Anda di halaman 1dari 11

Sejarah awal masuk islam di Aceh berdasarkan bukti temuan batu nisan

Muhammad khanafi, Muhammad Athailah, Akbar Karimullah, Siti Hasanah

Pendidikan Sejarah, FKIP Universitas Syiah Kuala

Abstrak

Islam datang ke Nusantara melalui jalur perdagangan internasional saat itu yang dibawa oleh
para pendagang dari Arab, India dan Persia. Daerah pertama yang menjadi titik nol Islam masih
diperdebatkan oleh ahli sejarah namun banyak ahli sejarah yang sepakat bahwa titik nol Islam
pertama ada di Aceh. Pembuktian ini dapat dilihat dari literatur tentang penjelajah bangsa luar yang
datang ke Aceh dan juga bukti batu nisan Malik As-Shalih di Aceh Utara. Penelitian ini adalah
penelitian kepustakaan yang berjenis penelitian sejarah. Menurut Ambary (1988) bentuk batu nisan
Islam yng paling tua di Aceh adalah berbentuk gabungan sayap bunranc yang digunakan pada abad 13
M. Batu nisan yang ditemukan di Aceh meliputi batu nisan Teungku Samudra yaitu makan Malik As-
Shalih dan Malik az Zahir abad ke 13 M, batu nisan Kuta Krueng (di sekitar daerah Samudera) yaitu
makam Sultan Nahrisyiah abad ke 15, batu nisan Lamteh (Ulee Kareng, Banda Aceh) yaitu Makam
Syamsu Syah (1497-1511M) abad ke-13. Batu nisan Kampung Pande (Kuta Raja Banda Aceh)
diperkirakan lebih tua dari batu nisan di Samudra Pasai, yaitu berbentuk pipih yang runcing di atasnya
yang tidak ada dalam kriteria Ambary (1988). Berdasarkan penemuan batu nisan diatas dari kajian
arkeologi batu nisan membuktikan bahwa Islam datang pertama di ke Aceh yaitu tepatnya di daerah
kampung Pande yang dulu termasuk dalam wilayah kerajaan Lamuri masa Hindu dan kemudian
menjadi kerajaan Islam.

Kata Kunci : Awal masuk islam, Batu nisan, Aceh, Islam

Abtract

Islam came to the archipelago through international trade routes at that time brought by traders from
Arabia, India and Persia. The first area to be the zero point of Islam is still debated by historians but
many historians agree that the first zero point of Islam was in Aceh. This proof can be seen from
literature about foreign explorers who came to Aceh and also evidence of Malik As-Salih's tombstone
in North Aceh. This research is a literature research type of historical research. According to Ambary
(1988) the oldest form of Islamic tombstones in Aceh is in the form of a combination of bunranc
wings used in the 13th century AD. Tombstones found in Aceh include Teungku Samudra tombstones
that eat Malik As-Salih and Malik az Zahir in the 13th century AD, Kuta Krueng tombstones (around
the Ocean area) namely the tomb of Sultan Nahrisyiah in the 15th century, Lamteh tombstone (Ulee

1
Kareng, Banda Aceh) is the Tomb of Syamsu Shah (1497-1511 AD) 13th century. The tombstone of
Kampung Pande (Kuta Raja Banda Aceh) is estimated to be older than the tombstone in Samudra
Pasai, which is a pointed flat shape on it which is not in the criteria of Ambary (1988). Based on the
discovery of the tombstone above from archaeological studies tombstones prove that Islam came first
to Aceh, precisely in the Pande village area which was once included in the Lamuri kingdom area
during the Hindu period and later became an Islamic kingdom.

Keywords : Early conversion to Islam, Tombstone, Aceh, Islam

Pendahuluan satupun teori ilmiah yang absolut di muka


bumi ini.
Kedatangan islam pertama ke
nusantara dibawa oleh pedangan yang Penetapan titik nol islam di
berasal dari Arab, hal ini diperkuat dengan indonesia ini bisa jadi suatu saat nantik
adanya bukti bahwa orang arab telah berubah lagi, bisa saja di Barus (Tapanuli
menguasai pelabuhan di india, dengan sekarang), Jeumpa/ceumpa (Bireuen
pelabuhan inilah mareka mengusai sekarang) dan baru-baru ini di Lamuri
perdangangan rempah serta membawa (Aceh Besar) yang dikaji oleh arkeolog
islam ke Asia Tenggara (Nasution, 2020). aceh Dr. Husain Ibrahim. M.A. Penelitian
Menurut para ahli sejarah tempat pertama arkeologi tersebut dilakukan dengan cara
kali datangnya islam yaitu di Samudera membanding batu nisan yang ada di
Pasai. Peryataan ini kemudian dibantah kampung pande dengan yang ada di
oleh sejarawan kemudiannya. Hal ini samudera pasai serta dengan wilayah
dikuatkan dengan adanya bukti bahwa indonesia lainya. hasilnya menurut beliau
pengaruh islam sudah ada semejak ada beberapa batu nisan yang lebih tua
Khalifah Umar bin Khatab (13-24 H/634- yang ditemukan di kampung pande dengan
644 M). Bahkan Maharaja Peureulak telah yang ada di samudera pasai dan pereulak
memploklamirkan kesultanan islam serta wilayah indonesia lainya.
pertama di asia tenggara pada selasa, 1
Tujuan penelitian
Muharam, tahun 225 Hijriah atau 840
Masehi (Muchsin, 2018). Dalam ranah Dari pendahuluan diatas, tujuan penulisan
ilmiah hal ini biasa terjadi, tidak ada artikel ini untuk mengkaji ulang titik nol

2
penyebaran islam di aceh khususnya dan utama dan beberapa buku dan jurnal
indonesia pada umunya. pedukung lainnya.

Manfaat penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini didedikasikan untuk acuan Batu nisan yang ditemukan di Aceh
menambah wawawasan pembaca dan meliputi batu nisan Teungku samudra
keperluan perkembangan ilmu yaitu makan Malik As Shalih dan Malik az
pengetahuan terutama penegetahuan Zahir yang dapat disimpulkan dari
tentang titik awal penyebaran islam di penemuan batu nisan ini Islam di samudra
nusantara. pasai sudah ada semenjak abad ke 13 M.
METODE PENELITIAN Berikutnya ditemukan batu nisan Kuta
Krueng (di sekitar daerah samudera) yaitu
Pendekatan dan jenis penelitian
makam Sultan Nahrisyiah yang dapat
Dalam penelitian ini, pendekatan disimpulkan bahwa zaman kemajuan
yang dilakukan adalah penelitian kesultanan samudera pasai pada abad ke
kepustakaan atau liberary research yaitu 15. Batu nisan yang ditemukan berikutnya
menggunakan literatur ilmiah sebagai yaitu batu nisan kampung Pande (Kuta
sumber penelitian, baik berupa buku Raja Banda Aceh ) dari penemuan batu
maupun laporan hasil penelitian nisan tersebut ditemukan batu nisan jenis
sebelumnya. Jenis penelitian ini adalah baru yang diperkirakan lebih tua dari batu
penelitian sejarah. Tahap-tahap dalam nisan di samudra pasai. Hal ini
melaksanakan penelitian sejarah menurut membuktikan bahwa Kampung Pande
kuntowijoyo (Kuntowijoyo, 2005). Tahap- merupakan tempat Islam terawal di Aceh
tahap dalam penelitian sejarah yaitu dan Nusantara. Bentuk batu nisan yang
heuristik, valiadsi, interpretasi dan ditemukan di kampung Pande berbentuk
histiografi. Sumber yang digunakan dalam pipih yang runcing di atasnya yang tidak
penelitian ini adalah buku, jurnal dan ada dalam kriteria Ambary (1988).
laporan sejarah yang terkait dengan sejarah Penemuan batu nisan berikutnya
kedatangan islam pertama kali ke aceh. penemuan batu nisan Lamteh (Ulee
Sumber-sumbernya yaitu buku Awal Kareng, Banda Aceh) yaitu makam
masuknya islam ke Aceh:Analisi arkeologi Syamsu Syah (1497-1511M) yang
dan sumbangannya pada Nusantara karya menunjukkan bahwa batu nisan ini berasal
Dr. Husaini Ibrahim M.A sebagai sumber dari abad ke 13. Berdasarkan penemuan
batu nisan diatas dapat kita lihat bahwa

3
dari kajian arkeologi batu nisan bahwa mengkaitkan perkembangan islam di
Islam pertama di datang ke Aceh dan tempat makam-makam itu berada.
Indonesia itu berada di daerah kampung
Hampir disetiap daerah di Aceh
Pande yang dulu termasuk dalam wilayah
terdapat warisan arkrologi bermacam
kerajaan Lamuri masa Hindu dan
corak, namun yang paling banyak
kemudian menjadi kerajaan Islam.
ditemukan ialah batu nisan. Maka batu
Klasifikasi batu nisan yang ditemukan nisan lah yang akan dibicarakan dalam
di Aceh bagian ini. Batu nisan Aceh yang dibuat
dari batu yang mempunyai makna untuk
1. Bentuk dan jenis batu nisan aceh
pelengkap di setiap makam islam, selain
Sejarah awal islam di Aceh itu juga untuk kita ketahui letak kepala dan
berdasarkan bukti-bukti batu nisan dan kaki dari makam tersebut dan
perkembangannya di Asia tenggara. mempermudah bagi yang berziarah untuk
Penulis akan menggunakan klasifikasi mengetahui siapa ketokohan orang yang
bentuk dari batu nisan terawal di Aceh, dimakamkan.
perbedaan antara batu nisan di Aceh
Klasifikasi batu nisan di Aceh
dengan yang ada di luar aceh. Untuk
sebagaimana disebutkan Ambary (1988)
mengklasifikasi perbedaannya sendiri
dan Othman (1988) serta klasifikasi baru
menggunakan analisa petrografi, data
yang ditemukan Ambary bahwa batu nisan
tekstual pada makam dan batu nisan.
di indonesia telah menyerap pengaruh
Selain itu juga menganalisa dari bentuk
budaya asli, Hindu Budha dan juga
seni ukir dan pola hias, serta penyebaran
pengaruh dari luar yang diperkirakan
batu nisan Aceh di kawasan asia tenggara.
sebagai barang impor. Unsur asli dijumpai
Kebanyakan batu nisan kuno di Aceh tidak dari berbagai batu nisan yang berbentuk
mencatumkan nama orang yang phalus dan menhir. Kedua bentuk dari batu
dimakamkan atau tahun meninggalnya, nisan tersebut digayakan sedemikian rupa
kecuali makam raja-raja atau sultan yang sehingga menyerupai lingga.
pernah berkuasa, contohnya dimakam
Bila diamati bentuk-bentuk batu
Sultan Malik al-Shalih dan Sultanah
nisa di Aceh terlihat adanya perkembangan
Nahrisyah, dan makam-makam sultan
dari masa ke masa seperti yang dijumpai
kerajaan Aceh darulsalam. Maka dari itu
pada pusat kerajaan islam terawal samudra
peneliti harus mempelajari atau
pasai abad ke-13 dengan batu nisan yang

4
berada pada kerajaan Aceh Darussalam Aceh dapat disimpulkan bahwa bentuk
pada abad ke-17.Menurut Ambary (1988) batu nisan islam tertua di aceh adalah
batu nisa aceh dibagi dalam tiga bentuk, bentuk gabungan sayap bucranc yang telah
yaitu bentuk gabungan “sayap-bucranc”, digunakan dalam abad ke 13 M, yang
bentuk persegi panjang dengan hiasan kemudian diikuti oleh bentuk persegi
kepala kerbau dan bentuk bundar atau panjang yang digunakan abtara abad ke
kepala silinder. Batu nisan yang berbentuk 15-16 M dan akhirnya bentuk batu nisan
dari gabungan “sayap-bucranc” yang bundar atau silinder yang digunakan pada
menggambarkan bentuk tanduk kerbau abad ke 18-19 M.
baik yang nampak nyata maupun yang
Kesimpulan yang diberikan
telah diberi gaya, lazimnya pada sisi luar
Ambary terhadap bentuk-bentuk batu aceh
bagian puncak batu nisan dijumpai hiasan
yang telah disebutkan diatas, tampaknya
sayap. Batu nisan berbentuk tanduk kerbau
tidak jauh beda dengan apa yang
maupun sayap tersebut sering dijumpai
dikemukakan oleh Othman (1988) dalam
pada model pola hias rumah-rumah
bukunya yang berjudul “Batu Aceh, Early
maupun pada bangunan suci dalam
Islamic Gravetones in peninsular
masyarakat indonesia tradisional. Bentuk
Malaysia”, menurut Othman bahwa batu-
batu nisan kedua menggambarkan sebuah
batu nisan aceh selain memiliki bentuk
miniatur candi (Ambary 198:13). Batu
sebagaimana yang telah dikemukakan
nisan persegi panjang ini mewakili budaya
Ambary, juga ditemukan beberapa jenis
batu nisan Aceh antara abad ke-15 hingga
lain dalam bentuk yang lebih diperinci
ke-16 M. Bentuk ketiga dari batu nisan
lagi. Secara lengkap Othman ada 14 jenis
tersebut menggambarkan kepala selinder
batu nisan Aceh, yang bila dirincikan
(Ambary 1988), ialah batu nisan yang
dalam urutan hitungan huruf mulai dari
paling banyak ditemukan di Aceh. Selain
jenis A hingga N.
terdapat di makam-makam kuno di Aceh
batu nisan tersebut juga sering dijumpai Othman juga menjelaskan beberapa
pada makam-makam baru di banyak inskripsi yang terdapat pada batu nisan
tempat indonesia, salah satunya terdapat Aceh dengan berbagai wujud hiasan motif,
pada makam Sultan Alauddin Johansyah seperti motif bunga dan geometri. Motif
yang memerintah antara 1735-1760 M. yang dikembangkan pada batu nisan Aceh
bisa jadi sebagai perwujudan dari nilai
Berdasarkan klasifikasi yang diberikan
nilai budaya masyarakat setempat. Karna
Ambary (1988) terhadap bentuk batu nisan
nilai-nilai ini mudah dijumpai dalam

5
dalam kehidupan masyarakat Aceh yang dibandingkan batu nisan Sultan Malik Al-
menempatkan budayanya dalam berbagai Shalih (1297) di Samudra pasai. Oleh
aktifitas sehari-hari. Misalnya dalam karena itu dengan ditemukan makam
membuat rumanh tradisional secara islam, Sultan Sulaiman Sultan Al-Bashir yang
yang nilai seninya memiliki persamaan batu nisan nya mirip dengan batu nisan
dengan motif atau dekorsasi yang dijumpai yang terdapat pada Kampung Pande
pada batu nisan. dengan jumblah yang agak banyak
melibihi 10 pasang dibandingkan lokasi
Dari pendapat dua pakr arkeologi yang
lain, maka dapat diduga bahwa Kampung
telah disebutkan di atas Ambary dan
Pande ini sejak awal abad ke-13 sudah
Othman, keduanya telah memberi
menjadi pusat perkembangan islam paling
sumbangan yang sangat berharga dalam
awal di Nusantara dan Asia Tenggara.
dunia arkeologi islam di nusantara,
khusunya masalah batu nisan. Sehingga Semua jenis batu nisan ini terdapat
batu nisan aceh telah populer dan dikenal di Kampung Pande yang menunjukkan
di nusantara sebagai batu Aceh. Dengan kawasan ini telah dihuni oleh penduduk
dikenalnya batu Aceh berarti masyarakat islam jauh lebih lama sebelum abad ke-13
dapat menilai sejak abad ke-13 M. Aceh M. Hal ini menunjukkan bahwa kampung
telah memiliki peradaban yang demikian pande Banda Aceh, adalah pusat
maju dalam memproduksikan ukiran- perkembangan islam terawal di asia
ukiran batu nisan, dan dengan ukuran- Tenggara, yang menyumbangkan
ukiran tersebut orang akan lebih mengenal perkembangan budaya islam ke bagian
budaya Aceh secara lebih luas lagi. lain, terutama dalam penyebaran batu
nisan Aceh.
Montana (1997) mempubliskan
penemuan makam Sultan Sulaiman Sultan 1.1. Batu Nisan Tengku
Al-Bashir di Kuta Lubok, Aceh Besar, Samudra
yang tahun meninggalnya 1211 M, dengan
Makam tengku samudra berada di
jenis batu nisan sama seperti batu nisan
Kampung Beringin Aceh Utara. Disebut
yang terdapat di kampung Pande Banda
tengku Samudra dikarenakan makam
Aceh, dari temuan batu nisan ini diduga
beliau berada di daerah Samudra Aceh
bahwa jenis batu nisan tersebut adalah
Utara yang mengambil sempena menjadi
jenis batu nisan paling awal digunakan di
nama suatu daerah sebagai penghormatan
Aceh. Artinya, batu nisan Sultan Sulaiman
yang diberikan kepada seseorang yang
Sultan Al-Bashir ini lebih tua (1211 M)

6
dianggap telah memiliki jasa besar di adalah pendiri kerajaan islam di Samudra
daerah tersebut.di makam Tengku Pasai pada sekitar abad ke-13 M, sebagai
Samudra terdapat dua makam, yaitu kerajaan islam pertama di nusantara dan
makam sultan Malik al-Shalih, raja asia tenggara. Oleh, karenanya kerajaan
pertama dikerajaan samudra pasai dan Samudra pasai berada di Aceh, maka Aceh
makam putranya Sultan Malik al-Zahir. ditetapkan daerah terawal masuk dan
berkembangnya islam di nusantara dan
Letak makam tersebut berada
Asia Tenggara.
dalam kawasan kerajaan samudra pasai.
Dibekas kerajaan Samudra Pasai terdapat Ambary menjelaskan bahwa batu
11 lokasi makam-makam kuno dengan nisan makam Sultan Malik al-Shalih ini
jumblah makam sebanyak 278 makam. tampak sangat halus dengan bentuk
Selain makam Tengku Samudra Pasai juga pahatan yang rapi. Batu tersebut berukuran
terdapat beberapa makam lainnya seperti 0.70 m tinggi (bagian kaki hingga puncak)
di Kuta Krueng, makam Tengku Sidi, dan lebarnya 0.35m. dengan perbandingan
makam Tengku Peutploh Peut, makam warna batu nisan lain di aceh batu nisan
Tengku Syarif, makam, Tengku Cot Hagu, tersenut adalah jenis batu nisan yang
makam Tengku Naina Hisamsudin, sangat istimewa yang terbuat dari batu
makam Tengku Batee Bale, makam pasir. Namun secara petrografi pembuktian
Tengku di Iboh, makam Tengku Said batu nisan ini masih sangat sulit dilakukan
Syarif dan situs makam Tengku Perdana dikarenakan tidak ada sempel yang dapat
Menteri. diselidiki, kecuali dengan memecahkan
batu nisan tersebut.
Menurut Alfian (1981:28), nama
asli Sultan Malik al-Shalih adalah Meurah Sultan Malik al-Zahir yang
situ. Beliu dikenal sebagai pendiri kerajaan menggantikan ayahandanya, memerintah
samudra pasai. Mengenai kapan ia mulai kerajaan samudra pasai pada tahun 1297 M
memerintah di kerajaan Samudra Pasai dan mangkat pada 12 Zulhijjah 726 H atau
belum diketahui secara pasti, yang jelas 1326 M. Menurut Ambary antara makam
menurut catatan yang terdapat pada bagian Sultan Malik al-Shalih dan makam Sultan
tepi salah satu batu nisannya Sultan ini Malik al-Zahir terdapat beberapa
meninggal pada bulan Ramadhan 696 H perbedaan, diantaranya dalam pembuatan
atau 1297 M. Dalam sejarah batu nisan yang digunakan dan tulisan
perkembangan islam di Nusantara umum yang dihat pada makam jika makam Sultan
nya diketahui bahwa Malik al-Shalih Malik al-Shalih dibuat dari batu andesit,

7
makam sultan Malik AL-Zahir ditempat Dalam sebuah riwayat disebutkan, Raja
dari batu granit hitam. Makam sultan Nakur kemudian dibunuh oleh seorang
Malik al-Shalih mempunyai tulisan yang nelayan atas perintah ibu Ratu Sultanah
dilikis dengan gaya nastalik bersama Nahrisyah, lalu nelayan tersebut kemudian
dengan huruf-huruf yang indah, sedangkan kawin dengan ratu Nahrisyah dan diangkat
makam sultan Malik al-Zahir ditulis menjadi raja di samudra pasai yang dikenal
dengan huruf gaya nastalik, tetapi jenis dengan nama Sultan Sallah al-Din. H.M.
tulisannya sangat besar dan kurang rapi. Zainuddin (1961) menceritakan nelayan
tersebut berasal dari Bakoi Aceh Besar.
1.2. Batu Nisan Kuta Krueng
Bukti batu nisan Kuta Krung
Di Kampung Kuta Krueng terdapat memperlihatkan zaman kemajuan islam di
38 makam dengan berbagai ukuran dan kerajaan samudra pasai abad ke-15.
bentuk batu nisannya. Diantaranya
1.3. Batu Nisan Kampung
terdapat lima makam besar yang memiliki
Pande
bentuk kijing (jirat). Salah seorang tokoh
utama yang dimakamkan disini ialah Kampung pande terletak di Kota
Sultan Nahrisyah. Makam Sultanah Banda Aceh (dahulu termasuk dalam
Nahrisyah memiliki daya tarik yang luar daerah Kuta Alam). Kampung pande ini
biasa, karena makam ini mengandung nilai dikenal dalam sejarah Aceh lama. Karena
seni yang sangat tinggi. Selain ditempa Kampung pande ini dulunya terdapat
dari batu pualam seluruh bentuk makam sebuah bandar perdagangan paling maju
dihiasi kaligrafi ayat-ayat Al-Quran dan yang telah muncul jauh sebelum islam
elemen-elemen lain. Batu nisannya masuk ke Aceh dan Nusantara. Saat itu
merupakan produk luar yang diimpor dari Kampung pande merupakan bagian dari
india. kerajaan Hindu Lamuri yang sudah dikenal
oleh pedagang Arab dan China sejak abad
Menurut catatan yang diketahui,
ke-9M. Bukti dari Kampong Pande lebih
Sultan Nahrisyah adalah seorang raja
tua dari samudra pasai yaitu dengan
wanita yang memerintah di samudra Pasai
dijumpainya sebaran batu-batu nisan
antara tahun 1405 hingga 1412 M.
dalam wilayah yang sangat luas yang
Sultanah Nahrisyah naik tahta
mencapai puluhan hektar, mulai dari
menggantikan suaminya (sultan Zain al-
kawasan pemukiman penduduk hingga ke
Abidin Malik al-Zahir) yang mangkat
tepi laut selat malaka. Bahkan sejauh mata
dipanah oleh Raja nakur dari pedir (pidie).
memandang di tepi pantai kampung pande

8
memperlihatkan ribuan batu nisan masih komplek makam Tuan di kandang merujuk
terlihat berada dalam laut yang kepada seorang pendakwah Syaikh
menggambarkan di sini pernah terjadi Abdurrauf menyebutkan nama Tuan di
pemakaman yang begitu banyak dengan Kandang adalah Tuan Syaik Bandar abu
lokasi yang sangat luas Qallab Tuan di Kandang, seorang pura
beliau bernama Sultan Johan Shah yang
Menurut analisis yang diperoleh
memerintah pada awal abad ke-13 M, atau
dari laboratorium Radiokarbon beta
sejak tahun 1204 M. Sejak terjadinya
Analytic di Miami, Florida, Amerika
tsunami aceh 2004 batu batu nisan pun
Serikat, berdasarkan sempel cengkerang
sudah banyak yang hilang yang sisanya
(siput) ang diambil dekat batu nisan
pun tidak dapat diketahui lagi. Semua jenis
berbentuk silinder di kampung pande
batu nisan yang terdapat di ketiga tempat
menerangkan penanggalan 108+/-0.4 Pmc
di Kampung Pande yang meliputi jenis
(beta-237480) tanggal ini membuktikan
pipih bersayap bucranc, persegi panjang
bahwa batu nisan jenis silinder adalah
dan silinder secara lengkap telah
bentuk batu nisan yang berkembang
diterperincikan oleh Othman. Selain itu
sekitar abad ke-18-19M, yaitu mewakili
juga terdapat dua bentuk batu nisan lain
batu nisan aceh termuda.
yang dijumpai di tiga tempat tersebut yaitu
Semua batu nisan terdapat di jenis batu nisan berbentuk bulat dengan
kampung pande terutama yang berada di batu biasa dan batu nisan dengan jenis
daratan meskipun telah dilakukan upaya pipih/runcing pada bagian atas jenis pipih
pemeliharaan dan pemugaran oleh pihak ini merupakan jenis khas yang dijumpai
pemerintah aceh, namun tidak sebaik dikampung Pande yang belum pernah
pemugaran seperti makam tuan dikandang, terungkap sebelumnya.
makam raja-raja di kampung pande
1.4. Batu Nisan Lamteh
termasuk makam putroe ijo kondisinya
masih memerlukan pemeliharaannya lebih Lamteh adalah desa yang berada di
baik lagi. Apalagi di tiga tempat ini banyak kecamatan ulee Kareng Kota Banda Aceh.
dijumpai jenis batu nisan aceh yang telah secara geografis desa lamteh termasuk
berusia ratusan tahun dari sejak sebelum daerah yang sedikit agak tinggi, sehingga
abad ke 13 M. ketika terjadinya tsunami aceh 2004 desa
ini tidak terjangkau dari musibah.
Berdasarkan silsilah sultan Aceh,
Sehingga banyak peningalan benda-benda
nama tokoh utama yang dimakamkan di
arkeologi terutama batu nisan kuno bisa

9
didapatkan secara utuh dibandingkan yang kebutuhan dari luar, termasuk batu nisan
terdapat di Kampung Pande yang sebagian yang merupakan salah satu bahan impor
besar kondisinya rusak akibat hantaman dari luar aceh.
gelombang besar tsunami.
Bila dilihat pada batu nisan terawal
Di desa Lamteh juga banyak terdapat batu kerajaan Samuidra Pasai, yaitu Malik al-
nisan Aceh yang beragam bentuk dan Shalih yanag meninggal pada tahun
jenisnya. Salah satunya adalah makam 1297M, batu nisannya berjenis bucranc.
Raja Aceh dari dinasti Meukuta Alam Batu nisan ini berbentuk atau jenis adalah
yang dijumpai di Kampung pango, yaitu produk asli Samudra Pasai. Dilihat dari
makam sultan Syamsu Syah (1497-1511) segi bahan baku yang digunakan untuk
dan beberapa makam keluarga dan kerabat pembuatan batu nisan produk Aceh
raja dari keturunan Meukuta Alam. umumnyaq mengunakan batu pasir. Ada
juga yang dibuat dari batu kuarza, granit
Hasil survei pada tahun 2007 lalu juga
dan andesit. Warna dasar yang sering
terdapat beberapa batu nisan yang rusak
digunakan dalam pembuatan batu nisan
bahkan yang sudah hancur dikarena ada
Aceh ialah warna coklat muda.
perbaikan jalan akiban gempa, dan
beberapa diakibatkan oleh pembuatan parit Sementara batu nisan yang

pembuangan air. Di Lamteh juga terdapat merupakan produk luar memiliki ciri

9 jenis batu nisan yaitu bersayap bucranc tersendiri yang berbeda dengan batu nisan

sebayak 3 nisan, persegi panjang 6 nisan produk Aceh. Batu nisan impor ini dibuat

sedangkan 4 nisan lainnya berbentuk batu dari batu marmar dengan warna agak

nisan dasar. putih. Biasanya batu nisan impor ini


merupakan suatu bagian dengan badan
Batu nisan produk aceh dan impor
makam atau jirat secara keseluruhan,

Pada bagian ini dijelaskan ukurannya lebih besar dari batu nisan

bagaimana bentuk atau jenis batu nisan Aceh. Perbedaan lainnya batu nisan impor

yang merupakan produk Aceh yang berbentuk pipih yang bagian atasnya

dikenal dengan batu aceh, dan batu nisan melengkung seperti kubah mesjid. Adanya

yang di impor yang didatangkan dari luar batu nisan impor ini di Samudra Pasai

aceh. Sebagaimana diketahui, pada masa menandakan bahwa pada masa dahulu

lalu Aceh telah menjalin hubungan Samudra Pasai sudah menjalin hubungan

perdagangan, dengan hubungan itu tidak dengan berbagai negeri luar, termasuk

mustahil Aceh gapat mengimpor segala India.

10
Penutup

Dari hasil penelitian diatas dapat kita


simpulkan bahwan titik nol kilometer
kedantangan islam ke indonesia
berdasarkan bukti batu nisan berada di
Lamuri. Tahun dan bentuk nisan yang
ditemukan di Lamuri diperkirakan
sebelum abad ke-13 lebih awal dari pada
batu nisan yang ditemukan di Samudera
Pasai. Bentuk batu nisan di kampung
pande berbeda dengan bentuk batu nisan
yang di jabarkan Ambary. Bentuk batu
nisan di kampung pande memiliki cirikhas
tersendiri. Hal ini membantah pertyataan
yang menggatakan bahwa islam datang
pertama di daerah Samudera Pasai
berdasarkan bentuk baru nisan yang
ditemukan disana.

Daftar pustaka

Kuntowijoyo. (2005). pengantar ilmu


sejarah. Bentang Pustaka.

Muchsin, M. A. (2018). KESULTANAN


PEUREULAK DAN DISKURSUS
TITIK NOL PERADABAN ISLAM
NUSANTARA. Journal of
contemporary islam and muslim
societies, 2(2), 218–238.

Nasution, F. (2020). Kedatangan dan


perekembangan islam di indonesia.
Dakwah dan pengembangan sosila
kemanusiaan, 11(1), 26–46.

11

Anda mungkin juga menyukai