Perbedaan hukum halal dan haram musik terjadi atas perbedaan pemahaman terkait teks-
teks naqli, ada yang memahami dalil secara tekstual adapula yang memahami dengan melakukan
beberapa pendekatan yang dikenal dengan pemahaman secara kontekstual. Perbedaan
pemahaman ini yang kemudian melahirkan produk hukum yang berbeda, kelompok tekstualis
cenderung mengharamkan dengan alasan dalil sudah jelas sedangkan kelompok kontekstualis
memberikan standarisasi halal dan haram atas hukum musik. Berikut hadisnya ;
: َوهَّللا ِ َما َك َذبَني، ُّ اَأْل ْش َع ِري- كٍ ِ َأوْ َأبُو َمال- َح َّدثَنِي َأبُو عَا ِم ٍر:الَ ََح َّدثَنَا َع ْب ُد الرَّحْ َم ِن بْنُ َغ ْن ٍم اَأْل ْش َع ِريُّ ق
ِ ر َو ْال َم َعFَ و ْالخَ ْم
َازف َ و ْال َح ِر
َ ،ير ْ يستح ُّلون،ليكونن ِم ْنُأ َّمتِيَأ ْق َوا ٌم
َ ال ِح َر َّ ( :ُصلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم يَقُولَ ي َّ َِس ِم َع النَّب
Artinya : “Sungguh akan ada sebagian dari umatku yang akan mengahalalkan zina, sutra,
..1minuman keras, dan alat musik
Al Ma’azif : Rebana dan sejenisnya yang ditabuh, sebagaimana dalam an-Nihâyah. Dalam Al-
Qamus, al-Ma’azif yaitu alat-alat musik seperti seruling dan mandolin. Bentuk tunggalnyal
‘Uzfun atau Mi’zafun dan Al-‘azif adalah orang yang memainkan musik atau penyanyi Oleh
sebab itu Ibnul Qayyim rahimahullah dalam Ighâtsatul Lahfân menyebutkan, “Artinya adalah
alat-alat musik seluruhnya, tidak ada perbedaan pendapat di kalangan ahli bahasa Arab dalam
2
.masalah ini
Imam Muhammad Bin Ali Bin Adam berpendapat dalam kitabnya dahiratul uqbah fi syarhil
Mujtaba bahwa makna Al Ma’azif adalah Aalatul Lahwi {alat alat senda gurau/permainan}.3
Begitu juga Imam Ahmad Bin Hanbal berpendapat bahwa makna Al Ma’azif adalah Aalatu
tharab {alat alat keriangan/kesenangan).4 Ucapan itu lebih diperjelas lagi oleh adz-Dzahabi
dalam as-Siyar “al-Ma’âzif adalah nama bagi semua alat musik yang dimainkan seperti seruling,
.mandolin, clarinet, dan simba
1
Muhamad Ibn Ismail Al-Bukhari, Shahih Bukhari, No. 5590 (Darul Hadits, 2023)
2
Ighâtsatul Lahfân (1/466).
3
Syarah sunan An Nasa’i (dahiratul uqbah fi syarhil Mujtaba}
4
Musnad Imam Ahmad
Ibnu Taimiyah mengatakan, “al-Ma’âzif (alat-alat musik) adalah khamr bagi jiwa. Dia bereaksi
dalam jiwa lebih hebat daripada reaksi arak. Apabila mereka telah mabuk dengan nyanyian,
mereka bisa terkena kesyirikan, condong kepada perbuatan keji dan zhalim sehingga mereka pun
5
.berbuat syirik, membunuh jiwa yang diharamkan Allâh Azza wa Jalla dan berzina
Sedangkan Syekh Ali Jum’ah, Mantan Mufti Republik Mesir, juga telah berfatwa tentang
hal ini. Menurutnya, lagu dan musik itu terbagi dua: ada yang mubah, ada juga yang haram.
Hal ini dikarenakan lagu itu tidak lain layaknya kalam. Jika isinya baik, maka kalam atau
lagu itu juga baik, begitu juga sebaliknya. Syekh Ali Jum’ah memberi contoh lagu yang haram
seperti lagu-lagu yang menyibukkan kita dari Allah SWT, lagu-lagu yang membangkitkan
syahwat, dan yang semacamnya.
5
Majmû’ Fatâwâ (10/417)
6
Majmû’ Fatâwâ (11/535).