Proding Seminar Nasional Triwied-01
Proding Seminar Nasional Triwied-01
Optimalisasi Tata Kelola Organisasi Dalam Upaya Peningkatan Daya Saing dan Iklim Investasi UNTAG SEMARANG
Tri Widayati
Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas 17 Agustus 1945 Semarang
Email: triwiedy3@yahoo.com
Abstrak
Abstract
The efficiency of potato agriculture in Dieng Area of Central Java was conducted by
taking samples of 200 farmers who live in 3 districts of Kejajar, Dieng and Batur. The use of
inputs that make up the output affects economic and technical efsiensi. From result of
research got that technical efficiency estimation efficiency is 0,886. This technical efficiency
score of less than one indicates that potato agriculture in the research area is inefficient,
meaning that inputs can still be increased to increase production. Use of inputs (factors of
production) that can dtingkatkan is the area of land and the use of seeds. Other inputs should
be reduced because they are not economical, ie for the use of chemical fertilizers,
insecticides, manure, labor, and fungicides.
4.316.016
955.488 1.094.240 1.124.282
4.000.000
1
2011 2012 Tahun 2013 2014
Gambar 1. Produksi Kentang Jawa Tengah Dibandingkan Produksi
Kentang Seluruh Indonesia
300,00
250,00
Produktivitas ku/ha
200,00
150,00 2011
2012
100,00
2013
2014
50,00
0,00
1. Dengan fungsi produksi, maka dapat b. Constant Return to Scale , bila (β1 +
diketahui hubungan antarfaktor β2 ) = 1
produksi dan produksi (output) secara Pada kondisi demikian, dapat diartikan
langsung dan hubungan itu mudah bahwa proporsi penambahan faktor
dimengerti; produksi akan proporsional dengan
2. Dengan fungsi produksi, maka dapat penambahan produksi.
diketahui hubungan antara variabel c. Increasing Return to Scale , bila (β1 +
yang dijelaskan (dependent variable) β2 ) > 1
yaitu Y, dan variabel yang Pada kondisi demikian, dapat diartikan
menjelaskan (independent variable) bahwa proporsi penambahan faktor
yaitu X, sekaligus juga untuk produksi akan menghasilkan produksi
mengetahui hubungan antara variabel yang proporsinya lebih besar.
penjelas. Proses produksi mempunyai
Berbagai macam fungsi produksi landasan teknis yang disebut fungsi
telah diketahui dan dipergunakan oleh produksi, yang menggambarkan hubungan
berbagai peneliti, tetapi yang umum dan antara faktor produksi dengan kuantitas
sering digunakan adalah fungsi produksi produksi. Untuk mempermudah analisis,
linear, fungsi produksi kuadratik, fungsi maka faktor produksi dianggap tetap,
produksi eksponensial, dan fungsi produksi kecuali diketahui secara jelas. Ini berarti
CES (Constan Elasticity of Substitution, kuantitas produksi dipengaruhi oleh
Transcedental and Translog). banyaknya tenaga kerja yang digunakan.
Berdasarkan rangkuman jenis fungsi Faktor produksi yang dianggap konstan
produksi, maka penelitian ini disebut faktor produksi tetap dan
menggunakan Fungsi Produksi Cobb- banyaknya faktor produksi ini tidak
Douglass dengan 3 (tiga) pertimbangan. dipengaruhi oleh banyaknya hasil
Pertama, memiliki fleksibilitas pada produksi. Faktor produksi yang dapat
penggunaan variabel input. Kedua, berubah kuantitasnya selama proses
menggunakan data kerat silang yang biasa produksi atau banyaknya faktor produksi
dipakai di bidang pertanian. Ketiga, yang digunakan tergantung pada hasil
dengan bentuk logaritma natural akan produksi yang disebut faktor produksi
memiliki beberapa kelebihan yaitu: (1) variabel. Tahapan produksi pertanian
elastisitas dari produksi mengukur dengan input K dan L.
kemampuan reaksi dari input meningkat-
kan output; (2) berdasarkan persamaan Konsep Efisiensi
fungsi Cobb-Douglas, terdapat tiga situasi
yang mungkin dalam tingkat pengembalian Efisiensi menurut Soekartawi (1990)
terhadap skala. Returtn to Scale (tingkat adalah upaya untuk menggunakan
pengembalian terhadap skala) perlu masukan dalam jumlah tertentu untuk
diketahui untuk mengetahui apakah memperoleh keluaran yang sebesar-
kegiatan dari suatu usaha tersebut besarnya. Efisiensi dibagi menjadi tiga
mengikuti kaidah increasing, constant atau konsep, yaitu efisiensi teknis (technical
decreasing return to scale. Ada tiga efficiency), efisiensi harga atau efisiensi
alternatif, yaitu: (Soekartawi, 2003) biaya (price efficiency) atau allocative
a. Decreasing Return to Scale, bila (β1 + efficiency, dan efisiensi ekonomi
β2 ) < 1 (economic efficiency)
Pada kondisi demikian, dapat diartikan Efisiensi merupakan tindakan
bahwa proporsi penambahan faktor memaksimalkan hasil dengan mengguna-
produksi melebihi proporsi kan modal, tenaga kerja, material, dan alat
penambahan produksi. yang minimal (Stoner, 1995). Efisiensi
merupakan rasio antara input dan output,
(2.1) ( |
( )
Dari rumus tersebut dapat dijabarkan ⌊ ⌋ (2.5)
bahwa kondisi optimal akan tercapai jika: ( )
di mana:
= = = = , dan
(2.2)
serta representasi dari fungsi
distribusi normal.
ISBN : 978-602-14119-2-6 1
PROSIDING SEMINAR NASIONAL & CALL FOR PAPERS 2017 FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
Optimalisasi Tata Kelola Organisasi Dalam Upaya Peningkatan Daya Saing dan Iklim Investasi UNTAG SEMARANG
Y= f(x,β)
Yj
Output batas (𝑌𝑗 )
Y=f(𝑥𝑗 ; 𝛽) (𝑣𝑗 )
Jika𝑣𝑗<
Yi Output Observasi Yj
Output Observasi
Yi
dari satu atau Еp <1. Kondisi elastisitas memperburuk kondisi tanah di Kawasan
lebih kecil dari satu menunjukkan bahwa Dieng.
proses produksi berada pada tahap dua, Di daerah penelitian, masalahan
artinya marginal produk masih positif, dan pemakaian pupuk kimia yang di atas
rata-rata produksi menurun. Peningkatan standar merupakan hal yang sudah biasa
produksi masih dapat diharapkan untuk ditemui pada usahatani kentang. Petani
menambah penghasilan dengan hanya berpikir secara ekonomi saja dengan
meningkatkan luas lahan. harapan kentang yang ditanamnya akan
Di daerah penelitian, masalahan tumbuh besar dan banyak.
perluasan lahan menuju bukit-bukit dan Koefisen penggunaan pupuk kimia
dalam tahun terakhir sudah merambah ke berpengaruh positif terhadap hasil produksi
kawasan Telaga Sedringo di Kecamatan merupakan hasil yang sama seperti yang
Batur. Perambahan lokasi hutan dan daerah dilakukan oleh Kusumanegara (2011) pada
di sekitar telaga akan menyebabkan usahatani kentang di Kecamatan Batur,
permasalahan pada Telaga Sedringo yang Kabupaten Banjarnegara.
mengalami kekeringan.
Koefisen lahan berpengaruh positif Fungisida
terhadap hasil produksi merupakan hasil Koefisien Regresi Penggunaan
yang sama seperti yang dilakukan oleh Fungisida adalah 0,029. Koefisien ini
Jokolelono (2011), Mulyawan (2011). bertanda positif dan signifikan pada α=5%.
Koefisien regresi luas lahan bernilai Hal ini berarti apabila fungisida ditambah
negatif ditemukan dalam penelitian yang sebesar 1% akan menyebabkan kenaikan
dilakukan Kusumanegara (2011) pada produksi sebesar 0,029%. Fungisida
usahatani kentang di Kecamatan Batur, berpengaruh positif terhadap kenaikan
Kabupaten Banjarnegara. produksi kentang. Hal ini bisa dilihat
dengan kondisi penambahan fungsisida
Pupuk Kimia dilakukan karena kondisi tanaman yang
Koefisien Regresi Penggunaan terserang penyakit. Koefisien regresi ini
Pupuk Kimia adalah 0,035. Koefisien ini juga memperlihatkan elastisitas produksi
bertanda positif dan signifikan pada α = kurang dari satu atau Еp <1. Kondisi
5%. Hal ini berarti apabila pupuk kimia elastisitas lebih kecil dari satu menunjuk-
ditambah sebesar 1% akan menyebabkan kan bahwa proses produksi berada pada
kenaikan produksi sebesar 0,035%. Pupuk tahap dua, artinya marginal produk masih
kimia berpengaruh positif terhadap positif, dan rata-rata produksi menurun.
kenaikan produksi kentang. Hal ini bisa Peningkatan produksi masih dapat
dilihat dengan kondisi penambahan pupuk diharapkan untuk menambah penghasilan
kimia dilakukan karena kondisi tanah dengan meningkatkan penggunaan fungi-
sudah sangat tidak subur lagi. Koefisien sida, meskipun perlakukan ini akan
regresi ini juga memperlihatkan elastisitas berdampak pada hasil tanaman kentang. Di
produksi kurang dari satu atau Еp <1. daerah penelitian, masalahan pemakaian
Kondisi elastisitas lebih kecil dari satu fungisida yang di atas standard merupakan
menunjukkan bahwa proses produksi hal yang sudah biasa ditemui pada
berada pada tahap dua, artinya marginal usahatani kentang.
produk masih positif, dan rata-rata Koefisen penggunaan fungsisida
produksi menurun. Peningkatan produksi berpengaruh positif terhadap hasil produksi
masih dapat diharapkan untuk menambah merupakan hasil yang sama seperti yang
penghasilan dengan meningkatkan dilakukan oleh Kusumanegara (2011) pada
penggunaan pupuk kimia, meskipun usahatani kentang di Kecamatan Batur,
perlakukan ini akn berdampak Kabupaten Banjarnegara.
kondisi penggunaan input berada pada penggunaan input yang tepat, sesuai
tahap kedua. dengan standart.
Bibit
Koefisien Regresi penggunaan bibit PENUTUP
adalah 0,046. Koefisien ini bertanda positif Kesimpulan
dan signifikan pada α = 5%. Hal ini berarti Berdasarkan hasil analisis data dalam
apabila bibit ditambah sebesar 1% akan penelitian ini dapat disimpulkan sebagai
menyebabkan kenaikan produksi sebesar berikut:
0,046%. Penggunaan bibit berpengaruh 1. Kondisi usahatani kentang di Kawasan
positif terhadap kenaikan produksi Dieng dilihat dari kondisi fisik lahan di
kentang. Hal ini bisa dilihat dengan kondisi daerah penelitian masih baik dan
pengunaan bibit dengan menggunakan memenuhi standar, karena berdasarkan
kualitas tertentu. hasil uji pH tanah masih memenuhi
syarat, yaitu berkisar antara 5 sampai
Efisiensi Teknis dengan 7. yang ada, jika dilihat dari
Efisiensi teknis adalah kemampuan skala usahatani kentang menunjukkan
untuk memproduksi output secara Ep = 1,025. Hal ini menunjukkan bahwa
maksimum dengan menggunakan mini- kondisi usahatani kentang dengan
mum input dengan teknologi tertentu. menggunakan seluruh input tersebut
Dalam penelitian ini, fungsi produksi berada pada tahap I, artinya masih
kentang diestimasi dengan menggunakan memungkinkan jika penambahan faktor
paket komputer Frontier 41. Hasil estimasi produksi akan meningkatkan produksi.
teknik dengan menggunakan n=200, Jika dilihat dari masing-masing
didapatkan effisiensi teknik adalah 0,886. penggunaan faktor produksi, maka
Angka efisiensi teknik yang kurang dari semua pada tahap II. Pada tahap ini
satu ini menunjukkan bahwa usahatani menunjukkan kondisi decreasing
kentang di daerah penelitin belum efisien. rate.Koefisien regresi ini juga
Artinya, penggunaan input masih bisa memperlihatkan elastisitas produksi
ditingkatkan untuk menaikkan produksi. kurang dari satu atau Еp <1. Kondisi
elastisitas lebih kecil dari satu
Efisiensi Harga dan Efisiensi Ekonomis menunjukkan bahwa proses produksi
Faktor produksi yang tidak efisien berada pada tahap dua, artinya marginal
dapat dilihat secara rinci dengan product masih positif, dan rata-rata
menggunakan perhitungan terhadap efi- produksi menurun, peningkatan
siensi alokatif (efisiensi harga). produksi masih dapat diharapkan.
Penggunaan input (faktor produksi) yang 2. Hasil estimasi efisiensi teknis dengan
dapat dtingkatkan adalah luas lahan dan menggunakan n=200, didapatkan
pemakaian bibit. Input (faktor produksi) efisiensi teknis adalah 0,886. Angka
yang lain harus dikurangi penggunaannya efisiensi teknis yang kurang dari satu ini
karena sudah tidak ekonomis, yaitu untuk menunjukkan bahwa usahatani kentang
pemakaian pupuk kimia, insektisida, pupuk di daerah penelitian belum efisien,
kandang, tenaga kerja, dan fungisida. artinya penggunaan input masih bisa
ditingkatkan untuk menaikkan produksi.
Srategi Peningkatan Efisiensi 3. Perhitungan efisiensi ekonomis
menunjukkan bahwa penggunaan input
Peningkatan efisiensi bisa dilakukan (faktor produksi) yang dapat dtingkat-
dengan upaya penyuluhan yang kan adalah luas lahan dan pemakaian
memberikan pengetahuan dan pelatihan bibit. Input (faktor produksi) yang lain
kepada petani kentang untuk harus dikurangi penggunaannya karena
memanajemen usahata taninya dengan sudah tidak ekonomis, yaitu untuk
Agustina Shinta. 2011. Ilmu Usahatani. Dillon, JE, Hennesy, T and Hynes, S.
UB Press. Malang 2010. Assesing the sustainability of
Irish Agriculture.
Allen, P., Dusen, D. V., Lundy, J., &
Gliesmann, S.1991. Integrating Essilfie, F.L., Aslamah, M.T., Nimoh, F.
social, environmental, and economic 2011. Estimation of Farm llevel
issues in sustainable agriculture. Technical efficiency in small scale
American Journal of Alternative maize production in the Mfantseman
Agriculture, Ecosystems and Municipality in the Central Region
Environment, 6(1), 34–39. of Ghana: A stochastic frontier
approach. Journal of Development
Arsyad, S. 2012. Food Security Indicators, and Agricultural Economcs. Vol.3
Distribution and Techniques for (14), pp.645-654, 26 November.
Agriculture Sustainability in
Pakistan. International Journal of Giannakas, Konstantinos, K.C. Tran and
Applied Science and Technology, V. Tzouvelekas. 2003. On The
2(5), 137-147. Choice of Functional From in
Stochastic Frontier Modeling.
Battese, G.E., and T.J. Coelli. 1992. Empirical Economic.28:75-100
Frontier Production Function,
Technical Efficiency and Panel Data: Hartati, Ani. 2007. Pengaruh Perilaku
With Application to Paddy Farmers Petani terhadap Resiko Keefisienan
in India. The Jornal of Productivity Usahatani Kentang di Kabupaten
Analysis, 3, 153-169 Wonosobo Jawa Tengah. Agroland
14 (3): 165-171.
Biere,A.W. 1988. Involment of Agri- Hayami, Y. dan M. Kikuchi. 1987. Dilema
cultural Economics in Graduate Ekonomi Desa;Sebuah Pendekatan
Agribussiness Program: An Ekonomi terhadap Perubahan
Uncomfortable Linkage. Western Kelembagaan di Asia. Jakarta.
Journal of Agricultural Economics. Yayasan Obor Indonesia.
Vol.13,1988, page 128-133. Hernanto, F. 1993. Ilmu Usahatani.
Penerbit Swadaya. Jakarta.
Burton, M.P. 1992. Agricultural Hubbard, M. 1997. The New Institutional
Sustainability: Definition and Economics In Agricultural
Implications for Agricultural and Development Insights And
Trade Policy. Rome. FAO Economic Challenges. Journal Of Agricultural
and Social Development Paper. Economics 48 (2) Hal 239-249.
Saida, S. Sabiham dan S.H. Sutjahjo. 2011. Sudarmadji. 2010. Dampak perubahan
Analisis Keberlanjutan Usahatani penggunaan lahan terhadap
Hortikultura Sayuran pada Lahan lingkungan danau di Dataran Tinggi
Berlereng di Hulu Das Jeneberang, Dieng Jawa Tengah. Prosiding
Sulawesi Selatan. Jurnal Mate- Seminar Nasional Limnologi V tahun
matika, Sains, dan Teknologi, 2010.
Volume 12 Nomor 2, September
2011, 101-112 Sudiyono, Armand. 1990. Ekonomi Mikro.
Surabaya : Bina Ilmu.
Salikin, K. A. 2003. Sistem Pertanian
Berkelanjutan. Yogyakarta: Suprihati; Dina, Banjarnahor.; Yuliwati.
Kanisius. 2016. Siwa Nandisawahanamurti,
Kearifan Lokal Petani Dieng.
Salvatore, D. 2002. Mikroekonomi Edisi Proseding Karya Ilmiah Nasional.
Keempat. Jakarta. Penerbit Erlangga. Volume 2 Agustus 2016.
Badan Pusat Statistik. 2010. Kecamatan Badan Pusat Statistik. 2014. Kabupaten
Batur Dalam Angka. BPS. Banjarnegara Dalam Angka. BPS.
Banjarnegara. Banjarnegara.
Badan Pusat Statistik. 2010. Kecamatan Badan Pusat Statistik. 2014. Kabupaten
Garung Dalam Angka. BPS. Wonosobo Dalam Angka. BPS.
Wonosobo. Wonosobo
Tabel Lampiran
Perhitungan Effisiensi Ekonomis
y dlm
No Faktor Produksi Xi bi NPM xi P xi Y PY kg y/X1 NPMXi/Pxi Rekomendasi
Penambahan
1 Luas Lahan 0,4988 0,779 78391467 40000000 77,22262 6500 7722,26 15481,68 1,95978666 Input
Pengurangan
2 Pupuk Kimia 8414,401 0,0346 206,4005 1.788 0,917743 0,11546879 Input
Penambahan
3 Bibit 86 0,046 26862,38 6.500 89,84073 4,13267361 Input
Pengurangan
4 Insektisida 4,303 0,0289 337119,8 1.000.000 1794,622 0,33711981 Input
Pengurangan
5 Fungisida 19,5825 0,0294 75359,32 160.000 394,345 0,47099575 Input
Penambahan
6 Pupuk Kandang 479,925 0,06 6275,317 1.000 16,09056 6,27531677 Input
Pengurangan
7 Tenaga Kerja 810,26 0,048 2973,546 25.000 9,530595 0,11894183 Input
Efisiensi Harga 1,9157576
Effisiensi Ekonomis= ETXEH 1,69736124
Sumber : Data Primer, 2017 (diolah)