Anda di halaman 1dari 4

Krisna Budi Wijayanto

22022304

Intact Rock Sampling and Testing


Pada 45 tahun yang lalu, di sebuah proyek pembangunan pembangkit listrik tenaga air, sampel core
pada core box minimal yang dapat diamati secara baik adalah 25%, maka dalam projek tersebut dapat
dibangun terowongan. Dengan perkembangan teknologi dalam bidang geologi rekayasa, sekarang kita
dapat mengamankan 100% sampel core pada core box dengan kualitas yang lebih baik. Secara umum,
tantangan dalam pengambilan sampel core adalah overburden dan material-material deposit yang
harus kita lewati sehingga sampel core dapat terpreservasi dengan baik. Pada masa sekarang, kita
dapat melihat gambaran lubang bor secara lebih jelas dengan menggunakan alat televiewers. Alat ini
dapat melihat gambaran dan orientasi lubang dengan lebih jelas sehingga kita dapat
mengintepretasikan suatu lubang dengan baik.
Tak hanya pengambilan sampel core, penyimpanan core box juga harus diperhatikan agar data kita
tidak rusak oleh adanya kondisi cuaca ataupun berantakan. Sampel core dapat berubah akibat waktu,
contohnya dalah sampel core batupasir dan batulanau yang dapat berubah menjadi tanah dalam
beberapa waktu. Hal ini mengharuskan kita untuk mengambil gambar core pada saat setelah sampel
tersebut setelah pengeboran selesai. Bahkan dalam beberapa kasus, kita harus segera untuk melakukan
pengujian sampel walaupun dalam kondisi cuaca dan tempat yang ekstrim. Sampel core dapat
memberikan informasi yang sangat penting yaitu litologi, diskontinuitas, distribusi diskontinuitas, dan
frekuensi diskontinuitas.
Sampel core pada batuan yang memiliki in-situ stress yang tinggi dapat mengakibatkan core menjadi
failure. Hal ini biasa disebut core disking yang merupakan rapuhnya core selama pengeboran
berlangsung. Core disking tak hanya terjadi pada batuan high in-situ stress, tetapi juga di relaxation
zone of the surrounding rock mass. Core disking menghasilkan retakan yang tegak lurus dengan arah
pemboran dengan ketebalan yang beragam. Sekecil apapun Panjang dari diskontitas, maka hal itu
akan mempengaruhi karakteristik dan sifat dari intact rock.
Pengambilan sampel core banyak menggunakan alat alat yang canggih. Namun pada haikkatnya,
hanya diperlukan alat berupa mesin bubut yang dilengkapi dengan gerinda. Pelat pada gerinda yang
berasal dari intan atau berlian dapat memotong batuan dengan hasil yang bersih dan permukaan yang
rata. Permukaan rata dapat dilihat sederhana dengan menggunakan penggaris, dimana penggaris yang
diletakkan diatas sampel akan memperlihatkan adanya cahaya yang terlihat atau tidak, jika tidak ada
cahaya, maka sampel tersebut rata. Sampel core umumnya berbentuk silinder, namun terkadang kita
diminta untuk menghasilkan sampel core dengan bentuk dan ukuran tertentu.
Sampel batuan memiliki sifat yang sedikit berbeda dari material lainnya, batuan memiliki kekuatan
yang tinggi dalam kompresi namun memiliki nilai yang lemah pada tarikan (tension). Dalam kurva
yang dibuat oleh Hoek dan Martin (2014) menunjukkan bahwa kuat tekan batuan memiliki nilai
sekitar 10 hingga 30 kali lipat dibandingkan kuat tariknya.
Krisna Budi Wijayanto
22022304

Metode pengukuran yang pertama adalah Uniaxial Compressive Strength (UCS) atau biasa disebut
Unconfined compression test. Pengukuran ini hanya menguji kekuatan dalam satu arah sepanjang
sumbunya hingga batuan mengalami failure. UCS mengasumsikan bahwa area yang dikenai gaya
adalah keseluruhan dari muka batuan pada kondisi aslinya. Yang kedua adalah Triaxial Compressive
Strength atau biasa disebut confined compression test, uji triaxial merupakan pengujian kekuatan
batuan dalam 3 sumbu arah gaya yang berbeda (x, y, dan z) yang saling tegak lurus. Sumbu y ditekan
oleh piston (seperti uniaxial compressive test) dan sumbu x dan z ditekan oleh fluida yang umumnya
adalah minyak ataupun air bertekanan tinggi. Pengukuran yang presisi dibutuhkan minimal 5 kali
pengukuran (lebih akan lebih baik). Data kekuatan dan karakteristik deformasi ini akan sangat penting
guna membuat desain tertentu.
Pengujian selanjutnya adalah pengujian kuat tarik batuan, tujuannya adalah misalnya pada sebuah
mesin bor terowongan, salah satu proses failure nya adalah brittle tensile spalling. Cutter head pada
mesin bor terowongan mengakibatkan kompresi yang besar, sehingga dapat menyebabkan brittle
tensile spalling. Pengujian confined tension yang dilakukan oleh Hoek menggunakan dumbbell
specimen atau specimen tulang anjing yang disimpan dalam tabung atau selongsong dengan cincin
neoprene sehingga kita dapat mengontrol kebocoran fluidanya. Pengujian confined tension merupakan
pengujian yang terdapat kompresi keliling dan tegangan aksial pada sampel batuan. Terdapat metode
pengukuran kuat tekan yang lebih sederhana, yaitu Brazillian Test. Brazzilian Test merupakan metode
pengukuran tidak langsung yang menyebabkan tensile failure menyebar ke seluruh diskontinuitas.
Hook kurang sependapat dengan “ketepatan” dan “kebenaran” dalam indirect test, baik itu
brazzilian test maupun point load. Hal ini dikarenakan perlunya kalibrasi alat, personil, dan jenis
batuan di lokasi untuk suatu proyek tertentu. Pada umumnya, Uniaxial Tensile Strength Test jarang
dilakukan karena sulit dilakukan dan dalam kondisi insitu, batuan tidak runtuh dengan cara
direct tension (Dalam catatan S1). Ramesy dan Chester mengkonfigurasi ulang triaxial test dengan
menggunakan specimen tulang anjing yang dibungkus pada celah antara membrane karet luar dengan
core. Hal ini mengakibatkan confining pressure the plasticine fails plastically with zero volume
change and it provides confining pressure and loads the ends of the specimen to generate tensile
stresses. Hasil dari konfigurasi ini sangatlah baik. Jenis alat yang digunakan dalam uji kuat tekan
tergantung dari tujuan pengukuran dan biaya yang dimiliki. Hal ini sangat berpengaruh dalam
keakuratan pengukuran.
Krisna Budi Wijayanto
22022304

Kondisi stress pada bawah permukaan cenderung confining, makin tinggi nilai confining stress pada
suatu batuan, maka batuan tersebut akan semakin kuat. Makin dalam suatu batuan, maka confining
stress yang bekerja akan semakin besar. Semakin besar gaya 3, σ3, menandakan batuan semakin kuat.
Litologi yang sama dapat memiliki kekuatan yang berbeda-beda, hal ini dapat dipengaruhi oleh
overburden suatu lapisan. Bentuk dan ukuran batuan yang diamati juga mempengaruhi kekuatan
batuan. Bentuk batuan yang lebih horizontal akan memiliki kekuatan batuan yang lebih tinggi bila
dibandingkan dengan bentuk batuan yang vertikal. Semakin kecil ukuran batuan jugua akan semakin
tinggi pula kekuatan batuannya.

Barton dan Choubey (1977) telah mengembangkan metode untuk menghitung shear strength
dengan mengkombinasikan nilai residual friction angle dengan roughness permukaan diskontinuitas.
Metode ini menggunakan grafik yang menunjukkan diskontinuitas dengan roughness yang sangat
halus memiliki nilai shear srtength yang rendah sedangkan roughness yang sangat kasar
menunjukkan shear strength yang lebih tinggi. Metode yang dikembangkan Barton dan Choubey
(1977) ini dapat digunakan pada sampel core dengan panjang 10 cm ataupun pada diskontinuitas
yang berada di lapangan sepanjang 50 cm. Pengembangan metode metode dalam geologi rekayasa
menjadikan kita sebagai engineer dapat memperhitungkan skala pada lapangan dengan sampel core
dengan lebih presisi sehingga data yang dihasilkan akan lebih baik dan dapat dilakukan evaluasi
perhitungan secara statistik.
Krisna Budi Wijayanto
22022304

Hook telah membuat 3 kurva dengan sumbu x adalah normalized uniaxial strength dan sumbu y
adalah probability density function, grafik ini menunjukkan nilai COV (Coefficient Of Variation)
material baja ringan, beton, dan granit. Baja ringan (kurva hitam) menunjukkan nilai COV yang
rendah dengan nilai rata-rata 6%, hal ini menunjukkan sifat dari baja ringan dapat diperkirakan
dengan spesifik sehingga bahan ini dapat dikontrol dengan lebih mudah. Kuvra berwarna biru
merupakan kurva beton dengan nilai COV 12% hal ini dikarenakan material beton berasal dari
campuran dari berbagai bahan dan juga komposisi beton dapat dihitung dan ditentukan sesuai
dengan sifat-sifat yang diinginkan dalam suatu konstruksi. Kurva ketiga yang berwarna merah
menunjukkan kurva batu granit, material batu memiliki sifat yang sangat beragam walaupun pada
batuan yang sangat seragam (granit). Granit memiliki nilai COV sebesar 20%, namun kita harus dapat
tetap mengetahui bahwa pengujian pada batuan harus tetap menghasilkan data intepretasi yang
ekonomis untuk suatu tujuan tertentu.

Anda mungkin juga menyukai