Bismillahirrahmanirrahim
Di konten ini, -dengan mengharap taufik Allah- akan disebutkan sebagian dalil dari Al-
Qur’an, hadits, ucapan sahabat, ucapan para imam berbagai madzhab, penukilan ijma’
(kesepakatan ulama) insyaallah. Jika ada yang berkata, ‘Bukannya hadits keharaman musik itu
lemah? Berarti ga haram kan?’’ Maka jawabannya adalah sebagaimana ucapan al-Ustadz
Dzulqarnain hafizhahullah, ‘’Hadits yang menjelaskan haramnya bukan cuman 1-2 hadits saja.
Kemudian yang menjelaskan haramnya musik itu bukan cuman hadits saja… Itupun ucapan
yang melemahkannya (melemahkan hadits itu) tidak diterima oleh para ulama dari masa ke
masa.’’2
1
Al-Ajurri, Muhammad bin al-Hasan. (1982). Tahrim an-Nard wa asy-Sytharanj wa al-Malahi (Cetakan ke-1).
Riasah 'Idarah al-Buhuts al-‘Ilmiah wa al-Ifta wa ad-da’wah wa al-Irsyad. Hlm. 95.
2
https://www.youtube.com/watch?v=Vkq50qaPwFs&t=21s
Ayat Al-Qur’an
َ َّللا بِغَي ِْر ع ِْل ٍم َويَتَّخِ ذَهَا ه ُُز ًوا أُولَئِكَ لَ ُه ْم
عذَابٌ ُم ِهي ٌن َ ع ْن
ِ َّ سبِي ِل َ ُض َّل ِ اس َم ْن يَ ْشت َِري لَ ْه َو ْال َحدِي
ِ ث ِلي ِ ََّومِ نَ الن
“Dan di antara manusia (ada) orang yang mempergunakan perkataan yang tidak berguna
untuk menyesatkan (manusia) dari jalan Allah tanpa pengetahuan dan menjadikan jalan Allah
itu olok-olokan. Mereka itu akan memperoleh azab yang menghinakan.” (QS. Luqman: 6)
Para ahli tafsir seperti al-Imam ath-Thabari, an-Nahas, al-Baghawi, al-Qurthubi, Ibu
Katsir, dan selainnya rahimahumullah meriwayatkan di dalam buku tafsir mereka bahwa
Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu’anhu mengatakan tentang ayat ini, ''Demi Allah yang tidak
ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Dia semata, (yang dimaksud dengan ‘perkataan
yang tidak berguna’) adalah nyanyian.” Beliau mengulanginya sampai tiga kali. Demikian pula
yang dikatakan oleh Ibnu ‘Abbas, Jabir, Ikrimah, Sa’id bin Jubair, Mujahid, Ma’khul, Amr bin
Syu’aib, dan Ali bin Badzimah. al-Hasan al-Bashri mengatakan bahwa ayat tersebut turun
dalam pembahasan nyanyian dan seruling.3
3
Ad-Dimasyqi, Ismail bin Utsman bin Katsir. (1999). Tafsir al-Qur’an al-‘Azhim. (Juz ke-6 Cetakan ke-2).
Riyadh: Dar at-Thayibah li an-Nasyr wa at-Tauzi’. Hlm. 330-331.
4
al-Qurthubi, Muhammad bin Ahmad. (2006). al-Jami' li Ahkam al-Qur'an (Juz ke-16, Cetakan ke-1). Beriut:
Muassah ar-Risalah
Hadits Nabi shallallahu’alaihiwasallam
Benar, tidak dipungkiri bahwa ada ulama yang melemahkan hadits tersebut. Yang
paling terkenalnya adalah pendapat al-Imam Ibnu Hazm rahimahullah. Beliau merupakan
seorang ‘alim besar yang qadarullah keliru dalam hal ini. Hadits tersebut, telah dikuatkan oleh
belasan ulama ahli hadits lainnya rahimahumullah sebagai berikut.
14. Muhammad bin Ibrahim al-Wazir di Taudhih al-Afkar Syarh Tanqih al-Anzhar 1/146
16. Ahmad Syakir di al-Ba'its al-Hatsits Syarh Ikhtishar 'Ulum al-Hadits hlm.33
5
Al-Albani, Muhammad Nashiruddin. (1997). Tahrim al-Alah ath-Tharab. Al-Jubal ash-Shina’iyah: Maktabah
ad-Dalil. Hlm. 42
18. Syu'aib al-Arna'uth di tahqiqnya terhadap Shahih Ibnu Hibban no.6754
19. al-Albani menambahkan sejumlah ulama lain yang menshahihkannya seperti an-Nawawi
(676H), al-Amir ash-Shan'ani (1182H)6
''Karena itu orang yang menolak hadits ini dengan mengambil 1 ucapan Ibnu hazm dan
meninggalkan belasan ulama yang menguatakannya dari imam ahli hadits yang memang
ahlinya dan bidangnya di situ, ini hal yang tidak masuk akal. Dia tinggalkan ucapan para ulama
hadits kemudian dia ambil ucapan 1 orang dari alim yang keliru dalam hal tersebut? Itu bukan
cara berpikir yang bagus.’’ -Ustadz Dzulqarnain Muhammad Sunusi7
6
Musa, Abdullah Ramadhan. (2007). Ar-Rad ‘ala al-Qardawi wa al-Judai’ (Cetakan ke-1). Dahuk: al-
Atsariyah li at-Turats.
7
https://www.youtube.com/watch?v=Vkq50qaPwFs&t=21s
Ucapan Sahabat
Nafi’ rahimahullah berkata, “Aku pernah bersama Ibnu Umar melewati suatu jalan. Ketika
mendengar bunyi seruling seorang penggembala, beliau segera menutup kedua telinganya
dengan tangannya. Beliau pun berpaling mencari jalan yang lain. Beliau berkata, ‘Aku pernah
melihat Rasulullah mendengar bunyi seruling penggembala (dan beliau melakukan perbuatan
seperti yang aku lakukan sekarang), maka contohlah hal itu wahai Saudaraku!’”9
8
Al-Jauziyah, Muhammad bin Abu Bakar bin Qayyim. Ighatsah al-Lahfan fi Mashayid asy-Syaithan (Jilid ke-
1). Mekkah: Dar ‘Alim al-Fawaid
9
As-Suyuthi, Abdurrahman bin Abu Bakar. (1990). Al-Amr bi al-Ittiba’ wa an-Nahy ‘an al-Ibtida’. Riyadh: Dar
Ibn al-Qayyim
Pendapat 4 Madzhab Fikih tentang alat musik
Madzhab Hanafi
• ''Tidak boleh membayar upah terhadap sesuatu yang berkaitan dengan aktifitas
nyanyian, ratapan, seruling, gendang, dan hal-hal yang tidak berguna. Tidak pula
nyanyian al-Hida', pembacaan syair, dan selainnya. Tidak ada upah untuk itu. Ini semua
merupakan ucapan Abu Hanifah, Abu Yusuf, serta Muhammad. Karena hal tersebut
merupakan bentuk maksiat.''
Madzhab Maliki
Al-Mudawwanah 9/421
10
Az-Zail’i, ‘Utsman bin ‘Ali. (1994). Tabyin al-Haqaiq Syarh Kanz ad-Daqaaiq (Juz ke-5, Cetakan ke-1).
Bulaq: al-Mathbah al-Kubra al-Amiriyah.
11
As-Sarkhasi, Muhammad bin Ahmad. Al-Mabsuth (Juz ke-16). Beirut: Dar al-Ma’rifah
• al-Imam ibnu Yunus al-Maliki rahimahullah berkomentar tentang ucapan ''maka beliau
melemahkannya,'' ''Maksudnya adalah melemahkan pendapat yang membolehkan hal
tersebut.''
Syaikh 'Ali al-'Adawi berkata, ''Ucapan Abu al-Hasan: oud, maksudnya tanbura (alat
musik bersenar). Telah kamu ketahui bahwasanya alat tersebut haram secara mutlak.''
Madzhab asy-Syafi’i
al-Umm 5/508
al-Hawi 8/238
12
al-Mawardi, 'Ali bin Muhammad. (1994). al-Hawi al-Kabir (Juz ke-8, Cetakan ke-1). Beirut: Dar al-Kutub al-
'Alamiyah
• Abu al-Ma'ali al-Juwaini rahimahullah berkata, ''Permulaan dalam pembahasan ini
adalah dengan mengharamkan alat-alat musik dan senar-senar, semuanya adalah haram
dan merupakan jalan yang dapat mengantarkan kepada dosa-dosa besar.''
• Ibnu Hajar al-Haitami rahimahullah berkata, ''Senar-senar dan alat-alat musik seperti
kecapi, gitar, ash-shanj (2 piringan logam yang dibenturkan sehingga bersuara) yaitu
yang ada senarnya, rebab, jank (semacam gitar), kamanjah (alat musik yang memiliki
kayu berbentuk busr dengan empat senar), sinthir (alat musik yang senarnya dari
tembaga), dan dirriij (semacam kecapi), serta alat-alat musik lainya yang dikenal oleh
orang-orang hiburan, pandir, dan pelaku kefasikan. Ini semua hukumnya haram tanpa
ada khilaf.
Madzhab Hanbali
• Abu Bakar al-Khilal rahimahullah berkata, ''Abdullah bin Ahmad bin Hambal
rahimahullah menceritakan bahwa ia mendengar ayahnya ditanya tentang seseorang
yang melihat benda semisal tanbura, oud (semacam kecapi), atau gendang, dan yang
mirip-mirip dengan itu. Apa yang harus dilakukan? Imam Ahmad rahimahullah
menjawab, ''Jika ditutupi jangan melakukan apa-apa, jika benda tersebut diekspos,
maka dihancurkan.''
13
al-Juwaini, Abdul Malik bin Abdullah. (2007). Nihayah al-Mathlab fi Diraayah al-Madzhab (Juz ke-19
Cetakan ke-1). Jeddah: Dar al-Minhaj
14
al-Haitami, Ahmad bin Muhammad. Kaff ar-Ri'a' 'an Muharramaat al-Lahw wa as-Sama'. Kairo: Maktabah
al-Qur'an.
15
al-Khallal, Ahmad bin Muhammad. (1990). al-Amr bi al-Ma'ruf wa an-Nahy 'an al-Munkar.Beirut: al-
Maktabah al-Islami
al-Inshaf 12/51.16
• Ibnu Qudamah rahimahullah berkata, ''Alat musik ada 3 macam: Yang diharamkan
yaitu senar, seruling, oud (semacam kecapi), tanbura, alat musik bersenar, rebab, dan
semisalnya. Jika ada yang menyimpannya untuk sengaja didengar, maka persaksiannya
dalam sidang ditolak.''
al-Mughni 14/15717
16
al-Mardawi, Ali bin Sulaiman. (1955). al-Inshaf (Juz ke-12, Cetakan ke-1). Kairo: Mathba'ah as-Sunnah al-
Muhammadiyah
17
al-Maqdisi, Abdullah bin Ahmad. (2008). al-Mughni (Juz ke-14, Cetakan ke-3). Riyadh: Dar ‘Alam al-Kutub
Penukilan Ijma’ Ulama terhadap Pengharaman Alat Musik
1. Ibnu Jarir ath-Thabari rahimahullah berkata, ‘’Telah sepakat para ulama dari seluruh
negeri dibencinya nyanyian dan mereka melarang nyanyian.’’
3. Ibnu Qudamah al-Maqdisi rahimahullah berkata, ‘’Adapun alat main musik seperti
tanbura, seruling, dan syabbaabah (semacam seruling), maka tidak ada potong tangan
(bagi yang mencurinya, -pen)… Sesungguhnya itu adalah alat untuk bermaksiat
berdasarkan ijma’, maka tidak dipotong tangan karena mencurinya sebagaimana
khamr.’’
Al-Mughni 12/457
4. Al-Qurthubi rahimahullah berkata, ‘’Adapun bid’ah kaum sufi pada hari ini berupa
sikap terus-menerus mendengar lagu-lagu yang disertai alat-alat musik. Maka
termasuk perkara yang tidak diperselisihkan keharamannya.’’
5. Ibnu Hajar al-Haitami rahimahullah berkata, ''Senar-senar dan alat-alat musik seperti
kecapi, gitar, ash-shanj (2 piringan logam yang dibenturkan sehingga bersuara) yaitu
yang ada senarnya, rebab, jank (semacam gitar), kamanjah (alat musik yang memiliki
kayu berbentuk busr dengan empat senar), sinthir (alat musik yang senarnya dari
tembaga), dan dirriij (semacam kecapi), serta alat-alat musik lainya yang dikenal oleh
orang-orang hiburan, pandir, dan pelaku kefasikan. Ini semua hukumnya haram tanpa
ada khilaf.
19
al-Baghawi, al-Hasan bin Mas'ud. (1983). Syarh as-Sunnah (Juz ke-12, Cetakan ke-2). Beirut: al-Maktabah
al-Islami
20
al-Qurthubi, 'Ahmad bin 'Umar. (1996) . al-Mufhim lima Asykala min Talkhis Kitab Muslim (Jilid ke-2,
Cetakan ke-1). Damaskus: Dar Ibnu Katsir
6. Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata, ‘’Tidak seorangpun dari pengikut para imam
yang menyebutkan adanya perselisihan tentang haramnya alat-alat musik… akan
tetapi yang menjadi perbincangan di tengah mereka adalah hukum nyanyian tanpa alat
musik. Apakah itu haram, makruh atau mubah?’’
8. Ibnu Rajab rahimahullah berkata, ''Dikatakan bahwa Abu Bakar al-Ajurri dan
selainnya (bahwa pengahraman alat musik, -pen) berdasarkan ijma' ulama.''
21
Ibnu Taimiyah, Ahmad bin 'Abd al-Halim. (2004). Majmu' Fatawa (Juz ke-11). Madinah: Mujamma' al-Malik
Fahd
22
Ibnu Rajab, Abdurrahman bin Ahmad. (1996). Fath al-Bari fi Syarh Shahih al-Bukhari (Juz ke-12, Cetakan
ke-1). Damam: Dar ibn al-Jauzi
23
Ibnu Nujaim, Muhammad bin Husain. (1997). Takmilah al-Bahr al-Ra'iq (Juz ke-6, Cetakan ke-1). Beirut:
Dar al-Kutub al-'Ilmiyah
Penutup
2. al-Mabsuth 16/380
5. At-Taj wa al-Iklil 5/418 dinukil dari ar-Rad 'ala al-Qardhawi wa al-Judai' hlm.388
8. al-Umm 5/508
9. al-Hawi 8/238
Al-inshaf 12/51
Al-Mughni 14/457
Al-mufhim lima asykala 2/534
Buku:
Ad-Dimasyqi, Ismail bin Utsman bin Katsir. (1999). Tafsir al-Qur’an al-‘Azhim. (Juz ke-6
Cetakan ke-2). Riyadh: Dar at-Thayibah li an-Nasyr wa at-Tauzi’.
al-Baghawi, al-Hasan bin Mas'ud. (1983). Syarh as-Sunnah (Juz ke-12, Cetakan ke-2). Beirut:
al-Maktabah al-Islami
al-Haitami, Ahmad bin Muhammad. Kaff ar-Ri'a' 'an Muharramaat al-Lahw wa as-Sama'.
Kairo: Maktabah al-Qur'an.
Al-Jauziyah, Muhammad bin Abu Bakar bin Qayyim. Ighatsah al-Lahfan fi Mashayid asy-
Syaithan (Jilid ke-1). Mekkah: Dar ‘Alim al-Fawaid
al-Juwaini, Abdul Malik bin Abdullah. (2007). Nihayah al-Mathlab fi Diraayah al-Madzhab
(Juz ke-19 Cetakan ke-1). Jeddah: Dar al-Minhaj
al-Khallal, Ahmad bin Muhammad. (1990). al-Amr bi al-Ma'ruf wa an-Nahy 'an al-Munkar.
Beirut: al-Maktabah al-Islami
al-Maqdisi, Abdullah bin Ahmad. (2008). al-Mughni (Juz ke-14, Cetakan ke-3). Riyadh: Dar
‘Alam al-Kutub
al-Mardawi, Ali bin Sulaiman. (1955). al-Inshaf (Juz ke-12, Cetakan ke-1). Kairo: Mathba'ah
as-Sunnah al-Muhammadiyah
al-Mawardi, 'Ali bin Muhammad. (1994). al-Hawi al-Kabir (Juz ke-8, Cetakan ke-1). Beirut:
Dar al-Kutub al-'Alamiyah
al-Qurthubi, 'Ahmad bin 'Umar. (1996). al-Mufhim lima Asykala min Talkhis Kitab Muslim
(Jilid ke-2, Cetakan ke-1). Damaskus: Dar Ibnu Katsir
al-Qurthubi, Muhammad bin Ahmad. (2006). al-Jami' li Ahkam al-Qur'an (Juz ke-16, Cetakan
ke-1). Beriut: Muassah ar-Risalah
Andirja, Firanda. (2020). Ajaran Madzhab Imam Asy-Syafi'i yang Ditinggalkan Sebagian
Pengikutnya. Jakarta.
As-Sarkhasi, Muhammad bin Ahmad. Al-Mabsuth (Juz ke-16). Beirut: Dar al-Ma’rifah
As-Suyuthi, Abdurrahman bin Abu Bakar. (1990). Al-Amr bi al-Ittiba’ wa an-Nahy ‘an al-
Ibtida’. Riyadh: Dar Ibn al-Qayyim
Az-Zail’i, ‘Utsman bin ‘Ali. (1994). Tabyin al-Haqaiq Syarh Kanz ad-Daqaaiq (Juz ke-5,
Cetakan ke-1). Bulaq: al-Mathbah al-Kubra al-Amiriyah.
Ibnu Nujaim, Muhammad bin Husain. (1997). Takmilah al-Bahr al-Ra'iq (Juz ke-6, Cetakan
ke-1). Beirut: Dar al-Kutub al-'Ilmiyah
Ibnu Rajab, Abdurrahman bin Ahmad. (1996). Fath al-Bari fi Syarh Shahih al-Bukhari (Juz
ke-12, Cetakan ke-1). Damam: Dar ibn al-Jauzi
Ibnu Rajab, Abdurrahman bin Ahmad. (2003). Nuzhah al-Asma' fi Mas'alah as-Sama' (Cetakan
ke-1). Syamilah.
Ibnu Taimiyah, Ahmad bin 'Abd al-Halim. (2004). Majmu' Fatawa (Juz ke-11). Madinah:
Mujamma' al-Malik Fahd
Musa, Abdullah Ramadhan. (2007). Ar-Rad ‘ala al-Qardawi wa al-Judai’ (Cetakan ke-1).
Dahuk: al-Atsariyah li at-Turats.
Situs Web:
DzulqarnainMS. (2019, Agustus 16). Benarkah Hadits tentang Haramnya Musik Itu Cacat?
[Video]. Youtube. https://www.youtube.com/watch?v=Vkq50qaPwFs&t=21s
Hakim, Saifuddin. (2018, 8 Maret). Tiba Saatnya Aku Tinggalkan Musik (Bag. 1). Tulisan
pada https://muslim.or.id
Hakim, Saifuddin. (2018, 14 Maret). Tiba Saatnya Aku Tinggalkan Musik (Bag. 2). Tulisan
pada https://muslim.or.id