapat mengindikasikan daerah
pusat infeksi atau mengindikasikan tip penyebab infeksi
8. MRI/ skan CT: dapat membantu dalam melokalisasi lesi, melihat

7
ukuran/letakventrikel; hematom daerah serebral, hemoragik atau tumor.
Ronsen dada/kepala/ sinus ; mungkin ada indikasi sumber infeksi intra
kranial.
9. Elektrolit -›hiponatremia karena pengeluaran ADH
10. LP- > tidak untuk peningkatan TIK
11. CT-Scan -> untuk edema serebral
12. Ro -> radang paru/ abses paru sebagai sumber infeksi

F. Penatalaksanaan
1. AB sesuai organisme penyebab
a. Penisilin G -> pneumococcus, meningococcus, streptococcus
b. Gentamicyn- > klebsiella, pseudomonas, proleus
c. Clorampenikol -> haemofillus influenza
d. Therapi TBC (streptomicyn, INH) -> M. TB
2. Cairan- > dehidrasi dan syock
3. Kejang -> diazepam/ fenitoin
4. Edema serebral -> manitol (diuretik osmotik)

G. Komplikasi
1. Hidrosefalus obstruktif
2. MeningococcL Septicemia (mengingocemia)
3. Sindrome water-friderichen (septik syok, DIC, perdarahan adrenal bilateral)
4. SIADH (Syndrome Inappropriate Antidiuretic hormone)
5. Efusi subdural
6. Kejang
7. Edema dan herniasi serebral
8. Cerebral palsy
9. Gangguan mental
10. Gangguan belajar
11. Attention deficit disorde

8
H. Pengkajian fokus
1. Pengkajian
a. Identitas klien
b. Riwavat kesehatan:
1) RKS
a) Riwayat penyakit dan pengobatan
b) Tanyakan tentang gejala yang timbul seperti kapan mulai serangan,
sembuh atau bertambah buruk?
c) Rujuk pada manifestasi klinis Meningitis
2) RKD
a) Riwayat kesehatan secara umum
b) Riwayat *x predisposisi spt : infeksi sal napas, fraktur tulang
tengkorak, mastoiditis, dll
c) Riwayat penyakit kronis lainnya
d) Riwayat imunisasi
3) RKK
a) Riwayat penyakit menular dan keturunan pada anggota keluarga,
seperti TB, DM, kardiopatologi, hipertensi,
c. Pemeriksaan fisik
1) Tingkat kesadaran -›apatis sampai koma
2) TV- >meningkat
3) Leti/lesu, kejang
4) Kaku kuduk, nyeri pada leher, kepala, brudzinski, kernig (+)
5) Dilatasi pupil, papila edema, potofobia, pupil anisokor, reflek pupil
lambat,nistagmus.
6) Pernapasan tidak teratur, kadang terjadi chyne stokes, tachypnoe,
napas cepat dan dangkal
7) Bradikardi pada TIK
d. Pemeriksaan penunjang
1) Pemeriksaan cairan otak

9
a) Bakteri
o Tekanan cairan otak meningkat > 180 mmH20
o Warna: keruh sampai purulen
o Sel: leukosit meningkat, 95 % PMN
o Protein : meningkat > 75 mg/ 100 ml
o Gula : menurun < 40 mg% >normal 2/3 dari glukosa darah
b) Virus
o Warna: jernih
o Sel : jumlah sel meningkat
o Protein: normal
o Gula : normal
o Cl-: normal
2) Pemeriksaan darah tepi ->›leukosit meningkat
3) Elektrolit- >hiponatremia karena pengeluaran ADH
4) LP -> tidak untuk peningkatan TIK
5) CT-Scan- > untuk edema serebral
6) Rontgen- > radang paru/ abses paru sebagai sumber infeksi
2. Diagnosa keperawatan
a. Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan peningkatan
tekanan intrakarnial
Tujuan:
Perubahan perfusi jaringan serebral dapat diatasi atau klien menunjukkan
status neurologis sebelum sakit
Kriteria hasil:
1) TTV dalam batas normal
2) Rasa sakit kepala berkurang
3) Kesadaran meningkat
4) Peningkatan kognitif dan fungi motorik/ sensorik
5) Tidak ada tanda-tanda peningkatan TIK (muntah proyektil, sakit kepala,
papila edema)

10
Intervensi:
Mandiri;
1) Pantau status neurologis secara teratur
2) Evaluasi kemampuan membuka mata, respon verbal, dan respon motoric
3) Pantau TTV
4) Evaluasi keadaan pupil, ketajaman dan kesamaan antara kiri dan kanan
dan reaksi pupil terhadap cahaya
5) Monitor intake dan output
6) Bantu pasien untuk menghindari/ membatasi batuk, muntah, dan
mengejan
7) Ciptakan lingkungan yang aman dan nyaman
Kolaborasi:
1) Tinggikan kepala TT 450 sesuai indikasi
2) Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi
3) Berikan obat sesuai indikasi : diuretic, anti konvulsan, antibiotic.

b. Resiko cedera Berhubungan dengan iritasi korteks serebral, kejang,


penurunan kesadaran, kelemahan umum/ paralisis, vertigo
Tujuan :
Pasien terbebas dari cedera yang disebabkan oleh kejang dan penurunan
kesadaran
Kriteria hasil :
1) Pasien bebas dari cedera
2) Pasien mampu menjelaskan cara untuk mengurangi cedera
3) Pasien mampu menjelaskan factor resiko cedera
Intervensi
1) Monitor kejang
2) Persiapkan lingkungan yang aman
3) Pertahankan bedrest total
4) Berikan terapi sesuai advis dokter

11
c. Resiko terjadinya kejang ulang berhubungan dengan Hipertermi.
Tujuan :
Pasien tidak mengalami kejang selama berhubungan dengan hipertermi
Kriteria hasil :
1. Tidak terjadi serangan kejang ulang
2. TTV dalam batas normal
3. Kesadaran composmentis
Intervensi :
1. Longgarkan pakaian, berikan pakaian tipis yang menyerap keringat
2. Berikan kompres dingin
3. Observasi kejang dan tanda – tanda vital tiap 4 jam
4. Berikan anti piretik dan obat sesuai advis dokter

d. Nyeri Berhubungan dengan agen pencedera bilogis, adanya proses infeksi,


toksin dalam sirkulasi
Kriteria hasil:
1) Pasien mampu mengontrol nyeri
2) Nyeri berkurang dan mengenali sekala nyeri
Intervensi:
1. Ajarkan kompres hangat
2. Dukung pasien untuk menemukan posisi yang nyaman
3. Berikan latihan rentang gerak sktif pasif
4. Berikan analgtik sesuai advis dokter

12
DAFTAR PUSTAKA

13

Anda mungkin juga menyukai