Anda di halaman 1dari 15

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA

PASIEN STROKE

Disusun Oleh :

Vina Aulia Putri (201902030002)


Fadzilatul Syifa
(201902030009)
Salisa Tara Wahani (201902030070)
Pengertian

Menurut WHO, stroke adalah terjadinya gangguan fungsional otak


fokal maupun global secara mendadak dan akut yang berlangsung lebih
dari 24 jam akibat gangguan aliran darah otak.

Stroke adalah manifestasi klinik dari gangguan fungsi serebral, baik


fokal maupun menyeluruh (global), yang berlangsung dengan cepat,
berlangsung lebih dari 24 jam, atau berakhir dengan maut, tanpa
ditemukannya penyebab selain daripada gangguan vascular.
Etiologi

Menurut Smeltzer stroke biasanya


diakibatkan dari salah satu dari empat
kejadian yaitu:

1.Trombosis serebral
2.Embolisme serebral
3.Iskemia serebral
4.Haemorhagi serebral
Faktor yang Dapat Diubah dan Tidak dapat diubah

1. Faktor yang tidak dapat dirubah (Non Reversible)


- Jenis kelamin : pria lebih sering ditemukan menderita stroke
dibandingkan wanita
- Usia : makin tinggi usia makin tinggi juga resiko terkena stroke
- Keturunan : adanya riwayat keluarga yang terkena stroke

2. Faktor yang dapat dirubah (Reversible)


- Hipertensi - Obesitas
- Diabetes melitus - Merokok
- Penyakit jantung - Kelainan pembuluh darah otak
- Gangguan Aliran Darah Otak Sepintas - Peningkatan Hematokrit
- Kolesterol tinggi (Hiperkolesterolemi) - Infeksi
Faktor predisposisi dan Faktor Presipitasi

Faktor
predisposisi : Faktor presipitasi :
Usia
Depresi
Jenis kelamin
Koping tidak efektif
Keturunan
Kesepian
Hipertensi
Merasa tidak
Merokok
berdaya
Minum alkohol
Putus asa
Obesitas
Patofisiologi

Berdasarkan patofisiologinya stroke non hemoragik disebabkan oleh gumpalan


atau sumbatan lain pada arteri yang mengalir pada otak. Pada pasien terdapat
kelemahan anggota gerak, dan parese nervus VII dan XII yang mengarah pada stroke
hemoragik.
Gejala stroke non hemoragik ialah timbulnya defisit neurologik secara
mendadak, didahului gejala prodromal, terjadi waktu istirahat atau bangun tidur dan
kesadaran biasanya tidak menurun (Lumbantobing, 2004). Pada pasien dengan stroke
non hemoragik terjadi hipoksia yang menyebabkan iskemik arteri serebral. Iskemik
yang terjadi di arteri serebral anterior terutama pada bagian premotor akan
mengakibatkan gangguan neuromuscular dan membuat terjadinya hemiparesis (lemah
salah satu sisi tubuh baik itu sisi kiri maupun kanan). Hemiparesis akan menyebabkan
pasien stroke mengalami masalah gangguan mobilitas fisik.
Pengobatan

1. Pengobatan Konservatif 2. Pengobatan Pembedahan


Tujuan utama adalah memperbaiki aliran darah
- Vasodilator meningkatkan aliran darah serebral serebral:
(ADS) secara percobaan, tetapi maknanya pada -Endosterektomi karotis membentuk kembali arteri
tubuh manusia belum dapat dibuktikan. karotis, yaitu dengan membuka arteri karotis di leher.

- Dapat diberikan histamin, aminophilin, -Revaskularisasi terutama merupakan tindakan


asetazolamid, papaverin intra arterial. pembedahan dan manfaatnya paling dirasakan oleh
pasien TIA.
- Anti agregasi thrombosis seperti aspirin
digunakan untuk menghambat reaksi pelepasan -Evaluasi bekuan darah dilakukan pada stroke akut.
agregasi thrombosis yang terjadi sesudah ulserasi
alteroma. -Ligasi arteri karotis komunis di leher khususnya pada
aneurisma.
Konsep Dasar Asuhan
Keperawatan
Pengkajian
1.Identitas klien
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis
kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal
dan jam MRS, nomor register, diagnose medis.
2.Keluhan utama
Biasanya didapatkan kelemahan anggota gerak sebelah badan,
bicara pelo, dan tidak dapat berkomunikasi.
Diagnosa Keperawatan

1. D.0077 Nyeri akut berhubungan dengan cedera biologi, penurunan suplai darah dan O 2 ke
otak, infark serebri ditandai dengan mengeluh nyeri, tampak meringis, gelisah, sulit tidur,
tekanan darah meningkat
2. D.0054 Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan keterlibatan neuromuscular: paralisis
hemiplegia dan hemiparesis, parastesia,flaksid/paralisis hipotonik (awal) ditandai dengan
mengeluh sulit menggerakkan ekstremitas, kekuatan otot menurun, rentang gerak (ROM)
menurun
3. D.0119 Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan gangguan neuromuskuler ditandai
dengan tidak mampu berbicara atau mendengar, menunjukan respon tidak sesuai, afasia,
disfasia, apraksia, disleksia, disartria, pelo
4. D.0085 Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan gangguan penglihatan ditandai
dengan merasakan sesuatu melalui penglihatan, distorsi sensori, respon tidak sesuai,
konsentrasi buruk
5. D.0032 Risiko defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmammpuan menelan makanan
akibat stroke
Intervensi Keperawatan

1. D.0077 Nyeri akut berhubungan dengan cedera biologi, penurunan suplai darah dan O2 ke otak, infark
serebri ditandai dengan mengeluh nyeri, tampak meringis, gelisah, sulit tidur, tekanan darah meningkat

Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam diharapkan nyeri berkurang , Dengan

Kriteria Hasil:
1. Melaporkan nyeri berkurang/ terkontrol
2. Menunjukkan/menggunakan perilaku untuk mengurangi kekambuhan

Intervensi:
1. Kaji keluhhan nyeri, intensitas (skala 0-10), karakteristik, lokasi,lama,faktor yang memperburuk dan
faktor yang meredakan
2. Kaji atau hubungkan faktor fisik atau emosi dari keadaan klien.
3. Observasi adanya tanda nyeri non verbal, misal: ekspresi wajah, posisi tubuh. Gelisah, menangis atau
meringis, menarik diri.
4. Instruksikan klien untuk melaporkan nyeri dengan segera jika nyeri tersebut muncul.
5. Anjurkan beristirahat dalam ruangan yang tenang
6. Kolaborasi Berikan obat sesuai indikasi, seperti analgetik, misal : asetaminofen, ponstan.
PANDUAN
PERTOLONGAN
PERTAMA
| 2020
2. D.0054 Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan keterlibatan neuromuscular: paralisis
hemiplegia dan hemiparesis, parastesia,flaksid/paralisis hipotonik (awal) ditandai dengan mengeluh
sulit menggerakkan ekstremitas, kekuatan otot menurun, rentang gerak (ROM) menurun

Tujuan:
Setelah dilakukan asuhan keperawatan 3 x 24 jam diharapkan terjadi peningkatan mobilisasi, dengan
criteria:
Level mobilitas:
1. Peningkatan fungsi dan kekuatan otot
2. ROM aktif / pasif meningkat
3. Perubahan pposisi adekuat.
4. Fungsi motorik meningkat.
5. ADL optimal
Intervensi Keperawatan:
Latihan : gerakan sendi (ROM)
1. Kaji kemampuan klien dalam melakukan mobilitas fisik
2. Jelaskan kepada klien dan keluarga manfaat latihan
3. Kolaborasi dg fisioterapi utk program latihan
4. Kaji lokasi nyeri/ ketidaknyamanan selama latihan
5. Jaga keamanan klien
6. Bantu klien utk mengoptimalkan gerak sendi pasif manpun aktif.
7. Beri reinforcement ppositif setipa kemajuan
Lanjutan…

Terapi latihan : kontrol otot

1.Kaji kesiapan klien utk melakukan latihan


2.Evaluasi fungsi sensorik
3.Berikan privacy klien saat latihan
4.kaji dan catat kemampuan klien utk keempat ekstremitas, ukur vital sign sebelum dan
sesudah latihan
5.Kolaborasi dengan fisioterapi
6.Beri reinforcement ppositif setipa kemajuan
3. D.0032 Risiko defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmammpuan menelan makanan akibat stroke

Tujuan:
Setelah dilakukan asuhan keperawatan 3 x 24 jam terjadi peningkatan status nutrisi dg
Kriteria Hasil:
1. Mengkonsumsi nutrisi yang adekuat.
2. Identifikasi kebutuhan nutrisi.
3. Bebas dari tanda malnutrisi.

Intervensi Keperawatan:
Managemen nutrisi
1. Kaji pola makan klien
2. Kaji kebiasaan makan klien dan makanan kesukaannya
3. Anjurkan pada keluarga untuk meningkatkan intake nutrisi dan cairan
4. kelaborasi dengan ahli gizi tentang kebutuhan kalori dan tipe makanan yang dibutuhkan
5. tingkatkan intake protein, zat besi dan vit c
6. monitor intake nutrisi dan kalori
7. Monitor pemberian masukan cairan lewat parenteral.

Nutritional terapi
1. kaji kebutuhan untuk pemasangan NGT
2. berikan makanan melalui NGT k/p
3. berikan lingkungan yang nyaman dan tenang untuk mendukung makan
4. monitor penurunan dan peningkatan BB
5. monitor intake kalori dan gizi
Terimakasih 

Anda mungkin juga menyukai