2. 1 Kajian Pustaka
2.1.1 Penelitian Terdahulu
Dalam penelitian ini terdapat penelitian yang terkait untuk dijadikan sebagai
rujukan. Berikut ini hasil penelusuran mengenai studi terdahulu yang berkaitan
keuangan pada pelaku UMKM sentral batik Kabupaten Bantul”. Sampel yang di
kuantitatif dengan analisis yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda.
Persamaan penelitian ini terletak pada variabel yang sama dalam pengujian yakni
Sikap keuangan dan jenis pendekatan yang digunakan yaitu pendekatan kuantitatif
serta data penelitian yang digunakan yaitu hasil survei kuesioner. Adapun
perbedaannya terletak pada objek yang diteliti, pada penelitian terdahulu yaitu
UMKM sentral batik Kabupaten Bantul, sedangkan objek penelitian ini adalah
manajemen keuangan pada pelaku UMKM (Studi pada sentra kerajinan batik di
12
13
variabel yang sama dalam pengujian yaitu Sikap Keuangan. Selain variabel yang
sama tersebut, pendekatan yang digunakan pun sama yaitu pendekatan kuantitatif
dan data yang digunakan yang diperoleh peneliti terdahulu sama dengan yang
penelitian terdahulu yaitu objek yang diteliti oleh peneliti terdahulu yaitu pelaku
UMKM Sentra Kerajinan Batik di Jawa Tengah sedangkan objek penelitian ini
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (Studi Kasus pada Sentral Industri Peyeum
Perilaku Pendanaan secara parsial dan simultan. Secara parsial seluruh variabel
ini yaitu variabel yang sama dalam pengujian yaitu Literasi Keuangan dan Sikap
14
Keuangan. Selain variabel yang sama tersebut, pendekatan yang digunakan pun
sama yaitu pendekatan kuantitatif dan data yang digunakan yang diperoleh
peneliti terdahulu sama dengan yang digunakan peneliti yaitu hasil survei
kuesioner. Adapun perbedaanya dari penelitian terdahulu yaitu objek yang diteliti
oleh peneliti terdahulu yaitu pelaku UMKM Sentral Industri Peyeum Desa
penelitian ini adalah pelaku Usaha Mikro di Desa Binangun Kota Banjar.
metode Analisis Regresi Berganda. Hasil dari penelitian ini menemukan bahwa
ini yaitu variabel yang sama dalam pengujian yaitu Akses Keuangan. Selain
variabel yang sama tersebut, pendekatan yang digunakan pun sama yaitu
pendekatan kuantitatif dan data yang digunakan yang diperoleh peneliti terdahulu
sama dengan yang digunakan peneliti yaitu hasil survei kuesioner. Adapun
perbedaanya dari penelitian terdahulu yaitu objek yang diteliti oleh peneliti
objek penelitian ini adalah pelaku Usaha Mikro di Desa Binangun Kota Banjar.
15
keputusan terutama yang berkaitan dengan aktivitas sehari – hari seperti dalam
kesejahteraan”.
dalam memahami keuangan sangat penting bagi seorang individu, agar mereka
keuangan dan peluang untuk mencapai kehidupan yang lebih sejahtera dimasa
mampu mengelola keuangan dengan baik”. Secara singkat, literasi keuangan juga
Dengan literasi keuangan yang baik, maka dapat terbantu untuk hidup lebih
Menurut Lusardi (2014: 52) bahwa “Literasi keuangan yang dimiliki oleh
seseorang dapat diukur dari pengetahuan dasar atas konsep investasi keuangan
seperti inflasi dan risiko serta kemampuan untuk melakukan perhitungan yang
berkaitan dengan suku bunga”. Akan tetapi, pada dasarnya tingkat literasi
OJK pada tahun 2013, menerangkan bahwa tingkat literasi keuangan penduduk
well literate, stuff literate, less literate dan not literate. Maka dengan adanya
literasi keuangan yang mumpuni, akan lebih mudah untuk mengatur keuangan.
Singkatnya, jika seseorang mengerti literasi keuangan dengan baik tidak akan sulit
untuk memilih strategi dan membuat keputusan yang tepat terkait urusan
keuangan.
berbeda pada tiap individu dan terdapat banyak faktor yang dapat mempengaruhi
18
literasi keuangan. Ada banyak studi yang melakukan kajian mengenai faktor apa
Menurut Lusardi dkk (2014: 52) dalam Imawati mengatakan bahwa ada tiga
1. Sosiodemograpi
Ada perbedaan pemahaman antara laki-laki dan perempuan. Laki-laki
dianggap memiliki kemampuan financial literacy lebih tinggi dari pada
perempuan. Begitu juga dengan kemampuan kognitifnya.
2. Latar belakang keluaraga
Pendidikan seorang ibu dalam sebuah keluarga berpengaruh kuat pada
literasi keuangan , khususnya ibu yang merupakan lulusan dari
perguruan tinggi. Mereka unggul 19 persen lebih tinggi dari pada yang
lulusan sekolah menengah.
3. Kelompok pertemanan
Kelompok atau komunitas seseorang akan mempengaruhi financial
literacy seseorang, mempengaruhi pola konsumsi dan penggunaan dari
uang yang ada.
1. Karakteristik Sosio-demografi
Dalam hal ini dikatakan bahwa perempuan dan etnis minoritas memiliki
pengetahuan keuangan yang rendah, dan laki- laki memiliki
pengetahuan keuangan dan ekonomi makro yang baik. Hal tersebut
disebabkan oleh tinggi rendahnya pendidikan yang di tempuh, akan
tetapi selain pendidikan formal, kemampuan kognitif memiliki peran
untuk meningkatkan pengetahuan keuangan. Jadi pada intinya, faktor-
faktor yang terdapat dalam demografi yaitu meliputi etnis, gender dan
kemampaun kognitif.
2. Latar Belakang Keluarga
Selain sosio-demografi dan kemampuan kognitif, literasi keuangan juga
dilatar belakangi oleh keluarga seperti pendidikan orang tua terutama
ibu. Jadi pendidikan yang diperoleh dari orang tua atau keluarga dapat
mempengaruhi pengetahuan keuangan seseorang.
3. Kekayaan
Pengetahuan keuangan merupakan modal penting manusia untuk
berinvestasi jangka panjang dan merupakan bekal untuk menjalankan
kehidupanya di masa sekarang dan masa yang akan datang,
pengetahuan keuangan sangat dibutuhkan oleh investor guna
memperoleh tingkat income yang lebih tinggi. Oleh karena itu setiap
19
Menurut Ansong dan Gyensare dalam Nujmatul Laili (2012: 9), faktor-
1. Gender
Perbedaan gender sangat berpengaruh terhadap pengelolaan keuangan.
Laki-laki lebih mempunyai kepercayaan diri yang tinggi dalam
membuat keputusan keuangan dibanding dengan perempuan yang lebih
cenderung Risk Averse dibandingkan laki-laki.
2. Usia
Usia seseorang mengindikasikan banyaknya pengalaman yang
diperoleh seseorang semasa hidupnya termasuk pengalamannya dalam
masalah keuangan sehingga semakin berpengalaman maka pengambilan
keputusan keuangannya akan semakin baik pula.
3. Tingkat pendidikan orang tua
Orang tua yang memiliki tingkat pendidikan strata biasanya akan
mengajarkan atau menurunkan pengetahuan tentang keuangan kepada
anaknya apalagi jika orang tua tersebut berada pada jalur atau jurusan
bidang keuangan. Sebab pengetahuan anak itu turun dari orang tuanya.
Berdasarkan teori yang telah dipaparkan di atas dapat kita simpulkan bahwa
1. Jenis kelamin
2. Usia
3. Pendidikan
4. Latar belakang keluarga
5. Kekayaan
20
Seperti yang diketahui bahwa literasi keuangan adalah salah satu essential
life skill yang merupakan sebuah keharusan yang dimiliki oleh setiap lapisan
dalam hal ini produk dan jasa keuangan untuk mencapai tujuan”.
Menurut Nababan dan Sadalia (2012: 15), literasi keuangan terbagi menjadi
5 dimensi, yaitu ;
Menurut Chen and Volpe (1998: 107) dalam Suryanto dan Rasmini (2018:
literasi keuangan berdasarkan penelitian Nababan dan Sadalia (2012: 15), yaitu
manajemen kredit & utang, pengetahuan tabungan dan pinjaman, dan pengetahuan
22
tinggi. Padahal meminjam ke bank akan lebih mudah dan sedikit resikonya. Untuk
menjadi tiga kategori yakni, tinggi, sedang dan rendah. Kategori tinggi apabila
rata-rata sekor lebih dari 80%, kategori Sedang jika rata-rata skor berada diantara
60%-79%, dan kategori rendah menunjukkan apabila rata-rata skor yang diperoleh
pendapat dan penilaian tentang situasi keuangan. Terdapat suatu hubungan antara
sikap keuangan dan tingkat masalah keuangan. Dengan demikian dapat dikatakan
23
Menurut Wulandari & Hakim (2015: 4) “Sikap adalah hasil dari proses
psikologis sehingga tidak dapat diamati secara langsung, tetapi harus disimpulkan
dari apa yang dikatakan dan apa yang dilakukan”. Sikap keuangan yang dimiliki
hadapi. Hal ini dikarenakan sikap keuangan akan membantu individu untuk
mengerti apa yang dipercaya terkait hubungan dirinya dengan uang. Sikap
yang diukur dengan tanggapan atas sebuah pernyataan atau opini, sementara
yang berkaitan dengan hal keuangan pribadi, diukur dengan tindakan individu
tersebut.
psikologis seseorang, prinsip dan penilaian terhadap uang yang diterapkan atau
keuangannya yang secara langsung ataupun tidak langsung menjadi faktor untuk
Sikap keuangan yang baik dapat diukur dengan lima komponen dari
kemampuan seseorang menunjukkan:
1. Pola pikir yang baik tentang uang (obsession),
2. Mampu mengontrol situasi keuangan yang dimiliki (effort),
3. Menyesuaikan penggunaan uang terhadap kebutuhan (inadequancy),
4. Tidak ingin menghabiskan uang (retention),
5. Memiliki pandangan luas terhadap uang (securities).
terhadap uang merupakan sudut pandang atau perilaku seorang individu terhadap
Menurut Dew dan Xiao (2011) dalam Herdjiono dan Damanik (2016: 228),
1. Konsumsi (Consumption)
Konsumsi merupakan seluruh pengeluaran yang digunakan untuk
memenuhi kebutuhan yang dapat berwujud barang atau jasa. Pada
dimensi ini perilaku pengelolaan keuangan dapat diukur dari beberapa
indikator, yaitu:
a. Cara seseorang melakukan kegiatan konsumsi sehari-hari.
b. Cara seseorang mempertimbangkan keputusan dalam kegiatan
konsumsi sehari-hari misalnya barang atau jasa apa yang dibeli
serta alasan mengapa seseorang tersebut membelinya.
26
beberapa ahli di atas, maka dimensi dan indikator yang digunakan untuk variabel
sikap keuangan adalah dimensi dan indikator yang dikemukakan oleh Dew dan
Xiao dalam Herdjiono dan Damanik (2016: 228). antara lain: Konsumsi,
Pemilihan dimensi dan indikator tersebut dipilih sesuai dengan kondisi para
pelaku usaha mikro dan diyakini dapat mendukung dan mempunyai peranan besar
tinggi, sedang dan rendah. Kategori tinggi apabila rata-rata sekor lebih dari 80%,
kategori Sedang jika rata-rata skor berada diantara 60%-79%, dan kategori rendah
mendapatkan akses kredit dari bank atau lembaga keuangan lainya, baik karena
kendala teknis. Dari sisi pengembangan usaha, pelaku UMKM masih memiliki
berskala besar dan beresiko rendah”. Di samping itu Waked (2016) beranggapan
dan pengembangan usaha mikro karena lembaga keuangan formal atau komersial
menganggap jaminan yang diberikan oleh pengusaha mikro tidak layak. Hal ini
dikarenakan keadaan produksi sering kali beresiko dan tidak stabil sehingga dapat
Jika faktor kurangnya pendidikan tersebut tetap ada, maka akses untuk
29
ditingkatkan.
dana untuk investasi atau kerjasama dalam bidang permodalan antara koperasi
pembiayaan itu untuk melunasi kewajibannya. Dengan kata lain, salah satu tugas
Menurut Rivai (2010: 98) tujuan akses keuangan ada dua yaitu tujuan akses
produk dan layanan keuangan formal. Data yang dapat diandalkan sangat penting
keuangan. Data juga menyediakan titik awal. Beberapa jenis Dimensi untuk
mengukur akses keuangan menurut Soetiono & Setiawan (2018: 58) antara lain:
diperlukan sebuah ukuran kinerja. Menurut penelitian Dahar, Yanti & Rahmi.
(2019: 121) Dimensi dalam pengembangan akses keuangan antara lain adalah:
1. Ketersediaan akses
Yaitu faktor yang digunakan dalam mengukur kemampuan penggunaan
dari jasa keuangan agar dapat melihat potensi hal-hal yang menjadi
hambatan dalam membuka ataupun menggunakan rekening bank,
seperti bentuk fisik layanan keuangan baik Kantor bank, ATM dan lain-
lain.
2. Penggunaan
Yaitu faktor yang digunakan untuk mengukur penggunaan produk
maupun jasa keuangan seperti frekuensi, waktu penggunaan dan
keteraturanmengetahui ketersediaan jasa dan produk keuangan telah
memnuhi kebutuhan pelanggan.
3. Kualitas
Yaitu faktor yang digunakan untuk mengetahui ketersediaan jasa dan
produk keuangan telah memnuhi kebutuhan pelanggan.
4. Kesejahteraan
Yaitu faktor yang digunakan dalam mengukur dampak dari layanan
keuangan terhadap pengguna jasa.
Dalam penelitian ini dimensi yang digunakan untuk mengukur tingkat
Akses keuangan berdasarkan Soetiono & Setiawan (2018: 58), yaitu Akses,
Penggunaan dan Kualitas. Pemilihan dimensi dan indikator tersebut dipilih sesuai
dengan kondisi para pelaku usaha mikro dan diyakini dapat mendukung dan
menjadi tiga kategori yakni, tinggi, sedang dan rendah. Kategori tinggi apabila
rata-rata sekor lebih dari 80%, kategori Sedang jika rata-rata skor berada diantara
60%-79%, dan kategori rendah menunjukkan apabila rata-rata skor yang diperoleh
2.1.2.4 UMKM
hal ini dikarenakan dukungan kuat dari pemerintah dalam pengembangan yang
dilakukan kepada para pelaku UMKM, yang mana hal tersebut sangat penting
TABEL 1.1
KRITERIA UMKM
Kriteria
No Usaha
Asset Omzet
1. Usaha Mikro Maks. 50 Juta Maks. 300 Juta
2. Usaha Kecil >50 Juta – 500 Juta >300 Juta – 2.5 Miliar
3. Usaha Menengah >500 Juta – 10 Miliar >2.5 Miliar – 50 Miliar
Sumber: UU 20/2008: 2022
menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari Usaha Menengah
atau Usaha Besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana
dimaksud dalam UU tersebut.
Kriteria Usaha Kecil adalah sebagai berikut:
a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000,00 (lima puluh juta
rupiah) sampai dengan paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta
rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha;
b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000,00 (tiga ratus
juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp2.500.000.000,00 (dua
miliar lima ratus juta rupiah).
3. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan
anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau
menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil
atau Usaha Besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan
tahunan sebagaimana diatur dalam UU tersebut.
Kriteria Usaha Menengah adalah sebagai berikut:
a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp500.000.000,00 (lima ratus juta
rupiah) sampai dengan paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh
miliar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha;
b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 2.500.000.000 (dua
miliar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp
50.000.000.000 (lima puluh miliar rupiah).
(UMKM) adalah unit usaha produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh
orang perorangan atau Badan Usaha disemua sektor ekonomi”. Indonesia sebagai
ekonomi.
Dalam penelitian ini pada Usaha Mikro di Desa Binangun Kota Banjar
karena memiliki karakteristik informal, yaitu usaha yang dicirikan hanya memiliki
1 sampai 5 tenaga kerja, Kekayaan bersih usaha mikro paling banyak Rp50 juta
(tidak termasuk tanah dan bangunan), Penjualan pertahunnya tidak lebih dari Rp.
34
300 juta, tidak adanya sistem pencatatan keuangan, dijalankan dengan modal yang
terbatas dan keahlian yang terbatas. Salah satu upaya untuk meningkatkan kinerja
Usaha Mikro adalah menjalin kemitraan dengan perusahaan yang lebih besar
2. 2 Kerangka Pemikiran
kadang disebut juga dengan kerangka konsep, kerangka teoritis atau model teoritis
gambaran dari berbagai teori yang terdapat dalam tinjauan pustaka, yang
merupakan skema sistematis dari kinerja teori dalam menyampaikan solusi atau
pendanaan dari pihak bank/lembaga keuangan yang lain dalam jumlah tertentu,
jangka waktu tertentu dan dengan tingkat suku bunga tertentu. Menurut Coad &
mencapai tujuan”.
Menurut Soetiono & Setiawan (2018: 58) dimensi yang sering digunakan dalam
a. Akses
b. Penggunaan
c. Kualitas.
Pada saat ini para pelaku usaha seharusnya sudah mulai memikirkan
khususnya bagi para pelaku usaha mikro yang ada di Desa Binangun Kota Banjar.
Sumber modal hanya didominasi oleh modal sendiri dan masih sedikit sekali
modal yang diperoleh dari pihak lain maupun dari perbankan. Rendahnya tingkat
literasi keuangan dan sikap keuangan pelaku UMKM menjadi salah satu penyebab
minimnya akses lembaga keuangan terhadap sektor tersebut. Para pelaku usaha
harus memiliki kemampuan dalam hal literasi keuangan dan sikap keuangan untuk
Dalam proses literasi keuangan ada beberapa hal yang saling terikat,
menurut Nababan dan Sadalia (2012: 15) ada 5 dimensi dalam proses literasi
keuangan, yakni:
Sikap keuangan dianggap sebagai salah satu konsep penting dalam keuangan.
Sikap keuangan didefinisikan sebagai pola pikir, opini dan penilaian tentang
variabek ini, yaitu arah melawan keuangan pribadi, filosofi hutang, keamanan
sebuah pertanyaan atau opini. Sikap keuangan sendiri memiliki 4 dimensi yang
diantaranya adalah
a. Konsumsi
d. Manajemen Utang.
Menurut Dew dan Xiao dalam Herdjiono dan Damanik (2016: 226)
terkait manajemen keuangan juga akan lebih baik”. Sikap keuangan akan
37
seseorang akan lebih baik pula dalam pengambilan keputusan terkait manajemen
keuangannya.
financial yang lapang maka hendak pengaruhi sikap terhadap financial, setelah itu
keuangannya”.
pemahaman yang baik tentang keuangan dan sikap seseorang dalam mengelola
keuangan akan berdampak pada akses keuangan yang dimiliki seseorang. Dalam
hal ini berupa literasi keuangan dan sikap keuangan dalam mendapatkan akses
timbul akibat adanya Literasi keuangan dan Sikap keuangan sehingga seseorang
GAMBAR 2.1
KERANGKA PEMIKIRAN
2. 3 Hipotesis
sementara, karena jawaban sementara yang diberikan baru didasarkan pada teori
pengumpulan data. Jadi hipotesis juga dapat dikatakan sebagai jawaban teoritis