Kesiapan Rumah Sakit
Kesiapan Rumah Sakit
Abstract
Background: In 2018 in Central Java there were 303 hospitals with 248 (81.9%) it is a
public hospital and 186 (61.4%) hospitals are accredited. Demak regency is the area with
the fewest number of hospitals in Central Java and the accreditation level is relatively low.
This research was conducted at RSI NU Demak Regency with accreditation status passed
madya.
Method: This research is a type of descriptive research with evaluation studies. The data
was obtained through interviews, observations and documentation studies with 3 inform-
ants.
Results: From the results of the study obtained from the total points of assessment
elements studied by 99 points, unfulfilled assessment elements of 1 point (1%),
partially fulfilled assessment elements of 4 points (4%), and elements of assessment
fulfilled by 94 points (95%).
Conclusion: Of the 9 MFK Parameters, all of them have fulfilled ≥ 80%. The achievement
of the assessment is not an obstacle in the accreditation of hospitals to the plenary level.
Correspondence Address: pISSN XXXX-XXXX
Email : alfinurbaeti21@gmail.com eISSN XXXX-XXXX
1
Alfi Nur Baeti, Evi Widowati / Kesiapan Rumah Sakit / IJPHN (1) (1) (2021)
2
Alfi Nur Baeti, Evi Widowati / Kesiapan Rumah Sakit / IJPHN (1) (1) (2021)
Menurut (Menteri Kesehatan Republik meningkat menjadi 3487 kunjungan pada tahun
Indonesia, 2007), potensi bahaya di rumah 2017 dan menurut data hingga September 2018
sakit selain penyakit-penyakit infeksi telah terdapat 4385 kunjungan rawat jalan.
juga ada potensi bahaya-bahaya lain yang Standar Bed Occupancy Rate (BOR) yang ideal
mempengaruhi situasi dan kondisi di rumah menurut (Departemen kesehatan, 2005) adalah
sakit, yaitu kecelakaan (peledakan, kebakaran, antara 60-85%. Nilai ideal untuk BOR yang
kecelakaan yang berhubungan dengan instalasi disarankan adalah 75% - 85%. BOR di Rumah
listrik, dan sumber-sumber cidera lainnya), Sakit Islam Nahdlatul Ulama Demak yaitu 55%
radiasi, bahan-bahan kimia yang berbahaya, artinya tempat tidur yang digunakan untuk
gas-gas anastesi, gangguan psikososial dan merawat pasien dibandingkan dengan tempat
ergonomi. Elemen penilaian dari standar akan tidur yang telah disediakan lebih sedikit dari
menuntun rumah sakit dan surveior terhadap standar yang ada. Jumlah pasien yang sedikit
apa yang akan ditinjau dan dinilai selama proses ini bisa menimbulkan kesulitan pendapatan
survey. Setiap elemen penilaian dilengkapi ekonomi bagi pihak rumah sakit.
dengan Regulasi (R) atau Dokumentasi (D), Rumah Sakit Islam Nahdlatul Ulama
atau Wawancara (W) atau Observasi (O) Demak telah lulus akreditasi dengan status
atau Simulasi (S), atau kombinasinya. Setiap lulus tingkat madya pada tanggal 23 Oktober
Elemen Penilaian diberi skor 0 atau 5 atau 10 2018. Rumah sakit nonpendidikan mendapat
sesuai tingkat pemenuhan standar. Penilaian sertifikat akreditasi tingkat madya bila dari 15
akreditasi Rumah Sakit standar Manajemen, bab yang di survei ada 8 bab yang mendapat
Fasilitas dan Keselamatan (MFK) adalah salah nilai minimal 80 % dan 7 bab lainnya tidak ada
satu bab dari kelompok standar manajemen yang mendapat nilai dibawah 20%. Kedepannya
Rumah Sakit, dimana salah satu poin penilaian pihak rumah sakit menargetkan agar dapat
dari MFK tersebut adalah aspek Keselamatan lulus paripurna. Standar Manajemen Fasilitas
dan Keamanan. Tujuan utama dari standar dan Keselamatan dalam pelaksanaanya di
Manajemen Fasilitas dan Keselamatan, adalah rumah sakit telah dilaksanakan namun belum
bahwa Rumah sakit dalam kegiatannya harus sempurna dan belum dilakukan pemeriksaan
menyediakan fasilitas yang aman, berfungsi, kesesuainnya SNARS edisi 1 tahun 2018. Rumah
dan suportif bagi pasien, keluarga, staf, dan sakit tersebut telah memiliki Alat Pemadam
pengunjung. Untuk mencapai tujuan tersebut Api Ringan (APAR) yang seluruhnya dalam
fasilitas fisik, peralatan medis, dan peralatan kondisi baik dan tidak kadaluarsa, terdapat
lainnya harus dikelola secara efektif. Secara jalur evakuasi apabila terjadi keadaan darurat,
khusus, manajemen harus berupaya keras memiliki surat izin seperti izin mengenai
mengurangi dan mengendalikan bahaya dan bangunan dan operasional rumah sakit dan
risiko; mencegah kecelakaan dan cidera; dan telah dilakukan perawatan dan pemeliharaan
memelihara kondisi aman. Manajemen Fasilitas pada fasilitas baik medis maupun nonmedis.
dan Keselamatan terdiri dari 9 poin standar Untuk mencapai target rumah sakit lulus
yaitu: Kepemimpinan dan Perencanaan; tingkat paripurna maka Rumah Sakit Islam
Keselamatan dan Keamanan; Bahan Berbahaya; Nahdlatul Ulama Demak harus melaksanakan
Kesiapan Penanggulangan Bencana; Proteksi standar Manajemen Fasilitas dan Keselamatan
Kebakaran; Peralatan Medis; Sistem utilitas; sesuai dengan SNARS edisi 1 tahun 2018.
Monitoring Program MFK; dan Pendidikan Mengacu Rumah Sakit Islam Nahdlatul Ulama
Staf. Demak menghadapi akreditasi KARS dalam
Rumah Sakit Islam Nahdlatul Ulama pemenuhan Standar Manajemen Fasilitas dan
Demak merupakan rumah sakit swasta umum Keselamatan.
kelas D yang berdiri atas ijin dari Dinas Hal yang membedakan penelitian ini
Kesehatan Demak No 503.37/02521/VI/2015. dengan penelitian sebelumnya adalah penelitian
Jumlah tempat tidur di Rumah Sakit NU Demak mengenai kesiapan Rumah Sakit Islam
sebanyak 127. Kunjungan IGD rawat jalan di Nahdlatul Ulama Demak terhadap akreditasi
Rumah Sakit Islam Nahdlatul Ulama Demak KARS dalam pemenuhan standar Manajemen
pada tahun 2016 sebanyak 3275 kunjungan, Fasilitas dan Keselamatan sesuai Standar
3
Alfi Nur Baeti, Evi Widowati / Kesiapan Rumah Sakit / IJPHN (1) (1) (2021)
4
Alfi Nur Baeti, Evi Widowati / Kesiapan Rumah Sakit / IJPHN (1) (1) (2021)
5
Alfi Nur Baeti, Evi Widowati / Kesiapan Rumah Sakit / IJPHN (1) (1) (2021)
tim K3RS dibawah sub bidang sarana prasarana. keselamatan pasien dan melibatkan seluruh staf
Program tersebut mencakup 15 poin yaitu; saling bekerjasama untuk peningkatan budaya
pengelolaan dokumen, pelatihan, pengelolaan keselamatan pasien. Memberikan ruang
kesehatan kerja, kecelakaan kerja, dan penyakit berbicara kepada staf mengenai, menciptakan
akibat kerja, pengawasan pengelolaam B3, iklim kerja yang kondusif, budaya yang tidak
sistem komunikasi, alat pelindung diri (APD), menyalahkan dan persoalan keselamatan
keamanan sarana, prasarana, dan peralatan, merupakan tanggung jawab bersama.
pengelolaan system kunci, perlengkapan Mengaktifkan sistem pelaporan insiden, segera
keamanan pasien, pengunjung, pedagang, melakukan sosialisasi dan implementasi terkait
dan staf, sistem deteksi dan penanggulangan pelaporan insiden keselamatan pasien serta
kebakaran, kewaspadaan bencana, pengelolaan memberikan kesempatan kepada seluruh staf
tempat berisiko atau berbahaya, pengelolaan untuk mengikuti pelatihan.
larangan merokok, pengawasan pengelolaan
kesehatan lingkungan, dan perijinan. Elemen Bahan Berbahaya
penilaian yang terpenuhi sebagian adalah Parameter bahan berbahaya (Menurut
rumah sakit memiliki peraturan terkait SNARS Edisi 1 Tahun 2017, n.d.) bertujuan
identitas bagi seluruh pengunjung, staf dan untuk memastikan pengelolaan bahan
pasien, namun terdapat pegawai yang tidak berbahaya dan beracun yang dilakukan oleh
menggunakan identitas saat bertugas karena rumah sakit aman dan sesuai dengan peraturan
lupa ditaruh meja. yang berlaku. Penerapan parameter bahan
Menurut penelitian (Ardi & Hariyono, berbahaya pada penelitian ini terdapat 10 EP
2018) tentang analisa penerapan budaya terpenuhi (91%) dan 1 EP terpenuhi sebagian
perilaku keselamatan dan kesehatan kerja (K3) (9%). Elemen penilaian yang telah terpenuhi
di rumah sakit, budaya perilaku K3 terbentuk diantaranya adalah rumah sakit mempunyai
dari enam faktor pendukung salah satunya izin penyimpanan sementara limbah bahan
adalah manajemen telah memperhatikan berbahaya dan beracun (B3) melalui surat
pentingnya keselamatan pekerja dengan adanya keputusan kepala kantor lingkungan hidup
kebijakan mengenai K3. Adanya peraturan Kabupaten Demak No 660.3/187/2015.
dan prosedur K3 yang dibuat manajemen dan Selain itu rumah sakit juga mempunyai izin
dilaksanakan karyawan. Pola komunikasi yang sementara pembuangan air limbah dari Dinas
baik antara atasan dan bawahan. Kompetensi Lingkungan Hidup sesuai Surat Keterangan
K3 yang baik yaitu dengan adanya seorang No 660.1/332/2018 dan izin IPAL No
Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja Umum 660.1/332/2018. Rumah sakit bekerja sama
(AK3U) dan dalam proses membudayakan K3 dengan PT Arah Environmental Indonesia
karyawan menerima dan terlibat dengan baik, dalam izin pengelolaan B3 No 00162/PK-4/
dan ini terlihat dari adanya program training DMA/AEI-SMG/VIII/2018 dan Transporter
K3, pekerja bekerja menggunakan APD. B3 sesuai SK No 485/Menlhk/Setjen/
Lingkungan kerja yang mendukung merupakan PLB.3/6/2016.
salah satu faktor dalam ketercapaian budaya Setiap tahun rumah sakit melakukan
K3 dan di RS telah dicapai dengan adanya evaluasi dan perbaikan yang diperlukan terhadap
karyawan yang patuh SOP, adanya rambu SK Pengelolaan B3, Kebijakan pengelolaan
rambu K3, poster K3, dan patient safety guide. bahan B3 yang mengacu pada MSDS, dan SK
Menurut penelitian (Heriyati et al., tentang daftar B3 yang digunakan di rumah
2019) tentang budaya keselamatan pasien sakit, SK tentang penyimpanan B3, dan
Rumah Sakit Umum Daerah Majene ada Standar Operasional Prosedur yang berkaitan
hubungan komitmen pimpinan, kerjasama tim, dengan pengelolaan B3. B3 dan limbahnya
komunikasi, iklim kerja, no blaming culture, dikategorikan sesuai jenisnya. Setiap 6 bulan
pelaporan insiden, pendidikan dan pelatihan sekali rumah sakit melakukan pemeriksaan
dengan budaya keselamatan pasien. Terkait tempat penyimpanan B3 dan stiker atau tanda
komitmen perlu menyusun kebijakan khusus B3. Rumah sakit memiliki formulir pelaporan
misalnya pemberian reward terhadap staf terkait paparan, tumpahan, atau insiden terkait B3
6
Alfi Nur Baeti, Evi Widowati / Kesiapan Rumah Sakit / IJPHN (1) (1) (2021)
7
Alfi Nur Baeti, Evi Widowati / Kesiapan Rumah Sakit / IJPHN (1) (1) (2021)
tentang kesiapan tim pananggulangan bencana sakit dan parkir depan. Setiap tahun rumah
Rumah Sakit Umum Daerah Pariaman sakit mengadakan pelatihan penanggulangan
dalam struktur organisasi, tugas dan fungsi bencana kebakaran yang diikuti seluruh staf.
sudah ada. Namun ada beberapa anggota tim Pelatihan penanggulangan bencana kebakaran
penanggulangan bencana yang sudah pindah terakhir dilakukan 3 September dan diikuti
tugas, naik jabatan dan pensiun sehingga oleh 130 orang dari berbagai unit kerja. Uji
perlu adanya perbaharuan dalam stuktur Coba atau simulasi penanggulangan bencana
tim penanggulangan bencana. Kesiapan kebakaran juga rutin dilaksanakan dengan
dukungan pelayanan medis dan managerial melibatkan staf dan badan penyewa lahan.
belum memiliki persediaan bangsal, peralatan Pencatatan, pelaporan dan evaluasi program
penanganan korban korban massal belum penanggulangan kebakaran dilakukan setiap 4
mencukupi, area berkumpul yang kurang luas, bualan sekali.
tetapi sudah dalam pembangunan pelebaran Menurut penelitian (Muliadi et al.,
rumah sakit namun untuk sarana dan prasarana 2017) tentang kesiapan petugas/karyawan
lainnya sudah cukup. SDM kesehatan yang Rumah Sakit Umum Dr. Zainoel Abidin
sudah mengikuti pelatihan, namun dalam dalam penanggulangan bencana kebakaran
Tim penanggulangan bencana baru memiliki gedung, Pengamanan bahaya kebakaran pada
Tim Reaksi Cepat sedang Tim RHA dan Tim bangunan sudah sangat baik. Pendidikan dan
Bantuan Kesehatan Rumah Sakit Umum pelatihan penanganan kebakaran bagi dokter
Daerah Pariaman belum membentuk Timnya. dan perawat juga sudah baik karena dapat
Kesiapan sistem komunikasi sudah mempunyai dilihat secara umum jika pegawai rumah
alat komunikasi yaitu telepon, handphone, sakit sudah pernah mengikuti pelatihan
dan radio komunikasi berupa HT. Namun cara menggunakan alat pemadam api ringan
ada beberapa HT yang kurang berfungsi dan harus dilakukan secara kontinyu dan
dengan baik serta ada beberapa anggota tim berkelanjutan dengan mengikuti workshop-
penanggulangan bencana yang tidak membawa workshop penanggulangan bencana kebakaran
dan melakukan dril kebakaran hotel minimal 1
Proteksi Kebakaran tahun sekali. Untuk mewujudkan pengamanan
Rumah sakit harus waspada terhadap bahaya kebakaran diperlukan kesiapan dan
keselamatan kebakaran karena kebakaran kesediaan pihak pengelola Rumah Sakit dan
adalah risiko yang selalu dapat terjadi di rumah pemerintah daerah dalam upaya pengurangan
sakit. Dengan demikian, setiap rumah sakit risiko bencana kebakaran.
perlu merencanakan bagaimana agar penghuni
rumah sakit aman apabila terjadi kebakaran Peralatan Medis
termasuk bahaya dari asap. Rumah sakit perlu Untuk menjamin peralatan medis dapat
melakukan asesmen terus menerus untuk digunakan dan layak pakai maka rumah sakit
memenuhi regulasi keamanan kebakaran perlu melakukan melakukan inventarisasi
sehingga secara efektif dapat mengidentifikasi peralatan medis yang meliputi peralatan medis
risiko dan meminimalkan risiko. Penerapan yang dimilik oleh rumah sakit dan peralatan
proteksi kebakaran pada penelitian ini terdapat medis kerja sama operasional (KSO) milik
10 EP terpenuhi (100%). pihak ketiga; melakukan pemeriksaan peralatan
Elemen penilaian yang terpenuhi pada medis sesuai dengan penggunaan dan ketentuan
hasil penelitian adalah rumah sakit telah pabrik; melaksanakan pemeliharaan preventif
melakukan kajian risiko kebakaran setiap dan kalibrasi. Penerapan peralatan medis
tahunnya. Hasil kajian tersebut digunakan pada penelitian ini terdapat 9 EP terpenuhi
untuk membuat program serta menyusun (100%). Elemen penilaian yang terpenuhi
pedoman pencegahan dan penanggulan pada parameter ini adalah rumah sakit
bencana kebakaran. Rumah sakit telah telah melakukan inventarisasi, pemeriksaan
memasang sign dan melakukan sosialisasi peralatan medis dan pemeliharaan preventif
terkait jalur evakuasi menuju ke titik kumpul dan kalibrasi secara rutin. Rumah sakit
yang berada di halaman belakang rumah mempunyai daftar inventaris peralatan medis
8
Alfi Nur Baeti, Evi Widowati / Kesiapan Rumah Sakit / IJPHN (1) (1) (2021)
9
Alfi Nur Baeti, Evi Widowati / Kesiapan Rumah Sakit / IJPHN (1) (1) (2021)
10
Alfi Nur Baeti, Evi Widowati / Kesiapan Rumah Sakit / IJPHN (1) (1) (2021)
11
Alfi Nur Baeti, Evi Widowati / Kesiapan Rumah Sakit / IJPHN (1) (1) (2021)
12