Anda di halaman 1dari 19

Kenikmatan Musik yang Terusik

Bismillahirrahmanirrahim

Teman-Teman yang semoga selalu dirahmati Allah, pembahasan status hukum


mendengarkan alat-alat musik telah dibahas ulama sejak lama. Ya, kesimpulannya yaitu
dilarang mendengarkannya. Sebagaimana yang dikatakan al-Imam Abu Bakar al-Ajurri
rahimahullah, ‘’Pengharaman mendengarkannya (alat-alat musik) adalah berdasar dari Al-
Qur’an, sunnah Nabi shallallahu’alaihiwasallam, ucapan sahabat radhiyallahu’anhu, dan
ucapan para ulama muslim.’’1

-Tahrim an-Nard wa asy-Sytharanj wa al-Malahi hlm.95

Di konten ini, -dengan mengharap taufik Allah- akan disebutkan sebagian dalil dari Al-
Qur’an, hadits, ucapan sahabat, ucapan para imam berbagai madzhab, penukilan ijma’
(kesepakatan ulama) insyaallah. Jika ada yang berkata, ‘Bukannya hadits keharaman musik itu
lemah? Berarti ga haram kan?’’ Maka jawabannya adalah sebagaimana ucapan al-Ustadz
Dzulqarnain hafizhahullah, ‘’Hadits yang menjelaskan haramnya bukan cuman 1-2 hadits saja.
Kemudian yang menjelaskan haramnya musik itu bukan cuman hadits saja… Itupun ucapan
yang melemahkannya (melemahkan hadits itu) tidak diterima oleh para ulama dari masa ke
masa.’’2

1
Al-Ajurri, Muhammad bin al-Hasan. (1982). Tahrim an-Nard wa asy-Sytharanj wa al-Malahi (Cetakan ke-1).
Riasah 'Idarah al-Buhuts al-‘Ilmiah wa al-Ifta wa ad-da’wah wa al-Irsyad. Hlm. 95.
2
https://www.youtube.com/watch?v=Vkq50qaPwFs&t=21s
Ayat Al-Qur’an

Allah Ta’ala berfirman,

َ ‫َّللا بِغَي ِْر ع ِْل ٍم َويَتَّخِ ذَهَا ه ُُز ًوا أُولَئِكَ لَ ُه ْم‬
‫عذَابٌ ُم ِهي ٌن‬ َ ‫ع ْن‬
ِ َّ ‫سبِي ِل‬ َ ‫ُض َّل‬ ِ ‫اس َم ْن يَ ْشت َِري لَ ْه َو ْال َحدِي‬
ِ ‫ث ِلي‬ ِ َّ‫َومِ نَ الن‬

“Dan di antara manusia (ada) orang yang mempergunakan perkataan yang tidak berguna
untuk menyesatkan (manusia) dari jalan Allah tanpa pengetahuan dan menjadikan jalan Allah
itu olok-olokan. Mereka itu akan memperoleh azab yang menghinakan.” (QS. Luqman: 6)

Para ahli tafsir seperti al-Imam ath-Thabari, an-Nahas, al-Baghawi, al-Qurthubi, Ibu
Katsir, dan selainnya rahimahumullah meriwayatkan di dalam buku tafsir mereka bahwa
Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu’anhu mengatakan tentang ayat ini, ''Demi Allah yang tidak
ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Dia semata, (yang dimaksud dengan ‘perkataan
yang tidak berguna’) adalah nyanyian.” Beliau mengulanginya sampai tiga kali. Demikian pula
yang dikatakan oleh Ibnu ‘Abbas, Jabir, Ikrimah, Sa’id bin Jubair, Mujahid, Ma’khul, Amr bin
Syu’aib, dan Ali bin Badzimah. al-Hasan al-Bashri mengatakan bahwa ayat tersebut turun
dalam pembahasan nyanyian dan seruling.3

-Tafsir Ibnu Katsir 6/330-331, Tafsir al-Qurthubi4 16/457

3
Ad-Dimasyqi, Ismail bin Utsman bin Katsir. (1999). Tafsir al-Qur’an al-‘Azhim. (Juz ke-6 Cetakan ke-2).
Riyadh: Dar at-Thayibah li an-Nasyr wa at-Tauzi’. Hlm. 330-331.
4
al-Qurthubi, Muhammad bin Ahmad. (2006). al-Jami' li Ahkam al-Qur'an (Juz ke-16, Cetakan ke-1). Beriut:
Muassah ar-Risalah
Hadits Nabi shallallahu’alaihiwasallam

Rasulullah shallallahu‘alaihiwasallam bersabda, “Sungguh akan ada sekelompok


umatku yang menghalalkan zina, sutera, khamr, dan alat-alat musik.” (HR. al-Bukhari no.5590)

Benar, tidak dipungkiri bahwa ada ulama yang melemahkan hadits tersebut. Yang
paling terkenalnya adalah pendapat al-Imam Ibnu Hazm rahimahullah. Beliau merupakan
seorang ‘alim besar yang qadarullah keliru dalam hal ini. Hadits tersebut, telah dikuatkan oleh
belasan ulama ahli hadits lainnya rahimahumullah sebagai berikut.

1. al-Bukhari dalam kitab shahihnya.

2. Abu bakar al-isma'ily di al-mustakhraj 'ala ash-shahih5

3. Ibnu hibban di Shahih Ibn Hibban no.6754

4. Ibnu Shalah di Muqaddimah Ibnu Shalah hlm.102 (DKI)

5. Ibnu Jama'ah di al-Manhal ar-Rawi fi Mukhtashar hlm.49

6. Ibnu Taimiyah di al-Istiqamah 1/294

7. Ibnu al-Qayyim di Ighatsat al-Lahfaan 1/259

8. Ibnu Katsir di al-Ba'its al-Hatsits hlm.35

9. Ibnu al-Mulaqqin di al-Muqni' fi 'Ulum al-Hadits hlm.150

10. al-'Iraqi di al-A'lam 3/344

11. Ibnu Rajab di dalam Nuzhah al-Asma' hlm.40-41

12. al-'Aini di 'Umdah al-Qari' Syarh Shahih al-Bukhari 21/260

13. Ibnu Hajar al-'Asqallani di Taghliq at-Ta'liq 5/17

14. Muhammad bin Ibrahim al-Wazir di Taudhih al-Afkar Syarh Tanqih al-Anzhar 1/146

15. as-Sakhawi di Fath al-Mugits 1/52-57

16. Ahmad Syakir di al-Ba'its al-Hatsits Syarh Ikhtishar 'Ulum al-Hadits hlm.33

17. al-Albani di Tahrim Alat ath-Tharb hlm.88-89

5
Al-Albani, Muhammad Nashiruddin. (1997). Tahrim al-Alah ath-Tharab. Al-Jubal ash-Shina’iyah: Maktabah
ad-Dalil. Hlm. 42
18. Syu'aib al-Arna'uth di tahqiqnya terhadap Shahih Ibnu Hibban no.6754

19. al-Albani menambahkan sejumlah ulama lain yang menshahihkannya seperti an-Nawawi
(676H), al-Amir ash-Shan'ani (1182H)6

-ar-Rad 'ala al-Qardhawi wa al-Judai' hlm.210-214

''Karena itu orang yang menolak hadits ini dengan mengambil 1 ucapan Ibnu hazm dan
meninggalkan belasan ulama yang menguatakannya dari imam ahli hadits yang memang
ahlinya dan bidangnya di situ, ini hal yang tidak masuk akal. Dia tinggalkan ucapan para ulama
hadits kemudian dia ambil ucapan 1 orang dari alim yang keliru dalam hal tersebut? Itu bukan
cara berpikir yang bagus.’’ -Ustadz Dzulqarnain Muhammad Sunusi7

Di sisi lain, Nabi shallallahu’alaihiwasallam bersabda, “Umat ini akan mengalami


bencana ditenggelamkan ke dalam bumi, pengubahan bentuk (dan rupa), dan dihukum dengan
hujan batu.” Ada salah seorang yang bertanya, ‘’Kapan hal itu terjadi wahai Rasulullah?”
Rasulullah menjawab, ‘’Ketika para penyanyi dan alat-alat musik telah memasyarakat, dan
ketika berbagai jenis khamr dikonsumsi.” HR. Tirmidzi no. 2212. Dihasankan Syaikh al-
Albani dalam Shahih At-Targhib wa At-Tarhib no. 2379.

Syaikh Al-Albani rahimahullah berkata, “Ketahuilah saudaraku sesama muslim, bahwa


hadits-hadits yang berkaitan dengan nyanyian dan alat-alat musik jumlahnya banyak sekali
hingga mencapai sepuluh menurut Ibnu Hazm dan Ibnul Qayyim. Keseluruhan kandungan
isinya menunjukkan bahwa haramnya (nyanyian dan alat-alat musik) benar-benar shahih dari
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.”

-Tahriim Alat Ath-Tharb, 1/36

6
Musa, Abdullah Ramadhan. (2007). Ar-Rad ‘ala al-Qardawi wa al-Judai’ (Cetakan ke-1). Dahuk: al-
Atsariyah li at-Turats.
7
https://www.youtube.com/watch?v=Vkq50qaPwFs&t=21s
Ucapan Sahabat

Ibnu Mas'ud radhiyallahu’anhu berkata, “Nyanyian itu menumbuhkan sifat kemunafikan di


dalam hati.”8

Ighatsatul Lahfan, 1/438.

Nafi’ rahimahullah berkata, “Aku pernah bersama Ibnu Umar melewati suatu jalan. Ketika
mendengar bunyi seruling seorang penggembala, beliau segera menutup kedua telinganya
dengan tangannya. Beliau pun berpaling mencari jalan yang lain. Beliau berkata, ‘Aku pernah
melihat Rasulullah mendengar bunyi seruling penggembala (dan beliau melakukan perbuatan
seperti yang aku lakukan sekarang), maka contohlah hal itu wahai Saudaraku!’”9

Al-Amru bil Ittiba’ wa An-Nahyu ‘anil Ibtida’ hlm.101.

8
Al-Jauziyah, Muhammad bin Abu Bakar bin Qayyim. Ighatsah al-Lahfan fi Mashayid asy-Syaithan (Jilid ke-
1). Mekkah: Dar ‘Alim al-Fawaid
9
As-Suyuthi, Abdurrahman bin Abu Bakar. (1990). Al-Amr bi al-Ittiba’ wa an-Nahy ‘an al-Ibtida’. Riyadh: Dar
Ibn al-Qayyim
Pendapat 4 Madzhab Fikih tentang alat musik

Madzhab Hanafi

• ''Tidak boleh membayar upah terhadap sesuatu yang berkaitan dengan aktifitas
nyanyian, ratapan, seruling, gendang, dan hal-hal yang tidak berguna. Tidak pula
nyanyian al-Hida', pembacaan syair, dan selainnya. Tidak ada upah untuk itu. Ini semua
merupakan ucapan Abu Hanifah, Abu Yusuf, serta Muhammad. Karena hal tersebut
merupakan bentuk maksiat.''

'Alauddin al-Isbijabi rahimahullah di Tabyin al-Haqaiq Syarh Kanz ad-Daqaaiq10


5/125 dan al-Imam as-Sarkhasi rahimahullah di al-Mabsuth11 16/380 dengan lafaz
yang sedikit berbeda

• al-Imam az-Zaila'i rahimahullah berkata ketika menjelaskan pencurain yang tidak


dipotong tangannya, ''Rebana, gendang, oud (semacam kecapi), seruling. Benda-benda
itu merupakan sesuatu yang tidak ada nilainya di sisi Abu Yusuf dan Muhammad bin
al-Hasan. Oleh karenanya orang yang menghancurkan benda-benda itu tidak mengganti
rugi. Bagi Abu Hanifah, wajib menghancurkannya.''

Tabyin al-Haqaiq 3/217

Madzhab Maliki

• Suhnun rahimahullah berkata, ''Apakah Malik membenci atau membolehkan pemukul


rebana dalam walimatul 'urs? Apakah boleh memberinya upah?’’ Ibnul Qasim
rahimahullah menjawab, ''Malik membenci pemukul rebana dan seluruh alat-alat
musik dalam walimatul 'urs. Hal itu aku tanyakan kepada beliau, maka beliau
melemahkannya. Beliau tidak menyukainya.''

Al-Mudawwanah 9/421

10
Az-Zail’i, ‘Utsman bin ‘Ali. (1994). Tabyin al-Haqaiq Syarh Kanz ad-Daqaaiq (Juz ke-5, Cetakan ke-1).
Bulaq: al-Mathbah al-Kubra al-Amiriyah.
11
As-Sarkhasi, Muhammad bin Ahmad. Al-Mabsuth (Juz ke-16). Beirut: Dar al-Ma’rifah
• al-Imam ibnu Yunus al-Maliki rahimahullah berkomentar tentang ucapan ''maka beliau
melemahkannya,'' ''Maksudnya adalah melemahkan pendapat yang membolehkan hal
tersebut.''

At-Taj wa al-Iklil 5/418

• Syaikh Abdullah Ramadhan Musa hafizhahullah berkata, ''Membenci di sini


maksudnya adalah pengharaman.'' Kemudian beliau membawakan argumen jika
maksud ucapan Imam Malik rahimahullah menunjukkan pengharaman

ar-Rad 'ala al-Qardhawi wa al-Judai' hlm.386

• Abu al-Hasan al-Maliki rahimahullah berkata, ''Tidak halal bagimu untuk


mendengarkan sesuatu dari alat musik seperti oud kecuali rebana dalam acara nikah.''

Kifayah ath-Thalib 2/434.

Syaikh 'Ali al-'Adawi berkata, ''Ucapan Abu al-Hasan: oud, maksudnya tanbura (alat
musik bersenar). Telah kamu ketahui bahwasanya alat tersebut haram secara mutlak.''

Madzhab asy-Syafi’i

• al-Imam asy-Syafi'i rahimahullah berkata, ‘’Kalau seandainya ia menghancurkan


kecapi, seruling, atau gendang dan jika benda-benda itu tidak dapat digunakan kecuali
sebagai alat musik, tidak ada sesuatu yang harus ia ganti rugi. Demikian pula jika
seorang nashrani merusak milik muslim, atau milik sesama nasharni, atau milik yahudi,
atau kafir musta’man. Demikian pula jika muslim merusaknya milik salah satu di antara
golongan-golongan tadi, maka semuanya dianggap batil (tidak perlu diganti rugi, -pen).

al-Umm 5/508

• al-Mawardi rahimahullah menjelaskan ucapan tersebut dengan berkata, ''Jika gendang


itu untuk alat hiburan yang gendang itu tidak digunakan kecuali untuk hiburan, maka
wasiatnya bathil. Karena gendang untuk alat hiburan itu dilarang.''12

al-Hawi 8/238

12
al-Mawardi, 'Ali bin Muhammad. (1994). al-Hawi al-Kabir (Juz ke-8, Cetakan ke-1). Beirut: Dar al-Kutub al-
'Alamiyah
• Abu al-Ma'ali al-Juwaini rahimahullah berkata, ''Permulaan dalam pembahasan ini
adalah dengan mengharamkan alat-alat musik dan senar-senar, semuanya adalah haram
dan merupakan jalan yang dapat mengantarkan kepada dosa-dosa besar.''

Nihayah al-Mathlab fi Diraayah al-Madzhab 19/2213

• Ibnu Hajar al-Haitami rahimahullah berkata, ''Senar-senar dan alat-alat musik seperti
kecapi, gitar, ash-shanj (2 piringan logam yang dibenturkan sehingga bersuara) yaitu
yang ada senarnya, rebab, jank (semacam gitar), kamanjah (alat musik yang memiliki
kayu berbentuk busr dengan empat senar), sinthir (alat musik yang senarnya dari
tembaga), dan dirriij (semacam kecapi), serta alat-alat musik lainya yang dikenal oleh
orang-orang hiburan, pandir, dan pelaku kefasikan. Ini semua hukumnya haram tanpa
ada khilaf.

Kaff ar-Ri'aa' hlm.7914

Madzhab Hanbali

• Abu Bakar al-Khilal rahimahullah berkata, ''Abdullah bin Ahmad bin Hambal
rahimahullah menceritakan bahwa ia mendengar ayahnya ditanya tentang seseorang
yang melihat benda semisal tanbura, oud (semacam kecapi), atau gendang, dan yang
mirip-mirip dengan itu. Apa yang harus dilakukan? Imam Ahmad rahimahullah
menjawab, ''Jika ditutupi jangan melakukan apa-apa, jika benda tersebut diekspos,
maka dihancurkan.''

al-Amr bi al-Ma'ruf wa an-Nahy 'an al-Munkar15 hlm.116

• al-Mardawi rahimahullah berkata, ''Dibenci mendengarkan nyanyian dan ratapan tanpa


alat musik. Jika menggunakan alat itu, maka haram.... Dalam kitab al-Mustau'ib dan
at-targhib dikatakan bahwa diharamkan jika menggunakan alat musik, tidak ada khilaf
di antara kami.''

13
al-Juwaini, Abdul Malik bin Abdullah. (2007). Nihayah al-Mathlab fi Diraayah al-Madzhab (Juz ke-19
Cetakan ke-1). Jeddah: Dar al-Minhaj
14
al-Haitami, Ahmad bin Muhammad. Kaff ar-Ri'a' 'an Muharramaat al-Lahw wa as-Sama'. Kairo: Maktabah
al-Qur'an.
15
al-Khallal, Ahmad bin Muhammad. (1990). al-Amr bi al-Ma'ruf wa an-Nahy 'an al-Munkar.Beirut: al-
Maktabah al-Islami
al-Inshaf 12/51.16

• Ibnu Qudamah rahimahullah berkata, ''Alat musik ada 3 macam: Yang diharamkan
yaitu senar, seruling, oud (semacam kecapi), tanbura, alat musik bersenar, rebab, dan
semisalnya. Jika ada yang menyimpannya untuk sengaja didengar, maka persaksiannya
dalam sidang ditolak.''

al-Mughni 14/15717

16
al-Mardawi, Ali bin Sulaiman. (1955). al-Inshaf (Juz ke-12, Cetakan ke-1). Kairo: Mathba'ah as-Sunnah al-
Muhammadiyah
17
al-Maqdisi, Abdullah bin Ahmad. (2008). al-Mughni (Juz ke-14, Cetakan ke-3). Riyadh: Dar ‘Alam al-Kutub
Penukilan Ijma’ Ulama terhadap Pengharaman Alat Musik

1. Ibnu Jarir ath-Thabari rahimahullah berkata, ‘’Telah sepakat para ulama dari seluruh
negeri dibencinya nyanyian dan mereka melarang nyanyian.’’

Tafsir al-Qurthubi 16/46318

2. Al-Baghawi rahimahullah berkata, ‘’Dan mereka (Para ulama) sepakat tentang


haramnya alat-alat musik.’’

Syarh as-Sunnah 12/38319

3. Ibnu Qudamah al-Maqdisi rahimahullah berkata, ‘’Adapun alat main musik seperti
tanbura, seruling, dan syabbaabah (semacam seruling), maka tidak ada potong tangan
(bagi yang mencurinya, -pen)… Sesungguhnya itu adalah alat untuk bermaksiat
berdasarkan ijma’, maka tidak dipotong tangan karena mencurinya sebagaimana
khamr.’’

Al-Mughni 12/457

4. Al-Qurthubi rahimahullah berkata, ‘’Adapun bid’ah kaum sufi pada hari ini berupa
sikap terus-menerus mendengar lagu-lagu yang disertai alat-alat musik. Maka
termasuk perkara yang tidak diperselisihkan keharamannya.’’

Al-Mufhim limaa Asykala min Talkhiis Kitab Muslim 2/53420

5. Ibnu Hajar al-Haitami rahimahullah berkata, ''Senar-senar dan alat-alat musik seperti
kecapi, gitar, ash-shanj (2 piringan logam yang dibenturkan sehingga bersuara) yaitu
yang ada senarnya, rebab, jank (semacam gitar), kamanjah (alat musik yang memiliki
kayu berbentuk busr dengan empat senar), sinthir (alat musik yang senarnya dari
tembaga), dan dirriij (semacam kecapi), serta alat-alat musik lainya yang dikenal oleh
orang-orang hiburan, pandir, dan pelaku kefasikan. Ini semua hukumnya haram tanpa
ada khilaf.

Kaff ar-Ri'aa' hlm.79

19
al-Baghawi, al-Hasan bin Mas'ud. (1983). Syarh as-Sunnah (Juz ke-12, Cetakan ke-2). Beirut: al-Maktabah
al-Islami
20
al-Qurthubi, 'Ahmad bin 'Umar. (1996) . al-Mufhim lima Asykala min Talkhis Kitab Muslim (Jilid ke-2,
Cetakan ke-1). Damaskus: Dar Ibnu Katsir
6. Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata, ‘’Tidak seorangpun dari pengikut para imam
yang menyebutkan adanya perselisihan tentang haramnya alat-alat musik… akan
tetapi yang menjadi perbincangan di tengah mereka adalah hukum nyanyian tanpa alat
musik. Apakah itu haram, makruh atau mubah?’’

Majmu’ al-Fatawa 11/576-57721

7. Ibnu Rajab rahimahullah berkata, ‘’Adapun mendengarkan alat-alat untuk main


musik yang diterima dari buatan orang-orang non-Arab maka hukumnya haram, dan
ijma’ ulama atas keharamannya. Tidak diketahui seorang pun dari kalangan para
ulama yang membolehkan suatu alat pun.’’

Fath al-Baari Syarh Shahih al-Bukhari 6/8322

8. Ibnu Rajab rahimahullah berkata, ''Dikatakan bahwa Abu Bakar al-Ajurri dan
selainnya (bahwa pengahraman alat musik, -pen) berdasarkan ijma' ulama.''

Nuzhah al-Asma' hlm.25 syamilah.

9. al-Imam ibnu Nujaim rahimahullah berkata bahwa al-Bazzazi rahimahullah telah


menukilkan dalam kitab al-Manaqib adanya ijma' akan pengharaman nyanyian yang
disertai alat musik seperti oud (semacam kecapi).

al-Bahr ar-Rai'q (7/149)23

21
Ibnu Taimiyah, Ahmad bin 'Abd al-Halim. (2004). Majmu' Fatawa (Juz ke-11). Madinah: Mujamma' al-Malik
Fahd
22
Ibnu Rajab, Abdurrahman bin Ahmad. (1996). Fath al-Bari fi Syarh Shahih al-Bukhari (Juz ke-12, Cetakan
ke-1). Damam: Dar ibn al-Jauzi
23
Ibnu Nujaim, Muhammad bin Husain. (1997). Takmilah al-Bahr al-Ra'iq (Juz ke-6, Cetakan ke-1). Beirut:
Dar al-Kutub al-'Ilmiyah
Penutup

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, ‘Sesungguhnya tidaklah engkau meninggalkan


sesuatu karena ketakwaan kepada Allah Ta’ala, kecuali Allah pasti akan memberikan sesuatu
(sebagai pengganti, pen.) yang lebih baik darinya” (HR. Ahmad no. 20739. Dishahihkan
Syaikh Syu’aib Al-Arnauth rahimahullah).
Scan Naskah Madzhab dan Penukilan Ijma’

1. Tabyin al-Haqaaiq 5/125

2. al-Mabsuth 16/380

3. Tabyin al-Haqaiq 3/217

4. a-Mudawwanah 9/421 dinukil dari ar-Rad 'ala al-Qardhawi wa al-Judai' hlm.386

5. At-Taj wa al-Iklil 5/418 dinukil dari ar-Rad 'ala al-Qardhawi wa al-Judai' hlm.388

6. ar-Rad 'ala al-Qardhawi wa al-Judai' hlm.386


7. Kifayah ath-Thalib 2/434. Dinukil dari ar-Rad 'ala al-Qardhawi wa al-Judai' hlm.393

8. al-Umm 5/508

9. al-Hawi 8/238

10. Nihaayah al-Mathlab bi Diraayah al-Madzhab 19/22

11. Kaff ar-Ri'aa' hlm.79


12. al-Amr bi al-Ma'ruf wa an-Nahy 'an al-Munkar

Al-inshaf 12/51

16. al Mughni 14/157

Tafsir al-qurthubi 16/463

Syarh as-Sunnah 12/383

Al-Mughni 14/457
Al-mufhim lima asykala 2/534

Majmu’ fatawa 11/576-577

Fath al-Baari Syarh Shahih al-Bukhari 6/83


al-Bahr ar-Rai'q (7/149)
Daftar Pustaka

Buku:

Ad-Dimasyqi, Ismail bin Utsman bin Katsir. (1999). Tafsir al-Qur’an al-‘Azhim. (Juz ke-6
Cetakan ke-2). Riyadh: Dar at-Thayibah li an-Nasyr wa at-Tauzi’.

Al-Ajurri, Muhammad bin al-Hasan. (1982). Tahrim an-Nard wa asy-Sytharanj wa al-Malahi


(Cetakan ke-1). Riasah 'Idarah al-Buhuts al-‘Ilmiah wa al-Ifta wa ad-da’wah wa al-
Irsyad.

Al-Albani, Muhammad Nashiruddin. (1997). Tahrim al-Alah ath-Tharab. Al-Jubal ash-


Shina’iyah: Maktabah ad-Dalil.

al-Baghawi, al-Hasan bin Mas'ud. (1983). Syarh as-Sunnah (Juz ke-12, Cetakan ke-2). Beirut:
al-Maktabah al-Islami

al-Haitami, Ahmad bin Muhammad. Kaff ar-Ri'a' 'an Muharramaat al-Lahw wa as-Sama'.
Kairo: Maktabah al-Qur'an.

Al-Jauziyah, Muhammad bin Abu Bakar bin Qayyim. Ighatsah al-Lahfan fi Mashayid asy-
Syaithan (Jilid ke-1). Mekkah: Dar ‘Alim al-Fawaid

al-Juwaini, Abdul Malik bin Abdullah. (2007). Nihayah al-Mathlab fi Diraayah al-Madzhab
(Juz ke-19 Cetakan ke-1). Jeddah: Dar al-Minhaj

al-Khallal, Ahmad bin Muhammad. (1990). al-Amr bi al-Ma'ruf wa an-Nahy 'an al-Munkar.
Beirut: al-Maktabah al-Islami

al-Maqdisi, Abdullah bin Ahmad. (2008). al-Mughni (Juz ke-14, Cetakan ke-3). Riyadh: Dar
‘Alam al-Kutub

al-Mardawi, Ali bin Sulaiman. (1955). al-Inshaf (Juz ke-12, Cetakan ke-1). Kairo: Mathba'ah
as-Sunnah al-Muhammadiyah

al-Mawardi, 'Ali bin Muhammad. (1994). al-Hawi al-Kabir (Juz ke-8, Cetakan ke-1). Beirut:
Dar al-Kutub al-'Alamiyah

al-Qurthubi, 'Ahmad bin 'Umar. (1996). al-Mufhim lima Asykala min Talkhis Kitab Muslim
(Jilid ke-2, Cetakan ke-1). Damaskus: Dar Ibnu Katsir
al-Qurthubi, Muhammad bin Ahmad. (2006). al-Jami' li Ahkam al-Qur'an (Juz ke-16, Cetakan
ke-1). Beriut: Muassah ar-Risalah

Andirja, Firanda. (2020). Ajaran Madzhab Imam Asy-Syafi'i yang Ditinggalkan Sebagian
Pengikutnya. Jakarta.

As-Sarkhasi, Muhammad bin Ahmad. Al-Mabsuth (Juz ke-16). Beirut: Dar al-Ma’rifah

As-Suyuthi, Abdurrahman bin Abu Bakar. (1990). Al-Amr bi al-Ittiba’ wa an-Nahy ‘an al-
Ibtida’. Riyadh: Dar Ibn al-Qayyim

Az-Zail’i, ‘Utsman bin ‘Ali. (1994). Tabyin al-Haqaiq Syarh Kanz ad-Daqaaiq (Juz ke-5,
Cetakan ke-1). Bulaq: al-Mathbah al-Kubra al-Amiriyah.

Ibnu Nujaim, Muhammad bin Husain. (1997). Takmilah al-Bahr al-Ra'iq (Juz ke-6, Cetakan
ke-1). Beirut: Dar al-Kutub al-'Ilmiyah

Ibnu Rajab, Abdurrahman bin Ahmad. (1996). Fath al-Bari fi Syarh Shahih al-Bukhari (Juz
ke-12, Cetakan ke-1). Damam: Dar ibn al-Jauzi

Ibnu Rajab, Abdurrahman bin Ahmad. (2003). Nuzhah al-Asma' fi Mas'alah as-Sama' (Cetakan
ke-1). Syamilah.

Ibnu Taimiyah, Ahmad bin 'Abd al-Halim. (2004). Majmu' Fatawa (Juz ke-11). Madinah:
Mujamma' al-Malik Fahd

Musa, Abdullah Ramadhan. (2007). Ar-Rad ‘ala al-Qardawi wa al-Judai’ (Cetakan ke-1).
Dahuk: al-Atsariyah li at-Turats.

Situs Web:

DzulqarnainMS. (2019, Agustus 16). Benarkah Hadits tentang Haramnya Musik Itu Cacat?
[Video]. Youtube. https://www.youtube.com/watch?v=Vkq50qaPwFs&t=21s

Hakim, Saifuddin. (2018, 8 Maret). Tiba Saatnya Aku Tinggalkan Musik (Bag. 1). Tulisan
pada https://muslim.or.id

Hakim, Saifuddin. (2018, 14 Maret). Tiba Saatnya Aku Tinggalkan Musik (Bag. 2). Tulisan
pada https://muslim.or.id

Anda mungkin juga menyukai