Tugas Keperawatan Anak Mencari Informasi Mengenai Penyakit Langka
Tugas Keperawatan Anak Mencari Informasi Mengenai Penyakit Langka
Disusun Oleh :
201902030070
SARJANA KEPERAWATAN
a. Pengertian
Seckel syndrome adalah gangguan yang sangat langka yang ditandai dengan
keterlambatan pertumbuhan sebelum kelahiran (retardasi pertumbuhan
intrauterine) yang mengakibatkan berat badan lahir rendah. Keterlambatan
pertumbuhan berlanjut setelah lahir, menghasilkan perawakan pendek. Gejala lain
dan fisik yang terkait dengan sindrom seckel termasuk kepala yang kecil dan
abnormal (mikrosefali), berbagai keterbelakangan mental dan wajah yang tidak
biasa termasuk penonjolan hidung, wajah lainnya mungkin termasuk mata besar
yang tidak normal, wajah yang sempit, telinga yang cacat, dan rahang yang sangat
kecil. Selain itu, beberapa bayi yang terkena dapat menunjukkan fiksasi permanen
jari-jari kelima dalam posisi membungkuk dan kondisi fisik lainnya.
b. Penyebab
Seckel syndrome merupakan jenis kelainan genetic yang bersifat resesif
autosomal yang diduga kuat disebabkan oleh mutasi gen pada 3 kromosom
berbeda. Didalam tubuh manusia normalnya terdapat 46 kromosom yang
berpasangan, terdiri dari X dan Y.
Terdapat dua lengan panjang dan dua lengan pendek serta satusentromer
(pusatnya ditengah) pada tiap kelompok DNA dan untuk kasus seckel syndrome 1
gen yang lebih spesifik terlibat adalah gen Rad3-related protein ATR, sementara
untuk tipe 2 dan 3 belum jelas diketahui. Ketika bersifat resesif autosomal, maka
artinya seseorang mewarisi gen abnormal dengan sifat yang sama dari masing-
masing orangtua ( ayah dan ibu ).
Seseorang menjadi pembawa gen abnormal saja dan tidak mengalami gejala
beresiko apapun apabila mewarisi 1 gen abnormal dan 1 gen normal.
1. Terdapat 50% risiko seseorang menjadi pembawa gen abnormal apabila
orangtuanya merupakan pembawa gen abnormal.
2. Terdapat 25% risiko seseorang mewarisi gen abnormal dengan gejala jika
kedua orang tuanya merupakan pembawa gen abnormal.
3. Terdapat 25% risiko seseorang mewarisi gen normal dari kedua orangtua yang
memiliki gen normal.
Seriap manusia pada dasarnya berpotensi membawa gen abnormal di dalam
tubunya walau jumlahnya sangat sedikit dan beresiko kecil menimbulkan
gejala, namun bila orangtua memilki gen abnormal, risiko sang anak mewarisi
gen tersebut lebih besar, baik sebagai pembawa saja atau gejala lainnya.
Risiko mengalami seckel syndrome pada perempuan maupun laki-laki sama
besar.
e. Diagnosis
Dengan munculnya ultasonografi unggul secara teknis, sindrom Seckel dapat
didiagnosis sebelum lahir (sebelum lahir). Dalam ultrasonografi janin, pantulan
gelombang suara digunakan untuk menciptakan gambaran janin yang sedang
berkembang. Setelah lahir, sindrom Seckel dapat dicurigai berdasarkan evaluasi
klinis menyeluruh, riwayat pasien rinci, dan berbagai tes khusus. Meskipun
kelainan kraniofasial, skeletal, dan / atau kelainan fisik lain yang terkait dengan
sindrom Seckel mungkin hadir saat lahir (bawaan), diagnosis sindrom Seckel
mungkin tidak dikonfirmasi, dalam beberapa kasus, sampai usia anak yang
terkena dan sindrom lengkap berkembang ( misalnya, ketika perawakan pendek
dan / atau keterbelakangan mental menjadi jelas).
Perawakan pendek yang terkait dengan sindrom Seckel melibatkan
pertumbuhan proporsional lengan dan kaki, yang memungkinkan diagnosis
banding dari sindrom yang melibatkan perawakan pendek dan lengan dan kaki
kecil abnormal (dwarfisme berkaki pendek).
f. Pencegahan
Seckel syndrome merupakan sebuah penyakit genetic, maka pemeriksaan
USG pada masa kehamilan sangat dianjurkan untuk mengikuti perkembangan
janin. Selain dengan langkah USG, tes genetic juga dapat dilakukan terutama jika
pasangan suami istri memiliki kondisi kelainan genetic tertentu.
B. Treacher Collins Syndrome (TCS)
a. Pengertian
Sindrom Treacher Collins adalah kelainan genetik yang menyebabkan gangguan
pertumbuhan tulang dan jaringan pada wajah. Anak yang menderita sindrom Treacher
Collins bisa mengalami beragam gejala, mulai dari rambut alis yang tumbuh lebih
sedikit, pertumbuhan telinga yang tidak sempurna atau tidak ada, sampai rahang dan
dagu yang tumbuh lebih kecil.
Sindrom Treacher Collins disebabkan oleh perubahan atau mutasi genetik
tertentu. Sindrom Treacher Collins memiliki beberapa sebutan atau nama lain,
yaitu mandibulofacial dysostosis (MFD1), zygoauromandibular dysplasia, dan
sindrom Franceschetti-Zwahlen-Klein.
b. Penyebab
Sindrom Treacher Collins (TCS) disebabkan oleh mutasi pada salah satu dari
tiga gen yang mengendalikan pertumbuhan tulang dan jaringan sekitar wajah,
yaitu TCOF1, POLR1C, dan POLR1D. Mutasi menyebabkan proses pembentukan
tulang dan jaringan wajah tidak berjalan optimal selama masih dalam kandungan
sehingga menyebabkan bentuk wajah yang tidak normal.
Sekitar 90-95% kasus Treacher Collins di dunia disebabkan oleh mutasi pada
gen TCOF1. Mutasi ini biasanya terjadi di awal kehamilan sehingga pertumbuhan
bayi tidak terjadi sebagaimana mestinya. Sekitar 40% anak yang mengalami
Treacher Collins membawa gen yang diwariskan dari orang tuanya, sedangkan
60% sisanya tidak memiliki gen bawaan dari orangtua.
Hampir semua anak dengan Treacher Collins mengalami mutasi genetik
tepatnya pada salah satu dari tiga gen yang mengatur pertumbuhan tulang di wajah
dan sekitarnya. Mutasi gen ini kemudian menyebabkan gangguan pertumbuhan
bayi dan bentuk wajah serta tengkorak yang tidak normal sejak awal kehamilan
atau sekitar trimester pertama. Pada sebagian besar kasus, TCS disebabkan oleh
mutasi gen yang baru. Artinya, baik dari ayah maupun ibu tidak ada yang
memiliki gen atau gejala Treacher Collins sama sekali. Dengan kata lain,
umumnya TCS bukanlah kelainan warisan dari orangtua. Jika mutasi baru,
perubahan DNA terjadi tepat sebelum atau segera setelah pembuahan sel telur
oleh sperma. Akan tetapi, masih ada kemungkinan juga bahwa mutasi gen tidak
baru alias diturunkan dari orangtua ke anak. Kemungkinan besar ini terjadi ketika
salah satu atau kedua orangtua hanya memiliki gejala sindrom Treacher Collins
ringan.
Sindrom Treacher Collins terjadi akibat adanya kelainan genetik pada gen
TCOF1, POLR1D, atau POLR1C. Ketiga gen ini berperan penting dalam
perkembangan jaringan tulang dan otot wajah. Ketika terjadi perubahan atau
mutasi pada salah satu gen ini, maka akan terjadi kematian sel dan jaringan tulang
dan otot yang terlalu cepat. Akibatnya, akan muncul keluhan dan gejala pada
tulang dan wajah.
Sindrom Treacher Collins merupakan kondisi yang jarang terjadi. Kondisi ini
hanya terjadi pada 1:50.000 kelahiran. Sekitar 40% dari kondisi ini bersifat
diturunkan dari orang tua.
11. Daun telinga berukuran kecil atau bahkan tidak ada sama sekali
Beragam gejala di atas dapat membuat bayi dan anak dengan sindrom
Treacher Collins mengalami masalah. Masalah tersebut bisa meliputi kesulitan
bernapas, tidur, makan, dan mendengar. Bahkan, bayi dan anak dengan kelainan
lahir ini juga bisa mengalami tuli atau kehilangan pendengaran. Sementara
masalah pada gigi dan mata kering yang dialami bayi dan anak bisa mengarah
pada terjadinya infeksi. Sebagian anak bisa saja mengalami gejala yang sangat
ringan, tapi sebagian lainnya cukup parah. Dalam kasus yang parah, bentuk tulang
wajah yang abnormal dapat menghalangi atau menutup jalur napas bayi.
Selain itu, penggunaan alat bantu dengar dan terapi bicara bisa dilakukan
untuk membantu penderita sindrom Treacher Collins yang mengalami gangguan
pendengaran atau kesulitan berkomunikasi. Saat ini, penelitian tentang terapi stem
cell atau sel punca sedang dikembangkan untuk menangani sindrom Treacher
Collins. Terapi sel punca ini diduga dapat memicu pertumbuhan jaringan.
a. Pengertian
Sindrom Pierre Robin adalah suatu kelainan kongenital yang terdiri dari
sekelompok kelainan kraniofasial. Sindrom ini dideskripsikan dengan gejala
gejala utama seperti: mikrognasia, glosoptosis, dan celah langit-langit. Hal ini
mengakibatkan terjadinya gangguan jalan nafas dan kesulitan pemberian makan.
Kelainan pada beberapa sistem organ tubuh yang lain dapat ditemukan pada
sindrom ini, yakni kelainan pada telinga, mata disertai terjadinya serangan apnea
dan sianotik yang disebabkan adanya kelainan kongenital pada jantung.
b. Etiologi
Sindrom Pierre Robin merupakan rangkaian dari beberapa malformasi
kongenital yang terdiri dari gabungan beberapa etiologi. Namun, dari beberapa
penelitian menemukan rangkaian penyebab terjadinya sindrom ini dikarenakan
adanya tekanan mekanis pada masa intrauterin yang menyebabkan suatu
deformasi yang diikuti dengan peran oligohidramnion.
c. Patofisiologi
Mekanisme utama yang berkaitan terhadap segala bentuk kelainan yang
terdapat pada sindrom Pierre Robin adalah kegagalan pertumbuhan mandibular
pada masa intrauterin. Sindrom Pierre Robin merupakan malformasi kongenital
yang dapat dideteksi sejak lahir mengakibatkan terjadinya gangguan saluran
pernafasan akibat ukuran rahang yang abnormal pada bayi.
Oligohidramnion adalah suatu rangkaian kelainan anatomi uterin yang
menyebabkan terjadinya keterlambatan pertumbuhan dan kelainan pembentukan
janin pada masa intrauterin. Pengaruh oligohidramnion dapat mengurangi cairan
amniotic yang menyebabkan terhambatnya pertumbuhan janin, khususnya
pertumbuhan mandibula. Kekurangan cairan amniotik pada masa pembentukan
tulang janin menyebabkan dagu tertekan pada pertemuan klavikula dan sternum.
Pada usia 12-14 minggu, janin mengalami pergerakan dimana dagu yang tertekan
menyebabkan pertumbuhan mandibula terhambat. Pertumbuhan rahang yang
terganggu akibat adanya tekanan mekanis mengakibatkan ukuran rahang menjadi
lebih kecil dari ukuran normal (mikrognasia). Lidah yang tidak mendapat tempat
yang cukup, berada di antara palatum yang belum sempurna sehingga
menyebabkan celah palatum tidak dapat menutup secara sempurna.
Pada kasus sindrom Pierre Robin dengan ukuran rahang yang lebih kecil,
menimbulkan manifestasi yang berupa letak lidah yang lebih ke posterior
(glosoptosis) dan celah langit-langit yang menyebabkan terhambatnya jalan nafas
sebagai permasalahan utama dan kesulitan dalam pemberian makan pada bayi.
d. Manifestasi Klinis
1. Sumbing pada langit-langit mulut
2. Rahang dan dagu yang berukuran lebih kecil dari ukuran normal
3. Kondisi rahang yang jauh di belakang tenggorokan
4. Infeksi telinga berulang
5. Adanya lubang kecil di langit-langit mulut yang dapat menyebabkan tersedak
atau keluarnya ASI melalui hidung
6. Gigi yang sudah tumbuh saat bayi baru lahir
7. Lidah yang lebih besar dibandingkan rahang
8. Langit-langit yang tampak terlalu melengkung
e. Pemeriksaan Penunjang
Gambaran radiografis sindrom Pierre Robin merupakan alat pendukung
diagnosa dalam menentukan malformasi kongenital yang terjadi. Dengan melihat
keadaan penderita sejak lahir sudah dapat menentukan penderita mengalami
kelainan sindrom Pierre Robin. Pemeriksaan melalui evaluasi radiografis dapat
mengukur dan mengestimasi apakah mandibula memiliki ukuran normal atau
abnormal. Jika memungkinkan, foto sefalometri secara lateral dan frontal
dilakukan pada bulan pertama atau kedua setelah kelahiran.
Menurut Sassouni, dapat dilakukan analisa foto sefalometri berdasarkan
hubungan kraniofasial yang menganalisa hubungan satu bagian dari tulang fasial
ke tulang fasial lainnya. Sehingga dapat disimpulkan apakah mandibular memiliki
ukuran normal atau di luar batas normal. Selain itu, struktur fasial yang
berhubungan dengan basis kranial merupakan pengukuran yang actual untuk
membandingkan hasil terhadap batas normal. Sudut gonion juga memiliki variasi,
tergantung dari ukuran korpus mandibula yang berkembang dengan sudut lebih
kecil sehingga mandibular menjadi lebih pendek. Mandibula yang retrusi dan
disertai dengan lidah yang cenderung ke posterior menjadi gambaran utama
sindrom Pierre Robin dengan sudut wajah 82º.
f. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada sindroma ini dapat dibedakan menjadi terapi konservatif
dan operasi. Mayoritas dari pasien-pasien dengan sindroma ini dapat diditatangani
dengan menempatatkan bayi pada posisisi membungkuk sehingga gaya tarik bumi
akan menarik lidah ke depan dan saluran udara tetap terbuka sampai terjadi
pertumbuhan yang adekuat dari rahangnya. Jika terapi ini gagal, harus
dipetimbangkan untuk dilakukan perlekatan lidah dengan bibir (dengan menarik
lidah ke depan).
Pada kasus yang agak berat perlu dipasang selang melalui hidung ke saluran
udara untuk menghindari ri penyumbatan saluran udara. Pada kasus yang berat,
jika terjadi penyumbatan saluran udara berulang, perlu dilakukan pembedahan,
kadang perlu dilakukan trakeostomi. Pada anak dengan belum berkembangnya
rahang bawah yang berat, dapat dilakukan teknik baru yang dikenal dengan
perluasan tulang mandibula.
Tekhnik ini juga di sebut distraksi osteogenesis meliputi penempatan alat yang
dipasang sehari-hari sampai didapat perluasan rahang secara perlahan. Teknik ini
dapat dilakukan pada usia sangat dini dimana terdapat keuntungan yang lebih dari
pada teknik tradisional yang dilakukan untuk memperpanjang rahang bawah.
Operasi di prioritaskan menurut keparahan dari sumbatan jalan nafas
diikuti dengan tingkat kesulitan pemberian makan. Bayi dengan mikrognatia
mungkin mengalami kesukaran bernafas atau kegagalan untuk tumbuh.
Operasi memungkinkan untuk dilakukan pada kasus tersebut.
g. Komplikasi
1. Perubahan jantung
Perubahan jantung merupakan salah satu komplikasi medis dengan
dampak yang lebih besar pada kesehatan individu, menghadirkan risiko
penting bagi kelangsungan hidup mereka. Namun, tanda dan gejala yang
berkaitan dengan sistem kardiovaskular biasanya dapat diobati melalui
pendekatan farmakologis dan / atau bedah. Beberapa anomali jantung yang
paling sering termasuk stenosis jantung, foramen ovale persisten, perubahan
septum arteri atau hipertensi.
2. Perubahan neurologis
Asal genetik sindrom Pierre Robin juga mungkin melibatkan
pengembangan berbagai gangguan neurologis, terutama terkait dengan adanya
kelainan system saraf pusat (SSP). Dengan demikian, beberapa gangguan
neurologis yang terkait dengan sindrom Pierre Robin mungkin termasuk
hidrosefalus, malformasi Chiari, episode epilepsi, atau keterlambatan dalam
perolehan keterampilan psikomotorik.
3. Gangguan pernapasan
Gangguan pernapasan adalah salah satu fitur yang paling relevan,
karena mereka dapat menyebabkan kematian pasien karena kegagalan
pernapasan dan perkembangan kerusakan otak karena kelangkaan oksigen di
daerah saraf. Dengan demikian, dalam banyak kasus koreksi bedah diperlukan
untuk membebaskan saluran udara, terutama koreksi displasia mandibula atau
posisi lidah.
4. Anomali kekuasaan
Seperti dalam kasus gangguan pernapasan, masalah makan terutama
berasal dari malformasi mandibula. Karena itu, sejak lahir, penting untuk
mengidentifikasi anomali-anomali yang membuat sulit makan untuk
memperbaikinya dan karena itu mengurangi kemungkinan mengembangkan
patologi medis terkait dengan kekurangan gizi.
D. Cornelia de Lange Syndrome (CDLS)
a. Pengertian
Apert syndrome adalah kelainan bawaan yang ditandai oleh
kepala yang menonjol, jari tangan dan kaki berselaput. Kelainan pada
mulut berupa celah pada langit-langit atau uvula, mandibular yang
menonjol (prognathic mandible ), dan hipoplasia maksilaris,
mengakibatkan tidak bisanya rahang menutup dengan sempurna. Apert
sindrom adalah bentuk acrocephalosyndactyly, suatu kelainan bawaan
ditandai oleh kelainan bentuk tengkorak, wajah, tangan dan kaki.
Kelaian ini diklasifikasikan sebagai branchial arch syndrome, branchial
arch pertama (pharyngeal), pembentuk maxilla dan mandibular.
Terganggunya perkembanga branchial arch pada janin akan
menyebabkan kelainan yang menetap dan berdampak luas.
b. Penyebab
Pada tahun 1995, AOM Wilkie Menerbitkan kertas yang
menunjukkan bukti bahwa acrocephalosyndactyly disebabkan oleh
cacat pada faktor pertumbuhan fibroblast gen reseptor 2, pada
kromosom 10 8. Lebih dari 98% kasus dengan sindrom Apert
disebabkan oleh mutasi substitusi missense tertentu, melibatkan asam
amino yang berdekatan (yaitu, Ser252Trp, Ser252Phe, Pro253Arg) di
penghubung antara kedua dan ketiga munoglobulin ekstra seluler
domain FGFR2 , yang memetakan ke kromosom band 10q26.
Kasus-kasus yang tersisa adalah karena Mutasi penyisipan alu-
elemen di atau dekat ekson dari FGFR2 . Sebagian besar kasus
bersifat sporadis, menghasilkan dari mutasi baru dengan usia ayah.
Insiden mutasi FGFR2 meningkat secara eksponensial dengan usia
ayah, mungkin karena peningkatan frekuensi mutasi ini dan
keuntungan selektif dalam jantan baris 9, 10 .
Kebanyakan mutasi baru, diperkirakan 1 per 65.000 kelahiran
hidup, menyiratkan itu tingkat transversion garis kuman pada 2 posisi
ini saat ini yang paling dikenal di manusia genom. Kelangkaan kasus-
kasus keluarga bisa terjadi dijelaskan dengan mengurangi kebugaran
genetic individu karena malformasi yang parah dan kehadiran
keterbelakangan mental dalam banyak hal kasus.
g. Pencegahan
Karena penyebabnya adalah mutase genetic yang dapat
dipengaruhi keturununan maupun tidak, belum tersedia cara mencegah
sindrom apert yang spesifik. Untuk bejaga-jaga, pasangan dengan
Riwayat sindrom ini dalam keluarga dianjurkan untuk menjalani tes
dan konseling genetic sebelum memiliki keturunan.
F. Digeorge Syndrome
a. Pengertian
Digeorge Syndrome adalah kelainan kromosom yang menyebabkan
buruknya perkembangan beberapa sistem tubuh. Gejalanya sangat beragam,
bahkan di setiap anggota suatu keluarga. Sindrom ini dapat menyebabkan
cacat jantung, fungsi kekebalan sistem yang buruk, sumbing, dan rendahnya
kadar kalsium dalam darah. Tidak ada obatnya, tapi pengobatan biasanya
dapat mengatasi masalah kesehatan yang bersifat kritis.
b. Penyebab
Normalnya, seseorang mendapatkan 23 kromosom dari ayah dan 23
kromosom dari ibu dengan total kromosom 46. Pada penderita sindrom
DiGeorge, terjadi kelainan genetik di mana sebagian kecil komponen
kromosom 22 hilang, tepatnya pada lokasi yang disebut q11.2. Itulah
sebabnya, kondisi ini disebut juga sebagai sindrom delesi 22q11.2. Hilangnya
bagian kromosom ini bisa terjadi dalam sel sprema ayah, sel telur ibu, atau
ketika janin berkembang. Kelainan genetik ini berdampak pada hampir seluruh
sistem organ tubuh dengan tingkat keparahan yang bervariasi.
Beberapa penderitanya bisa tumbuh hingga dewasa, tetapi ada pula
yang mengalami gangguan kesehatan parah hingga mengakibatkan kematian.
Untuk mendiagnosis sindrom DiGeorge secara pasti, dibutuhkan pemeriksaan
medis lengkap dari dokter. Pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan fisik dan
penunjang, seperti foto Rontgen, tes darah, dan tes genetik.
G. Joubert Syndrome
a) Pengertian
Joubert Syndrome adalah kelainan asal genetis yang ditandai dengan
penurunan tonus otot, masalah koordinasi, gerakan mata yang tidak normal, pola
pernapasan yang berubah, dan cacat intelektual (Joubert Syndrome Foundation,
2016). Semua perubahan ini disebabkan oleh transmisi genetik autosomal yang
akan menyebabkan kelainan penting di otak, pengurangan serebell vermis (Joubert
Syndrome Foundation, 2016), serta kelainan pada struktur batang otak.
b) Penyebab
perubahan genetik resesif terjadi ketika seseorang mewarisi gen abnormal
yang sama untuk sifat yang sama dari masing-masing orang tua. Jika seseorang
hanya menerima salinan gen yang terkait dengan patologi, itu akan menjadi
pembawa tetapi tidak akan menunjukkan gejala. Selain itu, setidaknya sepuluh
gen telah diidentifikasi sebagai salah satu kemungkinan penyebab sindrom
Joubert. Mutasi pada gen AH1 bertanggung jawab atas kondisi patologis ini pada
sekitar 11% keluarga yang terkena dampak. Pada orang yang memiliki perubahan
genetik ini, adalah umum untuk melihat perubahan dalam penglihatan karena
pengembangan distrofi retina.
Mutasi gen nphp1 itu adalah penyebab sekitar 1-2% dari kasus sindrom
Joubert. Pada individu yang menunjukkan perubahan genetik ini, perubahan ginjal
adalah umum. Di sisi lain, mutasi gen CEP290 adalah penyebab 4-10% kasus
sindrom Joubert.
a) Pengertian
Klinefelter Syndrome adalah kondisi dimana laki-laki memiliki salinan
kromosom X ekstra. Sebagai akibatnya kromosom pria yang seharusnya XY
menjadi menjadi XXY.Seseorang yang mengalami sindrom ini sering tidak
menyadari bahwa dirinya memiliki kromosom X berlebih. Kelebihan kromosom
ini dapat menyebabkan masalah kesehatan yang memerlukan
perawatan.Perbandingan laki-laki yang memiliki sindrom Klinefelter adalah 1
berbanding 660 pria. Karena itu, penyakit ini termasuk langka.
b) Penyebab
Penyebab sindrom Klinefelter adalah kesalahan acak pada kromosom, sehingga
membuat anak laki-laki memiliki kromosom ekstra. Namun sindrom ini bukan
merupakan penyakit keturunan.Sindrom Klinefelter juga bisa disebabkan
oleh adanya salinan ekstra pada kromosom X. Kromosom ini membawa
Salinan gen tambahan, yang mengganggu perkembangan testis, akibat
penderita hanya memiliki sedikit hormon testosteron.
Selain itu diperlukan dukungan dari keluarga dan orang terdekat untuk
membantu mengatasi kesulitan bersosialisasi dan kesulitan belajar yang
dialami oleh penderita sindrom Klinifelter. Jika penderita mengalami
gangguan pada emosi, konsultasi dengan psikolog juga dapat dilakukan.
Ketika masuk masa puber, anak yang menderita sindrom Klinefelter dapat
segera menjalani terapi penggantian testosterone untuk mengurangi risiko
terjadinya komplikasi akibat kurangnya kadar hormon testosteron.
I. Pfeiffer Syndrome
a) Pengertian
Sindrom Pfeiffer adalah kondisi cacat lahir yang menyebabkan bentuk
kepala dan wajah bayi tampak tidak normal. Kondisi ini juga bisa
memengaruhi bentuk jari tangan dan kaki bayi. Sindrom Pfeiffer
merupakan kondisi langka yang hanya terjadi pada 1 diantara 100.000
bayi. Sindrom Pfeiffer terjadi ketika tulang-tulang tengkorak menyatu
sebelum waktunya, yakni sejak bayi masih berada di dalam kandungan.
Akibatnya, otak bayi tidak memiliki ruang yang cukup untuk tumbuh dan
berkembang.
Pada kondisi normal, seharusnya tulang-tulang tengkorak bayi bersifat
lunak agar otak memiliki kesempatan untuk berkembang. Setelah otak dan
kepala terbentuk sempurna, tulang-tulang tengkorak akan menyatu, yaitu
di sekitar usia 2 tahun.
b) Penyebab
Sindrom Pfeiffer disebabkan oleh mutasi pada 1 dari 2 gen yang
berperan dalam pembentukan tulang janin dalam kandungan. Kondisi ini
bisa terjadi karena faktor keturunan dari orangtua atau karena adanya
mutasi baru pada gen tersebut. Di samping itu, sebuah penelitian
menunjukkan bahwa sperma dari usia ayah yang sudah terlalu tua juga
bisa meningkatkan risiko terjadinya mutasi gen dan sindrom Pfeiffer pada
anaknya.
b) Tipe 2
Bayi didiagnosis mengalami sindrom Pfeiffer tipe 2 jika mengalami
gejala yang lebih parah dan membahayakan daripada gejala-gejala
sindrom Pfeiffer tipe 1. Beberapa tanda yang jelas dari sindrom
Pfeiffer tipe 2 meliputi:
c) Tipe 3
Sindrom Pfeiffer tipe 3 merupakan kondisi yang paling parah dan
membahayakan nyawa. Kelainan tidak tampak pada tulang tengkorak,
namun terjadi pada organ tubuh. Beberapa tanda yang mungkin terjadi
pada sindrom Pfeiffer tipe 3 meliputi: