Anda di halaman 1dari 12

IJPHN 1 (1) (2021) 1-12

Indonesian Journal of Public Health and Nutrition


http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/IJPHN

Kesiapan Rumah Sakit Menghadapi Akreditasi Dalam Pemenuhan Standar


Manajemen Fasilitas dan Keselamatan

Alfi Nur Baeti, Evi Widowati


Universitas Negeri Semarang, Indonesia

Article Info Abstrak


Article History: Latar Belakang: Pada tahun 2018 di Jawa Tengah terdapat rumah sakit sejumlah 303
Submitted 15 February 2021 dengan 248 (81,9%) nya merupakan rumah sakit umum dan 186 (61,4%) rumah sakit
Accepted 20 February 2021 diantaranya telah terakreditasi. Kabupaten Demak merupakan daerah dengan jumlah
Published 31 March 2021
rumah sakit paling sedikit di jawa tengah dan tingkat akreditasi tergolong rendah. Penel-
Keywords: itian ini dilakukan di RSI NU Kabupaten Demak dengan status akreditasi lulus madya.
Accreditation, Facility Man- Metode: Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif dengan studi evaluasi. Data
agement and Safety, Hospital diperoleh melalui wawancara, observasi dan studi dokumentasi dengan informan ber-
jumlah 3 orang.
DOI 10.15294/ijphn. Hasil: Dari hasil penelitian diperoleh dari total poin elemen penilaian yang diteliti sebe-
v1i1.44997 sar 99 poin, elemen penilaian yang tidak terpenuhi sebesar 1 poin (1%), elemen penila-
ian yang terpenuhi sebagian sebesar 4 poin (4%), dan elemen penilaian yang terpenuhi
sebesar 94 poin (95%).
Kesimpulan: Dari 9 Parameter MFK seluruhnya sudah memenuhi capaian ≥ 80%. Ca-
paian penilaian tersebut tidak menjadi hambatan dalam akreditasi rumah sakit menuju
peringkat paripurna

Abstract
Background: In 2018 in Central Java there were 303 hospitals with 248 (81.9%) it is a
public hospital and 186 (61.4%) hospitals are accredited. Demak regency is the area with
the fewest number of hospitals in Central Java and the accreditation level is relatively low.
This research was conducted at RSI NU Demak Regency with accreditation status passed
madya.
Method: This research is a type of descriptive research with evaluation studies. The data
was obtained through interviews, observations and documentation studies with 3 inform-
ants.
Results: From the results of the study obtained from the total points of assessment
elements studied by 99 points, unfulfilled assessment elements of 1 point (1%),
partially fulfilled assessment elements of 4 points (4%), and elements of assessment
fulfilled by 94 points (95%).
Conclusion: Of the 9 MFK Parameters, all of them have fulfilled ≥ 80%. The achievement
of the assessment is not an obstacle in the accreditation of hospitals to the plenary level.


Correspondence Address: pISSN XXXX-XXXX
Email : alfinurbaeti21@gmail.com eISSN XXXX-XXXX

1
Alfi Nur Baeti, Evi Widowati / Kesiapan Rumah Sakit / IJPHN (1) (1) (2021)

Pendahuluan Fasilitas dan Keselamatan (MFK) Kompetensi


Rumah sakit termasuk tempat kerja yang & Kewenangan Staf (KKS); Manajemen
memiliki potensi yang menimbulkan dampak Informasi dan Rekam Medis (MIRM); Program
kesehatan bagi pasien, pengunjung maupun Nasional; dan Integrasi Pendidikan Kesehatan
pekerja yang ada di rumah sakit tersebut. dalam Pelayanan Rumah Sakit (IPKP).
Rumah sakit harus mematuhi peraturan Berdasarkan data dari Kementerian
perundang-undangan termasuk mengenai Kesehatan pada bulan Agustus 2018 jumlah
bangunan dan proteksi kebakaran. Rumah rumah sakit di Indonesia telah mencapai
sakit memahami fasilitas fisik yang dimiliki 2.869. 2.274 (79,3%) rumah sakit di Indonesia
dan secara proaktif mengumpulkan data serta merupakan Rumah Sakit Umum, sedangkan
membuat strategi untuk mengurangi risiko jumlah Rumah Sakit Khusus lebih sedikit
dan meningkatkan keamanan lingkungan yaitu 595 (20,7%) rumah sakit. Berdasarkan
pasien (KARS, 2018) Rumah sakit yang aman kepemilikannya, lebih banyak rumah sakit
dan fasilitas kesehatan lainnya harus tetap yang dimiliki oleh swasta yaitu 1926 (67,7%)
beroperasi setelah terjadinya keadaan darurat rumah sakit, sedangkan milik Pemerintah
dan bencana. sejumlah 943 (32,3%) rumah sakit. Dari
Setiap rumah sakit wajib terakreditasi. jumlah tersebut baru 1610 (56%) rumah sakit
Status terakreditasi juga dapat meningkatkan yang telah terakreditasi. Ditinjau dari tingkat
kepercayaan masyarakat atas layanan di rumah kelulusannya, 687 (42,7%) telah mencapai
sakit dan sebagai alat pencegahan terjadinya tingkat paripurna. Namun banyak pula yang
kasus malpraktik, karena dalam melaksanakan masih lulus perdana yaitu 674 (41,9%) rumah
tugasnya, tenaga di rumah sakit telah memiliki sakit. Sisanya 39 (2,4%) rumah sakit tingkat
Standar Prosedur Operasional (SPO) yang dasar, 84 (5,2%) rumah sakit tingkat madya,
jelas. Akreditasi bagi rumah sakit adalah dan 126 (7,8%) rumah sakit tingkat utama
bentuk pertanggungjawaban (accountability) (Komisi Akreditasi Rumah Sakit, 2014).
dan perlindungan kepada masyarakat sebagai Menurut data (IT Ditjen Yankes, 2018),
pengguna jasanya (Syarkawi, 2017) Jawa Tengah menempati urutan ketiga daerah
Menurut (Menteri Kesehatan Republik dengan jumlah rumah sakit terbanyak di
Indonesia, 2017), akreditasi merupakan Indonesia yaitu sejumlah 303 rumah sakit.
pengakuan terhadap mutu pelayanan rumah Menurut jenisnya, di Jawa Tengah 248 (81,9%)
sakit, setelah dilakukan penilaian bahwa Rumah merupakan Rumah Sakit Umum dan hanya 55
Sakit telah memenuhi standar akreditasi. (18,1%) rumah sakit yang merupakan Rumah
Standar akreditasi adalah pedoman yang Sakit Khusus (Kemkes, 2018). 186 (61,4%)
berisi tingkat pencapaian yang harus dipenuhi rumah sakit diantaranya telah terakreditasi.
oleh rumah sakit dalam meningkatkan mutu Menurut tingkat kelulusannya, 118 (63,4%)
pelayanan dan keselamatan pasien. Setiap rumah sakit telah mencapai tingkat paripurna.
rumah sakit wajib terakreditasi. Standar Rumah sakit yang masih lulus perdana
akreditasi yang dipergunakan mulai 1 Januari merupakan tingkat kelulusan terbanyak
2018 adalah Standar Nasional Akreditasi kedua yaitu sejumlah 36 (19,4%) rumah sakit.
Rumah Sakit (SNARS) Edisi 1 yang terdiri Sisanya, 13 (7%) rumah sakit tingkat utama,
dari 16 bab yaitu: Sasaran Keselamatan Pasien 12 (6,4%) rumah sakit tingkat madya, dan 7
(SKP); Akses ke Rumah Sakit dan Kontinuitas (3,8%) rumah sakit tingkat dasar (KARS, 2018).
Pelayanan (ARK); Hak Pasien dan Keluarga Kabupaten Demak termasuk daerah dengan
(HPK); Asesmen Pasien (AP); Pelayanan jumlah rumah sakit paling sedikit di Jawa
Asuhan Pasien (PAP); Pelayanan Anestesi Tengah yaitu sejumlah 3 rumah sakit. Tingkat
dan Bedah (PAB); Pelayanan Kefarmasian akreditasi rumah sakit di Demak juga tergolong
dan Penggunaan Obat (PKPO); Manajemen rendah yaitu 1 (33,3%) rumah sakit tingkat
Komunikasi dan Edukasi (MKE); Peningkatan paripurna, 1 (33,3%) rumah sakit lulus perdana
Mutu dan Keselamatan Pasien (PMKP); dan 1 (33,3%) rumah sakit belum terakreditasi
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI); (Kemkes, 2018; KARS, 2018).
Tata Kelola Rumah Sakit (TKRS); Manajemen

2
Alfi Nur Baeti, Evi Widowati / Kesiapan Rumah Sakit / IJPHN (1) (1) (2021)

Menurut (Menteri Kesehatan Republik meningkat menjadi 3487 kunjungan pada tahun
Indonesia, 2007), potensi bahaya di rumah 2017 dan menurut data hingga September 2018
sakit selain penyakit-penyakit infeksi telah terdapat 4385 kunjungan rawat jalan.
juga ada potensi bahaya-bahaya lain yang Standar Bed Occupancy Rate (BOR) yang ideal
mempengaruhi situasi dan kondisi di rumah menurut (Departemen kesehatan, 2005) adalah
sakit, yaitu kecelakaan (peledakan, kebakaran, antara 60-85%. Nilai ideal untuk BOR yang
kecelakaan yang berhubungan dengan instalasi disarankan adalah 75% - 85%. BOR di Rumah
listrik, dan sumber-sumber cidera lainnya), Sakit Islam Nahdlatul Ulama Demak yaitu 55%
radiasi, bahan-bahan kimia yang berbahaya, artinya tempat tidur yang digunakan untuk
gas-gas anastesi, gangguan psikososial dan merawat pasien dibandingkan dengan tempat
ergonomi. Elemen penilaian dari standar akan tidur yang telah disediakan lebih sedikit dari
menuntun rumah sakit dan surveior terhadap standar yang ada. Jumlah pasien yang sedikit
apa yang akan ditinjau dan dinilai selama proses ini bisa menimbulkan kesulitan pendapatan
survey. Setiap elemen penilaian dilengkapi ekonomi bagi pihak rumah sakit.
dengan Regulasi (R) atau Dokumentasi (D), Rumah Sakit Islam Nahdlatul Ulama
atau Wawancara (W) atau Observasi (O) Demak telah lulus akreditasi dengan status
atau Simulasi (S), atau kombinasinya. Setiap lulus tingkat madya pada tanggal 23 Oktober
Elemen Penilaian diberi skor 0 atau 5 atau 10 2018. Rumah sakit nonpendidikan mendapat
sesuai tingkat pemenuhan standar. Penilaian sertifikat akreditasi tingkat madya bila dari 15
akreditasi Rumah Sakit standar Manajemen, bab yang di survei ada 8 bab yang mendapat
Fasilitas dan Keselamatan (MFK) adalah salah nilai minimal 80 % dan 7 bab lainnya tidak ada
satu bab dari kelompok standar manajemen yang mendapat nilai dibawah 20%. Kedepannya
Rumah Sakit, dimana salah satu poin penilaian pihak rumah sakit menargetkan agar dapat
dari MFK tersebut adalah aspek Keselamatan lulus paripurna. Standar Manajemen Fasilitas
dan Keamanan. Tujuan utama dari standar dan Keselamatan dalam pelaksanaanya di
Manajemen Fasilitas dan Keselamatan, adalah rumah sakit telah dilaksanakan namun belum
bahwa Rumah sakit dalam kegiatannya harus sempurna dan belum dilakukan pemeriksaan
menyediakan fasilitas yang aman, berfungsi, kesesuainnya SNARS edisi 1 tahun 2018. Rumah
dan suportif bagi pasien, keluarga, staf, dan sakit tersebut telah memiliki Alat Pemadam
pengunjung. Untuk mencapai tujuan tersebut Api Ringan (APAR) yang seluruhnya dalam
fasilitas fisik, peralatan medis, dan peralatan kondisi baik dan tidak kadaluarsa, terdapat
lainnya harus dikelola secara efektif. Secara jalur evakuasi apabila terjadi keadaan darurat,
khusus, manajemen harus berupaya keras memiliki surat izin seperti izin mengenai
mengurangi dan mengendalikan bahaya dan bangunan dan operasional rumah sakit dan
risiko; mencegah kecelakaan dan cidera; dan telah dilakukan perawatan dan pemeliharaan
memelihara kondisi aman. Manajemen Fasilitas pada fasilitas baik medis maupun nonmedis.
dan Keselamatan terdiri dari 9 poin standar Untuk mencapai target rumah sakit lulus
yaitu: Kepemimpinan dan Perencanaan; tingkat paripurna maka Rumah Sakit Islam
Keselamatan dan Keamanan; Bahan Berbahaya; Nahdlatul Ulama Demak harus melaksanakan
Kesiapan Penanggulangan Bencana; Proteksi standar Manajemen Fasilitas dan Keselamatan
Kebakaran; Peralatan Medis; Sistem utilitas; sesuai dengan SNARS edisi 1 tahun 2018.
Monitoring Program MFK; dan Pendidikan Mengacu Rumah Sakit Islam Nahdlatul Ulama
Staf. Demak menghadapi akreditasi KARS dalam
Rumah Sakit Islam Nahdlatul Ulama pemenuhan Standar Manajemen Fasilitas dan
Demak merupakan rumah sakit swasta umum Keselamatan.
kelas D yang berdiri atas ijin dari Dinas Hal yang membedakan penelitian ini
Kesehatan Demak No 503.37/02521/VI/2015. dengan penelitian sebelumnya adalah penelitian
Jumlah tempat tidur di Rumah Sakit NU Demak mengenai kesiapan Rumah Sakit Islam
sebanyak 127. Kunjungan IGD rawat jalan di Nahdlatul Ulama Demak terhadap akreditasi
Rumah Sakit Islam Nahdlatul Ulama Demak KARS dalam pemenuhan standar Manajemen
pada tahun 2016 sebanyak 3275 kunjungan, Fasilitas dan Keselamatan sesuai Standar

3
Alfi Nur Baeti, Evi Widowati / Kesiapan Rumah Sakit / IJPHN (1) (1) (2021)

Nasional Akreditasi Rumah Sakit (SNARS) Hasil dan Pembahasan


edisi 1 tahun 2018 belum pernah dilakukan. Rumah Sakit Islam Nahdlatul Ulama
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis Demak. Rumah Sakit Islam Nahdlatul Ulama
kesiapan Rumah Sakit menghadapi akreditasi Demak merupakan rumah sakit swasta yang
KARS dalam pemenuhan Standar Manajemen berada di Jalan Jogoloyo No. 9 Demak. Rumah
Fasilitas dan Keselamatan (Studi kasus di sakit ini adalah Rumah Sakit Umum kelas D
Rumah Sakit Islam Nahdlatul Ulama Demak). yang berdiri atas ijin dari Dinas Kesehatan
Demak No 503.37/02521/VI/2015 yang berlaku
Metode dari tanggal 2 Februari 2016 sampai dengan 2
Penelitian ini merupakan jenis penelitian Februari 2021. Pada penelitian ini dilakukan
deskriptif dengan menggunakan metode pengambilan data yang meliputi 9 parameter
kualitatif. Penelitian ini dilaksanakan pada tersebut. Keseluruhan parameter dinilai
Desember 2018 di Rumah Sakit Islam Nahdlatul berdasarkan hasil observasi, wawancara dan
Ulama Demak. Teknik menentukan informan studi dokumen. Jumlah keseluruhan elemen
dengan menggunakan purposive sampling. penilaian pada bab MFK ini berjumlah 105
Informan dalam penelitian ini berjumlah 3 Elemen Penilaian (EP) yang digunakan untuk
orang yang terdiri dari Manager medis, Kepala mengetahui penerapan bab MFK SNARS Edisi
Bagian Sarana dan Prasarana, dan Kepala 1 tahun 2018 di RSI NU Demak.
Subbagian Diklat.. Teknik pengambilan data Terdapat 4 elemen penilaian dari
dalam penelitian ini adalah menggunakan parameter keselamatan dan keamanan yang
wawancaran, observasi dan studi dokumen. tidak dinilai karena rumah sakit sedang
Pemeriksaan keabsahan data dalam penelitian tidak melakukan kegiatan renovasi maupun
ini dilakukan dengan member check. Member konstruksi dan terdapat 2 elemen penilaian
check adalah proses pengecekan data yang yang tidak dinilai pada parameter proteksi
diperoleh peneliti kepada pemberi data. kebakaran karena tidak dilakukan kegiatan
penyajian data pada penelitian ini jenis simulasi, sehingga jumlah EP yang dinilai pada
statistiknya berupa teknik persentase dan penelitian ini adalah 99 poin. Berikut dijelaskan
visualisasinya berbentuk tabel. hasil penelitian pada 9 parameter penilaian
tersebut pada RSI NU Demak. Lebih jelasnya
dijelaskan pada tabel 1.
Tabel 1. Rata-Rata Penerapan Standar MFK
Elemen Penerapan
No. Parameter Keterangan
Penilaian TT TS T
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1. Kepemimpinan dan 12 1 (8%) 11 (92%) 1 elemen (8%) = tidak terpenuhi
Perencanaan 11 elemen (92%) = terpenuhi
2. Keselamatan dan 9 1 (11%) 8 (89%) 1 elemen (11%) = terpenuhi sebagian
Keamanan 8 elemen (89%) = terpenuhi
3. Bahan Berbahaya 11 1 (9%) 10 (91%) 1 elemen (9%) = terpenuhi sebagian
10 elemen (91%) = terpenuhi
4. Kesiapan Penang-gulangan 7 1 (14%) 6 (86%) 1 elemen (14%) = terpenuhi sebagian
Bencana 6 elemen (86%) = terpenuhi
5. Proteksi Kebakaran 10 10 (100%) 10 elemen (100%) = terpenuhi
6. Peralatan Medis 9 9 (100%) 9 elemen (100%) = terpenuhi
7. Sistem Penunjang 25 25 (100%) 25 elemen (100%) = terpenuhi
8. Monitoring Program MFK 4 4 (100%) 4 elemen (100%) = terpenuhi
9. Pendidikan Staf 12 1 (8%) 11 (92%) 1 elemen (8%) = terpenuhi sebagian
11 elemen (92%) = terpenuhi
Total 99 1 (1%) 4 (4%) 94 (95%) 1 elemen (1%) = tidak terpenuhi
4 elemen (4%) = terpenuhi sebagian
94 elemen (95%) = terpenuhi
* Keterangan: T (Terpenuhi); TS (Terpenuhi Sebagian); TT (Tidak Terpenuhi)

4
Alfi Nur Baeti, Evi Widowati / Kesiapan Rumah Sakit / IJPHN (1) (1) (2021)

Rata-rata parameter standar manajemen manajemen risiko fasilitas dan lingkungan


fasilitas dan keselamatan sudah terpenuhi yaitu secara tertulis serta regulasi terkait penanganan
sebesar 94 poin (95%) elemen penilaian. Sisanya risiko fasilitas dan lingkungan. Rumah sakit
4 poin (4%) telah terpenuhi sebagian dan hanya memiliki susunan tim K3RS yang kompeten
1 poin (1%) yang tidak terpenuhi. Parameter terkait manajemen risiko fasilitas dan
kepemimpinan dan perencanaan dari 12 poin lingkungan. Elemen penilaian yang tidak
(100%) elemen penilaian terdapat 1 poin terpenuhi adalah rumah sakit tidak melibatkan
(8%) elemen penilaian yang tidak terpenuhi. tenant/ penyewa lahan dalam program
Parameter Keselamatan dan Keamanan terdapat manajemen risiko.
9 elemen penilaian, Bahan Berbahaya terdapat Kepemimpinan yang baik dibutuhkan
11 elemen penilaian, Kesiapan Penanggulangan untuk mengembangkan karyawan dan
Bencana terdapat 7 elemen penilaian, dan membangun loyalitas karyawan demi
Pendidikan Staf terdapat 12 elemen penilaian meningkatkan produktivitas (Ariyani et al.,
dimana masing-masing parameter terdapat 2016). Terdapat pengaruh yang signifikan antara
1 poin elemen penilaian terpenuhi sebagian. kepemimpinan transformasional terhadap
Parameter proteksi kebakaran terdapat 10 budaya organisasi. Pada kepemimpinan
elemen penilaian, peralatan medis terdapat 9 transformasional, ditemukan bahwa memiliki
elemen penilaian, sistem penunjang terdapat dampak positif terhadap budaya stabilitas pada
24 elemen penilaian, dan monitoring program Rumah Sakit Muhammadiyah Ahmad Dahlan
MFK terdapat 4 elemen penilaian, seluruhnya Kediri. Dimana pimpinan memberikan faktor
(100%) terpenuhi. karisma, stimulasi intelektual, dan pertimbangan
individu, merupakan instrumen yang paling
Kepemimpinan dan Perencanaan banyak digunakan oleh para pemimpin
Sesuai dengan Standar Nasional transformasional untuk memberdayakan
Akreditasi Rumah Sakit Edisi 1 tahun dan mengangkat bawahan mereka dan
2017, Manajemen harus berupaya keras mengubahnya menjadi suatu bentuk kinerja
mengurangi dan mengendalikan bahaya yang lebih.Sehingga menimbulkan kondisi
dan risiko, mencegah kecelakaan dan cidera, organisasi dengan budaya stabilitas dengan
serta memelihara kondisi aman. Manajemen berjalannya komunikasi antara pimpinan dan
yang efektif melibatkan multidisiplin dalam bawahan dengan baik (Siswatiningsih et al.,
perencanaan, pendidikan, dan pemantauan. 2016).
Penerapan parameter kepemimpinan dan
perencanaan pada penelitian ini terdapat 11 Keselamatan dan Keamanan
EP terpenuhi (92%) dan 1 EP tidak terpenuhi Keselamatan adalah memberi jaminan
(8%). bahwa gedung, properti, teknologi medik
Elemen penilaian yang terpenuhi yaitu dan informasi, peralatan, serta sistem tidak
direktur rumah sakit selaku ketua tim K3RS berpotensi mendatangkan risiko terhadap
memiliki dokumen peraturan perundang- pasien, keluarga, staf, dan pengunjung.
undangan terkait bangungan dan fasilitas Keamanan melindungi property milik rumah
rumah sakit baik peraturan tingkat pusat sakit, pasien, staf, keluarga, dan pengunjung
maupun tingkat daerah. Kepala bagian sarana dari bahaya kehilangan, kerusakan, atau
prasarana selaku sekretaris tim K3RS juga pengrusakan oleh orang yang tidak berwenang.
memiliki dokumen peraturan perundang- Parameter keselamatan dan keamanan
undangan terkait bangungan dan fasilitas memiliki 14 elemen penilaian, tetapi terdapat 5
rumah sakit serta memahami dan berusaha EP yang tidak dinilai. Penerapan keselamatan
memenuhi peraturan tersebut. Rumah sakit dan keamanan pada penelitian ini terdapat 8 EP
telah menerapkan persyaratan sesuai dengan terpenuhi (89%), dan 1 EP terpenuhi sebagian
peraturan yang berlaku dibuktikan dengan (11%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa
adanya dokumen kumpulan izin yang masih EP yang terpenuhi diantaranya adalah rumah
berlaku, bukti kalibrasi dan bukti pemeriksaan sakit mempunyai program keselamatan dan
dari luar. Rumah sakit memiliki program keamanan yang disusun setiap tahunnya oleh

5
Alfi Nur Baeti, Evi Widowati / Kesiapan Rumah Sakit / IJPHN (1) (1) (2021)

tim K3RS dibawah sub bidang sarana prasarana. keselamatan pasien dan melibatkan seluruh staf
Program tersebut mencakup 15 poin yaitu; saling bekerjasama untuk peningkatan budaya
pengelolaan dokumen, pelatihan, pengelolaan keselamatan pasien. Memberikan ruang
kesehatan kerja, kecelakaan kerja, dan penyakit berbicara kepada staf mengenai, menciptakan
akibat kerja, pengawasan pengelolaam B3, iklim kerja yang kondusif, budaya yang tidak
sistem komunikasi, alat pelindung diri (APD), menyalahkan dan persoalan keselamatan
keamanan sarana, prasarana, dan peralatan, merupakan tanggung jawab bersama.
pengelolaan system kunci, perlengkapan Mengaktifkan sistem pelaporan insiden, segera
keamanan pasien, pengunjung, pedagang, melakukan sosialisasi dan implementasi terkait
dan staf, sistem deteksi dan penanggulangan pelaporan insiden keselamatan pasien serta
kebakaran, kewaspadaan bencana, pengelolaan memberikan kesempatan kepada seluruh staf
tempat berisiko atau berbahaya, pengelolaan untuk mengikuti pelatihan.
larangan merokok, pengawasan pengelolaan
kesehatan lingkungan, dan perijinan. Elemen Bahan Berbahaya
penilaian yang terpenuhi sebagian adalah Parameter bahan berbahaya (Menurut
rumah sakit memiliki peraturan terkait SNARS Edisi 1 Tahun 2017, n.d.) bertujuan
identitas bagi seluruh pengunjung, staf dan untuk memastikan pengelolaan bahan
pasien, namun terdapat pegawai yang tidak berbahaya dan beracun yang dilakukan oleh
menggunakan identitas saat bertugas karena rumah sakit aman dan sesuai dengan peraturan
lupa ditaruh meja. yang berlaku. Penerapan parameter bahan
Menurut penelitian (Ardi & Hariyono, berbahaya pada penelitian ini terdapat 10 EP
2018) tentang analisa penerapan budaya terpenuhi (91%) dan 1 EP terpenuhi sebagian
perilaku keselamatan dan kesehatan kerja (K3) (9%). Elemen penilaian yang telah terpenuhi
di rumah sakit, budaya perilaku K3 terbentuk diantaranya adalah rumah sakit mempunyai
dari enam faktor pendukung salah satunya izin penyimpanan sementara limbah bahan
adalah manajemen telah memperhatikan berbahaya dan beracun (B3) melalui surat
pentingnya keselamatan pekerja dengan adanya keputusan kepala kantor lingkungan hidup
kebijakan mengenai K3. Adanya peraturan Kabupaten Demak No 660.3/187/2015.
dan prosedur K3 yang dibuat manajemen dan Selain itu rumah sakit juga mempunyai izin
dilaksanakan karyawan. Pola komunikasi yang sementara pembuangan air limbah dari Dinas
baik antara atasan dan bawahan. Kompetensi Lingkungan Hidup sesuai Surat Keterangan
K3 yang baik yaitu dengan adanya seorang No 660.1/332/2018 dan izin IPAL No
Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja Umum 660.1/332/2018. Rumah sakit bekerja sama
(AK3U) dan dalam proses membudayakan K3 dengan PT Arah Environmental Indonesia
karyawan menerima dan terlibat dengan baik, dalam izin pengelolaan B3 No 00162/PK-4/
dan ini terlihat dari adanya program training DMA/AEI-SMG/VIII/2018 dan Transporter
K3, pekerja bekerja menggunakan APD. B3 sesuai SK No 485/Menlhk/Setjen/
Lingkungan kerja yang mendukung merupakan PLB.3/6/2016.
salah satu faktor dalam ketercapaian budaya Setiap tahun rumah sakit melakukan
K3 dan di RS telah dicapai dengan adanya evaluasi dan perbaikan yang diperlukan terhadap
karyawan yang patuh SOP, adanya rambu SK Pengelolaan B3, Kebijakan pengelolaan
rambu K3, poster K3, dan patient safety guide. bahan B3 yang mengacu pada MSDS, dan SK
Menurut penelitian (Heriyati et al., tentang daftar B3 yang digunakan di rumah
2019) tentang budaya keselamatan pasien sakit, SK tentang penyimpanan B3, dan
Rumah Sakit Umum Daerah Majene ada Standar Operasional Prosedur yang berkaitan
hubungan komitmen pimpinan, kerjasama tim, dengan pengelolaan B3. B3 dan limbahnya
komunikasi, iklim kerja, no blaming culture, dikategorikan sesuai jenisnya. Setiap 6 bulan
pelaporan insiden, pendidikan dan pelatihan sekali rumah sakit melakukan pemeriksaan
dengan budaya keselamatan pasien. Terkait tempat penyimpanan B3 dan stiker atau tanda
komitmen perlu menyusun kebijakan khusus B3. Rumah sakit memiliki formulir pelaporan
misalnya pemberian reward terhadap staf terkait paparan, tumpahan, atau insiden terkait B3

6
Alfi Nur Baeti, Evi Widowati / Kesiapan Rumah Sakit / IJPHN (1) (1) (2021)

yang wajib diisi setiap terjadi insiden. Alat diangkut.


Pelindung Diri (APD) yang disediakan untuk
petugas yang menangani limbah B3 diantaranya Kesiapan Penanggulangan Bencana
masker, sarung tangan, kacamata, sepatu, Menurut SNARS Edisi 1 tahun 2017,
dan pakaian pelindung. Rumah sakit telah Rumah sakit perlu mengembangkan dan
mensyaratkan MSDS pada setiap pengadaan memelihara program manajemen disaster
bahan B3. Namun, dilapangan masih terdapat untuk menanggapi keadaan disaster serta
bahan B3 yang tidak dilengkapi MSDS. bencana alam atau lainnya yang memiliki
Menurut penelitian (Tristantia, 2018) potensi terjadi dimasyarakat. Penerapan
tentang evaluasi sistem pelaporan insiden kesiapan penanggulangan bencana pada
keselamatan pasien di rumah sakit, Rumah penelitian ini terdapat 6 EP terpenuhi (86%), 1
sakit ini telah memiliki sistem pelaporan EP terpenuhi sebagian (14%). Elemen penilaian
insiden keselamatan pasien yang sesuai dengan yang terpenuhi adalah rumah sakit telah
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 11 Tahun mengumpulkan data identifikasi bencana baik
2017. Kebijakan dan panduan yang mengatur dari dalam maupun luar rumah sakit. Terdapat
pelaporan tentang insiden keselamatan pasien panduan dalam menghadapi bencana berupa
pada pelaksanaannya masih belum sesuai prosedur penerimaan informasi bencana,
dengan standar. Peningkatan kemampuan prosedur evakuasi korban bencana, prosedur
sumber daya manusia juga perlu direncanakan kegiatan rapid health assessment (RHA),
karena evaluasi pada semua aspek menunjukkan prosedur dekontaminasi, prosedur permintaan
sistem yang gagal karena kelemahan sumber bantuan tenaga, prosedur pemberian terapi
daya manusia. Peningkatan kualitas SDM ini bagi korban bencana, prosedur penanganan
juga harus diiringi dengan mengembangkan jenazah korban bencana, dan prosedur transfer
sistem komputerisasi untuk formulir laporan korban bencana ke luar rumah sakit. Untuk
insiden keselamatan pasien. memastikan rumah sakit siap menghadapi
Menurut penelitian (Pertiwi et al., 2017) bencana selalu dilakukan pengawasan terhadap
tentang evaluasi pengelolaan limbah bahan rambu- rambu atau tanda jalur evakuasi
berbahaya dan beracun (B3) di Rumah Sakit bencana dan denahnya. Selain itu rumah sakit
Roemani Muhammadiyah Semarang, upaya juga melaksanakan simulasi tanggap darurat
pengurangan dan pemilahan limbah bahan bencana setiap tahun bersamaan dengan
berbahaya dan beracun (B3) di Rumah Sakit pelatihan APAR. Rumah sakit melakukan
Roemani Muhammadiyah Semarang belum simulasi menanggapi kedaruratan namun
sesuai dengan peraturan yaitu belum dibentuk dalam pelaksanaanya kurang maksimal dalam
program khusus untuk pengurangan limbah B3, menjalankan peran karena dinilai hanya
kebijakan dan Standar Prosedur Operasional simulasi.
(SPO) mengenai upaya pengurangan limbah Menurut penelitian (Putra, 2018)
B3 belum dibuat. Pada tahap pemilahan tentang kesiapsiagaan tim komite bencana
ditemukan pencampuran limbah B3 medis Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Bantul
seperti sarung tangan, masker disposable, dalam Menghadapi Bencana, Tim Komite
dan botol obat-obatan yang dibuang tidak bencana secara resmi sudah dibentuk. Komite
pada tempatnya. Upaya penyimpanan limbah bencana sudah melasanakan pelatihan secara
bahan berbahaya dan beracun (B3) belum rutin setiap tahun sekali khususnya tentang
sesuai yaitu penyimpanan limbah B3 di kebencanaan baik internal maupun di eksternal
TPS melebihi batas maksimal penyimpanan rumah sakit. Pusat Operasi Darurat (POD)
sehingga terjadi penumpukan limbah B3 pada berada di area yang aman dan mudah dijangkau
TPS serta kebersihan TPS kurang terjaga. serta terlindungi, dilengkapi dengan peta jalur
Upaya pengangkutan limbah bahan berbahaya evakuasi, papan informasi, dan tempat tunggu
dan beracun (B3) belum sesuai yaitu belum pasien serta sarana prasarana lainnya yang
memiliki jalur khusus untuk pengangkutan dapat mendukung mengurangi risiko korban
limbah B3 dan juga belum mencantumkan bencana.
simbol dan label sesuai klasifikasi limbah yang Menurut penelitian (Husna, 2016)

7
Alfi Nur Baeti, Evi Widowati / Kesiapan Rumah Sakit / IJPHN (1) (1) (2021)

tentang kesiapan tim pananggulangan bencana sakit dan parkir depan. Setiap tahun rumah
Rumah Sakit Umum Daerah Pariaman sakit mengadakan pelatihan penanggulangan
dalam struktur organisasi, tugas dan fungsi bencana kebakaran yang diikuti seluruh staf.
sudah ada. Namun ada beberapa anggota tim Pelatihan penanggulangan bencana kebakaran
penanggulangan bencana yang sudah pindah terakhir dilakukan 3 September dan diikuti
tugas, naik jabatan dan pensiun sehingga oleh 130 orang dari berbagai unit kerja. Uji
perlu adanya perbaharuan dalam stuktur Coba atau simulasi penanggulangan bencana
tim penanggulangan bencana. Kesiapan kebakaran juga rutin dilaksanakan dengan
dukungan pelayanan medis dan managerial melibatkan staf dan badan penyewa lahan.
belum memiliki persediaan bangsal, peralatan Pencatatan, pelaporan dan evaluasi program
penanganan korban korban massal belum penanggulangan kebakaran dilakukan setiap 4
mencukupi, area berkumpul yang kurang luas, bualan sekali.
tetapi sudah dalam pembangunan pelebaran Menurut penelitian (Muliadi et al.,
rumah sakit namun untuk sarana dan prasarana 2017) tentang kesiapan petugas/karyawan
lainnya sudah cukup. SDM kesehatan yang Rumah Sakit Umum Dr. Zainoel Abidin
sudah mengikuti pelatihan, namun dalam dalam penanggulangan bencana kebakaran
Tim penanggulangan bencana baru memiliki gedung, Pengamanan bahaya kebakaran pada
Tim Reaksi Cepat sedang Tim RHA dan Tim bangunan sudah sangat baik. Pendidikan dan
Bantuan Kesehatan Rumah Sakit Umum pelatihan penanganan kebakaran bagi dokter
Daerah Pariaman belum membentuk Timnya. dan perawat juga sudah baik karena dapat
Kesiapan sistem komunikasi sudah mempunyai dilihat secara umum jika pegawai rumah
alat komunikasi yaitu telepon, handphone, sakit sudah pernah mengikuti pelatihan
dan radio komunikasi berupa HT. Namun cara menggunakan alat pemadam api ringan
ada beberapa HT yang kurang berfungsi dan harus dilakukan secara kontinyu dan
dengan baik serta ada beberapa anggota tim berkelanjutan dengan mengikuti workshop-
penanggulangan bencana yang tidak membawa workshop penanggulangan bencana kebakaran
dan melakukan dril kebakaran hotel minimal 1
Proteksi Kebakaran tahun sekali. Untuk mewujudkan pengamanan
Rumah sakit harus waspada terhadap bahaya kebakaran diperlukan kesiapan dan
keselamatan kebakaran karena kebakaran kesediaan pihak pengelola Rumah Sakit dan
adalah risiko yang selalu dapat terjadi di rumah pemerintah daerah dalam upaya pengurangan
sakit. Dengan demikian, setiap rumah sakit risiko bencana kebakaran.
perlu merencanakan bagaimana agar penghuni
rumah sakit aman apabila terjadi kebakaran Peralatan Medis
termasuk bahaya dari asap. Rumah sakit perlu Untuk menjamin peralatan medis dapat
melakukan asesmen terus menerus untuk digunakan dan layak pakai maka rumah sakit
memenuhi regulasi keamanan kebakaran perlu melakukan melakukan inventarisasi
sehingga secara efektif dapat mengidentifikasi peralatan medis yang meliputi peralatan medis
risiko dan meminimalkan risiko. Penerapan yang dimilik oleh rumah sakit dan peralatan
proteksi kebakaran pada penelitian ini terdapat medis kerja sama operasional (KSO) milik
10 EP terpenuhi (100%). pihak ketiga; melakukan pemeriksaan peralatan
Elemen penilaian yang terpenuhi pada medis sesuai dengan penggunaan dan ketentuan
hasil penelitian adalah rumah sakit telah pabrik; melaksanakan pemeliharaan preventif
melakukan kajian risiko kebakaran setiap dan kalibrasi. Penerapan peralatan medis
tahunnya. Hasil kajian tersebut digunakan pada penelitian ini terdapat 9 EP terpenuhi
untuk membuat program serta menyusun (100%). Elemen penilaian yang terpenuhi
pedoman pencegahan dan penanggulan pada parameter ini adalah rumah sakit
bencana kebakaran. Rumah sakit telah telah melakukan inventarisasi, pemeriksaan
memasang sign dan melakukan sosialisasi peralatan medis dan pemeliharaan preventif
terkait jalur evakuasi menuju ke titik kumpul dan kalibrasi secara rutin. Rumah sakit
yang berada di halaman belakang rumah mempunyai daftar inventaris peralatan medis

8
Alfi Nur Baeti, Evi Widowati / Kesiapan Rumah Sakit / IJPHN (1) (1) (2021)

serta identifikasi risiko dan lokasinya. Terdapat Sistem Penunjang


laporan pemeriksaan peralatan medis yang Sistem penunjang atau sistem utilitas
dilakukan setiap bulan. Peralatan medis diuji adalah sistem dan peralatan untuk mendukung
fungsi dan kelayakannya secara teratur sesuai layanan penting bagi keselamatan pasien. Sistem
dengan rekomendasi pabrik yang dilakukan ini mencakup jaringan listrik, air, ventilasi dan
oleh pihak ketiga. Kalibrasi dilaksanakan setiap aliran udara, gas medik, perpipaan, uap panas,
tahun dan bertahap. Staf yang bertanggung limbah, serta sistem komunikasi dan data.
jawab terhadap peralatan medis telah Sistem utilitas yang berfungsi efektif di semua
melakukan pelatihan sesuai unit dan bidangnya. tempat di rumah sakit menciptakan lingkungan
pelatihan terkait peralatan medis. Rumah sakit asuhan pasien yang baik. Penerapan parameter
melakukan pemantauan peralatan medis setiap sistem penunjang pada penelitian ini adalah 25
hari dan dilaporkan apabila ada kerusakan, EP terpenuhi (100%). Elemen penilaian yang
recall maupun insiden. Rumah sakit memiliki terpenuhi secara keseluruhan adalah rumah
sistem pemantauan dan pengambilan tindakan sakit telah menunjuk petugas untuk memastikan
terhadap pemberitahuan mengenai peralatan semua system utilitas berfungsi efektif dan
medis berbahaya, cacat produksi (recall). efisien. Petugas tersebut telah disesuaikan
Terdapat laporan insiden terkait keselamatan. dengan keahlian masing-masing meliputi
Menurut penelitian (Rahmiyati et al., penaggungjawab pemeliharaan penangkal
2019) tentang analisis penyelenggaraan sistem petir, instalasi listrik, fasilitas sanitasi, instalasi
pemeliharaan alat radiologi rumah sakit, telepon dan tata suara, genset, sentral oksigen,
penyelenggaraan pemeliharaan alat radiologi AC, dan instalasi air. Pemeriksaan system
secara keseluruhan telah dilakukan oleh pihak utilitas tersebut dilakukan setiap 1 minggu
IPSRS tetapi belum sepenuhnya terlaksana, sekali. Pemantauan fisik gedung dan bangunan
dilihat dari laporan maintenance card dan dilakukan setiap 1 bulan sekali. Pelaporan dan
laporan perminggu bahwa tidak semua item evaluasi kegiatan terkait program manajemen
dilakukan pengecekkan rutin. Penyelenggaraan sitem utilitas dilakukan setiap 3 bulan sekali.
pemeliharaan alat radiologi di RSUD Menurut penelitian (Riskiyah et al.,
Cikalongwetan masih perlu ditingkatkan lagi 2016) tentang faktor yang mempengaruhi
karena beberapa faktor diantaranya SDM, pemahaman kepala ruang rawat inap tentang
anggaran, dan sarana yang belum lengkap. pelaporan kinerja utilitas bangsal di rumah
SDM terkait dapat mematuhi peraturan yang sakit, penyebab ketidakpahaman kepala ruang
telah ditetapkan sehingga dapat tercapainya dalam menghitung dan melaporkan kinerja
tujuan pemeliharaan, diharapkan tertib dalam efisiensi rumah sakit adalah tidak adanya
melakukan dokumentasi apabila pemeliharaan kebijakan dan alokasi anggaran sehingga tidak
telah dilakukan. ada program pelatihan maupun sosialisasi.
Menurut penelitian (Kenedi et al., 2018) Sosialisasi dan pelatihan yang dilakukan
tentang analisis pengadaan alat kesehatan di jangka pendek terbukti dapat memperbaiki
Rumah Sakit Umum Daerah Padang Pariaman, pemahaman dan praktek pelaporan, namun
proses pengadaan alat kesehatan dilihat pada dalam jangka panjang perlu didukung kebijakan
pendekatan sistim pada komponen input dan evaluasi berkelanjutan.
kebijakan (SOP), SDM, dana dan sarana
belum sepenuhnya memenuhi syarat, pada Monitoring Program MFK
komponen proses belum sesuai dengan Monitoring program manajemen risiko
Pedoman Pengelolaan Peralatan Kesehatan fasilitas dan lingkungan melalui pengumpulan
di Fasilitas Pelayanan Kesehatan; 2015. data dan analisisnya memberikan informasi
Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik yang dapat membantu rumah sakit mencegah
dan Sarana Kesehatan dan pada komponen masalah, menurunkan risiko, membuat
output pelaksanaan pengadaan alat kesehatan keputusan sistem perbaikannya, serta membuat
di RSUD Padang Pariaman belum sepenuhnya rencana untuk meningkatkan fungsi (upgrade)
sesuai dengan kebutuhan rumah sakit dan user. teknologi medik, peralatan, dan sistem utilitas.

9
Alfi Nur Baeti, Evi Widowati / Kesiapan Rumah Sakit / IJPHN (1) (1) (2021)

Penerapan parameter monitoring pogram karena itu, dibutuhkan pembenahan terhadap


MFK pada penelitian ini adalah 4 EP terpenuhi komitmen dan leadership agar menjadi lebih
(100%). baik dan lebih fokus untuk menerapkan budaya
Elemen penilaian yang terpenuhi pada K3 di rumah sakit.
parameter ini adalah rumah sakit memiliki
regulasi sistem pelaporan data insiden program Pendidikan Staf
manajemen risiko fasilitas. Rumah sakit Rumah sakit perlu menyelenggarakan
melakukan analisis terhadap laporan data edukasi, pelatihan, serta tes (ujian) bagi
insiden yang berhubungan dengan fasilitas semua staf tentang peranan mereka dalam
keselamatan. Rumah sakit juga membuat menyediakan fasilitas yang aman dan efektif.
laporan adanya kecelakaan akibat kerja Penerapan parameter pendidikan staf pada
dan penyakit akibat kerja baik diagnosis, penelitian ini terdapat 11 EP terpenuhi (92%)
penyebab dan tindakan yang telah dilakukan. dan 1 EP terpenuhi sebagian (8%).
Rumah sakit melakukan tindak lanjut dan Elemen penilaian yang terpenuhi
perbaikan terhadap laporan insiden sesuai pada parameter ini adalah rumah sakit telah
dengan kemampuan yang dimiliki. Tim K3 memiliki program pelatihan manajemen
membuat laporan terkait pelaksanaan program fasilitas dan keselamatan diantaranya pelatihan
manajemen risiko kepada direktur rumah sakit penanggulangan kebakaran, pelatihan tanggap
setidaknya 3 bulan 1 kali. Penanggung jawab darurat bencana, pelatihan pengelolaan system
program telah melakukan laporan kepada utilitas dan pelatihan pengelolaan peralatan
direktur rumah sakit. Laporan yang dilakukan medis. Pelatihan penanggulangan kebakaran
oleh penanggung jawab sanitasi, peralatan dan tanggap darurat bencana diikuti oleh
medis, maupun unit lain diserahkan kepada seluruh staf dan dilaksanakan di rumah sakit
bagian K3. sedangkan pelatihan pengelolaan peralatan
Menurut penelitian (Fadhila & Denny, medis dan system utilitas hanya diikuti oleh
2017) tentang upaya manajemen rumah petugas yang bertanggungjawab terhadap unit
sakit dalam penerapan budaya kesehatan tersebut. Program pelatihan terkait manajemen
dan keselamatan kerja (K3) pasca akreditasi fasilitas dan keselamatan dilaksanakan setiap
pada sebuah RSUD di Kabupaten Semarang, satu tahun sekali.
sesungguhnya budaya K3 di RSUD Kabupaten Menurut penelitian (Warmuni &
Semarang belum berjalan. Pihak manajemen Rusminingsih, 2020) hubungan tingkat
rumah sakit sudah melakukan berbagai pengetahuan dengan kepatuhan pemakaian
upaya untuk menerapkan budaya K3, namun alat pelindung diri petugas cleaning service
belum konsisten. Manajemen mengupayakan di Rumah Sakit Umum Bangli, ada hubungan
nilai-nilai K3 di RSUD Kabupaten Semarang tingkat pengetahuan dengan kepatuhan
menjadi baik dengan menyediakan orang- pemakaian APD petugas cleaning service di RSU
orang yang mendukung K3, yaitu tim K3 RS, Bangli. Tingkat pengetahuan petugas cleaning
tim akreditasi RS dan supervisor/pengawas service diperoleh kategori pengetahuan baik
pelaksanaan K3, tetapi belum optimal karena 63,9%, kategori pengetahuan cukup 5,6% dan
tidak bisa fokus pada tanggungjawab mereka kategori pengetahuan kurang 30,5%, Kepatuhan
dalam K3. Selain itu, manajemen juga tidak pemakaian APD kategori baik sesuai prosedur
konsisten terhadap punishment yang diberikan 72,2% dan kategori kepatuhan pemakaian
bila karyawan tidak melaksanakan K3 dengan APD kurang patuh tidak sesuai prosedur
baik. Manajemen juga sudah melengkapi 27,8%. Untuk meningkatkan pengetahuan dan
software dengan memberikan pendidikan kepatuhan pemakaian APD dapat dilakukan
dan pelatihan K3, menyusun pedoman K3 dengan penerapan upaya pelayanan K3RS
dan SOP; serta melengkapi hardware dengan secara konprehensif berkesinambungan pada
menyediakan dan mencukupkan APD di RS. petugas cleaning service rumah sakit.
Namun, dalam hal perilaku K3, masih ada Menurut penelitian (Setiawati et al.,
sebagian karyawan RS yang belum terbiasa 2020) tentang gambaran pengetahuan dan
untuk berperilaku K3 dengan benar. Oleh sikap perawat tentang kesiapsiagaan pelayanan

10
Alfi Nur Baeti, Evi Widowati / Kesiapan Rumah Sakit / IJPHN (1) (1) (2021)

kesehatan dalam menghadapi bencana Kesimpulan


banjir menunjukkan bahwa pengetahuan Dari hasil penelitian diperoleh simpulan
perawat yang bekerja di puskesmas memiliki bahwa capaian standar MFK berdasarkan
pengetahuan kurang baik 22 orang (52,4%), SNARS Edisi 1 diperoleh dari total poin elemen
sedangkan yang memiliki pengetahuan baik penilaian yang diteliti sebesar 99 poin, elemen
sebanyak 20 orang (47,6%). Hasil penelitian penilaian yang tidak terpenuhi sebesar 1 poin
terkait sikap perawat dalam kesiapsiagaan (1%), elemen penilaian yang terpenuhi sebagian
pelayanan kesehatan dalam menghadapi banjir sebesar 4 poin (4%), dan elemen penilaian
menunjukkan bahwa sebagian besar memiliki yang terpenuhi sebesar 94 poin (95%). Dari 9
sikap kurang baik yaitu berjumlah 24 orang Parameter MFK seluruhnya sudah memenuhi
responden (57,1%), sedangkan yang memiliki capaian ≥ 80%. Berdasarkan rekapitulasi hasil
sikap baik sebanyak 18 responden (42,9%). penelitian pada standar MFK di RSI Nahdlatul
Secara keseluruhan dari 99 poin elemen Ulama Kabupaten Demak, parameter
penilaian yang di teliti, terdapat 1 poin yang kepemimpinan dan perencanaan terdapat 1
tidak terpenuhi yaitu manajemen rumah sakit poin elemen penilaian yang tidak terpenuhi.
tidak melibatkan tenant/ penyewa lahan dalam Parameter Keselamatan dan Keamanan, Bahan
identifikasi risiko bahaya, program manajemen Berbahaya, Kesiapan Penanggulangan Bencana
risiko, pelatihan maupun simulasi terkait terdapat, dan Pendidikan Staf masing-masing
kesehatan dan keselamatan kerja. Selain itu, terdapat 1 poin elemen penilaian terpenuhi
terdapat 4 poin yang terpenuhi sebagian yaitu sebagian. Parameter proteksi kebakaran
belum adanya ruang dekontaminasi meskipun terdapat, peralatan medis terdapat, sistem
sudah ada peraturan dan SOP dekontaminasi. penunjang, dan monitoring program MFK
Seluruh karyawan telah diberi kartu identitas seluruhnya (100%) terpenuhi.
namun dalam pelaksanaannya masih terdapat
karyawan yang tidak menggunakan karena Daftar Pustaka
disimpan di laci atau lain sebagainya. Terdapat Ardi, S. Z., & Hariyono, W. (2018). Analisa
peraturan terkait supplier bahan berbahaya dan Penerapan Budaya Perilaku Keselamatan
beracun (B3) yang wajib melampirkan MSDS, dan Kesehatan Kerja di Rumah Sakit. 12(1),
namun masih terdapat B3 yang tidak dilengkapi 15–20.
Ariyani, R. I., Aini, Q., & Tjahtjono, H. K. (2016).
dengan MSDS. Rumah sakit telah melakukan
Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Loyalitas
simulasi tanggap darurat kebakaran maupun Karyawan Terhadap Kinerja Karyawan Di
bencana, namun dalam pelaksanaannya Rumah Sakit Islam Hidayatullah Yogyakarta.
kurang maksimal karena karyawan mengetahui 5(2), 1–7.
jika hal tersebut hanya simulasi. 94 poin Departemen kesehatan. (2005). Buku Petunjuk
elemen penilaian lainnya telah terpenuhi dan Pengisian, Pengolahan, dan Penyajian Data
dilaksanakan dengan baik. Rumah Sakit.
Hambatan pemenuhan tiap standar MFK Fadhila, N., & Denny, H. M. (2017). Analisis Upaya
meliputi: ketersediaan sarana dan prasarana Manajemen Rumah Sakit Dalam Penerapan
yang masih terbatas, keterbatasan jumlah Budaya Kesehatan dan Keselamatan Kerja (
K3 ) Pasca Akreditasi pada Sebuah RSUD di
SDM, kesadaran SDM, alokasi anggaran yang
Kabupaten Semarang. 5(1), 55–61.
masih terbatas untuk mendukung pelaksanaan Heriyati, Al-hijrah, M. F., & Masniati. (2019).
pemenuhan standar MFK, kesiapan tim diklat Budaya Keselamatan Pasien Rumah Sakit
dalam melakukan pelatihan dan simulasi Umum Daerah Majene. 2(3), 194–205.
belum maksimal, kurangnya kepatuhan pihak Husna, R. D. (2016). Analisis Kesiapan Rumah Sakit
penyedia B3 untuk melampirkan MSDS. Umum Daerah Pariaman Dalam Menghadapi
Capaian penilaian berdasarkan SNARS Edisi 1 Bencana Tahun 2016. Universitas Andalas.
sebesar > 80% tidak menjadi hambatan dalam IT Ditjen Yankes. (2018). Data Rumah Sakit.
akreditasi rumah sakit menuju peringkat Kemkes.Go.Id. http://sirs.yankes.kemkes.
paripurna. go.id/fo/home/akreditasi

11
Alfi Nur Baeti, Evi Widowati / Kesiapan Rumah Sakit / IJPHN (1) (1) (2021)

KARS. (2018). Standar Nasional Akreditasi Rumah Bencana. 2(1), 8–15.


Sakit Edisi 1. Rahmiyati, A. L., Kulsum, D. U., & Hafidiani, W.
Kenedi, J., Lanin, D., Agus, Z., Kunci, K., Sakit, R., L. (2019). Analisis Penyelenggaraan Sistem
& Kesehatan, A. (2018). Analisis Pengadaan Pemeliharaan Alat Radiologi Rumah Sakit
Alat Kesehatan Di Rumah Sakit Umum Ayu. 18(3), 93–97.
Daerah Padang Pariaman Tahun 2017. 7(2), Riskiyah, Harijanto, T., & Mahliafa, V. M. (2016).
9–16. Faktor yang Mempengaruhi Pemahaman
Komisi Akreditasi Rumah Sakit. (2014). Daftar Kepala Ruang Rawat Inap tentang Pelaporan
Rumah Sakit Terakreditasi. Kars.or.Id. http:// Kinerja Utilitas Bangsal di Rumah Sakit.
akreditasi.kars.or.id/application/report/ 29(3), 300–304.
report_accredited.php Setiawati, I., Utami, G. T., & Sabrian, F. (2020).
Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (2007). Gambaran pengetahuan dan sikap perawat
Keputusan Menteri Kesehatan Republik tentang kesiapsiagaan pelayanan kesehatan
Indonesia Nomor 432/Menkes/SK/IV/2007 dalam menghadapi bencana banjir. 10(2),
tentang Pedoman Manajemen Kesehatan 158–169.
dan Keselamatan Kerja (K3) di Rumah Sakit Siswatiningsih, I., Raharjo, K., & Prasetya, A.
(pp. 1–15). (2016). Studi Pada Pegawai Rumah Sakit
Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (2017). Muhammadiyah Ahmad Dahlan , Kediri.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik 3(2), 86–98.
Indonesia Nomor 34 Tahun 2017 Tentang Syarkawi, Y. (2017). RSUD Panglima Sebaya Dinilai
Akreditasi Rumah Sakit. Tim KARS. Balikpapan.Prokal.Co. https://
Muliadi, Mulyadi, & Mutiawati, E. (2017). Kesiapan balikpapan.prokal.co/read/news/222621-
Petugas / Karyawan Rumah Sakit Umum Dr rsud-panglima-sebaya-dinilai-tim-kars/6
. Zainoel Abidin Dalam Penanggulangan Tristantia, A. D. (2018). Evaluasi Sistem Pelaporan
Bencana Kebakaran. 4(1), 6–11. Insiden Keselamatan Pasien di Rumah Sakit.
Pertiwi, V., Joko, T., & Dangiran, H. L. (2017). 6(2), 83–93. https://doi.org/10.20473/jaki.
Evaluasi Pengelolaan Limbah Bahan v6i2.2018.83-94
Berbahaya Dan Beracun (B3) Di Rumah Warmuni, N. M., & Rusminingsih, N. K. (2020).
Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang. Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan
5(3), 420–430. Kepatuhan Pemakaian Alat Pelindung Diri
Putra, H. A. (2018). Studi Kualitatif Kesiapsiagaan Petugas Cleaning Service di Rumah Sakit
Tim Komite Bencana Rumah Sakit PKU Umum Bangli Tahun 2019. 10(1), 24–31.
Muhammadiyah Bantul dalam Menghadapi

12

Anda mungkin juga menyukai