Anda di halaman 1dari 13

‫بسم هللا الرحمن الرحيم‬

‫السالم عليكم ورحمه هللا وبركاته‬

Tanpa panjang lebar berikut saya bawakan Dalil-dalil yang berkaitan dengan musik :

Al - Qur'an
QS. Luqman, ayat 6

‫ومن الناس من يشتري لهو الحديث ايضا عن سبيل هللا بغير علم ويتخذها هزوا اولئك لهم عذاب مهين‬

Artinya : Dan di antara manusia (ada) orang yang mempergunakan perkataan yang tidak
berguna untuk menyesatkan (manusia) dari jalan Allah tanpa pengetahuan dan menjadikan
jalan Allah itu olok-olokan. Mereka itu akan memperoleh azab yang menghinakan.

Tafsir Surat Al Luqman (31:6)

Yang dimaksud dengan lahwal hadist ( ‫ ) لهو الحديث‬/ perkataan yang tidak berguna ditafsirkan
sebagai:

Ibnu Jarir Ath-Thabari menyebutkan:

Ibnu Mas'ud (Sahabat): "Nyanyian, demi Yang tidak ada yang berhak disembah selain Dia"
beliau sampai mengulangnya tiga kali

Ibnu 'Abbas (Sahabat): "Nyanyian dan yang sejenisnya dan mendengarkannya"

Jabir (Sahabat): "Nyanyian dan mendengarkannya"

Mujahid (Tab'in): "Nyanyian dan semua permainan yang melalaikan" dalam kesempatan lain
beliau mengatakan "Genderang (rebana)"

Ikrimah (Tabi'in): "Nyanyian"

Adh-Dhahak: "Syirik (menyekutukan ALLAH)"

Ibnu Jarir Ath-Thabari sendiri mengomentari:

‫ عنى به كل ما كان من الحديث ملهيا عن سبيل هللا مما نهى هللا عن استماعه ٔاو رسوله ؛ أل‬: ‫والصواب من القول في ذلك ٔان يقال‬
،‫ فذ لك على عمومه حتى يأتي ما يدل على خصوصه‬،‫ (لهو الحديث) ولم يخصص بعضا دون بعض‬: ‫ن هللا تعالى عم بقوله‬
‫والغناء و الشرك من ذلك‬
Artinya : Pendapat yang betul adalah; Yang dimaksud dengannya (perkataan yang tidak
berguna) adalah semua perkataan yang melalaikan dari jalan Allah, dari apa-apa yang dilarang
Allah, dari mendengarkannya atau apa-apa yang dilarang Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
(dari mendengarkannya), karena Allah menjadikan firmannya (perkataan tidak berguna) umum
dan tidak mengkhususkan sebagian yang satu dari sebagian yang lain. Oleh karena itu tetap
berlaku umum sehingga datang dalil yang mengkhususkannya. Nyanyian dan syirik termasuk
dari itu (perkataan tidak berguna).

(Lihat Tafsir Ath-Thabari)

Ibnu Katsir juga menyebutkan makna perkataan yang tidak berguna sebagai "nyanyian" dari
Sa'id bin Jubair, Makhul, 'Amru bin Syu'aib, Hasan al-Bashri dan 'Ali bin Badzimah dari kalangan
para tabi'in.

Ibnu Katsir sendiri juga mengomentari:

‫ ؤاقبلوا على استماع المزامير والغناء بااللحان واالت‬،‫ الذين ٔاعرضوا عن االنتفاع بسماع كالم هللا‬،‫عطف بذكر حال االشقياء‬
‫الطرب‬

Allah menyambung dengan menyebutkan keadaan orang-orang yang celaka yaitu orang -orang
yang berpaling dari mengambil manfaat dengan mendengarkan kalam Allah dan malah
cenderung mendengarkan lagu-lagu, nyanyian dengan nada-nada tertentu dan alat-alat musik.

(Lihat : Tafsir Ibnu Katsir)

Al-Baghawi menyebutkan perkataan Ibrahim An-Nakha'i (Tabi'in):

"Nyanyian menumbuhkan kemunafikan di dalam hati".

Al-Baghawi sendiri menafsirkan (mempergunakan perkataan yang tidak berguna):

‫يستبدل ويختار الغناء والمزامير والمعارف على القرآن‬

Artinya : Menggantikan dan memilih nyanyian, lagu-lagu dan musik atas al-Quran.

(Lihat Tafsir Al-Baghawi)

Al-Qurthubi menjelaskan dalam tafsirnya:


‫ والمجون الذي يحرك الساكن ويبعث‬،‫ الذي يحرك النفوس ويبعشها على الهوى و الغزل‬،‫وهو الغناء المعتاد عند المشتهرين به‬
‫الكامن؛ فهذا النوع اذا كان في شعر يسبب فيه بذكر النساء ووصف محاسنهن وذكر الخمور والمحرمات ال يختلف في تحر يمه ؛‬
‫ألنه اللهو والغناء المذموم باالتفاق‬

Artinya : Nyanyian yang dimaksud adalah nyanyian yang biasa dinyanyikan menurut orang-
orang yang mempopulerkannya. Yaitu nyanyian yang yang menggerakkan nafsu dan
membangkitkannya atas hawa dan cumbu rayu dan kelakar (lawak) yang akan menggerakkan
yang diam dan mengeluarkan yang tersembunyi (muncul aib-aib). Jenis ini apabila di dalam
sya'ir akan mengobarkannya dengan menyebutkan wanita dan sifat-sifat kecantikannya,
menyebutkan khamr dan hal-hal yang diharamkan di mana tidak ada beda pendapat tentang
keharamannya. Karena itu adalah sia-sia dan nyanyian adalah tercela dengan kesepakatan.

‫ كما كان في حفر‬،‫فأما ما سلم من ذلك فيجوز القليل منه في أو قات الفرح ؛ كالعرس و العيد وعند التنشيط على األعمال الشاقة‬
‫الخندق‬

Sedangkan nyanyian yang selamat dari hal tersebut maka sedikit dari itu adalah boleh di dalam
masa-masa bergembira seperti pernikahan, hari raya dan ketika digunakan untuk
menyemangati beramal yang berat sebagaimana saat menggali parit.

‫فأما ما ابتدعته\ الصوفية اليوم من االدمان على سماع المغاني باالالت المطربة من الشبابات والطار والمعارف واالوتار فحرام‬

Sedangkan apa yang dibuat-buat oleh orang-orang shufi pada hari ini (zaman al-Qurthubi)
dengan membiasakan atas mendengarkan nyanyi-nyanyian dengan alat-alat musik seperti
syabaabaat, thaar, ma'azif, autaar (nama-nama alat musik dipukul, dipetik dlsb) adalah haram.

Hadist - Hadist
HR. Bukhori no. 5590

‫ليكون من امتى اقوام يستحلون الحر والحرير والخمر والمعازف‬

Artinya : “Sungguh, benar-benar akan ada di kalangan umatku sekelompok orang yang
menghalalkan zina, sutera, khamr, dan alat musik.

Hadist di atas dinilai shahih oleh banyak ulama, di antaranya adalah: Syaikhul Islam Ibnu
Taimiyah dalam Al Istiqomah (1/294) dan Ibnul Qayyim dalam Ighatsatul Lahfan (1/259).
Penilaian senada disampaikan An Nawawi, Ibnu Rajab Al Hambali, Ibnu Hajar dan Asy Syaukani
–rahimahumullah-.

HR. Ibnu Majah dan Ibnu Hibban. (Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)

Dari Abu Malik Al Asy’ari, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :


‫ليشربن ناس من امتى الخمر يسمو نها بغير اسمها يعزف على رءوسهم بالمعازف و المغنيات يخسف هللا بهم األرض ويجعل‬
‫منهم القردة والخنازير‬

Artinya : “Sungguh, akan ada orang-orang dari umatku yang meminum khamr, mereka
menamakannya dengan selain namanya. Mereka dihibur dengan musik dan alunan suara
biduanita. Allah akan membenamkan mereka ke dalam bumi dan Dia akan mengubah bentuk
mereka menjadi kera dan babi.”

HR. Ahmad. (Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa hadits ini hasan)

Dari Nafi (bekas budak Ibnu ‘Umar) beliau berkata :

.‫عمر سمع ابن عمر صوت زمارة راع فو ضع اصبعيه في أذنيه وعدل راحلته عن الطريق وهو يقول يا نافع اتسمع فاقول نعم‬
‫ و سمع‬- ‫ صلى هللا عليه وسلم‬- ‫ قال فو ضع يديه واعاد الراحلة إلى الطريق وقال رأيت رسول هللا‬.‫قال فيمضى حتى قلت ال‬
‫صوت زمارة راع فصنع مثل هذا‬

Artinya : "ibnu ‘Umar pernah mendengar suara seruling dari seorang pengembala, lalu beliau
menyumbat kedua telinganya dengan kedua jarinya. Kemudian beliau pindah ke jalan yang lain.
Lalu Ibnu ‘Umar berkata, “Wahai Nafi’, apakah kamu masih mendengar suara tadi?” Aku (Nafi’)
berkata, “Iya, aku masih mendengarnya.”

Kemudian, Ibnu ‘Umar terus berjalan. Lalu, aku berkata, “Aku tidak mendengarnya lagi.”

Barulah setelah itu Ibnu ‘Umar melepaskan tangannya dari telinganya dan kembali ke jalan itu
lalu berkata, “Beginilah aku melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika mendengar
suara seruling dari seorang pengembala. Beliau melakukannya seperti tadi.”

Keterangan Hadits

Dari dua hadits pertama, dijelaskan mengenai keadaan umat Islam nanti yang akan
menghalalkan musik, berarti sebenarnya musik itu haram kemudian ada yang menganggap
halal. Begitu pula pada hadits ketiga yang menceritakan kisah Ibnu ‘Umar bersama Nafi’. Ibnu
‘Umar mencontohkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melakukan hal yang sama
dengannya yaitu menjauhkan manusia dari mendengar musik. Hal ini menunjukkan bahwa
musik itu jelas-jelas terlarang.

Jika ada yang mengatakan bahwa sebenarnya yang dilakukan Ibnu ‘Umar tadi hanya
menunjukkan bahwa itu adalah cara terbaik dalam mengalihkan manusia dari mendengar suara
nyanyian atau alat musik, namun tidak sampai menunjukkan keharamannya, jawabannya
adalah sebagaimana yang dikatakan Ahmad bin Abdul Halim Al Haroni (julukan Syaikhul Islam
Ibnu Taimiyah) rahimahullah berikut ini :

‫اللهم إال أن يكون في سماعه ضرر ديني ال يندر فع اال بالسد‬

“Demi Allah, bahkan mendengarkan nyanyian (atau alat musik) adalah bahaya yang mengerikan
pada agama seseorang, tidak ada cara lain selain dengan menutup jalan agar tidak
mendengarnya.” (Majmu’ Al Fatawa, Ahmad bin Abdul Halim Al Haroini, 11/567, Darul Wafa’,
cetakan ketiga, tahun 1426 H)

PANDANGAN 4 IMAM MAHDZAB MENGENAI MUSIK


Imam Abu Hanifah. Beliau membenci nyanyian dan menganggap mendengarnya sebagai suatu
perbuatan dosa. (Lihat Talbis Iblis, 282)

Imam Malik bin Anas. Beliau berkata, “Barangsiapa membeli budak lalu ternyata budak
tersebut adalah seorang biduanita (penyanyi), maka hendaklah dia kembalikan budak tadi
karena terdapat ‘aib.” (Lihat Talbis Iblis, 284)

Imam Asy Syafi’i. Beliau berkata, “Nyanyian adalah suatu hal yang sia-sia yang tidak kusukai
karena nyanyian itu adalah seperti kebatilan. Siapa saja yang sudah kecanduan mendengarkan
nyanyian, maka persaksiannya tertolak.” (Lihat Talbis Iblis, 283)

Imam Ahmad bin Hambal. Beliau berkata, “Nyanyian itu menumbuhkan kemunafikan dalam
hati dan aku pun tidak menyukainya.” (Lihat Talbis Iblis, 280)

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan, “Tidak ada satu pun dari empat ulama
madzhab yang berselisih pendapat mengenai haramnya alat musik.” (Majmu’ Al Fatawa,
11/576-577.)

PERKATAAN ULAMA MENGENAI MUSIK


Sebagian orang mengira bahwa musik itu haram karena klaim sebagian kalangan saja. Padahal
sejak masa silam, ulama madzhab telah menyatakan haramnya. Musik yang dihasilkan haram
didengar bahkan harus dijauhi. Alat musiknya pun haram dimanfaatkan. Jual beli dari alat musik
itu pun tidak halal. Biasanya orang yang menghalalkan musik mengambil pendapat dari
beberapa ulama mutaakhirin seperti Ibnu Hazm Al-Andalusi rahimahullah, Imam Al-Ghazali
rahimahullah atau para tokoh Tasawuf yang menyimpang, padahal jumhur ulama justru
mengharamkannya.

Berikut ini merupakan fatwa-fatwa Ulama Ahlussunnah wal Jama’ah khusunya dari Madzhab
Asy-Syafi’i secara khusus karena hal ini jarang disinggung oleh para Kyai dan Ulama di negeri
kita. Padahal sudah ada di kitab-kitab pegangan mereka.

Imam Asy-Syafi’i rahimahullah

Ibnu Hajar Al-Haitami rahimahullah dalam kitab Az-Zawajir ‘an Iqtirafil Kabair berkata:

‫قد علم من غير شك أن الشا فهي رضي هللا عنه حرم سائر أنواع الزمر‬

“Dan telah diketahui tanpa keraguan bahwasanya Imam Asy-Syafi'i radhiyallahu ‘anhu
mengharamkan seluruh jenis alat musik.” (Az-Zawajir 'an Iqtirafil Kabair, Jilid 2 hal. 907)

Imam Asy-Syafi'i rahimahullah dalam Kitab Al-Umm berkata mengenai hukuman potong tangan
bagi pencuri:

‫فكل ما له ثمن هكذا يقطع فيه إذا بلغ قيمته ربع دينار مصحفا كان أو سيفا أو غيره مما يحل ثمنه فإن سرق خمرا أو خنزيرا لم‬
‫ ألن هذا حرام الثمن وال يقطع في ثمن الطنبور وال المزمار‬: ‫يقطع‬

“Maka setiap barang berharga menyebabkan si pencuri dipotong tangan, jika harga barang
tersebut mencapai seperempat dinar. Barang tersebut dapat berupa mushaf (Al-Qur'an) atau
pedang atau yang lainnya yang hasil penjualannya halal. Jika ia mencuri minuman keras atau
babi maka tidaklah dipotong tangannya karena hasil penjualan minuman keras dan babi adalah
haram. Dan juga tidak dipotong tangan si pencuri jika dia mencuri kecapi dan seruling.” (Al-
Umm, Jilid 6 hal. 147)

Dalam fatwa Imam Asy-Syafi’i rahimahullah diatas, beliau menyamakan hukum kecapi dan
seruling (alat-alat musik) dengan minuman keras dan babi yang haram hasil penjualannya,
bahkan tak ada potong tangan bagi seseorang yang mencuri alat musik karena alat musik
merupakan barang-barang haram sebagaimana minuman keras dan babi.

Imam Al-Ghazali rahimahullah

Imam Al-Ghazali rahimahullah dalam Ihya’ ‘Ulumuddin memang berpendapat bahwa alat musik
adalah halal karena beliau mengqiyaskan suara alat musik dengan suara burung dan hewan-
hewan, namun qiyas ini tidaklah tepat. Bahkan dalam fatwa beliau yang lain, Imam Al-Ghazali
rahimahullah berkata:

‫المعازف واألوتار حرام أل نها تثوق إلى الشرب وهو شعار الشرب فحرم التشبه بهم‬
“Alat-alat musik dan senar-senar adalah haram, karena menimbulkan hasrat untuk meminum
(minuman haram), dan ini adalah syi'arnya para peminum khomr, maka diharamkan meniru-
niru mereka.” (Al-Washith, Jilid 7 hal. 350)

Dan fatwa beliau inilah yang tepat karena sesuai dengan jumhur ulama Ahlussunnah.

Imam An-Nawawi rahimahullah

Imam Abu Zakariyya Yahya bin Syaraf An-Nawawi rahimahullah, ulama besar Madzhab Asy-
Syafi’i berkata:

‫أن يغني ببعض آالت الغناء مماهو من شعار شاربي الخمر وهو مطرب كالطنبور والعود والصنج وسائر المعازف واألوتار‬
‫يحرم استعماله واستماعه‬

“Bernyanyi dengan alat-alat musik. Ini merupakan syi’ar para peminum khamr. Yaitu alat musik
yang dipukul seperti tunbur, banjo, simbal dan alat-alat musik yang lainnya dan juga alat musik
dengan senar, semuanya diharamkan menggunakannya dan mendengarkannya.” (Raudhatut
Thalibin, Jilid 11 hal. 228)

Imam Taqiyuddin As-Subki rahimahullah

Imam Al-Khathib Asy-Syarbini rahimahullah mengutip perkataan Imam Taqiyuddin As-Subki


rahimahullah dalam kitabnya, Imam Taqiyuddin As-Subki rahimahullah berkata:

‫السماع على الصورة المعهودة منكر وضاللة وهو من أفعال الجهلة والشيا طين ومن زعم أن ذلك قربة فقد كذب وافترى على هللا‬
‫ومن قال إنه يزيد في الذوق فهو جاهل أو شيطان ومن نسب السماع إلى رسول هللا يودب أدبا شديدا ويدخل في زمرة الكاذبين‬
‫عليه صلى هللا عليه وسلم ومن كذب عليه متعمدا فليتبوا مقعده من النار وليس هذا طريقة أولياء هللا تعالى وحزبه واتباع رسول‬
‫ ومن قال من العلماء بإباحة‬.‫هللا صلى هللا عليه وسلم بل طريقة أهل اللهو واللعب والباطل وينكر على هذا باللسان و اليد و القلب‬
‫السماع فذاك حيث ال يجتمع فيه دف وشبابة وال رجال ونساء وال من يحرم النظر إليه‬

Artinya : “As-Sama' (mendengarkan nyanyian yang terkadang disertai sebagian alat musik
dengan maksud mendekatkan diri kepada Allah karena bisa menenteramkan hati) dengan
model yang dikenal adalah kemungkaran dan kesesatan. Ia merupakan perbuatan orang-orang
jahil dan para setan. Barangsiapa yang menyangka bahwa hal ini adalah qurbah (ibadah yang
mendekatkan kepada Allah) maka ia telah berdusta atas nama Allah. Barangsiapa yang
mengatakan bahwa perbuatan ini menambah rasa maka ia adalah seorang yang jahil atau
setan. Barangsiapa yang menyandarkan perbuatan ini (As-Sama') kepada Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam maka hendaknya ia diberi pelajaran yang keras, dan ia masuk dalam golongan
para pendusta atas nama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda: “Barangsiapa yang berdusta atasku dengan sengaja maka siapkanlah tempat
duduknya di neraka.” Ini (As-Sama') bukanlah tarekatnya para wali-wali Allah, bukanlah
golongan pengikut Allah subhanahu wa ta’ala serta bukan jalan para pengikut Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam. Bahkan ini merupakan jalannya para tukang lalai dan bermain-
main serta ahlul batil. Hendaknya hal ini diingkari dengan lisan, tangan, dan hati. Jika ada di
antara para ulama yang menyatakan bolehnya As-Sama’ maka hal itu jika tidak disertai dengan
rebana, seruling, ikhtilat lelaki dan perempuan, serta orang yang haram untuk dipandang.”
(Mughni Al-Muhtaj, Jilid 4 hal. 429)

Fatwa Imam Taqiyuddin As-Subki rahimahullah diatas sangatlah keras, beliau menyatakan
bahwa mendengarkan nyanyian yang terkadang disertai sebagian alat musik dengan maksud
mendekatkan diri kepada Allah subhanahu wa ta’ala karena bisa menenteramkan hati dengan
model yang dikenal mirip seperti yang dilakukan oleh Kaum Sufi adalah kemungkaran dan
kesesatan. Ia merupakan perbuatan orang-orang jahil dan para setan.

Syaikh Ibnu Shalah Asy-Syahrazuri rahimahullah

Syaikh Ibnu Shalah Asy-Syahrazuri rahimahullah, ulama besar di bidang hadits beliau berkata:

‫وأما إباحة هذا السماع وتحليله فليعلم أن الدف والشبابة والغناء إذا اجتمعت فاستماع ذلك حرام عند أَئِ َّمة المذاهب وغيرهم من‬
‫علماء المسلمين ولم يثبت عن أحد ممن يعتد\ بقوله في اإلجماع واالخالف أنه أباح هذا السماع‬

Artinya : “Mengenai adanya anggapan bahwa nyanyian untuk mubah dan halal maka ketahuilah
bahwa rebana, gitar dan nyanyian jika bercampur menjadi satu maka hukum mendengarkannya
adalah haram menurut para imam madzhab dan seluruh ulama umat Islam selain mereka.
Tidaklah benar ada ulama, yang pendapatnya yang diakui dalam ijma dan khilaf, yang
membolehkan nyanyian semisal ini.” (Fatawa Ibnu Shalah, Jilid 2 hal. 500)

Syaikhul Islam Zakariyya Al-Anshari rahimahullah

Syaikhul Islam Zakariyya Al-Anshari Asy-Syafi’i rahimahullah berkata:

‫وأما الغناء على اآللة المطربة كالطنبور والعود وسائر المعازف أي المالهي وأالوتار وما يضرب به والمزمار العراقي وهوا‬
،‫ وكما يحرم ذلك يحرم استعمال هذه اآلالت‬،‫الذي يضرب به مع األوتار وكذا اليراع وهو الشبابة فحرام استعماله واستماعه‬
‫واتخاذها ألنها من شعار الشربه وهي مطربة‬

Artinya : “Adapun nyanyian dengan menggunakan alat-alat musik seperti kecapi dan gitar dan
seluruh alat-alat musik, yaitu alat-alat musik dan senar-senar, dan apa yang dipukul-pukul serta
seruling Iraq, yaitu yang dipukul-pukul dengan disertai senar, demikian pula yaroo' yaitu
seruling maka hukumnya haram digunakan dan didengarkan. Sebagaimana diharamkan hal itu
maka diharamkan pula memainkan alat-alat ini dan menggunakannya karena alat-alat ini
merupakan syi'arnya para peminum minuman haram.” (Asna Al-Mathalib fi Syarh Raudh Ath-
Thalib, Jilid 4 hal. 344-345)

Imam Al-Khathib Asy-Syarbini rahimahullah

Dalam kitab Mughni Al-Muhtaj, Imam Al-Khathib Asy-Syarbini Asy-Syafi’i rahimahullah berkata:

‫ واستعمال اآللة هو‬،‫ وهم القوم المجتمعون على الشراب الحرام‬،‫ويحرم استعمال أو اتخاذ آلة من شعار الشربة جمع شارب‬
‫الضرب بها (كطنبور) بضم الطاء ويقال الطنبار (وعود وصنج) وهو كما قال الجوهري صفر يضرب بعضها على بعض‬
)‫وتسمى الصفاقتين ألنهما من عادة المخنثين (ومزمار عراقي) بكسر الميم وهو ما يضرب به مع األوتار (و) يحرم (استماعها‬
‫ ليكون من أمتي أقوام يستحلون الحر والحرير والخمر والمعازف‬:‫أي اآللة المذكورة ألنه يطرب ولقوله صلى هللا عليه وسلم‬

Artinya : “(Dan diharamkan memainkan) atau menggunakan (alat yang merupakan syi'arnya
para peminum), yaitu kaum yang berkumpul untuk meminum minuman haram, dan
memainkan alat yaitu memukulnya (seperti kecapi), (dan gitar dan shonj) sebagaimana yang
dikatakan oleh Al-Jauhari yaitu dua piringan tembaga yang saling dibenturkan sehingga
menimbulkan suara, dan dinamakan juga Ash-Shaffaqataini, karena keduanya merupakan
tradisi orang-orang banci. (Dan juga seruling Iraqi) yaitu seruling yang dimainkan dengan senar-
senar. (Dan) diharamkan (mendengarkannya) yaitu alat-alat tersebut karena membuat
melayang dan karena Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: “Sungguh akan ada sebagian
dari umatku yang akan menghalalkan zina, sutera, minuman keras, dan alat-alat musik .”
(Mughni Al-Muhtaj, Jilid 4 hal. 429)

Imam Al-Juwaini rahimahullah

Imam Al-Haramain Abu Ma’ali Al-Juwaini Asy-Syafi’i rahimahullah berkata:

‫ وهي ذراءع إلى كباءر الذنوب‬،‫ وكلها عرام‬،‫والبداية في هذا الفن بتحريم المعازف واألوتار‬

Artinya : “Permulaan dalam pembahasan ini adalah dengan mengharamkan alat-alat musik dan
senar-senar, dan semuanya adalah haram, dan merupakan dzari'ah (yang mengantarkan)
kepada dosa-dosa besar.” (Nihayatul Mathlab bi Dirayatil Madzhab, Jilid 19 hal. 22)

Ibnu Hajar Al-Haitami rahimahullah


Ibnu Hajar Al-Haitami rahimahullah berkata:

‫ والخمسون والحادية والخمسون بعد األربعاءة‬،‫الكبيرة السادسة والسابعة والشامنة والتاسعة واالربعون‬:

‫ وزمر بمزمار واستماعه وضرب بكوبة واستماعه‬،‫ضرب وتر واستماعه‬

Artinya : “Dosa besar yang ke 446, 447, 448, 449, 450, 451 adalah memainkan nada-nada,
mendengarkannya, meniup seruling, mendengarkannya, menabuh gendang, dan
mendengarkannya.” (Hukmul Ghina wal Ma’azif, hal. 1)

Dalam riwayat yang lain, beliau juga berkata dengan sangat tegas:

‫ وغير ذلك من‬،‫ ذي األوتار والرباب والجنك والكمنجة والسنطير والدريج‬:‫األوتار والمعازف كالطنبور والعود والصنج أي‬
‫ ومن حكى فيه خالفا فقد غلط أو غلب عليه‬،‫ وهذه كلها محرمة بال خالف‬،‫اآلالت المشهورة عند أهل اللهو والسفاهة والفسوق‬
‫ وزل به عن سنن تقواه‬،‫ ومنعه هداه‬،‫ حتى أصمه وأعماه‬،‫هواه‬

Artinya : “Senar-senar dan alat-alat musik seperti kecapi, gitar, Ash-Shanj yaitu yang ada
senarnya, rebab, jank (semacam gitar), kamanjah (alat musik yang memiliki kayu berbentuk
busr dengan empat senar), sinthir (semacam alat musik yang senarnya dari tembaga), dan dirriij
(semacam kecapi), serta alat-alat musik lainnya yang dikenal oleh para pemain dan orang-orang
bodoh dan para pelaku kefasikan. Ini semuanya hukumnya haram tanpa ada khilaf
(perselisihan). Barang siapa yang menyebutkan adanya khilaf dalam hal ini maka ia telah keliru
atau hawa nafsunya telah mendominasinya sehingga membuatnya tuli dan buta serta
mencegahnya dari petunjuk dan juga menggelincirkannya dari jalan ketakwaannya.” (Kaff Ar-
Ri’aa’ ‘an Muharramat Al-Lahwi wa As-Sama’, hal 118)

Syaikh Abu Bakar Ad-Dimyathi rahimahullah

Syaikh Abu Bakar Utsman bin Muhammad Syatha Ad-Dimyathi Asy-Syafi'i rahimahullah berkata:

‫بخالف الصوت الحاصل من آالت اللهو والطرب المحرمة كلوتر فهو حرام يجب كف النفس من سماعه‬

Artinya : “Berbeda halnya dengan suara yang dihasilkan dari alat musik dan alat pukul yang
haram seperti ‘watr’, nyanyian seperti itu haram. Wajib menahan diri untuk tidak
mendengarnya.” (I’anatuth Thalibin, Jilid 2 hal. 280)

Demikianlah perkataan para ulama Ahlussunnah wal Jama’ah terlebih lagi perkataan ulama-
ulama Madzhab Asy-Syafi’i yang tercantum dalam kitab-kitab fiqih Madzhab Asy-Syafi’i yang
sangat jarang sekali disinggung oleh para Kyai dan Ulama di negeri kita. Intinya, musik itu
haram. Alat musik juga adalah alat yang haram. Pemanfaatannya termasuk diperjualbelikan
adalah haram. Artinya, upah yang dihasilkan adalah upah yang haram. Penjelasan ini pun dapat
menjawab bagaimana hukum shalawatan dan nasyid dengan menggunakan alat musik.

BILA ENGKAU SUDAH TERSIBUK KAN DENGAN NYANYIAN DAN NASYID

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah memberikan pelajaran yang sangat berharga. Beliau mengatakan,

“Seorang hamba jika sebagian waktunya telah tersibukkan dengan amalan yang tidak
disyari’atkan, dia pasti akan kurang bersemangat dalam melakukan hal-hal yang disyari’atkan
dan bermanfaat. Hal ini jauh berbeda dengan orang yang mencurahkan usahanya untuk
melakukan hal yang disyari’atkan. Pasti orang ini akan semakin cinta dan semakin mendapatkan
manfaat dengan melakukan amalan tersebut, agama dan islamnya pun akan semakin
sempurna.”

Lalu, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan, ”Oleh karena itu, banyak sekali orang yang
terbuai dengan nyanyian (atau syair-syair) yang tujuan semula adalah untuk menata hati. Maka,
pasti karena maksudnya, dia akan semakin berkurang semangatnya dalam menyimak Al Qur’an.
Bahkan sampai-sampai dia pun membenci untuk mendengarnya.” (Iqtidho’ Ash Shirothil
Mustaqim li Mukholafati Ash-haabil Jahiim, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, Tahqiq & Ta’liq: Dr.
Nashir ‘Abdul Karim Al ‘Aql, 1/543, Wizarotusy Syu’un Al Islamiyah, cetakan ketujuh, tahun
1419 H)

Jadi, perkataan Ahmad bin Abdul Halim Al Haroni (yang dijuluki Syaikhul Islam) memang betul-
betul terjadi pada orang-orang yang sudah begitu gandrung dengan nyanyian, gitar dan bahkan
dengan nyanyian “Islami” (yang disebut nasyid). Tujuan mereka mungkin adalah untuk menata
hati. Namun, sayang seribu sayang, jalan yang ditempuh adalah jalan yang keliru karena hati
mestilah ditata dengan hal-hal yang masyru’ (disyariatkan) dan bukan dengan hal-hal yang tidak
masyru’, yang membuat kita sibuk dan lalai dari kalam Robbul ‘alamin yaitu Al Qur’an.

Tentang nasyid yang dikenal di kalangan sufiyah dan bait-bait sya’ir, Syaikhul Islam mengatakan,

“Oleh karena itu, kita dapati pada orang-orang yang kesehariannya dan santapannya tidak bisa
lepas dari nyanyian, mereka pasti tidak akan begitu merindukan lantunan suara Al Qur’an.
Mereka pun tidak begitu senang ketika mendengarnya. Mereka tidak akan merasakan
kenikmatan tatkala mendengar Al Qur’an dibanding dengan mendengar bait-bait sya’ir
(nasyid). Bahkan ketika mereka mendengar Al Qur’an, hatinya pun menjadi lalai, begitu pula
dengan lisannya akan sering keliru. (Majmu’ Al Fatawa, 11/567)
Adapun melatunkan bait-bait syair (alias nasyid) asalnya dibolehkan, namun tidak berlaku
secara mutlak. Melatunkan bait syair (nasyid) yang dibolehkan apabila memenuhi beberapa
syarat berikut:

 Bukan lantunan yang mendayu-dayu sebagaimana yang diperagakan oleh para wanita.
 Nasyid tersebut tidak sampai melalaikan dari mendengar Al Qur’an.
 Nasyid tersebut terlepas dari nada-nada yang dapat membuat orang yang
mendengarnya menari dan berdansa.
 Tidak diiringi alat musik.
 Maksud mendengarkannya bukan mendengarkan nyanyian dan nadanya, namun
tujuannya adalah untuk mendengar nasyid (bait syair).
 Diperbolehkan bagi wanita untuk memukul rebana pada acara-acara yang penuh
kegembiraan dan masyru’ (disyariatkan) saja. (Seperti terdapat riwayat dari ‘Umar
bahwa beliau membolehkan memukul rebana (ad-duf) pada acara nikah dan khitan. Dan
ini adalah pengkhususan dari dalil umum yang melarang alat musik. Sehingga tidak tepat
jika rebana ini diqiyaskan (dianalogikan) dengan alat musik yang lain. (Lihat An Nur Al
Kaasyif fii Bayaani Hukmil Ghina wal Ma’azif, hal. 61, Asy Syamilah)
 Maksud nasyid ini adalah untuk memberi dorongan semangat ketika keletihan atau
ketika berjihad.
 Tidak sampai melalaikan dari yang wajib atau melarang dari kewajiban.

Kesimpulan :

Qs. Al Luqman dan HR. Al Bukhori no. 5590 yang dijadikan rujukan ulama-ulama yang
mengharamkan musik. Sedangkan ulama-ulama yang membolehkan musik berpedoman pada
perkataan Imam Al-Ghazali rahimahullah dalam Ihya’ ‘Ulumuddin yang berpendapat bahwa alat
musik adalah halal karena beliau mengqiyaskan suara alat musik dengan suara burung dan
hewan-hewan, namun qiyas ini tidaklah tepat. Karena dalam fatwa beliau yang lain, Imam Al-
Ghazali rahimahullah malah mengharamkan alat-alat musik serta senar-senarnya ( lihat Al-
Washith, Jilid 7 hal. 350)

Dalam pandangan 4 mahdzab tidak ada satu pun dari 4 iman yang menghalalkan musik, imam
Syafi'i sendiri sangat keras sikapnya terhadap musik.

Banyak perkataan-perkataan ulama ahlusunah yang mengharamkan musik (walaupun


perkataan ulama tidak bisa jadi rujukan kebenaran, hanya sebagian pelengkap hadist dan
quran)
Hanya satu alat musik saja yang halal yaitu (Duff/rebana) dengan beberapa syarat dan terbatas
waktu dimainkannya (hari raya, pernikahan, khitanan)

‫سبحانك اللهم وبحمدك اشهد ان ال اله اال انت استغفرك واتوب اليك‬

Sumber :

http://noorakhmad.blogspot.co.id/2009/11/tafsir-surat-luqman-ayat-6.html?m=1

https://rumaysho.com/372-saatnya-meninggalkan-musik.html

http://www.sharingseputarislam.com/2017/02/hukum-musik-dan-fatwa-fatwa-ulama.html?
m=1

Anda mungkin juga menyukai