Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH III

ENSEFALITIS

Disusun guna melengkapi tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah III

Disusun Oleh :

Euvriel Khonza Diana (201902030039)

Ninda Fatmawati (201902030026)

3B/ Semester 5

PRODI SARJANA KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAN MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN PEKALONGAN

Tahun Ajaran 2021/2022

1
Kata Pengantar

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Kita
memanjatkan syukur atas segala Rahmat dan Karunia-Nya yang diberikan kepada kita
semua berupa nikmat yang yang tidak ada tandingnya. Segala puji pad Allah SWT yang
telah melimpahkan nikmat kesehatanan dan kewarasan sehingga saya dapat
mengerjakan dan menyelesaikan tugas Mata KUliah Keperawatan Medikal Bedah III ini
dengan tepat waktu dan tanpa hambatan suatu apapun.

Saya ucapkan banyak terimakasih kepada dosen-dosen pengampuh mata kuliah


Keperawatan Medikal Bedah III, yang telah mempercayakan kepada saya untuk
menyelesaikan tugas makalah mengenai kasus Infertilitas. Kemudian, saya
mengucapkan terimakasih kepada orantua saya yang telah menyediakan fasilitas-
fasilitas untuk pembelajaran saya, sehingga saya dapat menyusun pembuatan makalah
tanpa adanya hambatan yang berarti.

Saya selaku penulis makalah ini mengucapkan permohonan maaf apabila masih terdapat
banyak kesalahan didalam makalah ini karena saya merupakan manusia biasa yang tak
luput dari kesalahan dan masih terus menggali ilmu untuk lebih dalam mengethaui
banayk ilmu. Kritik dan saran sangat saya butuhkan dari para pembaca kepada saya,
sehingga kedepannya saya dapat menyusun makalah dengan lebih baik lagi.

2
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................................

COVER JUDUL .....................................................................................................................................

KATA PENGANTAR ...........................................................................................................................

DAFTAR ISI ..........................................................................................................................................

BAB I. PENDAHULUAN .....................................................................................................................

A. LATAR BELAKANG ................................................................................................................


B. RUMUSAN MASALAH ...........................................................................................................
C. TUJUAN.....................................................................................................................................

BAB II. PEMBAHASAN .......................................................................................................................

A. PENGERTIAN ...........................................................................................................................
B. ETIOLOGI .................................................................................................................................
C. PATOFISIOLOGI ......................................................................................................................
D. MANIFESTASI KLINIS ............................................................................................................
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG ...............................................................................................
F. PENATALAKSANAAN ...........................................................................................................
G. KOMPLIKASI ...........................................................................................................................
H. ASUHAN KEPERAWATAN ...................................................................................................
1) Fokus Pengkajian ............................................................................................................
2) Diagnosa .........................................................................................................................
3) Fokus Intervensi ............................................................................................................

BAB III. PENUTUP ...............................................................................................................................

A. KESIMPULAN ..........................................................................................................................
B. SARAN ......................................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................................

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ensefalitis adalah peradangan parenkim otak yang berhubungan dengan
disfungsi neurlogis seperti penurunan kesadaran, kejang, perubahan kepribadian,
kelumpuhan saraf kranial, gangguan bicara, dan deficit motoric dan sensorik.
Ensefalitis dapat disebabkan oleh etiologi infeksi seperti virus dan bakteri, serta
etiologi noninfeksi seperti proses autoimun. Beberapa organisme yang dapat
menyebabkan ensefalitis adalah virus herpes simpleks, virus varicella zoster, dan
mycoplasma sp. Di Indonesia, ensefalitis juga bisa menjadi komplikasi berbagai
penyakit infeksi tropic, seperti pada infeksi dungue dan malaria.
Data epidemiologi menunjukkan bahwa kasus ensefalitis dapat terjadi pada
semua usia, namun paling banyak terjadi pada anak-anak dengan insidensi
sedikit lebih banyak pada laki-lak. Mortalitas tergantung pada tingkat virulensi
virus dan gaya tahan tubuh pasien. Diagnosa ensefalitis harus diperhatikan
apabila terjadi gejala penurunan kesadaran, letargi, dan perubahan kepribadian
mendadak. Ensefalitis harus dibedakan dari penyakit lain seperti abses otak dan
meningitis. Pemeriksaan penunjang diperlukan untuk mengidentifikasi agen
penyebab ensefalitis dan menyingkirkan diagnosis banding. Pemeriksaan
penunjang mencakup pemeriksaan darah, pencitraan neurologi, dan analisisi
cairna serebrospinal. Tujuan dari tatalaksana adalah untuk mengurangi
morbiditas dan mencegah komplikasi. Penanganan lebih awal dan hasil
ensefalogram yang normal dikaitkan dengan kesintesan yang lebih tinggi.
Komplikasi ensefalitis meliputi kejang, hidrosefalus, dan gejala sisa neurologis
seperti gangguan perilaku dan motoric. (dr. eric Hartono Tedyanto., alomedika)

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Ensefalitis?
2. Apa etiologi dari Ensefalitis?
3. Bagaimana patofisiologi dari Ensefalitis?

4
4. Apa saja manifestasi klinis dari Ensefalitis?
5. Apa saja klasifikasi dari Ensifilitas?
6. Apa saja pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada Ensefalitis?
7. Bagaimana penatalaksaan dari Ensefalitis?
8. Apa saja komplikasi yang diakibatkan dari Ensefalitis?
9. Asuhan Keperawatan pada Ensefalitis?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari Ensefalitis
2. Untuk mengetahui klasifikasi dari Ensifilitas
3. Untuk mengetahui Etiologi dari Ensefalitis
4. Untuk mengetahui Patofisiologi dari Ensefalitis
5. Untuk mengetahui klasifikasi dari Ensifilitas
6. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang Ensefalitis
7. Untuk mengetahui penatalaksanaan Ensefalitis
8. Untuk mengetahui komplikasi yang disebabkan oleh Ensefalitis
9. Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan pada Ensefalitis

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian / Definisi
Ensefalitis adalah infeksi yang mengenai CNS yang disebabkan oleh virus atau
mikro organisme lain yang non purulent. Ensefalitis adalah infeksi jaringan otak
oleh berbagai macam mikroorganisme (Hassan,1997). Pada ensefalitis terjadi
peradangan jaringan otak yang dapat mengenai selaput pembungkus otak dan
medulla spinalis. Ensefalitis adalah infeksi jaringan otak oleh berbagai macam
mikroorganisme (Anonim, 1985). Ensefalitis ditegakkan melalui pemeriksaan
mikroskopis jaringan otak.
Ensefalitis adalah infeksi yang menyerang system saraf pusat (SPP) yang
diebabkan oleh virus atau mikroorganisme lain yang nonpurulen. Penyebab yang
sering terjadi adalah karena virus, herpes simplek, arbovirus . dan jarang
disebabkan oleh enterovirus, gondongan, dan adenovirus. Ensefalitis juga dapat
terjadi pada pasca infeksi campka, influenza, varisella, dan pasca vaksinasi
pertussis. Ensefalitis merupakam infeksi jaringan otak yang mengenai CNS
disebabkan oleh virus mikroorganisme lain yang non purulent. (Nurarif, 2015).

B. Etiologi
Etiologi ensefalitis paling sering terjadi karena virus. Etiologi dari ensefalitis
antara lain :
1. Virus
a. Virus HSV 1 dan 2
b. Virus varicella zoster (VZV)
c. Virus Epstein-Barr (EBV)
d. Cytomegalovirus (CMV)
e. Arbovirus
f. Rabies

6
g. Influenza
h. Virus dungue
i. Virus Japanese encephalitis
2. Bakteri
a. Rickettsia spp
b. Ehrlichia spp
c. Borellia burgdorferi
d. Mycoplacterium spp
e. Bartonella spp
f. Mycoplasma spp
g. Treponomea pallindum
3. Fungi
a. Aspergillus fumingatus
b. Blastomyces dermatitidis
c. Candida spp
d. Cryptococcus neoformans
e. Coccidioides immitis
f. Histoplasma capsulatum
4. Parasite
a. Acanthanmoeba
b. Naegleria fowleri
c. Entamoeba histolytica
d. Plasmodium falciparum
e. Toxoplasma gondi
5. Protozoa
a. Baylisascaris procynosis
b. Balamuthia mandrillaris
c. Malaria
6. Autoantibodi
a. N-methyl D-asparatate receptor antibody
b. Leucin-rich glioma inactivated 1 antibody

7
c. Anti-Hu
d. Anti-MA
e. Anti glutamic Acid decarboxylase
Selain disebabkan oleh factor mikroorganisme, Ensefalitis juga dapat terjadi
karena beberapa factor risiko lain, seperti :
1. Usia
Beberapa kasus ensefalitsi lebih banyak ditemukan pada anak dan
neonates.
2. Kontak dengan binatang
Sperti arbovirus dari nyamuk, rabies dari kucing dan anjing, serta
Rickettsia ricketsii dari tungau.
3. Imunokompromais
Pasien dengan imunokompromais lebih mudah mengalami ensefalitis
akibat virus varicellar zoster, cytomegalovirus, L monocytogenes, dan
Mycobacterium tuberculosis.
4. Transplatasi dan transfuse
Risiko ensefalitis akibat cytomegalovirus dan virus Epstein-Barr
meningkat pada pasien pasca transfuse darah atau transplatasi organ.
5. Pasien yang tidak divaksin
Risiko ensefalitis akan meningkat pada pasien yang tidak vaksin,
misalnya vaksin campak, rubella, dan Japanese encephalitis.
6. Riwayat bepergian yang disbebakan oleh pathogen, seperti malaria.

C. Patofisiologi
Masuknya mikroorganisme ke tubuh manusia yang rentan terhadap paparan
ensefalitis melalui kuliy, saluran pernafasan dan saluran cerna, kemudian virus
akan menuju pada system getah bening yang kemudian berkembangbiak. Virus
akan menyebar melaluo aliran darah dan menimbulkan viremia pertama. Melalui
aliran darah virus akan menyabr ke system saraf pusat dan organ eksternal,
kemudia virus dilepaskan dan masuk ke dalam peredaran darah dan

8
menyebabkan viremia kedua yang bersamaan dengan peneybaran infeksi
penyakit sistemik.
Setalah terjadi viemia, virus menembus dan berkembang biak pada endotel
vascular dengan cara endositosis sehingga mampu menembus sawan otak.
Setelah mencapai sususnan saraf pusat virus berkembangbiak dalam sel dengan
cepat pada reticulum endoplasma serta badan golgi yang menghancurkan
mereka. Akibat infeksi virus tersebut maka permeabilitas sel neuron, ganglia dan
endotel meningkat. Sehingga cairan diluar sel masuk ke dalam dan
menimbulkan edema sistosik. Adanya edema dan kerusakan pada sususnan saraf
pusta ini memberikan manisfestasi berupa ensefalitis. Dengan masa prodomoral
selama 1-4 hari. Area otak yang terkena ensefalitis biasanya adalah bagian
thalamus, ganglia basal, batang otak, hipotalamus dan korteks serebra.
Virus-virus yang menyebabkan parotitis, morbilis, varisela masuk ke dalam
tubuh mealui saluran pernafasan. Virus polio dan enterovirus melalui mulut,
VHS melalui mulut atau mukosa kelamin, virus yang lain masuk ke tubuh
melalui inokulasi seperti gigitan binatang (rabies) atau nyamuk. Bayi dalam
kandungan mendaoatkan infeksi melalui plasenta oleh virus rubella atau SMV.
Virus memperbanyak disri secara local, terjadi viremia yang menyerang SSp
melalui kailaris di pleksus koroideus. Cara lain adalah memalui saraf perifer
(gerakan sentripetal), misalnya VSH, rabies dan herpes zoster. (Lisa Khairani,
2015)

D. Manifestasi Klinis
Ensefalitis biasnaya menunjukkan gejala awal berupa delirium dan penurunan
progesif kesadaran. Timbul kejang dan gerakan-gerakan abnormal. Setelah masa
inkubasi (5-10 hari) akan terjadi kenaikan suhu tubuh mendadak, seringkali
terjadi hiperpireksia, nyeri kepala pada orang dewasa dan menjerit pada anak
kecil. Ditemukan tanda perangsangan SSP (koma, stupor, letargi), kaku kuduk,
peningkatan reflek tendon, tremor, kelemahan otot dan kelumpuhan. Secara
umum gejala ensefalitis berupa demam, kejang, dan penurunan kesadaran.

9
E. Klaisifikasi ensefilitas
1. Ensefilitas supurativa
Penyebabdari ensifilitas jenis ini adalah bakteri Stahphlococcus aureus,
streptococcus, E. Coli dan M.Tuberculosa
Manifestasi Klinis :
Secara umum gejala berupa trias ensefalitis adalah kejang dan penurunan
kesadaran. Namun, apabila berkembang menjadi abses serebri maka akan
timbul gejala-hgejal infeksi umum berupa tanda-tanda meningkatnya
intrakanial seperti nyeri kepala yang kronik dan progesif, muntah,
penglihatan kabur, kejang, kesadaran menurun, pada pemeriksaan
terdapat edema papil. Tanda-tamda deifist neurologis tergantung pada
lokasi dan luas abses.
2. Ensefalitis sifilis
Disebabkan oleh Treponema pallidum. Gejala dari ensefalitis jenis ini
terdiri dari dua bagian, yaitu :
a. Gejala-gejala neurologis : kejang dalam serangan-serangan,
afasia, apraksia, hemianopsia, penurunan kesadaran, sering
dijumpai pupil Angryll-Robertson, Nervus opticus dapat
mengalami atrofi. Pada stadium akhir timbul gangguan-gangguan
motoric yang progesif.
b. Gejala-gejala mental : timbulnya proses dimensia yang progesif,
intelegensia yang mundur perlahan yang tampak pada kurangnya
efektifitas kerja, daya konsentrasu mundur, daya ingat berkurang
dan pengkajian tergangu.
3. Ensefalitis Virus
a. Virus RNA
1) Paramikso virus (virus penyebab parotitis, morbili)
2) Rabdovirus (virus rabies)
3) Tungauvirus (vrus rubella flavivirus)

10
4) Picornavirus (enterovirus(polio, coocscakie A dan B,
echovirus)
5) Arenavirus (virus koriomeningitis limfositoria.
b. Virus DNA
1) Herpes virus (herpes zoster_, herpes simpleks, sitomegali
virus, virus Epstein-barr)
2) Poxvirus (variola, vaksinia)
3) Retrovirus (AIDS)
Manifestasi klinis : demam, nyeri kepala, vertigo, nyeri
badna, nausea, penurunan kesadaran, timbul serangan
kejang, kaku kuduk, hemiparesisi dan paralysis rulbari.
c. Nsefalitis karena parasite
1) Malaria serebral
Gejala : demam tinggi, kesadaran menurun hingga koma,
kelainan neurologic tergantung pada lokasi kerusakan-
kerusakan
2) Tocoplasmosis
Toxoplamosis gondi pada orang dewasa biasnaya tidak
menimbulkan gejala-gejala kecuali dalam keadaan gaya
imunitas menurun. Didalam tubuh, parasite ini bertahan
dalam bentuk kista terutama diotot dan jaringan otak.
3) Ambeasis
Amuba genus naegleria dapat masuk ke tubuh melalui
hidung ketika berenang di air yang terinfeksi dan
kemudian menimbulkan meningo-ensefalitis akut. Gejala-
gejalanya adalah demam akut, nausea, muntah, nyeri
kepala, kaku kuduk dan kesadaran menurun.
4) Sistiserkosis
Gejala-gejala neurologic yang timbul tergantung pada
lokasi kerusakan.

11
d. Ensefalitis karena fungus (jamur)
Fungus yang dapat menyebabkan radang anatara lain candida
albicans, cryptococus neofarns, coccidiodis, aspergillus,
fumatugus dan mucor mycoss. Factor yang memudahkan infeksi
ini adalah imunitas yang menurun.
e. Riketsiosis serebri
Riketsia dapat masuk ke dalam tubuh melalui gigitan kutu.
Gejalanya adalah nyeri kepala. Demam, sukar tidur, dan
kesadaran menurun. Gejala neurologi adanya lesi yang menyebar.

F. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan cairan serobrospinal
2. Pemeriksaan darah lengkap
3. Pemeriksaan feses
4. Pemeriksaan serologis darah (VDRL, TPHA)
5. Pemeriksaan titer antibody
6. EEG
7. Foto thorax
8. Foto rongent kepala
9. CT-Scan Arterigrafi

G. Penatalaksanaan
Penderita baru dengan kemungkinan ensefalitis harus melalukan rawat inap
sampai gejala neurologic yang dirasakan menghilang. Tujuan penatalaksanaan
adalah untuk mempertahankan fungsi organ dengan mengusahakan jalan nafas
tetap terbuka, pemberian makanan enternal atau parentenal, menjaga
keseimbangan cairan dan elektrolit dan koreksi gangguan asam basa darah.
Tatalaksaan dilakukan sebagai berikut :
1. Mengtasi kejang adalah tindakan vital karena kejang merupakan gejala
berat dari ensefalitis. Pemberian Fenobarbital 5-8 mg/kgBB/24 jam.

12
Namun, jika kejang sering terjadi perlu diberikan Diazepam (0,1-0,2
mg/kgBB) IV, dalam bentuk infus selama 3 menit.
2. Memperbaiki homeostatis, dengan infus cairan D5-1/2 S atau D5-1/4 S
(tergantung umur) dan pemberian oksigen.
3. Mengurangi edema serebi serta mengurangi akibat yang ditimbulkan
oleh anoksia srebri dengan deksametason 0.15-1,0 mg/kgBB/hari i.v
dibagi dalam 3 dosis.
4. Menurunkan tekanan intracranial yang meninggi dengan manitol
diberikan intravena dengan dosis 1,5-2,0 g/kgBB selama 30-60 menit.
Pemberian dapat diulang setiap 8-12 jam. Dapat juga diberi gliserol,
melalui pipa nasogastric 0,5-1,0 ml/kgbb diencerkan dengan dua bagian
sari jeruk. Bahan ini tidak toksik dan dapat diulang setiap 6 jam untuk
waktu lama.
5. Pengobatan
Dalam pengobatan ensefalitis dibagi menjadi 2 macam terapi, yaitu
kausatif dan terapi simptomatis.

H. Komplikasi
Mayoritas pasien dengan ensefalitis mengalami setidaknya satu komplikasi,
terutama pada pasien usia lanjut. Mereka yang memiliki gejala koma dan mereka
yang tida menerima pengobatan pada tahap awal. Komplikasi yang dapat terjadi
anatara lain :
1. Perubahan perilaku atau kepribadian, seperti perubahan suasan hati,
serangan fristasi dan kemarahan, dan kecemasan.
2. Sindrom sekresi hormone antidiuretic yang tidak tepat (SIADH)
3. Gangguan jalan nafas atau hipoventilasi akibat penurunan kesadaran
yang bisa menyebabkan hipoksemia dan hiperkarbia
4. Hipotensi akibat respon peradangan sistemik atau instabilitas auotom
5. Lainnya : kejang, afasia, hidrosefalus, epilepsy, gangguan memori.

13
I. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian fokus
a. Identitas pasien
b. Keluhan utama berupa panas, kejang dan kesadaran menurun.
c. Riwayat penyakit ekarang
d. Riwayat penyakit dahulu
e. Riwayat penyakit keluarga
f. Imunisasi
2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan rasa nyama nyeri b/d sakit kepala mual
b. Hipertermi b/d reaksi inflamasi
c. Gangguan sensorik motorik penglihatan, pendengaran, gaya
bicara) b/d kerusakan susunan saraf pusat.
d. Resiko terjadi jontraktur b/d spastik berulang
3. Intervensi
a. Gangguan rasa nyama nyeri b/d sakit kepala mual
Tujuan : Nyeri teratasi
Kriteria hasil :
1) Nyeri hilang / terkontrol
2) Menunjukkan postur rileks dan mampu tidur/istirahat
dengan tepat.

Intervensi

1. Berikan tindakan nyaman


Rasional ; tindakan non analgetik dapat menghilangkan
ketidaknyamanan dan memperbesar efek terapi analgetik.
2. Berikan lingkungan yang tenang, ruangan agak gelap
sesuai indikasi
Rasional : menurunkan reaksi terhadap stimulasi dari luar
atau sensitivitas terhadap cahat dan meningkatkan
istirahat/ relaksasi

14
3. Kaji intensitas nyeri
Rasional : untuk menentukan tindakan yang akan
dilakukan kemudian
4. Tingkatkan tirah baring, bantu kebutuhan perawatan diri
pasien
Rasional : menurunkan gerakan yang dapat meningkatkan
nyeri
5. Berikan latihan rentang gerak aktif/pasif secara tepat dan
masse otot daerah leher/bahu
Rasional : ketegangan otot yang meningkatkan reduksi
nyeri atau rasa tidak nyaman tersebut
6. Berikan algesik sesuai indikasi
Rasional : obat ini dapat digunakan untuk meningkatkan
kenyaman/istirahat umum

b. Hipertemi b/d reaksi inflamasi


Tujuan : suhu tubuh kembali normal
Keriteria hasil : mendemonstrasikan suhu dalam batas normal,
bebas dari kedinginan.
Intervensi :
1. Pantau suhu pasien, perhatiakan menggigil/diaphoresis
Rasional : suhu 38,9-41 C menunjukkan prose penyakit
infeksi akut.
2. Pantau suhu lingkaran batasi/tambahkan linen tempat
tidur sesuai indikasi
Rasional : suhu ruangan/jumlah selimut harus diubah
untuk mempertahankan suhu mendekati normal.
3. Berikan compress mandi hangat, hindari penggunaan
alcohol
Rasional : dapat membantu mengurangi demam
4. Berikan antiseptic sesuai indikasi

15
Rasional : digunakan untuk mengurangi demam dengan
aksi sentralnya pada hipotalamus.

c. Gangguan sensorik motoric b/d kerusakan susunan saraf pusat


Tujuan : memulai/mempertahankan tingkat kesadaran dan fungsi
perseptual
Kriteria hasil : mengakui perubahan dalam kemampuan dana
danya keterlibatan residual, mendemonstrasikan perilaku untuk
mengkompensasi terhadap hasil .
Intervensi :
1. Lihat kembali proses patologis kondisi individual
Rasional: kesadaran akan tipe/daerah yang terkena
membantu dalam mengkaji/mengantisipasi deifisit
spesifik dan keperawatan.
2. Evaluasi adanya gangguan penglihatan
Rasional : munculnya gangguan penglihatan berdampak
negative terhadap kemampuan pasien untuk menerima
lingkungan
3. Ciptakan lingkungan yang sederhana, pindahkan
perabotan yang membahayakan.
Rasional : menueurnkan/membatasi jumlah stimuli yang
mungkin dapat menimbulkan kebingungan bagi pasien.

d. Resiko terjadi kontraktur b/d spastik berulang


Tujuan : tidak terjadi kontraktur
Kriteria hasil :tidak terjadi kekakuan sendi dan dapat
menggerakkan anggota tubuh.
Intervensi :
1. Berikan penjelasan pada keluarga klien tentang penyebab
terjadinya spastik dan terjadinya kekacauan sendi.

16
Rasional : dengan diberi penjelasan diharapkan keluarga
mengerti dan mau membantu program perawatan
2. Lakukan latihan pasif mulai ujung ruang jari secara
bertahap
Rasional : melatih melemaskan otot-otot mencegah
kontraktor.
3. Lakukan perubahan posisi setiap 2 jam
Rasional : dengan melakukan perubahan posisi
diharapkan perfusi ke jaringan lancer, meningkatkan daya
pertahanan tubuh.
4. Kolaborasi untuk pemberian pengobatan spastik
dilatin/valium sesuai indiskasi
Rasional : diberik Dilantin/valium, kejang/spastik hilang.

17
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Ensefilitis merupakan infeksi jaringan otak yang menyerang system saraf pusat
(SPP) dan diderita oleh setiap usia. Iensefilitas disebabkan oleh mikroorganisme
seperti virus, bakteri, jamur dan tungau. Gejala yang dialami penderita
ensefilitas secara garis besar berupa demam, kejang, dan penurunan kesadaran.
Selain itu juga terjadi gejala motoric pada penderita.

B. Saran
Ensefalitis merupakan penyakit kerusakan otak yang diakibatkan karena factor
mikroorganisme dan menyerang tanpa melihat usia, oleh sebab itu ada baiknya
kita menjaga kebersihan diri untuk mengurangi jumla penyebaran
mikroorganisme yang tidak bermanfaat pada tubuh dan membersihkan
lingkungan sekitar untuk mencegah terjadinya penularan dari gigitan hewan.
Selain itu, apabila terdapat gejala yang menyerupai sebaiknya segera datang ke
tempat pelayanan kesehatn untuk memastikan kesehatan tubuh.

18
DAFTAR PUSTAKA

2011, e. s. (2011). makalah ensefalitis .

https://pdfcoffe.com/makalah-ensefalitis-6-pdf-free.html ,. 1 Otober 2021

KHAIRANI, L. (2016, JULI). PROFIL PENGGUNAAN OBAT PADA PASIEN


PENAYKIT ENSEFALITIS BERDASARKAN FAKTOR
PENYEBARANNYA DI RSUP FATMAWATI JAKARTA PERIODE TAHUN
2012-2015.

TEDYANTO, D. E. (2017). ENSEFALITIS .


https://alomedika.com/penyakit/neurologi/ensefalitis/patofisiologi,. 1
Oktober 2021

19

Anda mungkin juga menyukai