Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

“HUKUM MEMAINKAN ALAT MUSIK MENURUT PANDANGAN


ISLAM”

Disusun oleh :
Kelompok 3 ( X IPS 3)
1. Annisa Nadya Safwa (03)
2. Dwi Nadya Oktaviani (06)
3. Fina fauziyah (07)
4. Hidayatun Ni’mah (09)
5. Nafia Ulfiani Nasha (26)
6. Nia Nailyn Naja (30)
7. Nisfa Khoirun Nisa (32)
8. Nova Khusnia Eka Putri (33)
9. Shoma Aliyatul Muna (40)
10.Sischa Khitmatul Laila (41)
11.Sri Kedasih Ramadhani (42)

MA MU’ALLIMAT NU KUDUS
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT. Atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Hukum Memainkan Alat Musik Menurut
Pandangan Islam" dengan tepat waktu.
Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Pelajaran Fiqih. Selain itu, makalah ini
bertujuan menambah wawasan tentang hukum bermain alat musik menurut agama islam bagi
para pembaca dan juga bagi penulis.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Abdul Malik selaku guru Mata
Pelajaran Fiqih. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang telah
membantu dalam menyelesaikan makalah ini. Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari
kata sempurna dan masih terdapat beberapa kekurangan, oleh karena itu penulis sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca untuk penyempurnaan
makalah ini.

Kudus, 04 Februari 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................................2
DAFTAR ISI........................................................................................................................................3
BAB I....................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN................................................................................................................................4
A. Latar Belakang........................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah...................................................................................................................4
C. Tujuan Penelitian....................................................................................................................4
BAB II..................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN...................................................................................................................................5
A. Pengertian Musik.....................................................................................................................5
B. Hukum Memainkan Alat Musik.............................................................................................5
BAB III...............................................................................................................................................10
PENUTUP..........................................................................................................................................10
A. Kesimpulan............................................................................................................................10
B. Saran.......................................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................11
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Musik merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan. Sebab manusia dalam
kehidupan tidak lepas dari seni, karna di dalamnya termuat keindahan dan naluri manusia,
manusia akan hal-hal yang indah. Musik juga suatu media yang dijadikan sebagai alat
penghibur oleh hampir setiap kalangan mulai dari zaman dulu hingga sampai zaman sekarang
ini. Namun tak jarang membawa kepada neraka, rasa ketidak berdayaan, melumpuhkan
semangat, atau bahkan menumbuhkan nafsu kebinatangan. Tidak diragukan lagi efek sebuah
musik bukan hanya pada psikis saja tetapi juga fisik. Ada musik yang membuat degup
jantung teratur, tetapi ada juga musik yang membuat jantung berdegup tidak teratur.
Oleh karena itu para ulama ahli hukum mempunyai pendapat yang berbeda tentang
hukumnya. Ulama yang melihat musik yang membahayakan (efek yang negatif) cenderung
mengharamkan musik. Sedangkan ulama yang melihat musik yang baik (efek yang positif)
cenderung membolehkan orang yang memainkan musik atau mendengarkan musik. Oleh
karena itu oleh karena itu kontroversi tentang musik tak pernah berakhir, baik yang pro
maupun kontra masing-masing menggunakan dalil.

B. Rumusan Masalah
Dari rangkaian latar belakang yang telah dikemukakan, penelitian ini di fokuskan pada
pencarian makna tentang musik dan dalam hadis. Disampaikan menyajikan berbagai
fenomena yang mengelilingi peristiwa yang terjadi terhadap seni musik saat ini untuk
kemudian diintegrasikan ke dalam hadis-hadis Nabi.

C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data yang valid mengenai hadis-hadis
tentang musik dan nyanyian, penelitian ini bertujuan untuk Mengetahui pemaknaan hadis-
hadis tentang musik.

BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian Musik
Bermain musik adalah bagian dari seni, maka kita akan meninjau lebih dahulu definisi
seni, sebagai proses pendahuluan untuk memahami fakta (fahmul waqi') yang menjadi objek
penerapan hukum. Dalam Ensiklopedia Indonesia disebutkan bahwa seni adalah penjelmaan
rasa indah yang terkandung dalam jiwa manusia, yang dilahirkan dengan perantaraan alat
komunikasi ke dalam bentuk yang dapat ditangkap oleh indra pendengaran (seni suara), indra
penglihatan (seni lukis), atau dilahirkan dengan perantaraan gerak (seni tari dan drama).
Adapun seni musik (instrumental art) adalah seni yang berhubungan dengan alat-alat
musik dan irama yang keluar dari alat-alat musik tersebut. Seni musik membahas antara lain
cara memainkan instrumen musik, cara membuat not, dan studi bermacam-macam aliran
musik. Seni musik ini bentuknya dapat berdiri sendiri sebagai seni instrumentalia (tanpa
vokal) dan dapat juga disatukan dengan seni vokal. Seni instrumentalia, seperti telah
dijelaskan di atas, adalah seni yang diperdengarkan melalui media alat-alat musik. Sedang
seni vokal, adalah seni yang diungkapkan dengan cara melagukan syair melalui perantaraan
oral (suara saja) tanpa iringan instrumen musik. Seni vokal tersebut dapat digabungkan
dengan alat-alat musik tunggal (gitar, biola, piano, dan lain- lain) atau dengan alat-alat musik
majemuk seperti band, orkes simfoni, karawitan, dan sebagainya.

B. Hukum Memainkan Alat Musik


 Menurut Sebagian Ulama’
Sebagian orang mengira alat musik itu haram karena klaim sebagian kalangan saja.
Padahal sejak masa silam, ulama madzhab telah menyatakan haramnya. Musik yang
dihasilkan haram didengar bahkan harus dijauhi. Alat musiknya pun haram dimanfaatkan.
Jual beli dari alat musik itu pun tidak halal. Kali ini kami akan buktikan dari madzhab Syafi’i
secara khusus karena hal ini jarang disinggung oleh para Kyai dan Ulama di negeri kita.
Padahal sudah ada di kitab-kitab pegangan mereka.
Terlebih dahulu kita lihat bahwa nyanyian yang dihasilkan dari alat musik itu haram. Al
Bakriy Ad Dimyathi berkata dalam I’anatuth Tholibin (2: 280),
‫بخالف الصوت الحاصل من آالت اللهو والطرب المحرمة – كالوتر – فهو حرام يجب كف النفس من سماعه‬.
“Berbeda halnya dengan suara yang dihasilkan dari alat musik dan alat pukul yang
haram seperti ‘watr’, nyanyian seperti itu haram. Wajib menahan diri untuk tidak
mendengarnya.”
Dalam kitab Tuhfatul Muhtaj Syarh Al Minhaj karya Ibnu Hajar Al Haitami
disebutkan,
ُ ‫ب اَل يَ ِحلُّ ااِل ْنتِفَا‬
‫ع بِ ِه‬ ٍ ‫ب َو ِكتَا‬ ِ ‫ت اللَّه ِْو َو ُك ِّل آلَ ِة َم ْع‬
َ ‫صيَ ٍة َك‬
ٍ ‫صلِي‬ ٍ ‫طُ ْنب‬
ِ ‫ُور َونَحْ ِو ِه ِم ْن آاَل‬
“Thunbur dan alat musik semacamnya, begitu pula setiap alat maksiat seperti salib dan
kitab (maksiat), tidak boleh diambil manfaatnya.” Jika dikatakan demikian, berarti alat musik
tidak boleh dijualbelikan. Jual belinya berarti jual beli yang tidak halal.
Dalam kitab karya Al Khotib Asy Syarbini yaitu Mughni Al Muhtaj disebutkan bahwa,
‫الط ْنبُور اَل يَ ِجبُ فِي إ ْبطَالِهَا َش ْي ٌء َأِل َّن َم ْنفَ َعتَهَا ُم َح َّر َمةٌ اَل تُقَابَ ُل بِ َش ْي ٍء‬
ُّ ‫ت ْال َماَل ِهي َك‬
ُ ‫َوآاَل‬
“Berbagai alat musik seperti at thunbuur tidak wajib ada ganti rugi ketika barang
tersebut dirusak. Karena barang yang diharamkan pemanfaatannya tidak ada kompensasi
sama sekali ketika rusak.” Perkataan beliau ini menunjukkan bahwa alat musik adalah alat
yang haram. Konsekuensinya tentu haram diperjualbelikan.
Dalam kitab Kifayatul Akhyar penjelasan dari Matan Al Ghoyah wat Taqrib (Matan
Abi Syuja’) halaman 330 karya Taqiyuddin Abu Bakr bin Muhammad Al Husaini Al
Hushniy Ad Dimasyqi Asy Syafi’i ketika menjelaskan perkataan Abu Syuja’ bahwa di antara
jual beli yang tidak sah (terlarang) adalah jual beli barang yang tidak ada manfaatnya. Syaikh
Taqiyuddin memaparkan bahwa jika seseorang mengambil harta dari jual beli seperti ini,
maka itu sama saja mengambil harta dengan jalan yang batil. Dalam perkataan selanjutnya,
dijelaskan sebagai berikut :
‫ فإن كانت بعد كسرها ال تعد م‚‚االً كالمتخ‚‚ذة من الخش‚‚ب ونح‚‚وه فبيعه‚‚ا باط‚‚ل‬،‫وأما آالت اللهو المشغلة عن ذكر هللا‬
‫ وال يفعل ذلك إال أهل المعاصي‬،ً‫ألن منفعتها معدومة شرعا‬
“Adapun alat musik yang biasa melalaikan dari dzikirullah jika telah dihancurkan,
maka tidak dianggap lagi harta berharga seperti yang telah hancur tadi berupa kayu dan
selainnya, maka jual belinya tetap batil (tidak sah) karena saat itu tidak ada manfaatnya
secara syar’i. tidaklah yang melakukan demikian kecuali ahlu maksiat.”

Dalam hadits riwayat Tirmidzi, Rasulullah SAW pernah menyampaikan, akan terjadi
bencana saat munculnya biduan wanita, alat musik, dan diminumnya arak. Dikutip dari
buku  Harta Haram Muamalat Kontemporer  karya Erwandi Tarmizi, Nabi SAW bersabda: 
ِ ‫ وكثُ‚ر‬، ُ‫ت المع‚ازف‬
‫ت‬ ِ ‫ظه‚ر‬
َ ٌ
‫ إذا‬: ‫ ي‚ا رس‚و َل هللاِ ! ومتَى ذاك ؟ ق‚ال‬: ‫ قي‚ل‬. ‫وخسف‬ ، ‫ ومس ٌخ‬، ‫قذف‬
ٌ ‫يكونُ في أ َّمتي‬
‫ و ُش ِربت ال ُخمو ُر‬، ُ‫القِيان‬
"Akan terjadi bencana menimpa umatku, bumi ditenggelamkan, wajah mereka diubah
bentuknya dan mereka dihujani bebatuan, seorang Iaki-laki bertanya, "kapan itu terjadi
wahai, Rasulullah! Nabi menjawab, "bila bermunculan para biduan wanita dan
alat musik serta arak diminum" (HR Tirmizi).
Nabi bersabda dalam hadits yang diriwayatkan Ibnu Abbas RA:
- َ‫والميسر وال ُكوبة‬
َ ‫الخمر‬
َ َّ
‫إن هللاَ حرَّم عليكم‬ 
"Sesungguhnya Allah teIah mengharamkan khamar, judi, dan gendang." (HR Abu
Dawud).
Hadits ini menjelaskan bahwa Allah akan menurunkan bencana manakala alat musik
dan biduan wanita marak. Hal ini menunjukkan bahwa alat musik hukumnya haram, karena
alat musik merupakan sebab turunnya bencana dan sesuatu yang merupakan penyebab
bencana hukumnya adalah haram, karena Allah SWT tidak mungkin menimpakan bencana
bila alat musik hukumnya mubah. Berdasarkan teks hadits di atas dan hadits-hadits lainnya,
beberapa ulama menukil kesepakatan ulama Islam akan keharaman alat musik.
 lbnu Qudamah, dalam  Al-Mughni, berkata, "Alat musik seperti rebab dan seruling
sepakat para ulama merupakan alat untuk berbuat maksiat." 
 Dalam kitab  Nuzhat Al-Asma’, lbnu Rajab berkata, "Tidak seorangpun ulama salaf yang
membolehkan mendengar alunan alat musik, kecuali generasi setelahnya yaitu dari
sebagian ulama Zahiry. Akan tetapi pendapat ulama Zahiry tersebut tidak dianggap." 
 Ibnu Nujaim dalam Al-Bahrul Raiq, berkata, "ljma para ulama akan keharaman
nyanyian bila disertai alat musik."
 Sementara itu, Imam Nawawi dalam bukunya Minhaj At-Thalibin, menegaskan
keharaman memainkan alat musik serta mendengarkan alunan musik. la berkata,
"Haram hukumnya memainkan alat musik seperti : gendang, gitar, seruling dan juga
haram mendengarkannya." 
 Khatib Syarbainy mengomentari perkataan imam Nawawi dengan ucapan, "Karena
mendengar alat musik tersebut membuat orang terlena dan Nabi telah bersabda:
"Akan datang suatu masa di mana terdapat sekelompok umatku menghalalkan
perzinahan, menghalalkan memakai kain sutera (bagi Iaki-Iaki), menghalalkan
(meminum) khamar dan menghalalkan alat musik." (Minhaj At-Thalibin dan  Mugni al-
Muhta)
 Ibnu Hajar Al Haitamy juga memasukkan hal ini ke dalam dosa besar, dia berkata
setelah menyebutkan hadist tentang alat musik, "Teks hadist ini sangat jelas
mengharamkan alat musik yang melenakan”.
Rafi'i dan Nawawi menukil ijma yang mengharamkan seruling Iraq dan alat musik yang
menggunakan dawai. Dan sangat mengherankan sikap Ibnu Hazmi yang membolehkan alat
musik yang mengikuti hawa nafsu, dan fanatis yang tidak menentu hingga ia menghukumi
seluruh hadits mengharamkan alat musik dengan hadis palsu. Pendapat pribadi beliau
merupakan dusta yang nyata dan tidak boleh diikuti siapapun juga. AI-Qurthubi berkata,
"Seruling, alat musik yang menggunakan dawai dan gendang tidak ada perbedaan pendapat
para ulama tentang keharamannya. Dan saya tidak pernah mendengar pendapat seorangpun
ulama yang muktabar dari ulama salaf dan khalaf yang membolehkannya." (Al-Zawajir).
Jadi, hukum alat musik menurut pendapat sebagian ulama di atas dapat dibagi menjadi
dua, diantaranya :
 Haram

Alhawi Alkabir secara jelas menyebutkan bahwa alat musik sebagaimana di atas adalah
haram.
‫فاماالحرام فالعود والطنبور والمعزفة والطبل والمزمار وما الهى بصوت مطرب‬

Ada pandangan menarik dari Alghozali dalam Ihya', bahwa keharaman alat musik di
atas itu karena faktor eks (a'ridli) bukan karena entitas alat musik. Di antara yang
melatarbelakangi keharaman alat musik di atas adalah bahwa alat musik tersebut
menjadi ciri khas budaya para peminum miras dan waria.

‫العارض الثاني في االلة بان تكون من شعار اهل الشرب اوالمخنثين وهي المزامير واالوتار وطبل الكوبة فهذه ثالثة‬
‫انواع ممنوعة وما عدا ذلك يبقى على أصل االباحة‬

Yang lebih menarik lagi justru Azzabidi dalam Ithafussadat Al-Muttaqin (Syarah ihya')


juz 6 halaman 502, beliau berkomentar bahwa secara qiyas alat musik di atas adalah
halal seandainya tidak ada titah hadits dan tidak menjadi bagian budaya para peminum
miras.
‫وقد ذكر المصنف ان القياس الحل لوال ورود االخبار وكونها صارت من شعار اهل الشرب‬

Memang menurut salah satu hadits Abi Umamah, nabi bersabda : 

‫ان هللا عز وجل بعثني رحمة وهدى للعالمين وامرني ان امحق المزامير والكيارات والمعازف‬

 Mubah
Dalam sebuah syi'ir sebagian ulama dinyatakan bahwa Imam Ibnu Chazmin
membolehkan alat musik di atas, meski oleh sebagian ulama tersebut pendapat Ibnu
Chazmin tidak boleh diikuti.

‫فاجزم على التحريم أي جزم‬


‫والرأي ان ال تتبع ابن حزم‬
‫فقد ابيحت عنده االوتار‬
‫والعود والطنبور والمزمار‬

Azzabidi juga mengemukakan, ulama yang membolehkan alat musik di atas itu tidak
mengakui kesahihan hadits yang menjelaskan keharaman hadits dan tidak menerima
alasan bahwa alat musik itu menjadi ciri budaya peminum miras.
‫والمبيحون يمنعون صحة االخبار وال يسلمون ما ذكره من انها شعار اهل الشرب‬

Sehingga nalar fiqihnya :

‫الحكم يدور مع العلة وجودا وعدما‬

Hukum berputar bersama illat ada dan tidaknya.

Jika hukum haram itu berlandaskan hadits dan alasan faktor eks, sedang keduanya tidak
wujud, maka hukum haram itu dengan sendirinya gugur, itu barangkali yg menjadi
alasan argumentatif ulama barisan kedua ini.

Alfiqhul Islami menambahkan, bahwa sekelompok sahabat, tabi'in, dan Imam Mujtahid
ada yang membolehkan.

‫وذهبت طائفة من الصحابة والتابعين ومن االئمة المجتهدين‚ الى جوازه‬

Risalah ini hanyalah khazanah bagaimana orang berfiqih, selapang-lapangnya masih


dipandu dengan ilmu.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa menyanyi, mendengarkan musik,
maupun memainkan alat musik merupakan mubah (boleh) selama hal tersebut tidak
berlebihan tidak melanggar norma agama yang berlaku di masyarakat, tidak merugikan diri
sendiri dan orang lain, dan juga tidak membuat kita lalai / lupa terhadap kewajiban kepada
Allah SWT.

B. Saran
Demikianlah kiranya apa yang dapat penulis sampaikan mengenai musik dalam
pandangan Islam. Semoga pembaca dapat menerapkannya dalam kehidupannya masing-
masing. Namung tentu saja tulisan ini terlalu sederhana jika dikatakan sempurna. Maka dari
itu, dialog dan kritik sangat diperlukan guna penyempurnaan dan koreksi. Mungkin sebagian
pembaca ada yang berbeda pandangan dalam menentukan status hukum musik ini dan
perbedaan itu sangat penulis hormati.
DAFTAR PUSTAKA

 https://digilib.uinsa.ac.id/6305/7/Bab%201.pdf
 https://www.nudepok.com/pandangan-ulama-terhadap-seni-musik/
 https://jombang.nu.or.id/fiqih/hukum-alat-musik-gitar-seruling-mandolin-drum-dan-alat-
orkes-lainnya-eXmCj#:~:text=Alhawi%20Alkabir%20secara%20jelas
%20menyebutkan,sebagaimana%20di%20atas%20adalah%20haram.
 https://www.piss-ktb.com/2012/06/1567-mengapa-alat-musik-ada-yang-di.html?m=1
 https://rumaysho.com/2809-alat-musik-dalam-pandangan-ulama-syafii.html
 https://kpi.alqolam.ac.id/haramkah-musik-dalam-syariat/

Anda mungkin juga menyukai