"Dahulu zaman Nabi SAW, enggak ada televisi. Begitu ada TV media ini digunakan untuk berdakwah.
Begitu juga musiK. (Musik) Bisa menjadi arus, ketika musik ini bisa membawa kepada kemaslahatan.
Ketika musik ini bisa membawa kita kembali kepada Allah. Musik itu bisa dijadikan sebagai media
komunikasi, media edukasi pendidikan, bahkan untuk berdakwah"
Jawaban:
Bismillah.
Hukum asal hal-hal keduniaan adalah mubah (boleh), dan status itu tidak berubah sampai terbukti
hal keduniaan tsb. memiliki sisi pelanggaran terhadap syariat.
Televisi, radio, koran, kesemuanya itu adalah hal-hal keduniaan yang sifatnya sebagai sarana, maka
hukum asalnya adalah boleh, sampai sarana-sarana tersebut digunakan untuk hal yang memiliki sisi
pelanggaran terhadap syariat islam, seperti ghibah, fitnah, dll.
Maka menggunakan sarana yang mubah (boleh) untuk berdakwah adalah boleh tentunya.
Hal ini berbeda jika sarana yang dipergunakan dalam berdakwah adalah sesuatu yang dilarang dalam
syariat islam. Maka tujuan baik (niat berdakwah) tsb. sama sekali tidak dapat merubah status dari
sarana yang dipergunakan.
Contoh saja, seorang ingin bersedekah dari hasil mencuri harta orang pelit, tentunya niat
bersedekah itu tidak bisa membenarkan sebuah pencurian, mencuri tetaplah mencuri dan
hukumnya tidak diperbolehkan.
لهو الحديث
(dibaca: lahwal hadits yang berarti "perkataan yang sia-sia)
dalam Al-Quran Surah Luqman ayat 6. Beliau bersumpah atas nama Allah bahwa yang dimaksud
adalah الغناءyang berarti nyanyian. Imam Asy-Syaukani berkata bahwa tafsiran terbaik tentang
makna لهو الحديثadalah nyanyian.
2. Dalam hadits riwayat Imam Bukhari dalam Shahihnya, dari sahabat Abu Malik Al-Asy'ari
_Radhiyallahu 'anhu_, Nabi ﷺbersabda:
artinya: " Sungguh akan benar-benar ada dari ummatku sekelompok orang yang menghalalkan zina,
sutera, khamr, dan alat-alat musik..."
3. Nukilan para ulama besar terkait Ijma' (kesepakatan) mengenai haramnya musik.
"Hukum mendengarkan alat musik yang pada asalnya berasal dari orang kafir adalah haram dengan
sepakat ulama. Tidak diketahui adanya seorang ulama yang membolehkannya. Siapa yang
mengatakan bahwa ada ulama besar yang diakui keilmuannya yang membolehkan alat musik adalah
seorang yang berdusta dan membuat fitnah"¹
Maka menggunakan musik sebagai sarana dakwah adalah tidak diperbolehkan, dan hukum musik
tidaklah berubah walaupun dipergunakan diatas niat yang baik.
“Terdapat riwayat dari sebagian salaf semisal sahabat yang bisa dipahami bahwa mereka
membolehkan nyanyian. Nyanyian yang mereka bolehkan adalah syair penggembala atau syair
secara umum”.¹
Dan pula, ketercapaian suatu tujuan, sama sekali bukan acuan untuk membenarkan suatu proses
yang dilakukan.
Contoh, seorang yang ingin memperbanyak anak, namun dengan melalui hubungan yang tidal syar'i.
Maka kita katakan bahwa proses menuju ketercapaian niat itu tidak dapat dibenarkan, sekalipun
memperbanyak anak adalah suatu anjuran dalam syariat, namun prosesnya tetap pada hukum
asalnya, yakni tidak diperbolehkan.
"Tapi, Si A itu bisa mengislamkan banyak orang dari dakwahnya yang melalui musik"
"Tercapainya suatu tujuan bukanlah acuan membenarkan prosesnya, masing-masing dinilai benar
salahnya menggunakan acuan baku yakni syariat islam"