Anda di halaman 1dari 6

PROFIL

PADEPOKAN PENCAK SILAT PAGAR NUSA


JAMRUT WASHOL

Jalan Urai, RT 24, Dusun 04, Bukit Makmur, Pinang Raya, Bengkulu Utara,
Bengkulu. 38361
PROFIL PADEPOKAN PENCAK SILAT PAGAR NUSA
JAMRUT WASHOL
A. SELAYANG PANDANG
Tujuan yang disertai harapan-harapan luhur bagi terbentuknya sebuah pelestarian nilai-
nilai budaya nusantara sangat lah diperlukan, seperti laju perkembangan salah satu olah raga
yang mengandung banyak nilai-nilai budaya bangsa. Di tengah keaneka ragaman yang kita
temui, Negara kita juga kaya akan keaneka ragaman baik hayati adat istiadat dan juga seni
budaya. Salah satu yang ada di dalamnya adalah seni budaya pencak silat dengan berbagai
keunikan di dalamnya. Pencak Silat juga memiliki kelebihan dalam membina jiwa / mental
kita.
Tujuan pengembangan kebijakan dan manajemen olah raga pencak silat prestasi,
adalah untuk mengembangkan dan menyelaraskan berbagai kebijakan pembangunan olah
raga, serta memperkuat kelembagaan olah raga pencak silat dan tujuan pembinaan dan
pemasyarakatan olah raga pencak silat adalah untuk meningkatkan budaya olah raga,
kesehatan jasmani, mental dan rohani masyarakat dan anak didik mulai dari pendidikan dasar,
menengah hingga tinggi.
Selain itu, untuk mendorong dan menggerakan masyarakat agar lebih memahami dan
menghayati langsung hakikat dan manfaat olah raga Pencak Silat sebagai kebutuhan hidup,
meningkatkan kegiatan olah raga termasuk olah raga masyarakat dan olah raga tradisional,
meningkatkan upaya pemanduan bakat dan pembibitan olah raga Pencak Silat sejak dini usia,
serta mendukung upaya pencapaian prestasi olah raga.
Sedangkan tujuan peningkatan sarana dan prasarana olah raga Pencak Silat adalah
untuk menyediakan, mengadakan, dan membangun sarana dan prasarana olah raga pencak
silat untuk mendukung kegiatan pembinaan dan pengembangan olah raga, serta pencapaian
prestasi olah raga Pencak Silat.
Berangkat dari niatan di atas, seluruh elemen Padepokan Pencak silat Pagar Nusa
Jamrut Washol, senantiasa berikhtiar untuk mengambil andil dalam upaya dakwah Islamiyah
serta melestarikan kebudayaan bangsa dengan jalur pengembangan seni bela diri pencak silat.
Kedepannya Padepokan Jamrut Washol tidak hanya membekali olahan fisik santri-santri
Pagar Nusa, namun akan mengolah spiritual keagamaan serta life skill dari masing- masing
santri.
Besar harapan Padepokan Pencak Silat Pagar Nusa Jamrut washol dalam mendidik
santri supaya beraklaqul karimah, nilai juangan yang bermental ksatria serta mengentaskan
pemuda bangsa yang siap mengadu skill dalam berbagai bidang lapisan masyarakat, nantinya.
B. SEJARAH SINGKAT PENCAK SILAT PAGAR NUSA
Pondok Pesantren dulunya tidak hanya mengajarkan ilmu agama dalam pengertian
formal-akademis seperti sekarang ini, semisal ilmu tafsir, fikih, tasawuf, nahwu-shorof,
sejarah Islam dan seterusnya. Pondok pesantren juga berfungsi sebagai padepokan, tempat
para santri belajar ilmu kanuragan dan kebatinan agar kelak menjadi pendakwah yang
tangguh, tegar dan tahan uji. Para kiainya tidak hanya alim tetapi juga sakti. Para kiai dulu
adalah pendekar pilih tanding. Akan tetapi belakangan ada tanda-tanda surutnya ilmu bela diri
di pesantren. Berkembangnya sistem klasikal dengan materi yang padat, ditambah eforia
pembentukan standar pendidikan nasional membuat definisi pesantren kian menyempit,
melulu sebagai lembaga pendidikan formal. Para ulama-pendekar merasa gelisah. H
Suharbillah, seorang pendekar dari Surabaya yang gemar berorganisasi menemui KH Mustofa
Bisri dari Rembang dan menceritakan kekhawatiran para pendekar. Mereka lalu bertemu
dengan KH Agus Maksum Jauhari Lirboyo alias Gus Maksum yang memang sudah masyhur
di bidang beladiri. Nama Gus Maksum memang selalu identik dengan “dunia persilatan”.
Pada tanggal 12 Muharrom 1406 M bertepatan tanggal 27 September 1985
berkumpulah mereka di pondok pesantren Tebuireng Jombang, Jawa Timur, untuk
membentuk suatu wadah di bawah naungan Nahdlatul Ulama (NU) yang khusus mengurus
pencak silat. Musyawarah tersebut dihadiri tokoh-tokoh pencak silat dari daerah Jombang,
Ponorogo, Pasuruan, Nganjuk, Kediri, serta Cirebon, bahkan dari pulau Kalimantan pun
datang.
Musyawarah berikutnya diadakan pada tanggal 3 Januari 1986, di Pondok Pesantren
Lirboyo Kediri, Jawa Timur, tempat berdiam Sang Pendekar, Gus Maksum. Dalam
musyawarah tersebut disepakati pembentukan organisasi pencak silat NU bernama Ikatan
Pencak Silat Nahdlatul Ulama Pagar Nusa yang merupakan kepanjangan dari Pagarnya NU
dan Bangsa. Kontan para musyawirin pun menunjuk Gus Maksum sebagai ketua umumnya.
Pengukuhan Gus Maksum sebagai ketua umum Pagar Nusa itu dilakukan oleh Ketua Umum
PBNU KH. Abdurrahman Wahid dan Rais Aam KH. Ahmad Sidiq.
Gus Maksum lahir di Kanigoro, Kras, Kediri, pada tanggal 8 Agustus 1944, salah
seorang cucu pendiri Pondok Pesantren Lirboyo KH Manaf Abdul Karim. Semasa kecil ia
belajar kepada orang tuanya KH. Abdullah Jauhari di Kanigoro. Ia menempuh pendidikan di
SD Kanigoro (1957) lalu melanjutkan ke Madrasah Tsanawiyah Lirboyo, namun tidak sampai
tamat. Selebihnya, ia lebih senang mengembara ke berbagai daerah untuk berguru ilmu silat,
tenaga dalam, pengobatan dan kejadukan (*Dalam “Antologi NU” terbitan LTN-Khalista
Surabaya*). Sebagai seorang kiai, Gus Maksum berprilaku *nyeleneh* menurut adat
kebiasaan orang pesantren. Penampilannya nyentrik. Dia berambut gondrong jengot dan
kumis lebat, kain sarungnya hampir mendekati lutut, selalu memakai bakiak. Lalu, seperti
kebiasaan orang-orang “jadug” di pesantren, Gus Maksum tidak pernah makan nasi alias
*ngerowot*. Uniknya lagi, dia suka memelihara binatang yang tidak umum. Hingga masa
tuanya Gus Maksum memelihara beberapa jenis binatang seperti berbagai jenis ular dan
unggas, buaya, kera, orangutan dan sejenisnya.
Dikalangan masyarakat umum, Gus Maksum dikenal sakti mandaraguna. Rambutnya
tak mempan dipotong (konon hanya ibundanya yang bisa mencukur rambut Gus Maksum),
mulutnya bisa menyemburkan api, punya kekuatan tenaga dalam luar biasa dan mampu
mengangkat beban seberat apapun, mampu menaklukkan jin, kebal senjata tajam, tak mempan
disantet, dan seterusnya. Di setiap medan laga (dalam dunia persilatan juga dikenal istilah
sabung) tak ada yang mungkin berani berhadapan dengan Gus Maksum, dan kehadirannya
membuat para pendekar aliran hitam gelagapan. Kharisma Gus Maksum cukup untuk
membangkitkan semangat pengembangan ilmu kanuragan di pesantren melalui Pagar Nusa.
Sebagai jenderal utama “pagar NU dan pagar bangsa” Gus Maksum selalu sejalur
dengan garis politik Nahdlatul Ulama, namun dia tak pernah terlibat politik praktis, tak kenal
dualisme atau dwifungsi. Saat kondisi politik memaksa warga NU berkonfrontasi dengan PKI
Gus Maksum menjadi komandan penumpasan PKI beserta antek-anteknya di wilayah Jawa
Timur, terutama karesidenan Kediri. Ketika NU bergabung ke dalam PPP maupun ketika
PBNU mendeklarasikan PKB, Gus Maksum selalu menjadi jurkam nasional yang
menggetarkan podium. Namun dirinya tidak pernah mau menduduki jabatan legislatif ataupun
eksekutif. Pendekar Gus Maksum wafat di Kanigoro pada 21 Januari 2003 lalu dan
dimakamkan di pemakaman keluarga Pesantren Lirboyo dengan meninggalkan semangat dan
keberanian yang luar biasa.

C. IDENTITAS PADEPOKAN
1. Nama : Padepokan Pencak Silat Pagar Nusa Jamrut Washol
2. Alamat : Jalan Urai Kelurahan/Desa : Bukit Makmur
3. Kecamatan : Pinang Raya Kode Pos :38 361
4. Kabupaten/Kodya : BENGKULU UTARA
5. Provinsi : BENGKULU
6. Nomor telefon : 081379354969
7. Tahun Berdiri : 23 Sya’ban 1439 H / 9 Mei 2018 M
8. Induk Organisasi : Pencak Silat NU Pagar Nusa
9. Letak atau Lokasi Padepokan
a. Geografi : Pegunungan
b. Lingkungan : Pertanian/Perkebunan
c. Wilayah : Pedesaan
10. Jarak Padepokan ke :
Pusat Kecamatan 10 Km
Pusat Kabupaten/Kodya 40 Km
Pusat Ibu Kota Provinsi 80 Km

D. MOTO PADEPOKAN JAMRUT WASHOL


“ Demi Agomo Demi Umat, Barokahi Poro Nabi lan Barokahi Poro Wali. (Demi
Agama Demi Umat, Barokahnya Para Nabi dan Barokahnya Para Wali)”

E. PENGURUS PADEPOKAN
I. Pengasuh : Andi Khoirul Anam, S.Pd.I
II. Ketua : Dwi Agus Supriyono
III. Sekertaris : Budianto
IV. Bendahara : Budi Kurniawan
V. Bidang-Bidang
a. Pendidikan : Agus Sutanto
b. Seni Budaya Pendekar : Edi
c. Sosial Kemasyarakatan : Sendi Priyono
d. Pengembangan Skill Ekonomi : Muhammad Chamid
e. Kesehatan : Putri Cahya Andadari

F. SANTRI DAN KEGIATAN


1. Jumlah santri Berdasarkan Daerah

No TINGKATAN Jumlah
1 Anggota Tetap 150
2 Pelatih 50
3 Santri 200
4 -
Jumlah Santri 400

2. Jenis Kegiatan
Dalam ) Diluar
No Kegiatan Ada Tdk ada Ada Tdk Jumlah
ada
1 Latihan Dasar X - X - 2
2 Latihan Atlit X - - - 1
3 Bimbingan Qur'an X - - - 1
4 Kelompok Dzikir x - X - 2
5 Bimbingan Ubudiyah X - - - 1
6 Sosial Masyarakat X - X - 2
7 Pertanian - - X - 1
8 Mebelair - - X - 1
10 Kegiatan Masjid X - - - 1
11 Kegiatan Mushola X - X - 1

G. TANAH PADEPOKAN
1. Luas Keseluruhan : 3.750 M2

2. Tanah Padepokan Menurut Status (M2) 3. Penggunaan Tanah (meter persegi)

Bentuk No Penggunaan Tanah Luas


No Status Tanah
Kepemilikan
1 Bangunan 100 M2
1 Milik Sendiri
2 Lapangan Olahraga 1.200 M2
2 Wakaf Dalam proses
3 Belum dipakai 2.450 M2
3 Pinjam
Jumlah 3.750 M2
4 Sewa
Jumlah

Anda mungkin juga menyukai