Anda di halaman 1dari 37

MAKALAH

“PANCASILA SEBAGAI DASAR NILAIPENGEMBANGAN ILMU"

NAMA KELOMPOK:

1. Adinda T.R. Sinlaeloe (33123016)


2. Angelina Aldensia Bernoli (33123027)
3. Kristiani(33123066)
4. Faryen .J.W Here(33123075)
5. Marianus Tito(33123086)
6. Arfiandi S Gandur(33123045)
7. Christin Neka (33123063)

FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS

PRODI: AKUNTANSI

KELAS:A & B
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karenatelah melimpahkan
rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehinggamakalah ini bisa selesai pada
waktunya. Shalawat serta salam juga penulissampaikan kepada junjungan Nabi Besar
Muhammad SAW., serta sahabat dankeluarganya, dan sampai kepada kita semua yang masih
konsekuen terhadapajaran yang ditinggalkan oleh Beliau.Ucapan terima kasih juga
disampaikan kepada Dosen mata kuliahPancasila, orang tua tercinta, serta teman-teman yang
telah berkontribusimemberikan ide-idenya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini
dalamrangka melengkapi tugas dari mata kuliah Materi Pancasila "Pancasila SebagaiDasar
Nilai Pengembangan Ilmu".Kami berharap semoga makalah ini dapat menambah
pengetahuan
para pembaca.Namunterlepasdariitu,kamimemahamibahwamakalahinimasih jauhdarikatasem
purna,sehinggakamisangatmengharapkankritiksertasaranyang bersifat membangun demi
terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baiklagi.

kupang, 05 Oktober 2023

kelompok 5
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

1.2. Rumusan Masalah

1.3. Tujuan Penulisan Makalah

1.4. Manfaat Penulisan Makalah

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pancasila Sebagai Dasar Nilai Pengembangan Ilmu

2.2. Definisi Ilmu Pengetahuan.

2.3. Pengertian Ilmu dalam Perspektif Historis

2.4. Aspek Penting dalam Ilmu Pengetahuan

2.5. Pilar-Pilar Penyangga bagi Eksistensi Ilmu Pengetahuan

2.6. Penerapan Nilai Ketuhanan sebagai Dasar Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi (IPTEK)

2.7. Penerapan Nilai Kemanusiaan sebagai Dasar Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi (IPTEK)

2.8. Penerapan Nilai Persatuan sebagai Dasar Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi (IPTEK)

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Sebagai bangsa yang merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945,


bangsaIndonesia tidak terlepas dari dasar Negara yaitu
Pancasila. Pancasila adalah dasarfilsafat negara Republik Indonesia
yang secara resmi disetujui pada tanggal 18Agustus 1945 dan
tercantum dalam Pembukaan UUD 1945, diundangkan dalamBerita
Republik Indonesia tahun II No.7 bersama-sama dengan batang
tubuhUUD 1945. Bangsa Indonesia telah menemukan jati dirinya,
yang ada di dalamyatersimpul cirri khas, sifat, dan karakter bangsa
yang berbeda dengan bangsa lain,yang oleh para pendiri negara kita
dirumuskan dalam suatu rumusan yangsederhana namun
mendalam.Berdasarkan fakta tujuan secara historis kehidupan bangsa
Indonesia tidakdapat dipisahkan dengan nilai-nilai Pancasila. Atas
dasar inilah maka sangat bagi yang
pentingparagenerasipenerusbangsa terutamakalangan
intelektualkampusuntuk mengkaji, memahami, dan mengembangkan
berdasarkan pendekatanilmiah, yang pada gilirannya akan memiliki
suatu kesadaran serta wawasanpersahabatan yang kuat berdasarkan
nilai-nilai yang dimilikinya sendiri. Intelektualkampus yaitu
mahasiswa yang selalu berusaha untuk mendapatkan ilmu
yangnantinya dapat bermanfaat bagi masyarakat dan bangsa
Indonesia.Tidak hanya mendapatkan ilmu, namun seorang pelajar
juga
harus berusahauntukdapatmengembangkanilmutersebut.Banyaksekali
sudut pandang atau pedoman yang dapat digunakan
dalammengembangkan ilmu, tetapisebagai pelajar dan warga negara
Republik Indonesia diharapkan mampumengembangkan ilmu serta
memahami, menganalisis, dan menjawab masalah-masalah yang
dihadapi oleh masyarakat bangsanya secara berkesinambungan
dankonsisten berdasarkan nilai-nilai Pancasila sebagai dasarnya
sehingga sesuaidengan cita-cita dan tujuan bangsa Indonesia.

1.2. Rumusan Masalah

A .Mengapa Pancasila menjadi dasar pengembangan ilmu?


B .Apakah definisi Ilmu Pengetahuan ?
C. Apa persyaratan pengetahuan dapat meningkat menjadi ilmu ?
D. Apa pengertian ilmu dalam perspektif historis?
E. Apa saja aspek penting dalam ilmu pengetahuan?
F. Apa saja pilar-pilar penyangga bagi eksistensi ilmu pengetahuan ?
G. Bagaimana penerapan nilai ketuhanan sebagai dasar
IlmuPengetahuan dan Teknologi IPTEK ?
H. Bagaimana penerapan nilai kemanusiaan sebagai dasar
pengembanganIlmu Pengetahuan dan Teknologi IPTEK
I. Bagaimana penerapan nilai persatuan sebagai dasar pengembangan
IlmuPengetahuan dan Teknologi IPTEK ?
J. Apakah pengaruh dari nilai kerakyatan sebagai dasar
pengembangan IlmuPengetahuan dan Teknologi (IPTEK)?
K. Apakah manfaat dari nilai keadilan sebagai dasar pengembangan
lmuPengetahuan dan Teknologi (IPTEK)?
L. aku.Apakah pengaruh teknologi terhadap ideologi Pancasila?
M. Apa yang dimaksud dengan Pancasila sebagai Paradigma Ilmu
Pengetahuan?
N. Apa yang mengartikan Pancasila sebagai Genetivus Objectivus
danGenetivus Subjektivus?
1.3. Tujuan Penulisan Makalah

A.Untuk mengetahui pancasila sebagai dasar nilai pengembangan


ilmu.
B.Untuk mengetahui definisi Ilmu Pengetahuan danTeknologi
(IPTEK).
C.Untuk mengetahui persyaratan pengetahuan dalam meningkatkan
ilmu pengetahuan.
D.Untuk mengetahui pengertian ilmu dalam perspektif sejarah.
E.Untuk mengetahui aspek penting dalam ilmupengetahuan.
F.Untuk mengetahui pilar-pilar penyangga bagi eksistensi
ilmu pengetahuan.
G.Untuk mengetahui penerapan nilai ketuhanan sebagai
dasar pengembangan Ilmu Peng etahuan dan Teknologi (IPT EK).
H.Untuk mengetahui penerapan nilai kemanusiaan sebagai
dasar pengembangan Ilmu Peng etahuan dan Teknologi
(IPT EK).Saya.
I.Untuk mengetahui penerapan nilai persatuan sebagai dasar
pengembanganIlmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK).
J.Untuk mengetahui penerapan nilai kerakyatan sebagai
dasar pengembangan Ilmu Peng etahuan dan Teknologi (IPT EK).
K.Untuk mengetahui penerapan nilai keadilan sebagai dasar
pengembanganIlmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK).aku.
L.Untuk mengetahui pengaruh teknologi terhadap ideologi Pancasila.
M.Untuk mengetahui Pancasila sebagai paradigma ilmu pengetahuan.
N.Untuk mengetahui Pancasila sebagai Genetivus objectivus dan
GenetivusSubjektivus.

1.4. Manfaat Penulisan Makalah


A.Bagi PembacaDapat mengetahui Pancasila sebagai dasar nilai
pengembangan ilmusehingga dapat ilmu pengetahuan, teknologi, dan
seni berkembangdengan penuh rasa tanggung jawab dan bermoral.
B.Bagi PenulisDapat mengetahui cara memecahkan berbagai masalah
dalam hidup
bermasyarakat,berbangsadanbernegaradenganmenerapkandanmengem
bangkan ilmu berlandaskan nilai-nilai Pancasila.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pancasila Sebagai Dasar NilaiPengembang dan Ilmu

Dalam upaya manusia mewujudkan kesejahteraan dan peningkatan


harkatdan martabatnya maka manusia mengembangkan ilmu
pengetahuan danteknologi. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Iptek)
pada hakikatnya merupakansuatu hasil kreativitas spiritual manusia.
Unsur jiwa (rohani) manusia meliputi aspekakal, rasa, dan
kemauan. Akal merupakan potensi spiritual manusia di
dalamnyahubungan dengan intelektualitas, rasa dalam bidang estetika,
dan kemauan
dalam bidangmoral(etika).Atasdasarkreativitasakalnyamanusiamenge
mbangkaniptek dalam rangka untuk mengolah kekayaan alam yang
disediakan oleh Tuhanyang Maha Esa. Oleh karena itu tujuan penting
dari Iptek adalah demikesejahteraan umat manusia, sehingga Iptek
pada hakikatnya tidak bebas nilainamun terikat oleh nilai. Dalam
masalah ini Pancasila telah memberikan dasarnilai-nilai bagi
pengembangan Iptek demi kesejahteraan hidup
manusia.Pengembangan Iptek sebagai hasil budaya manusia harus
didasarkan pada moralKetuhanan dan kemanusiaan yang adil dan
beradab. Pancasila yang sila-silanyamerupakan suatu kesatuan yang
sistematis haruslah menjadi sistem etika pengembangan IPTEK.

Pancasila sebagai filsafatilmu harus mengandung nilai ganda, yaitu:


1.Harus memberikan landasan teoritik (dan normatif) bagi
penguasaan dan pengembangan iptek dan menetapkan tujuan
2.Memiliki nilai instrinsik tujuan iptek yang selamanya dilandasi oleh
nilaikepribadian mental dan moral manusia. Nilai-nilai kualitatif dan
normatifsecara kategoris harus terkandung dalam ajaran
filsafat. Kualitas dan identitasnilai mental dan kepribadian manusia
senantiasa berhubungan dengan nilaifilsafat dan atau agama

Kedudukan filsafat ilmu harus berasaskan kerokhanian dari sistem


keilmuan
dan pengembangannya.Fungsimentaldanmoralkepribadianmanusiadal
amimplementasi iptek merupakan kriteria yang signifikan suatu
keilmuan. Keilmuanharus berorientasi praktis untuk kepentingan
bangsa. Selain itu, kebenaran yagdianut epistomologis Pancasila
prinsip kebenaran eksistensial dalam rangkamewujudkan harmoni
maksimal yang sesuai taraf-taraf fisiokismis, biotik, psikis,dan
manusia dalam rangka acuan norma ontologis transedental. Dengan
pendekatan pencerdasan kehidupan bangsa,epsitomologis
Pancasilabersifatterbuka
terhadap berbagaialiranfilsafatdunia(Dimyati,2006).Teknologitelahme
rambah berbagai bidangdanmempengaruhi sendi-sendikehidupan
manusiabahkannyaris tidak terlihatmenggoyahkan ekstensi kodrat
manusia itu sendiri,contohnya anak-anak yang permainannya
serbateknologi,merekatidaksadardenganhaltersebutmembuatmereka
menjadi manusia individualis dan masih banyak lagi persoalan
yanglain.Masalah keilmuan dalam era milenium ketiga ini tidak
terlepas darisejarah perkembangan ilmu pada masa- masa
sebelumnya.dari sini problematikakeilmuan dapat segera diantisipasi
dengan merumuskan kerangka dasar nilai bagi ilmu
pengembangan.Kerangdasarnilaiiniharusmenggambarkan ssuatu
tempatsuatusistem filosofi kehidupan yang dijadikan prinsip
kehidupan masyarakat yangsudah mengakar dan membudaya dalam
kehidupan masyarakat indonesia,yaitunilai-nilai pancasila.

2.2. Definisi IlmuPengetahuan.

Manusia sebagai makhluk jasmani rohani sebagai makhluk Tuhan


yangMaha E sa sekaligus individu dan makhlu k begitu sial,
pada hakikatnyasebagaimakhluk homo sapiensmakhluk yang berakal
di samping berasa
dan berkehendak.Sebagaimakhlukyangberakal,manusiamemilikikema
mpuanintelektual yang mampu menghasilkan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
Pengetahuan (pengetahuan) berbeda dengan ilmu
( sains). Sedangkanistilah ilmu pengetahuan merupakan terjemahan
dari
Sains itu sendiri. Setiapilmu adalah pengetahuan, tetapi tidak setiap
pengetahuan adalah ilmu.Pengetahuan adalah apa yang diketahui oleh
manusia atau hasil pekerjaan manusia
menjadi tahu. Ilmu berada pada tingkat atas pengetahuan. Ilmu bukan
sekedar pengetahuan,
tetapimerangkumsekelompokpengetahuanbdidasariteori-teoriyang
disepakati dan diperoleh secara sistematik diuji dengan
kumpulanmetode yang diakui dalam bidang ilmu tertentu.Ilmu
pengetahuan dan teknologi adalah unsur-unsur yang pokok
dalamKebudayaan manusia, dalam dunia ilmu pengetahuan terdapat
dua pandanganyang berbeda yaitu
(1) pendapat yang menyatakan bahwa ilmu pengetahuan itu bebas
nilai, artinya tidak ada angkut pautnya dengan moral, dengan etika,
dengankemanusiaan, dengan ketuhanan.
(2) pendapat kedua menyatakan bahwa ilmu pengetahuan tentang
hakikatnya untuk kesejahteraanumat manusia. Oleh karena itu,ilmu
pengetahuan adalah ikatan nilai yaitu nilai moral,
Nilai kemanusian nilai keagamaan Bagi Pancasila ilmu pengetahuan
itu berketuhanan yang Maha Esa, berkemanusiaan, berpersatuan,
berkerakyatan, dan beradilan.

Maka dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi


harusdilandasi moral, etika serta nilai-nilai keagamaan

Dengan kata lain ilmu pengetahuan harus dilandasi etika ilmiah dan
yang pagar penting dalam etika ilmiahnya adalah tentang kehidupan
mati orang banyak, masa depan, hak-hakmanusia dan kehidupan
lingkungan. Hal-hal yang perlu ditekankan adalah sebagai berikut:
1.Risiko percobaan dan penggunaan ilmu pengetahuan dan teknologi
2.kemungkinannya
3.Kompatibilitas dengan moral yang berlaku
4.Terganggunya sumber daya dan pemerataannya
5.Hak individu untuk memilih sesuatu sesuai dengan dirinyaAda
beberapa persyaratan pengetahuan dapat meningkat menjadi
ilmu.Sifat Ilmiah sebagai persyaratan ilmu banyak mempengaruhi
paradigma ilmu-ilmualam yang telah ada lebih dulu. Persyaratannya
sebagai berikut.
A.Obyektif. Ilmu harus memiliki objek kajian yang terdiri atas satu
kelompokmasala hang sama sifat hakikatnya, bentuknya tampak dari
luar maupundari dalam.
B.Metodis adalah supaya upaya-upaa yang dilakukan untuk
meminimalkankemungkinan terjadinya penyimpangan dalam mencari
kebenaran.
C.Sistematis. Ilmu harus terumuskan dan terurai dalam hubungan
yangteratur dan logis sehingga membentuk suatu sistem yang berarti
secarautuh, menyeluruh, terpadu, dan mampu menjelaskan rangkaian
sebab akibatakibat sekitar objeknya.
D.Universal. Kebenaran yang ingin dicapai adalah kebenaran
yanguniversal yang bersifat umum (tidak bersifat tertentu).

2.3. Pengertian Ilmu dalam Perspektif Historis


Ilmu pengetahuan berkembang melangkah secara
bertahapmenurutdekaden waktu dan menciptakan jamannya, dimulai
darijaman Yunani Kuno,Abad pertengahan, Abad Modern, sampai
Abad Kontemporer.
Masa Yunani Kuno (abad ke 6 SM – 6 M) saat ilmu pengetahuan
lahir,kedudukan ilmu pengetahuan identik dengan filsafat yang
memiliki corak mitologi.Alam dengan berbagai aturannya dijelaskan
secara teogoni, bahwa ada peranannya paradewayangmerupakantidak
yakinpenentusemuanyasesuatuyangada.Bagaimanapun corak mitologi
ini telah mendorong upaya manusia terusMenembus lebih jauh dunia
gejala, untuk mengetahui adanya sesuatu yangesa, tetap, dan abadi, di
balik yang bhinneka, berubah dan sementara.

Memasuki Abad Pertengahan (abad ke-5 M), pasca filsafat


AristotelesYunani Kuno menjadi ajaran praktis, bahkan mistis, yaitu
sebagaimana diajarkanoleh Stoa, Epicuri, dan Plotinus. Semua hal
tersebut bersamaan dengan pudarnyakekuasaan Romawi yang
menandakan akan datangnya tahapan baru, yaitufilsafat yang harus
mengabdi kepada agama (Ancilla Theologiae).

Selanjutnya Abad Modern (abad ke 18-19 M) dengan dipelopori


olehgerakan. Renaissance di abad ke 15 dan dimatangkan oleh
gerakan Aufklaerung di
abad ke-18, melalui langkah-langkah revolusionernya filsafat
memasuki tahap baru atau modern. Kepeloporan revolusioneryang
telah dilakukan oleh anak-anakRenaissance dan Aufklaerung seperti:
Copernicus, Galileo Galilei, Kepler,Descartes dan Immanuel Kant,
telah memberikan kesan yang sangat luas danmendalam. Di satu
pihak otonomi beserta segala kebebasannya telah dimilikikembali
oleh umat manusia, sedang di pihak lain manusia kemudian
mengarahkankehidupan ke dunia sekuler, yaitu suatu kehidupan
seumur hidup dari kedudukannyayang semula merupakan koloni dan
subkoloni agama dan gereja. Agama yangsemula master dan
manunggal dengan filosofi segera ditinggalkan olehfilsafat. Masing-
masing berdiri mandiri dan berkembang menurut dasar dan
arah berpikir sendiri (Koento Wibisono, 198 5)

Revolusi ilmu pengetahuan memasuki Abad Kontemporer (abad ke-


20-sekarang) berkat teori relativitas Einstein yang telahmerombak
filsafat Newton(semula sudah mapan) di samping teori kuantumny a
yang telahmengubah persepsiduniailmutentangsifat-
sifatdasardanperilakumaterijadirupa sehingga para pakar dapat
melanjutkan penelitian-penelitiannya, dan berhasilmengembangkan
ilmu-ilmu dasar seperti: astronomi, fisika, kimia, biologimolekuler,
hasilnya seperti yang dapat dinikmati oleh manusia sekarang
ini(Sutardjo,1982).

Ilmupengetahuan dalamperkembangannya dewasa ini dan anak-


anakkandungannya, yaitu teknologi bukan sekedar sarana bagi
kehidupan umat manusia.Iptek kini telah menjadi sesuatu yang
substansial, bagian dari harga diri (prestise)dan mitos,
Anda akan menjamin kelangsungan hidup suatubangsa,perairan(pras
yarat) untukmencapai kemajuan (kemajuan) dan kedigdayaan(kekuat
an)yang dibutuhkan dalam hubungan antar sesama bangsa. Dalam
kedudukannyasecara substansif tersebut, Iptek telah menyentuh
seluruh segi dan sendi kehidupansecara ekstensif, dan bergantian
pada mengubah budaya manusia secara intens.Fenomena perubahan
tersebut tercermin dalam masyarakat kita yang dewasa inisedang

mengalami masa transisi secara simultan, yaitu:

1.Masa transisi masyarakat berbudaya agraris-tradisional


menujumasyarakat dengan budaya industri modern. Dalam masa
transisi
ini peranmitosmulaidiambilaliholehlogo(akalpikir).Bukanlagimelalui
kekuatan kosmis yang secara mitologis dianggap
sebagai penguasaalamsekitar,melainkanbernyanyimasuk
akalpikirdengankekuatan penalarannya yang handaldijadikan
kerangka acuan untuk diprediksidan mengatur kehidupan. Pandangan
mengenai ruang dan waktu, etoskerja, kaedah-
kaedah normatifyangsemulamenjadipanutan, bergesermencariformatb
aruyangdibutuhkanuntukmelayanimasyarakat yang berkembang
menuju masyarakat industri.

Filsafat “sesama bus kota tidak boleh saling mendahului” tidak


berlaku
lagi. Saat ini yang dituntut adalah prestasi, siap pakai,
keunggulankompetitif, efisien dan produktif-inovatif-kreatif.
2.Masa transisi budaya etnis-kedaerahan menuju budaya
nasionalkebangsaan. Puncak-puncak kebudayaan daerah mencair
secarakonvergen menujusatu
kesatuan pranata kebudayaan demi tegak-kokohnya suatu negara
kebangsaan (nation state) yang berwilayah dariSabang sampai
Merauke.
3.Struktur Penataanpemerintahan, sistem pendid ikan,
pen anaman nilai-nilai etik dan moral secara intensif merupakan
upaya serius untukmembina dan mengembangkan jati diri sebagai
satu kesatuan bangsa.
4.Masatransisibudayanasional - kebangsaanmenuju budayaglobal -
mondial. Visi, orientasi, dan persepsi mengenai nilai-nilaiuniversal
seperti hak asasi, demokrasi, keadilan, kebebasan, masalahlingkungan
dilepaskan dalam ikatan fanatisme primordial kesukuan,kebangsaan
ataupun keagamaan, kini mendorong menuju ke kesadaranmondial
dalam satu kesatuan sintesis yang lebih konkrit dalam
tataranoperasional.
5.Batas-batas sempit menjadi terbuka, eklektis, namun tetap
mentoleransiadanya pluriformitas yang digerakkan oleh paham post-
modernisme

10Implikasi globalisasi menunjukkan pula berkembangnya suatu


standarisasiyang sama dalam kehidupan di berbagai bidang. Negara
atau pemerintahan diapapun terlepas dari sistmereka ideologi
atausistem sosialyangdimilikinya. Nyatalahbahwaberlakuglobalisasim
enjadisemakinkompleks,karenamasyarakat hidup dengan standar
ganda. Di satu pihak sementara orang inginmempertahankan nilai-
nilai budaya lama yang diimprovisasikan untuk
melayani perkembanganbaruyangkemudiandisebutsebagailahirnyabud
ayapengamplasan(sub-budaya), sedang dipihak lainmuncul tindakan-
tindakan yangbersifatmelawanterhadapperubahan-perubahan yang dir
asakan sebagai penyebabkegerahan dan keresahan dari mereka yang
merasa dipinggirkan, tergeser dantergusur dari tempat ke tempat, dari
waktu ke waktu, yang disebut sebagai budayatandingan (tandingan
budaya).

2.4. Aspek Penting dalam IlmuPengetauan


Melalui kajian historis tersebut yang pada hakekatnya
pemahamantentang sejarah kelahiran dan perkembangan ilmu
pengetahuan, dapatdikonstatasikan bahwa ilmu pengetahuan itu
mengandung dua aspek, yaituaspek fenomenal dan aspek
struktural.Aspek fenomenal menunjukkan bahwa ilmu
pengetahuanmewujudkan / mewujudkan dalam bentuk masyarakat,
proses, dan produk. Sebagai masyarakat, ilmu pengetahuan
menampakkan dirisebagaisuatu masyarakat atau kelompok elit yang
dalam kehidupan kesehariannya begitumematuhikaedah-
kaedahilmiahyangmenurutparadigmaMertondisebut universalisme, ko
munalisme, danskeptisisme yangteraturdanterarah.Sebagai proses,
ilmu pengetahuan menampakkan diri sebagaiaktivitas atau kegiatan
kelompok elit tersebut dalam upayanya untukmenggali dan
mengembangkan ilmu melalui penelitian, eksperimen,ekspedisi,
seminar, kongres. Sedangkan sebagai produk, ilmu
pengetahuanmenampakkan diri sebagai hasil kegiatan kelompok elit
tadi berupa teori,ajaran, paradigma, temuan-temuan lain sebagaimana
disebarluaskan.

melalui karya-karya publikasi yang kemudian diwariskan


kepada masyarakat dunia.
Aspek struktural menunjukkan bahwa ilmu pengetahuan di
dalamnya terdapat unsur- unsur sebagai berikut:

1. Sasaran yang dijadikan obyek untuk diketahui


(Gegenstand);
2. Obyek sasaran ini terus-menerus dipertanyakan dengan
suatu cara (metode) tertentu tanpa mengenal titik henti.
Suatu paradoks bahwa ilmu pengetahuan yang akan
terus berkembang justru muncul permasalahan -
permasalahan baru yang mendorong untuk terus menerus
mempertanyakannya.
3. Ada alasan dan motivasi mengapa gegenstand itu terus-
menerus dipertanyakan.
4. Jawaban-jawaban yang diperoleh kemudian disusun
dalam suatu kesatuan sistem (Koento Wibisono, 1985).
Dengan Renaissance dan Aufklaerung ini, mentalitas
manusia Barat mempercayai akan kemampuan rasio yang
menjadikan mereka optimis, bahwa segala sesuatu dapat
diketahui, diramalkan, dan dikuasai. Melalui optimisme ini,
mereka selalu berpetualang untuk melakukan penelitian secara
kreatif dan inovatif.
Ciri khas yang terkandung dalam ilmu pengetahuan adalah rasional,
antroposentris dan cenderung sekuler, dengan suatu etos kebebasan.
Konsekuensi yang timbul adalah dampak positif dan negatif. Positif
dalam arti kemajuan ilmu pengetahuan telah mendorong kehidupan
manusia ke suatu kemjuan dengan teknologi yang di kembangkan dan
telah menghasilkan kemudahan-kemudahan yang semakin canggih
bagi uapaya manusia untuk meningkatkan kemakmuran hidupnya
secra fisik maupun material. Negatifdalam arti ilmu pengetahuan telah
mendorong berkembangnya arogansi ilmiah dengan menjauhi nilai-
nilai agama, eika, yang akibatnya dapat menghancurkan kehidupan
manusia sendiri.

Akhirnya, tidak dpat di pungkiri ilmu pengetahuan dan


teknologi telah mempunyai kedudukan substantif dalam
kehidupan manusia saat ini.
Sedangkan di dalam Islam, ada 6 aspek penting dalam
pendidikan yaitu:
1. Aspek pendidikan ketuhanan, menjadi aspek pertama dan
aspek dasar pendidikan dalam Islam. Dengan mengenal
Allah Swt. sebagai Tuhan dan Pencipta, pribadi manusia
dapat menyadari bahwa segala yang dipelajari adalah
ciptaan-Nya. Dengan bekal itu pula, dalam proses
mempelajari ilmu pengetahuan dan menguak fenoma alam,
bukan kesombongan yang muncul dalam diri, melainkan
kesadaran akan kebesaran-Nya serta kedekatan kita dengan-
Nya.
2. Aspek pendidikan akhlak, termasuk dalam aspek penting
pendidikan dalam Islam. Kasus korupsi ataupun tindak
kejahatan sosial yang terjadi sekarang, Akhlak yang baik
akan mencerminkan pribadi akan selalu melakukan segala
sesuatu dengan batas-batas yang sesuai ajaran Islam dan jauh
dari perbuatan yang merugikan orang lain. Hal ini sesuai
dengan tujuan pendidikan yang salah satunya membentuk
hubungan yang harmonis antara sesama. Tanpa akhlak, ilmu
pengetahuan dan potensi diri dapat digunakan untuk
melakukan tindakan yang merugikan masyarakat.
3. Aspek pendidikan akal dan ilmu pengetahuan, menjadi aspek
yang tidak terpisahkan dalam dunia pendidikan. Dalam
proses belajar mengajar, pendidik maupun anak didik
berkutat dalam diskusi untuk memahami ilmu pengetahuan.
Aspek ini berhubungan dengan kesuksesan di dunia profesi.
Dengan akal dan ilmu pengetahuan, potensi diri untuk
berkembang dan berprestasi dalam dunia profesi tertentu
dapat dicapai.
Aspek pendidikan fisik, berhubungan dengan potensi jasmani.
Dengan fisik yang sehat, potensi diri untuk melakukan berbagai
aktivitas dan kegiatan belajar mengajar dapat berjalan lancar. Adanya
mata ajar

4. olahraga, bahkan kompetisi dalam bidang olahraga, menjadi salah


satu media pemenuhan aspek ini.
5. Aspek pendidikan kejiwaan, menjadi salah satu aspek yang harus
dipenuhi dalam pendidikan. Terdapat kata-kata bijak yang sangat
familiar dan menunjukkan pentingnya aspek pendidikan kejiwaan,
yaitu, “Di dalam tubuh yang kuat, terdapat jiwa yang sehat.” Tidak
bisa dipungkiri bahwa pikiran positif dan semangat muncul dari
jiwa sehat yang dapat dipentuk dalam proses belajar mengajar.
6. Aspek pendidikan keindahan, tidak hanya terbatas pada sesuatu
yang enak untuk dilihat, tetapi aspek ini juga menjadi salah satu
aspek dalam pendidikan. Jika sahabat Abi Ummi lihat dalam
Alquran yang merupakan sumber berbagai ilmu bagi umat manusia,
keindahan dalam penyampaiannya dapat kita temukan dalam rima
ayat-ayat dalam berbagai surat, seperti Al-Ikhlas, An-Nas, dan Al-
Falaq. Keindahan dalam berbahasa dan bertutur kata menjadi aspek
yang selalu ditunjukkan dalam penyampaian ilmu dari zaman Nabi
Muhammad saw. hingga saat ini.

2.5. Pilar-Pilar Penyangga bagi Eksistensi Ilmu Pengetahuan

Kekuatan bangunan ilmu terletak pada sejumlah


pilar-pilarnya, yaitu pilar ontologi, epistemologi dan aksiologi.
Ketiga pilar tersebut dinamakan pilar-pilar filosofis keilmuan.
Berfungsi sebagai penyangga, penguat, dan bersifat integratif
serta prerequisite / saling mempersyaratkan. Pengembangan
ilmu selalu dihadapkan pada persoalan ontologi, epistemologi
dan aksiologi.
1. Pilar ontologi (ontology)
Selalu menyangkut problematika tentang keberadaan
(eksistensi). Ontologi merupakan ilmu pengetahuan dan ajaran
tentang keberadaan.
a. Aspek kuantitas : Apakah yang ada itu tunggal,
dual atau plural (monisme, dualisme, pluralisme)

b. Aspek kualitas (mutu, sifat) : bagaimana batasan, sifat,


mutu dari sesuatu (mekanisme, teleologisme, vitalisme
dan organisme).
Pengalaman ontologis dapat memberikan landasan bagi
penyusunan asumsi, dasar-dasar teoritis, dan membantu
terciptanya komunikasi interdisipliner dan multidisipliner.
Membantu pemetaan masalah, kenyataan, batas-batas ilmu dan
kemungkinan kombinasi antar ilmu. Misalnya masalah krisis
moneter, tidak dapat hanya ditangani oleh ilmu ekonomi
saja.Ontologi menyadarkan bahwa ada kenyataan lainyang tidak
mampu dijangkau oleh ilmu ekonomi, makaperlu bantuan ilmu
lain seperti politik, sosiologi.

2. Pilar epistemologi (epistemology)


Selalu menyangkut problematika tentang sumber
pengetahuan, sumber kebenaran, cara memperoleh kebenaran,
kriteria kebenaran, proses, sarana, dasar-dasar kebenaran,
sistem, prosedur, danstrategi.
Pengalaman epistemologis dapat memberikan sumbangan
bagi kita:
a. sarana legitimasi bagi ilmu / menentukan keabsahan
disiplin ilmu tertentu;
b. memberi kerangka acuan metodologis pengembangan ilmu;
c. mengembangkan ketrampilan proses;
d. mengembangkan daya kreatif dan inovatif.
3. Pilar aksiologi (axiology)

Selalu berkaitan dengan problematika pertimbangan nilai


(etis, moral, religius) dalam setiap penemuan, penerapan atau
pengembangan ilmu. Pengalaman aksiologis dapat
memberikan dasar dan arah pengembangan ilmu,
mengembangkan etos keilmuan seorang profesional dan
ilmuwan.Landasan pengembangan ilmu secara imperatif
mengacu ketiga pilar filosofis keilmuan tersebut yang bersifat
integratif dan prerequisite.

2.6. Penerapan Nilai Ketuhanan sebagai Dasar Pengembangan


Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)

Mengembangkan ilmu pengetahuan harus tetap menjaga


perimbangan antara rasional dan irasional, perimbangan antara akal,
rasa, dan kehendak. Pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi tidak hanya memikirkan apa yang ditemukan,
dibuktikan, dan diciptakan, tetapi juga harus
mempertimbangkan maksud dan akibatnya apakah merugikan
manusia dan sekitarnya. Sila pertama ini menempatkan manusia
di alam semesta bukan sebagai sentral, melainkan sebagai bagian
yang sistemik dari alam yang diolahnya. Ketuhanan dalam
kerangka Pancasila mencerminkan komitmen etis bangsa
Indonesia untuk menyelenggarakan kehidupan publik-politik yang
berlandaskan nilai-nilai moralitas dan budi pekerti yang lihur.
Ilmu pengetahuan dan teknologi dimanfaatkan untuk
mengamalkan komitmen etis ketuhanan ini. Pancasila harus
didudukkan secara proporsional, bahwa ia bukanlah agama yang
berpretensi mengatur sistemkeyakinan, sistem peribadatan, sistem
norma dan identitas keagamaan dalam ranah privat dan ranah
komunitas agama masing-masing.

2.7. Penerapan Nilai Kemanusiaan sebagai Dasar Pengembangan


Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)

Nilai kemanusiaan memberikan dasar-dasar moralitas bahwa


manusia dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi
haruslah beradab demi kesejahteraan umat manusia. Ilmu
pengetahuan dan teknologi harus diabdikan untuk peningkatan
harkat dan martabat manusia, bukan menjadikan manusia
sebagai makhluk yang angkuh dan sombong akibat memiliki ilmu
pengetahuan dan teknologi dan juga ilmu harus dikembalikan pada
fungsinya semula,yaitu untuk kemanusiaan,tidak hanya untuk
kelompk atau lapisan tertentu.

Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang


berkeadilan harus disertai sikap empati, solidaritas, dan
kepedulian yang merupakan nilai-

nilai manusiawi. Visi kemanusiaan yang adil dan beradab


bisa menjadi panduan bagi proses peradaban yang meliputi
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, serta bernegara, dan dalam
pergaulan antara bangsa.

2.8. Penerapan Nilai Persatuan sebagai Dasar Pengembangan


Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)

Sila persatuan Indonesia, mengkomplementasikan universalia dan


internasionalisme (kemanusiaan) dalam sila-sila lain,sehingga
suprasistem tidak mengabaikan sistem dan subsistem.Soladiritas
dalam subsistem sangat penting untuk kelangsungan keseluruhan
individualitas,tetapi tidak menggangu intekritas.

Pengembangan Iptek diarahkan demi kesejahteraan umat manusia


termasuk di dalamnya kesejahteraan bangsa Indonesia.
Pengembangan Iptek hendaknya dapat mengembangkan rasa
nasionalisme. Kebesaran bangsa serta keluhuran bangsa sebagai
bagian dari umat manusia di dunia.

Sila persatuan Indonesia mengingatkan kita untuk mengembangkan


IPTEK untuk seluruh tanah air dan bangsa secara merata. Selain itu
memberikan kesadaran bahwa rasa nasionalisme bangsa Indonesia
akibat adanya kemajuan IPTEK, dengan IPTEK persatuan dan
kesatuan bangsa dapat berwujud, persaudaraan dan persahabatan antar
daerah dapat terjalin. (T. Jacob, 2000;155)
Contoh persoalan atau kebijakan dari nilai persatuan sebagai dasar
pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) yaitu
adanya media sosial seperti facebook atau twitter yang dapat
menyatukan masyarakat Indonesia untuk membantu warga negara
Indonesia yang membutuhkan bantuan seperti adanya Laskar Sedekah
yang menyalurkan sedekah masyarakat kepada yang berhak untuk
menerima. Selain itu, orang-orang yang sudah bersedekah dapat
mengetahui bentuk kegiatan Laskar Sedekah melalui akun media
sosial yang mengunggah foto-foto penerima sedekah. Manfaat lainnya
dari penerapan nilai persatuan sebagai dasar pengembangan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK

yakni dapat membuat masyarakat Indonesia lebih tanggap,


contohnya jika terjadi bencana alam di suatu daerah seperti kabut asap
maka informasi-informasi lebih cepat meluas dan menyebar.
Sehingga fungsi dari nilai persatuan sebagai dasar pengembangan
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) adalah memperrmudah
mempersatukan masyarakat Indonesia dalam segala urusan.

2.9. Pengaruh Nilai Kerakyatan sebagai Dasar Pengembangan


Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)

Sila Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan


dalam permusyawaratan/perwakilan mendasari pengembangan Iptek
secara demokratis. Artinya setiap ilmuwan haruslah memiliki
kebebasan untuk mengembangkan Iptek. Selain itu, dalam
pengembangan Iptek setiap ilmuwan juga harus menghormati dan
menghargai kebebasan oang lain dan harus memiliki sikap yang
terbuka untuk dikritik, dikaji ulang maupun dibandingkan dengan
penemuan teori lainnya.

Sila kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam


permusyarawatan perwakilan, meminta kita membuka kesempatan
yang sama bagi semua warga untuk dapat mengembangkan IPTEK
dan mengenyam hasilnya sesuai kemampuan dan keperluan masing-
masing, sehingga tidak adanya monopoli IPTEK. (T. Jacob,
2000;155)

Pengaruh nilai Kerakyatan sebagai dasar pengembangan Ilmu


Pengetahuan dan Teknologi (Iptek) adalah meningkatkan kreatifitas
masyarakat Indonesia untuk menghasilkan suatu karya cipta dalam
bidang apapun untuk kesejahteraan warga negara Indonesia. Seorang
penemu muda Ricky Elson contohnya. Beliau dan rekan-rekannya
berhasil menciptakan mobil listrik Indonesia pertama yaitu Tuxuci
kemudian dikaji ulang hingga pada tahun 2013 telah muncul mobil
bertenaga listrik Selo. Pada saat ini Ricky Elson pemuda Indonesia
berusia 33 tahun tengah mengembangkan becak listrik dan
pembangkit listrik tenaga angin di daerah sumba yang menjadi
pembangkit listrik tenaga angin terbaik di dunia.

Dengan selalu berupaya demi kebangkitan Indonesia dan nilai


Kerakyatan sebagai dasar pengembangan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi (Iptek), tangan-tangan ahli anak Indonesia menciptakan
ide-ide kreatif yang menghasilkan intelektual properti. Sila kerakyatan
juga mengimbangi oto dinamika IPTEK berevolusi sendiri dengan
leluasa.Eksperimentasi penerapan dan penyebaran ilmu pengetahuan
harus demokratis dapat di musyawarakan secara perwakilan sejak dari
kebijakan ,penelitian sampai penerapan,

2.10. Penerapan Nilai Keadilan sebagai Dasar Pengembangan


Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)

Sila Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia


mengkomplementasikan pengembangan Iptek haruslah menjaga
keseimbangan keadilan dalam hubungannya dengan dirinya sendiri,
manusia dengan Tuhannya, manusia dengan manusia lain, manusia
dengan masyarakat bangsa dan negara serta manusia dengan alam
lingkungannya (T. Jacob, 1986)
Sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, IPTEK
didasarkan pada keseimbangan keadilan dalam kehidupan
kemanusiaan. (T. Jacob, 2000;156).

Sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia menekankan


ketiga keadilan aristoteles;keadilan distributif,konstributif,dan
komutatif.

Contoh dari sila kelima ini adalah ditemukannya varietas bibit


unggul padi Cilosari dari teknik radiasi. Penemuan ini adalah hasil
buah karya anak bangsa. Diharapkan dalam perkembangan
swasembada pangan ini nantinya akan mensejahterakan rakyat
Indonesia dan memberikan rasa keadilan setelah ditingkatkannya
jumlah produksi sehingga pada perjalanannya rakyat dari berbagai
golongan dapat menikmati beras berkualitas dengan harga yang
terjangkau.

2.11. Pengaruh Teknologi terhadap Ideologi Pancasila

Di zaman sekarang ini, nilai – nilai pancasila dapat dikatakan


menurun, karena kebanyakan masyarakat terutama para remaja yang
banyak menggunakan budaya kebarat baratan dari pada nilai-nilai
pancasila. Misal dari cara berpakaian, banyak remaja- remaja kita
yang berdandan seperti selebritis yang cenderung ke budaya Barat.
Mereka menggunakan pakaian yang minim bahan yang
memperlihatkan bagian tubuh yang seharusnya tidak kelihatan. Pada
hal cara berpakaian tersebut jelas- jelas tidak sesuai dengan
kebudayaan kita. Tak ketinggalan gaya rambut mereka dicat beraneka
warna. Sehingga banyak remaja yang berkarakter seperti orang barat,
misalnya yang sering terjadi sekarang ini, melalaikan kewajiban untuk
beribadah setiap waktunya, kurang menghargai orang tua, keluarga
dan orang lain, juga membiasakan diri dengan hal-hal yang terlarang
semacam narkoba, zat adiktif, seks bebas. Sebenarnya semua itu tidak
ada untungnya melainkan hanya merugikan dirinya sendiri.

Media-media sosial sekarang ini yang seharusnya menjadi hal


positif malah membuat para remaja menggunakannya untuk hal yang
negatif. Contohnya : Facebook, Twitter, Istagram, BBM, dan lain
sebagainya. Yang dimanfaatkan bukan berdampak positif tetapi
berdampak negatif dan menyimpang dari ketentuan nilai-nilai dan
norma didalam pancasila. Contoh, Penipuan yang dilakukan oleh
sekelompok orang untuk kepentingan mereka sendiri. Dari contoh
tersebut sudah jelas bahwa hal itu menyimpang dari norma Agama,
karena melakukan penipuan yang dapat merugikan orang lain dan
yang melakukannya akan berdosa.

Di era globalisasi ini peran pancasila tentulah sangat penting


untuk tetap menjaga eksistensi kepribadian bangsa Indonesia. Karena
dengan adanya globalisasi, batasan batasan diantara negara seakan tak
terlihat, sehingga berbagai kebudayaan asing dapat masuk dengan
mudah ke dalam masyarakat.
Hal ini dapat memberikan dampak positif dan negatif bagi
bangsa Indonesia. Jika kita dapat memfilter dengan baik berbagai hal
yang timbul dari dampak globalisasi tentunya globalisasi itu akan
menjadi hal yang positif karena dapat menambah wawasan dan
mempererat hubungan antar bangsa dan negara di dunia.Tapi jika kita
tidak dapat memfilter dengan baik maka hal-hal negatif dari dampak
globalisasi dapat merusak moral bangsa dan eksistensi kebudayaan
Indonesia.

Perkembangan teknologi yang saat ini berkembang sangat pesat


dalam masyarakat adalah teknologi informasi. Hampir semua orang
sependapat bahwa teknologi informasi telah, sedang dan akan
merubah kehidupan umat manusia dengan menjanjikan cara kerja dan
cara hidup yang lebih efektif, lebih bermanfaat, dan lebih kreatif.
Sebagaimana dua sisi, baik dan buruk, teknologi informasi juga
memiliki hal yang demikian. Sebagai teknologi, kedua sisi tersebut
keberadaanya sangat tergantung pada pemakainya.

Melihat kenyataan dalam masyarakat, sebenarnya bukan


pancasila yang terpengaruh oleh perkembangan teknologi informasi
melainkan masyarakat itu sendiri. Memberi pengaruh baik atau buruk
terhadap pancasila tergantung bagaimana masyarakat sebagai
penganut ideologi pancasila menyikapi perkembangan teknologi
informasi tersebut.
2.12. Pancasila sebagai Paradigma Ilmu Pengetahuan Di
Indonesia

Pancasila sebagai paradigma ilmu pengetahuan adalah


aktualisasi Pancasila di bidang keilmuan selain sebagai panduan etik
pengembangan ilmu. Paradigma adalah pandangan mendasar dari para
ilmuwan tentang apa yang menjadi pokok persoalan suatu cabang
ilmu pengetahuan. Paradigma sebagai alat bantu para ilmuwan dalan
merumuskan apa yang harus dipelajari, apa ang haus dijawab,
bagaimana seharusnya dalam menjawab, dan aturan-aturan bagaimana
yang harus dijalankan dalam mengetahui persoalan tersebut.

Dengan suatu paradigma atau sudut pandang dalam kerangka


acuan tertentu, seorang ilmuwan dapat menjelaskan sekaligus
menjawab suatu masalah dalam ilmu pengetahuan. Pancasila sebagai
paradigma dimaksudkan bahwa Pancasila sebagai system acuan,
kerangka acuan berpikir, pola acuan berpikir atau sebagai system nilai
yang dijadikan landasan, kerangka cara, dan sekaligus kerangka
arah/tujuan bagi yang menyandangnya ( pengembangan ilmu
pengetahuan, pengembangan hukum, supremasi hkum dalam
pengembangan HAM, pengembangan sosial politik, pengembangan
ekonomi, pengembangan kebudayaan bangsa dan pembangunan
pertahanan).
2.13. Pancasila sebagai Genetivus Objectivus dan Genetivus
Subjectivus.

Menempatkan Pancasila sebagai subjek yang memberi penilaian


terhadap segala sesuatu yang menyangkut kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara. Sebagai genetivus subjectivus berarti
mengonsepsi Pancasila sebagai suatu system filsafat dalam arti
praktis dipandang sebagai produk dan pandangan hidup, dalam arti
praktis. Sebagai genetivus objectivus berarti Pancasila berkedudukan
sebagai objek yang dapat dikaji secara ilmiah dengan menggunakan
kerangka berpikir teoritis barat.

Sebagai genetivus objectivus, nilai-nilai Pancasila dijadikan


objek material dalam telaah filsafat. Nilai-nilai Pancasila bida dikaji
secara teoritis akademik menurut sudut pandang aliran-aliran filsafat
tertentu. Sebagai genetivus subjectivus, Pancasila dijadikan subjek
yang mengkaji dan menguji berbagai aliran filsafat yang lain.
Pancasia dijadikan pisau analisis, pokok pangkal, dan sudut pandang
untuk mencari jawaban atas masalah-masalah fundamental, seperti
masalah hubungan manusia dengan Tuhan, dengan alam, dengan diri
sendiri.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pancasila merupakan dasar negara Republik Indonesia yang


terumuskan dari proses akulturasi budaya nusantara yang berlangsung
berabad-abad. Sebagai dasar negara, Pancasila merupakan pandangan
hidup bangsa Indonesia dalam berbangsa dan bernegara. Pancasila
sebagai suatu sistem filsafat pada hakikatnya adalah suatu sistem
pengetahuan. Dalam kehidupan sehari-hari Pancasila menjadi
pedoman atau dasar bagi bangsa Indonesia dalam memandang realitas
alam semesta, manusia, masyarakat, bangsa, dan negara tentang
makna hidup serta sebagai dasar bagi manusia Indonesia untuk
menyelesaikan masalah yang dihadapi dalam hidup dan kehidupan.
Filsafat Pancasila merupakan landasar dalam proses berfikir dan
berpengetahuan.

Pancasila sebagai dasar negara terdiri dari lima sila yang berasal
dari pemikiran hasil akulturasi budaya nusantara. Sila-sila dalam
Pancasila memliki keterkaitan atau berhubungan dan saling
melandasi. Sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa merupakan
landasan utama dari kempat sila lainnya. Hal ini menjadikan
Pancasila sebagai sistem yang saling terkait tak terpisahkan.

Perkembangan ilmu pengetahuan di Indonesia tak bisa terlepas


dari dunia luar. Ilmu pengetahuan di Indonesia pada dasarnya telah
berlangsung sebelum era bangsa eropa masuk ke nusantara hingga
pada BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pancasila merupakan dasar negara Republik Indonesia yang


terumuskan dari proses akulturasi budaya nusantara yang berlangsung
berabad-abad. Sebagai dasar negara, Pancasila merupakan pandangan
hidup bangsa Indonesia dalam berbangsa dan bernegara. Pancasila
sebagai suatu sistem filsafat pada hakikatnya adalah suatu sistem
pengetahuan. Dalam kehidupan sehari-hari Pancasila menjadi
pedoman atau dasar bagi bangsa Indonesia dalam memandang realitas
alam semesta, manusia, masyarakat, bangsa, dan negara tentang
makna hidup serta sebagai dasar bagi manusia Indonesia untuk
menyelesaikan masalah yang dihadapi dalam hidup dan kehidupan.
Filsafat Pancasila merupakan landasar dalam proses berfikir dan
berpengetahuan.

Pancasila sebagai dasar negara terdiri dari lima sila yang berasal
dari pemikiran hasil akulturasi budaya nusantara. Sila-sila dalam
Pancasila memliki keterkaitan atau berhubungan dan saling
melandasi. Sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa merupakan
landasan utama dari kempat sila lainnya. Hal ini menjadikan
Pancasila sebagai si stem yang saling terkait tak terpisahkan.

Perkembangan ilmu pengetahuan di Indonesia tak bisa terlepas


dari dunia luar. Ilmu pengetahuan di Indonesia pada dasarnya telah
berlangsung sebelum era bangsa eropa masuk ke nusantara hingga
pada masa pasca kemerdekaan. Perkembangan iptek adalah lewat
kelembagaan pendidikan, hal ini didasarkan pada semangat
‘mencerdaskan kehidupan bangsa’ yang tertuang dalam Pembukaan
UUD 1945. Para ilmuwan dan cendikiawan harus memiliki semangat
mengembangkan dan menciptakan iptek yang ditujukan bagi
kesejahteraan dan kemaslahatan umat manusia.
DAFTAR PUSTAKA

Syarbaini, Syahrial. 2012. Pendidikan Pancasila (Implementasi Nilai


– Nilai Karakter Bangsa) Di Perguruan Tinggi. Bogor: Ghalia
Indonesia.

Amran, Ali. 2017. Pendidikan Pancasila Di Perguruan Tinggi.


Depok: PT. RajaGrafindo.

Winarno, 2016. Paradigma Baru Pendidikan Pancasila. Jakarta:


Bumi Aksara.

http://ejournal.stainupacitan.ac.id/index.php/Transformasi/article/
view/48

https://www.academia.edu/38484631/
PANCASILA_SEBAGAI_DASAR_NILAI_PENGEMBANGAN_IL
M1.docx.docx

https://plam

Anda mungkin juga menyukai